Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ORIF (OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION)

A. Pengertian

ORIF (Open Reduction Internal Fixation) adalah suatu bentuk pembedahan

dengan pemasangan internal fiksasi pada tulang yang mengalami fraktur. ORIF

(Open Reduksi Internal Fiksasi), open reduksi merupakan suatu tindakan

pembedahan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah / fraktur

sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya.Internal fiksasi biasanya

melibatkan penggunaan plat, sekrup, paku maupun suatu intramedulary (IM) untuk

mempertahan kan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang

yang solid terjadi. (Brunner dan Suddarth, 2012).

ORIF (Open Reduction Internal Fixation) Merupakan tindakan pembedahan

dengan melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian melakukan implant pins,

screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang yang patah. (M.A Henderson,

2010).
B. Tujuan

Tujuan dari operasi ORIF untuk mempertahankan posisi fragmen tulang agar

tetap menyatu dan tidak mengalami pergeseran.Internal fiksasi ini berupa Intra

Medullary Nail biasanya digunakan untuk fraktur tulang panjang dengan tipe

fraktur tranvers.

1. Imobilisasi sampai tahap remodeling.

2. Melihat secara langsung area fraktur.

3. mempertahankan posisi fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak

mengalami pergeseran.

(Brunner dan Suddarth, 2012).

C. Indikasi

1. Fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang luas

2. Fraktur dengan gangguan neurovaskuler

3. Fraktur Kominutif

4. Fraktur Pelvis

5. Fraktur terbuka

6. Trauma vaskuler

7. Fraktur shaft humeri bilateral

8. Floating elbow injury

9. Fraktur patologis

10. Reduksi tertutup yang sukar dipertahankan

11. Trauma multiple


12. Fraktur terbuka derajat II

(M.A Henderson, 2010)


D. Pathway

Fraktur

Tindakan Operasi
(ORIF)

Efek anestesi Intake nutrisi Terdapat jalur Bed Rest post


yang tidak invasif operasi Dianggap
Operasi
Lingkungan adekuat, puasa, mikroorganisme sebagai
pemasangan orif
eksternal stress operasi, Keterbatasan pengalaman
tidak dan pergerakan yang
Robeknya
dirasakan peningkatan pasien menakutkan
jaringan kulit Resiko
dan tulang metabolisme infeksi
akibat perlukaan yang terjadi
untuk tindakan post operasi
invasif yang Hambatan
Resiko cidera Mobilitas Ansietas
menyebabkan Penurunan BB
perioperatif fisik
luka insisi pasien kurang
dari BB ideal
Menimbulkan
rasa nyeri berat
Resiko Jatuh
Ketidak
seimbangan
nutrisi
kurang dari
Nyeri Akut
kebutuhan
tubuh
E. Kontra Indikasi

1. Pasien dengan penurunan kesadaran.

2. Pasien dengan fraktur yang parah dan belum ada penyatuan tulang.

3. Pasien yang mengalami kelemahan (malaise).

(Mansjoer, 2010)

F. Komplikasi

Pada kasus ini jarang sekali terjadi komplikasi karena insisi relatif kecil dan fiksasi

cenderung aman. Komplikasi akan terjadi bila ada penyakit penyerta dan

gangguan pada proses penyambungan tulang. (Mansjoer, 2010)

G. Persiapan dan prosedur di ruang operasi

1. Inform concent

Surat persetujuan kepada pasien dan keluarga mengenai pemeriksaan sebelum

operasi, alasan, tujuan, keuntungan, kerugian tindakan operasi.

2. Diit

Pasien dipuasakan selama 8 jam sebelum operasi.

3. Persiapan kebersihan kulit

Untuk membebaskan daerah operasi dari mikroorganisme, persiapan yang

dilakukan adalah pencukuran rambut pada daerah perut , daerah sekitar anus

dan alat reproduksi.

4. Terapi pharmacologic

Narkotik dihindari karena dapat menghilangkan tanda dan gejala, antibiotik


untuk menanggulangi infeksi.

5. Pengecekan status

6. Mengecek status pasien sudah tepat dilakukan operasi orif, dengan

menyesuaikan diagnosanya. Apabila sudah tepat diagnosanya maka segera

diantar ke ruang operasi untuk dilakukan operasi.

7. Persiapan alat dan ruangan

a. Alat tidak steril : Lampu operasi, Cuter unit, Meja operasi, Suction,

Hepafik, Gunting.

b. Alat Steril : Duk besar 3, Baju operasi 4, Selang suction steril, Selang cuter

Steril,side 2/0, palain 2/0, berbagai macam ukuran jarum.

(Lukman, & Ningsih, 2009)

H. Teknik pembedahan dan alat

1. Persiapan

a. Alat-alat disiapkan

b. Pasien dipindahkan dari brancard ke meja operasi

c. Klien dipasang bedside monitor

d. Instrumentator dan operator mencuci tangan secara steril lalu mengenakan

jas operasi dan sarung tangan.

2. Pelaksanaan operasi

a. Klien diintubasi dengan ET sebelumnya dilakukan general anestesi

b. Klin diposisikan telentang dengan kepala sedikit ekstensi


c. Dalam stadium anastesi dilakukan disinfektan menggunakan

betadine,kemudian diblilas menggunakan alkohol 70 %.

d. Dipasang linen (doek steril), difiksasi dengan doek klem, selanjutnya

ditutup/dipasang doek lubang besar (mempersempit area yang akan

dioperasi).

e. Melakukan insisi dengan pisau bedah ± 10 cm,secara horizontal dari

lapisan kulit, lemak, otot.

f. Melakukan pemegangan tulang menggunakan reduction,kemudian

memposisikannya pada posisi semula,kemudian memasang plate pada tlang

sambil memegang dengan retractor dan melakukan pengeburan, memasang

plate dan screw sebanyak 7 dengan obeng.

g. Control perdarahan disuction atau dep dengan kassa, dan memakai cuter.

h. Memposisikan tulang dengan keadaan semula, mengukur panjang plate dan

screw.

i. Kemudian tulang di bor dan diukur kedalaman bor dengan alat penduga.

j. Memasang plate dan screw pada tulang yang telag dibor.

k. Mencuci dengan NaCl, dan memastikan tidak ada lagi perdarahan.

l. Melakukan hecting dengan polisorb 2-0, pada sevi menggunakan safil 2-0

dan pada bagian kulit menggunakan byosin 4-0.

m. Menutup luka dengan sufra tulle, kasa dan diplester.

n. Daerah area operasi dibersihkan dengan Nacl 0,9%, dan handuk basah.

o. Operasi selesai, mengobservasi A, B, C, ET dilepaskan.


p. Klien dipindahkan ke brancard dan pindahkan keruang recovery.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume

3.Jakarta : EGC

M.A Henderson. 2010. Ilmu Bedah untuk Perawat. Yogyakarta : Yayasan Essentia

Medica

Mansjoer, A. Dkk . 2010 . Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2.Edisi 3. Jakarta: Media

Aesculopius

Lukman, & Ningsih, N. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan

Sistem Muskuloskletal.Jakarta : Salemba MedikaNorth American

Nursing Diagnosis Association. 2011. Nursing Diagnosis : Definition and

Classification 2009-2011. NANDA International. Philadelphia. Amin H, 2012.

Aplikasi asuhan keperawatan nerdasarkan NANDA NOC NIC. Yogyakarta :

Media hardy.

Anda mungkin juga menyukai