Disusun Oleh:
Kelompok 2
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan baik yang
bersifat total maupun sebagian yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
(Helmi, 2012). Tibia merupakan salah satu dari dua tulang yang menyusun batang kaki
(Dwisang, 2014). Sedangkan menurut Muttaqin (2012), fraktur tibia adalah terputusnya
hubungan tulang tibia yang disebabkan oleh cedera dari trauma langsung yang mengenai
kaki.
Fraktur terbuka OS Tibia adalah cedera kompleks dengan luaran multifaktorial dan
prognosis variabel. Kedekatan tibia dengan kulit membuatnya rentan terhadap kerusakan
jaringan lunak yang luas dan komplikasi yang merugikan, seperti infeksi dan non-union.
fraktur tibia adalah terputusnya hubungan tulang tibia yang disebabkan oleh cedera dari
trauma langsung yang mengenai kaki.
B. ETIOLOGI
a) Fraktur Traumatik
Disebabkan oleh adanya trauma langsung maupun tidak secara tiba- tiba baik ringan
maupun berat yang mengenai tulang.
b) Fraktur stres
Fraktur yang terjadi akibat tulang mengalami tekanan yang terlalu sering.
c) Fraktur patologis
Fraktur yang disebabkan oleh kondisi sebelumnya, seperti kondisi proses patologis
penyakit yang mengakibatkan rentang fraktur
C. PATOFISIOLOGI
Fraktur disebabkan oleh beberapa hal di antaranya karena adanya traumatik pada
tulang. Tulang yang telah melemah oleh kondisi sebelumnya terjadi pada fraktur
patologis.(Helmi, 2012) Patah tulang tertutup atau terbuka akan mengenai serabut syaraf
yang akan menimbulkan rasa nyeri. Selain itu fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan
oleh trauma (Sjamsuhidayat, 2010), tulang tidak mampu digerakkan sehingga mobilitasgh
fisik terganggu.
Pemilihan jenis anestesi untuk fraktur tibia ditentukan berdasarkan usia pasien,
kondisi kesehatan dan keadaan umum, sarana prasarana serta keterampilan dokter bedah,
dokter anestesi dan perawat anestesi.
Dalam kepustakaan disebutkan bahwa anestesi umum salah satunya dilakukan untuk
prosedur ORIF pada anak-anak dan orang dewasa yang tidak kooperatif dan gelisah.
Pilihan untuk menggunakan anestesi lokal bisa merupakan keputusan pasien.
Open Reduction Internal Fixation (ORIF) adalah suatu jenis operasi dengan pemasangan
internal fiksasi yang dilakukan ketika fraktur tersebut tidak dapat direduksi secara cukup
dengan close reduction, untuk mempertahankan posisi yang tepat pada fragmen fraktur
(John C. Adams, 1992 dalam Potter & Perry, 2005). Fungsi ORIF untuk mempertahankan
posisi fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami pergerakan. Internal
fiksasi ini berupa intra medullary nail, biasanya digunakan untuk fraktur tulang panjang
dengan tipe fraktur transvers. Open Reduction Internal Fixation(ORIF) adalah sebuah
prosedur bedah medis, yang tindakannya mengacu pada operasi terbuka untuk mengatur
tulang, seperti yang diperlukan untuk beberapa patah tulang, fiksasi internal mengacu
pada fiksasi sekrup dan piring untuk mengaktifkan atau memfasilitasi penyembuhan
(Brunner & Suddart, 2003).
b. Indikasi
Pembedahan pada ORIF cito indikasi lain karna adanya diskontinuitas tulang dan
pergeseran fragmen tulang yang tidak dapat sembuh dengan terapi obat, curiga gangguan
mobilitas episodik.
c. Kontraindikasi
e. Prosedur tindakan
f. Pascaprosedur
G. PROSES KEPENATAAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Meliputi nama, usia, status perkawinan, agama, suku bangas, pendidikan, bahasa yang
digunakan, pekerjaan, alamat, sumber biaya dan sumber informasi pasien.
b. Riwayat keperawatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan utama dan kronologi keluhan. Keluhan utama merupakan faktor utama
yang mendorong pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit seperti
merasakan nyeri di tenggorokan. Sedangkan kronologi keluhan berisi tentang faktor
pencetus, timbulnya keluhan, lamanya dan cara mengatasi keluhan tersebut.
Silsilah keluarga dengan keterangan anggota keluarga yang tinggal satu rumah dan
Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien yang dapat
dijadikan diagnosis risiko, seperti Hipertensi dan Diabetes Mellitus.
c. Pengkajian Fisik
a) Keadaan umum
Masalah Kepenataan
Tujuan dan Kriteria Hasl Intervensi
Anestesi
Anxietas Setelah dilakukan Care:
tindakan kepenataan Ajarkan cara mengurangi ansietas
maka tingkat ansietas dengan cara teknik relaksasi.
pasien teratasi dengan KIE pasien terkait jenis tindakan dan
kriteria hasil: anestesi
1. Skor kecemasan Cure:
dalam batas Kolaborasi dengan dokter anestesi
normal dalam pemberian ansiolitik
2. pasien tenang, Core:
tidak gelisah Identifikasi tingkat ansietas
3. Pasien bersedia Observasi TTV
menjalani operasi Motivasi pasien untuk mendekatkan
diri pada Tuhan
Resiko cedera anestesi Setelah dilakukan asuhan Care:
kepenataan anestesi, Mendampingi pasien
diharapkan resiko cedera Menjaga posisi pasien
anestesi - dapat Memasang pengaman tempat tidur
dicegah/diatasi dengan Cure:
kriteria hasil : Kolaborasi pemberian obat obatan
1. Tidak ada tanda- anestesi dan emergency
tanda hypoxia Core:
2. Tidak terjadi Monitor pada pra, intra, dan pasca
mual muntah
Menyiapkan seluruh peralatan
3. Tidak ada tanda-
anestesi
tanda henti napas
Menyiapkan obat-obatan anestesi dan
dan henti jantung,
obat emergency
pasien tidak
Monitor hemodinamik pasien op
terjatuh, tidak ada
Monitor tanda-tanda resiko hypoxia,
tanda tanda
ketidakefektifan jalan napas, aspirasi
perubahan suara
Dokumentasi intra operasi
napas
Monitor kedalaman anestesi
DAFTAR PUSTAKA
Asrawati S.Kep (2021) Asuhan Keperawatan Pada Tn. B Dengan Diagnosa Fraktur 1/3 Tibia
Et Fibula Dengan Pemeberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dan Terapi
Murottal Dalam Manajemen Nyeri (Doctoral Dissertation, Uin Alauddin
Makassar)
Apri Adhi A. (2015) Asuhan keperawatan pada klien dengan post remove of inplate Fraktur
Tibia di RSUD Sukoharjo (Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta)
Sofa Aji Setyoko (2021) Open Reduction Internal Fixation (Orif) And Debridement As
Treatment To Case On Tibia Fibula Fracture ( Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako)
Cornelia Permatasari (2022) Terapi Relaksasi Benson Untuk Menurunkan Rasa Nyeri Pada
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2022). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia Untuk Dokter Umum. UB Press: Malang.
Musa Arafah (2019) Fraktur Tibial Plateau Posterior; Klasifikasi Three Column Concept dan
Tantangan Approach operasi (Universitas Airlangga RSUD dr.Soetomo Surabaya)
dr. I Gusti Ngurah Purnomo (2018) Open Fracture Tibia Dan Fibula
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : An. A
Umur : 10 Tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD/MI
Pekerjaan : Siswa
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
Status perkawinan : Belum menikah
Golongan darah : A+
Alamat : Jl. Tulang Bawang Selatan XI, Kadipiro, Banjarsari,
Surakarta RT 03, RW 01
Diagnosa medis : Open Fraktur Tibia
Tindakan operasi : ORIF tibia
Ruang : Anggrek Hitam
Tanggal MRS : 06 Oktober 2023
Tanggal pengkajian : 06 Oktober 2023
Jaminan : Umum
Jam pengkajian : 10.00 WIB
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. B
Umur : 53 tahun
Alamat : Kadipiro, Banjarsari
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Pekerjaan : PNS
Hubungan Dengan Klien : Ayah
c. Rencana Tindakan
Pengkaji : Dian, Cira, Abel, Yasmin
Dokter anestesi : dr. Andri Sp. An
Penata anestesi : Azmi Bebri Setiawan
Dokter operator : dr. Fazar, Sp. OT, K
Diagnosa pre operasi : Open Fraktur tibia
Jenis Tindakan operasi : ORIF tibia
Diagnosa post operasi :-
d. Keadaan Pra Anestesi
TB : 130 cm
BB : 37 kg
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 95 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 39,5 °C
Gol. Darah : A/ □B/ □AB/ □O
Rhesus : +/□-
2. Riwayat Kesehatan
a. Alergi
Obat : Tidak □ Ya: ……….
Makanan : Tidak □ Ya: ……….
b. Riwayat Pengobatan
Aspirin/Plavix rutin : □ Ya Tidak
Obat anti nyeri : □ Ya Tidak
c. Sistem Respirasi
Normal □ COPD □ Bronkhitis □ Tuberkulosis
□Asma □ Pneumonia □ Othopnea □ Batuk Produktif
□ SOB □ Lainnya:
d. Sistem Kasrdiovaskular
Normal □Abnormal EKG □ Angina □Infark miocard
□ Murmur □Rheumatic Fever □ ASHD □ Vasculardisease
□CHF □Hipertensi □ Disritmia □Pacemaker
□Exercise tolerance
e. Sistem Renal Endorin
Normal
□Gagal ginjal
□Diabetes
□Infeksi Saluran kemih
□Kelainan tiroid
□Retensi urine
□Weight loss/gain
f. Hepato/Gastrointestinal
Normal □Obstruksi usus □Sirosis
□Hepatitis □Vomiting □ Ulserasi
□Hiatal Hernia/ Reflux
g. Neuro/Muskuloskeletal
Normal □HNP □Stroke
□Paralysis □Neuromuskular Dis □Seizures
□Paresthesia □Syncope □Arthritis
□Headaches □Degenerative joint diss
□Loss of Consciousness Arthritis
h. Lain-Lain
□Anemia □Kanker □Kemoterapi
□Bleeding tendencies □Dehidrasi □Sickle cell diss/Trait
□Hemofilia □Recent steroids □Kehamilan
□Riwayat transfusi □Penurunan imun
Tidak ada
i. Puasa Mulai
□ Makan terakhir: 06 Oktober 2023 (08.00 WIB)
□ Minum terakhir: 06 Oktober 2023 (08.00 WIB)
j. Riwayat Merokok dan Alkohol
□ Ya Tidak
k. Riwayat Kesehatan Saat Ini
- Pendarahan yang tidak normal Ya □Tidak
- Pembekuan darah yang tidak normal □Ya Tidak
- Sakit maag □Ya Tidak
- Anemia □Ya Tidak
- Serangan jantung/nyeri dada □Ya Tidak
- Asma □Ya Tidak
- DM (Kencing manis) □Ya Tidak
- Pingsan □Ya Tidak
- Merokok □Ya Tidak
- Hepatitis/sakit kuning □Ya Tidak
- Hipertensi □Ya Tidak
- Penyakit berat lainnya: -
l. Khusus Pasien Anak
- Kejang □Ya Tidak
- Penyakit bawaan lahir □Ya Tidak
m. Riwayat Komplikasi Anestesi pada Keluarga
- Pendarahan yang tidak normal □Ya Tidak
- Pembekuan darah yang tidak normal □Ya Tidak
- Permasalahan dalm pembiusan □Ya Tidak
- Demam tinggi pasca operasi □Ya Tidak
- Diabetes (kencing manis) □Ya Tidak
- Serangan jantung □Ya Tidak
- Gangguan irama jantung □Ya Tidak
- Hipertensi □Ya Tidak
- Tuberkulosis □Ya Tidak
- Penyakit berat lainnya: -
n. Khusus Pasien Perempuan
- Jumlah kehamilan :-
- Jumlah anak :-
- Menstruasi terakhir :-
- Menyusui □Ya □ Tidak
o. Riwayat Operasi (tahun dan jenis operasi): Tidak ada
- Anestesi lokal-keluhan/reaksi : □ Tidak □Ya;
Bila ya:
- Anestesi regional–keluhan/reaksi : □ Tidak □Ya;
Bila ya:
- Anestesi umum/sedasi-keluhan/reaksi □ Tidak □Ya;
Bila ya:
- Apakah pasien pernah mendapatkan transfusi darah?
□ Tidak □Ya Bila ya, tahun berapa:
- Apakah pasien pernah diperiksa untuk diagnosis HIV?
□Tidak □Ya Bila ya, tahun berapa:
- Hasil pemeriksaan HIV: □ Positif □ Negatif
p. Apakah Pasien Memakai
- Lensa kontak □Ya Tidak
- Kacamata □Ya Tidak
- Alat bantu dengar □Ya Tidak
- Gigi palsu □Ya Tidak
q. Tingkat Kecemasan
N
PERTANYAAN 1 2 3 4 5
O
1 Saya takut dibius
Saya terus menerus memikirkan tentang
2
pembiusan
Saya ingin tahu sebanyak mungkin tentang
3
pembiusan
4 Saya takut dioperasi
5 Saya terus menerus memikirkan tentang operasi
Saya ingin tahu sebanyak mungkin tentang
6
operasi
Total nilai 21 (cemas berat)
Keterangan: Skor:
1: sama sekali tidak 1. 6 : Tidak cemas/normal
2: tidak terlalu 2. 7-12 : Cemas Ringan
3: sedikit 3. 13-18 : Cemas Sedang
4: agak 4. 19-24 : Cemas Berat
5: sangat 5. 25-30 : Panik
r. Skala Nyeri
4) B4 BLADDER
Terpasang kateter : □Ya Tidak
Infeksi Saluran kemih : □Ya Tidak
Gagal ginjal : □Ya Tidak
Retensi urine : □Ya Tidak
5) B5 BOWEL
Frekuensi peristaltik usus : 10x/menit
Titik Mc. Burney : □nyeri tekan □nyeri lepas
□nyeri menjalar tidak ada nyeri
Borborygmi : □Ya Tidak
Pembesaran hepar : □Ya Tidak
Distensi : □Ya Tidak
Asites : □shiffing dullness □undulasi Tidak ada
6) B6 BONE
Kelainan tulang belakang : □kifosis □scoliosis
□lordosis Tidak ada
Ekstremitas atas : normal
Ekstremitas bawah : tibia dextra
IV Line terpasang di : tangan kanan
CRT : ≤3 detik
4. Penunjang Diagnostik/Laboratorium
a. Laboratorium darah
Hasil laboratorium tanggal 06 Oktober 2023 (10.30 WIB)
Pemeriksaan Hasil L/H Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 8,3 - 12,0-15,6 g/dl
Hematokrit 24,6 - 33-45 %
Leukosit 13,3 - 4,5-11,0 Ribu/ul
Trombosit 144 - 150-450 Ribu/ul
Eritrosit 2,81 - 4,10-5,10 Juta/ul
Gol darah A
HEMOSTASIS
PT 12,7 - 10,0-15,0 Detik
APTT 30,6 - 20,0-40,0 Detik
INR 0,980
KIMIA KLINIK
GDS 110 - 60-140 Mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium darah 144 - 36-145 Mmol/L
kalium darah 4,56 - 3,3-5,1 Mmol/L
Chlorida darah 89,0 - 98-106 Mmol/L
FAAL GINJAL
Bun 11,6 - 10-20 Mg/dl
Creatinin 1,07 - 0,7-1,4 Mg/dl
b. Hasil ECG
Tanggal pemeriksaan: 06 Oktober 2023 (10.15 WIB)
Hasil pemeriksaan: normal ECG/synus rhythm
5. Status ASA
1 □2 □3 □4 □5 □6 □E
6. Keluhan Utama
a. Masalah kesehatan aktual
1) Nyeri
2) Ansietas
b. Masalah kesehatan potensial
1) Risiko cedera anestesi
2) Risiko cedera pembedahan
I. ANALISA DATA
2. DS: Pasien mengatakan nyeri di tibia Rencana pembedahan dan Risiko Cedera
dextra pembiusan Anestesi
DO: ↓
- Pasien merasakan nyeri di tibia Persiapan alat dan obat-
dextra obatan anestesi
- Adanya rencana tindakan ↓
pembedahan Penggunaan obat anestesi
- TD : 120/70 mmHg dan sedasi
↓
N : 95x/menit Gangguan kedasaran,
RR : 20x/menit hemodinamik, pernafasan,
↓
S : 39,5 C
Resiko hipoxia, mual
muntah, resiko henti
nafas, resiko henti
jantung, resiko jatuh,
resiko kematian, resiko
ketidak efektifan jalan
napas
III. IMPLEMENTASI
1. PRA ANESTESI
Waktu
No.Dx Implemetasi dan Respon TTD
(tgl/jam)
III Menyiapkan seluruh peralatan, obat anestesi dan Monic
06/10/23 emergency kit
11.00 DS: -
DO: alat dan obat siap
II Komunikasi, informasi dan edukasi pasien terkait jenis Monic
tindakan dan anestesi yang akan dilakukan
DS: pasien mengatakan paham dengan penjelasan yang
diberikan penata
DO: pasien mengannguk mengerti
I,II Memonitor TTV Monic
DS: Pasien bersedia dilakukan pemeriksaan
DO:
TD : 120/70 mmHg
N : 95x/menit
RR : 20x/menit
S : 39,5 C
SPO2: 97%
II Mengidentifikasi tingkat ansietas Monic
DS: pasien mengatakan takut dilakukan operasi karena baru
pertama kali
DO:
Pasien tampak cemas
TD : 120/70 mmHg
N : 95x/menit
I Mengidentifikasi PQRST Monic
DS:
P : Pasien mengatakan nyeri di tibia dextra
Q : Nyeri seperti berdenyut
R : Nyeri di tibia dextra
S:7
T: Hilang timbul
DO:
Pasien tampak meringis menahan nyeri
I, II Mengajarkan melakukan teknik relaksasi nafas dalam Monic
DS:
Pasien mengatakan paham dengan teknik yang diajarkan
penata
DO:
Pasien melakukan teknik nafas dalam berulang-ulang
selama 10 menit
I,II Kolaborasi pemberian obat premedikasi analgetik dan Monic
ansiolitik
DS:
Pasien bersedia dilakukan tindakan
DO:
Analgetik: fentanyl 100mcg/kgBB
Ansiolitik: midazolam 3,5mg/kgBB
IV. EVALUASI
1. PRA ANESTESI