S DENGAN
DIAGNOSA MEDIS OMSK + MASTOIDITIS YANG
DILAKUKAN TINDAKAN MASTOIDEKTOMI
DENGAN GENERAL ANESTESI DI IBS
RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO
KLATEN
Disusun oleh :
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
Mengetahui,
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut penelitian yang dilakukan Asroel H.A, Siregar, D.R & Aboet, A
(2010) yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik, profil penderita otitis media
supuratif kronis (OMSK) dari 119 penderita dari tahun 2006-2010, sekitar
28,57% penderita dijumpai pada tahun 2010, sekitar 31,93% terjadi pada usia
11-20 tahun, sekitar 53,78% laki-laki, dan sekitar 38,66% pada telinga kanan.
Sebanyak 68,91% terjadi akibat riwayat otitis media berulang dan 61,34%
dengan keluhan utama telinga berair. Gejala dan tanda klinis yang sering
terjadi adalah telinga berair (76,47%) dan perforasi membran timpani
(74,79%), baik perforasi atik (0,84%), marginal (1,68%), subtotal (23,53%),
dan total (48,74%).
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada kasus gangguan sistem
pendengaran pada pasien Ny. S dengan diagnosa medis OMSK + Mastoiditis
yang dilakukan tindakan Mastoidektomi dengan teknik general anestesi
intubasi endotracheal?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan asuhan keperawatan anestesi ini adalah
untuk mendapatkan pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan anestesi mulai dari pre operasi, intra operasi atau durante
operasi dan post operasi, pada pasien dengan gangguan sistem
pendengaran OMSK + Mastoiditis yang dilakukan pembedahan
mastoidektomi dengan teknik general anestesi intubasi endotrakheal.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran mengenai pengkajian asuhan keperawatan
perianestesia pada pasien dengan diagnosa medis OMSK + Mastoiditis
yang dilakukan tindakan Mastoidektomi dengan teknik general
anestesi intubasi endotracheal.
b. Memberikan gambaran mengenai diagnosa keperawatan yang timbul
pada asuhan keperawatan perianestesia pada pasien dengan diagnosa
medis OMSK + Mastoiditis yang dilakukan tindakan Mastoidektomi
dengan teknik general anestesi intubasi endotracheal.
c. Memberikan gambaran mengenai perencanaan keperawatan pada
asuhan keperawatan perianestesia pada pasien dengan diagnosa medis
OMSK + Mastoiditis yang dilakukan tindakan Mastoidektomi dengan
teknik general anestesi intubasi endotracheal.
d. Memberikan gambaran mengenai implementasi keperawatan pada
asuhan keperawatan perianestesia pada pasien dengan diagnosa medis
OMSK + Mastoiditis yang dilakukan tindakan Mastoidektomi dengan
teknik general anestesi intubasi endotracheal.
e. Memberikan gambaran mengenai evaluasi keperawatan pada asuhan
keperawatan perianestesia pada pasien dengan diagnosa OMSK +
Mastoiditis yang dilakukan tindakan Mastoidektomi dengan teknik
general anestesi intubasi endotracheal.
A. PENGKAJIAN
A. Fase Preoperatif
B. Fase Intraoperatif
C. Fase Pascaoperatif
D. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
E. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Pre Operatif
1. Setelah dilakukan intervensi - Bantu pasien
Ansietas b.d kurang tingkat kecemasan pasien mengekspresikan perasaan
berkurang atau hilang. marah, kehilangan, dan
pengetahuan tentang
Kriteria hasil : takut.
pembiusan dan - Pasien menyatakan - Kaji tanda ansietas verbal
pembedahan yang akan kecemasan berkurang dan nonvervbal.
- Pasien mampu mengenali - Dampingi pasien dan
dilaksanakan.
perasaan ansietasnya lakukan tindakan bila
- Pasien dapat pasien mulai
Tanda dan gejala : mengidentifikasi menunjukkan perilaku
- Wajah tegang merusak.
penyebab atau faktor yang
- Peningkatan keringat memengaruhi ansietasnya - Jelaskan tentang prosedur
- Suara bergetar pembiusan dan
- Pasien kooperatif terhadap
- Kontak mata buruk tindakan pembedahan sesuai jenis
- Mengatakan secara operasi.
- Wajah pasien tampak
verbal perasaan takut rileks - Beri dukungan prabedah.
terhadap tindakan - Beri lingkungan yang
- Mengatakan secara tenang dan suasana penuh
verbal ketidaksiapan istirahat.
akan tindakan - Tingkatkan kontrol
sensasi pasien.
- Orientasikan pasien
terhadap prosedur rutin
dan aktivitas yang
diharapkan.
- Beri kesempatan pada
pasien untuk
mengungkapkan
ansietasnya.
- Berikan privasi pada
pasien dan orang terdekat.
- Berikan anticemas sesuai
indikasi, seperti diazepam.
Intra Operatif
A. Pengkajian
Hari/tanggal : Senin, 11 Maret 2019
studi dokumen
Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 55 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa/indonesia
Alamat : Klaten
No RM : 1055xxx
Diagosa pre operasi : OMSK + Mastoiditis
Tindakan operasi : Mastoidektomi
Tanggal operasi : 11 Maret 2019
Dokter bedah : dr. Budi Sp.THT
Dokter anestesi : dr. Reza Sp.An
TAHAP PRE ANESTESI
6. Rencana Anestesi
Seorang laki-laki 55 tahun, diagnosa medik OMSK + Mastoiditis
direncanakan dilakukan Mastoidektomy, status fisik ASA II direncanakan
general anestesi dengan Endotracheal Tube (ET).
7. Kebutuhan cairan
1. Kebutuhan Cairan
a. Monitoring cairan
Kebutuhan cairan pasien selama operasi yang harus terpenuhi
1) Rumus maintenance (M): 2cc x kgBB
2 ml x 57kg = 114 ml
2) Rumus pengganti puasa (PP):
Lama puasa (jam) x maintenance
8 jam x 114 ml = 912 ml
3) Rumus stress operasi (SO):
Jenis operasi (b/s/k) x BB
8 x 57 = 456 ml
b. Prinsip pemberian cairan durante operasi (Jam I-IV)
1) Jam I : M + ½ PP + SO = 114 ml + 456 ml + 456 ml = 1026 ml
2) Jam II dan III : M + ¼ PP + SO = 114 ml + 228 ml+ 456 ml= 798 ml
3) Jam IV : M + SO = 114 ml + 456 ml = 570 ml
8. Persiapan penatalaksanaan anestesi
a. Persiapan Alat
STATICS
S : Laringoscope Meyer, Stetoscope
T : Endotracheal Tube (ET)
A : OPA (Oropharingeal Airway), Jackson rees
T : Tape (plester)
I : Introducer (stilet)
C : Connector
S : Suction
1) Persiapan mesin anestesi dengan pernapasan spontan, dibantu
dengan manual menggunakan jackson rees.
2) Persiapan bedside monitor yaitu pulse oxymetri dan nadi.
3) Oksigen
4) Siapkan lembar laporan durante anestesi dan balance cairan
b. Persiapan obat
1) Obat premedikasi
- Fentanyl 100 mcg
2) Obat induksi
- Propofol 100 mg
3) Gas
- N2O 3,2 lpm
- O2 3,2 lpm
4) Cairan infuse
- Kristaloid : RL 500 cc
c. Persiapan pasien
1) Pasien tiba di IBS pukul: 08.00 WIB
2) Serah terima pasien dengan petugas ruangan, periksa status pasien
termasuk informed consent, dan obat-obatan yang telah diberikan
diruang perawatan.
3) Memindahkan pasien ke brankar IBS
4) Mengecek ulang identitas pasien, nama, alamat dan mengecek ulang
riwayat penyakit dan alergi, serta berat badan saat ini di dalam status
rekam medis pasien.
5) Memasang monitor tanda vital (saturasi oksigen)
TD : 149/100 mmHg N : 82x/mnt; SpO2: 100 %; RR : 14x/mnt
6) Memeriksa kelancaran infus dan alat kesehatan yang terpasang pada
pasien.
7) Mengkaji status psikologis pasien : pasien takut dan cemas menjalani
operasi, ditandai dengan menangis kuat saat melihat perawat.
8) Melakukan pemeriksaan pulmo pasien
- Inspeksi : dada simetris, pasien dalam bernapas menggunakan
pernapasan abdomen.
- Palpasi : vokal fremitus sama kanan dan kiri
- Perkusi : suara sonor
- Auskultasi : Wheezing -/-
9) Melaporkan kepada dokter anestesi hasil pemeriksaan di ruang
penerimaan dan dari kolaborasi dengan dokter anestesi pasien
dipindahkan ke meja operasi.
9. Penatalaksanaan anestesi
Penatalaksanaan anestesi di mulai dari memasang alat pelindung diri
(APD), alat monitor, manset, finger sensor, memulai persiapan dengan
memberikan gas, menyuntikan obat-obatan maintenance, pengakhiran
anestesi dan oksigenasi sampai dengan perawatan di recovery room.
Pasien dipindahkan di meja operasi dilakukan pemasangan monitor
tekanan darah, saturasi oksigen , hasil pengukuran monitor : TD : 149/100
mmHg N : 82x/mnt; SpO2: 100 %; RR : 14x/mnt, pernapasan spontan
TAHAP INTRA ANESTESI
11.15 13.05
11.20 13.10
11.25 13.15
11.30 13.20
11.35 13.25
JAM TD N SPO2 RR
14.00
TAHAP POST ANESTESI
Mampu 1
menggerakkan dua
ekstremitas
Tidak mampu 0
menggerakkan
ekstremitas
2 Respirasi :
Mampu napas 2
dalam, batuk dan 2
tangis kuat
1
Sesak atau
pernapasan terbatas
0
Henti napas
3 Tekana darah :
Berubah sampai 2
20% dari prabedah 2
Berubah 20%-50% 1
dari prabedah
Sadar setelah 1
dipanggil
0
Tak ada tanggapan
terhadap rangsangan
5 Warna kulit : 2
Kemerahan 2
Pucat agak suram 1
Sianosis 0
Total 9
Pemantauan di PACU
Pasien di PACU dilakukan pemantauan tanda vital dan pengawasan post
operasi apakah ada tanda-tanda perdarahan, perubahan hemodinamik
akibat operasi dan anestesi, keluhan pasien post operasi.
JAM TD N SPO2 RR
A. Analisa Data
No Tgl Data Masalah Etiologi
Pre Anestesi
1 11/03/2019 S : Nyeri akut Agen cedera
08.10 WIB O: biologis
-
S: Cemas Kurang
2. 11/03/2019 O: pengetahuan
08.15 WIB masalah
pembiusan/
operasi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Anestesi
a. Nyeri Akut b.d agen cedera biologis ditandai dengan
b. Cemas b.d kurang pengetahuan masalah pembiusan/ operasi, ditandai
dengan
2. Intra Anestesi
a. Pola nafas tidak efektif b.d disfungsi neuromuskuler dampak sekunder
obat pelumpuh otot pernapasan/ obat general anestesi ditandai dengan
b. Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d vasodilatasi
pembuluh darah dampak obat anestesi di tandai dengan
c. Bersihan jalan napas tidak efektif b..d mukus banyak tertahan efek
dari obat general anestesi ditandai dengan
3. Post Anestesi
a. Resiko cidera jatuh b.d pengaruh sekunder obat anestesi, ditandai
dengan
(Ayu, Neger,
Veni)
4. Senin, Resiko Setelah 1. Kaji tingkat
11 Maret gangguan dilakukan kekurangan
2019 keseimbangan tindakan volume cairan.
cairan dan keperawatan 2. Kolaborasi
elektrolit b.d keseimbangan untuk
vasodilatasi cairan dalam pemberian
pembuluh ruangan intrasel cairan dan
darah dampak dan ekstrasel elektrolit.
obat anestesi tubuh tercukupi 3. Monitor
dengan kriteria masukan dan
(Ayu, Neger, hasil: keluaran cairan
Veni) 1. Akral kulit dan elektrolit.
hangat 4. Monitor
2. Haemodinamik haemodinamik.
normal 5. Monitor
3. Masukan perdarahan.
cairan dan
keluaran cairan (Ayu, Neger, Veni)
seimbang
(Ayu, Neger,
Veni)
5. Senin, Bersihan jalan Setelah 1. Atur posisi 1. Posisi pasien
11 Maret napas tidak dilakukan pasien mempengaruhi
2019 efektif b..d tindakan 2. Pantau pola kemampuan
Jam 11.20 mukus banyak keperawatan nafas, saturasi pasien untuk
WIB tertahan efek selama intra dan respirasi bernapas
dari obat operasi bersihan 3. Buka jalan nafas 2. Tanda-tanda
general jalan nafas 4. Bersihkan ketidakefektifan
anestesi efektif , dengan sekresi bersihan jalan
kriteria: 5. Auskultasi suara nafas perlu
1. Pola nafas nafas dikaji untuk
normal: penanganan
frekuensi (Ayu, Neger, sedini mungkin
kedalaman, Veni) 3. Jalan nafas yang
dan irama lebar dapat
2. Suara napas mempermudah
bersih, tidak pasien untuk
ada suara bernapas
nafas 4. Suara nafas
tambahan tambahan
3. Tidak sianosis merupakan
(Ayu, Neger, indikator awal
Veni) adanya bersihan
jalan nafas tidak
efektif
Veni
11/03/2019 Intra Operasi Senin,11 Maret
Jam 10.55 Senin,11 Maret 2019 2019
Ayu Jam 10.55 WIB Jam 11.10 WIB
Memantau tanda vital S:-
Memberikan selimut O : warna kulit
penghagat disekitar pasien merah
leher dan kedua muda, akral
tangan teraba hangat,
Memantau kebutuhan pasien tidak
cairan pasien menggigil
- N: 121x/mnt;
Ayu - RR: 28x/mnt
- SpO2 : 100%
- Suhu tubuh
pasien 36,50C
- terpasang
infus RL 20
tpm
A : Hipotermi
teratasi
P : lanjutkan
intervensi
sampai dengan
pasien selesai
tindakan di
kamar operasi
Ayu
11/03/2019 Resiko aspirasi Senin,11 Maret 2019 Senin,11 Maret
11.20 berhubungan Jam 11.20 WIB 2019
dengan penurunan Jam 11.25 WIB
tingkat kesadaran Mengatur posisi
pasien di meja S : -
operasi O:
Veni Memonitor nadi, - N: 121x/mnt;
pernafasan dan RR: 28x/mnt
saturasi pasien - SpO2 : 100%
Memantau pemberian - Nafas pasien
oksigen, N2O dan spontan
kepatenan jalan nafas - Jalan nafas
paten
Veni - O2 2,1 l/menit
- N2O 1,5
l/menit
A : Resiko
aspirasi teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
sampai dengan
pasien selesai
dilakukan
tindakan di
kamar operasi
Veni
11/03/2019 Bersihan napas Senin,11 Maret 2019 Senin,11 Maret
11.25 tidak efektif b..d Jam 11.25 WIB 2019
mukus banyak Jam 11.30 WIB
tertahan efek dari Mengatur posisi
obat general pasien S:-
anestesi Memantau pola O :
nafas, saturasi dan - suara nafas
respirasi bersih dan
Ayu Membuka jalan tidak ada
nafas suara nafas
Membersihkan tambahan
sekresi - jalan nafas
Mengauskultasi efektif.
suara nafas - nafas spontan
- tidak terjadi
sianosis
Ayu - N :
120x/menit
- RR:
28x/menit
- SPO2 : 100%
A:
Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas teratasi
P : Lanjut
monitor secara
intensif di ruang
PACU.
Ayu
11/03/2019 Resiko kecelakaan Senin,11 Maret 2019 Senin,11 Maret
11.45 cidera jatuh Post Operasi 2019
berhubungan Meningkatkan Jam 11.50 WIB
dengan efek keamanan
anestesi (GA) lingkungan sekitar S :-
pasien O: kesadaran
Menjaga posisi CM, pasien
Neger pasien dengan posisi tampak tenang,
chin lift pengaman
Memanggil salah tempat tidur
satu orang tua untuk terpasang
menemani pasien dengan baik dan
agar tidak bingung benar, pasien
saat sadar penuh tidak terjatuh
Memantau efek selama proses
anestesi yang timbul pemindahan dan
Memasang sampai di ruang
pengaman tempat RR
tidur N: 120x/mnt;
RR: 26x/mnt
SpO2 : 100%
Neger A : Resiko jatuh
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
sampai dengan
pasien
dipindahkan
keluar kamar
operasi.
Neger
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan General Anestesi pada An. A
dengan Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponsibel didapatkan 5
diagnosa keperawatan anestesi yaitu :
1. Cemas b.d kurang pengetahuan orang tua terhadap penyakit, ditandai
dengan ibu pasien mengatakan cemas karena tiba-tiba muncul benjolan
pada perut anaknya ketika anak bergerak aktif maupun batuk, orang tua
pasien bingung karena anaknya menangis terus menerus. Masalah
teratasi dengan 2 tujuan tercapai.
2. Hipotermi b.d terpapar di lingkungan dingin, ditandai dengan akral
teraba dingin, Nadi : 119x/menit RR : 28x/menit Suhu : 35,70C.
Masalah teratasi dengan 4 tujuan tercapai.
3. Resiko aspirasi b.d penurunan tingkat kesadaran, ditandai dengan napas
spontan dengan kendali manual menggunakan jackson rees, pasien
tidak sadar, pasien memiliki riwayat batuk-batuk. Masalah teratasi
dengan 6 tujuan tercapai.
4. Bersihan napas tidak efektif b..d mukus banyak tertahan efek dari obat
general anestesi ditandai dengan napas spontan, terdengar suara ronchi.
Masalah teratasi dengan 3 tujuan tercapai.
5. Resiko cidera jatuh b.d pengaruh sekunder obat anestesi, ditandai
dengan pasien post general anestesi, komposmentis dengan gerakan
tidak beraturan, brankar tidak ada pengaman.Masalah teratasi dengan 2
tujuan tercapai.
B. Saran
1. Seorang perawat anestesi harus mahir dalam melakukan pengkajian,
merumuskan diagnosa, menetapkan intervesi, melaksanakan
implementasi dan mengevaluasi respon pasien pasien pada tahap pre
anestesi, intra anestesi hingga post anestesi.
2. Perawat anestesi harus segera tanggap tanda kegawatan yang terjadi
pada pasien dan dapat mencegah agar kegawatan tidak terjadi.
3. Perawat anestesi harus bisa bermitra baik dengan dokter anestesi
secara efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marylinn E, 2000. Moorhouse Mary Frances, geissler Alice. Rencana
Asuhan Keperawatan, (Edisi 3), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
https://edoc.site/queue/lp-herniotomy-pdf-free.html diakses pada tanggal 7 Maret
2019 pukul 13.00 WIB.
https://id.scribd.com/document/331893726/Lp-Herniotomy diakses pada tanggal 7
Maret 2019 pukul 13.30 WIB.
https://id.scribd.com/document/207562652/Askep-Hernia-Pada-Anakdiakses pada
tanggal 7 Maret 2019 pukul 12.30 WIB
https://id.scribd.com/doc/194540854/Asuhan-Keperawatan-Perioperatif-Pasien-
HIL-SINISTRA diakses pada tanggal 7 Maret 2019 pukul 14.00 WIB.
Mansjoer, A, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, Media Aesculapius,
Jakarta.
Setiawan, 2012. Hernia Inguinalis. (online), (http://setiawanaj.blogspot.com/
diakses tanggal 7 Maret 2019 pukul 13.30).
Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi, penerbit
EGC, Jakarta.