Anda di halaman 1dari 2

BODY SHAMING DI MEDIA SOSIAL

A. Dampak Positif
Akibat dari fenomena body shaming di media sosial ini orang-orang menjadi punya
standar kecantikan. Padahal untuk masalah fisik tidak ada patokannya, tetapi dengan adanya
fenomena ini, semua orang berlomba-lomba memastikan terlihat sempurna di media sosial
yang mereka miliki.

B. Dampak Negatif
Dampak negatif dari body shaming pada diri korban adalah munculnya perasaan
cemas, rasa malu, tidak percaya diri, melakukan diet ekstrim, hingga gangguan mental berat.
Tak jarang pula korban yang mendapatkan komentar negatif tersebut menutup akun media
sosialnya. Bahkan, dampak terparah dari body shaming adalah korban memutuskan untuk
mengakhiri hidupnya.

C. Etika
Adapun dalam bermedia sosial tentunya mempunyai kaidah dalam penggunaannya
bagaimana cara bermedia sosial dengan baik dan bijak. Namun, para pengguna jejaring media
sosial (netizen) acap kali menggunakan media sosial dengan tidak cerdas dan tidak
mempunyai etika, seperti halnya dalam kasus berkomentar di media sosial melampaui batas
kewajaran sehingga jatuh kepada haters dan pembullyan dengan dalih kepedulian dan sok
tahu dan menyimpulkan bahwa opini mereka yang paling benar.

D. Sangsi Hukum
Segala penghinaan yang dilakukan di media sosial ternyata termasuk tindak pidana.
Menurut Hukum Online, pelakunya bisa dijerat dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 , tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (atau lebih dikenal UU ITE) Pasal 27 ayat
3, sebagaimana yang telah diubah oleh UU No. 19 Tahun 2016.

E. Konsekuensi
Salah satu penyebab maraknya perilaku body shaming menurut Dr. Devie
Rahmawati yaitu kurangnya edukasi mengenai perilaku body shaming (Jawa Pos, 2018)
Sehingga, orang tersebut tidak mengetahui apa dampak yang akan dipikul oleh korban. Selain
itu, walaupun aturan hukumnya sudah ada, belum ada ketegasan dalam penegakan hukumnya,
sehingga banyak orang menganggap bahwa perilaku body shaming yang mereka lakukan
tidak akan membuat mereka dihukum.
F. Solusi
Diperlukan solusi untuk mengurangi perilaku body shaming di media sosial.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut :
Pertama, melakukan psikoedukasi, psikoedukasi dirasa penting dikarenakan salah satu
penyebab dari adanya body shaming adalah kurangnya edukasi. Ketika individu mengetahui
dampak yang akan dialami korban, hal itu tentu dapat mencegahnya dari tindakan body
shaming. Psikoedukasi ini dapat dilakukan dengan menyebarkan konten-konten positif dan
mendidik bertema kesehatan mental serta bahaya tindakan body shaming, sehingga mampu
menyadarkan masyarakat mengenai perilaku body shaming.
Kedua, penegakan hukum yaitu modeling, seseorang akan melihat adanya reward dan
punishment dalam suatu perilaku sebelum ia meniru. Ketika individu melihat adanya
hukuman karena berkomentar negatif, tentunya ia akan menghindari perilaku tersebut.
Indonesia memang memiliki aturan mengenai cyberbullying, namun kenyataannya aturan
tersebut masih lemah.
Ketiga, setiap individu harus mengembangkan perasaan mencintai diri sendiri. Ketika
seseorang memiliki rasa mencintai diri sendiri, orang tersebut cenderung lebih mudah dalam
menanggapi komentar negatif. Ibarat seperti tameng, mencintai diri sendiri dapat menahan
berbagai cemoohan. Dengan mencintai diri sendiri, individu akan lebih fokus pada
kelebihannya dan mengembangkan dirinya dibandingkan meratapi kekurangan dalam dirinya.
Sehingga, ia dapat merasa nyaman dengan segala kelebihan dan kekurangannya dalam kondisi
apapun.

Anda mungkin juga menyukai