Anda di halaman 1dari 56

PEDOMAN

PENYUSUNAN DOKUMEN PUSKESMAS

UPTD PUSKESMAS DAYEUHLUHUR I I


KABUPATEN CILACAP

DINAS KESEHATAN KABUPATEN CILACAP


UPTD PUSKESMAS DAYEUHLUHUR II
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI --------------------------------------------------------------------i


BAB I PENDAHULUAN--------------------------------------------3
A. Latar Belakang----------------------------------------3
B. Maksud Dan Tujuan---------------------------------3

1. Maksud--------------------------------------------3

2. Tujuan----------------------------------------------4

C. Sasaran-------------------------------------------------4
D. Dasar Hukum------------------------------------------4
BAB II DOKUMENTASI MUTU PUSKESMAS---------------6
A. Jenis Dokumen Berdasarkan Sumber----------6

1. Dokumen Internal-------------------------------6

2. Dokumen Eksternal-----------------------------6

B. Jenis dokumen berdasarkan keamanan isi----6

1. Dokumen Rahasia------------------------------6

2. Dokumen Biasa----------------------------------6

C. Jenis Dokumen Mutu Puskesmas---------------6

1. Dokumen Induk----------------------------------6

2. Dokumen terkendali----------------------------6

3. Dokumen tidak terkendali---------------------7

4. Dokumen Kedaluwarsa------------------------7

D. Jenis Dokumen yang perlu disediakan---------7


E. Prosedur Pengendalian Dokumen di
Puskemas----------------------------------------------8

1. Identifikasi Penyusunan-----------------------8

2. Penyusunan Dokumen------------------------8

3. Pengendalian Dokumen-----------------------9

4. Sosialisasi Dokumen---------------------------9
i
5. Pencatatan Dokumen, Distribusi, dan
Penarikan Dokumen---------------------------9

6. Tata Cara Penyimpanan Dokumen-------10

7. Penataan Dokumen--------------------------11

8. Revisi Atau Perubahan Dokumen---------11

F. Rekam Implementasi------------------------------11
G. Penomoran-------------------------------------------12

1. Dokumen SK-----------------------------------12

2. Dokumen SOP---------------------------------12

3. Dokumen KK-----------------------------------13

4. Surat Keluar------------------------------------14

5. Surat Keluar------------------------------------15

BAB III PENYUSUNAN DOKUMEN MUTU ------------------16


A. Umum-------------------------------------------------16
B. Kebijakan---------------------------------------------18
C. Manual Mutu-----------------------------------------23
D. Rencana Lima Tahunan Puskesmas----------24
E. Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)
Tahunan----------------------------------------------28
F. Pedoman/ Panduan--------------------------------30
G. Penyusunan kerangka acuan
program/kegiatan. ---------------------------------35
H. Standar operasional prosedur (SOP) ---------40
I. Pedoman Pembuatan Notulen Pertemuan---49
J. Daftar Tilik--------------------------------------------50
K. Penulisan Lampiran Pengesahan Kepala
Puskesmas-------------------------------------------52
BAB IV PENUTUP-------------------------------------------------533

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu unsur penting dan sangat vital yang menentukan keberhasilan
Mutu Puskesmas adalah bagaimana mengatur sistem pengdokumentasian
dokumen. Pengaturan sistem dokumentasi dalam satu dalam proses
implementasi Mutu Puskesmas dianggap penting karena dokumen merupakan
acuan kerja, bukti pelaksanaan dan penerapan kebijakan, program dan kegiatan,
serta bagian dari salah satu persyaratan Mutu Puskesmas.
Dengan adanya sistem dokumentasi yang baik dalam suatu
institusi/organisasi diharapkan fungsi-fungsi setiap personil maupun bagian-
bagian dari organisasi dapat berjalan sesuai dengan perencanaan bersama
dalam upaya mewujudkan kinerja yang optimal
Dokumen yang dimaksud dalam Mutu Puskesmas secara garis besar
dibagi atas dua bagian yaitu dokumen internal dan eksternal. Dokumen tersebut
digunakan untuk membangun dan membakukan sistem manajemen mutu dan
sistem manajemen pelayanan. Regulasi internal tersebut berupa Kebijakan,
Pedoman, Standar operasional prosedur (SOP) dan dokumen lain disusun
berdasarkan peraturan perundangan dan pedoman-pedoman (regulasi) eksternal
yang berlaku.
Agar para pemangku kepentingan Mutu Puskesmas memiliki acuan dan
memudahkan dalam melakukan dokumentasi perlu disusun Pedoman
Penyusunan Dokumen Mutu Puskesmas.

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud

Pedoman ini dimaksudkan agar semua komponen yang ada di Puskesmas


memiliki acuan dalam melakukan standarisasi tata naskah seluruh dokumen
terkait Mutu Puskesmas

3
2. Tujuan

a. Tersedianya pedoman bagi Kepala Puskesmas dan Penanggung Jawab


Mutu Puskesmas.
b. Tersedianya pedoman bagi Penanggung jawab dan pelaksana upaya
kesehatan di Puskesmas dalam menyusun dokumen-dokumen yang
dipersyaratkan dalam standar Mutu

C. Sasaran

1. Kepala Puskesmas dan Tim Mutu Puskesmas


2. Semua Penanggungjawab dan semua pelaksana Puskesmas

D. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik


Kedokteran, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tetang Pelayanan
Publik, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112;
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah;
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan;
8. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan;
9. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 perubahan atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Ijin Lingkungan
12. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 Tentang Sistem informasi
Kesehatan;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 Tentang Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;

4
14. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun;
15. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 Tentang Sistem
Kesehatan Nasional;
16. Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2017 Tentang Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia;
17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269 tahun 2008
Tentang Rekam Medik;
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010
Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum;
19. Peraturan Menteri Pendagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 33 Tahun 2011 Tentang Pedoman Analisis Jabatan;
20. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2052 Tahun 2011
Tentang Ijin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
21. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2269 Tahun 2011
Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat;
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2012
Tentang Analisis Jabatan Di Lingkungan Kementrian Dalam Negeri Dan
Pemerintah Daerah;
23. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 35 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional
Prosedur Administrasi Pemerintahan;
24. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012
Tentang Penyelenggaraan Laboratorium Puskesmas;
25. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2012
Tentang Pedoman Pelaksanaan Analisis Beban Kerja di Lingkungan
Kementeiran Kesehatan;
26. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013
Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Sanitarian;
27. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2013
Tentang Peta Jalan Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan;
28. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2013
Tentang Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik;

5
29. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013
Tentang Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat di
Bidang Kesehatan;
30. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013
Tentang Jabatan Fungsional Umum di Lingkungan Kementrian Kesehatan;
31. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
Tentang Panduan Praktik Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanaan Kesehatan
Primer;
32. Peraturan Menteri Kesehatan Rebublik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014
Tentang Klinik;
33. Peraturan Menteri Pendagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 15 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan;
34. Peraturan Menteri Kesehatan Rebublik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Upaya Perbaikan Gizi;
35. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014
Tentang Upaya Kesehatan Anak;
36. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014
Tentang Higiene Sanitasi Depot Air Minum;
37. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
Tentang Puskesmas;
38. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2014 Tenta
ng Penanggulangan Penyakit Menular;
39. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014
Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan,
dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi,
Serta Pelayanan Kesehatan Seksual;
40. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015
Tentang Pedoman Penyimpanan Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika
Psikotropika dan Prekursor;
41. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015
Tentang Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas;
42. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2015
Tentang Pedoman Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil Kementriaan
Kesehatan;

6
43. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2015
Tentang Akreditasi Puskesmas,Klinik Pratama,Tempat Praktik Mandiri Dokter
dan Dokter Gigi;
44. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2015
Tentang Penanggulangan Penyakit Tidak Menular;
45. Peraruran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2016
Tentang Penggunaan Gas Medik dan Vakum Medik Pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
46. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2016
Tentang Upaya Pengembangan Kesehatan Tradisional Melalui Asuhan Mandiri
Pemanfatan Taman Obat Keluarga dan Ketrampilan;
47. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2016
Tentang Penggunaan Dana Kapitasi JKN Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan
dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Milik Pemerintah Daerah;
48. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016
Tentang Pedoman Penyelenggaran Program Indonesia Sehat Dengan
Pendekatan Keluarga;
49. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2016
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015
Tentang Akreditasi Puskesmas ,Klinik Pratama,Tempat Praktik Mandiri
Dokter,Dan Tempat Mandiri Praktik Dokter Gigi;
50. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2016
Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
51. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016
Tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;
52. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2016
Tentang Standar Produk Suplementasi Gizi;
53. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2016
Tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris;
54. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016
Tentang Penanggulangan Tuberkulosis;
55. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016
Tentang Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas;

7
56. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017
Tentang Perubahan Penggolongan Narkotika;
57. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2017
Tentang Ijin dan Penyelenggaraan Praktek Bidan;
58. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017
Tentang Keselamatan Pasien;
59. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017
Tentang Imunisasi;
60. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 14 Tahun 2017 Tentang Survei Kepuasan Masyarakat;
61. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 25
Tahun 2016 tentang Nomenklatur Jabatan Pelaksana bagi Pegawai Negeri
Sipil di Lingkungan Instansi Pemerintah;
62. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017
Tentang Pedoman dan Pencegahan Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
63. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2017
Tentang Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Kesehatan;
64. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2017
Tentang Eliminasi Penularan Human Immunodeficiency Virus Sifilis Dan
Hepatitis B dari Ibu ke Anak;
65. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1653 Tahun 2005
Tentang Pedoman Penanganan Bencana Bidang Kesehatan;
66. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 585 Tahun 2007
Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas;
67. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 298 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Akreditasi Laboratorium Kesehatan;
68. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/514/2015 Tentang
Panduan Praktek Klinis Bagi dokter Gigi;
69. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MenKes/659/2017 Tentang
Formularium Nasional;
70. Peraturan Daerah Bupati Cilacap Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Tata
Pelayanan dan Restribusi Pelayanan Kesehatan pada Unit Pelaksana Teknis

8
Pusat Kesehatan Masyarakat dan Unit Pelaksana Teknis Laboratorium
Kesehatan Daerah;
71. Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor 9 Tahun 2016 Tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Cilacap;
72. Peraturan Bupati Cilacap Nomor: 62 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pola
Klasifikasi Kearsipan Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Cilacap;
73. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Tata Pelayanan dan
Restribusi;
74. Peraturan Bupati Cilacap Nomor 88 Tahun 2016 Tentang Kedudukan Susunan
Organisasi ,Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Cilacap;
75. Peraturan Bupati Cilacap 67 Tahun 2017 Tentang Pedoman Tata Naskah
Dinas Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Cilacap;
76. Peraturan Bupati Cilacap Nomor 15 Tahun 2018 Tentang Pembentukan,
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Daerah Pada Dinas Kesehatan Kabupaten CIlacap;
77. Keputusan Bupati Cilacap Nomor: 954/02/40/Tahun 2018 Tentang Penunjukan
Pengguna Anggaran /Pengguna Barang Dan/ Atau Kuasa Pengguna
Anggaran/ Kuasa Pengguna Barang, Bendahara Penerimaan, Bendahara
Penerimaan Pembantu, Bendahara Pengeluaran, Bendaghara Pengeluaran
Pembantu Gaji Pegawai Dan Bendahara Pengeluaran Pembantu Kegiatan
Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Cilacap Tahun Anggaran 2018;
78. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap
Nomor:440/0906/16.2Tentang Indikator Penilaian Kinerja UPTD Puskesmas
Kabupaten Cilacap Tahun 2018;

9
BAB II

DOKUMENTASI MUTU PUSKESMAS

A. Jenis Dokumen Berdasarkan Sumber

1. Dokumen Internal

Sistem manajemen mutu, sistem penyelenggaraan pelayanan upaya


kesehatan perorangan dan sistem penyelenggaraan upaya kesehatan
masyarakat (untuk Puskesmas) perlu dibakukan berdasarkan regulasi internal
yang ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. Regulasi internal tersebut disusun
dan ditetapkan dalam bentuk dokumen yang harus disediakan oleh
Puskesmas untuk memenuhi standar Mutu .

2. Dokumen Eksternal

Regulasi eksternal yang berupa peraturan perundangan dan


pedoman-pedoman yang diberlakukan oleh Kementerian Kesehatan, Dinas
Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dan organisasi profesi, yang merupakan
acuan bagi Puskesmas dalam menyelenggarakan administrasi manajemen
dan upaya kesehatan perorangan serta khusus bagi Puskesmas untuk
penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat.
Dokumen-dokumen eksternal sebaiknya ada di Puskesmas tersebut,
sebagai dokumen yang dikendalikan, meskipun dokumen eksternal tersebut
tidak merupakan persyaratan dalam penilaian Mutu .

B. Jenis Dokumen Berdasarkan Keamanan Isi

1. Dokumen Rahasia
2. Dokumen Umum Bukan Rahasia

C. Jenis Dokumen Mutu Puskesmas

1. Dokumen Induk atau master

Dokumen asli dan telah disahkan oleh Kepala Puskesmas.

2. Dokumen Terkendali

Dokumen yang didistribusikan kepada sekretariat/tiap unit/pelaksana,


terdaftar dalam Daftar Distribusi Dokumen Terkendali, dan menjadi acuan
10
dalam melaksanakan pekerjaan dan dapat ditarik bila ada perubahan (revisi).
Dokumen ini harus ada tanda/stempel “TERKENDALI”.

3. Dokumen Tidak Terkendali

Dokumen yang didistribusikan untuk kebutuhan eksternal atau atas


permintaan pihak di luar Puskesmas digunakan untuk keperluan insidentil,
tidak dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan pekerjaan dan
memiliki tanda/stempel “TIDAK TERKENDALI”. Yang berhak mengeluarkan
dokumen ini adalah Penanggung jawab Manajemen Mutu dan tercatat pada
Daftar Distribusi Dokumen Tidak Terkendali.

4. Dokumen Kadaluwarsa

Dokumen yang dinyatakan sudah tidak berlaku oleh karena telah


mengalami perubahan/revisi sehingga tidak dapat lagi menjadi acuan dalam
melaksanakan pekerjaan. Dokumen ini harus ada tanda/stempel
“KADALUWARSA”. Dokumen induk diidentifikasi dan dokumen sisanya
dimusnahkan.

D. Jenis Dokumen Yang Perlu Disediakan

Dokumen-dokumen yang perlu disediakandi Puskesmas adalah sebagai berikut:


1. Penyelenggaraan Manajemen Puskesmas:
a. Kebijakan Kepala Puskesmas,
b. Rencana Lima Tahunan Puskesmas,
c. Pedoman/manual mutu,
d. Pedoman/panduan teknis yang terkait dengan manajemen,
e. Standar operasional prosedur (SOP),
f. Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP):
1) Rencana Usulan Kegiatan (RUK), dan
2) Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
g. Kerangka Acuan Kegiatan.
2. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM):
a. Kebijakan Kepala Puskesmas,
b. Pedoman untuk masing-masing UKM (esensial maupun pengembangan),
c. Standar Operasional Prosedur (SOP),
d. Rencana Tahunan untuk masing-masing UKM,
e. Kerangka Acuan Kegiatan pada tiap-tiap UKM.

11
3. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
a. Kebijakan tentang pelayanan klinis,
b. Pedoman Pelayanan Klinis,
c. Standar operasional prosedur (SOP) klinis,
d. Kerangka Acuan terkait dengan Program/Kegiatan Pelayanan Klinis dan
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.

E. Prosedur Pengendalian Dokumen di Puskesmas

Prosedur Pengendalian dokumen di Puskesmas harus ditetapkan oleh


Kepala Puskesmas yang dijadikan acuan oleh seluruh unit di Puskesmas.

Tujuan Pengendalian Dokumen adalah terkendalinya kerahasiaan dokumen,


proses perubahan, penerbitan, distribusi dan sirkulasi dokumen, secara umum
dokumen-dokumen dalam sistem manajemen mutu yang di susun meliputi:

Dokumen level 1 : Kebijakan


Dokumen level 2 : Pedoman/manual
Dokumen level 3 : Standar prosedur operasional
Dokumen level 4 : Rekaman-rekaman sebagai hasil pelaksanaan
suatu kegiatan

1. Identifikasi Penyusunan/Perubahan Dokumen

Identifikasi kebutuhan, dilakukan pada tahap Self Assesment dalam


Pendampingan Mutu. Hasil self assessment digunakan sebagai acuan untuk
mengidentifikasi dokumen sesuai Standar Mutu yang sudah ada di
Puskesmas. Bila dokumen sudah ada, dapat diidentifikasi dokumen tersebut
masih efektif atau tidak.

2. Penyusunan Dokumen

Kepala Subag Tata Usaha Puskesmas, Penanggung jawab Admen di Klinik


Pratama dan Dokter/Dokter Gigi Praktik Mandiri, dan Penanggung jawab
UKM dan UKP bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
identifikasi/perubahan serta penyusunan dokumen. Penyusunan dokumen
secara keseluruhan dikoordinir oleh tim mutu/tim Mutu Puskesmas dengan
mekanisme sebagai berikut :
a) SOP yang telah disusun oleh pelaksana atau unit kerja disampaikan ke
Tim Mutu

12
b) Fungsi Tim Mutu Puskesmas didalam penyusunan dokumen adalah :
1) Memberikan tanggapan, mengkoreksi dan memperbaiki dokumen
yang telah disusun oleh pelaksana atau unit kerja baik dari segi
bahasa maupun penulisan,
2) Mengkoordinir proses pembuatan dokumen sehingga tidak terjadi
duplikasi /tumpang tindih dokumen antar unit,
3) Melakukan cek ulang terhadap dokumen yang akan ditandatangani
oleh Kepala Puskesmas.
3. Pengesahan Dokumen
Pengesahan dokumen oleh kepala puskesmas dengan mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut:
a. Kepala puskesmas menerima dokumen yang telah diperiksa oleh
penanggung jawab Manajemen Mutu melalui hardcopy untuk disetujui
b. Jika setuju, maka melakukan persetujuan dengan menandatangani
hardcopy dokumen
c. Jika tidak setuju, maka melakukan penolakan dan dikembalikan kepada
penanggung jawab Manajemen Mutu untuk direvisi
Tabel Pengesahan Dokumen
Penanggung
No Level Dokumen Diperiksa Disahkan
Jawab

1 Surat Keputusan Kasubag TU Ketua Ka.Puskesmas


(Paraf sebelah kiri) Akreditasi/
Mutu(Paraf
sebelah
kanan)

2 Pedoman/Panduan Ketua Pokja (Paraf Ketua Ka.Puskesmas


sebelah kiri) Akreditasi/
Mutu (Paraf
sebelah
kanan)

3 SOP Ketua Pokja (Paraf Ketua Ka.Puskesmas


sebelah kiri) Akreditasi/
Mutu (Paraf
sebelah
13
kanan)

4 KAK Ketua Pokja (Paraf Ka.Puskesmas


sebelah kanan)

4. Sosialisasi Dokumen

Agar dokumen dapat dikenali oleh seluruh pelaksana maka perlu dilakukan
sosialisasi dokumen tersebut, khusus bagi SOP, bila ada kesulitan untuk
melaksanakan SOP tersebut maka perlu dilakukan pelatihan.

5. Pencatatan Dokumen, Distribusi dan Penarikan Dokumen

Kepala Puskesmas menunjuk salah satu anggota Tim Mutu sebagai Petugas
Pengendali Dokumen.

Petugas tersebut bertanggung jawab atas:


a. Penomoran dokumen
Tata cara penomoran Dokumen
Penomoran diatur pada kebijakan pengendalian dokumen, dengan
ketentuan:
1) Semua dokumen harus diberi nomor,
2) Puskesmas agar membuat kebijakan tentang pemberian nomor sesuai
dengan tata naskah yang dijadikan pedoman,
3) Pemberian nomor mengikuti tata naskah Puskesmas, atau ketentuan
penomoran (bisa menggunakan garis miring atau dengan sistem digit).
4) Pemberian nomor sebaiknya dilakukan secara terpusat.
b. Pencatatan dalam Daftar Dokumen Eksternal atau Internal
c. Menyerahkan dokumen kepada pengusul untuk menggandakan
d. Mendistribusikan dokumen yang sudah diberi stempel terkendali
e. Tata Cara Pendistribusian dokumen :
1) Distribusi adalah kegiatan atau usaha menyampaikan dokumen
kepada unit upaya atau pelaksana yang memerlukan dokumen
tersebut agar dapat digunakan sebagai panduan dalam melaksanakan

14
kegiatannya. Kegiatan ini dilakukan oleh tim mutu atau bagian Tata
Usaha Puskesmas sesuai pedoman tata naskah.
2) Distribusi harus memakai ekspedisi dan/atau formulir tanda terima.
3) Distribusi dokumen bisa hanya untuk unit kerja tertentu tetapi bisa
juga untuk seluruh unit kerja lainnya.
4) Bagi Puskesmas/Klinik yang sudah menggunakan e-file maka
distribusi dokumen bisa melalui jejaring area lokal, dan diatur
kewenangan otorisasi disetiap unit kerja, sehingga unit kerja dapat
mengetahui batas kewenangan dalam membuka dokumen.
5) Menarik dokumen lama apabila dokumen ini adalah dokumen
pengganti serta mengisi format usulan penambahan/penarikan
dokumen
6) Mengarsipkan dokumen induk yang sudah tidak berlaku dengan
membubuhkan stempel “Kadaluwarsa” dan kemudian menyimpan
dokumen tersebut selama 2 tahun
7) Memusnahkan dokumen sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan

6. Tata Cara Penyimpanan Dokumen


a. Dokumen asli (master dokumen yang sudah dinomori dan sudah
ditandatangani) agar disimpan di sekretariat Tim Mutu Puskesmas atau
Bagian Tata Usaha Puskesmas, sesuai dengan ketentuan yang berlaku
di organisasi tersebut tentang tata cara pengarsipan dokumen yang
diatur dalam pedoman/tata naskah. Penyimpanan dokumen yang asli
harus rapi, sesuai metode pengarsipan sehingga mudah dicari kembali
bila diperlukan.
b. Dokumen fotocopy disimpan di masing-masing unit upaya Puskesmas,
dimana dokumen tersebut dipergunakan. Bila tidak berlaku lagi atau
tidak dipergunakan maka unit kerja wajib mengembalikan dokumen
yang sudah tidak berlaku tersebut ke sekretariat Tim mutu atau Bagian
Tata Usaha sehingga di unit kerja hanya ada dokumen yang masih
berlaku saja. Sekretariat Tim Mutu atau Bagian Tata Usaha organisasi
dapat memusnahkan fotocopy dokumen yang tidak berlaku tersebut,
namun untuk dokumen yang asli agar tetap disimpan, dengan lama
penyimpanan sesuai ketentuan dalam ketentuan retensi dokumen yang
berlaku di Puskesmas.

15
c. Dokumen di unit upaya Puskesmas harus diletakkan di tempat yang
mudah dilihat, mudah diambil, dan mudah dibaca oleh pelaksana.

7. Penataan Dokumen.

Untuk memudahkan didalam pencarian dokumen Mutu Puskesmas


dikelompokan masing- masing bab/kelompok pelayanan/UKM dengan
diurutkan setiap urutan kriteria dan elemen penilaian, dan diberikan daftar
secara berurutan.

8. Revisi Atau Perubahan Dokumen


a. Dilakukan setelah proses pengkajian serta mendapat pengesahan sesuai
pejabat yang berwenang
b. Setiap kali revisi seluruh halaman akan mengalami perubahan
c. Isi revisi atau perubahan harus tercatat pada Riwayat Perubahan
Dokumen
d. Tanggal terbit pada sudut kanan atas cover merupakan tanggal terbit
dokumen terkini (untuk dokumen selain kebijakan dan SOP)

F. Rekam Implementasi.

1. Rekam implementasi adalah: dokumen yang menjadi bukti obyektif dari


kegiatan yang dilakukan atau hasil yang dicapai didalam kegiatan Puskesmas
dalam melaksanakan regulasi internal atau kegiatan yang direncanakan.
2. Catatan/rekam implementasi sebagai bukti pelaksanaan kegiatan juga harus
dikendallikan. Organisasi harus menetapkan SOP terdokumentasi untuk
mendefinisikan pengendalian yang diperlukan untuk identifikasi,
penyimpanan, perlindungan, pengambilan, lama simpan dan permusnahan.
Catatan/rekam implementasi harus dapat terbaca, segera dapat teridentifikasi
dan dapat diakses kembali.

G. Penomoran
1. Dokumen SK (Surat Keputusan)
contoh sebagai berikut :
188.47 / 001 / 2018 / 16.47

16
Kode Puskesmas
Tahun Terbit
Nomor Urut
Mengacu ke Peraturan
Bupati Cilacap Nomor 62
Tahun 2008 Tentang
Pedoman Pola Klasifikasi
Kearsipan Di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten
Cilacap
2. Dokumen SOP (Standar Operasional Prosedur)
SOP/XX/YY/ZZ >> SOP/01/2018/16.47
SOP menyatakan dokumen Standar Operasional Prosedur
a. XX : Menyatakan nomor urut SOP
b. YY : Menyatakan tahun Penyusunan
c. ZZ : Menyatakan Kode Puskesmas

3. Dokumen KAK (Kerangka Acuan)


KAK/XX/YY/ZZ >> KK/01/2018/16.47
KK menyatakan dokumen Kerangka Acuan.
a. XX : Menyatakan nomor urut KAK
b. YY : Menyatakan tahun Penyusunan
c. ZZ : Menyatakan Kode Puskesmas

4. Surat Keluar
Contoh : Nomor Surat Keluar
No.800/001/16.47
800 : Menunjukan klasifikasi surat
001 : Menunjukan Nomor Urut Surat
16.47 : Kode Puskesmas
Contoh : Format Penomoran / Agenda Surat Keluar
No Tanggal
Nomor Surat Lampiran Perihal Kepada Tembusan
Urut Surat
1 800/001/16.47 02-01- 1 Lembar Laporan DKK Kecamatan
2 2018 kepegawaian Cilacap

17
dst…

Rincian pola klasifikasi mengacu kepada Peraturan Bupati Cilacap Nomor 62 Tahun
2008 adalah sebagai berikut :
005 :Undangan
028 :Inventaris Barang
028.1 : Penghapusan
029 : Pengurusan Kendaraan
045 : Kearsipan
042 : Dokumentasi
094 : Perjalanan Pegawai, termasuk Pemanggilan pegawai
188.47:Keputusan Lainnya
800 : Kepegawaian
810 : Pengadaan Pegawai
820 : Mutasi Pegawai
830 : Kedudukan Pegawai
840 : Kesejahteraan Pegawai
850 : Cuti
851 : Cuti Tahunan
852 : Cuti Besar
853 : Cuti Sakit
854 : Cuti Hamil
855 : Cuti naik haji
856 : Cuti di Luar tanggungan Negara
857 : Cuti Alasan Lain
860 : Penilaian
870 : Tata Usaha Kepegawaian
880 : Pemberhentian
890 : Pendididkan Pegawai
900 : Keuangan
901 : Nota Keuagan
910 : Anggaran
911 : Belanja Tidak Langsung
912 : Belanja Langsung
913 : Anggaran Definitif

18
914 : Anggaran Perubahan
915 : DPA
916 : RKA
920 : Otorisasi
930 : Verifikasi
940 : Pembukuan
950 : Perbendaharaan
960 : Pembinaan Kebendaharaan
970 : Pendapatan
980 : Pengeluaran
990 : Bendaharawan
440.1 :Surat Keterangan Dokter
440.2 :Rujukan pasien
440.3 :Visum et Repertum
441 :Pembinaan Kesehatan
442 :Obat Obatan
442.1 :Pengadaan obat
442.2 :Penyimpanan obat
442.3 :Obat Generik
442.4 :Pemalsuan Obat
442.5 :Obat terlarang
443 :Pemberantasan Penyakit
445.4 :Puskesmas dan puskesmas keliling
446 : Tenaga medis
447 : Peralatan Kesehatan
447.1 : Pengadaan Alat Kesehatan
447.2 : Penyimpanan alat kesehatan
447.3 : Standarisasi alat kesehatan
447.4 : Penghapusan alat kesehatan

5. Surat Masuk
Semua surat yang masuk dicatat sesuai nomor urut diterimanya surat
Contoh : Format Penomoran/ Agenda Surat Masuk
No Tgl Asal No Surat Tgl Lampiran Perihal Disposisi Ket

19
Urut Agenda Surat Surat
1 12/3/19 DKK 445.4/04 19/2/19 - Umpan Ka TU
2 Cilacap 31E/16.2 balik PKP
dst…

6.Bukti Kegiatan
Bukti pelaksanaan kegiatan dan pelayanan, Puskesmas perlu menyiapkan
rekam implementasi (bukti tertulis kegiatan yang dilaksanakan) dan dokumen-
dokumen pendukung lain, seperti foto copy ijazah, sertifikat pelatihan, sertifikat
kalibrasi,foto-foto pelaksanaan kegiatan dan sebagainya.

20
BAB III
PENYUSUNAN DOKUMEN MUTU
A. Umum

Guna memberikan kepastian dan keseragaman, penyusunan dokumen


Mutu perlu disepakati mengenai font (jenis huruf); margin (batas kiri, kanan, atas
dan bawah); maupun spasi (jarak baris) yang akan digunakan. Kertas yang
digunakan juga harus sama jenis maupun ukurannya. Adapun perinciannya
adalah sebagai berikut :
1. Font : ARIAL dengan ukuran 12
2. Margin : a. kiri : (3 cm)
b. Kanan : (2,5 cm)
c. atas : Pakai kop surat cetak 4 cm
d. Pakai kop surat langsung 1,5 cm, dibawah garis kop surat 1,5 cm
e. Tidak pakai kop surat 3 cm
f. bawah : (2,5 cm)
3. Spasi : 1,5 lines (khusus SOP dan Kebijakan, spasi 1 lines)
4. Kertas : HVS warna putih ukuran Costume size (21,5 cm x 33 cm)
5. Berat 70 atau 80 gram/m2.
6. Orientasi : portrait dan Landscape
7. Halaman baru digunakan untuk kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar
gambar, daftar grafik, daftar lampiran, judul tiap bab, dan daftar pustaka.
8. Penulisan judul kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar
grafik, daftar lampiran, judul bab dan daftar pustaka menggunakan huruf
capital seluruhnya, dengan huruf tebal (Bold) tanpa garis bawah, tanpa titik
dan ditulis ditengah.
9. Penulisan judul sub bab dan sub sub bab menggunakan huruf kapital pada
setiap awal kata, kecuali kata penghubung atau kata depan yang terletak
ditengah judul sub bab.
10. Penomeran tabel, gambar, grafik, atau bagan menggunakan angka Arab
dengan system penulisan berdasarkan nomor bab dan nomor tabel. Misalnya
Tabel 1.1 berarti tabel pada BAB 1 nomor 1.
11. Penomoran untuk halaman-halaman sebelum halaman BAB 1.
PENDAHULUAN menggunakan angka romawi kecil (misalnya i, ii, iii, iv, dan

21
seterusnya) ditulis di tengah halaman bagian bawah berjarak dua spasi dari
teks.
12. Penulisan halaman dimulai halaman vi pada kata pengantar. Halaman i, ii, iii,
iv dan v pada halaman sebelumnya tidak ditulis.
13. Nomor halaman bagian teks ditulis pada sudut kanan atas, kecuali jika ada
judul bab, nomor halaman ditulis ditengah halaman bagian bawah.
14. Penulisan halaman 1 dimulai pada halaman BAB I. PENDAHULUAN.
15. Penomoran menggunakan sistem:
A.
1.
a.
1)
a)
i

22
B. Kebijakan

Kebijakan adalah Peraturan/Surat Keputusan yang ditetapkan oleh


Kepala Puskesmas yang merupakan garis besar yang bersifat mengikat dan
wajib dilaksanakan oleh penanggung jawab maupun pelaksana. Berdasarkan
kebijakan tersebut, disusun Pedoman/Panduan dan Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang memberikan kejelasan langkah-langkah dalam
pelaksanaan kegiatan di Puskesmas.
Peraturan bersifat umum, abstrak dan berlaku secara terus menerus;
batang tubuh tidak ditulis sebagai diktum tetapi dalam bentuk Bab-bab dan
Pasal-pasal. Sedangkan Keputusan bersifat individual, kongkret dan berlaku
sekali selesai; batang tubuh ditulis sebagai diktum.
Penyusunan Peraturan/Surat Keputusan tersebut harus didasarkan
pada peraturan perundangan, baik Undang-undang, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden, Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah, Peraturan
Menteri dan pedoman-pedoman teknis yang berlaku seperti yang ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Dinas Kesehatan Provinsi,
dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.,
Peraturan/Surat Keputusan Kepala Puskesmas dapat dituangkan
dalam pasal-pasal dalam keputusan tersebut atau merupakan lampiran dari
peraturan/keputusan. Format Peraturan/Surat Keputusan disesuaikan dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014 tentang
Puskesmas, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatu r Negara Nomor 80
tahun 2012 tentang Pedoman Tana Naskah Dinas Intansi Pemerintah ,
Peraturan Bupati Cilacap Nomor 74 Tahun 2010 tentang Pedoman Pola
Klasifikasi Kearsipan Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Cilacap,Peraturan
Bupati Cilacap Nomor 67 Tahun 2017 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas Di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Cilacap, Peraturan Bupati Cilacan Nomor 15
Tahun 2018 tentang Pembentukan Kedudukan Susunan Organisasi Tugas dan
Fungsi serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Cilacap atau dapat disusun sebagai berikut:

1. Kepala
Bagian kepala keputusan terdiri dari :

23
a. Kop naskah dinas, yang berisi Logo Pemerintah Daerah Kabupaten
Cilacap diletakkan pada sisi kiri kop naskah dinas dan Logo Pemerintah
Kabupaten Cilacap tidak berwarna atau hitam putih. Penulisan pada kop
surat memakai jenis huruf Arial dengan huruf capital, penulisan
perbandingan ukuran huruf kop dinas adalah 3 : 4 yaitu ukuran Arial 14
untuk penulisan nama PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP, Ukuran
huruf 18 untuk tulisan nama SKPD. Untuk penulisan alamat SKPD
menggunakan ukuran huruf Arial 10 , Penggunaan huruf besar hanya
digunakan pada awal kata.
Penulisan kode pos diletakkan dibagian kanan kop naskah dinas.
Contoh isi kop naskah sebagai berikut :
PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP 14
DINAS KESEHATAN 14
UPTD PUSKESMAS DAYEUHLUHUR II
18
Jalan Wirasaba Nomor 7 Telp (0265) 2731441 10
E-mail puskesmas.dyh2@yahoo.com 10
DAYEUHLUHUR 12
Kode Pos 53266 10

b. Kata Keputusan dan nama jabatan pejabat yang menetapkan ditulis dengan
huruf kapital secara simetris, dengan menggunakan huruf Arial 12
c. Nomor Keputusan ditulis dengan huruf kapital secara simetris,dengan
contoh sebagai berikut :
188.47 / 001 / 2018 /16.47

Kode Puskesmas
Tahun Terbit
Nomor Urut
Mengacu ke Peraturan
Bupati Cilacap Nomor 62
Tahun 2008 Tentang
Pedoman Pola Klasifikasi
Kearsipan Di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten
Cilacap

24
d. Kata penghubung tentang ditulis dengan huruf kapital
e. Jabatan pembuat keputusan ditulis simetris, diletakkan di tengah margin
diakhiri dengan tanda koma (,)

2. Konsideran, meliputi:
a. Menimbang:
1) Memuat uraian singkat tentang pokok-pokok pikiran yang menjadi
latar belakang dan alasan pembuatan keputusan,
2) Huruf awal kata “menimbang” ditulis dengan huruf kapital diakhiri
dengan tanda baca titik dua ( : ), dan diletakkan di bagian kiri,
3) konsideran menimbang diawali dengan penomoran menggunakan
huruf kecil dan dimulai dengan kata “bahwa” dengan “b” huruf kecil,
dan diakhiri dengan tanda baca (;).

b. Mengingat:
1) Memuat dasar kewenangan dan peraturan perundangan yang
memerintahkan pembuat Peraturan/Surat Keputusan tersebut,
2) Peraturan perundangan yang menjadi dasar hukum adalah peraturan
yang tingkatannya sederajat atau lebih tinggi,
3) Kata “mengingat” diletakkan di bagian kiri sejajar kata menimbang,
4) Konsideran yang berupa peraturan perundangan diurutkan sesuai
dengan hirarki tata perundangan dengan tahun yang lebih awal
disebut lebih dulu, diawali dengan nomor 1, 2, dst, dan diakhiri dengan
tanda baca (;). Contoh hirarki tata urutan perundangan yang biasa
digunakan dalam penyusunan kebijakan bidang kesehatan di
Puskesmas di Kabupaten Cilacap :
a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2014 tentang Sistem
Informasi Kesehatan;
d. Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2012, tentang Sistem
Kesehatan Nasional;
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun
2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;

25
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 92
Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Komunikasi Data dalam
Sistem Informasi Kesehatan Terintegrasi;
g. Peraturan Bupati Nomor 85 tahun 2014 tentang Pedoman
Penerapan dan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal
di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Cilacap;

3. Diktum:
a. Diktum “MEMUTUSKAN” ditulis simetris di tengah, seluruhnya dengan
HURUF KAPITAL;
b. Diktum Menetapkan dicantumkan setelah kata memutuskan sejajar dengan
kata menimbang dan mengingat, huruf awal kata menetapkan ditulis
dengan HURUF KAPITAL, dan diakhiri dengan tanda baca titik dua ( : );
c. Nama keputusan sesuai dengan judul keputusan (kepala), seluruhnya
ditulis dengan HURUF KAPITAL dan diakhiri dengan tanda baca titik ( . ).

4. Batang Tubuh.
a. Batang tubuh memuat semua substansi Peraturan/Surat Keputusan yang
dirumuskan dalam diktum-diktum, misalnya:
KESATU :
KEDUA :……..
dst…
b. Dicantumkan saat berlakunya Peraturan/Surat Keputusan, perubahan,
pembatalan, pencabutan ketentuan, dan peraturan lainnya, dan
c. Materi kebijakan dapat dibuat sebagai lampiran Peraturan/Surat Keputusan,
dan pada halaman terakhir ditandatangani oleh pejabat yang menetapkan
Peraturan/Surat Keputusan.

5. Kaki:
Kaki Peraturan/Surat Keputusan merupakan bagian akhir substansi yang
memuat penanda tangan penerapan Peraturan/Surat Keputusan,
pengundangan peraturan/keputusan yang terdiri dari:
a. tempat dan tanggal penetapan,
b. nama jabatan menggunakan huruf capital, diakhiri dengan tanda koma (,),
c. tanda tangan pejabat, dan
d. nama lengkap pejabat yang menanda tangani.

26
6. Penandatanganan:
Peraturan/Surat Keputusan Kepala Puskesmas ditandatangani oleh Kepala
PUSKESMAS, dituliskan menggunakan huruf KAPITAL tanpa NIP dan gelar.
Contoh :
Ditetapkan di : Dayeuhluhur
Pada tanggal : 2018
KEPALA UPTD PUSKESMAS DAYEUHLUHUR II,

KARTIAH

7. Lampiran Peraturan/Surat Keputusan:


a. Halaman pertama harus dicantumkan nomor dan Judul Peraturan/Surat
Keputusan,
b. Halaman terakhir harus ditanda tangani oleh Kepala Puskesmas.

8. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dokumen Peraturan / Surat


Keputusan yaitu :
a. Kebijakan yang telah ditetapkan Kepala Puskesmas tetap berlaku
meskipun terjadi penggantian Kepala Puskesmas hingga adanya
kebutuhan revisi atau pembatalan.
b. Untuk Kebijakan berupa Peraturan, pada Batang Tubuh tidak ditulis
sebagai diktum tetapi dalam bentuk Bab-bab dan Pasal-pasal.

C. Manual Mutu

Manual mutu adalah dokumen yang memberi informasi yang konsisten


ke dalam maupun ke luar tentang sistem manajemen mutu. Manual mutu
disusun, ditetapkan, dan dipelihara oleh organisasi. Manual mutu tersebut
meliputi:

1. BAB I PENDAHULUAN:

A. Latar Belakang
Ditetapkan di
B. Ruang Lingkup
Pada tanggal : 2018
27
KEPALA UPTD PUSKESMAS MAJENANG II,
C. Tujuan
D. Landasan Hukum dan Acuan
E. Istilah dan Definisi

2. BAB II SISTEM MANAJEMEN MUTU DAN SISTEM PENYELENGGARAAN


PELAYANAN

A. Persyaratan Umum

B. Pengendalian Dokumen

C. Pengendalian Rekaman

3. BAB III TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN

A. Komitmen Manajemen

B. Fokus Pada Sasaran Pasien

C. Kebijakan Mutu

D. Perencanaan Sistem Manajemen dan Pencapaian Sasaran Kinerja Mutu

E. Tanggung Jawab, Wewenang dan Komunikasi

F. Wakil Manajemen Mutu/ Penanggung Jawab Manajemen Mutu

G. Komunikasi Internal

4. BAB IV TINJAUAN MANAJEMEN

A. Umum

B. Masukan Tinjauan Manajemen

C. Luaran Tinjauan

5. BAB V MANAJEMEN SUMBER DAYA

A. Penyediaan Sumber Daya

B. Manajemen Sumber Daya Manusia

C. Infrastruktur

6. BAB VI PENYELENGGARAAN PELAYANAN

A. Upaya Kesehatan Masyarakat

B. Upaya Kesehatan Perorangan

7. BAB VII PENUTUP

28
Lampiran (Jika ada)

D. Rencana Lima Tahunan Puskesmas

Sejalan dengan rencana strategis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,


Puskesmas perlu menyusun rencana kinerja lima tahunan dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan target kinerja yang ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten.
Rencana lima tahunan tersebut harus sesuai dengan visi, misi, tugas
pokok dan fungsi Puskesmas bedasarkan pada analisis kebutuhan masyarakat
akan pelayanan kesehatan sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat secara optimal.
Dalam menyusun rencana lima tahunan, Kepala Puskesmas bersama
seluruh jajaran karyawan yang bertugas di Puskesmas melakukan analisis situasi
yang meliputi analisis pencapaian kinerja, mencari faktor-faktor yang menjadi
pendorong maupun penghambat kinerja, sehingga dapat menyusun program
kerja lima tahunan yang dijabatkan dalam kegiatan dan rencana anggaran.

1. Sistematika Rencana Kinerja Lima Tahunan Puskesmas.

Sistematika Rencana Kinerja Lima Tahunan Puskesmas dapat disusun dengan


sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PENYUSUNAN RENCANA LIMA TAHUNAN
BAB II GAMBARAN PELAYANAN
A KEDUDUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI
1. Kedudukan
2. Susunan Kepegawaian dan Perlengkapan
3. Tugas Pokok dan Fungsi
B. KEADAAN UMUM
1. Kondisi Geografis
2. Sumber Daya Manusia
3. Sarana Pelayanan Kesehatan
4. Pembiayaan Kesehatan
C. PENCAPAIAN KINERJA
1. Program KIA
29
2. Program Gizi
3. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
4. Program Penyehatan Lingkungan
5. ……..dll
9. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
D. ANALISIS KINERJA
1. Faktor Pendukung
a. Kekuatan
b. Peluang
2. Faktor Penghambat
a. Kelemahan
b. Tantangan
BAB III VISI, MISI DAN NILAI-NILAI
A. VISI
B. MISI
C. NILAI-NILAI
BAB IV INDIKATOR DAN STANDAR KINERJA UNTUK TIAP JENIS
PELAYANAN DAN UPAYA PUSKESMAS
BAB V RENCANA PENCAPAIAN KINERJA LIMA TAHUN
A. PROGRAM KERJA DAN KEGIATAN
1. Program Kerja
2. Kegiatan
B. RENCANA ANGGARAN
BAB VI TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
A. TUJUAN
B. SASARAN
C. STRATEGI
D. KEBIJAKAN
BAB VII PENUTUP

Lampiran : matriks rencana kinerja lima tahunan Puskesmas

2. Langkah-Langkah Penyusunan Rencana Kinerja Lima Tahunan Puskesmas:

30
Adapun tahapan penyusunan rencana lima tahunan Puskesmas adalah sebagai
berikut:
a. Membentuk tim penyusunan rencana kinerja lima tahun yang terdiri dari
Kepala Puskesmas bersama dengan penanggung jawab upaya Puskesmas
dan Pelayanan Klinis.
b. Tim mempelajari RPJMN, rencana strategis Kementerian Kesehatan, Dinas
Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota, target kinerja lima tahunan yang harus
dicapai oleh Puskesmas.
c. Tim mengumpulkan data pencapaian kinerja.
d. Tim melakukan analisis kinerja.
e. Tim menyusun pentahapan pencapaian indikator kinerja untuk tiap upaya
Puskesmas dengan penjabaran pencapaian untuk tiap tahun.
f. Tim menyusun program kerja dan kegiatan yang akan dilakukan untuk
mencapai target pada tiap-tiap indikator kinerja.
g. Tim menyusun dokumen rencana kinerja lima tahunan untuk disahkan oleh
Kepala Puskesmas.
h. Sosialisasi rencana pada seluruh jajaran Puskesmas.

Matriks Rencana Kinerja Lima Tahunan (lihat form excel)


Panduan dalam mengisi matriks rencana kinerja lima tahunan:
a. Nomor : diisi dengan nomor urut
b. Pelayanan/Upaya Puskesmas: diisi dengan Pelayanan Klinis (Upaya
Kesehatan Perseorangan), dan Upaya Kesehatan Masyarakat yang
dilaksanakan di Puskesmas tersebut, misalnya Upaya KIA, Upaya KB,
Upaya PKM, dan seterusnya,
c. Indikator: diisi dengan indikator-indikator yang menjadi tolok ukur kinerja
Upaya/Pelayanan
d. Standar : diisi dengan standar kinerja untuk tiap indikator
e. Pencapaian : diisi dengan pencapaian kinerja tahun terakhir
f. Target pencapaian: diisi dengan target-target yang akan dicapai pada tiap
tahap tahunan
g. Program Kerja : diisi dengan Program Kerja yang akan dilakukan untuk
mencapai target pada tiap tahun berdasarkan hasil analisis kinerja, misalnya
program kerja pengembangan SDM, program kerja peningkatan mutu,

31
program kerja pengembangan SDM, program kerja pengembangan sarana,
dsb
h. Kegiatan: merupakan rincian kegiatan untuk tiap program yang
direncanakan, misalnya untuk program pengembangan SDM, kegiatan
Pelatihan Perawat, Pelatihan Tenaga PKM, dan sebagainya.
i. Volume : diisi dengan volume kegiatan yang direncanakan untuk tiap
tahapan tahunan
j. Harga Satuan: harga satuan untuk tiap kegiatan,
k. Perkiraan Biaya: diisi dengan perkalian antara volume dengan harga satuan.

3. Penutup.

Panduan ini disusun dengan harapan akan membantu Kepala Puskesmas


dalam menyusun rencana kinerja lima tahunan, yang kemudian diuraikan dalam
rencana tahunan dalam bentuk Rencana Usulan Kegiatan dan Rencana
Pencapaian Kegiatan.

4. Lampiran:

Lampiran 1. Matriks Rencana Kinerja Lima Tahunan Puskesmas

E. Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Tahunan

Perencanaan adalah: suatu proses kegiatan secara urut yang harus


dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditentukan dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secara
berhasil guna dan berdaya guna.
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) diartikan sebagai proses
penyusunan rencana kegiatan Puskesmas pada tahun yang akan datang,
dilakukan secara sistematis untuk mengatasi masalah atau sebagian masalah
kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya.
Perencanaan Puskesmas mencakup semua kegiatan upaya
Puskesmas yang dilakukan di Puskesmas baik dalam menjalankan fungsi
penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) maupun Upaya
Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama, UKM baik esensial, maupun
pengembangan sebagai rencana Tahunan Puskesmas yang dibiayai oleh
pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah serta sumber dana lain

1. Mekanisme Perencanaan Tingkat Puskesmas.

32
Langkah pertama dalam mekanisme Perencanaan Tingkat Puskesmas
(PTP) adalah dengan menyusun Rencana Usulan Kegiatan yang meliputi usulan
mencakup seluruh kegiatan Puskesmas.

Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) memperhatikan


berbagai kebijakan yang berlaku, baik secara global, nasional maupun daerah
sesuai dengan hasil kajian data dan informasi yang tersedia di Puskesmas.
Puskesmas perlu mempertimbangkan masukan dari masyarakat melalui kajian
maupun asupan dari lintas sektoral Puskesmas.
Rencana Usulan Kegiatan harus dilengkapi usulan pembiayaan untuk
kebutuhan rutin, sarana, prasarana dan operasional Puskesmas. RUK yang
disusun merupakan RUK tahun mendatang (H+1). Penyusunan RUK tersebut
dilakukan pada bulan Januari tahun berjalan (H) berdasarkan hasil kajian
pencapaian kegiatan tahun sebelumnya (H-1) dan diharapkan proses
penyusunan RUK telah selesai dilaksanakan di Puskesmas pada akhir bulan
Januari tahun berjalan (H). RUK kemudian dibahas di Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota selanjutnya terangkum dalam usulan Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota akan diajukan ke DPRD untuk memperoleh persetujuan
pembiayaan dan dukungan politis.
Setelah mendapatkan persetujuan, selanjutnya diserahkan ke
Puskesmas melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Berdasarkan alokasi
biaya yang telah disetujui tersebut, secara rinci RUK dijabarkan ke dalam
rencana pelaksanaan kegiatan (RPK).Penyusunan RPK dilaksanakan pada
bulan Januari tahun berjalan dalam forum Lokakarya Mini yang pertama.

2. Tahap penyusunan RUK.


a. Tahap persiapan.
Tahap ini mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat dalam proses
penyusunan RUK agar memperoleh kesamaan pandangan dan
pengetahuan untuk melaksanakan tahap- tahap perencanaan. Kepala
Puskesmas membentuk Tim Penyusun PTP yang anggotanya terdiri dari
staf Puskesmas.
b. Tahap analisis situasi.
Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan
dan permasalahan yang dihadapi Puskesmas melalui proses analisis
terhadap data yang dikumpulkan tim yang telah ditunjuk oleh Kepala

33
Puskesmas. Data-data tersebut mencakup data umum, dan data khusus
(hasil penilaian kinerja Puskesmas).

3. Tahap penyusunan RUK.


Penyusunan RUK memperhatikan hal-hal untuk mempertahankan
kegiatan yang sudah dicapai pada periode sebelumnya dan memperhatikan
program/ upaya yang masih bermasalah, menyusun rencana kegiatan baru
yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan diwilayan tersebut dan
kemampuan Puskesmas.
Penyusunan RUK terdiri dua tahap, yaitu:
a. Analisis Masalah dan Kebutuhan Masyarakat.
Analisis masalah dan kebutuhan masyarakat dilakukan melalui
kesepakatan Tim Penyusun PTP dan lintas sektoral Puskesmas melalui:
1) Identifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan, melalui analisis kesehatan masyarakat (community health
analysis)
2) Menetapkan urutan prioritas masalah,
3) Merumuskan masalah,
4) Mencari akar penyebab, dapat mepergunakan diagram sebab akibat,
pohon masalah, curah pendapat, dan alat lain yang dapat digunakan.
b. Penyusunan RUK.
Penyusunan RUK meliputi Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan
Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama, UKM esensial
dan pengembangan yang meliputi:
1) Kegiatan tahun yang akan datang,
2) Kebutuhan sumber daya,
3) Rekapitulasi rencana usulan kegiatan.

4. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan.


Rencana Pelaksanaan Kegiatan baik Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama, UKM
esensial dan pengembangan secara bersama-sama, terpadu dan terintegrasi,
dengan langkah-langkah:
a. Mempelajari alokasi kegiatan,
b. Membandingkan alokasi kegiatan yang disutujui dengan RUK,
c. Menyusun rancangan awal secara rinci,

34
d. Mengadakan lokakarya mini,
e. Membuat Rencana Pelaksanaan Kegiatan.
Proses penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas dengan
menggunakan format-format sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan
Manajemen Puskesmas yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan tahun 2012. Adapun format-format untuk
dilihat didalam lampiran buku panduan penyusunan dokumen ini.

F. Pedoman/ Panduan

Pedoman/panduan adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi


arah langkah-langkah yang harus dilakukan dan merupakan dasar untuk
menentukan serta melaksanakan kegiatan. Panduan adalah petunjuk dalam
melakukan kegiatan dan mengatur beberapa hal, sedangkan panduan hanya
mengatur 1 (satu) kegiatan dapat diterapkan dengan baik dan benar melalui
penerapan SOP.

Mengingat sangat bervariasinya bentuk dan isi pedoman/panduan maka


Puskesmas menyusun/membuat sistematika buku pedoman/ panduan sesuai
kebutuhan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dokumen pedoman atau panduan
yaitu :
1. Setiap
pedoman atau panduan harus dilengkapi dengan peraturan atau keputusan
Kepala Puskesmas untuk pemberlakuan pedoman/ panduan tersebut.
2. Peraturan
Kepala Puskesmas tetap berlaku meskipun terjadi penggantian Kepala
Puskesmas.
3. Setiap
pedoman/ panduan sebaiknya dilakukan evaluasi minimal setiap 2-3 tahun
sekali.
4. Bila
Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Pedoman/ Panduan untuk suatu
kegiatan/ pelayanan tertentu, maka Puskesmas dalam membuat pedoman/
panduan wajib mengacu pada pedoman/ panduan yang diterbitkan oleh
Kementerian Kesehatan.

35
5. Format
baku sistematika pedoman panduan yang lazim digunakan sebagai berikut :
a. Kop Pedoman
Contoh :

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP 14


DINAS KESEHATAN 14
UPTD PUSKESMAS DAYEUHLUHUR II
18
Jalan Wirasaba Nomor 7 Telp (0265) 2731441 10
E-mail puskesmas.dyh2@yahoo.com 10
DAYEUHLUHUR 12
Kode Pos 53266 10

Penulisan isi dari pedoman menggunakan :


1) Jenis huruf : Arial
2) Ukuran Huruf : 12
3) Spasi : 1.5 lines
4) Margin : kiri (3 cm), kanan (2.5 cm), atas (3 cm), bawah (2,5 cm).
5) Pakai Kop surat cetak : 4 Cm
6) Pakai Kop surat langsung : 1,5 Cm
7) Dibawah garis Kop 1,5 Cm
8) Tidak Pakai Kop surat : 3 cm, Bawah 2,5 Cm
9) Kertas : HVS warna putih, ukuran F4 berat 70 gr atau 80 gr
10) Posisi Kertas : Portrait, Letak KOP: di Header
11) Pada halaman berikutnya dibuat tanpa menyertakan kop/heading
12) Halaman : diisi nomor halaman sesuai urutan.
13) Nomor Dokumen Pedoman : PEDOMAN/BAB/KODE RUANG/NO.
URUT/TAHUN

b. Format Pedoman Pengorganisasian Puskesmas


BAB I Pendahuluan
BAB II Gambaran Umum Puskesmas
BAB II Visi, Misi, Falsafah, Nilai dan Tujuan Puskesmas

36
BAB IV Struktur Organisasi Puskesmas
BAB V Uraian Jabatan
BAB VII Tata Hubungan Kerja
BAB VII Pola Ketenagaan dan Kualifikasi Personil
BAB VIII Kegiatan Orientasi
BAB IX Pertemuan/ Rapat
BAB X Pelaporan
1. Laporan Harian
2. Laporan Bulanan
3. Laporan Tahunan
c. Format Pedoman Pelayanan Unit Kerja

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
C. Sasaran Pedoman
D. Ruang Lingkup Pedoman
E. Batasan Operasional

BAB II STANDAR KETENAGAAN


A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
B. Distribusi Ketenagaan
C. Jadual Kegiatan

BAB III STANDAR FASILITAS


A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas

BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN


A. Lingkup Kegiatan
B. Metode
C. Langkah Kegiatan

BAB V LOGISTIK

BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

BAB VII KESELAMATAN KERJA

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

BAB IX PENUTUP

37
d. Format Panduan Pelayanan

BAB I DEFINISI

BAB II RUANG LINGKUP

BAB III TATALAKSANA

BAB IV DOKUMENTASI

Sistematika pedoman/panduan pelayanan Puskesmas dapat dibuat


sesuai dengan materi/isi pedoman/panduan. Pedoman/panduan yang harus
dibuat adalah pedoman/panduan minimal yang harus ada di Puskesmas yang
dipersyaratkan sebagai regulasi yang diminta dalam elemen penilaian.
Bagi PUSKESMAS yang telah menggunakan e-file tetap harus
mempunyai hardcopy pedoman/panduan yang dikelola oleh tim Mutu
Puskesmas atau bagian Tata Usaha Puskesmas.

G. Penyusunan Kerangka Acuan Program/Kegiatan.

Kerangka acuan disusun untuk program atau kegiatan yang akan


dilakukan oeh Puskesmas, misalnya: program pengembangan SDM, program
peningkatan mutu Puskesmas dan Keselamatan Pasien, Program pencegahan
bencana, Program pencegahan kebakaran, Program Imunisasi, dsb.
Dalam menyusun kerangka acuan harus jelas tujuan dan kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan. Tujuan dibedakan atas
tujuan umum yang merupakan tujuan secara garis besar dari keseluruhan
program/kegiatan, dan tujuan khusus yang merupakan tujuan dari tiap-tiap
kegiatan yang akan dilakukan. Kerangka acuan harus menjelaskan bagaimana
cara melaksanakan kegiatan agar tujuan tercapai, dengan penjadualan yang
jelas, dan evaluasi serta pelaporan.
1. Sistematika/ Format Kerangka Acuan Program/Kegiatan
Sistematika atau format kerangka acuan Program/Kegiatan adalah
sebagai berikut :
a. Kop
b. Pendahuluan
c. Latar belakang
d. Tujuan umum dan tujuan khusus

38
e. Tata Nilai Program
f. Tata hubungan kerja Lintas sektor dan Lintas Program
g. Kegiatan pokok dan rincian kegiatan
h. Cara melaksanakan kegiatan
i. Sasaran
j. Jadwal pelaksanaan kegiatan
k. Sumber Biaya
l. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan
m. Pencatatan, Pelaporan dan evaluasi kegiatan
Jika diperlukan, dapat ditambahkan butir-butir lain sesuai
kebutuhan, tetapi tidak diperbolehkan mengurangi,
misalnya rencana pembiayaan dan anggaran

2. Petunjuk Penulisan
a. Kop Kerangka Acuan
Contoh:
PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP 14
DINAS KESEHATAN 14
UPTD PUSKESMAS DAYEUHLUHUR II
18
Jalan Warung Batok-Panulisan/Wirasaba 10
Telp (0265) 2731441 E-mail puskesmas.dyh2@yahoo.com 10
DAYEUHLUHUR 12
Kode Pos 53266 10

b. Penulisan isi dari pedoman menggunakan :


1) Jenis huruf : Arial
2) Ukuran Huruf : 12
3) Spasi : 1,5 lines
4) Margin : kiri 3 cm,kanan : 2.5 cm, atas 3 cm , bawah 2.5 cm
5) Kertas : HVS warna putih, ukuran F4 berat 70 gr atau 80 gr
6) Posisi Kertas : Portrait
7) Letak KOP: di luar Header
8) Pada halaman berikutnya dibuat tanpa menyertakan kop/heading

39
9) Halaman : diisi nomor halaman sesuai urutan.

3 Pendahuluan
Yang ditulis dalam pendahuluan adalah hal-hal yang bersifat umum yang
masih terkait dengan upaya/ kegiatan
4 Latar Belakang
Latar belakang adalah merupakan justifikasi atau alasan mengapa program
tersebut disusun. Sebaiknya dilengkapi dengan data-data sehingga alasan
diperlukan program tersebut dapat lebih kuat.
5 Tujuan Umum Dan Tujuan Khusus
Tujuan ini adalah merupakan tujuan Program/kegiatan. Tujuan umum
adalah tujuan secara garis besarnya, sedangkan tujuan khusus adalah
tujuan secara rinci
6 Tata Nilai Program
Tata nilai yang berlaku di UKM atau mengacu tata nilai Puskesmas
7 Tata Hubungan Kerja Lintas Sector Dan Lintas Program
Berisi tentang peran lintas sektor dan lintas program
8 Kegiatan Pokok Dan Rincian Kegiatan
Kegiatan pokok dan rincian kegiatan adalah langkah-langkah kegiatan yang
harus dilakukan sehingga tercapainya tujuan Program/kegiatan. Oleh
karena itu antara tujuan dan kegiatan harus berkaitan dan sejalan.

9 Cara Melaksanakan Kegiatan


Cara melaksanakan kegiatan adalah metode untuk melaksanakan kegiatan
pokok dan rincian kegiatan. Metode tersebut bisa antara lain dengan
membentuk tim, melakukan rapat, melakukan audit, dan lain-lain
10 Sasaran
Sasaran program adalah target pertahun yang spesifik dan terukur untuk
mencapai tujuan-tujuan upaya/ kegiatan .
Sasaran Program/kegiatan menunjukkan hasil antara yang diperlukan
untuk merealisir tujuan tertentu. Penyusunan sasaran program perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Sasaran yang baik harus memenuhi “SMART” yaitu :

40
a. Specific : sasaran harus menggambarkan hasil spesifik yang
diinginkan, bukan cara pencapaiannya. Sasaran harus memberikan
arah dan tolok ukur yang jelas sehingga dapat dijadikan landasan untuk
penyusunan strategi dan kegiatan yang spesifik.
b. Measurable : sasaran harus terukur dan dapat dipergunakan untuk
memastikan apa dan kapan pencapaiannya. Akontabilitas harus
ditanamkan kedalam proses perencanaan. Oleh karenanya
meetodologi untuk mengukur pencapaian sasaran (keberhasilan upaya/
kegiatan) harus ditetapkan sebelum kegiatan yang terkait dengan
sasaran tersebut dilaksanakan.
c. Agressive but Attainable : apabila sasaran harus dijadikan standar
keberhasilan, maka sasaran harus menantang, namun tidak boleh
mengandung target yang tidak layak.
d. Result oriented : sedapat mungkin sasaran harus menspesifikkan hasil
yang ingin dicapai. Misalnya : mengurangi komplain masyarakat
terhadap pelayanan rawat inap sebesar 50%
e. Time bound : sasaran sebaiknya dapat dicapai dalam waktu yang
relatif pendek, mulai dari beberapa minggu sampai beberapa bulan
(sebaiknya kurang dari 1 tahun). Kalau ada Program/kegiatan 5 (lima)
tahun dibuat sasaran antara. Sasaran akan lebih mudah dikelola dan
dapat lebih serasi dengan proses anggaran apabila dibuat sesuai
dengan batas-batas tahun anggaran di Puskesmas.

11. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Skedul atau jadwal adalah merupakan perencanaan waktu untuk tiap-tiap
rincian kegiatan yang akan dilaksanakan, yang digambarkan dalam bentuk
bagan Gantt.
12. Sumber Biaya
Berisi tentang sumber biaya yang digunakan untuk menjalankan program
13. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan
Yang dimaksud dengan evaluasi pelaksanaan kegiatan adalah
evaluasi pelaksanaan kegiatan terhadap jadual yang direncanakan. Jadual
tersebut akan dievaluasi setiap berapa bulan sekali (kurun waktu tertentu),
sehingga apabila dari evaluasi diketahui ada pergeseran jadwal atau

41
penyimpangan jadwal, maka dapat segera diperbaiki sehingga tidak
mengganggu Program/kegiatan secara keseluruhan. Karena itu yang ditulis
dalam kerangka acuan adalah kapan (setiap kurun waktu berapa lama)
evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan dan siapa yang melakukan.
Yang dimaksud dengan pelaporannya adalah bagaimana membuat
laporan evaluasi pelaksanaan kegiatan tersebut dan kapan laporan tersebut
harus dibuat. Jadi yang harus ditulis di dalam kerangka acuan adalah cara
bagaimana membuat laporan evaluasi dan kapan laporan tersebut harus
dibuat dan ditujukan kepada siapa.
14. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan
a. Pencatatan adalah catatan kegiatan dan yang ditulis dalam kerangka acuan
adalah bagaimana melakukan pencatatan kegiatan atau membuat
dokumentasi kegiatan.
b. Pelaporan adalah bagaimana membuat laporan program dan kapan laporan
harus diserahkan dan kepada siapa saja laporan tersebut harus diserahkan.
c. Evaluasi kegiatan adalah evaluasi pelaksanaan Program/kegiatan secara
menyeluruh. Jadi yang di tulis didalam kerangka acuan, bagaimana
melakukan evaluasi dan kapan evaluasi harus dilakukan.
d. Format kerangka acuan sesuai yang diterapkan di Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota/Puskesmas masing- masing.

Jika diperlukan, dapat ditambahkan butir-butir lain sesuai


kebutuhan, tetapi tidak diperbolehkan mengurangi,
misalnya rencana pembiayaan dan anggaran

H. Standar Operasional Prosedur (SOP)

Terdapat sejumlah pengertian istilah prosedur, diantaranya:

1. Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah serangkaian instruksi tertulis


yang dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktivitas
organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukanm dimana dan oleh siapa
dilakukan (Permenpan No.035 tahun 2012).
2. Instruksi kerja adalah petunjuk kerja terdokumentasi yang dibuat secara rinci,
spesifik dan bersifat instruktif, yang dipergunakan oleh pekerja sebagai

42
acuan dalam melaksanakan suatu pekerjaan spesifik agar dapat mencapai
hasil kerja sesuai persyaratan yang telah ditetapkan (Susilo, 2003).
3. Langkah didalam penyusunan instruksi kerjasama dengan penyusunan
prosedur, namun ada perbedaan, instruksi kerja adalah suatu proses yang
melibatkan satu bagian/unit/ profesi, sedangkan prosedur adalah suatu
proses yang melibat lebih dari satu bagian/ unit/ profesi. Prinsip dalam
penyusunan prosedur dan instruksi kerja adalah kerjakan yang ditulis, tulis
yang dikerjakan, buktikan dan tindak-lanjut, serta dapat ditelusur hasilnya.
4. Istilah Standar ProsedurOperasional (SPO) digunakan di UU Nomor 29
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan UU Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan danUU Nomor 44 Tahun 2009, tentang Rumah Sakit,
5. Beberapa Istilah Prosedur yang sering digunakan yaitu :
a. Prosedur yang telah ditetapkan disingkat Protap,
b. Prosedur untuk panduan Kerja (prosedur kerja, disingkat PK),
c. Prosedur untuk melakukan tindakan,
d. Prosedur Penatalaksanaan,
e. Petunjuk pelaksanaan disingkat Juklak,
f. Petunjuk pelaksanaan secara tehnis, disingkat Juknis,
g. Prosedur untuk melakukan tindakan klinis: protokol klinis,
Algoritma/Clinical Pathway

Karena beraneka ragamnya istilah tentang prosedur dan untuk


menghindari salah tafsir serta dalam rangka menyeragamkan istilah
maka dalam pedoman penyusunan dokumen ini digunakan istilah “
Standar Operasional Prosedur “ (SOP) sebagaimana yang tercantum
dalam Permenpan Nomor 35 tahun 2012

Prosedur yang dimaksud dalam Istilah “Standar Operasional Prosedur


( SOP)“ bersifat institusi maupun perorangan sebagai profesi sehingga
dianggap lebih tepat karena prosedur yang dimaksud dalam pedoman
penyusunan dokumen Mutu PUSKESMAS ini adalah prosedur yang
bersifat institusi maupun perorangan sebagai profesi, sementara istilah “
Standar Prosedur Operasional “ (SPO) yang dipergunakan dalam
undang-undang Praktik Kedokteran maupun dalam undang-undang
Kesehatan lebih bersifat perorangan sebagai profesi

43
6. Tujuan Penyusunan SOP,
Agar berbagai proses kerja rutin terlaksana dengan efisien, efektif, konsisten/
seragam dan aman, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui
pemenuhan standar yang berlaku.
7. Manfaat SOP
a. Memenuhi persyaratan standar pelayanan Puskesmas
b. Mendokumentasi langkah-langkah kegiatan
c. Memastikan staf Puskesmas memahami bagaimana melaksanakan
pekerjaannya.
Contoh :
SOP pemberian informasi, SOP pemasangan infus, SOP pemindahan
pasien dari tempat tidur ke kereta dorong
8. Format SOP
a. Jika sudah terdapat format baku SOP berdasarkan peraturan daerah
(Perda) masing-masing, maka format SOP dapat disesuaikan dengan
Perda tersebut.
b. Jika belum terdapat format baku SOP berdasarkan Perda, maka SOP
dapat dibuat mengacu Permenpan No. 35/2012 atau pada contoh format
SOP yang ada dalam buku pedoman penyusunan dokumen ini.
c. Prinsipnya adalah “Format” SOP yang digunakan dalam satu institusi
harus “ SERAGAM’
d. Contoh yang dapat digunakan di luar format SOP Permenpan terlampir
dalam Pedoman Penyusunan Dokumen Mutu PUSKESMAS ini.
e. Format merupakan format minimal, oleh karena itu format ini dapat diberi
tambahan materi/kolom misalnya, nama penyusun SOP, unit yang
memeriksa SOP. Untuk SOP tindakan agar memudahkan didalam melihat
langkah-langkahnya dengan bagan alir, persiapan alat dan bahan dan lain-
lain, namun tidak boleh mengurangi item-tem yang ada di SOP.
Format SOP sebagai berikut :
1) Kop SOP

44
Pedoman Pembuatan Kop SOP

Tidak Berwarna Arial 12 Bold Arial 12 Berwarna


Bol

EVALUASI PIHAK TERKAIT


No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP TanggalTerbit :
Halaman :

Hj.KARTIAH.SKM.MM
UPTD PUSKESMAS NIP. 19680102198802007
DAYEUHLUHUR II

Arial 10 Arial 10 Arial 10

Penulisan isi dari pedoman menggunakan :


Jenis huruf : Arial
a) Ukuran Huruf : 12
b) Spasi : 1 / 1,5 Sesuai dengan kebutuhan
c) Margin : kiri 3 cm,kanan : 2.5cm, atas 3 cm , bawah 2.5 cm
d) Kertas : HVS warna putih, ukuran F4 berat 70 gr atau 80 gr
e) Posisi Kertas : Portrait
f) Letak KOP: diluar Header

2) Komponen SOP
1. Pengertian

2. Tujuan

3. Kebijakan

4. Referensi

45
5. Prosedur/ Langkah-
langkah
6. Diagram Alir (jika
dibutuhkan, bisa
terlampirkan/didalam
kotak)
7. Ruang terkait

Rekaman historis perubahan


Tanggal mulai
No Isi Perubahan
diberlakukan

*Keterangan : dihalaman terpisah


Penjelasan :
Penulisan SOP yang harus tetap didalam tabel/kotak adalah :nama
Puskesmas dan logo, judul SOP, nomor dokumen, tanggal terbit dan
tandatangan Kepala Puskesmas.
Sedangkan untuk pengertian, tujuan, kebijakan, prosedur/langkah-
langkah, dan unit terkait boleh tidak diberi tabel/kotak.

f. Petujuk Pengisian SOP


1) Kotak Heading diisi sebagai berikut :
a) Heading dan kotaknya hanya dicetak pada halaman pertama.
Pada halaman pertama kotak heading harus lengkap memuat:
kotak nama PUSKESMAS, judul SOP, No.dokumen, No.Revisi,
tanggal terbit dan halaman serta logo.
b) Kotak PUSKESMAS diberi nama Puskesmas dan Logo Pemkab
Cilacap.
c) Kotak Judul diberi Judul /nama SOP sesuai proses kerjanya.
d) No. Dokumen: diisi sesuai dengan ketentuan penomeran yang
berlaku di Puskesmas yang bersangkutan, dibuat sistematis agar
ada keseragaman.
e) No. Revisi : diisi dengan status revisi, dapat menggunakan huruf.
Contoh : dokumen baru diberi huruf A, dokumen revisi pertama

46
diberi huruf B dan seterusnya. Tetapi dapat juga dengan angka,
misalnya untuk dokumen baru dapat diberi nomor 0, sedangkan
dokumen revisi pertama diberi nomor 1, dan seterusnya.
f) Pada halaman berikutnya dibuat tanpa menyertakan kop/heading
g) Halaman : diisi nomor halaman dengan mencantumkan juga total
halaman untuk SOP tersebut misal : ( 1/5).namun ,ditiap halaman
selanjutnya dibuat footer misal untuk halaman kedua :
2/5,halaman terakhir : 5/5
h) Tanggal terbit : diberi tanggal sesuai tanggal terbitnya atau
tanggal diberlakukannya SOP tersebut
i) Ditetapkan Kepala PUSKESMAS: diberi tandatangan Kepala
PUSKESMAS dan nama jelasnya.

2) Isi SOP
Isi dari SOP setidaknya adalah sebagai berikut:

a) Pengertian: diisi definisi judul SOP, dan berisi penjelasan dan atau
definisi tentang istilah yang mungkin sulit dipahami atau
menyebabkan salah pengertian/menimbulkan multi persepsi.
b) Tujuan: berisi tujuan pelaksanaan SOP secara spesifik. Kata
kunci: “ Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk ……”
c) Kebijakan: berisi kebijakan Kepala Puskesmas yang menjadi
dasar dibuatnya SOP tersebut, misalnya untuk SOP imunisasi
pada bayi, pada kebijakan dituliskan: Keputusan Kepala
Puskesmas No 005/2014 tentang Pelayanan Kesehatan Ibu dan
Anak.
d) Referensi: berisi dokumen eksternal sebagai acuan penyusunan
SOP, bisa berbentuk buku, peraturan perundang-undangan,
ataupun bentuk lain sebagai bahan pustaka.
e) Langkah-langkah prosedur: bagian ini merupakan bagian utama
yang menguraikan langkah-langkah kegiatan untuk
menyelesaikan proses kerja tertentu.
f) Ruang terkait: berisi unit-unit yang terkait dan atau prosedur
terkait dalam proses kerja tersebut.

47
Dari keenam isi SOP sebagaimana diuraikan di atas, dapat
ditambahkan antara lain: bagan alir, dokumen terkait.

3) Diagram Alir/ Bagan Alir (Flow Chart):


a) Didalam penyusunan prosedur maupun instruksi kerja sebaiknya
dalam langkah-langkah kegiatan dilengkapi dengan diagram
alir/bagan alir untuk memudahkan dalam pemahaman langkah-
langkahnya atau diagram alir dibuat apabila diperlukan karena
dianggap SOP terlalu banyak langkah kegiatanya. Adapun bagan
alir secara garis besar dibagi menjadi dua macam, yaitu diagram
alir makro dan diagram alir mikro.
b) Diagram alir makro, menunjukkan kegiatan-kegiatan secara garis
besar dari proses yang ingin kita tingkatkan, hanya mengenal satu
symbol, yaitu simbol balok:

c) Diagram alir mikro, menunjukkan rincian kegiatan-kegiatan dari tiap


tahapan diagram makro, bentuk simbul sebagai berikut:

Awal kegiatan:

Akhir kegiatan:
?
ya

Simbol Keputusan:

tidak

Penghubung :

48
Dokumen :

Arsip :

g. Syarat Penyusunan SOP :


1) Perlu ditekankan bahwa SOP harus ditulis oleh mereka yang
melakukan pekerjaan tersebut atau oleh unit kerja tersebut. Tim
atau panitia yang ditunjuk oleh Kepala Puskesmas/PUSKESMAS
hanya untuk menanggapi dan mengkoreksi SOP tersebut. Hal
tersebut sangatlah penting, karena komitmen terhadap pelaksanaan
SOP hanya diperoleh dengan adanya keterlibatan personel/unit kerja
dalam penyusunan SOP.
2) SOP harus merupakan flow charting dari suatu kegiatan. Pelaksana
atau unit kerja agar mencatat proses kegiatan dan membuat alurnya
kemudian Tim Mutu diminta memberikan tanggapan.
3) Di dalam SOP harus dapat dikenali dengan jelas siapa melakukan
apa, dimana, kapan, dan mengapa.
4) SOP jangan menggunakan kalimat majemuk. Subjek, predikat dan
objek SOP harus jelas.
5) SOP harus menggunakan kalimat perintah/instruksi bagi pelaksana
dengan bahasa yang dikenal pemakai.
6) SOP harus jelas, ringkas, dan mudah dilaksanakan. Untuk SOP
pelayanan pasien maka harus memperhatikan aspek keselamatan,
keamanan dan kenyamanan pasien. Untuk SOP profesi harus
mengacu kepada standar profesi, standar pelayanan, mengikuti
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) kesehatan,
dan memperhatikan aspek keselamatan pasien.
h. Evaluasi SOP
Evaluasi SOP dilakukan terhadap isi maupun penerapan SOP.
1) Evaluasi penerapan/kepatuhan terhadap SOP dapat dilakukan
dengan menilai tingkat kepatuhan terhadap langkah-langkah dalam
SOP. Untuk evaluasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan
daftar tilik/check list:

49
a) Daftar tilik adalah daftar urutan kerja (actions) yang dikerjakan
secara konsisten, diikuti dalam pelaksanaan suatu rangkaian
kegiatan, untuk diingat, dikerjakan, dan diberi tanda (check-
mark).
b) Daftar tilik merupakan bagian dari sistem manajemen mutu
untuk mendukung standarisasi suatu proses pelayanan.
c) Daftar tilik tidak dapat digunakan untuk SOP yang kompleks.
d) Daftar tilik digunakan untuk mendukung, mempermudah
pelaksanaan dan memonitor SOP, bukan untuk menggantikan
SOP itu sendiri.
e) Langkah-langkah menyusun daftar tilik:
Langkah awal menyusun daftar tilik dengan melakukan
Identifikasi prosedur yang membutuhkan daftar tilik untuk
mempermudah pelaksanaan dan monitoringnya
i. Gambarkan flow-chart dari prosedur tersebut,
ii. Buat daftar kerja yang harus dilakukan,
iii. Susun urutan kerja yang harus dilakukan,
iv. Masukkan dalam daftar tilik sesuai dengan format tertentu,
v. Lakukan uji-coba,
vi. Lakukan perbaikan daftar tilik,
vii. Standarisasi daftar tilik.
f) Daftar tilik untuk mengecek kepatuhan terhadap SOP dalam
langkah- langkah kegiatan, dengan rumus sebagai berikut.

Σ Ya
Compliance rate (CR) = X 100 %
Σ Ya+Tidak
2) Evaluasi isi SOP.
a) Evaluasi SOP dilaksanakan sesuai kebutuhan dan minimal
dua tahun sekali yang dilakukan oleh masing-masing unit
kerja.
b) Hasil evaluasi: SOP masih tetap bisa dipergunakan, atau SOP
tersebut perlu diperbaiki/direvisi. Perbaikan/revisi isi SOP bisa
dilakukan sebagian atau seluruhnya.
c) Perbaikan/ revisi perlu dilakukan bila :
i. Alur SOP sudah tidak sesuai dengan keadaan yang ada

50
ii. Adanya perkembangan Ilmu dan Teknologi (IPTEK)
pelayanan kesehatan,
iii. Adanya perubahan organisasi atau kebijakan baru,
iv. Adanya perubahan fasilititas
d) Peraturan Kepala Puskesmas tetap berlaku meskipun terjadi
penggantian Kepala Puskesmas.

I. Pedoman pembuatan Notulen pertemuan


1. Kop Notulen

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP 14


DINAS KESEHATAN 14
UPTD PUSKESMAS DAYEUHLUHUR II
18
Jalan Wirasaba Nomor 7 Telp (0265) 2731441 10
E-mail puskesmas.dyh2@yahoo.com 10
DAYEUHLUHUR 12
Kode Pos 53266 10

Judul
Kegiatan
Hari/Tanggal
Kegiatan
Waktu
Kegiatan
Tempat
Kegiatan
Susunan
Acara

Pimpinan Pertemuan Dayeuhluhur, Tanggal Bulan Tahun


Notulis

Arial 12

Nama Nama
NIP. NIP.

51
2. Penulisan isi dari Notulen pertemuan menggunakan tulisan tangan
terkecuali notulen-notulen tertentu yang menggunakan ketikan dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Jenis huruf : Arial /
b. Ukuran Huruf : 12
c. Spasi : 1,5
d. Margin : kiri 3 cm, kanan 2.5 cm,atas 3 cm, bawah 2.5 cm
e. Kertas : HVS warna putih ukuran F4 berat 70 gr atau 80 gr
f. Posisi kertas : Portrait
g. Letak KOP : di header
h. Bila notulen lebih dari satu halaman ,halaman kedua dan seterusnya tidak
diberi Kop cukup diberi nomor halaman sesuai urutan.

J. Daftar Tilik
Contoh : Pedoman Pembuatan Kop Daftar Tilik
Tidak Berwarna Arial 12 Bold Arial 12 Berwarna Bol
Bol d Bol d

PENILAIAN KINERJA
No. Dokumen :
No. Revisi :
DAFTAR TanggalTerbit :
TILIK Halaman :

UPTD PUSKESMAS Hj.KARTIAH.SKM.MM


DAYEUHLUHUR II NIP. 196801021988032007

Arial 10 Arial 10 Arial 10

Penulisan isi dari pedoman menggunakan :


Jenis huruf : Arial
g) Ukuran Huruf : 12
h) Spasi :1/ 1,5 sesuai kebutuhan
i) Margin : kiri 3 cm,kanan : 2.5cm, atas 3 cm , bawah 2.5 cm
j) Kertas : HVS warna putih, ukuran F4 berat 70 gr atau 80 gr
k) Posisi Kertas : Portrait
l) Letak KOP: diluar Header

52
3) Komponen Daftar Tilik

YA TIDAK TIDAK
No KEGIATAN
BERLAKU

Penjelasan :
Penulisan Daftar Tilik yang harus tetap didalam tabel/kotak
adalah :nama Puskesmas dan logo, judul Daftar Tilik, nomor dokumen,
tanggal terbit dan tandatangan Kepala Puskesmas.

K. Penulisan Pengesahan Kepala Puskesmas

1. Contoh Pengesahan Kepala Puskesmas

Dayeuhluhur, tanggal bulan tahun


Kepala UPTD Puskesmas Dayeuhluhur II

Hj. Kartiah.SKM.MM
Penata Tingkat I
NIP. 19680102 198803 2 007

2. Penulisan lampiran pengesahan Kepala Puskesmas:


a. Jenis huruf : Arial
b. Ukuran huruf : 12
c. Spasi : Single
d. Margin : kiri 3 cm, kanan 2.5 cm, atas 3 cm, bawah 2.5 cm
e. Kertas : HVS warna putih ukuran F4 berat 70 gr atau 80 gr

Untuk memperjelas, buku Pedoman Penyusunan Dokumen Mutu Puskesmas


dilengkapi dengan contoh-contoh dokumen sebagai lampiran dari pedoman ini.

53
BAB IV
PENUTUP

Prinsip dari Dokumen Mutu adalah “TULIS YANG DIKERJAKAN DAN


KERJAKAN YANG DITULIS, BISA DIBUKTIKAN SERTA DAPAT DITELUSURI
DENGAN BUKTINYA”. Namun pada penerapannya tidaklah semudah itu.
Penyusunan kebijakan, pedoman/ panduan, standar operasional prosedur dan
program selain diperlukan komitmen Kepala Puskesmas, juga diperlukan staf yang
mampu dan mau menyusun dokumen Mutu tersebut. dengan tersusunnya Buku
Panduan Penyusunan Dokumen Mutu diharapkan dapat membantu Puskesmas dan
fasilitator pendamping Mutu dalam menyusun dokumen-dokumen yang
dipersyaratkan oleh standar Mutu

Pedoman ini diharapkan semua penulisan dokumen di UPTD Puskesmas


Dayeuhluhur II Kabupaten Cilacap dan jaringanya dapat dilaksanakan sesuai dengan
standar.Pedoman Dokumen ini terbuka untuk saran saran serta masukan untuk
perbaikan dan penyempurnaan.
Semoga buku pedoman ini bermanfaat secara maksimal dengan tidak
mengurangi kesempatan untuk berkonsultasi.

Dayeuhluhur, 8 Januari 2018


Kepala UPTD Puskesmas Dayeuhluhur II

Hj.Kartiah,SKM.MM
Penata
NIP. 19680102 198803 2 007

54
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena Rahmat
serta Hidayahnya,sehingga bisa tersusunya Pedoman Penyusunan Dokumen
Puskesmas Dayeuhluhur II.
Pedoman penyusunan dokumen Puskesmas ini diharapkan menjadi acuan
pembuatan dokumen baik di tingkat Puskesmas atau Jaringan Puskesmas,sehingga
akan ada keseragaman dalam pembuatan dokumen.
Penyusunan pedoman penyusunan dokumen Puskesmas ini mengambil
beberapa referensi berupa pedoman eksternal yang di jadikan acuan dasar untuk
penyusunan pedoman penyusunan dokumen Puskesmas.
Terimakasih kami ucapkan kepada semua rekan rekan UPTD Puskesmas
Dayeuhluhur II yang telah berkontribusi dan dengan kekompakan serta semangat
yang luar biasa sehingga pedoman penyusunan akreditasi puskesmas ini bisa
selesai sesuai dengan target waktu yang sudah ditentukan.
Semoga Pedoman penyusunan dokumen puskesmas ini bisa bermanfaat dan
dapat dipergunakan sebagai mana mestinya,walaupun banyak referensi yang kita
gunakan tetapi tentunya masih banyak kekurangan,sehingga masukan dan saran
untuk perbaikan pedoman ini kami harapkan

Dayeuhluhur , 8 Januari 2018


Kepala UPTD Puskesmas Dayeuhluhur II

Hj.Kartiah.SKM.MM
NIP :196801021988032007

55

Anda mungkin juga menyukai