Anda di halaman 1dari 7

Piramida Kecelakaan Kerja

Disusun oleh Finna Fitriana - NPM 1906449011

PENDAHULUAN

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan faktor yang sangat diperhatikan dalam dunia
industri dewasa ini. Data International Labour Organization(ILO) tahun 2013 dalam artikel yang
dipublikasikan oleh Departemen Kesehatan bulan Oktober 2014 menyebutkan bahwa 1 pekerja di dunia
meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.
Sementara menurut data BPJS Ketenagakerjaan, pada tahun 2018 telah terjadi kecelakaan di tempat
kerja sebanyak 114.148 kasus dan tahun 2019 terdapat 77.295 kasus. 

Pencegahan kecelakaan menjadi kunci dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja yang efektif di industri mana pun. Memahami pola kecelakaan dan rasionya, dapat membantu
mencegah kecelakaan yang lebih besar. Dengan demikian dapat dirancang usaha-usaha pencegahan
kecelakaan.

Selain pencegahan, analisis terhadap kecelakaan dan pemahaman penyebab kejadian tersebut
merupakan elemen penting dari manajemen keselamatan. Bagi organisasi mana pun, tujuan utama
dalam melakukan analisis kecelakaan adalah untuk memahami mengapa suatu kecelakaan terjadi,
sehingga dapat meningkatkan usaha manajemen kesehatan dan keselamatan dalam mencegah insiden
serupa terjadi di masa mendatang.

Salah satu teori rasio kecelakaan kerja yang dapat digunakan dalam menganalisa kecelakaan
kerja sehingga dapat dirancang usaha-usaha pencegahannya adalah teori piramida kecelakaan kerja.
ISI

I. Definisi

Piramida kecelakaan kerja atau yang dikenal juga dengan sebutan Piramida Heinrich atau
Piramida Bird , adalah teori pencegahan kecelakaan industri . Pada piramida ini ditunjukkan hubungan
antara , kecelakaan serius/major injury, kecelakaan kecil/minor injury, kecelakaan dengan kerusakan
property, dan near misses dan mengusulkan bahwa jika jumlah minor injury dikurangi maka akan ada
penurunan jumlah major injury. Piramida ini telah digunakan sebagai landasan filosofi kesehatan dan
keselamatan di tempat kerja . Pertama kali diciptakan oleh Herbert William Heinrich pada tahun 1931,
dan kemudian diperbarui dan diperluas, salah satunya oleh Frank E. Bird.

Hukum Heinrich didasarkan pada probabilitas dan mengasumsikan bahwa jumlah kecelakaan
berbanding terbalik dengan tingkat keparahan kecelakaan tersebut. Dengan menggunakan teori
Piramida Heinrich, disebutkan bahwa 88% dari semua kecelakaan disebabkan oleh keputusan manusia
untuk melakukan tindakan yang tidak aman/unsafe action.

Pidamida kecelakaan menunjukkan hubungan dari 1 major injury dengan 10 minor injuries
(hanya pertolongan pertama), dengan 30 kerusakan yang menyebabkan kecelakaan, hingga 600 near
misses. Bird menunjukkan hubungan antara jumlah kejadian near misses yang dilaporkan dan jumlah
major injury dan mengklaim bahwa sebagian besar kecelakaan ini dapat diprediksi dan dicegah dengan
intervensi yang tepat.

Mengacu pada rasio yang dirinci dalam piramida di atas, harus diingat bahwa ini mewakili
kecelakaan yang dilaporkan dan bukan jumlah total kecelakaan atau insiden yang sebenarnya terjadi
tetapi tidak dilaporkan

Major injury adalah kecelakaan yang serius namun tidak fatal (tidak menyebabkan kematian),
yang ditentukan berdasarkan sifat cedera, bagian tubuh yang terdampak, jenis kecelakaan dan lamanya
waktu rawat, seperti kubutaan, amputasi, paralisis. Menurut OSHA, Major injury adalah cedera yang
memerlukan pelaporan dalam form 300.

Minor injury adalah kecelakaan yang tidak berdampak serius, mengakibatkan seorang pekerjan
harus istirahat kerja lebih dari 3 hari atau membutuhkan perawatan di rumah sakit selama 24 jam.
Menurut OSHA, cedera yang tidak memerlukan pelaporan dalam form 300 bisa dipertimbangkan
sebagai kecelakaan ringan.

Near miss adalah sebuah kejadian tak terduga yang tidak menghasilkan kerusakan atau cedera,
tetapi memiliki potensi untuk menimbulkan cedera atau kecelakaan.

.
Gambar 1. Piramida Heinrich Gambar 2. Piramida Bird

II. Perkembangan

Sejumlaj penelitian telah dilakukan untuk menunjukkan hubungan antara jumlah kecelakaan
yang melibatkan major injury, minor injury, kecelakaan dengan kerusakan property dan ner misses.
Salah satu yang pertama menerapkan pendekatan ilmiah untuk analisis kecelakaan adalah pelopor
keamanan industry Amerika, William Heinrich.

Heinrich bekerja sebagai asisten pengawas di sebuah perusahaan asuransi dan ingin mengurangi
jumlah kecelakaan industri yang serius. Heinrich memulai penelitian terhadap lebih dari 75.000 laporan
kecelakaan dari arsip perusahaan asuransi serta catatan yang disimpan oleh situs industri individu . Pada
tahun 1931, H. W. Heinrich menerbitkan buku Industrial Accident Prevention, A Scientific
Approach. Dalam buku tersebut Heinrich menyebutkan bahwa rasio suatu kecelakaan adalah 1 major
Injury untuk 29 minor injury, dan 300 kejadian kecelakaan tanpa cedera. Rasio ini kemudian dikenal
sebagai Heinrich’s Law: 1 – 29 – 300.

Heinrich menarik kesimpulan bahwa, dengan mengurangi jumlah kecelakaan kecil, perusahaan
industri akan melihat penurunan yang berhubungan dalam jumlah kecelakaan besar. Hubungan tersebut
sering kali ditampilkan secara bergambar dalam bentuk segitiga atau piramid. Piramida ini digunakan
secara luas dalam program kesehatan dan keselamatan industri selama 80 tahun berikutnya dan
digambarkan sebagai landasan filosofi kesehatan dan keselamatan. Teori Heinrich juga menyatakan
bahwa 88% dari semua kecelakaan disebabkan oleh keputusan manusia untuk melakukan tindakan yang
tidak aman.

Teori tersebut dikembangkan lebih lanjut oleh Frank E Bird pada tahun 1966 berdasarkan
analisis terhadap 1,7 juta laporan kecelakaan dari hampir 300 perusahaan. Sebuah studi dari kecelakaan
industri tersebut dilakukan oleh Bird yang terinspirasi dari buku yang ditulis Heinrich. Saat itu Bird
menjabat sebagai Direktur Pelayanan Teknik untuk perusahaan asuransi di Amerika Utara. Bird
melakukan studi yang melibatkan wawancara para pengawas yang terlatih. Dan hasil dari wawancara
tersebut, Bird menyimpulkan bahwa rasio kecelakaan kerja adalah 1 major injury untuk 10 minor injury,
dan 30 kecelakaan dengan kerusakan property pada 600 near misses. Bird menunjukkan hubungan
antara jumlah kejadian near misses yang dilaporkan dan jumlah major injury dan mengklaim bahwa
sebagian besar kecelakaan dapat diprediksi dan dicegah dengan intervensi yang tepat. Angka-angka
yang digunakan oleh Bird dikonfirmasi oleh sebuah studi tahun 1974 oleh A. D. Swain, berjudul The
Human Element in Systems Safety. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Bird dan Germain pada tahun
1985 di Practical Loss Control Leadership.

III. Kegunaan Piramida Kecelakaan

Terlepas dari piramida yang digunakan (baik itu piramida Bird atau Heinrich), hipotesis kedua
piramida pada dasarnya adalah sama. Kedua piramida tersebut memanfaatkan hipotesis bahwa
daripada fokus pada beberapa cedera/kecelakaan di bagian atas piramida, perusahaan harus belajar
bagaimana menghindari kecelakaan di bagian bawah atau dasar segitiga, karena kecelakaan di dasar
piramida bisa mengarahkan atau memungkinkan terjdinya kerugian besar dan bencana besar.

Kegunaan utama dari segitiga-segitiga ini adalah untuk menyampaikan pesan bahwa kecelakaan
serius cenderung jarang terjadi dan terjadi secara acak. Oleh karena itu, mereka sangat sulit untuk
diprediksi. Di sisi lain, near misses terjadi jauh lebih sering. Banyak kejadian near misses akan menjadi
peristiwa kecil dengan sedikit atau tanpa konsekuens, jika tidak mengarah kepada hasil yang serius.
tetapi beberapa kejadian near misses berpotensi menyebabkan cedera yang sangat serius. Near misses
harus diinvestigasi secara menyeluruh, dan tindakan pencegahan dilakukan untuk menghindari kejadian
berulang.

IV. Keterbatasan Piramida Kecelakaan Kerja

Dibalik semua penjelasan di atas mengenai bagaimana cara kerja piramida kecelakaan terdapat
beberapa keterbatasan dari pidamida tersebut. Batasannya adalah:
- Sulit untuk melakukan verifikasi data statistic yang dimunculkan
- Mungkin saja terjadi kecondongan data
- Hasil peristiwa yang aktual

1. Sulit untuk melakukaan verifikasi data statistic

Data statistik yang ditampilkan oleh Heinrich berdasarkan teorinya dan sulit untuk
diverifikasi saat ini. Data statistik yang ditampilkan oleh Bird bersumber dari data statistik
yang tersedia dari asuransi tahun 1960 an.

Namun, meskipun statistiknya valid, segitiga tersebut mengasumsikan bahwa kumpulan


data masing-masing organisasi sudah lengkap, yang hanya berlaku dalam beberapa kasus.
Dengan kata lain, major injury hampir pasti akan diketahui, tetapi mungkin tidak semua
minor injury akan tercatat.
2. Mungkin saja terjadi kecondongan data

Kumpulan data juga dapat dipengaruhi oleh fakta bahwa tidak semua kejadian near
misses atau tindakan tidak aman memiliki bobot yang sama. Untuk mengilustrasikan
poinnya, dalam kasus individu, jika sebuah kecelakaan telah terjadi, jika near misses yang
dilaporkan akankah hasilnya adalah minor injury, insiden yang dapat dilaporkan, atau
bahkan kematian? Teori piramida BIrd mengasumsikan bahwa orang-orang menyamakan
semuanya, terlepas dari kemungkinan hasil. Meskipun terkadang, memang sulit untuk
mengatakan seberapa serius kejadian near misses, terutama jika kejadian near misses
memicu rangkaian peristiwa yang menyebabkan major injury.

3. Tentang Hasil Peristiwa yang Aktual


Rasio yang dirinci dalam piramida mewakili kecelakaan yang dilaporkan dan insiden
yang didiskusikan dengan pewawancara dan bukan jumlah total kecelakaan atau insiden
yang benar-benar terjadi .
Piramida Bird adalah tentang hasil peristiwa yang sebenarnya, tidak terlalu
mempertimbangkan potensi risiko. Misalnya, kemungkinan terjadinya major injury
tertentu mungkin tidak selalu diindikasikan oleh jumlah kejadian near misses yang lebih

tinggi. Selain itu, mengurangi jumlah minor injury tidak selalu, dalam praktiknya,
mengurangi kematian.

Piramida Heinrich memiliki dampak yang signifikan pada budaya kesehatan dan keselamatan,
tetapi mendapatkan beberapa kritik yang berkaitan dengan angka persis yang digunakan dalam
hubungan tersebut. Laporan tahun 2010 yang berkaitan dengan industri minyak dan gas menunjukkan
bahwa nilai asli berlaku hanya jika diterapkan pada kumpulan data yang besar dan berbagai aktivitas.
Sebuah studi tahun 1991 menunjukkan bahwa dalam ruang terbatas hubungannya berbeda secara
signifikan. Sebuah studi luas tentang data kecelakaan Inggris pada pertengahan 1990-an menunjukkan
hubungan antara 1 kematian dengan 207 major injury, dengan 1.402 kecelakaan yang menyebabkan
hilangnya waktu selama tiga hari atau lebih, hingga 2.754 minor injury. Tulisan asli Heinrich telah hilang
sehingga angka kecelakaannya tidak dapat dibuktikan.

Salah satu kritik menyatakan bahwa teori Heinrich yang mengaitkan tindakan manusia sebagai
penyebab sebagian besar kecelakaan di tempat kerja adalah tidak benar dan pada kenyataannya, sistem
manajemen yang buruklah yang menyebabkan sebagian besar kecelakaan. Ada juga kritik terhadap
bentuk piramida, karena memusatkan perhatian pada pengurangan minor injury, menyebabkan
pemimpin di tempat kerja mengabaikan risiko yang lebih serius tetapi lebih kecil kemungkinannya saat
melakukan perencanaan kerja, dan fokus pada pengurangan kemungkinan risiko yang lebih umum
tetapi tidak terlalu serius. Studi tahun 2010 menyatakan bahwa sikap ini telah menghentikan
pengurangan kematian di industri dalam lima hingga delapan tahun, meskipun terdapat pengurangan
yang signifikan dalam minor injury.
PENUTUP

Heinrich membuat konsep piramida kecelakaan hampir 100 tahun yang lalu, sehingga wajar jika
mendapatkan kritik dari beberapa pihak, dikarenakan dengan perkembangan zaman, keilmuan di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja juga berkembang. Sehingga muncul pemikiran-pemikiran baru,
konsep-konsep baru. Namun, Heinrich telah meletakan dasar yang baik untuk saat ini kita memahami
statistik kecelakaan kerja dan memahami pentingnya tindakan pencegahan, identifikasi pada tempat
kerja, dan menganalisa kecelakaan yang terjadi sehingga tidak berulang kembali.

Dengan mengilustrasikan piramida Heinrich dan Bird, bukan maksud untuk menetapkan rasio
yang tegas antara berbagai jenis insiden, poin pentingnya adalah bahwa Major injury adalah peristiwa
langka dan banyak peluang yang diberikan dengan memeriksa peristiwa yang lebih sering dan tidak
terlalu serius untuk diambil tindakan.

Pada prinsipnya, tingkat keparahan akibat dari suatu kecelakaan lebih sering bergantung pada
kemampuan organisasi untuk mengidentifikasi bahaya, perilaku berisiko, dan mengendalikan risiko
terkait dengan benar. Semua organisasi pada dasarnya memiliki kecenderungan untuk memfokuskan
dan mengalokasikan sumber daya untuk menginvestigasi kecelakaan di bagian atas dari piramida tetapi,
ada banyak kesempatan untuk melakukan perbaikan pengendalian yang efektif di dasar piramida.
DAFTAR PUSTAKA

1. A. Arrieta and V. Camparada, Incident/Accident Investigation and Analysis, European Industrial


Gases Association AISBL, 2013.

2. S. P. Penkey and N. A. D. Siddiqui, "A Review on Accident Pyramid and its Empirical
Interpretation in Oil & Gas Industry (Upstream)," 2015.

3. Accident Triangle [internet].2020. Tersedia pada:


https://en.wikipedia.org/wiki/Accident_triangle

4. Piramida Segitiga Kecelakaan Kerja [internet].2020. Tersedia pada:


https://katigaku.top/2020/08/05/piramida-segitiga-kecelakaan-kerja/

Anda mungkin juga menyukai