Anda di halaman 1dari 11

Para profesional Keselamatan dan Kesehatan Kerja pasti sudah tidak asing

lagi dengan Piramida Kecelakaan berikut yang dipopulerkan oleh Heinrich:

Dalam piramida tersebut dijelaskan bahwa, dalam setiap 1 kali kasus


kecelakaan kerja yang berakibat kematian terdapat 29 kasus luka ringan dan
300 kasus hampir celaka. Untuk dapat menghindari kasus kematian tersebut,
maka kita harus memulai dari eliminasi kasus-kasus hampir celaka di tempat
kerja kita

Namun, seorang Thomas R. Krause telah memunculkan sebuah ide yang


menyebutkan bahwa Piramida Kecelakaan Heirinch tersebut tidak
sepenuhnya benar. Ia beralasan bahwa masih banyak kecelakaan kerja berat
ataupun fatal yang tidak hilang meskipun kita telah mencoba sekuat tenaga
untuk mengurangi kejadian near miss yang ada. Ia berpatokan dari data OGP
berikut:
Dari data-data tersebut dapat dilihat bahwa kasus kematian akibat pekerjaan
(fatality) cenderung stabil meskipun sudah ada penurunan dari kasus-kasus
kecelakaan yang lain. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan teori piramida
heinrich yang menyebutkan bahwa semakin rendah kasus kecelakaan kerja
lain maka semakin rendah pula kemungkinan kasus kematian akibat
kecelakaan kerja dapat terjadi.
Membangun Piramida Kecelakaan yang Baru

Krauser menyebutkan bahwa dalam 300 contoh kecelakaan, terdapa)lah 64


kecelakaan yang berpotensi menyebabkan Luka Serius atau Kematian
(Serious injuries & Fatalities/ SIF ). Artinya, sekitar 21% dari seluruh
kecelakaan yang ada berpotensi menyebabkan luka serius dan kematian
apabila tidak kita kendalikan serta tidak semua pengendalian kecelakaan
dapat mencegah kasus-kasus kematian serta luka serius.

Kecelakaan yang mengakibatkan luka serius atau kematian (Serious injuries


& Fatalities/ SIF ) ini sangat dipengaruhi oleh adanya Prekursor. Menurut
Krause, Prekursor adalah sebuah risiko tinggi yang tidak termitigasi dan
memungkinkan timbulnya kecelakaan dengan luka serius dan kematian.
Contoh dari prekursor adalah seorang pekerja yang bekerja di bawah tangki
tinggi namun tanpa titik angkur body harness yang disepakati. Contoh lain
prekursor adalah sebuah prosedur yang tidak dapat dipraktekkan dan tidak
dimengerti karena adanya penghentian arus listrik yang mendadak.
Melalui pandangan yang baru ini, Krauser menyimpulkan bahwa tidak semua
kecelakaan kecil akan berakibat ke kecelakaan yang besar apabila kita
biarkan. Hanya kecelakaan-kecelakaan dengan prekursor lah yang
kemungkinan besar akan muncul kecelakaan dengan luka serius ataupun
kematian sehingga kita harus benar-benar memperhatikan semua kecelakaan
yang ada agar prekursor yang telah ada bisa kita mitigasi dengan baik.

Ada 5 langkah yang diusulkan oleh Krause untuk menerpakan paradigma


yang baru ini:

1. Mengedukasi tempat kerja tentang pentingnya paradigma yang baru


2. Menghitung besaran Kecelakaan kerja dengan luka serius dan kematian
kemudian dibagi dengan jumlah jam kerja. Kecelakaan dengan luka serius
bisa dibagi menjadi:
1. Kecelakaan yang mengancam nyawa (Life threatening
Injury/illness) adalah sebuah kecelakaan yang apabila tidak ditangani secara
cepat, maka akan menimbulkan kematian bagi korban.
2. Kecelakaan yang mengubah hidup (Life altering injury/ilness) adalah
sebuah kecelakaan yang menimbulkan cacat permanen bagi korban
3. Mengintegrasi temuan hasil study kecelakaan kerja luka serius dan kematian
dengan sistem keselamatan kerja yang ada sekarang
4. Mengembangkan mekanisme untuk identifikasi ke depan dan pencegahan
kecelakaan kerja luka serius dan kematian
5. Mengembangkan dan memvalidasi strategi intervensi
Untuk lebih jelas, silakan download dari sumbernya di sini

Referensi
Krause, T. R. (n.d.). A New Framework for Serious Injury and Fatality
Prevention . Pennsylvania , Indiana, United States of America.

FAKTA MENGEJUTKAN TEORI


DOMINO HEINRICH TENTANG
KECELAKAAN KERJA!
1 Juni 2015

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Heinrich, 98 persen kecelakaan disebabkan oleh tindakan
tidak aman. Maka dari itu, Heinrich menyatakan, kunci untuk mencegah kecelakaan adalah dengan
menghilangkan tindakan tidak aman sebagai penyebab kecelakaan.

Teori Domino Heinrich oleh H.W. Heinrich, salah satu teori ternama yang menjelaskan terjadinya
kecelakaan kerja. Dalam Teori Domino Heinrich terdapat lima penyebab kecelakaan, di antaranya:

1. Hereditas

Hereditas mencakup latar belakang seseorang, seperti pengetahuan yang kurang atau mencakup
sifat seseorang, seperti keras kepala.

2. Kesalahan manusia

Kelalaian manusia meliputi, motivasi rendah, stres, konflik, masalah yang berkaitan dengan fisik
pekerja, keahlian yang tidak sesuai, dan lain-lain.

3. Sikap dan kondisi tidak aman

Sikap/ tindakan tidak aman, seperti kecerobohan, tidak mematuhi prosedur kerja, tidak
menggunakan alat pelindung diri (APD), tidak mematuhi rambu-rambu di tempat kerja, tidak
mengurus izin kerja berbahaya sebelum memulai pekerjaan dengan risiko tinggi, dan sebagainya.

Sedangkan, kondisi tidak aman, meliputi pencahayaan yang kurang, alat kerja kurang layak pakai,
tidak ada rambu-rambu keselamatan kerja, atau tidak tersedianya APD yang lengkap.
4. Kecelakaan kerja

Kecelakaan kerja, seperti terpeleset, luka bakar, tertimpa benda di tempat kerja terjadi karena
adanya kontak dengan sumber bahaya.

5. Dampak kerugian

Dampak kerugian bisa berupa:

 Pekerja: cedera, cacat, atau meninggal dunia


 Pengusaha: biaya langsung dan tidak langsung
 Konsumen: ketersediaan produk

Kelima faktor penyebab kecelakaan ini tersusun layaknya kartu domino yang di berdirikan. Hal ini
berarti, jika satu kartu jatuh, maka akan menimpa kartu lainnya.

Menurut Heinrich, kunci untuk mencegah kecelakaan kerja adalah menghilangkan sikap dan kondisi
tidak aman (kartu ketiga). Sesuai dengan analogi efek domino, jika kartu ketiga tidak ada lagi,
seandainya kartu kesatu dan kedua jatuh, ini tidak akan menyebabkan jatuhnya semua kartu.

Adanya Gap atau jarak dari kartu kedua dengan kartu keempat, jika kartu kedua jatuh, ini tidak akan
sampai meruntuhkan kartu keempat. Pada akhirnya, kecelakaan (kartu keempat) dan dampak
kerugian (kartu kelima) dapat dicegah.

Untuk menguatkan Teori Domino Heinrich, konsep Piramida Kecelakaan juga menjelaskan hal yang
sama.
Tercatat kontribusi terbesar penyebab kecelakaan kerja adalah berasal dari sikap dan kondisi tidak
aman. Maka dari itu, untuk mengurangi kecelakaan kerja dan risikonya bisa dilakukan pencegahan
dengan meminimalisasi tindakan dan kondisi tidak aman di tempat kerja, dengan cara:

1. Mengatur kondisi kerja sesuai peraturan perundangan


2. Standarisasi, terkait syarat-syarat keselamatan, seperti pemasangan rambu-
rambu keselamatan.
3. Pengawasan agar peraturan dipatuhi
4. Pelatihan terkait keselamatan untuk karyawan
5. Laporan mengenai kecelakaan kerja, meliputi jenis kecelakaan kerja, jumlah
kecelakaan kerja, kerugian akibat kecelakaan kerja, dan sebagainya
6. Program penghargaan atas prestasi karyawan dalam meminimalisasi kecelakaan
kerja
7. Asuransi
8. Membuat program K3 di tingkat perusahaan

Berkaca pada Piramida Kecelakaan


December 27, 2014 Darmawan Saputra gambar piramida kecelakaan, piramida
kecelakaan,Safety, Teori piramida kecelakaan, Ulasan K3LH 0

Piramida kecelakaan adalah segitiga yang menggambarkan tingkatan jumlah


kecelakaan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan yang lebih parah. Dalam teori
yang dikemukakan oleh Frank E Bird Jr ini bahwasanya satu kecelakaan serius/fatal
akan diawali oleh beberapa kecelakaan sebelumnya.

Suatu perusahaan dengan tingkat kejadian hampir celaka (nearmiss) tinggi, akan
sangat berpotensi mengalami kecelakaan yang berakibat pada kerusakan alat (property
damage). Saat tingkat kerusakan alat akibat kecelakaan menunjukkan angka yang
tinggi, maka potensi karyawan/pekerja cidera sangat bisa terjadi. Dan begitu juga
dengan kejadian yang berakibat cidera ringan pada karyawan/pekerja, jika statistic
menunjukkan karyawan/pekerja banyak yang mengalami cidera ringan, maka
kecelakaan yang berakibat fatal/mati sangat mungkin bisa terjadi.

Teori piramida kecelakaan sangat membantu kita dalam mendalami kecelakaan-


kecelakaan yang ada di area kerja kita. Puncak dari piramida kecelakaan adalah
kejadian yang berakibat Fatal/cidera serius, yang sebelumnya didahului oleh 10 cidera
ringan, 30 kerusakan alat, dan 600 hamper celaka (nearmiss).

Dengan begitu, untuk meniadakan kecelakaan yang berakibat fatal/cidera serius, hal
yang bisa kita lakukan adalah dengan menekan atau belajar dari nearmiss.

Kita bisa belajar banyak dari kejadian nearmiss yaitu dengan melakukan pemeriksaan
kejadian (investigasi). Dengan melakukan investigasi terhadap kejadian nearmiss kita
bisa mengetahui penyebabnya tanpa harus mengalami kerugian. Berbeda dengan
investigasi pada kecelakaan yang berakibat kerusakan alat (property damage), kita
melakukan investigasi pada kejadian yang sudah mengakibatkan kerugian.

Sebagian orang menyebut investigasi nearmiss adalah ‘Gladi resik/gladi bersih’, kita
bisa mendapatkan root cause (akar masalah) tanpa harus mengalami kerugian.

Jadi, mana yang anda pilih ? membiarkan nearmiss tanpa diinvestigasi atau lebih suka
menginvestigasi property damage..?

Selain itu juga, teori piramida kecelakaan ini bisa menjadi dasar pertimbangan apabila
suatu perusahaan memiliki catatan kecelakaan baik, namun tiba-tiba terjadi kecelakaan
berakibat fatal/mati. maka perlu dicurigai, banyak kecelakaan yang tidak dilaporka
PIRAMIDA SAFETY, HAL DASAR YANG HARUS DI KETAHUI SAFETY
OFFICER DAN SUPERVISOR.

Piramida safety

Piramida Kecelakaan Kerja menggambarkan statistik urutan (rangkaian) kejadian yang terjadi
menuju 1 (satu) kecelakaan fatal (kematian/cacat permanen). Lebih jelasnya dapat dijabarkan
dalam teori piramida kecelakaan kerja sebagai berikut :

Suatu perusahaan dengan tingkat kejadian hampir celaka (nearmiss) tinggi, akan sangat
berpotensi mengalami kecelakaan yang berakibat pada kerusakan alat (property damage). Saat
tingkat kerusakan alat akibat kecelakaan menunjukkan angka yang tinggi, maka potensi
karyawan/pekerja cidera sangat bisa terjadi. Dan begitu juga dengan kejadian yang berakibat
cidera ringan pada karyawan/pekerja, jika statistic menunjukkan karyawan/pekerja banyak yang
mengalami cidera ringan, maka kecelakaan yang berakibat fatal/mati sangat mungkin bisa
terjadi.

Setiap terdapat 1 (satu) kejadian kecelakaan fatal (kematian/cacat permanen) maka di dalam 1
(satu) kejadian fatal tersebut terdapat 10 (sepuluh) kejadian kecelakaan ringan dan 30 (tiga
puluh) kejadian kecelakaan yang menimbulkan kerusakan aset/properti/alat/bahan serta 600
(enam ratus) kejadian nearmiss (hampir celaka) sebelum terjadi 1 (satu) kejadian kecelakaan
fatal tersebut. Piramida kecelakaan kerja tersebut menggambarkan bahwa untuk (guna)
mencegah kecelakaan fatal di tempat kerja, maka harus terdapat upaya untuk menghilangkan
(mengurangi) kejadian-kejadian nearmiss di tempat kerja sehingga probabilitas menuju kejadian
kecelakaan fatal dan kejadian-kejadian lain sebelum menuju adanya 1 (satu) kejadian fatal
dapat dikurangi (tidak ada).
Kita bisa belajar banyak dari kejadian nearmiss yaitu dengan melakukan pemeriksaan kejadian
(investigasi). Dengan melakukan investigasi terhadap kejadian nearmiss kita bisa mengetahui
penyebabnya tanpa harus mengalami kerugian. Berbeda dengan investigasi pada kecelakaan
yang berakibat kerusakan alat (property damage), kita melakukan investigasi pada kejadian
yang sudah mengakibatkan kerugian.

gambar .(petugas safety sedang menganalisa potensi bahaya)

Sebagian orang menyebut investigasi nearmiss adalah 'Gladi resik/gladi bersih', kita bisa
mendapatkan root cause (akar masalah) tanpa harus mengalami kerugian.

Jadi, mana yang anda pilih ? membiarkan nearmiss tanpa diinvestigasi atau lebih suka
menginvestigasi property damage..?
Selain itu juga, teori piramida kecelakaan ini bisa menjadi dasar pertimbangan apabila suatu
perusahaan memiliki catatan kecelakaan baik, namun tiba-tiba terjadi kecelakaan berakibat
fatal/mati. maka perlu dicurigai, banyak kecelakaan yang tidak dilaporkan.

Peran aktif dari pekerja yang melaporkan setiap nearmiss yang ditemukan di lapangan sangat
membantu petugas safety untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi sumber bahaya. hal ini
sangat penting sekali karena dapat meminimalkan potensi bahaya di area kerja.

Anda mungkin juga menyukai