Anda di halaman 1dari 22

SATUAN ACARA PENYULUHAN

BANTUAN HIDUP DASAR BAGI PENOLONG AWAM

SAP

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pembelajaran Klinis Keperawatan

Dosen Pembimbing
Dr. Yanti Hermayanti, S.Kp., MNm

Disusun Oleh
Mahasiswa Peminatan Keperawatan Kritis

Evi Nurjanah 220120200008 Nunik Wijayanti 220120200014


Firman Dwi Cahyo 220120200010 Rizky Meilando 220120200005
Farly Ihsan 220120200001 Roulita 220120200004
Iis Haryati 220120200015 Sherly Manurung 220120200002
Muhammad Iqbal 220120200003 Yahya Endra K 220120200016

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Bantuan Hidup Dasar


Sub Pokok Bahasan : Bantuan Hidup Dasar bagi Penolong Awam
Metode : Online (Daring)
Tempat : Daring via Zoom
Sasaran : Masyarakat Awam
Tanggal/Waktu : Rabu, 19 Mei 2021/ 90 Menit (09.00 - 10.30 WIB)

A. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskuler masih mendominasi sebagai penyebab kematian tertinggi di
dunia (WHO, 2012). Penyakit kardiovaskuler ini diantaranya disebabkan oleh gangguan
pembuluh darah dan fungsi jantung seperti jantung koroner, gagal jantung atau payah jantung
dan stroke (Infodatin, 2014). Sebagian besar gangguan tersebut terjadi karena masalah
kelistrikan jantung yang menyebabkan Cardiac Arrest atau henti jantung secara mendadak
(National Heart, Lung and Blood Institute, 2011). Henti jantung merupakan hilangnya fungsi
jantung pada seseorang secara mendadak yang telah atau tidak terdiagnosa penyakit jantung.
Henti jantung terjadi ketika malfungsi sistem listrik jantung. Pada henti jantung, kematian
terjadi saat jantung tiba-tiba berhenti bekerja. Hal ini mungkin disebaban oleh tidk normal
atau tidak teraturnya irama jantung (AHA, 2014).
Menurut American Heart Association (2014), layanan gawat darurat menemukan adanya
lebih dari 420.000 henti jantung terjadi diluar rumah sakit di Amerika Serikat tiap tahunnya.
Pada tahun 2013, Layanan Medis Darurat atau Emergency Medical Service (EMS) di Inggris
berusaha menyadarkan sekitar 28.000 kasus Out-Of-Hospital Cardiac Arrest (OHCA) atau
henti jantung diluar rumah sakit (British Heart Foundation, 2015).
Kejadian OHCA dibeberapa negara yang tergabung dalam Asia-Pasifik salah satunya
Indonesia dalam tiga tahun terakhir yakni sebanyak 60.000 kasus (Hock, 2014). Sedangkan
kejadian henti jantung di Indonesia belum didapatkan data yang jelas. Sekitar 80% dari
OHCA terjadi dirumah dan 20% di tempat umum. Banyak kasus henti jantung diluar rumah
sakit terjadi akan tetapi EMS tidak melakukan resusitasi karena pada saat tiba, korban dalam
keadaan yang tidak layak untuk di resusitasi. Hal ini karena korban telah meninggal selama
beberapa jam atau telah mengalami trauma berat karena kesempatan untuk memulai bantuan
hidup dasar tidak diinisiasi lebih cepar sementara EMS sedang dalam perjalanan. Henti
jantung (cardiac arrest) dan kasus gawatdarurat yang mengancam nyawa merupakan masalah
kesehatan yang sangat penting, dimana penilaian awal yang cepat dan respon yang benar dan cepat
dapat mencegah kematian ataupun kecacatan permanen (Pratiwi & Purwanto, 2016). Tindakan
penanganan yang tepat dalam menangani kasus kegawatdaruratan henti jantung adalah Bantuan
Hidup Dasar (BHD) (Christie Lontoh, Maykel Kiling, 2013)
Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah tindakan darurat untuk membebaskan jalan napas,
membantu pernapasan dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat bantu
(Alkatiri, 2007). Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara efektif
pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai
paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal (Latief,
2009). Tindakan bantuan hidup dasar sangat penting pada pasien trauma terutama pada
pasien dengan henti jantung yang tiga perempat kasusnya terjadi di luar rumah sakit
(Alkatiri, 2007).
Tidak hanya petugas pelayanan kesehatan saja, tetapi orang awam diharapkan untuk dilatih dalam
Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang merupakan tindakan sederhana, namun sangat efektif karena
mereka mungkin saja menghadapi situasi serangan jantung setiap saat (Ngirarung et al., 2017) .
Keselamatan korban henti jantung mungkin dapat ditolong ketika korban OHCA menerima
BHD segera dari masyarakat awam. Jika masyakat awam terbiasa menolong dan meminta
bantuan Emergency Call, maka lebih cepat serta memberikan bantuan hidup dasar berupa
Resusitasi Jantung Paru (RJP) yang efektif sampai EMS datang dan saat yang tepat
menggunakan defibrilator akses publik sehingga jumlah kasus dimana EMS dapat diinisiasi
lebih dini akan meningkat dan kemungkinan tinggi korban pun dapat selamat tertolong (NHS
England, 2015). Oleh karena itu, menghubungi Emergency Call dan BHD dengan RJP yang
diberikan segera oleh masyarakat awam dapat meningkatkan jumlah orang yang diberi
kesempatan bertahan hidup. Berdasarkan hal inilah, kami menginisiasi kegiatan pendidikan
kesehatan dengan memberikan edukasi terkait Bantuan Hidup Dasar bagi Penolong Awam.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang bantuan hidup dasar bagi penolong
awam selama 90 menit, diharapkan peserta mampu menjelaskan langkah-langkah
bantuan hidup dasar pada penolong awam.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 90 menit, diharapkan pasien mampu:
a. Menyebutkan pengertian bantuan hidup dasar
b. Menjelaskan tujuan bantuan hidup dasar
c. Menjelaskan esensi bantuan hidup dasar bagi penolong awam
d. Menjelaskan langkah-langkah bantuan hidup dasar bagi penolong awam
e. Menjelaskan waktu yang tepat untuk penghentian bantuan hidup dasar
f. Menjelaskan pertimbangan untuk situasi dan kondisi korban dengan COVID-19

C. Materi
Materi pendidikan kesehatan (Terlampir), adapun yang akan disampaikan meliputi :
1. Pengertian Bantuan Hidup Dasar
2. Tujuan Bantuan Hidup Dasar
3. Esensi Bantuan Hidup Dasar bagi Penolong Awam
4. Langkah-langkah Bantuan Hidup Dasar bagi Penolong Awam
5. Penghentian Bantuan Hidup Dasar
6. Pertimbangan untuk Situasi dan Kondisi Korban dengan COVID-19

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Pemutaran video
E. Media
1. E-Leaflet
2. Video Edukasi BHD bagi Penolong Awam
3. Powerpoint

F. Kegiatan

No Kegiatan
Tahap Waktu Penanggung Jawab
. Penyuluh Sasaran
1. Pembuka 25 1. Memberi salam 1. Menjawab MC: Yahya Endra
Menit salam Kristiano.,S.Kep.,Ners
2. Memperkenalkan 2. Memperhatikan
diri
Pembaca doa: Rizky
3. Doa 3. Semua peserta
Meilando.,S.Kep.,Ner
s.
4. Sambutan 4. Semua peserta
Pembimbing I : Dr.
pembimbing I Yanti Hermayanti,
S.Kp., M.Nm
5. Semua Peserta
5. Sambutan Pembimbing II: Ibu
Etika
pembimbing II
Emaliyawati.,S.Kp.,M
.Kep.
6. Menggali 6. Menjawab
pengetahuan pertanyaan
sasaran terkait
bantuan hidup dasar
7. Menjelaskan tujuan 7. Menyimak
dan kontrak waktu penjelasan yang
pendidikan diberikan dan
kesehatan Menyutujui
kontrak waktu
8. Membagikan link 8. Menjawab
pre-test kepada pertanyaan pre-
peserta test melalui
online
2. Inti 40 1. Menggali perasaan 1. Menjawab Presenter: Evi
Menit dan pengalaman pertanyaan dan Nurjanah.,S.Kep.,
sasaran terkait mengungkapka Ners.
bantuan hidup n perasaan yang
dirasakan
2. Menjelaskan 2. Mendengarkan
tentang : dan
a. Pengertian memperhatikan
Bantuan Hidup penjelasan yang
Dasar diberikan
b. Tujuan Bantuan
Hidup Dasar
c. Esensi Bantuan
Hidup Dasar
bagi Penolong
Awam
d. Langkah
Bantuan Hidup
Dasar bagi
Penolong
Awam
e. Penghentian
Bantuan Hidup
Dasar
f. Pertimbangan
untuk Situasi
dan Kondisi
Korban dengan
COVID-19
3. Penayangan video 3. Menyaksikan Muhammad
edukasi bantuan tayangan video Iqbal.,S.Kep.,Ners.
hidup dasar bagi edukasi Iis
penolong awam Haryati,S.Kep.,Ners
4. Memberikan 4. Aktif bertanya Nunik
kesempatan peserta Wijayanti,S.Kep.,Ners
untuk bertanya 5. Memberi
5. Menjawab umpan balik
pertanyaan
3. Penutup 25 1. Mengevaluasi baik 1. Menjawab Firman Dwi
Menit kognitif maupun pertanyaan Cahyo,S.Kep.,Ners.
afektif peserta atas yang diberikan Roulita,S.Kep., Ners
penjelasan yang dengan tepat
disampaikan dan
menanyakan
kembali mengenai
materi yang telah
disampaikan
2. Menyimpulkan 2. Mendengar
materi yang kan dan
telah menyimak
disampaikan
3. Memberikan 3. Peserta
pertanyaan yang
kepada peserta menjawab
pertanyaan
dengan
tepat
diberikan
gift
4. Salam Penutup 4. Menjawab
salam

G. Evaluasi
Struktur
a. Persiapan Media
Media yang akan digunakan dalam penyuluhan semuanya lengkap dan siap digunakan.
Media yang digunakan adalah power point, E-Leaflet dan Video Edukasi. Kurun waktu
dalam persiapan media 3 hari.
b. Persiapan Materi
Materi yang akan diberikan dalam penyuluhan sudah disiapkan dalam bentuk power point
yang berisi gambar dan tulisan. Kurun waktu dalam persiapan materi 3 hari.
2. Proses
a. Kegiatan penyuluhan yang akan diberikan diharapkan berjalan lancar dan sasaran
memahami tentang penyuluhan yang diberikan.
b. Sasaran diharapkan mampu mengerti dan memahami pendidikan kesehatan dan 50% dapat
menjawab pertanyaan evaluasi
c. Dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh dan sasaran yang
akan diharapkan penyuluhan
d. Peserta diharapkan memperhatikan materi yang diberikan
3. Hasil
a. Cara : Mengisi Post Test via Link Googleform
b. Waktu : Setelah dilakukan Pendidikan Kesehatan
c. Jenis : Pertanyaan dan Pernyataan
1) Evaluasi Kognitif dengan diberikan pertanyaan dengan pilihan Benar dan Salah
(Skala Guttman)
2) Evaluasi Afektif dengan diberikan pernyataan dengan pilihan dari rentang sikap
Tidak Setuju hingga Sangat Setuju (Skala Likert)
d. Output :
1) Sasaran paham seluruh materi yang diberikan
2) Sasaran memiliki sikap positif sebagai penolong awam dalam upaya
memberikan bantuan hidup dasar
H. Referensi
AHA. (2020). Pedoman CPR dan ECC American Heart Association Tahun 2020.
http://eccguidelines.heart.org
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013.
Laporan Nasional 2013, 1–384. https://doi.org/
Christie Lontoh, Maykel Kiling, D. W. (2013). Pengaruh Pelatihan bantuan Hidup Dasar Terhadap
Pengetahuan resusitasi jantung Paru terhadap Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Toili. E Jurnal
Keperawatan, 1.
IHA. (2020). Pedoman Bantuan Hidup Dasar dan Bantuan Hidup Jantung Lanjut pada
Dewasa, Anak, dan Neonatus Terduga/ Positif COVID-19 Perhimpunan Dokter
Spesialis Kardiovaskular Indonesia. http://www.inaheart.org/
Ngirarung, S. A. A., Mulyadi, & Malara, R. T. (2017). Pengaruh simulasi tindakan resusitasi jantung
paru (RJP) terhadap tingkat motivasi siswa menolong korban henti jantung di SMA Negeri 9
Binsus. E-Journal Keperawatan, 5 (1),1–8.
NHS. (2015). First Aid. https://www.nhs.uk/conditions/first-aid/
Pratiwi, I. D., & Purwanto, E. (2016). Basic Life Support : Pengetahuan Dasar Siswa Sekolah
Menengah Atas. Jurnal Keperawatan, 7, 94–99.
Sartono, Masudik & Suhaeni. (2014). Basic Trauma Cardiac Life Support. Bekasi:Gadar
Medik Indonesia
Soemitro. M.P.,Andiani & Saputra. (2016). Penanganan Gawat Darurat Basic I.
Bandung:RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung
Sudden Cardiac Arrest Foundation. (2015). AHA Release 2015 Heart and Stoke Statistics.
https://www.sca-aware.org/sca-news/aha-releases-2015-heart-and-stroke-statistics
WHO. (2012). 10 Caused Death. https://www.who.int/en/news-room/fact-
sheets/detail/cardiovascular-diseases-(cvds)

I. Lampiran
1. Uraian Materi
2. Kuisioner Pengetahuan
3. Kuisioner Self Eficacy

Lampiran 1

MATERI BANTUAN HIDUP DASAR BAGI PENOLONG AWAM

A. Pengertian Bantuan Hidup Dasar


Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah upaya pertolongan pertama yang dilakukan pada
korban henti jantung atau henti nafas untuk mempertahankan kehidupannya. Bantuan hidup
dasar merupakan suatu rangkaian tindakan yang berurutan yang dilakukan pada korban yang
mengalami suati keadaan henti jantung dan henti nafas (Soemitro. M.P.,Andiani & Saputra,
2016). Bantuan hidup dasar adalah serangkaian penyelematan hidup pada korban henti
jantung (Sartono, Masudik & Suhaeni, 2014).
Bantuan hidup dasar (basic life support) adalah suatu tindakan pada saat pasien ditemukan dalam
keadaan tiba-tiba tidak bergerak, tidak sadar, atau tidak bernafas, maka periksa respon pasien. Bila
pasien tidak merespon, aktifkan sistem darurat dan lakukan tindakan bantuan hidup dasar (W.Sudoyo
et al., 2015). Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah tindakan darurat untuk membebaskan jalan nafas,
membantu pernafasan dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat bantu (Christie
Lontoh, Maykel Kiling, 2013). BHD adalah suatu tindakan gawat darurat yang memerlukan
pertolongan segera untuk membebaskan jalan nafas, membantu pernafasan, dan mempertahankan
sirkulasi darah tanpa menggunakan alat bantu.

B. Tujuan Bantuan Hidup Dasar


Selama jantung berhenti maka tidak akan ada darah yang dipompa ke otak, padahal otak
merupakan organ penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, semakin dini dilakukan
BHD, maka kemungkinan untuk terjadinya kerusakan sel otak akan semakin kecil. Perlu
diketahui bahwa sel otak akan mati bila kekurangan oksigen lebih dari 4 menit.
Jika korban henti jantung tidak segera diberikan BHD, kemungkinan korban selamat akan
berkurang. Dengan dilakukan BHD maka diharapkan dapat memberikan waktu yang cukup
kepada korban untuk sampai dibawa ke RS ataupun sampai bantuan tenaga kesehatan datang.
Tabel dibawah ini memperlihatkan peluang keberhasilan BHD.

Jadi inti dari tujuan BHD adalah sebagai berikut :


1. Untuk mengembalikan fungsi jantung dan paru-paru seperti normal
2. Mempertahankan aliran oksigen ke otak dan ke seluruh tubuh
3. Memberikan bantuan eksternal pada korban yang mengalami henti jantung atau henti
nafas

C. Hal-Hal / Esensi Yang Harus diperhatikan Sebelum Tindakan BHD

1. Dilakukan segera ditempat kejadian bila lokasi aman


2. Penolong harus mendahulukan keselamatan dirinya, menggunakan alat pelindung
(masker, sarung tangan )
3. Jika berada dilokasi yang berbahaya, sebaiknya korban dipindahkan terlebih dulu
ketempat aman
4. Korban diletakan pada permukaan yang datar dan keras dengan posisi terlentang
D. Langkah Bantuan Hidup Dasar bagi Penolong Awam
BHD dapat dilakukan oleh orang awam sekalipun karena tidak setiap waktu terdapat
akses yang cepat untuk mendapat bantuan medis. Oleh karenanya sangatlah penting agar
orang disekitar korban dapat melakukan BHD dengan segera. Gambaran dibawah ini
memperlihatkan Chain of Survival. CPR (Cardio Pulmonary Resucitation) atau RJP
(Resusitasi Jantung Paru) adalah bagian dari tindakan bantuann hidup dasar.

Resusitasi jantung paru (RJP) adalah istilah yang dipakai untuk menyebut terapi segera untuk
henti jantung dan atau nafas. RJP terdiri dari pemberian bantuan sirkulasi dan nafas, dan merupakan
terapi umum yang bisa diterapkan pada hampir semua kasus henti jantung atau nafas. Namun,
tindakan ini tidak mengesampingkan perlunya menegakkan diagnosis akurat sehinga terapi spesifik,
bila tersedia, bisa diberikan sedini mungkin untuk bisa menyelamatkan nyawa (Davey, 2006).
Adapun langkah-langkah BHD, sebagai berikut :
1. Menganalisis keamanan (Danger) : Aman diri, aman korban dan aman lingkungan
sekitar
Memastikan keadaan aman baik bagi penolong, korban, maupun lingkungan disekitarnya atau
dikenal dengan istilah 3A (amankan diri, amankan korban, amankan lingkungan). Keamanan
penolong harus diutamakan sebelum melakukan pertolongan terhadap korban agar tidak menjadi
korban selanjutnya.
2. Memeriksa respon korban (Respon)
Panggil identitas korban dan tepuk-tepuk didaerah pundak (Gambar 1). Pemeriksaan
respon korban dapat dilakukan dengan memberikan rangsangan verbal dan nyeri. Pemeriksaan ini
dilakukan jika keadaan lingkungan benar-benar sudah aman agar tidak membahayakan korban
dan penolong. Rangsangan verbal dilakukan dengan cara memanggil korban sambil menepuk
bahunnya. Apabila tidak ada respon, rangsangan nyeri dapat diberikan dengan penekanan dengan
keras di pangkal kuku atau penekanan dengan menggunakan sendi jari tangan yang dikepalkan
pada tulang sternum atau tulang dada.
a. Pastikan korban, orang disekitar dan Anda aman. Jika tempat belum aman, maka
pindahkan ketempat aman terlebih dahulu.
1) Pastikan tidak ada cedera/patah leher sebelum dipindahkan. Lihat jejas di kepala
dan badan
2) Lakukan teknik pemindahan yang tepat
3) BHD dilakukan pada permukaan yang keras dan rata
b. Periksa korban dengan cara guncangkan bahunya dan teriak dengan memanggil nama
atau sebutan, “Apa Bapak/Ibu sadar?”. Pengenalan sangat penting untuk menguangi
penundaan pertolongan.
Bila korban sadar :
a. Biarkan korban dalam posisi yang aman dan tidak dalam ancaman bahaya
b. Mencoba mencari tahu apa yang terjadi dan minta bantuan bila diperlukan
c. Periksa kembali korban secara teratur
d. Minta bantuan pada teman atau orang sekitar untuk menghubungi ambulan atau
orang yang berkompeten
e. Hal yang penting disebutkan saat meminta tolong: lokasi dan keadaan korban
3. Meminta Bantuan (Shout for Help)
Bila korban tidak sadar terhadap panggilan dan rangsangan nyeri, , tidak bernafas atau
bernafas tidak normal (terengah-engah) :
a. Teriak minta bantuan, pada teman atau orang sekitar untuk menghubungi ambulan atau
orang yang berkompeten
b. Telepon ambulance (119 untuk Jakarta) atau bantuan medis terdekat. Saat menelepon, Anda
harus siap untuk memberikan informasi seperti lokasi kejadian, apa yang terjadi, jumlah
korban dan kondisinya dan pertolongan apa yang sudah diberikan.

Gambar 1. Cek Kesadaran


4. Pindahkan korban ketempat aman

5. Circulation
a. Periksa nadi karotis (di daerah leher geser 1-2 cm kekanan atau kekiri dari
pertengahan jakun).
AHA (2020) membedakan pengecekan nadi antara masyarakat awam dengan tenaga
kesehatan dan masyarakat awam terlatih. Masyarakat awam tidak harus melakukan
pemeriksaaan terhadap nadi korban. Henti jantung ditegakkan apabila ditemukan adanya
korban tidak sadarkan diri dan pernafasannya tidak normal tanpa memeriksa nadinya. Pada
tenaga kesehatan dan orang awam terlatih pemeriksaan nadi tidak lebih dari 10 detik pada
nadi carotis dan apabila ragu dengan hasil pemeriksaannya maka kompresi dada harus
segera dimulai.

Gambar 2. Cek Nadi Karotis


b. Lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP)
AHA (2020) menjelaskan bahwa kompresi dada (RJP) dapat dilakukan apabila syaratnya
terpenuhi yaitu : tidak adanya nadi pada korban. Efektifitas kompresi dada maksimal
dilakukan jika posisi pasien dan penolong harus tepat. Pasien ditempatkan pada permukaan
yang datar dan keras, serta dengan posisi supinasi (terlentang). Kedua lutut penolong berada
disamping dada korban. Letakkan 2 jari tangan di atas prosessus xiphoideus (PX)/ di antara
kedua putting susu. Letakkan kedua telapak tangan dengan cara saling menumpuk, satu
pangkal telapak tangan diletakkan ditengah tulang sternum dan telapak tangan yang satunya
diletakkan di atas telapak tangan yang pertama dengan jari-jari saling mengunci. Pemberian
kompresi pada masyarakat awam dengan tenaga kesehatan dan masyarakat awam terlatih
berbeda. Masyarakat awam hanya melakukan kompresi dada dengan sistem “push hard and
push fast” atau tekan yang kuat dan cepat (American Heart Association, 2015).
Melakukan kompresi atau penekanan pada dinding dada korban :
1) Dua telapak tangan saling menumpu ditengah-tengah dada korban ± 2 jari diatas
prosesus sipoideus
2) Satu pangkal talapak tangan diletakan di tengah tulang dada dan telapak tangan
yang satunya diletakan diatas telapak tangan yang pertama dengan jari-jari
saling mengunci.
3) Pijat di tulang dada, bukan dikanan atau kirinya. Pijat dengan posisi badan
tegak lurus diatas dada korban, penolong menekan dinding dada korban dengan
tenaga dari berat badannya secara teratur
4) Lakukan kompresi dengan kedalaman minimal 5 cm (tapi tidak lebih dari 6 cm)

5) Beri kesempatan dada mengembang maksimal setelah diberi tekanan


6) Kompresi dengan cepat dan dalam sebanyak 100-120 kali/menit

7) Tangan tidak boleh dilepas dari permukaan dada atau merubah posisi tangan
pada saat melakukan kompresi.
Beberapa keterangan dan syarat kompresi dada :
1) Bila dilakukan dengan benar, kompresi dada akan membantu aliran darah
2) Pada dinding dada, pastikan dada kembali mengambang sebelum kompresi
berikutnya dan lakukan terus menerus tanpa interupsi
3) Anda dapat bergantian dengan penolong lain dalam melakukan kompresi dada.
Pergantian dilakukan dengan cepat sehingga kompresi dada dapat terus
dilakukan
4) Jangan sering-sering menghentikan pijat jantung

Gambar 3. Posisi Resusitasi Jantung Paru


f. Recovery Position
Recovery position dilakukan pada pasien tidak sadarkan diri setelah pernapasannya normal
dan sirkulasinya efektif dengan memiringkan korban kearah penolong dengan hati-hati
dengan menarik lutut yang ditekuk, lengan atas sebagai bantalan kepala dan lengan bawah
menahan korban agar tidak bergulir. Posisi ini dibuat untuk menjaga patensi jalan napas dan
menurunkan risiko obstruksi jalan napas dan aspirasi. Posisi korban harus stabil tanpa
penekanan pada dada serta kepala yang menggantung. Posisi ini diharapkan dapat mencegah
terjadinya sumbatan dan jika ada cairan maka cairan tersebut akan mengalir melalui mulut
dan tidak masuk ke dalam saluran nafas. Tindakan ini dilakukan setelah RJP. Indikasi
penghentian RJP adalah pasien meninggal, penolong kelelahan, atau bantuan datang.

Gambar 9. Posisi Recovery

E. Waktu yang Tepat untuk Penghentian Bantuan Hidup Dasar


1. Bantuan dari yang lebih ahli datang atau mengambil alih
2. Sang korban mulai menunjukkan tanda-tanda kembali sadar, seperti batuk, membuka
mata, berbicara, bergerak dan bernafas normal
3. Anda kelelahan
Waktu dan ketepatan memberikan BHD/BHL sangat menentukan perbaikan neurologist dan angka
keselamatan, waktu untuk RJP: 4 menit sejak kejadian henti jantung dan waktu untuk BHL: 8 menit
setelah kejadian henti jantung. (Krisanty et al., 2016).

F. Pertimbangan untuk Situasi dan Kondisi Korban COVID-19


Berikut adalah beberapa pertimbangan khusus untuk kasus henti jantung pada pasien
terduga atau positif COVID-19 yang terjadi di luar rumah sakit. Bergantung kepada
prevalensi lokal penyakit dan bukti persebaran di komunitas, adalah masuk akal untuk
mencurigai adanya COVID-19 pada seluruh kasus henti jantung di luar rumah sakit.
RJP oleh penolong awam yang ada di dekat pasien saat kejadian telah terbukti
meningkatkan sintasan pasien henti jantung di luar rumah sakit, dan angka sintasan tersebut
menurun dengan setiap menit ditundanya RJP dan defibrilasi. Penolong di komunitas
kemungkinan besar tidak memiliki akses terhadap APD yang cukup, dan oleh karenanya,
mereka memiliki risiko lebih tinggi terpapar COVID-19 selama RJP dibanding petugas
kesehatan dengan APD mumpuni. Penolong dengan usia tua dan memiliki komorbid seperti
penyakit jantung, diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung kronik memiliki risiko tinggi
jatuh ke dalam kondisi kritis bila terinfeksi SARS-CoV2. Meskipun begitu, bila henti jantung
terjadi di rumah (seperti dilaporkan pada 70% kasus henti jantung di luar rumah sakit
sebelum peraturan untuk berada di rumah saja diterapkan), penolong awam kemungkinan
telah terpapar dengan COVID-19.
1. Kompresi dada
a. Untuk Dewasa
Penolong awam direkomendasikan melakukan RJP dengan tangan saja (hands-
only CPR) ketika menemukan kasus henti jantung, jika bersedia dan mampu,
terutama jika mereka tinggal di rumah yang sama dengan korban sehingga telah
terpapar dengan korban sebelumnya. Masker wajah atau penutup kain di area mulut
dan hidung yang digunakan oleh penolong dan/ atau korban dapat menurunkan risiko
penularan kepada orang sekitar yang tidak tinggal di rumah tersebut.
b. Untuk Anak
Penolong awam harus melakukan kompresi dada dan mempertimbangkan
ventilasi mulut ke mulut, jika bersedia dan mampu, mengingat tingginya kejadian
henti nafas pada anak, khususnya jika penolong tinggal di rumah yang sama dengan
korban sehingga telah terpapar dengan korban sebelumnya. Masker wajah atau
penutup kain di area mulut dan hidung yang digunakan oleh penolong dan/ atau
korban dapat menurunkan risiko penularan kepada orang sekitar yang tidak tinggal di
rumah tersebut, jika penolong tidak bersedia atau tidak dapat melakukan ventilasi
mulut ke mulut.

Lampiran 2

KIUISIONER PENGETAHUAN

A. Identitas
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Pekerjaan :

B. Petunjuk
1. Pilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan pendapat anda dan bacalah setiap
pernyataan dengan cermat sebelum menjawab
2. Berikan tanda ceklis (√) pada jawaban yang dipilih
3. Keterangan Jawaban,

Evaluasi Kognitif : Evaluasi Afektf :


1) Salah (S) 1) Sangat Setuju (SS)
2) Benar (B) 2) Setuju (S)
3) Kurang Setuju (KS)
4) Tidak Setuju (TS)

C. Evaluasi Kognitif
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memilih jawaban Benar atau Salah!
JAWABAN
NO PERTANYAAN
BENAR SALAH
1 Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah upaya pertolongan pertama
yang dilakukan pada korban henti jantung atau henti nafas untuk
mempertahankan kehidupannya.
2 Tujuan dilakukannya Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah untuk
memberikan bantuan eksternal pada korban yang mengalami
henti jantung atau henti nafas
3 RJP (Resusitasi Jantung Paru) adalah bagian dari tindakan
bantuan hidup dasar pada korban yang mengalami henti jantung

4 Pada saat melakukan Bantuan Hidup Dasar (BHD), sebaiknya


segera lakukan RJP tanpa dipindahkan dulu ketempat aman
5 Posisi korban saat melakukan RJP adalah telungkung
6 RJP dilakukan dengan kedalaman 5 cm
7 RJP dilakukan pada permukaan yang keras dan rata
8 Penolong awam direkomendasikan melakukan RJP dengan
tangan saja (hands-only CPR) ketika menemukan kasus henti
jantung
9 Setelah dilakukan langkah-langkah BHD, tindakan yang
dilakukan pada korban tidak sadarkan diri setelah pernapasannya
normal dan sirkulasinya efektif yaitu recovery position/posisi
mantap
10 Masker wajah atau penutup kain di area mulut dan hidung yang
digunakan oleh penolong dan/atau korban dapat menurunkan
risiko penularan saat menolong korban dengan COVID-19.

D. Evaluasi Afektif
Jawablah pernyataan dibawah ini sesuai dengan pandangan dan pendapat anda!

SANGAT KURANG TIDAK


NO PERNYATAAN SETUJU
SETUJU SETUJU SETUJU
1 Saat akan memberikan pertolongan,
saya akan memastikan terlebih dahulu
korban, lingkungan dan orang disekitar
serta saya sebagai penolong aman. Jika
tempat belum aman, maka pindahkan
ketempat aman terlebih dahulu.
Menurut saya bantuan hidup dasar dapat
dilakukan oleh orang awam sekalipun
2 karena tidak setiap waktu terdapat akses
yang cepat untuk mendapat bantuan
medis
Saya tidak akan melakukan bantuan
3 hidup dasar kepada korban karena saya
bukan tenaga kesehatan
Dengan dilakukan bantuan hidup dasar
maka diharapkan dapat memberikan
4 waktu yang cukup kepada korban untuk
sampai dibawa ke RS ataupun sampai
bantuan tenaga kesehatan datang
Saat memeriksa kesadaran korban
dengan cara guncangkan bahunya dan
5
teriak dengan memanggil nama atau
sebutan
Lampiran 3

KUISIONER SELF EFICACY DALAM MELAKUKAN BANTUAN HIDUP DASAR

Petunjuk Pengisian Kuesioner :


Kuesioner efikasi diri ini diisi oleh responden dengan memberikan tanggapan dari setiap
pernyataan di bawah ini dengan memberikan tanda cek (V) sesuai dengan pilihan dan
keyakinan anda pada kolom 1-5, dimana skor 1 (sangat tidak percaya diri), 2 (tidak percaya
diri), 3(ragu-ragu), 4 (percaya diri), dan skor 5 (sangat percaya diri).

No Pada situasi gawat darurat (emergency), saya 1 2 3 4 5


percaya jika saya selalu bisa…
1. Mampu menilai tanda gejala kondisi henti jantung
2. Menilai keamanan lingkungan sekitar untuk
memberikan pertolongan saat menemukan
seseorang tidak sadar, baik untuk korban atau
penolong.
3. Menilai respons korban dengan menggoyangkan
bahu dengan lembut sehingga tidak menimbulkan
cedera yang lebih serius
4. Memastikan kesadaran korban dengan
menggoyangkan bahu dan bertanya dengan suara
yang jelas
5. Mengkaji tanda-tanda vital korban (pernafasan
dan nadi)
6. Menghubungi nomor darurat 119
7. Menyampaikan informasi terkait kondisi korban
dengan tepat kepada penerima telepon darurat
(dispatcher) 119
8. Melakukan RJP dengan segera setelah aktivasi
nomor darurat
9. Mampu melakukan kompresi dada dengan
penempatan tangan yang benar
10. Mampu melakukan kompresi dada dengan
kecepatan 100-120x/menit
11. Mampu melakukan kompresi dada dengan
kedalaman 5-6 cm
12. Mampu memberikan waktu untuk dada
mengembang kembali sebelum melanjutkan
kompresi
13. Mampu melakukan kompresi dada sampai saya
mempunyai alasan yang tepat untuk
menghentikannya
14. Memastikan minimal interupsi (melakukan hal
lain selain tindakan RJP dan menunda proses atau
tahapan RJP) ketika pelaksanaan RJP
15. Mengaktifkan, menggunakan alat kejut listrik
(AED), dan mengikuti instruksi AED.
16 Memberikan kejut listrik setelahanalisa irama
jantung korban diketahui.
17. Memastikan tidak ada yang menyentuh korban
saat kejut listrik diberikan.
18. Melanjutkan RJP segera setelah kejut listrik
diberikan.

Anda mungkin juga menyukai