Anda di halaman 1dari 3

Tugas Kelompok 1

“Kasus Pemalsuan Dokumen PCR oleh Oknum ASN dan staff labolatorium
RS Provita Kota Jayapura”

1. Deskripsi Kasus
Kinerja Polres Jayapura patut mendapatkan apresiasi terkait dengan
pengungkapan sindikat pemalsu dokumen PCR untuk kepentingan perjalanan bagi
pelaku perjalanan melalui Bandar Udara Sentani.Kasus pemalsuan dokumen
perjalanan ini sebenarnya bukan pertama kali terungkap. Sebelumnya pada bulan Juli
lalu, Polres Jayapura bersama pihak terkait di Bandara Sentani juga berhasil
mengungkap sindikat pembuat dokumen PCR dan rapid antigen palsu.Tidak berselang
lama Polres Jayapura kembali mengungkap dan menangkap para pelaku pembuat
dokumen PCR palsu.
Parahnya lagi, kasus kedua ini justru ikut menyeret oknum ASN Dinas
Kesehatan (Dinkes) Kota Jayapura berinisial MA (36) dan dua oknum petugas
laboratorium  RS Provita berinisial WK (30) dan DG (23). Selain itu polisi juga
berhasil mengamankan salah satu tersangka berinisial AH (29) bekerja sebagai sopir
rental di Bandara Sentani.Kapolres Jayapura, AKBP. Fredrickus WA Maclarimboen
mengatakan, kasus ini berhasil diungkap jajarannya pada tanggal 28  Juli 2021 lalu
dan sudah mengamankan sejumlah barang bukti dan memeriksa saksi.Sejumlah
tersangka yang terlibat dalam kasus ini mempunyai peran masing-
masing.Terbongkarnya sindikat pembuatan dokumen PCR palsu ini menurutnya,
bermula saat tersangak AH yang sehari-hari bekerja sebagai sopir rental di Bandara
Sentani, menawarkan pembuatan surat atau dokumen perjalanan melalui temannya
berinisial MA yang merupakan oknum ASN Pemkot Jayapura. Setelah mendapat
orderan dari AH, tersangka MA menurut Fredrickus Maclarimboen, langsung
menghubungi dua tersangka lainnya yaitu WK dan DG yang merupakan oknum staf
di RS Provita untuk menerbitkan dokumen palsu. Pemalsuan dokumen PCR ini
terungkap saat pengguna berinisial AR melakukan check-in di Bandara Sentani.
Sebelum check-in, AR menunjukkan dan menyerahkan surat PCR kepada
petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP). Ketika petugas KKP melakukan
validasi, dengan memasukan nomor seri surat PCR tersebut dan ternyata tidak valid
atau tidak terbaca pada sistem.Temuan ini menurut Fredrickus Maclarimboen,
langsung dikoordinasikan dengan Direktur RS Provita untuk dilakukan klarifikasi.
Direktur RS Provita langsung memerintahkan karyawannya untuk mengecek dan
ternyata surat PCR milik AR ini, tidak terdaftar. Pihak rumah sakit sudah melakukan
pengecekan mulai dari buku pendaftaran, data pemeriksaan laboratorium,
pembayaran, hingga dalam aplikasi all record tidak ditemukan data atas nama pasien
AR.Atas temuan ini, pihak RS Provita langsung membuat laporan polisi di Polsek
Kawasan Bandara Sentani untuk ditindaklanjuti. “Dari laporan tersebut dilakukan
penyelidikan dengan meminta keterangan AR pengguna dokumen palsu yang hendak
terbang ke Makassar dandari keterangan AR diketahui bahwa dirinya ditawari oleh
tersangka AH untuk membuat dokuman PCR dengan tarif Rp 1.700.000. Selanjutnya
AH meminta foto KTP AR, kemudian AH menelpon MA meminta tolong untuk
dibuatkan surat PCR dan tersangka MA meminta bayaran untuk surat tersebut sebesar
Rp 1.500.000.
Selanjutnya MA  menghubungi temannya di RS Provita yakni WK  dan
menyuruh untuk membuatkan surat PCR untuk calon penumpang AR.WK yang
merupakan oknum petugas di RS Provita  meminta uang kepada ASN MA  sebesar
Rp 900.000. Lalu WK bersama temannya  menerbitkan dokumen itu menggunakan
komputer di Laboratorium RS Provita termasuk pengesahan dokumen menggunakan
stempel atas nama seorang dokter di RS tersebut. Keempat tersaangka ini resmi
ditahan. Mereka diancam dengan pasal 263 Ayat (1) Jo Pasal 55 Ayat 1 ke (1e)
KUHP, dengan ancaman  hukuman pidana penjara paling lama 6 tahun. 

2. Aktor yang Terlibat dalam Pemalsuan PCR


a. Oknum ASN Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jayapura.Berinisial MA (36)
b. Petugaslabolatorium RS Provitaberinisial WK (30) dan DG (23)
c. Sopir rental bandaraberinisial AH (29)

3. Dampak dari Kasus Pemalsuan PCR


Dampak yang di timbulkan dari tindakan , yang dilakukan oleh oknum ASN
dan staf salah satu rumah sakit tersebut dengan memalsukan dokumen PCR. Yang
akan terjadi jika tidak segera di proses hukum.Pertama akan terulang lagi bahkan
Sebagian orang kesehatan terus melakukan tindakan yang sama, moral seperti ini
tidak pantas menjadi ASN. Kedua, Tindakan seperti ini tidak mencerminkan nilai
nilai dasar ASN yaitu ANEKA. Ketiga Selain mencemarkan nama baik ASN juga
merusak reputasi Instansi dimana ia bekerja. Keempat, pandangan masyarakat akan
menganggap instansi dalam hal ini salah satu RS Kota Jayapura tidak Akuntabel
dalam partisipasi menggalakkan Kesehatan masyarakat. Kelima, oknum ASN
terkaitakan Sanksi Kode etik ASN dan bahkan akan di Pidanakan. Keenam,sudah
pasti merugikan banyak orang.

4. Pemecahan Masalah dari Kasus Pemalsuan PCR


Sebagai kesimpulan, ada dua poin pemecahan masalah yang ditawarkan.
Pertama, Kementerian Kesehatan untuk penanganan Covid-19 dan pemerintah kota
bersama-sama dengan penegak hukum kepolisian untuk lebih meningkatkan
pengawasan ketat serta mitigasi untuk mencegah skandal pemalsuan PCR tersebut
terulang kembali. Selain itu, dengan canggihnya teknologi di masa sekarang ini,
penggunaan system NAR yang mana data-data dari hasil tes COVID-19 dan vaksinasi
disimpan pemerintah di massif data Kementerian Kesehatan yang diberi nama New
All Record atau NAR harus lebih dioptimalkan lagi. Kedua, kurangnya nilai nilai
ANEKA yang meliputi akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu dan
anti korupsi yang dimiliki oknum ASN yang melakukan pemalsuan PCR seharusnya
menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah dan tak henti-hentinya terus melakukan
perbaikan dan penyempurnaan dalam perekrutan calon-calon ASN selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai