TUGAS MAKALAH :
1. Buatlah makalah tentang suatu kasus pelanggaran disiplin dalam proses pembelajaran
di kelas atau kasus dalam pengelolaan kelas;
Paparkan kondisi ideal dan solusi yang tepat untuk permasalahan yang Saudara sajikan
dengan pendekatan yang sesuai/ tepat dengan kasus tersebut;
2. Ketentuan penulisan :
a. Hurup Times New Roman
b. Font 12
c. Spasi 1,5
d. Margin : top 5 cm; left 4 cm; right 3 cm; bottom 4 cm
e. Jumlah halaman antara 10 – 15 halaman dari bab I – bab IV
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2010:24) menjelaskan bahwa aktivitas belajar
dapat memberikan nilai tambah (added value) bagi peserta didik, berupa hal-hal
berikut ini:
a. Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud
adanya motivasi internal untuk belajar sejati.
b. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang dapat
memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral.
c. Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya.
d. Menumbuh kembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis di
kalangan peserta didik.
e. Pembelajaran dilaksanakan secara konkret sehingga dapat menumbuh
kembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan terjadinya
verbalisme.
f. Menumbuh kembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik sehingga
sekolah menjadi hidup, sejalan dan serasi dengan kehidupan di masyarakat di
sekitarnya.
2. Jenis-jenis Aktivitas Belajar
Paul B. Diedrich yang dikutip dalam Nanang hanafiah dan Cucu suhana (2010:24)
menyatakan, aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai
berikut:
a. Kegiatan-kegiatan visual (visual activities), yaitu membaca, melihat gambar-
gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan mengamati orang
lain bekerja atau bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities), yaitu mengemukakan suatu fakta atau
prinsip, menghubungkan suatu kejadian mengajukan pertanyaan, memberi saran,
mengemukakan pendapat, berwawancara diskusi dan interupsi
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities), yaitu mendengarkan
penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, atau
mendengarkan radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis (writing activities), yaitu menulis cerita, menulis
laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau
rangkuman, dan mengerjakan tes serta mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities), yaitu menggambar,
membuat grafik, diagram, peta dan pola.
f. Kegiatan-kegiatan motorik (motor activities), yaitu melakukan percobaan,
memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan
permainan, serta menari dan berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental (mental activities), yaitu merenungkan mengingat,
memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan,
dan membuat keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities), yaitu minat, membedakan,
berani, tenang, merasa bosan dan gugup.
Squad, apakah kalian masih ingat dengan apa yang disebut dengan teks laporan hasil
observasi? Untuk mengingatnya, mari kita pahami kembali pengertian dari teks laporan hasil
observasi. Teks laporan hasil observasi adalah teks yang memuat suatu klasifikasi berdasarkan
kriteria tertentu yang bersifat global atau universal. Teks ini lebih menekankan pada
pengelompokan beberapa hal ke dalam suatu jenis. Teks ini juga berkaitan dengan hubungan
antara sebuah kelas dan subkelas yang ada di dalamnya.
Biasanya terdapat kata adalah pada pernyataan umum yang menyatakan pengertian atau
definisi dari aspek yang akan dibahas.
Contoh : Kemangi atau disebut basil adalah dedaunan kecil yang memiliki aroma khas dan
lembut dengan sentuhan aroma limau...
Biasanya konjungsi yang digunakan adalah kata hubung antar kata seperti dan, atau, yang,
untuk, dengan, dan sebagainya.
Contoh : Kemangi atau disebut basil adalah dedaunan kecil yang memiliki aroma khas dan
lembut dengan sentuhan aroma limau...
Kalimat simpleks adalah kalimat yang menggunakan satu verba dan menyatakan aksi
(peristiwa atau keadaan) atau biasanya disebut kalimat tunggal.
Kalimat kompleks adalah kalimat yang terdiri dari dua struktur atau lebih dengan dua verba.
Contohnya : Kemangi dapat disulap menjadi toner yang bisa digunakan sebelum tidur setelah
wajah dicuci bersih.
Biasanya terdapat sinonim atau antonim dalam satu kalimat atau satu paragraf.
Contoh antonim : Kemangi dapat disulap menjadi toner yang bisa digunakan sebelum tidur
setelah wajah dicuci besih
Contoh sinonim : Kemangi berguna sebagai salah satu daun yang sangat berpengaruh pada
kesehatan, seperti vitamin A, B, dan C yang memberikan manfaat bagi tubuh.
5. Menggunakan data
Data yang ada biasanya berupa angka yang pasti untuk menunjukkan ukuran suatu bahan yang
digunakan.
Contoh : Bahan yang digunakan adalah 100 gr daun kemangi dan 200 ml air panas.
Langkah-langkah Membuat Teks Laporan Hasil Observasi
Jawaban : B
Pembahasan : Teks laporan hasil observasi adalah teks yang memuat klasifikasi mengenai
jenis sesuatu berdasarkan kriteria tertentu yang bersifat global atau universal. Selain pilihan B,
bukanlah pengertian dari teks laporan hasil observasi.
Sudah paham ‘kan Squad? Kalian juga bisa belajar melalui video beranimasi di ruangbelajar,
lho. Selain video animasi, ada latihan soal serta rangkuman berupa infografis. Yuk,
berlangganan sekarang untuk buat #BelajarJadiMudah.
Referensi
Zabadi, Fairul dan Sutejo. 2015. Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemendikbud
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Materi pelajaran matematika mulai diberikan disekolah dasar merupakan hal yang
sangat tepat, mengingat matematika telah terbukti sangat bermanfaat bagi peserta didik baik
dalam mempelajari pelajaran lan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Namun perlu disadari
bahwa matematika bagi sebagian besar peserta didik merupakan pelajaran yang sangat sulit
sehingga seringkali kita menemui pesera didik yang tidak menyenangi pelajaran matematika.
Sebagai guru tentunya bertugas untuk mengantisipasi agar keadaan seperti itu tidak terjadi.
Jika peserta didik tidak menyenangi matematika, mungkin salah satu penyebabnya adalah guru
membelajarkan peserta didik hanya dengan menggunakan satu cara yang kebetulan cara itu
tidak cocok untuk peserta didik tersebu.
Guru harus mampu memilih metode yang efisien dan efektif sehingga tujuan
pembelajaran dapat terpenuhi secara optimal. Pelaksanaan suatu metode pembelajaran
diperlukan satu atau lebih teknik. Tidak hanya metode pembelajaran, seorang guru juga harus
memiliki pengetahuan tentang model, media dan strategi pembelajaran yang tepat digunakan
dalam suatu proses belajar mengajar.
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang
cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggung jawaban
guru dalam melaksanakan tugasnya. Zamroni (2000:74) mengatakan “guru adalah kreator
proses belajar mengajar. Ia adalah orang yang akan mengembangkan suasana bebas bagi siswa
untuk mengkaji apa yang menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide dan kreatifitasnya
dalam batas-batas norma-norma yang ditegakkan secara konsisten.
Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa orientasi pengajaran dalam konteks
belajar mengajar diarahkan untuk pengembangan aktifitas siswa dalam belajar.
Dalam artian lain, mengajar adalah menyediakan kondisi optimal yang merangsang
serta mengerahkan kegiatan belajar anak didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan
dan nilai atau sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku maupun pertumbuhan
sebagai pribadi. Gambaran aktifitas itu tercermin dari adanya usaha yang dilakukan guru
dalam kegiatan proses belajar mengajar yang memungkinkan siswa aktif belajar. Oleh karena
itu, mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan informasi yang sudah jadi dengan menuntut
jawaban verbal melainkan suatu upaya integratif kearah pencapaian tujuan pendidikan. Dalam
konteks ini guru tidak hanya sebagai penyampai informasi tetapi juga bertindak sebagai
director and fasilitator of learning.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, perlu dibuat suatu strategi mengajar
sebagai suatu usaha dari guru dalam melaaksanakan proses belajar mengajar agar sehingga
dapat mempengaruhi para siswa dalam mencapai tujuan pengajaran lebih efektif dan efisien.
Untuk melaksanakan tugas secara profesional, guru memerlukan wawasan yang mantap tentng
kemungkinan strategi belajar mengajar yang diterapkan sesuai dengan tujuan belajar yang
telah dirumuskan . Khususnya dalam mata pelajaran Matematika yang dikenal memiliki
tingkat kesulitan belajar yang tinggi bagi siswa, maka sudah seharusnya guru bisa mengubah
pandangan tersebut dengan memberikan pengajaran yang membuat siswa bisa aktif belajar
dengan strategi tertentu.
Strategi Belajar Mengajar Matematika adalah suatu mata kuliah yang diajarkan kepada
para calon guru. Untuk lebih memahami strategi dalam mengajar Matematika ini, dari kondisi
dan keadaan yang demikian lah maka penulis mengadakan observasi langsung ke sekolah.
Dengan mengadakan observasi ini, penulis bisa melihat bagaimana guru mengajar dan apa
strategi yang digunakan serta kendala-kendala yang dihadapi oleh guru didalam kelas.
Adapun observasi ini diadakan di SMA N 5 Kota Jambi, dan guna untuk mengetahui
pembelajaran yang di adakan di sekolah tersebut.
Observasi dilakukan di SMA Negeri 5 Kota Jambi. Observasi ini dilaksanakan pada
tanggal 11 Januari 2013 mulai pukul 09.25 – 11.00 WIB atau 2 jam pelajaran.
Adapun siswa yang diobservasi adalah siswa-siswi kelas XII IPA 2 Semester Genap
2012/2013 yang berjumlah 38 siswa. Sedangkan guru yang diamati adalah Ibu Juniar Naibaho
S.Pd selaku guru yang mengajar mata pelajaran Matematika pada kelas tersebut.
1. Kegiatan Pembelajaran
a) Kegiatan Awal
Membuka pelajaran
Guru memasuki ruangan belajar dan menyapa dengan salam. Kemudian peserta didik
memberikan salam kepada guru dan membaca do’a sebelum memulai proses pembelajaran
dan kemudian mengabsen kehadiran siswanya.
Mempersiapkan perlengkapan belajar mengajar
Guru bersama peserta didik mempersiapkan buku-buku pelajaran serta perlengkapan
belajar lainnya.
Apresiasi
Setelah perlengkapan belajar mengajar telah dipersiapkan dengan baik. Guru mulai
memotivasi peserta didik dan mengulang kembali sedikit materi pembelajaran sebelumnya.
Disini , guru menanyakan tentang materi sebelumnya dan sejauh mana pemahaman siswa
tentang materi tersebut. Kemudian guru dan siswa bersama-sama membahas dua soal yang
telah diberikan pada pertemuan sebelumnya yakni tentang barisan deret aritmatika.
Dua soal tersebut adalah sebagai berikut :
1. Diketahui suku pertama dari barisan aritmatika adalah 3 dan Un =5. Tentukan jumlah 7 suku
pertama dan bedanya !
2. Diketahui suatu barisan aritmatika dengan suku ke-4 =11 dan suku ke-11 = 32. Tentukan
jumlah n suku pertamanya !
Kegiatan ini dilakukan guru untuk melihat sejauh mana materi itu dikuasai dengan baik
oleh siswanya sehingga guru dapat melanjutkan pembelajarannya yakni tentang barisan dan
deret geometri..
b) Kegiatan Inti
Apabila masih ditemui peserta didk yang belum memahami dengan baik cara
mengerjakan soal yang telah diberikan guru segera menghampiri dan mengarahkan peserta
didik tersebut. Kemudian guru memberikan kembali soal latihan yang besumber dari buku
cetak Matematika, untuk tambahan pekerjaan siswa dirumah.
2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah metode Cooperatif ekspositori
dan diskusi . Metode cooperatif digunakan ketika guru ingin mengajak siswa menemukan
rumus suku ke-n barisan geometri. Sedangkan metode eksposotori digunakan guru saat
menjelaskan penggunaan rumus suku ke-n untuk menyelesaikan persoalan suku ke –n pada
barisan geometri. Dan metode diskusi digunakan saat diberikannya soal latihan.
3. Media Pembelajaran
Media yang digunakan adalah media cetak, yaitu buku paket Matematika untuk kelas
XII SMA dan MA karangan Herynugroho dkk. Sedangkan Alat pembelajaran yang digunakan
yaitu spidol dan papan tulis.
4. Waktu Pembelajaran
Waktu yang digunakan adalah 2 jam pelajaran (2 x 40 menit).
5. Pengelolaan Kelas
a. Pengaturan Ruangan Kelas
Adapun tata letak/denah ruang kelas pada saat jam pelajaran yang berlangsung adalah
terlihat seperti pada gambar berikut:
b. Pengelompokan Siswa
Pada kelas ini, pengelompokan hanya dilakukan per-meja. Dimana satu meja
ditempati oleh dua orang siswa atau siswi. Sehingga dalam satu meja tidak ada yang duduk
berpasangan/berbeda jenis kelamin. Siswa perempuan lebih banyak daripada siswa laki-laki.
Siswa laki-laki lebih banyak mengisi bangku bagian belakang, sedangkan siswa perempuan
mengisi bangku di bagian depan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran yang diterapkan oleh guru sudah mengikuti urutan yang
seharusnya, yaitu dimulai dari pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Semua kegiatan di
laksanakan dengan baik berdasarkan urutan-urutan pembelajaran.
a. Pendahuluan
Pendahuluan yang dilakukan guru cukup baik. Dimulai dengan memberikan salam dan
mengabsensi kehadiran siswa, namun guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran,
sehingga siswa tidak mengetahui apa tujuan dari pembelajaran pada hari itu. Guru hanya
memberikan motivasi sehingga siswa termotivasi dalam mengikuti pelajaran. Seharusnya
seorang Guru menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa dapat mengetahui apa tujuan
dari mempelajari materi tersebut. Guru memulai pelajaran dengan menanyakan tugas yang
telah diberikan pada pertemuan sebelumnya, dan membahasnya bersama-sama dengan siswa.
b. Kegiatan Inti
Guru menjelaskan materi tentang ”Barisan dan Deret Geometri”. Guru menjelaskan
secara singkat cara menentukan rasio, suku ke-n, dan rumus suku ke-n
Setelah guru selesai menjelaskan, guru memberikan waktu kepada siswa-siswinya untuk
bertanya apakah ada yang tidak dimengerti dari penjelasan guru tersebut. Dikarnakan tidak
ada yang bertanya, maka guru mempersilahkan siswanya untuk mencatat materi yang telah
dijelaskan. Sembari siswa mencatat, guru memperhatikan siswa dengan berkeliling, hal ini
dilakukan guru untuk mengindari adanya siswa yang tidak mencatat.
Guru memberikan beberapa contoh soal yang dikerjakan oleh siswa dan dibahas bersama
– sama oleh guru dan siswa, sehingga siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Kemudian guru juga memberikan latihan soal yang dikerjakan secara berdiskusi bersama
teman sebangku dan meminta beberapa siswa untuk mengerjakannya di papan tulis, sehingga
siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Guru menilai hasil pekerjaan siswa dan guru memberikan reward kepada siswa yang
dapat mengerjakan latihan soal, dengan memberikan nilai tambahan dalam keaktifan dikelas.
Dan guru memberikan penguatan pada siswa –siswa yang belum bisa menyelesaikan soal
latihan yang diberikan oleh guru. Hal ini dilkukan agar siswa tersebut dapat belajar kembali
sehingga mampu menyelesaikan soal – soal latihan yang diberikan.
c. Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, memberikan kembali soal latihan yang besumber dari buku cetak
Matematika untuk tambahan pekerjaan siswa dirumah. Dan bersama-sama siwa
menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Hal ini penulis nilai sudah sangat baik karena guru
sudah menjalankan urutan kegiatan pembelajaran dengan baik. Kemudian menutup pertemuan
di kelas dengan mengucapkan salam dan meninggalkan ruangan kelas tersebut.
b. Pengelompokan Siswa
Bila dilihat dari segi tempat duduk siswa, siswa perempuan duduk dengan siswa
perempuan, begitu pula siswa laki-laki duduk dengan siswa laki-laki. Hal ini bermaksud agar
tidak terlalu terjadi keributan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan.
c. Suasana Proses Belajar
Awalnya suasana ruang kelas saat pelajaran berlangsung terkendali. Namun di
pertengahan pelajaran, ada siswa yang menyeletuk sehingga membuat keadaan kelas menjadi
gaduh karena semua siswa tertawa. Banyak siswa, khususnya yang berada di deretan belakang
malah sibuk berbicara dengan teman-teman didekatnya dan tidak mengerjakan soal yang
diberikan. Menurut penulis Guru yang mengajar pada kelas tersebut cukup disegani sehingga
membuat siswa-siswa takut untuk ditegur kembali
Dari segi penguasaan materi, guru cukup berhasil membawa siswanya untuk aktif
belajar dan memahami materi yang diberikan. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang
menunjuk tangan saat diminta untuk maju menyelesaikan soal didepan kelas. Dan ketika guru
memberikan beberapa soal latihan mengenai barisan dan deret geometri .
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari observasi yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran matematika kelas XII IPA 4 belajar dengan optimal dan kondusif. Hal
ini dikarenakan guru telah mempertimbangkan metode atau strategi yang tepat digunakan
untuk materi pelajaran didalam proses pembelajaran. Sehingga siswa memperhatikan dan
mengikuti pembelajaran matematika dengan baik.
2. Metode yang digunakan yakni metode cooperatif, diskusi dan metode ekspositori.
3. Dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar, guru harus memperhatikan beberapa hal agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai, diantaranya merencanakan kegiatan pembelajaran,
membuat urutan pembelajaran, dan mampu mengelola kelas dengan baik.
4. Guru harus dapat memberi motivasi kepada para peserta didik dalam meningkatkan kualitas
pendidikan. Sehingga para peserta didik dapat mengembangkan ilmu dengan sendirinya tanpa
dorongan dari orang lain, tetapi dorongan dari diri siswa sendiri.
5. Guru harus memperhatikan berbagai kendala yang mungkin terjadi dalam kelas, dan sebisa
mungkin dapat meminimalisir kejadian-kejadian yang tidak diinginkan terjadi dalam
pelaksanaan pembelajaran agar Kegiatan Belajar Mengajar di kelas dapat berjalan secara
efektif.
Belajar sangat dibutuhkan adanya aktivitas, dikarenakan tanpa adanya aktivitas proses belajar tidak
mungkin berlangsung dengan baik. Pada proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh
aspek peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga perubahan perilakunya dapat berubah
dengan cepat, tepat, mudah dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif afektif maupun
psikomotor (Nanang Hanafiah, 2010:23).
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2010:24) menjelaskan bahwa aktivitas belajar dapat memberikan
nilai tambah (added value) bagi peserta didik, berupa hal-hal berikut ini:
Baca Juga
j. Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi
internal untuk belajar sejati.
k. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang dapat memberikan
dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral.
l. Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya.
m. Menumbuh kembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis di kalangan
peserta didik.
n. Pembelajaran dilaksanakan secara konkret sehingga dapat menumbuh kembangkan
pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.
o. Menumbuh kembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik sehingga sekolah menjadi
hidup, sejalan dan serasi dengan kehidupan di masyarakat di sekitarnya.
Dengan adanya pembagian jenis aktivitas di atas, menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah cukup
kompleks dan bervariasi. Jika kegiatan-kegiatan tersebut dapat tercipta di sekolah, pastilah sekolah-
sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang
maksimal.
Daftar Pustaka
A.M. Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.
Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika
Aditama.
Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi antara guru dengan peserta didik,
didalamnya banyak kegiatan atau aktivitas yang dilakukan. Guru diharuskan mampu
memanfaatkan beragam aktivitas yang mungkin dilakukan dalam pembelajaran agar mampu
dengan mudah menyampaikan materi yang harus disampaikan dan siswa juga dengan mudah
memahami materi yang disampaikan dengan variasi jenis aktivitas belajar yang sesuai dengan
gaya belajar masing-masing.
Aktivitas belajar juga melibatkan indera-indera atau sensor dan alat yang dimiliki manusia
untuk melakukan sesuatu. Indera-indera tersebut antara lain meliputi indera penglihatan
(visual), pendengaran (listening), berbicara (oral), seluruh aktivitas fisik lain serta mental dan
emosi.
Menurut Sardiman (2006: 100), aktivitas belajar meliputi aktivitas yang bersifat fisik maupun
mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas tersebut harus selalu berkait. Aktivitas belajar
siswa sangat kompleks. Paul B. Diedrich (Sardiman, 2006: 101), menyatakan bahwa kegiatan
siswa digolongkan sebagai berikut:
Kombinasi dan penggunaan dari variasi jenis aktivitas belajar diatas akan sangat membantu
baik guru maupun siswa dalam pembelajaran sehingga memudahkan dalam pencapaian
kompetensi dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Namun perlu diperhatikan bahwa
tidak semua jenis aktivitas belajar diatas harus ada dalam sebuah pembelajaran. Terdapat
materi pelajaran yang tidak mampu dilakukan atau tidak sesuai dengan jenis akitvitas belajar
tertentu.
Dapat dilihat dari pengelompokan jenis aktivitas belajar diatas bahwa semua aktivitas yang
dilakukan dan mempengaruhi belajar merupakan hal yang harus diperhatikan guru dalam
melaksanakan pembelajaran bahkan dari perumusan dan perencanaan pembelajaran. Guru
wajib mampu dalam memilih jenis aktivitas belajar yang tepat terhadap materi pembelajaran.
Dari penyesuaian antara jenis aktivitas dan materi ini baru dapat dikembangkan ke model,
metode hingga media pembelajaran yang dapat digunakan.
Referensi:
Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo
Menurut Sriyono (Yasa, 2008), aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani
atau rohani. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya
keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama
proses pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses
belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, menjawab pertanyaan
guru, bisa bekerja sama dengan siswa lain, dan tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Aktifnya siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau
motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku
seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Semua ciri
perilaku tersebut pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi proses dan dari segi hasil.
Trinandita (Eka, 2007) menyatakan bahwa hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses
pembelajaran adalah keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan
interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan
mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, di mana masing-masing siswa dapat
melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan
mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada
peningkatan prestasi.
Kerangka teori aktivitas dalam pembelajaran memusatkan bagaimana aktivitas penuh arti ditengahi
oleh berbagai alat fisik, mental, dan virtual (Fjeld et al, 2004). Sejak tidak ada pengajaran mental
(kognitif) dalam suatu proyek, kehidupan kita terfokus pada instrumen fisik dan instrumen virtual.
Dalam proyek, potensi interaksi bisa difasilitasi oleh instrumen fisik, instrumen virtual, tetapi juga bisa
mengkombinasikan keduanya.
Menurut Lundin (2004), belajar bukanlah semacam aktivitas yang spesifik tetapi lebih pada suatu
komponen aktivitas. Aktivitas pembelajaran digunakan untuk menguraikan suatu aktivitas di mana
aspek belajar menjadi pusatnya. Belajar adalah mengumpulkan pengalaman dari aktivitas, atau lebih
tepatnya menggunakan sumber daya untuk berpikir dan melaksanakan suatu usaha. Pengetahuan
yang diperoleh ini akan digunakan untuk menghadapi situasi yang baru. Aktivitas dalam pembelajaran
adalah aktivitas yang ditemukan untuk membawa pengalaman baru kepada pebelajar.
Menurut Engeström, teori aktivitas adalah suatu psikologis dan teori multidisiplin dengan penekanan
naturalistik yang menawarkan suatu kerangka untuk menggambarkan aktivitas dan menyediakan satu
set perspektif pada praktek yang menghubungkan individu dan tingkatan sosial (dalam Barab et al,
2002). Jika membicarakan mengenai aktivitas, teori aktivitas bukan sekadar terkait dengan melakukan
suatu tindakan yang tuntas, melainkan mengacu pada tindakan yang mengubah bentuk dengan fokus
pada aktivitas yang kontekstual sebagai sistem yang utuh. Konteks secara minimal untuk memahami
tindakan manusia sebagai sistem berkreativitas, yang meliputi orang atau sub-sub kelompok yang
terpilih dari analisis dan dilaksanakan (objek) sebagai hubungan yang dinamis antara keduanya.
Hubungan antara orang (peserta) dan objek tidaklah langsung melainkan keduanya ditengahi faktor
yang mencakup instrumen, masyarakat, aturan, dan pembagian kerja. Mengacu pada peserta individu
atau kelompok yang terpilih melalui analisis.
Ada enam macam dimensi interaksi dalam aktivitas pembelajaran yaitu interaksi siswa dengan siswa,
siswa dengan guru, siswa dengan materi pelajaran, guru dengan guru, guru dengan materi pelajaran,
dan interaksi antara materi pelajaran dengan materi pelajaran yang lain (Erlin et al, 2008).
Aspek penilaian dalam aktivitas pembelajaran (Kirna, 2005) meliputi kerjasama siswa dalam
kelompok, antusiasme/partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, antusiasme siswa dalam
bertanya, presentasi hasil diskusi kelompok, dan antusiasme siswa dalam menjawab pertanyaan.
REFERENSI:
KLIK "Show" UNTUK MELIHAT REFERENSI
TAHAPAN DAN PENANGGULANGAN PELANGGARAN DISIPLIN KELAS
http://rinitarosalinda.blogspot.com/2015/11/tahapan-dan-penanggulangan-pelanggaran.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disiplin kelas adalah keadaan tertib dalam suatu kelas yang di dalamnya tergabung
guru dan siswa taat kepada tata tertib yang telah ditetapkan. Sikap disiplin kelas sangat
diperlukan untuk terwujudnya suatu proses belajar yang baik. Disiplin kelas akan sangat
membantu siswa dalam belajar karena dengan disiplin kelas, keadaan akan lebih terarah dan
tertib sehingga akan membuat suasana belajar lebih nyaman yang berpengaruh pada
keterampilan dan daya ingat siswa terhadap materi yang telah diberikan. Sehingga pada
akhirnya siswa akan lebih mudah dalam menerima pelajaran yang diberikan di kelas.
Dalam penyelengaraan disiplin kelas terkadang terjadi permasalahan atau pelangaran
disiplin. Penyebab pelanggaran dsiplin kelas itu sangat unik, bersifat sangat pribadi, kompleks
dan kadang-kadang mempunyai latar belakang yang mendalam lain dari pada sebab-sebab
yang nampak. Ketidak teraturan atau pelanggaran disiplin selama proses belajar mengajar
dapat disebabkan juga oleh masalah yang ditimbulkan oleh para peserta didik namun ada pula
yang disebabkan oleh masalah umum.
Disiplin kelas perlu terpelihara dengan sebaik baiknya. Cara pemeliharaan disiplin kelas
tersebut dengan menanggulangi masalah-masalah atau pelanggaran yang muncul seiring
penyelenggraan disiplin kelas. Praktek penyelenggaraan penanggulangan pelanggaran disiplin
kelas bergantung pada pendidik yang salah satu tugasnya memanajemen kelas. Dalam praktek
penyelenggaraan penanggulangan pelanggaran disiplin kelas tersebut pendidik tidak boleh
sembarangan menerapkan cara untuk menanggulangi masalah-masalah pelanggaran disiplin
kelas. Penanganan pelanggaran disiplin kelas dipengaruhi cara pandang pendidik yang
kemudian akan menentukan cara pendidik dalam menanamkan dan menangani disiplin kelas.
Penaggulangan pelanggaran disiplin juga dilakukan dengan mengidentifikasi jenis
pelanggaran yang dilakukan dalam disiplin. Kesalahan dalam penanggulangan pelanggaran
disiplin akan berpengaruh negatif terhadap keadaan kelas. Kesalahan dalam penanggulangan
pelanggaran disiplin akan memperburuk keadaan bukannya memperbaiki pelanggraan disiplin
yang telah terjadi.
Oleh kareana itu, pendidik perlu menerapkan cara penanggulangan pelanggaran
disiplin kelas dengan penuh hati-hati, demokratis serta edukatif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja tahapan dalam memelihara disiplin?
2. Apa saja hambatan dalam pemeliharaan disiplin?
3. Apa saja tujan dari tahapan penanggulangan pelanggaran disiplin?
C. Tujuan
1. Mengetahui tahapan dalam pemeliharaan disiplin
2. Mengetahui hambatan dalam pemeliharan disiplin.
3. Mengetahui tujuan dari tahapan penanggulangan pelanggaran disiplin.
D. SistematikaPenulisan
Pada Bab I Pendahuluan, menguraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah dan
sistematika penulisan dari isi makalah kami.
Pada Bab II Pembahasan, menguraikan mengenai
Pada Bab III Penutup, menguraikan mengenai kesimpulan dan saran untuk melengkapi
makalah kami.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tahapan Memelihara Disiplin
Memlihara disiplin adalah suatu proses. Karena ia proses maka memelihara disiplin
akan terdiri dari serangkaian tahapan yang harus diperhatikan oleh para penegak disiplin.
Adapun tahapan-tahapan memelihara disiplin seperti berikut ini.
1. Pencegahan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah menciptakan suasana kelas,
ketepatan perencanaan, dan intruksional. Mengenal identitas, misalnya (nama, sifat, dan
kesukaan) peserta didik adalah hal yang penting dalam menciptakan suasana kelas. Disamping
itu memberikan catatan yang bersifat memberi dorongan pada pekerjaan peserta didik
sangatlah membantu. Merencanakan pengajaran dan mengajar peserta didik dengan penuh
variatif dan dengan hal-hal yang aktual melalui topik-topik yang relevan sangatlah membantu
tubuhnya belajar aktif dan percaya diri. Akhirnya penguasaan akan disiplin akademinya akan
menambah kredibilitas guru yang diperlukan juga dalam proses pembelajaran.
2. Pemeliharaan
Pemeriharaan perilaku pada umumnya harus sejalan dengan pedoman yang telah
ditetepkan agar peserta didik tetap dapat menjalankan tugas-tugasnya. Pedoman itu harus
memenuhi kepatuhan, kebermaknaan, kepraktisan kearah belajar aktif. Peserta didik harus
patut menerima perhatian secara teratur untuk mengurangi gangguan dan menghindari
tumbuhnya perilaku menyinpang. Pertemuan pertama, misalnya adalah saat yang penting
memelihara prilaku-prilaku yang diharapkan. Tumbuhkan kesan positif pada pertemuan
pertama ini dengan mengemukakan program/perencanaan pembelajaran. Langkah-langkah
seperti:
a) mulailah dengan saling berkenalan secara tepat;
b) informasikan gambar umum, latar belakang, garis besar perhatian dan aktifitas yang
relevan dari bidang studi yang akan ditempuh peserta didik;
c) informasikan harapan-harapan akademis dan kebijakan penilaian secara rasional;
d) beri kesempatan peserta didik menyatakan harapan-harapan mereka dengan
mengunakan
kemungkinan-kemungkinan yang saling menguntungkan.
3. Campur Tangan ( Intervensi)
Campur tangan atau usaha guru untuk memberhentikan prilaku tidak pantas dari peserta
didik diperlukan bila teknik-teknik yang diterapkan dalam fase pencegahan dan pemeliharaan
tidak berhasil. Namun dalam fase campurtangan ini hendaknya dicari teknik yang efektif dan
dilakukan secara hemat dan penuh pertimbangan. Campurtangan lebih dilakukan pada gejala
utamanya daripada perilaku penyimpangannya. Guru hendaknya menggunakan pendekatan
ilmu dan seni mendidik dalam fase ini. Guru memerlukan keahlian dalam langkah-langkah
intervensi seperti: bertanya menatap mata peserta didik, mendekati peserta didik, memberi
isyarat dengan tangan atau kepala agar peserta didik berprilaku tidak pantas. Kalau cara ini
belum berhasil mintalah peserta didik dengan menyebut namanya untuk diam atau
memindahkan tempat duduknya, atau melakukan apasaja yang tepat untuk situasi seperti itu.
Hal itu semua harus dilakukan dengan tenang dan tidak emosional. Hindari segala jenis
tindakan yang menimbulkan konfrontasi. Ingat, ini bukan situasi kemenangan bagi guru.
4. Tujuan pengaturan perilaku
adalah untuk mengurangi kesalahan pelaksanaan pengembangan kecakapan peserta didik.
Fase ini merupakan fase yang penting demi tercapainya tujuan peserta didik. Guru tidak dilatih
mengobati dan mereka harus menyadari kekurangan dalam menanggulangi hal-hal yang
menyebabkan aneka perilaku. Namun demikian, guru harus memiliki kesabaran, potensi
mempengaruhi sikap dan perilaku dengan cara yang tidak merugikan. Guru dapat membantu
peserta didik menyadari bahwa perilaku memiliki konsekwensi dengan kehidupan mereka.
Lebih lanjut guru dapat mempertimbangkan alternative aktifitas ke arah pengembangan
perilaku positif melalui cara efektif.
B. Pembinaan dalam Pemeliharaan Disiplin
Setelah Anda mengetahui apa itu disiplin dan mengapa disiplin kelas itu penting
kegiatan berikutnya yang perlu Anda ketahui adalah bagaiamana membina disiplin kelas
tersebut. Uraian berikut ini akan membantu Anda menjawab pertanyaan tersebut.
Sesuai dengan karakteristik anak Sekolah Dasar yang masih suka meniru, maka salah
satu yang dianggap ampuh untuk membina displin kelas adalah :
a. Pemberian Contoh Prilaku Disiplin dari Guru
Guru adalah merupakan tokoh identifikasi bagi siswa SD. Prilaku guru yang tampak
nyata bagi siswa akan cepat di contoh atau ditiru. Anak lebih mudah dibina kebiasaannya
melalui contoh kongkrit yang dilihatnya sehari-hari. Pemberian contoh nyata merupakan alat
pendidikan yang lebih efektif dalam pembentukan sikap, begitu juga halnya dengan sikap
disiplin. Oleh karena itu, jika Anda ingin kelasnya disiplin mulailah dari Anda sendiri yang
bersikap disiplin.
Misalnya :
1) Jika Anda ingin siswanya datang tepat waktu, maka Anda sendiri membiasakan diri
datang lebih awal dari siswanya.
2) Jika Anda ingin siswanya mengerjakan tugas yang Anda berikan dengan baik, maka
Anda sendiri terlebih dahulu melaksanakan pembelajarannya dengan baik, tidak asal jadi saja.
Misalnya pelajaran dijelaskan dengan baik, tugas-tugas siswa diperiksa dengan teliti, siswa
yang memerlukan bimbingan Individual Anda bantu dan seterusnya.
3) Jika Anda ingin siswanya berpakaian rapi datang ke sekolah, maka Anda sendiri terlebih
dahulu membiasakan diri selalu rapi.
Itulah beberapa contoh perilaku disiplin dari guru. Anda dapat membuat contoh-contoh
lain dan mencoba menerapkan sendiri di kelas. Ada yang perlu Anda ingat dalam pemberian
contoh ini agar lebih efektif yaitu contoh prilaku yang ditampilkan, jangan dibuat-buat, tetapi
haruslah alamiah dan mendarah daging dalam diri Anda . Kalau ada terkesan prilaku tersebut
dibuat buat anak tidak akan menerimanya. Oleh karena itu, jika alternatif ini akan digunakan
dalam pembinaan disiplin kelas, guru harus betul-betul berusaha memiliki sikap disiplin
tersebut.
b. Menetapkan dan Mengkomunikasikan standar tingkah laku
Aturan-aturan/standar tingkahlaku kelas yang telah ditetapkan dikomonikasikan kepada
siswa semenjak dari awal. Dengan demikian siswa akan mengetahui dan mempunyai pedoman
cara berprilaku dalam kelas dan dapat mengontrol tingkahlakunya. Coba Anda bayangkan
bagaimana prilaku siswa pada kelas yang tidak mengkomunikasikan aturan-aturan kelas pada
siswa. Bandingkan pula dengan prilaku siswa yang mempunyai pedoman standar tingkahlaku.
Anda mungkin mengatakan bahwa kelas yang mempunyai standar tingkahlaku akan lebih
tertib dari yang tidak mempunyai atau tidak mengetahui aturan-aturan kelasnya.
Jadi untuk membina disiplin kelas aturan-aturan/standar prilaku perlu ditetapakan dan
dikomonikasikan kepada siswa. Untuk mendapatkan atau mengembangkan aturan-
aturan/standar tingkahlaku yang akan diberlakukan supaya lebih diterima dan diikuti oleh
siswa. Jones dan Jones (1998) mengemukakan bahwa yang perlu diperhatikan guru adalah :
1) Siswa perlu dilibatkan dalam mengembangkan standar tingkahlaku yang digunakan dalam
kelas. Maksudnya aturan-aturan yang akan diberlakukan kepada siswa di kelas, jangan Anda
tetapkan sendiri, tetapi bicarakanlan dengan siswa sebelum diberlakukan.
2) Aturan yang dibuat perlu dinyatakan secara jelas. Artinya perumusan standar prilaku itu
tidak meninbulkan keraguaan siswa menafsirkannya, sehingga dapat diikuti dengan mudah
tanpa ragu-ragu. Misalnya angkatlah tangan bila akan bertanya pada guru.
3) Walaupun penting menyatakan tingkahlaku yang diharapkan dengan jelas, kembangkanlah
sedikit mungkin. Maksudnya janganlah anda membuat aturan-aturan standar tingkah laku
terlalu banyak, tetapi kembangkanlah yang penting-penting saja.
4) Siswa hendaklah menunjukan dengan jelas penerimaaan mereka tentang standar
tingkahlaku yang disetujui oleh kelompok/kelas. Maksudnya aturan-aturan yang akan
diperlakukan pada kelas Anda, hendaknya betul-betul yang telah disetujui atau disekapati oleh
siswa untuk mengikutinya.
5) Karena standar tingkahlaku ditetapkan dalam lingkup sekolah, mungkin bertentangan
dengan pengalaman siswa di luar sekolah, maka perlu memonitor tingkahlaku siswa dan
mendiskusikannya dengan mereka untuk menyakinkan bahwa tingkahlaku itu konsisten
dengan standar tingkah laku kelas.
6) Siswa akan lebih mungkin mentaati aturan-aturan, jika mereka tahu bahwa aturan tersebut
diterima oleh orang tua mereka atau kelompoknya. Jadi aturan-aturan /standar tingkahlaku
yang diberlakukan kepada siswa agar lebih dipatuhi hendaknya disetujui oleh orang tua siswa.
Setelah Anda mengetahui faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
mengembangakan aturan-aturan/standar tingkahlaku kelas lalu bagaiamanakah caranya
melibatkan siswa dalam mengembangkan aturan-aturan kelas tersebut.Anda sebagai guru
mungkin telah menerapkannya dengan baik, namum demikian kita lihat pendapat Jones dan
Jones (1998).
Pertama sekali guru membantu siswa mendiskusikan mengapa penting
mengembangkan standar tingkahlaku bagi semua anggota kelas dan menyetujui untuk
mematuhinya. Untuk merangsang terjadinya diskusi tersebut anda dapat mengajukan
pertanyaaan mengapa orang dewasa mempunyai aturan-atuan dan mematuhi, seperti mematuhi
aturan lalulintas, membayar pajak dan saling hormat menghormati satu sama lain. Melalui
diskusi ini Anda membimbing siswa sampai menyadari perlunya aturan-aturan dalam
mengatur kehidupan bermasyarakat/berkelompok atau kelas.
Selanjutnya anda meminta siswa membuat suatu daftar standar tingkahlaku yang
mereka anggap penting dan dipilih bersama beberapa diantaranya untuk disepakati. Tahap
berikutnya anda membimbing diskusi untuk memperjelas masing-masing aturan dan tanyakan
pada siswa apakah mereka menerima dan akan mematuhi standar tingkahlaku tersebut.
Tahap terakhir Anda memonitor prilaku siswa sehari-hari dan membantu siswa
mengingat kembali standar tingkahlaku yang telah diterimanya, jika terjadi penyimpangan dari
standar tersebut Untuk lebih mudah anda memahami prosedur tersebut perhatikan bagan
berikut ini.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Memelihara disiplin adalah suatu proses, yang terdiri dari serangkaian tahapan yang
harus diperhatikan oleh para penegak disiplin. Adapun tahapannya yaitu sebagai berikut:
pertama pencegahan, dimana para guru perlu menciptakan suasana kelas yang disiplin,
ketetapan instruksional, dan perencanaan pendidikan yang disiplin. Kedua pemeliharaan
disiplin, pada tahap ini guru perlu melakukan hubungan sosial emosi dengan peserta didik
dalam menunjukkan perilaku disiplin kelas.
Ketiga adanya campur tangan atau usaha guru dalam menangani perilaku peserta didik
yang melanggar disiplin kelas dengan mempelajari segala akar permasalahannya dengan
teknik-teknik yang berbasis psikologi pendidikan berupa pemberian sanksi. Keempat
pengaturan perilaku peserta didik, dalam hal ini para guru perlu mengatur perilaku peserta
didik yang menyimpang dari disiplin kelas dengan memberikan bimbingan dan pengarahan
yang mendidik, persuasive dan demokratis agar peserta didik menyadari perlakuannya yang
menyimpang dan kembali mematuhi disiplin kelas.
B. Saran
Dalam upaya untuk memelihara budaya disiplin kelas yang telah tumbuh dan
berkembang, para guru di kelas hendaknya selalu konsisten dan berkesinambungan
menunjukkan sikap dan perilaku selalu disiplin datang ke kelas, disiplin dalam mengajar, dan
kegiatan disiplin lainnya yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan pendidikan di kelas.
Sabtu, 12 Januari 2013
Gangguan melempar catatan muncul akibat adanya kebosanan atau ketidak tepatan
kegiatan belajar mengajar. Mengambil langkah hati-hati, dalam situasi ini sangat penting tidak tepat
bila guru membaca keras-keras catatan itu. Secara persuasive menyatakan bahwa perbuatan itu akan
merugikan diri siswa sendiri dan akan mengganggu kelas.
Bebas adalah naluri manusia, tetapi kebebasan berlebihan perlu dicegah jangan sampai
berkembang merusak disiplin kelas. Berdialog antara guru dan peserta didik tentang hak dan
kewajiban peserta didik perlu dilaksanakan. Katakan kepada para siswa bahwa disamping hak, ada
kewajiban untuk tidak mengganggu orang lain.
e. Gangguan menyontek
Menyontek terjadi akibat dari ketidak siapan peserta didik atau materi yang melebihi batas.
Berilah motivasi dan keempatan yang bijak dan tugas yang sesuai dengan kemampuan peserta didik.
Katakan pada mereka bahwa menyontek akibat dari tidak belajar. Menyontek, selain konsentrasi
buyar juga tidak akan dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Oleh karena itu, belajarlah dengan
rajin dan tekun.
f. Gangguan pengaduan
Disiplin kelas kadang-kadang terganggu oleh adanya pengaduan disamping adanya laporan
dari peserta didik. Gangguan harus dapat membedakan pengaduan dan laporan tentang sesuatu.
Namun guru perlu berlaku bijaksana dan konsisten dalam menjelaskan ke dua hal tersebut.
Guru segera menghampiri atau memindahkan peserta didik yang bertabiat marah dan
menjauhkan peserta didik lain. Sebagai pendengar, guru kemudian mencari sebab dan membantu
menyelesaikan persoalannya.
Berdialog secara terus menerus dan mencari alternatif lain adalah salah satu cara yang dapaot
ditempuh oleh guru terhadap gangguan ini. Permohonan yang rasional untuk seorang siswa belum
tentu sesuai dengan siswa lain. Penciptaan suasana sejuk dan objektif akan menghilangkan gangguan
semacam ini.
1) Pengetahuan siswa
Makin baik guru mengenal siswa makin besar kemungkinan guru mencegah pelanggaran
disiplin. Sebaliknya anak yang frustasi karena merasa tidak mendapat perhatian guru dengan
semestinya sangat mungkin terjadinya siswa tersebut melanggar disiplin sekolah. Setiap siswa pada
dasarnya mempunyai daya atau tenaga untuk mengontrol dirinya. Siswa yang tidak diperhatikan
orang tua dan gurunya kurang dapat mengontrol dirinya sendiri biasanya kurang menghargai otoritas
dan mereka tidak menyukai dan membencinya.
Pengenalan terhadap mereka dan latar belakangnya merupakan usaha penanggulangan pelanggaran
disiplin. Berbagai alat dapat digunakan, misalnya:
“interest-inventory” merupakan cara sederhana yang dilakukan guru. Alat ini berupa sejumlah
pertanyaan misalnya tentang buku yang disenangi, hoby, favorit, aktivitas yang dikerjakan siswa,
acara yang disenangi dari siaran televisi, guru yang paling disenangi, dan sebagainya.
“sosiogram” yang dibuat dengan maksud untuk melihat bagaimana persepsi para siswa dalam rangka
hubungan sosio-psikologis dengan teman-temannya.
“feedback letter” dimana siswa diminta untuk membuat satu karangan atau satu surat tentang
perasaan mereka terhadap sekolahnya; apa yang disukai pada saat pertama kali masuk sekolah, pada
saat pelajaran berlangsung, pada saat istirahat, keadaan lingkungan sekolah, pada saat pulang
sekolah dan sebagainya
Hidup Tertib, Aman, Dan Tenteram Dalam Berbagai Lingkungan Dan Gatra Kehidupan
https://tugassekolah.co.id/2020/02/hidup-tertib-aman-dan-tenteram-dala.html
Hidup tertib pada hakikatnya adalah pernyataan sikap mental individu maupun masyarakat yang
mencerminkan rasa ketaatan dalam rangka mencapai tujuan. Ketertiban dapat dilaksanakan mulai
dan lingkungan masyarakat yang terkecil, yaitu keluarga hingga masyarakat.
Lingkiuagan Sekolah
Sekolah merupakan masyarakat setelah keluarga. Sebagian besar waktu bagi siswa dihabiskan di
sekolah, oleh karena itu mau tidak maa lingkungan sekolah dapat mempengaruhi jiwa siswa dan
selanjutnya akan dapat membentuk tingkah laku dan perbuatannya. Untuk itu di sekolah hendaknya
diciptakan suasana sebagai berikut.
Aman tenteram di antara siswa, guru, dan karyawan
Adanya hubungan timbal balik yang baik antaranggota keluarga besar di sekolah.
Suasana sekolah yang sejuk sehingga dapat mendorong siswa untuk giat belajar dan merasa
betah tinggal di sekolah.
Menciptakan suasana yang rindang sehingga lingkungan di sekeliling sekolah tampak sedap
dan asni dipandang mata.
Siswa dapat menaati tata tertib sekolah, termasuk ketentuan-ketentuan pakaian seragam
sekolah.
Siswa harus menghormati kepala sekolah, guru, dan karyawan.
Siswa harus belajar secara terus-menerus dan teratur.
Siswa harus berbuat dan bertingkah laku yang baik dan sopan.
Siswa harus melaksanakan upacara bendera baik pada han Senin maupun pada han-han besar
nasional.
Siswa harus melaksanakan senam pagi, atau senam kesegaran jasmani pada han yang
ditentukan oleh sekolah.
Dengan melaksanakan kebijaksanaan di atas, diharapkan dapat membentuk jiwa sehingga berakibat
terhadap tindakan dan perbuatan siswa dalam sehari-hani. Tindakan siswa tersebut diharapkan
sesuai dengan yang dikehendaki sehingga tercipta suasana kehidupan yang aman tertib, tenteram
balk di rumah maupun di sekolah.
Lingkungan Masyarakat
Hidup di masyarakat memang tidak dapat dipisahkan, satu sama lain saling terkait. Sebagai contoh
kehidupan di dalam keluarga, tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan di sekolah, begitu juga
dengan kehidupan di masyarakat. Untuk itu agar tercipta suasana yang aman, tertib dan tenteram di
masyarakat, maka harus dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut.
1. Setiap orang harus tahun hak dan kewajibannya.
2. Harus menempatkan dirinya sesuai dengan £empatnya.
3. Mau menghormati orang lain.
4. Mau menghargai pendapat orang lain dan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
5. Mau bermusyawarah dalam memecahkan masalah.
6. Mau mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dan kepentingan
golongan.
7. Bersikap sopan dan menghindarkan perbuatan tercela.
8. Tidak memperlakukan tindakan yang dilarang yang diatur oleh peraturan inisalnya merokok di
ruangan yang ber-AC.
9. Melaksanakan peraturan perundangan yang berlaku di negara kita, baik peraturan di tingkat
pemerintah pusat, daerah maupun peraturan yang terendah, yaitu di tingkat desa, lebih dan
itu di tingkat keluarga.
Dan uraian tersebut, menjelaskan kepada kita bahwa kita selalu dihadapkan pada beber apa hal yang
sama-sama kuatnya, untuk itu tindakan yang baik adalah menciptakan suasana yang seimbang dan
serasi di antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Sumber Pustaka: Pabelan
Pertemuan ke 10; 15 Desember 2020 :
Iklim sekolah yang kondusif untuk belajar akan membuat peserta didik termotivasi
untuk selalu belajar baik di sekolah maupun di rumah;
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu yang belajar yang dapat
mempengaruhi hasil belajar individu itu sendiri. meliputi :
1. Kondisi fisiologisi; jasmani, kesehatan, dan organ tubuh, kondisi fisik yang sehat dan bugar
akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu
2. Kondisi psikologis
a. Tingkat kecerdasan/intelegensi
b. Sikap, hal ini berhubungan dengan tingkah laku individu dalam belajar.
c. Minat, tentu tiap individu harus memiliki minat terkebih dahulu dalam dirinya untuk
setidaknya penasaran terhadap apa yang akan ia pelajari.
d. Motivasi.
e. Bakat.
f. Gaya kognitif
1. Faktor eksternal, berasal dari luar yang mempengaruhi diri individu dalam belajar, meliputi
Instrumental, meliputi berbagai komponen seperti:
a. Guru adalah orang yang mengajar dan mendidik yang memiliki peranan penting dalam
membimbing individu baik dalam hal meyampaikan materi secara nyaman, menumbuhkan
motivasi belajar individu sehingga individu belajar merasa tidak asing dengan apa yang sedang
dipelajarinya.
b. Kurikulum adalah suatu program yang dijadikan acuan oleh pendidik dalam menyampaikan
materi pelajaran kepada peserta didik sebagai individu belajar.
c. Metode merupakan cara yang dipakai dan dilakukan oleh pendidik agar peserta didik merasa
nyaman. Metode ini juga dapat dikatakan seni mendidik.
d. Evaluasi dapat dikatakan tolak ukur yang akan dijadikan acuan. Dalam evaluasi, pendidik dapat
mengetahui hasil yang dicapai memenuhi apa yang diharapkan atau tidak.
e. Sarana prasarana adalah hal-hal yang dijadikan penunjang. Dalam hal ini lebih ditekankan pada
media yang bersifat nyata.
f. Lingkungan meliputi lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan lingkungan kultural.
Faktor yang mempengaruhi Belajar dan Pembelajaran
http://whendikz.blogspot.com/2013/10/faktor-yang-mempengaruhi-belajar-dan_6.html
Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, dimana mereka sangat memerlukan
bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan
fitrahnya. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang
tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.
Dalam dunia pendidikan sebagai pendidik kita harus memahami perkembangan dari peserta
didik. Perkembangan dalam pendidikan meliputi perkembangan makro (masyarakat
luas/negara), perkembangan meso (lingkungan sekolah), dan perkembangan mikro (dalam
kelas). Ketiga perkembangan tersebut saling mendukung dalam pelaksanaannya.
Output atau hasil dari pendidikan akan maksimal jika komponen-komponennya saling
mendukung. Komponen- komponen pendidikan tersebut adalah :
Budaya
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri. Seperti :
Gangguan fisik seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan alat panca indra; Ketidak
seimbangan mental; Kelemahan emosional; Kelemahan yang disebabkan oleh perasaan dan
sikap yang salah seperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran, malas dan sering
bolos. Faktor Internal yang mempengaruhi proses belajara dan pembelajaran antara lain :
1. Pengaruh Fisik
Perkembangan fisik pada anak memiliki karakteristik yang berbeda baik sebelum maupun
sesudah anak-anak. Perkembangan fisik pada anak perlu dipelajari dan dipahami oleh setiap
guru, karena dipercaya bahwa segala aktivitas-aktivitas belajar dan aktivitas-aktivitas yang
menyangkut mentalnya serta pembentukan kepribadian dipengaruhi oleh kondisi dan
pertumbuhan fisik. Contohnya adalah kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap
badan beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal
sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan
terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk
jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguangangguan/ kelainan-kelainan
fungsi alat inderannya serta tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah
mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan
ketentuan, ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur makan, olahraga, rekreasi dan
ibadah.
Proses psikososial, melibatkan perubahan – perubahan dalam aspek perasaan, emosi dan
kepribadian individu, perkembangan identitas diri, pola hubungan dengan anggota keluarga,
teman, guru dan yang lainnya. Contoh Pengaruh Psikis antara lain :
a. Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata
tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil
yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika
bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak
lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran itu
sesuai dengan hobi atau bakatnya.
b. Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai
dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara
(tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan
minat selalu dikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Jika terdapat
siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapat diusahakan agar ia mempunyai minat
yang labih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan
serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-
cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.
c. Bakat
Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah: ”the city to learn”. Dengan perkata lain bakat
adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru terealisasi menjadi kecakapan yang
nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat
dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang/tidak berbakat
dibidangnya. Dari uraian di atas dijelaskan bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika
bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik
karena ia senang belajar pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya.
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang timbul dari luar individu, seperti : Sekolah;
Sifat kurikulum yang kurang fleksibel, terlalu berat beban belajar; (murid) dan mengajar
(guru); metode mengajar kurang memadai, kurang media pembelajaran; Keluarga (rumah)
Keluarga yang kurang utuh atau kurang harmonis, keadaan ekonomi, dan sikap orang tua
tidak memperhatikan pendidikan anaknya. Faktor Eksternal yang mempengaruhi proses
belajar dan pembelajaran antara lain :
1. Lingkungan
Faktor ini juga dapat disebut dengan faktor luar. Dalam lingkungan anak diajarkan
tentang nilai-nilai budaya setempat. Dengan faktor tertentu dan faktor lingkungan tertentu
pula maka akan menghasilkan pola pertumbuhan dan perkembangan tertentu pula. Setiap
individu lahir dengan hereditas tertentu. Namun individu itu tumbuh dan berkembang tidak
lepas dari lingkungannya baik lingkungan fisik, lingkungan psikologi, maupun lingkungan
sosial. Setiap pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks merupakan hasil interaksi
dari hereditas dan lingkungan.
Hubungan antara faktor hereditas dan lingkungan, faktor hereditas beroperasi dengan
cara yang berbeda-beda menurut kondisi dan keadaan lingkungan yang berbeda-beda pula.
Selain dengan interaksi hubungan antara hereditas dan lingkungan dapat pula digambarkan
sebagai additive contribution (sama-sama menyumbang bagi pertumbuhan dan
perkembangan fisiologi dan juga tingkah laku. Lingkungan sebagai kondisi atau pengalaman
– pengalaman interaksional yang memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan.
Misal, di dalam keluarga, setiap anak mempunyai karakter dan pengalaman yang berbeda
– beda. Tergantung dari perlakuan orang tua kepada setiap anak – anaknya, dan pergaulan
dari masing – masing anak. Hal ini menandakan bahwa faktor lingkungan juga turut
mempengaruhi perkembangan individu. Faktor lingkungan terdiri dari :
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan fisik adalah cuaca, keadaan udara, ruangan, cahaya,
kesehatan lingkungan, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang
turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Mengenai waktu yang disenangi untuk belajar seperti pagi atau sore hari, seorang ahli
bernama J. Biggers (1980) berpendapat bahwa belajar pagi hari lebih efektif daripada belajar
pada waktu-waktu lainnya. Namun, menurut penelitian beberapa ahli learning style (gaya
belajar), hasil belajar itu tidak tergantung pada waktu secara mutlak, tetapi bergantung pada
pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan siswa (Dunn, dkk., 1986).
Yang termasuk lingkungan sosial adalah pergaulan siswa dengan orang lain di sekitarnya,
sikap dan perilaku orang di sekitar siswa dan sebagainya. Lingkungan sosial yang lebih
banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-
sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi
dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
Kondisi masyarakat di lingkungan siswa yang kumuh, anak-anak penganggur dan serba
kekurangan akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut
akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi ataupun
meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya. (Muhibbin Syah,
2003: 152-154)
Yang termasuk lingkungan kultural adalah kebiasaan dan tata cara pergaulan masyarakat di
sekitar siswa. Setiap daerah memiliki kebiasaan dan tata cara pergaulan yang berbeda-beda.
Hal ini, dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa.
2. Intrumental
Instrumental adalah alat atau sarana yang digunakan dalam proses belajar dan
pembelajaran, berupa hardware dan software. Misalkan saja hardware, seperti : Buku-buku
yang lengkap, kelas yang kodusif, cat dinding kelas yang sesuai dan membuat suasana
nyaman, tempat duduk, taman, LCD, komputer, transportasi, perpustakaan, gedung,
laboratorium dll. Dan software berupa program-program pendukung belajar peserta didik
dan pendidik, yang berkaitan langsung dengan minat siswa belajar. Yang termasik faktor
instrumental antara lain:
Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui dalam mengajar. Metode
mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.
Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan
dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas
atau sikap guru terhadap siswa atau mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa
kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang
dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang
diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan
pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan
menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan maju.
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat
pagi hari, sore, /malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi
siswa terpaksa masuk sekolah sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan
kecuali ada hal yang mendesak seperti keterbatasan ruangan kelas. Dimana siswa harus
beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah hingga mendengarkan pelajaran sambil
mengantuk. Sebaliknya siswa belajar di pagi hari, pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi
yang baik. Jika siswa bersekolah pada waktu kondisi badannya sudah lelah/lemas, misalnya
pada siang hari, akan mengalami kesulitan didalam menerima pelajaran. Kesulitan itu
disebabkan karena siswa sukar berkonsentrasi dan berfikir pada kondisi badan yang lemah
tadi.
Referensi :
http://roselilagibelajar.blogspot.com/2011/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
proses.html
http://www.englishjava.com/2012/10/faktor-yang-mempengaruhi-belajar-dan.html
Ada 2 faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar dan pembelajaran yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu yang belajar yang dapat
mempengaruhi hasil belajar individu itu sendiri. meliputi :
kondisi fisiologis. Kondisi fisiologis ini meliputi: jasmani, kesehatan, dan organ tubuh. Kondisi
fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar
individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil
belajar yang maksimal. Di samping itu pancaindra juga memiliki peranan yang sangat penting.
Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik
pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang
diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar.
kondisi psikologis
1. Tingkat kecerdasan/intelegensi. Hal ini berhubungan dengan faktor bawaannya atau
keturunan. Tingkat IQ mempengaruhi proses belajar dan leh arena ini ator awaan
maka slit utuk dirubah kecuali jika individu itu rajin, maka individu tersebut dapat
meningkatkan tingkat IQ-nya itu.
2. Sikap. Hal ini berhubungan dengan tingkah laku individu dalam belajar. Sikap yang
ditunjukkan oleh individu harus mendukungnya untuk mampu menyerap pelajaran.
Terkadang individu merasa cemas ketika ia menghadapi hal yang kurang ia sukai. Rasa
takut dan cemas itu akan dapat mempengaruhi sikapnya di dalam lingkunga belajar
sehingga membuatnya tidak percaya diri dan sikap yang ditunjukkannya pun akan
bernilai negatif.
3. Minat. Untuk dapat memahami suatu hal, tentu tiap individu harus memiliki minat
terkebih dahulu dalam dirinya untuk setidaknya penasaran terhadap apa yang akan ia
pelajari.
4. Motivasi. Tanpa motivasi dalam diri individu, maka akan sangat susah seorang
individu memahami bahkan menerima masukan yang datang padanya
5. Bakat. Beberapa individu melakukan suatu hal karena ia menyukainya, dalam arti,
individu tersebut memiliki bakat di bidang yang sedang ia pelajari.
6. gaya kognitif
2. Faktor eksternal. Faktor ini berasal dari luar yang mempengaruhi diri individu dalam
belajar. Meliputi : 1.Instrumental. Meliputi berbagai komponen seperti:
1. Guru adalah orang yang mengajar dan mendidik yang memiliki peranan penting
dalam membimbing individu baik dalam hal meyampaikan materi secara nyaman,
menumbuhkan motivasi belajar individu sehinga individu belajar merasa tidak asing
dengan apa yang sedang dipelajarinya.
2. Kurikulum adalah suatu program yang dijadikan acuan oleh pendidik dalam
menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik sebagai individu belajar.
3. Metode merupakan cara yang dipakai dan dilakukan oleh pendidik agar peserta didik
merasa nyaman. Metode ini juga dapat dikatakan seni mendidik.
4. Evaluasi dapat dikatakan tolak ukur yang akan dijadikan acuan. Dalam evaluasi,
pendidik dapat mengetahui hasil yang dicapai memenuhi apa yang diharapkan atau
tidak.
5. Sarana prasarana adalah hal-hal yang dijadikan penunjang. Dalam hal ini lebih
ditekankan pada media yang bersifat nyata.
6. Lingkungan meliputi lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan lingkungan kultural.
Advertisement
REPORT THIS AD
REFERENSI
http://sainsmatika.blogspot.com/2012/03/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-belajar.html
http://unikerz.blogspot.com/2013/01/Faktor-Faktor-Yang-Mempengaruhi-Belajar-Dan-
Pembelajaran.html
MANAJEMEN PEMBELAJARAN
Manajemen pembelajaran (Wina Sanjaya, 2006: 24) guru berfungsi sebagai manajer
yang memiliki 4 tugas umum :
1. Merencanakan tujuan pembelajaran;
2. Mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan
belajar;
3. Memimpin, yang meliputi memotivasi, mendorong dan menstimulasi siswa;
4. Mengawasi segala sesuatu, apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya
atau belum dalam rangka pencapaian tujuan.
mengajar
mengelola kelas
KISI-KISI JAWABAN :
1. Pengelolaan kelas dan pengelolaan pembelajaran adalah dua kegiatan yang
sangat erat hubungannya namun dapat dan harus dibedakan satu sama lain
karena tujuannya berbeda.
- Jelaskan keeratan hubungan antara pengelolaan kelas dan pengelolaan
pembelajaran;
- Coba Saudara bedakan antara pengelolaan kelas dan pengelolaan
pembelajaran;
- Berikan contoh kegiatan guru dari masing-masing pengeloaan tersebut
Kisi-kisi :
- Pengelolaan kelas
Kita sebagai calon guru SD yang nantinya sebagai guru kelas diharapkan dengan mempelajari
dan mengetahui pengaturan kondisi dan penciptaan iklim belajar yang menunjang, dapat
menciptakan kondisi kelas baik secara fisik, sosio-emosional, organisasional, dan kondisi administrasi
teknik yang menyenangkan atau memungkinkan sehingga para peserta didik dapat mencapai tujuan-
tujuan belajar yang ingin dicapai secara efisien dan optimal.
Sementara ini pemahaman tentang pengelolaan kelas nampaknya masih keliru. Seringkali
pengelolaan kelas dipahami sebagai penataan ruangan kelas yang berkaitan dengan sarana
seperti tempat duduk, lemari buku, dan alat-alat mengajar. Padahal pengaturan sarana belajar
mengajar di kelas hanyalah sebagian kecil saja, yang terutama adalah pengkondisian kelas,
artinya bagaimana guru merencanakan, mengatur, melakukan berbagai kegiatan di kelas,
sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dan berhasil dengan baik
Hari Senin pada jam pelajaran pertama, Pa Ilham memasuki kelas III yang diawali dengan menyapa
seluruh murid di kelas itu, melakukan penataan ruangan kelas, pengkondisian kelas,
Jumat, 09 Januari 2015
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah pokok yang sering dihadapi oleh guru, baik guru pemula maupun yang sudah
berpengalaman adalah masalah pengelolaan kelas / manajemen kelas. Dengan demikian pengelolaan
kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang efektif. Pengelolaan kelas/ manajemen kelas
adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan
sederhananya adalah pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan
pengajaran. Dalam konteks yang demikian itulah pengelolaan kelas penting untuk diketahui oleh
siapapun juga yang menerjunkan dirinya kedalam dunia pendidikan.
1.2Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah masalah-masalah dalam Manajemen Kelas dan pembelajaran di SD?
2. Bagaimanakah solusi untuk mengatasi masalah – masalah yang ada manajemen kelas dan
pembelajaran tersebut?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui masalah – masalah dalam manajemen kelas dan pembelajaran di SD
2. Untuk mengetahui cara mengatasi masalah yang ada dalam manajemen kelas dan pembelajaran
di SD tersebut
1.4 Manfaat
Penyusunan paper ini bermanfaat supaya setiap guru dapat memperhatikan pengelolaan
manajemen kelas dan pembelajaran dalam kelas agar masalah-masalah dalam manajemen kelas
dapat teratasi dan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.
BAB II
PEMBAHASAN
Penggolongan masalah individual ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku
manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan.Setiap individu memiliki kebutuhan dasar untuk
memiliki dan untuk merasa dirinya berguna. Jika seorang individu gagal mengembangkan rasa
memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia akan bertingkah laku menyimpang. Ada empat jenis
penyimpangan tingkah laku, yaitu tingkah laku menarik perhatian orang lain,mencari kekuasaan,
menuntut balas dan memperlihatkan ketidakmampuan.Keempat tingkah laku ini diurutkan makin
lama makin berat. Misalnya, seorang anak yang gagal menarik perhatian orang lain boleh jadi menjadi
anak yang mengejar kekuasaan.
Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian) : Seorang siswa yang gagal menemukan
kedudukan dirinya secara wajar dalam suasana hubungan sosial yang saling menerima biasanya
(secara aktif ataupun pasif) bertingkah laku mencari perhatian orang lain. Tingkah laku destruktif
pencari perhatian yang aktif dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer,
melawak(memperolok), membuat onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya;
singkatnya, tukang rewel. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang pasif dapat dijumpai pada
anak-anak yang malas atau anak-anak yang terus meminta bantuan orang lain.
Powerseeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan) : Tingkah laku mencari
kekuasaan sama dengan perhatian yang destruktif, tetapi lebih mendalam. Pencari kekuasaan yang
aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan adanya pertentangan pendapat, tidak mau melakukan
yang diperintahkan orang lain dan menunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka. Pencari kekuasaan
yang pasif tampak pada anak-anak yang amat menonjolkan kemalasannya sehingga tidak melakukan
apa-apa sama sekali. Anak-anak ini amat pelupa, keras kepala, dan secara pasif memperlihatkan
ketidakpatuhan.
Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam) : Siswa yang menuntut balas
mengalami frustasi yang amat dalam dan tidak menyadari bahwa dia sebenarnya mencari sukses
dengan jalan menyakiti orang lain. Keganasan, penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit,
menendang) terhadap sesama siswa, petugas atau pengusaha, ataupun terhadap binatang sering
dilakukan anak-anak ini. Anak-anak seperti ini akan merasa sakit kalau dikalahkan, dan mereka bukan
pemain-pemain yang baik (misalnya dalam pertandingan). Anak-anak yang suka menuntut balas ini
biasanya lebih suka bertindak secara aktif daripada pasif.Anak-anak penuntut balas yang aktif sering
dikenal sebagai anak-anak yang ganas dan kejam, sedang yang pasif dikenal sebagai anak-anak
pencemberut dan tidak patuh (suka menetang).
dasarnya merasa amat tidak mampu berusaha mencari sesuatu yang dikehendakinya (yaitu rasa
memiliki) yang bersikap menyerah terhadap tantangan yang menghadangnya; bahkan siswa ini
menganggap bahwa yang ada dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus menerus.Perasaan tanpa
harapan dan tidak tertolong lagi ini biasanya diikuti dengan tingkah laku mengundurkan atau
memencilkan diri.Sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu berbentuk pasif.
Keempat masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau perilaku
menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain
atau kelompok. Ada empat teknik sederhana untuk mengenali adanya masalah-masalah individu
seperti diuraikan diatas pada diri para siswa. Diantaranya yaitu :
a. Jika guru merasa terganggu (atau bosan) dengan tingkah laku seorang siswa, hal itu merupakan tanda
bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari perhatian.
b. Jika guru merasa terancam (atau merasa dikalahkan), hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang
bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari kekuasaan.
c. Jika guru merasa amat disakiti, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin
mengalami masalah menuntut balas.
d. Jika guru merasa tidak mampu menolong lagi, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang
bersangkutan mungkin mengalami masalah ketidakmampuan. Ditekankan, guru hendaknya benar-
benar mampu mengenali dan memahami secara tepat arah tingkah laku siswa-siswa yang dimaksud
(apakah tingkah laku siswa itu mengarah ke mencari perhatian, mencari kekuasaan, menuntut balas,
atau memperlihatkan ketidakcampuran) agar guru itu mampu menangani masalah siswa secara tepat
pula.
a. Kurangnya kekompakan : Kurangnya kekompakan kelompok ditandai dengan adanya kekurang-
cocokkan (konflik) diantara para anggota kelompok.Konflik antara siswa-siswa dari kelompok yang
berjenis kelamin atau bersuku berbeda termasuk kedalam kategori kekurang-kompakan ini. Dapat
dibayangkan bahwa kelas yang siswa-siswa tidak kompak akan beriklim tidak sehat yang diwarnai
oleh adanya konflik, ketegangan dan kekerasan. Siswa-siswa di kelas seperti ini akan merasa tidak
senang dengan kelompok kelasnya sehingga mereka tidak merasa tertarik dengan kelas yang mereka
duduki itu. Para siswa tidak saling bantu membantu.
b. Kesulitan mengikuti peraturan kelompok : Jika suasana kelas menunjukkan bahwa siswa-siswa tidak
mematuhi aturan-aturan kelas yang telah ditetapkan, maka masalah yang kedua muncul, yaitu
kekurang-mampuan mengikuti peraturan kelompok.Contoh-contoh masalah ini ialah berisik;
bertingkah laku mengganggu padahal pada waktu itu semua siswa diminta tenang; berbicara keras-
keras atau mengganggu kawan padahal waktu itu semua siswa diminta tenang bekerja di tempat
duduknya masing-masing; dorong-mendorong atau menyela waktu antri di kafetaria dan lain-lain.
c. Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok : Reaksi negatif terhadap anggota kelompok
terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar yang dilontarkan terhadap anggota kelompok yang tidak
diterima oleh kelompok itu, anggota kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok atau anggota
kelompok yang menghambat kegiatan kelompok.Anggota kelompok dianggap “menyimpang” ini
kemudian “dipaksa” oleh kelompok itu untuk mengikuti kemauan kelompok.
d. Penerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang : Penerimaan kelompok (kelas) atas
tingkah laku yang menyimpang terjadi apabila kelompok itu mendorong timbulnya dan mendukung
anggota kelompok yang bertingkah laku menyimpang dari norma-norma sosial pada umumnya.
Contoh yang amat umum ialah perbuatan memperolok-olokan, misalnya membuat gambar-gambar
yang “lucu” tentang guru.Jika hal ini terjadi maka masalah kelompok dan masalah perorangan telah
berkembang dan masalah kelompok kelihatannya lebih perlu mendapat perhatian.
e. Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti
melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja.Masalah kelompok
anak timbul dari kelompok itu mudah terganggu dalam kelancaran kegiatannya.Dalam hal ini
kelompok itu mereaksi secara berlebihan terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak berarti atau bahkan
memanfaatkan hal-hal kecil untuk mengganggu kelancaran kegiatan kelompok itu.Contoh yang sering
terjadi ialah para siswa menolak untuk melakukan karena mereka beranggapan guru tidak adil. Jika
hal ini terjadi, maka suasana diwarnai oleh ketidaktentuan dan kekhawatiran.
f. Kurangnya semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes. Masalah kelompok yang
paling rumit ialah apabila kelompok itu melakukan protes dan tidak mau melakukan kegiatan, baik hal
itu dinyatakan secara terbuka maupun terselubung.Permintaan penjelasan yang terus menerus
tentang sesuatu tugas, kehilangan pensil, lupa mengerjakan tugas rumah atau tugas itu tertinggal di
rumah, tidak dapat mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan lain-lain merupakan
contoh-contoh protes atau keengganan bekerja.Pada umumnya protes dan keengganan seperti itu
disampaikan secara terselubung dan penyampaian secara terbuka biasanya jarang terjadi.
Mengajar sebagai proses pemberian atau penyampaian pengetahuan saja tidak cukup, tetapi
harus diiringi dengan mendidik. Artinya guru secara tidak langsung harus dapat membimbing siswa
untuk melakukan dan menyadari etika, budaya serta moral yang berlaku di tempat siswa tinggal. Guru
bukan sebagai pemberi informasi sebanyak-banyaknya kepada para siswa, melainkan guru sebagai
fasilitator, teman dan motivator.
1. Masalah pengarahan : Di waktu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar-
mengajar, kebanyakan guru kurang memiliki keterampilan dalam:
a. Berorientasi kepada tujuan pelajaran.
b. Mengkomunikasikan tujuan pelajaran kepada siswa.
c. Memahami cara merumuskan tujuan umum dan khusus.
d. Menyesuaikan tujuan pelajaran dengan kemampuan dan kebutuhan siswa.
e. Merumuskan tujuan instruksional jelas.
Keadaan ini mengakibatkan secara jelas terhadap tujuan mempelajari materi tersebut, mereka tidak
mendapat kepuasan dalam menerima pelajaran, siswa menyadari bahwa tujuan pelajaran yang
diberikan guru tidak relevan dengan kebutuhannya tidak bermakna bagi kehidupannya di kemudian
hari.
2. Masalah evaluasi dan penilaian : Guru dalam tugasnya untuk merencanakan, melaksanakan evaluasi
dan menemukan masalah-masalah sebagai berikut:
a. Guru dalam menyusun kriteria keberhasilan tidak jelas
b. Prosedur evaluasi tidak jelas
c. Guru tidak melaksanakan prinsip-prinsip evaluasi yang efisien dan efektif.
d. Kebanyakan guru memiliki cara penilaian yang tidak seragam.
e. Guru kurang menguasai teknik-teknik evaluasi.
f. Guru tidak memanfaatkan analisa hasil evaluasi sebagai bahan umpan balik.
Dengan evaluasi yang semacam itu siswa yang menerima evaluasi tidak puas. Mereka tidak mengerti
arti angka-angka yang diterimanya. Guru juga tidak mengetahui apakah muridnya sudah mempelajari
materi pelajaran yang diberikan atau belum. Guru tidak mengerti bahwa pada siswa sudah ada
perubahan tingkah laku, sebagai pengaruh pengajaran yang diberikan atau tidak.
3. Masalah isi dan urut-urutan pelajaran : Dalam membuat perencanaan pengajaran, yang kemudian
akan dilaksanakan dan dievaluasi, guru dalam menyusun isi dan urutan bahan pelajaran menemukan
masalah sebagai berikut:
a. Guru kurang menguasai materi
b. Materi yang disajikan tidak relevan dengan tujuan
c. Materi yang diberikan sangat luas
d. Guru kurang mampu dalam menyesuaikan penyajian bahan dengan waktu yang tersedia
e. Guru kurang terampil dalam mengorganisasikan materi pelajaran.
f. Guru kurang mampu mengembangkan materi pelajaran yang diberikannya.
g. Guru kurang mempertimbangkan urutan tingkat kesukaran dari materi pelajaran yang diberikan.
4. Masalah metode dan sistem penyajian bahan pelajaran : Agar guru dapat menyajikan bahan pelajaran
dengan menarik dan berhasil, maka perlu menguasai beberapa teknik sistem penyajian. Juga dapat
memilih siswa penyajian yang tepat untuk setiap materi tertentu yang akan disajikan, ataupun dapat
membuat variasi dalam menyajikan bahan tersebut. Namun dengan demikian dalam pengamatan
pelaksanaan pengajaran itu para guru menemukan masalah-masalah sebagai berikut:
a. Guru kurang menguasai beberapa siswa penyajian yang menarik dan efektif.
b. Pemilihan metode kurang relevan dengan tujuan pelajaran dan materi pelajaran.
c. Kurang terampil dalam menggunakan metode
d. Sangat terikat pada satu metode saja
e. Guru tidak memberikan umpan balik pada tugas yang dikerjakan siswa.
5. Masalah hambatan-hambatan : Dalam pelaksanaan pengajaran guru kadang-kadang menemui banyak
hambatan, diantaranya ialah:
a. Banyak guru kurang menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar.
b. Guru kurang mempertimbangkan latar belakang siswa yang tidak sama.
c. Guru kurang mengerti tentang kemampuan dasar siswa yang kurang.
d. Kurangnya buku-buku bacaan ilmiah
e. Keadaan sarana yang kurang
f. Guru kurang mampu dalam menguasai bahasa Inggris.
Dengan menemukan hambatan-hambatan itu dalam pengajaran menjadi kurang lancar. Guru
mengalami kesulitan dalam meningkatkan proses belajar mengajar agar hasilnya efektif dan efisien.
Begitu juga siswa sendiri kurang bersemangat untuk mendalami setiap bagian pengetahuan yang
diperolehnya di bangku sekolah.
2.4 Solusi dalam memecahkan masalah manajemen kelas
Untuk mengatasi masalah dalam pengelolaan kelas di atas, ada beberapa pendekatan yang
dapat dilakukan,diantaranya sebagai berikut:
a. Behavior – Modification Approach (Behaviorism Apparoach) : Asumsi yang mendasari penggunaan
pendekatan ini adalah bahwa perilaku “baik” dan “buruk” individu merupakan hasil belajar.Upaya
memodifikasi perilaku dalam mengelola kelas dilakukan melalui pemberian positive reinforcement
(untuk membina perilaku positif) dan negative reinforcement (untuk mengurangi perilaku negatif).
Namun demikian, dalam penggunaan reinforcement negatif seyogyanya dilakukan secara hati-hati,
karena jika tidak tepat malah hanya akan menimbulkan masalah baru.
b. Socio-Emotional Climate Approach (Humanistic Approach) : Asumsi yang mendasari penggunaan
pendekatan ini adalah bahwa proses belajar mengajar yang baik didasari oleh adanya hubungan
interpersonal yang baik antara peserta didik – guru dan atau peserta didik – peserta didik dan guru
menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik. Dalam hal ini, Carl A.
Rogers mengemukakan pentingnya sikap tulus dari guru (realness, genuiness, congruence); menerima
dan menghargai peserta didik sebagai manusia (acceptance, prizing, caring, trust) dan mengerti dari
sudut pandangan peserta didik sendiri (emphatic understanding). Sedangkan Haim C. Ginnot
mengemukakan bahwa dalam memecahkan masalah, guru berusaha untuk membicarakan situasi,
bukan pribadi pelaku pelanggaran dan mendeskripsikan apa yang ia lihat dan rasakan; serta
mendeskripsikan apa yang perlu dilakukan sebagai alternatif penyelesaian. Selain itu juga
dikemukakan William Glasser bahwa guru sebaiknya membantu mengarahkan peserta didik untuk
mendeskripsikan masalah yang dihadapi; menganalisis dan menilai masalah; menyusun rencana
pemecahannya; mengarahkan peserta didik agar committed terhadap rencana yang telah dibuat
memupuk keberanian menanggung akibat “kurang menyenangkan”; serta membantu peserta didik
membuat rencana penyelesaian baru yang lebih baik. Sementara itu, Rudolf Draikurs mengemukakan
pentingnya Democratic Classroom Process, dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk dapat memikul tanggung jawab; memperlakukan peserta didik sebagai manusia yang dapat
secara bijak mengambil keputusan dengan segala konsekuensinya; dan memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk menghayati tata aturan masyarakat
c. Group Process Approach : Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa
pengalaman belajar berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru adalah membina dan
memelihara kelompok yang produktif dan kohesif. Richard A. Schmuck & Patricia A. Schmuck
mengemukakan prinsip – prinsip dalam penerapan pendekatan group proses, yaitu : (a) mutual
expectations; (b) leadership; (c) attraction (pola persahabatan); (c) norm; (d) communication; (d)
cohesiveness.
d. Pendekatan Otoriter : Pandangan yang otoriter dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat
kegiatan guru untuk nienciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Pengelolaan kelas
sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa ke arah disiplin. Bila timbul masalah-masalah
yang merusak ketertiban atau kedisplinan kelas, maka perlu adanya pendekatan:
1. Perintah dan larangan
2. Penekanan dan penguasaan
3. Penghukuman dan pengancaman
4. Pendekatan perintah dan larangan
e. Pendekatan Permisif : Pendekatan yang primisif dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat
kegiatan pengajar yang memaksimalkan kebebasan peserta didik untuk melakukan sesuatu.Sehingga
bila kebebasan ini dihalangi dapat menghambat perkembangan peserta didik. Berbagai bentuk
pendekatan dalam pelaksanaan pengelolaan kelas ini banyak menyerahkan segala inisiatif dan
tindakan pada diri peserta didik. Diantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Tindakan pendekatan pengalihan merupakan tindakan yang bersifat premisif. Dari tindakan
pendekatan ini muncul hal-hal yang kurang disadari oleh peserta didik.
2. Meremehkan sesuatu kejadian, atau tidak melakukan apa-apa sama sekali
3. Memberi peluang kemalasan dan menunda pekerjaan.
4. Menukar dan mengganti susunan kelompok tanpa melalui prosedur yang sebenarnya.
5. Menukar kegiatan salah satu pembelajar, digantikan oleh orang lain.
6. Mengalihkan tanggung jawab kelompok kepada seorang anggota
f. Pendekatan membiarkan dan memberi kebebasan : Sekali lagi pengajar memandang peserta didik
telah mampu melakukan sesuatu dengan prosedur yang benar.“Biarlah mereka bekerja sendiri
dengan bebas”, demikian pegangan pengajar dalam mengelola kelas.Lebih kurang menguntungkan
lagi kalau selama peserta didik bekerja sendiri, pengajar juga aktif mengerjakan tugas sendiri dan
pada saat waktu habis baru ditanyakan atau disusun.Percaya atau tidak bahwa hasil bekerja peserta
didik belum memadai dan kurang terarah Akibat yang sering terjadi peserta didik merasa telah benar
dengan tingkah laku dalam pengerjaan tugas, telah bertanggung jawab dalam kelompok atau kelas
itu.Tapi ternyata setelah dibandingkan dengan kelompok lainnya kurang atau malahan lebih
rendah.Kedua pendekatan inipun kurang menguntungkan, tanpa kontrol dan pengajar bersikap serta
memandang ringan terhadap gejala-gejala yang muncul.Pihak pengajar dan peserta didik tampak
bebas, kurang memikat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada dua jenis masalah dalam pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan atau
individual dan yang bersifat kelompok. Penggolongan masalah individual ini didasarkan atas anggapan
dasar bahwa tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan.Setiap individu
memiliki kebutuhan dasar untuk memiliki dan untuk merasa dirinya berguna.Sedangkan dalam
masalah kelompok ada tujuh masalah dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas;(a)Kurangnya
kekompakan, (b)Kesulitan mengikuti peraturan kelompok, (c)Reaksi negatif terhadap sesama anggota
kelompok, (d)Penerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang, (e)Kegiatan anggota
atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, (f)Kurangnya semangat, tidak
mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes, (g)Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap
perubahan lingkungan.
Untuk mengatasi masalah dalam pengelolaan kelas di atas, ada beberapa pendekatan yang
dapat dilakukan,diantaranya; Behavior – Modification Approach (Behaviorism Apparoach), Socio-
Emotional Climate Approach (Humanistic Approach), Group Process Approach, pendekatan Otoriter,
Pendekatan Permisif, dan Pendekatan membiarkan dan memberi kebebasan.
3.2 Saran
Kita sebagai calon guru SD yang nantinya sebagai guru kelas diharapkan dengan mempelajari
dan mengetahui pengaturan kondisi dan penciptaan iklim belajar yang menunjang, dapat
menciptakan kondisi kelas baik secara fisik, sosio-emosional, organisasional, dan kondisi administrasi
teknik yang menyenangkan atau memungkinkan sehingga para peserta didik dapat mencapai tujuan-
tujuan belajar yang ingin dicapai secara efisien dan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
http://tugas-makalah.blogspot.com/2012/06/masalah-masalah-dalam-manajemen-kelas.html.
diakses tanggal 20 Februari 2013,Pekanbaru:UINSultan Syarif Kasim Riau
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembelajaran adalah suatu aktivitas belajar-mengajar. Didalamnya ada dua subjek yaitu guru dan
peserta didik. Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru adalah mengelola pembelajaran
dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif yang ditandai dengan adanya kesadaran dan
keterlibatan aktif diantara dua subjek pembelajaran yaitu guru sebagai penginisiatif awal dan
pengarah serta pembimbing, sedangkan peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif
untuk memperoleh perubahan diri dalam pengajaran.
Pengajaran merupakan aktivitas yang sistematis dan sistemik yang terdiri atas banyak komponen.
Masing-masing komponen pengajaran tidak bersifat terpisah atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi
harus berjalan teratur, saling bergantung, komplementer, dan kesinambungan. Untuk itu diperlukan
pengelolaan pembelajaran yang baik. Pengelolaan pembelajaran yang baik harus dikembangkan
berdasarkan pada prinsip-prinsip pengajaran. Ia harus mempertimbangkan segi dan strategi
pengajaran, dirancang secara sistematis, bersifat konseptual tetapi praktis relistik dan fleksibel, baik
yang menyangkut masalah interaksi pengajaran, pengelolaan kelas, pengajaran, maupun penilaian
pengajaran.
Pengertian pengelolaan pembelajaran adalah mengacu pada suatu upaya untuk mengatur aktivitas
pengajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengajaran untuk menyukseskan tujuan
pembelajaran agar tecapai secara lebih efektif, efisien, dan produktif yang diawali dengan penentuan
strategi dan perencanaan, dan diakhiri dengan penilaian.
Rumusan masalah:
1. Apa saja yang perlu dalam pengelolaan proses pembelajaran?
2. Apa saja yang ada dalam pengelolaan pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
E. Mengenal Murid
Sebagai seorang guru kita harus dapat mengerjakan banyak hal untuk membimbing perkembangan
dan pertumbuhan setiap murid, apabila murid-murid telah dikenal sebaik-baiknya. Karena itu, perlu
diperlihatkan bahwa guru harus mengenal diri siswa dengan mempelajari minat, kebutuhan, masalah
pridadi mereka secara individual. Dan usahakan para siswa mengetahui, bahwa antara guru dan siswa
itu telah terjalin hubungan akrab.
Seorang guru seharusnya mempunyai keterangan yang lengkap tentang individu-individu murid, yang
meliputi:
1. Latar belakang psikologi murid-murid yang meliputi hasil-hasil tes kecerdasan, tes perasaan, dan
kecakapan, penyesuaian diri anak-anak di rumah dan masyarakat.
2. Latar belakang kemampuan murid-murid yang meliputi kemajuan dalam mata pelajaran yang akan
diberikan.
3. Latar belakang kesehatan fisik murid-murid, seperti penglihatan, pendengaran dan lain-lain.
4. Latar belakang perhatian anak terhadap pendidikan, peradaban, dan kebudayaan.
5. Latar belakang kehidupan anak di rumah, yang meliputi status social ekonomi, pendidikan orang
tua, dan lain-lain.
F. Penilaian, Pencatatan, dan Pelaporan Kemajuan Murid
Didalam pembelajaran memberikan angka bukanlah maksud utama dari penilaian. Tetapi guru harus
mengetahui fungsi daripada penilaian ialah: mengetahui tingkat kemajuan, perkembangan murid
dalam satu priode tertentu. Hasil dari penilaian akan dijadikan sebagai dasar untuk memperbaiki
kemajuan setiap individu murid.
Rencana penilaian kelas meliputi:
1. Tujuan-tujuan objektif dari pelajaran itu.
2. Unit pelajaran untuk satu tahun.
3. Hasil-hasil belajar yang penting seperti: sikap, keterampilan, pengertian, pengetahuan, kualitas
perseorangan, dan
4. Cara kerja bersama dalam penelitian.
G. Metode Mengajar
Mengajar secara efektif sangat tergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar yang
serasi dengan tujuan mengajar. Cara belajar-mengajar yang baik ialah mempergunakan kegiatan
murid-murid sendiri secara efektif dalam kelas, merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan
sedemikian rupa secara kontinu dan juga melalui kerja kelompok. Jenis-jenis metode mengajar
sebagai berikut:
a. Metode ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Metode ini
efektif untuk penyampaian informasi dan pengertian.
b. Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung
seperti guru bertanya siswa menjawab, atau sebaliknya. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana
materi pelajaran telah dikuasai oleh siswa.
c. Metode diskusi
Diskusi ialah suatu proses tukar menukar pendapat, informasi dan unsur-unsur pengalaman secara
teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang
sesuatu, atau mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.
d. Metode kerja kelompok
Kerja kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu
kesatuan tersendiri ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil.
e. Metode demonstrasi
Demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para siswa untuk
mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar.
f. Metode tugas belajar dan resitasi
Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas
dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya.
H. Strategi Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar aktif. Menurut
Hisyam Zaini dkk strategi pembelajaran aktif antara lain:
1. Critical Incident (Pengalaman Penting)
Stategi ini digunakan untuk memulai pelajaran. Tujuannya dari penggunaan strategi ini untuk
melibatkan siswa sejak awal dengan melihat pengalaman mereka. Strategi ini dapat digunakan
dengan maksimal pada mata pelajaran praktis.
2. Prediction Guide (Tebak Pelajaran)
Strategi ini digunakan untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran secara aktif dari awal
sampai akhir. Dengan strategi ini siswa diharapkan dapat terlibat dalam pelajaran dan tetap
mempunyai perhatian ketika guru menyampaikan materi.
3. Group Resume (Resume Kelompok)
Biasanya sebuah resume menggambarkan hasil yang telah dicapai oleh individu. Resume ini akan
menjadi menarik untuk dilakukan dalam kelompok dengan tujuan membantu siswa menjadi lebih
akrab atau melakukan team building (kerjasama kelompok) yang anggotanya sudah saling mengenal
sebelumnya. Kegiatan ini akan lebih efektif jika resume itu berkaitan dengan materi yang sedang
diajarkan.
4. Assessment search (Menilai Kelas)
Strategi ini dapat dilakukan dalam waktu yang cepat dan sekaligus melibatkan siswa untuk saling
mengenal dan bekerjasama.
5. Questions Students Have (Pertanyaan dari Siswa)
Teknik ini merupakan teknik yang mudah dilakukan yang dapat dipakai untuk mengetahui kebutuhan
dan harapan siswa. Teknik ini menggunakan elisitasi dalam memperoleh partisipasi siswa secara
tertulis.
6. Active Knowledge Sharing (Saling Tukar Pengetahuan)
Strategi ini dapat digunakan untuk melihat tingkat kemampuan siswa disamping untuk membentuk
kerjasama tim.
7. Listening Teams (Tim Pendengar)
Strategi ini membantu siswa untuk tetap konsentrasi dan terfokus dalam pelajaran yang
menggunakan metode ceramah. Strategi ini bertujuan membentuk kelompok yang mempunyai tugas
atau tanggung jawab tertentu berkaitan dengan materi pelajaran.
8. Synergetic Teaching (Pengajaran Sinergis)
Strategi ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi hasil belajar dari materi yang
sama dengan cara yang berbeda dengan membandingkan catatan mereka.
9. Active Debate (Debat Aktif)
Debat bisa menjadi satu metode berharga yang dapat mendorong pemikiran dan perenungan
terutama kalau siswa diharapkan dapat mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan
keyakinan mereka sendiri.
10. Jigsaw Learning (Belajar Model Jiqsaw)
Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika yang akan dipelajari dapat dibagi
menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan
strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada
orang lain.
11. Everyone Is A Teacher Here (Setiap orang Adalah Guru)
Strategi ini sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara individual. Strategi ini
memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk berperan sebagai guru bagi kawan-kawannya.
BAB III
PENUTUP
Simpulan:
1. Pengelolaan pembelajaran yang baik harus dikembangkan berdasarkan prinsip pembelajaran
menyangkut rencana, strategi, metode, dan lain-lain.
2. Usaha guru dalam mengelola kelas sesuai dengan kondisi yang diharapkan akan efektif apabila:
a. Diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat mendukung terciptanya kondisi yang
menguntungkan dalam proses belajar mengajar.
b. Dikenal masalah-masalah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan dapat merusak iklim belajar-
mengajar.
c. Menguasai berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk
masalah mana suatu pendekatan digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
W. James Popham, Eva L. Baker, Teknik Mengajar Secara Sistematis, Rineka Cipta, Jakarta,2003.
Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Pt remaja Rosdakarya, Bandung, 2002.
Subdjana Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 1987.
Sabri Ahmad, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, Quantum Teaching, Jakarta, 2005.
Rohani Ahmad, Pengelolaan Pembelajaran edisi revisi, Rineka Cipta, Jakarta, 2004.
Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, CV. Rajawali, Jakarta, 1991.
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti yang telah diketahui ada banyak kendala saat seorang guru sedang mengelola kelas,
baik masalah individu maupun kelompok, untuk menghadapi masalah tersebut perlu adanya
ketepatan tindakan pengelolaan kelas. Ketepatan tindakan pengelolaan kelas, dapat dilakukan
apabila cara kerja guru dalam pengelola kelas didasari kerangka acuan pendekatan
pengelolaan kelas. Selanjutnya, dalam menetapkan pendekatan apa yang akan digunakan
hendaknva mempertimbangkan manfaat dan kesesuaian atau kecocokan pendekatan tersebut
dengan hakekat masalah yang ditanggulangi. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya
memahami dan mempunyai berbagai pendekatan pengelolaan kelas serta memahami kondisi
psikologis para siswa yang dihadapinya.
Hal lain yang perlu dimiliki seorang guru adalah sikap profesional dalam pengelolaan kelas.
Artinya bahwa walaupun guru sudah yakin atas pilihan pendekatan pengelolaan kelas yang
akan digunakannya, tetapi pada kenyataannya hal itu tidak memberikan hasil yang diharapkan,
maka ia hendaknya mampu mengadakan analisis ulang terhadap keadaan atau situasi yang ada
sehingga dapat menetapkan altematif pendekatan yang lainnya dan seterusnya. Hal tersebut
jelas membedakan sikap seorang profesional dengan seorang tukang atau “Pekerja”, dimana
seorang tukang menggantungkan diri pada resep-resep atau petunjuk-petunjuk sehingga ia
bingung apabila resep atau petunjuk atau teori/dalil yang digunakannya tidak memberikan
hasil yang diharapkan.
1. Apa saja jenis pendekatan pengelolaan kelas yang dapat digunakan untuk menghadapi
masalah pengelolaan kelas ?
2. Apa saja contoh penggunaan masing-masing pengelolaan kelas?
3. Apa saja kelemahan dan kelebihan dari masing-masing pendekatan pengelolaan kelas?
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami jenis-jenis pendekatan pengelolaan kelas
2. Untuk mengetahui contoh-contoh dari penggunaan pendekatan pengelolaan kelas
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pendekatan pengelolaan kelas
1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam menghadapi masalah pengelolaan kelas ada berbagai macam pendekatan yang sering
dan sudah biasa digunakan oleh guru. Pendekatan yang pertama ialah pendekatan pemberian
sejumlah ‘larangan dan anjuran’.Yang dimaksud dengan pemberian larangan dan anjuran
adalah berupa peraturan mengenai hal-hal yang tidak boleh dilakukan dan juga berupa anjuran
atau saran mengenai hal-hal dan tingkah laku yang semestinya dilakukan oleh siswa.
Pendekatan ini cocok bagi penanggulangan masalah kelas yang bersifat insidental
bersifat reaktif terhadap masalah-masalah pengelolaan kelas yang timbul
Pemasa bodohan adalah suatu tindakan berupa ketidakpedulian guru terhadap masalah yang
terjadi selama proses pembelajaran dengan menganggap masalah selesai dengan sendirinya
sedangkan Pengalihan adalah memberikan kegiatan atau melakukan cara-cara tertentu untuk
mengalihkan tingkah laku buruk siswa. Tindakan ini dapat menimbulkan semangat yang
rendah pada siswa, ketidaktenangan, kecendrungan mencari kambing hitam, agresi dan
tindakan kekerasan lainnya. Adapun contohnya, antara lain :
Teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa semua tingkah laku, baik tingkah laku yang
disukai ataupun yang tidak disukai, adalah hasil belajar. Mereka yang percaya pada teori ini
berpendapat bahwa :
1. Penguatan positif, penguatan negatif, hukuman dan penghilangan berlaku bagi proses
belajar pada semua tingkatan umur dan dalam semua keadaan.
2. Proses belajar sebagian atau bahkan seluruhnya dipengaruhi oleh kejadian-kejadian
yang berlangsung di lingkungan.
Pada umumnya penguatan itu berupa ganjaran yang diberikan kepada siswa yang
menampilkan tingkah laku yang baik dengan harapan agar tingkah laku itu diteruskan.
Pemberian ganjaran terhadap tingkah laku yang telah dikuasai oleh siswa itu disebut
penguatan positif. Sebaliknya, penguatan negatif ialah penguatan yang dilakukan dengan jalan
dikuranginya (atau ditiadakannya) hal-hal (perangsang) yang tidak menyenangkan (yang
dikenakan terhadap siswa).
Dibangun atas dasar pandangan bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan fungsi dari
hubungan yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Hubungan guru-siswa
sangat besar dipengruhi oleh:
Penggunaan Pendekatan proses kelompok dalam pengelolaan kelas didasarkan atas prisip-
prisip psikologi sosial dan dinamika kelompok. Penggunaan pendekatan proses kelompok
menekankan pentingnya ciri-ciri kelompok yang ada didalam kelompok kelas dan saling
berhubungan antar siswa yang menjadi anggota kelompok kelas itu. Dalam hal ini peranan
guru yang paling utama adalah mengembangkan dan mempertahankan keeratan hubungan
antar siswa, semangat produktivitas, dan orientasi pada tujuan dari kelompok kelas ini.
Pendekatan ini menekankan pada potensialitas, kreativitas dan inisiatif guru dalam memilih
berbagai pendekatan dalam satu situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan elektis
memungkinkan digunakannya dua atau lebih pendekatan dalam satu situasi pembelajaran.
Penggunaan pendekatan ini menuntut pula kemampuan guru untuk berimprovisasi dalam
menghadapi masalah yang dihadapi siswa. Guru tidak hanya terpaku pada penerapan salah
satu pendekatan dalam perbaikan tingkah laku siswa, tetapi dalam melaksanakan tugasnya
hendaknya mampu menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut secara bersamaan dua atau
tiga pendekatan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pendekatan dengan penerapan sejumlah larangan dan anjuran cocok bagi penanggulangan
masalah kelas yang bersifat insidental kurang mengarah pada pemecahan masalah yang
bersifat jangka panjang. Dalam penerapan pendekatan ini akan muncul bentuk-bentuk:
penghukuman atau pengancaman, penguasaan atau penekanan, pengalihan atau
pemasabodohan. Oleh karena itu, dalam penerapan pendekatan ini guru perlu
memperhitungkan dampak psikologisnya siswa agar penggunaan pendekatan ini tetap
memberikan manfaat positif bagi siswa.
Pendekatan iklim sosio-emosional berkeyakinan bahwa suasana atau iklim kelas yang baik
berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran. Implikasinya adalah bahwa siswa bukan semata-
mata sebagai individu yang sedang mempelajari pelajaran tertentu, tetapi dipandang sebagai
keseluruhan pribadi yang sedang berkembang.
Pendekatan proses kelompok bertolak dari asumsi bahwa pengalaman belajar di sekolah
berlangsung dalam suasana kelompok, yaitu kelompok kelas. Dalam hal ini tugas guru
terutama membina dan memelihara kelompok yang efektif dan produktif.
Pendekatan Elektis merupakan gabungan atau campuran dari beberapa pendekatan yang
terpilih sesuai dengan potensi atau manfaat dalam menghadapi suatu situasi kelas.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manajemen kelas berbeda dengan manajemen pembelajaran. Manajemen atau Pengelolaan
kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan pembelajaran dengan
maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar sebagaimana yang
diharapkan.
Begitu pula manajemen pembelajaran berhubungan dengan kurikulum atau dapat diartikan
sebagai usaha ke arah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat
sesuatu dikerjakan oleh orang-orang lain.
Dengan demikian Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen kelas anak
Selain itu untuk menambah pemahaman penyusun mengenai manajemen kelas dan manajemen
pembelajaran.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud manajemen kelas?
2. Apa fungsi dan tujuan menejemen kelas
3. apa yang dimaksud menejemen pembelajaran?
4. Apa fungsi-fungsi dan tujuan dari manajemen pembelajaran?
5.Apa Perbedaan menejemen kelas dan menejemen pembelajaran ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. MANAJEMEN KELAS
1. Pengertian Manajemen Kelas
Pengertian manajemen / pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal, dan mengendalikannya bila terjadi gangguan dalam proses
belajar mengajar.[1] Dalam menejemen kelas atau yang disebut dengan pengelolaan kelas yang
didalamnya terdapat unsur ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan, pengadministrasian,
pengaturan, atau penataan kegiatan yang berlangsung didalam kelas. Selain itu juga ada pula
pendapat yang dikutip oleh Abudin Nata dalam menejemen pengajaran secara manusiawi
mengatakan pengelolaan kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar
sesama yang mendapat pengajaran dari guru.[2]hal ini dilakukan sebagai upaya mendayagunakan
potensi kelas.
Dengan demikian menejemen kelas atau pengelolaan kelas dapat kita pahami bahwa
merupakan kegiatan yang berupaya menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi
terjadinya proses belajar mengajar. Berbagai upaya tersebut antara lain mengatur jadwal penggunaa
kelas dan berbagai sarana prasarana yang terdapat di dalamnya, serta menertibkan perilaku peserta
didik agar mereka berada didalam kelas dalam keadaan yang teratur, rapi dan tertib. Dengan
demikian, dalam pengelolaan kelas ini termasuk pula menertibkan peserta didik yang melakukan
berbagai kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, atau suatu
kegiatan yang mengganggu jalannya kegiatan belajar. Dalam kaitan ini, maka pengelolaan kelas
berkaitan pula upaya menertibkan peserta didik yang bercanda, bergurau, berkelahi, bertengkar, dan
berbagai tindakan lainnya yang dapat mengganggu jalannya kegiatan proses belajar mengajar. Selain
itu, pengelolaan kelas juga termasuk pemberian hadiah bagi ketetapan waktu penyelesasian tugas
oleh siswa, atau penetapan norma, kelompok yang produktif.
2. Tujuan menejemen kelas
Adapun tujuan pengelolaan kelas dikemukakan Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen (1996) yang
dikutip Rachman (1998/1999: 15), adalah:
a. Mewujudkan kondisi kelas baik sebagai lingkungan belajar ataupun sebagai kelompok belajar yang
memungkinkan berkembangnya kemampuan masing-masing siswa.
b. Menghilangkan berbagai hambatan yang merintangi interaksi belajar yang efektif.
c. Menyediakan fasilitas atau peralatan dan mengaturnya hingga kondusif bagi kegiatan belajar siswa
yang sesuai dengan tuntutan pertumbuhan dan perkembangan sosial, emosional dan intelektualnya.
d. Membina perilaku siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan
keindividualannya. [3]
Konsep dasar yang perlu dicermati dalam manajemen kelas adalah penempatan individu,
kelompok, sekolah dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Tugas guru seperti mengontrol,
mengatur atau mendisiplinkan peserta didik adalah tindakan yang kurang tepat lagi untuk saat ini.
Sekarang aktivitas guru yang terpenting adalah memenej, mengorganisir dan mengkoordinasikan
segala aktivitas peserta didik menuju tujuan pembelajaran. Mengelola kelas merupakan keterampilan
yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak
menuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek manajemen kelas.
B. MANAJEMEN PEMBELAJARAN
1. Pengertian Manajemen Pembelajaran
Gagne dan Briggs mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian events (kondisi, peristiwa,
kejadian, dsb ) yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi pembelajar, sehingga proses
belajarnya dapat berlangsung mudah. Pembelajaran bukan hanya terbatas pada kegiatan yang
dilakukan guru, seperti halnya dengan konsep mengajar. Pembelajaran mencakup semua kegiatan
yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia. Pembelajaran mencakup
pula kejadian-kejadian yang diturunkan oleh bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televisi,
film, slide maupun kombinasi dari bahan –bahan itu.[4]
Berpijak dari konsep manajemen dan pembelajaran, maka konsep manajemen pembelajaran
dapat diartikan proses mengelola yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pengendalian (pengarahan) dan pengevaluasian kegiatan yang berkaitan dengan proses
membelajarkan si pebelajar dengan mengikutsertakan berbagai faktor di dalamnya guna mencapai
tujuan. Dalam “memanaje” atau mengelola pembelajaran, manajer dalam hal ini guru melaksanakan
berbagai langkah kegiatan mulai dari merencanakan pembelajaran, mengorganisasikan pembelajaran,
mengarahkan dan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.
Pengertian manajemen pembelajaran demikian dapat diartikan secara luas dalam arti
mencakup keseluruhan kegiatan bagaimana membelajarkan siswa mulai dari perencanaan
pembelajaran sampai pada penilaian pembelajaran.
Pendapat lain menyatakan bahwa manajemen pembelajaran merupakan bagian dari strategi
pembelajaran yaitu strategi pengelolaan pembelajaran.
Selain itu juga Manajemen pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha ke arah pencapaian
tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat sesuatu dikerjakan oleh orang-
orang lain berupa peningkatan minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa (orang yang
belajar), dengan memperluas cakupan aktivitas (tidak terlalu dibatasi), serta mengarah kepada
pengembangan gaya hidup di masa mendatang.[5]
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hal menajemen pembelajaran sebagai berikut; jadwal
kegiatan guru-siswa; strategi pembelajaran; pengelolaan bahan praktik; pengelolaan alat bantu;
pembelajaran ber-tim; program remidi dan pengayaan; dan peningkatan kualitas pembelajaran.
Pengertian manajemen di atas hanya berkaitan dengan kegiatan yang terjadi selama proses interaksi
guru dengan siswa baik di luar kelas maupun di dalam kelas. Pengertian ini bisa dikatakan sebagai
konsep manajemen pembelajaran dalam pengertian sempit. Ada dasarnya manajemen pembelajaran
merupakan pengaturan semua kegiatan pembelajaran, baik dikategorikan berdasarkan kurikulum inti
maupun penunjang berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan sebelumnya, oleh Departemen
Agama atau Departemen Pendidikan Nasional.
2. Fungsi Manajemen Pembelajaran
Perencanaan adalah salah satu fungsi awal dari aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan secara
efektif dan efisien. Menurut Anderson (1989:47), perencanaan adalah pandangan masa depan dan
menciptakan kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan seseorang dimasa depan.
Yang dimaksud dengan perencanaan pembelajaran menurut Davis (1996) adalah pekerjaan yang
dilakukan oleh seorang guru untuk merumuskan tujuan mengajar.
Dalam kedudukannya sebagai seorang manajer, guru melakukan perencanaan pembelajaran yang
mencakup usaha untuk :
1. Menganilisis tugas.
2. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan atau belajar.
3. Menulis tujuan belajar.
3. Mengorganisisr Sumber Daya Pembelajaran
Lebih jauh menurut Davis, proses pengorganisasian dalam pembelajaran meliputi empat kegiatan,
yaitu :
1. Memilih alat taktik yang tepat.
2. Memilih alat bantu belajar atau audio-visual yang tepat.
3. Memilih besarnya kelas (jumlah murid yang tepat).
4. Memilih strategi yang tepat untuk mengkomunikasikan peraturan-peraturan, prosedur-prosedur
serta pengajaran yang kompleks.
Ahmad Tafsir (1992:33) berpendapat bahwa metodologi pengajaran adalah pengetahuan yang
membicarakan berbagai metode mengajar yang dapat digunakan oleh guru dalam menyelenggarakan
kegiatan belajar-mengajar.
Dalam hal ini metode mengajar adalah :
1. Merupakan salah satu komponen dari proses pendidikan.
2. Merupakan alat mencapai tujuan yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar.
3. Merupakan kebulatan dalam satu sistem pengajaran.
Dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah taktik atau strategi yang digunakan oleh guru
dalam menyampaikan mata pelajaran kepada peserta didik.
Menurut Davis (1996) bahwa dalam memilih metode sangat tergantung pada sifat tugas, tujuan
pengajaran yang akan dicapai, kemampuan dan pengetahuan sebelumnya serta umur murid.
Guru sebagai manajer dapat mengorganisasikan bahan pelajaran untuk disampaikan kepada murid
dengan beberapa metode, yaitu :
1. Metode Ceramah.
2. Metode Demontrasi.
3. Metode Diskusi.
4. Metode Tanya-Jawab.
5. Metode Driil atau Latihan Siap.
6. Metode Resitasi atau Pemberian Tugas Belajar.[6]
C. PERBEDAAN MENEJEMEN KELAS DAN MENEJEMEN PEMBELAJARAN
1. Manajemen atau Pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab
kegiatan pembelajaran dengan maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana
kegiatan belajar sebagaimana yang diharapkan. Dalam manajemen kelas atau yang disebut dengan
pengelolaan kelas yang didalamnya terdapat unsur ketatalaksanaan, tata pimpinan,
pengelolaan,pengadministrasian, pengaturan, atau penataan kegiatan yang berlangsung didalam
kelas.
2. Manajemen pembelajaran berhubungan dengan kurikulum atau dapat diartikan sebagai usaha ke
arah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat sesuatu dikerjakan
oleh orang-orang lain berupa peningkatan minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa
(orang yang belajar), dengan memperluas cakupan aktivitas (tidak terlalu dibatasi), serta mengarah
kepada pengembangan gaya hidup dimasa mendatang. Manajemen pembelajaran sebagai berikut;
jadwal kegiatan guru-siswa; strategi pembelajaran; pengelolaan bahan praktik; pengelolaan alat
bantu; pembelajaran ber-tim; program remidi dan pengayaan; dan peningkatan kualitas
pembelajaran.
Pengelolaan dan pembelajaran dapat dibedakan tapi memilki fungsi yang sama. Pengelolaan
tekannya lebih kuat pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembelajaran, sementara
pembelajaran (instruction) lebih kuat berkenaan dengan aspek mengelola atau memproses materi
pelajaran. Pada akhirnya dari kedua aktivitas tersebut, keduanya dilakukan dalam rangka untuk
mencapai tujuan yang sama yaitu tujuan pembelajaran
Contoh aspek pengelolaan, jika di dalam kelas terdapat gambar yang dianggap kurang baik
atau tidak pada tempatnya untuk ditempelkan di dinding karena akan menggangu konsentrasi siswa
dalam belajar, maka guru tersebut memindahkannya dan menempatkan pada tempat yang dianggap
paling cocok. Adapun pembelajaran, jika diperoleh siswa yang mengalami kesulitan belajar untuk
materi-materi tertentu, maka guru mengidentifikasi sebab-sebabnya, dan membantu siswa
mengahadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya itu.
Komponen-Komponen Pengelolaan Kelas. Pengelolaan kelas dilakukan untuk mendukung
terjadinya proses pembelajaran yang lebih berkualitas. Oleh karena itu pendekatan atau teori apapun
yang dipilih dan yang dijadikan dasar dalam pengelolaan kelas, harus diorientasikan pada terciptanya
proses pembelajaran secara aktif dan produktif.
[1] Prof.Dr.abudin nata,Perspekif islam tentang strategi pembelajaran,(jakarta: Kencana
media gruop. )2009 :340
[2] Ibid :340
[3] PENGELOLAAN KELAS DALAM RANGKA PROSES BELAJAR MENGAJAR Bahan Training Of Trainers (TOT) NasionalPelatihan Supervisi
PendidikanMadrasah Ibtidaiyah dan TsanawiyahBasic Education Project (BEP)Disajikan Tanggal 27 Juni 2001 di Gedung BKMJl. Burangrang
No. 17-19 Bandung.Oleh: Drs. H. Johar Permana, M.A.
[4] Ibid
[5] http://novitacahkampus.wordpress.com/2011/06/10/makalah-manajemen-kelas-dan-manajemen-pembelajaran/
[6] http://novitacahkampus.wordpress.com/2011/06/10/makalah-manajemen-kelas-dan-manajemen-pembelajaran /
1550-Article Text-4230-1-10-20160404.pdf
Pendidikan adalah cara manusia untuk meningkatkan kualitas dari suatu kondisi kearah yang
lebih baik. Pendidikan diperoleh lewat proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran,
seorang guru melaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan pembelajaran dan kegiatan
pengelolaan kelas. Guru yang professional salah satu cirinya adalah guru yang mampu
mengelola kelas dengan baik. Di dalam kelas, segala aspek pendidikan pengajaran bertemu
dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan
sifat-sifat yang berbeda-beda, bertemu dan berpadu serta berinteraksi di dalam kelas. Bahkan
hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh
sebab itu sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan profesional.
Sementara ini pemahaman tentang pengelolaan kelas nampaknya masih keliru. Seringkali
pengelolaan kelas dipahami sebagai penataan ruangan kelas yang berkaitan dengan sarana
seperti tempat duduk, lemari buku, dan alat-alat mengajar. Padahal pengaturan sarana belajar
mengajar di kelas hanyalah sebagian kecil saja, yang terutama adalah pengkondisian kelas,
artinya bagaimana guru merencanakan, mengatur, melakukan berbagai kegiatan di kelas,
sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dan berhasil dengan baik
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, pengelolaan dan kelas. Pengelolaan sendiri berasal dari
kata “kelola” di tambahi awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan
adalah “manajemen”. Manajemen berasal dari bahasa inggris, yaitu management, yang berarti
ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.manajemen atau pengelolaan dalam pengertian
umum menurut Suharsimi Arikunto (Djamarah, 2013) adalah pengadministrasian, pengaturan
atau penataan suatu kegiatan.
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi
belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar (Usman, 2013).
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang
`kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran (Mulyasa, 2013).
Pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakanya
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik
dapat mencapai tujuan mengajar secara efesien dan memungkinkan mereka dapat
belajar (Djamarah, 2013).
Dapat disimpulkan bahwa ketrampilam mengelolaan kelas adalah keterampilan guru dalam
mengendalikan pembelajaran untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal
dan bila terjadi gangguan saat terjadinya proses belajar mengajar baik dengan cara
mendisiplinkan ataupun melakukan remidial. Dengan kata lain, ialah kegiatan untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses pembelajaran.
Yang termasuk ke dalam hal ini adalah, penghentian tingkah laku anak didik yang
menyelewengkan perhatian kelas, pemberian hadiah bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas
oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.
Ketika kelas terganggu, guru berusaha mengembalikannya agar tidak menjadi penghalang bagi
proses pembelajaran. Dalam konteks yang demikian itulah kiranya pengelolaan kelas penting
untuk diketahui oleh siapapun yang menerjukan dirinya dalam dunia pendidikan.
Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru bukan tanpa tujuan. Karena ada tujuan itulah guru
selalu berusaha mengelola kelas, walaupun terkadang kelelahan fisik maupun pikiran. Guru
sadar tanpa adanya pengelolaan kelas yang baik, maka akan menghambat proses kegiatan
belajar mengajarnya. Itu sama saja membiarkan jalannya pelajaran tampa hasil., yaitu
mengantarkan anak didik dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti, dan dari yang tidak berilmu menjadi berilmu.
Tujuan pengelolaan kelas pada hakekatnya sudah terkandung pada tujuan pendidikan. Secara
umum tujuan dari pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam
kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan belajar, tercapainya suasana
sosial yeng memberikan kepuasan, suasana disiplin, oengembangan intelektual, emosional dan
sikap serta apresiasi pada siwa (Djamarah, 2013).
Suharsimi Arikunto dalam (Djamarah, 2013) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas
adalah agar setiap anak dikelas dapat berkerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efisien. Menurutnya, sebagai indicator dari sebuah kelas yang
tertib apabila:
1. Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu
ada tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya.
2. Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap anak akan
bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas diberikan kepadanya. Apabila ada anak
yang dapat melaksanakan tugasnya, tetapi mengerjakanya kurang bergairah atau mengulur
waktu bekerja, maka kelas tersebut dikatakan tidak tertib.
Selain tujuan diatas menurut (Hasibuan, 2012) dalam bukunya “Proses Belajar Mengajar”
tujuan pengelolaan kelas bagi siswa adalah sebagai berikut:
1. Mendorong siswa untuk mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya.
2. Membantu siswa untuk mengerti tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan
memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan, atau bukan kemarahan.
3. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku yang
sesuai dengan aktivitas kelas.
Pengelolaan kelas bukanlah merupakan tugas yang ringan. Berbagai faktorlah yang
menyebabkan kerumitan itu. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan
kelas di bagi menjadi dua golongan yaitu, factor intern siswa dan factor ekstern siswa. Factor
intern siswa berhubungan dengan emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa dengan ciri-
ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya secara individual.
Perbedaan secara individual ini dilihat dari segi aspek, yaitu perbedaan biologis, intelektual,
dan psikologis (Usman, 2013).
Sedangkan faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar,
penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa dikelas, dan sebagainya. Masalah
jumlah siswa dikelas akan mewarnai dinamika kelas dan sebagainya. Semakin banyak siswa
akan cederung mudah terjadi konflik deripada kelas dengan jumlah siswa yang lebih sedikit.
1. Hangat dan Antusias. Hangat dan antusias dapat memberikan suasana kelas yang
menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi terciptanya kegiatan belajar mengajar
yang optimal. Jika kelas sudah mempunyai rasa hangat kegiatan belajar mengajar akan terasa
lebih hidup dan para siswa akan antusias dalam mengikuti pelajaran.
2. Tantangan. Penggunakan kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah siwa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya
tingkah laku yang menyimpang. Tantangan juga akan menimbulkan motivasi kedalam diri
individu setiap siswa.
3. Bervariasi. Penggunaan alat atau media, gaya, dan interaksi belajar mengajar yang bervariasi
merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
4. Keluwesan. Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat
mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar
mengajar yang efektif.
5. Penekanan pada hal-hal yang positif. Pada dasarnya, didalam mengajar dan mendidik, guru
harus menekankan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal
yang negative.
6. Penanaman disiplin diri. Pengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan
akhir dari pengelolaan kelas. Untuk itu guru harus selalu menolong siswa untuk melaksanakan
disiplin diri sendiri, dan guru sendiri hendaknya dapat menjadi contoh atau teladan tentang
pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.
Selain itu ruangan kelas tentunya juga harus ditata sedemikian rupa sehingga secara layak
dapat melangsungkan kegiatan pembelajaran. Dalam (Sobri, 2009) suasana dan penataan
ruang kelas tersebut, hendaknya memperhatiakan paling tidak empat kondisi berikut:
1. Aksesibilitas, yakni siswa maupun guru mudah menjangkau alat dan sumber belajar.
2. Mobilitas, siswa dan guru mudah bergerak dari suatu bagian ke bagian lain di kelas.
3. Interaksi, yakni memudahkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa maupun antar siswa.
4. Variasi kerja siswa, yaitu memungkinkan siswa berkerja secara individu, berpasangan, atau
kelompok.
Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai
faktor. Permasalahan anak didik adalah factor utama yang berkaitan langusung dalam hai ini.
Karena pengelolaan kelas yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan
kegairahan belajar anak didik secara berkelompok maupun secara individual.
Keharmonisan hubungan antara guru dan siswa, tingginya kerja sama diantara anak didik
tersimpul dalam bentuk interaksi. Keharmonisan interaksi ini bisa optimal karena pendekatan
yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Berbagai pendekatan tersebut adalah
seperti dalam uraian berikut ini:
1. Pendekatan Kekuasaan. Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol
tingkah laku anak didik. Peranan guru di sini adalah menciptakan dan mempertahankan
situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik
untuk menaatinya. Di dalamnya ada kekeasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati
anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya.
2. Pendekatan Ancaman. Dari pendekatan ancaman atau intimidasi inti, memperoleh kelas
adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam
mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberikan ancaman, misalnya
melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
3. Pendekatan Kebebasan. Pengelolaan diartikan suatu proses untuk membantu anak didik agar
merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah
mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4. Penekatan Resep. Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan member satu daftar
yang dapat mengambarkan apa yang harus dikerjakan dan yang tidak boleh terjadi di kelas.
Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru.
Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang ditulis dalam resep.
5. Pendekatan Pengajaran. Pendekatan ini didasarkan pada suatu tanggapan bahwa dalam
suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak
didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini manganjurkan
tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak
didik yang kurang baik. Peranan guru adalah perencanaan dan mengimplemantasikan
pelajaran yang baik
6. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku. Sesuai dengan namanya, pegelolaan kelas diartikan
sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah
mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang
baik.
7. Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial. Pendekatan pengelolaan kelas merupakan
suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif
dalam kelas. Suasana emosional dan hubungan sosial yang positif artinya ada hubungan yang
baik antara guru dengan siswa. Disisni guru adalah kunci terhadap pembentukan hubungan
pribadi dan perannya adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat.
8. Pengelolaan Proses Kelompok. Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk
menciptakan kelas sebagai sustu sistem sosial dimana proses kelompok merupakan yang
paling utama. Peranan guru adalah mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan
proses kelompok itu efektif. Proses kelompok adalah usaha guru mengelompokan anak didik
ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta
kelas yang bergairah dalam belajar.
9. Pendekatan Elektis. Pendekatan elektis adalah pendekatan yang menekankan pada
potensialitas, kreaktivitas, dan inisiatif guru kelas dalam memilih pendekatan tersebut sesuai
dengan situasi yang dihadapinya. Penggunakan pendekatan ini dalam suatu situasi dapat
digunakan dengan salah satu, mengombinasikan, atau ketiga pendekatan tersebut.
Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang
berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat
menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar
mengajar berjalan efektif dan efisien.
KESIMPULAN
Guru baik itu guru kelas maupun guru bidang studi secara langsung pasti terlibat dalam
kegiatan pengelolaan kelas. Keterampilan mengelola kelas ini sangat penting dikuasai dan
diterapkan oleh guru pada setiap kali melakukan proses pembelajaran di dalam kelas.
Tujuannya adalah agar proses pembelajaran itu sendiri dapat berjalan efektif dan efisien,
sehingga kompetensi yang diharapkan mampu dikuasai oleh siswa.
Dalam mengelola kelas guru dapat memperkecil resiko gangguan dalam mengelola kelas
dengan memperhatikan prisip-prinsip. Prinsip pengelolaan kelas antara lain:
Berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas juga harus dapat dikuasahi oleh para guru.
Pendekatan dalam mebgelola kelas antara lain:
1. Pendekatan Kekuasaan
2. Pendekatan Ancaman
3. Pendekatan Kebebasan
4. Penekatan Resep
5. Pendekatan Pengajaran
6. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
7. Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial
8. Pengelolaan Proses Kelompok
9. Pendekatan Elektis
Daftar Pustaka
Djamarah, S. B. (2013). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Hasibuan. (2012). Proes Belajar Mengajar. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Mulyasa. (2013). Menjadi Guru profesional. Bandung: PT REMAJA ROSDAYAKARYA.
Sobri. (2009). Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarja: Multi Pressindo.
Usman, U. (2013). Menjadi Guru Prfesional. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas – Pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru
dalam mengelola kelas akan sangat dipengaruhi oleh pandangan guru tersebut terhadap
tingkah laku siswa, karakteristik, watak dan sifat siswa, dan situasi kelas pada waktu seorang
siswa melakukan penyimpangan. Beberapa pendekatan yang mungkin dapat dipergunakan
adalah pendekatan kekuasaan, pendekatan ancaman, pendekatan kebebasan, pendekatan resep,
pendekatan pengajaran, pendekatan perubahan tingkah laku, pendekatan suasana emosi dan
hubungan sosial, pendekatan proses kelompok, dan pendekatan electis atau puralistik.
(Djamarah dan Zain, 2006: 200).
1. Pendekatan kekuasaan
Yaitu pengelolaan kelas yang dilakukan dengan menunjukkan kekuasaan seorang guru
terhadap siswa sehingga tindakannya untuk mengatasi penyimpangan tingkah laku dilakukan
dengan tekanan-tekanan. Contoh dari pendekatan ini misalnya memerintah, tindakan
memarahi, menggunakan kekuasaan orang tua atau kepala sekolah untuk pengelolaan kelas,
melakukan tindakan kekerasan atau mendelegasikan kepada salah seorang siswa untuk
melakukan penguasaan terhadap kelas. Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk
mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan
mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut
kepada peserta didik untuk menaatinya. Didalamnya ada kekuasaan dalam norma yang
mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma inilah guru
mendekatinya.
2. Pendekatan ancaman
Yaitu kegiatan pengelolaan kelas yang dilakukan dengan melakukan hukuman atau ancaman.
Kegiatan ini dapat berupa tindakan guru yang menghukum siswa dengan kekerasan, melarang
atau mengusir siswa dari kegiatan tertentu, mengancam siswa bila melakukan sesuatu yang
dilarang, menghardik, mencemooh, mentertawakan, menghukum seorang siswa untuk contoh
siswa yang lain, atau mungkin memaksa siswa meminta maaf karena perbuatan yang tercela.
Baca Juga: Pengertian Kesulitan Belajar
3. Pendekatan kebebasan
Pengelolaan diartikan sebagai suatu proses untuk membantu peserta didik agar merasa bebas
untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah menguasahakan
semaksimal mungkin kebebasan peserta didik.
4. Pendekatan resep
Pendekatan resep ini dilakukan dengan member suatu daftar yang menggambarkan apa yang
harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau
situasi yang terjadi dikelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus
dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam
resep.
5. Pendekatan pengajaran
Pendekatan ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan
pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku peserta didik, dan memecahkan
masalah itu apabila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam
mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku peserta didik yang kurang baik.
Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
Pendekatan ini didasarkan atas pandangan bahwa apabila seorang siswa melakukan tingkah
laku yang menyimpang mungkin disebabkan oleh dua hal, yaitu : siswa itu telah mempelajari
tingkah laku yang menyimpang itu atau mungkin siswa justru belum mempelajari tingkah laku
yang sebaiknya. Oleh sebab itu agar siswa tersebut mengetahui tingkah laku yang ia lakukan,
maka setiap tingkah lakunya diikuti dengan konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku
tersebut. Konsekuensi itu dibuat oleh seorang guru sebagai cara dalam melakukan pengelolaan
kelas.
Pendekatan pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dan suasana sosial didalam kelas
sebagai sekelompok individu cenderung pada pandangan psikologi klinis dan konseling.
Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau
suasana emosional dan hubungan sosial yang positif, artinya ada hubungan yang baik yang
positif antara guru denganpeserta didik, atau antara peserta didik dengan peserta didik.
Pendekatan proses kelompok didasarkan atas dua macam anggapan dasar, yaitu bahwa
kegiatan sekolah berlangsung dalam suasana kelompok, yaitu kelompok kelas. Kelompok
kelas adalah suatu sistem sosial yang memiliki ciri-ciri seperti yang dimiliki oleh sistem sosial,
lainnya. Dalam hubungannya dengan kelompok kelas, maka tugas guru dalam mengelola kelas
adalah berusaha mengembangkan dan mempertahankan suasana kelompok kelas yang efektif
dan produktif. Oleh karenanya guru hendaknya mengembangkan dan mempertahankan kondisi
yang menyangkut ciri-ciri kelompok kelas sebagai sistem sosial. Adapun ciri-ciri yang penting
dimiliki oleh kelompok kelas sebagai sistem sosial adalah harapan, kepemimimpinan,
kemenarikan, norma, komunikasi dan keeratan (Jaririndu, 2012):
a. Harapan adalah persepsi pada guru dan siswa berkenaan dengan hubungan mereka.
b. Kepemimpinan merupakan tingkah laku yang mendorong kelompok bergerak ke arah
pencapaian tujuan yang diharapkan.
c. Kemenarikan merupakan tingkat hubungan persahabatan diantara anggota kelompok kelas.
Tugas guru dalam pengelolaan kelas menjadi berusaha memperlihatkan empati, saling
pengertian, sikap mendorong teman, saling menerima dan memberikan kesempatan.
d. Norma adalah suatu pedoman tentang cara berpikir, merasa dan bertingkah laku yang diakui
bersama oleh anggota kelompok.
e. Komunikasi merupakan wahana yang memungkinkan terjadinya interaksi kelompok yang
bermakna dan memungkinkan terjadinya proses kelompok.
f. Keeratan adalah keeratan rasa kebersamaan yang dimiliki oleh kelompok kelas. Yang
mendorong terjadinya keeratan itu adalah adanya minat terhadap tugas-tugas kelompok,
saling menyukai dan anggota kelompok merasa dibantu oleh kelompok kelas.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam
mengelola kelas sangat dipengaruhi oleh cara guru dalam mengenal tingkah laku, karakterisitik,
watak, dan sifat siswa-siswanya ketika siswa-siswa tersebut melakukan penyimpangan-penyimpangan
dalam kelas.
Menurut Eliana (2010: 25) Pendekatan electis ini menekankan pada potensialitas, kreativitas
dan inisiatif wali/guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut diatas berdasarkan
situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi lain mungkin harus
mengkombinasikan dua atau ketiga pendekatan tersebut diatas. Pendekatan electis disebut juga
pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam
pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu
kondisi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien.
Demikian artikel tentang Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas semoga dapat dijadikan
referensi dan bermanfaat bagi anda, silahkan share artikel ini jika dianggap bermanfaat.
Terima Kasih
MARHENDRIAWAN WIDI ATMOKO (1486206010)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
STKIP PGRI PACITAN
2016
Prinsip-prinsip Pengel. Kelas
PENDAHULUAN
Pendidikan Anak Usia Dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar
yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun. Pendidikan Anak Usia Dini berfungsi membina, menumbuhkan, dan
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak pada usia dini secara optimal sehingga
terbentuk perilaku dan perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan
selanjutnya.
Pendidikan Anak Usia Dini menjadi pendidikan yang sangat penting mengingat potensi
kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia ini. Sedemikian
pentingnya masa ini sehingga usia dini sering disebut sebagai the golden age (usia emas). Pada
masa ini anak harus diberikan pendidikan, stimulus, dan contoh kongkrit dari berbagai pihak
dan lingkungannya guna membantu anak melalui tahapan-tahapan perkembangannya termasuk
perkembangan otak dan kecerdasannya. Guna membantu mengembangkan kecerdasan anak,
dalam Pendidikan Anak Usia Dini harus didorong oleh tenaga pengajar yang berkualitas.
Tenaga pengajar yang berkualitas harus memiliki kompetensi pedagogis, profesional, sosial,
dan kepribadian. Salah satu keterampilan dalam kompetensi profesional yang harus dimiliki
guru adalah pengelolaan kelas. Menurut Suyanto dan Asep Djihat (2012:116) pengelolaan
kelas adalah upaya yang dilakukan guru untuk mengkondisikan kelas dengan
mengoptimalisasikan berbagai sumber (potensi yang ada pada guru, sarana, dan lingkungan
belajar di kelas) yang ditujukan agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai
perencanaan dan tujuan yang ingin dicapai. Dalam penerapannya, guru harus memegang
prinsip-prinsip pengelolaan kelas agar perencanaan yang telah disusun dapat berjalan dengan
baik.
PEMBAHASAN
Manajemen kesiswaan merupakan proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan siswa,
pembinaan sekolah mulai dari penerimaan siswa, pembinaan siswa berasa di sekolah, sampai
dengan siswa menamatkan pendidikannya mulai penciptaan suasana yang kondusif terhadap
berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif. Mulyono mengemukakan bahwa
manajemen kesiswaan adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan
secara sengaja serta pembinaan secara kontinyu terhadap seluruh siswa (dalam lembaga
pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses belajar mengajar secara efektif
dan efisien.
Manajemen kesiswaan juga berarti seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan
secara sengaja serta pembinaan secara kontinyu terhadap seluruh peserta didik (dalam
lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses belajar mengajar secara
efektif dan efisien mulai dari penerimaan peserta didik hingga keluarnya peserta didik dari
suatu sekolah.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen kesiswaan merupakan
proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan siswa mulai dari penerimaan peserta
didik hingga keluarnya peserta didik dari suatu sekolah.
Dalam penerapan manajemen kelas terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan sebagai
prasyarat menciptakan satu modal pembelajaran yang efektif dan efisien, yaitu (Muhaimin,
2002: 137-144):
1. Prinsip Kesiapan (Readiness)
Kesiapan belajar ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, psikis, inteligensi, latar belakang
pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan factor-faktor lain yang
memungkinkan seseorang dapat belajar.
Dengan adanya berbagai macam poin prinsip pengelolaan kelas, pendidik atau guru tidak
harus mengambil semua prinsip tersebut, tetapi guru dapat mengambil minimal empat poin
prinsip pengelolaan kelas. Dimana guru dapat mengkolaborasikan prinsip-prinsip pengelolaan
kelas yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan sekolah yang bersangkutan.
Dengan penerapan prinsip-prinsip pengelolaan kelas diharapkan proses pembelajaran dapat
berjalan efektif dan efisien.
KESIMPULAN
Manajemen kesiswaan merupakan proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan siswa,
pembinaan sekolah mulai dari penerimaan siswa, pembinaan siswa berasa di sekolah, sampai
dengan siswa menamatkan pendidikannya mulai penciptaan suasana yang kondusif terhadap
berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif.
Dalam penerapan manajemen kelas terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan sebagai
prasyarat menciptakan satu modal pembelajaran yang efektif dan efisien, yaitu (Muhaimin,
2002: 137-144): prinsip kesiapan (readiness), prinsip motivasi (motivation), prinsip perhatian,
prinsip persepsi, prinsip retensi, prinsip transfer.
Dengan adanya berbagai macam poin prinsip pengelolaan kelas, pendidik atau guru tidak
harus mengambil semua prinsip tersebut, tetapi guru dapat mengambil minimal empat poin
prinsip pengelolaan kelas. Dimana guru dapat mengkolaborasikan prinsip-prinsip pengelolaan
kelas yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan sekolah yang bersangkutan.
Dengan penerapan prinsip-prinsip pengelolaan kelas diharapkan proses pembelajaran dapat
berjalan efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa, 2012, Manajemen PAUD, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset
Sri Lestari, Jurnal Hubungan antara Kualifikasi Akademik Guru dengan Pengelolaan
Kelas di Taman Kanak-kanak Se-Kecamatan Gemolong, Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Rozalena, M.Kristiawan, Jurnal Pengelolaan Pembelajaran PAUD dalam
Mengembangkan Potensi Anak Usia Dini, volume 2 No 1, 2017 https://id.m.wikipedia.org
diakses 27 Juni 2019
https://www.kajianpustaka.com/2017/11/pengertian-tujuan-dan-prinsip-manajemenkelas.html?
m=1 diakses 27 Juni 2019
Djamarah, Syaiful Bahri (2002) dalam buku Strategi Belajar Mengajar yang
diterbitkan oleh Rineka Cipta, Jakarta menyebutkan bahwa untuk mereduksi
permasalahan atau gangguan dalam pengelolaan kelas manajemen kelas guru dapat
dipergunakan beberapa prinsip-prinsip pengelolaan kelas. Beberapa prinsip
pengelolaan kelas itu adalah sebagai berikut.
1. Kehangatan dan antusiasme
2. Tantangan
3. Variasi
4. Luwes
5. Penekanan pada hal-hal positif
6. Penanaman disiplin
Baiklah, untuk lebih jelasnya apa saja yang dimaksud sebagai prinsip-prinsip di atas,
marilah kita baca uraiannya berikut ini.
Tantangan
Kata-kata, tindakan, cara kerja, bahan-bahan, atau apapun yang anda gunakan di
kelas dalam rangka proses pembelajaran haruslah bersifat menantang. Guru dapat
membuat mereka tertantang dengan cara-cara yang kreatif yang selalu hadir dengan
sesuatu yang baru yang sifatnya tidak terlalu mudah (tidak menantang) atau tidak
terlalu sulit (karena dapat membuat anak frustasi dan merasa tidak mampu). Penting
bagi guru untuk dapat melaksanakan prinsip ini, adalah dengan mengetahui
kemampuan atau pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh siswa (prior knowledge)
sehingga guru dapat merancang tugas belajar yang berada sedikit di atas
kemampuan awal tersebut. Jika guru selalu mengajar dengan penuh tantangan
kepada siswa-siswanya, maka pengelolaan atau manajemen kelas akan lebih mudah
dilakukan. Perilaku-perilaku yang menyimpang dari kegiatan pembelajaran yang telah
dipersiapkan oleh guru akan dapat direduksi atau bahkan tidak akan muncul sama
sekali. Tantangan belajar yang baik akan memicu munculnya rasa ingin tahu siswa
sehingga mereka akan berusaha secara aktif terlibat dalam proses belajar mengajar
yang dilakukan di kelasnya.
Variasi
Variasi yang harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelasnya adalah hal
yang mutlak. Jika guru ingin sukses mengelola pembelajaran siswa, maka variasi
pembelajaran merupakan salah satu faktor penting yang tidak dapat dianggap
remeh. Melakukan variasi dalam hal-hal seperti strategi pembelajaran, metode
mengajar, setting pembelajaran, materi dan bahan ajar, atau apapun dalam
pembelajaran akan membuat siswa merasa akan selalu ada yang baru dalam
pembelajaran guru. Mereka akan terhindar dari kebosanan bahkan akan menanti-
nantikan kehadiran dan pembelajaran bersama guru yang bersangkutan. Siswa akan
senang karena ada saja hal-hal baru yang akan di dapatkan dari guru, baik itu
pengalaman belajar yang bermakna maupun pengetahuan dan keterampilan.
Luwes
Begitu dinamisnya sebuah kelas dengan beragam siswa yang ada di dalamnya,
membuat guru harus luwes dalam melakukan pengelolaan kelas (manajemen kelas).
Tidak bisa dihindari, pembelajaran dari waktu ke waktu membutuhkan guru yang
responsif dan cepat tanggap terhadap situasi-situasi yang terbentul. Guru harus
luwes dalam menentukan dan memilih alternatif-alternatif tindakan untuk mengelola
kelasnya supaya tetap berjalan kondusif untuk proses pembelajaran.
Penanaman disiplin
Salah satu bagian terpenting dari manajemen atau pengelolaan kelas adalah
penanaman disiplin. Setiap siswa harus belajar berdisiplin. Disiplin di sini bukan
bermakna kekerasan, tetapi disiplin yang berlandaskan pada kesadaran diri siswa itu
sendiri bahwa belajar disiplin itu penting. Cara termudah menanamkan displin kepada
siswa adalah dengan menjadi teladan bagi siswa. Guru dapat menunjukkan secara
tidak langsung bagaimana mengendalikan diri dan melaksanakan sebuah tanggung
jawab. Seorang guru tidak akan berhasil mengelola kelasnya untuk berdisiplin jika ia
sendiri terlihat tidak disiplin di mata siswa.
Posted by Unknown
Pengertian Manajemen Kelas
https://www.dosenpendidikan.co.id/manajemen-kelas/
Kelas
Manajemen Kelas merupakan usaha guru untuk menata dan mengatur tata-laksana
kelas diawali dari perencanaan kurikulum, penataan prosedur dan sumber belajar,
pengaturan lingkungan kelas, memantau kemajuan siswa, dan mengantisipasi
masalah-masalah yang mungkin timbul di kelas.
Berikut ini beberapa pengertian manajemen kelas dari beberapa sumber referensi
buku:
Menurut Nawawi (1982:115), manajemen kelas adalah kemampuan guru atau
wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian
kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah, sehingga waktu dan dana yang
tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan
kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.
Menurut Arikunto (1992:67), manajemen kelas adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh penanggung-jawab kegiatan belajar-mengajar atau yang
membantu dengan maksud agar dicapainya kondisi yang optimal, sehingga
dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.
Menurut Djamarah (2000:173), manajemen kelas adalah suatu upaya
memberdayagunakan potensi kelas yang ada se-optimal mungkin untuk
mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Suhardan dkk (2009:106), manajemen kelas adalah segala usaha
yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang efektif dan
menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai
dengan kemampuan. Atau dapat dikatakan bahwa manajemen kelas
merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar
secara sistematis.
Menurut Sulistiyirini (2006:66), manajemen kelas adalah proses atau upaya
yang dilakukan oleh seseorang guru secara sistematis untuk menciptakan dan
mewujudkan kondisi kelas yang dinamis dan kondusif dalam rangka
menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Tujuan manajemen kelas adalah sebagai berikut (Wijaya dan Rusyan, 1994:114):
1. Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan
pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2. Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam
pelajarannya. Dengan Manajemen Kelas, guru mudah untuk melihat dan
mengamati setiap kemajuan/ perkembangan yang dicapai siswa, terutama
siswa yang tergolong lamban.
3. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting
untuk dibicarakan dikelas demi perbaikan pengajaran pada masa mendatang.
Sedangkan menurut Mudasir (2011:20), tujuan manajemen kelas atau pengelolaan
adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun
sebagai kelompok belajar.
2. Menghilangkan berbagai hambatan belajar yang dapat menghalangi
terwujudnya kegiatan belajar.
3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung
dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional,
dan intelektual siswa di kelas.
4. Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi dan
budaya serta sifat individual.
Daftar Pustaka
Hasri, Salfen. 2009. Sekolah Efektif dan Guru Efektif. Yogyakarta: Aditya
Media Printing and Publising.
Nawawi, Hadari. 1982. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas
Sebagai Lembaga Pendidikan. Jakarta : Gunung Agung.
Arikunto, Suharsimi. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah
Pendekatan Evaluatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi
Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Suhardan, Dadang et.all. 2009. Manajemen Pendidikan. Alfabeta: Bandung.
Sulistiyirini. 2006. Manajemen Pendidikan Islam. Surabaya: Lembaga
Kajian Agama dan Filsafat/Elkaf.
Wijaya, Cece dan Rusyan, A. Tabrani. 1994. Kemampuan Dasar Guru
Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mudasir. 2011. Manajemen Kelas. Yogyakarta: Zanafa Publishing.
Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Agama Islam. Bandung: Remaja
Rosyda Karya.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Posting Komentar untuk "Pengertian, Tujuan dan Prinsip Manajemen Kelas"
Baca Juga
Pendidikan Politik (Pengertian, Fungsi, Bentuk dan Hambatan)
Punishment atau Hukuman (Pengertian, Tujuan, Bentuk dan Prinsip)
Reward atau Penghargaan (Pengertian, Tujuan, Jenis dan Syarat)
Kreativitas (Pengertian, Dimensi, Aspek, Tahapan dan Faktor yang
Mempengaruhi)
Pengembangan Diri (Pengertian, Tujuan, Fungsi, Bentuk dan Pelaksanaan)
Metodologi Penelitian
Pemilihan Judul Penelitian
Latar Belakang Masalah Penelitian
Menemukan Masalah Penelitian
Menyusun Hipotesis Penelitian
Jenis-jenis Penelitian Kualitatif
Reabilitas Penelitian
Validitas Penelitian
Proposal Penelitian
Manajemen pendidikan merupakan keseluruhan proses semua sumberdaya yang ada yang dikelola
untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif, efisien dan produktif, atau merupakan suatu proses
untuk mengkoordinasi berbagai sumber daya pendidikan seperti guru, sarana dan prasarana pendidikan
seperti perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan.
Manajemen atau Pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab
kegiatan pembelajaran dengan maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana
kegiatan belajar sebagaimana yang diharapkan. Dalam menejemen kelas atau yang disebut dengan
pengelolaan kelas yang didalamnya terdapat unsur ketatalaksanaan, tata pimpinan,
pengelolaan,pengadministrasian, pengaturan, atau penataan kegiatan yang berlangsung didalam kelas.
. Manajemen pembelajaran berhubungan dengan kurikulum atau dapat diartikan sebagai usaha ke
arah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat sesuatu dikerjakan
oleh orang-orang lain berupa peningkatan minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa
(orang yang belajar), dengan memperluas cakupan aktivitas (tidak terlalu dibatasi), serta mengarah
kepada pengembangan gaya hidup di masa mendatang. menajemen pembelajaran sebagai berikut;
jadwal kegiatan guru-siswa; strategi pembelajaran; pengelolaan bahan praktik; pengelolaan alat bantu;
pembelajaran ber-tim; program remidi dan pengayaan; dan peningkatan kualitas pembelajaran.
Pengelolaan dan pembelajaran dapat dibedakan tapi memilki fungsi zang sama. Pengelolaan tekannya
lebih kuat pada aspek pengaturan ( management ) lingkungan pembelajaran, sementara pembelajaran
( instruction ) lebih kuat berkenaan dengan aspek mengelola atau memproses materi pelajaran. Pada
akhirnya dari kedua aktivitas tersebut, keduanya dilakukan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang
sama yaitiu tujuan pembelajaran
Contoh aspek pengelolaan, jika di dalam kelas terdapat gambar yang dianggap kurang baik atau tidak
pada tempatnya untuk ditempelkan di dinding karena akan menggangu konsentrasi siswa dalam
belajar, maka guru tersebut memindahkannya dan menempatkan pada tempat yang dianggap paling
cocok. Adapun pembelajaran, jika diperoleh siswa yang mengelami kesulitan belajar untuk materi-
materi tertentu, maka guru mengidentifikasi sebab-sebabnya, dan membantu siswa mengahadapi
kesulitan-kesulitan yang dihadapinya itu Komponen-Komponen Pengelolaan Kelas. Pengelolaan kelas
dilakukan untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran zang lebih berkualitas. Oleh karena itu
pendekatan atau teori apapun zang dipilih dan zang dijadikan dasar dalam pengelolaan kelas, harus
diorientasikan pada terciptanya proses pembelajaran secara aktif dan produktif.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manajemen kelas berbeda dengan manajemen pembelajaran. Manajemen atau Pengelolaan
kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan pembelajaran dengan
maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar sebagaimana yang
diharapkan.
Begitu pula manajemen pembelajaran berhubungan dengan kurikulum atau dapat diartikan
sebagai usaha ke arah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat
sesuatu dikerjakan oleh orang-orang lain.
Dengan demikian Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen kelas anak
Selain itu untuk menambah pemahaman penyusun mengenai manajemen kelas dan manajemen
pembelajaran.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud manajemen kelas?
2. Apa fungsi dan tujuan menejemen kelas
3. apa yang dimaksud menejemen pembelajaran?
4. Apa fungsi-fungsi dan tujuan dari manajemen pembelajaran?
5.Apa Perbedaan menejemen kelas dan menejemen pembelajaran ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. MANAJEMEN KELAS
1. Pengertian Manajemen Kelas
Pengertian manajemen / pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal, dan mengendalikannya bila terjadi gangguan dalam proses
belajar mengajar.[1] Dalam menejemen kelas atau yang disebut dengan pengelolaan kelas yang
didalamnya terdapat unsur ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan, pengadministrasian,
pengaturan, atau penataan kegiatan yang berlangsung didalam kelas. Selain itu juga ada pula
pendapat yang dikutip oleh Abudin Nata dalam menejemen pengajaran secara manusiawi
mengatakan pengelolaan kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar
sesama yang mendapat pengajaran dari guru.[2]hal ini dilakukan sebagai upaya mendayagunakan
potensi kelas.
Dengan demikian menejemen kelas atau pengelolaan kelas dapat kita pahami bahwa
merupakan kegiatan yang berupaya menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi
terjadinya proses belajar mengajar. Berbagai upaya tersebut antara lain mengatur jadwal penggunaa
kelas dan berbagai sarana prasarana yang terdapat di dalamnya, serta menertibkan perilaku peserta
didik agar mereka berada didalam kelas dalam keadaan yang teratur, rapi dan tertib. Dengan
demikian, dalam pengelolaan kelas ini termasuk pula menertibkan peserta didik yang melakukan
berbagai kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, atau suatu
kegiatan yang mengganggu jalannya kegiatan belajar. Dalam kaitan ini, maka pengelolaan kelas
berkaitan pula upaya menertibkan peserta didik yang bercanda, bergurau, berkelahi, bertengkar, dan
berbagai tindakan lainnya yang dapat mengganggu jalannya kegiatan proses belajar mengajar. Selain
itu, pengelolaan kelas juga termasuk pemberian hadiah bagi ketetapan waktu penyelesasian tugas
oleh siswa, atau penetapan norma, kelompok yang produktif.
2. Tujuan menejemen kelas
Adapun tujuan pengelolaan kelas dikemukakan Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen (1996) yang
dikutip Rachman (1998/1999: 15), adalah:
a. Mewujudkan kondisi kelas baik sebagai lingkungan belajar ataupun sebagai kelompok belajar yang
memungkinkan berkembangnya kemampuan masing-masing siswa.
b. Menghilangkan berbagai hambatan yang merintangi interaksi belajar yang efektif.
c. Menyediakan fasilitas atau peralatan dan mengaturnya hingga kondusif bagi kegiatan belajar siswa
yang sesuai dengan tuntutan pertumbuhan dan perkembangan sosial, emosional dan intelektualnya.
d. Membina perilaku siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan
keindividualannya. [3]
Konsep dasar yang perlu dicermati dalam manajemen kelas adalah penempatan individu,
kelompok, sekolah dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Tugas guru seperti mengontrol,
mengatur atau mendisiplinkan peserta didik adalah tindakan yang kurang tepat lagi untuk saat ini.
Sekarang aktivitas guru yang terpenting adalah memenej, mengorganisir dan mengkoordinasikan
segala aktivitas peserta didik menuju tujuan pembelajaran. Mengelola kelas merupakan keterampilan
yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak
menuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek manajemen kelas.
B. MANAJEMEN PEMBELAJARAN
1. Pengertian Manajemen Pembelajaran
Gagne dan Briggs mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian events (kondisi, peristiwa,
kejadian, dsb ) yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi pembelajar, sehingga proses
belajarnya dapat berlangsung mudah Pembelajaran bukan hanya terbatas pada kegiatan yang
dilakukan guru, seperti halnya dengan konsep mengajar. Pembelajaran mencakup semua kegiatan
yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia. Pembelajaran mencakup
pula kejadian-kejadian yang diturunkan oleh bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televisi,
film, slide maupun kombinasi dari bahan –bahan itu.[4]
Berpijak dari konsep manajemen dan pembelajaran, maka konsep manajemen pembelajaran
dapat diartikan proses mengelola yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pengendalian (pengarahan) dan pengevaluasian kegiatan yang berkaitan dengan proses
membelajarkan si pebelajar dengan mengikutsertakan berbagai faktor di dalamnya guna mencapai
tujuan. Dalam “memanaje” atau mengelola pembelajaran, manajer dalam hal ini guru melaksanakan
berbagai langkah kegiatan mulai dari merencanakan pembelajaran, mengorganisasikan pembelajaran,
mengarahkan dan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.
Pengertian manajemen pembelajaran demikian dapat diartikan secara luas dalam arti
mencakup keseluruhan kegiatan bagaimana membelajarkan siswa mulai dari perencanaan
pembelajaran sampai pada penilaian pembelajaran.
Pendapat lain menyatakan bahwa manajemen pembelajaran merupakan bagian dari strategi
pembelajaran yaitu strategi pengelolaan pembelajaran.
Selain itu juga Manajemen pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha ke arah pencapaian
tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat sesuatu dikerjakan oleh orang-
orang lain berupa peningkatan minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa (orang yang
belajar), dengan memperluas cakupan aktivitas (tidak terlalu dibatasi), serta mengarah kepada
pengembangan gaya hidup di masa mendatang.[5]
. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hal menajemen pembelajaran sebagai berikut; jadwal
kegiatan guru-siswa; strategi pembelajaran; pengelolaan bahan praktik; pengelolaan alat bantu;
pembelajaran ber-tim; program remidi dan pengayaan; dan peningkatan kualitas pembelajaran.
Pengertian manajemen di atas hanya berkaitan dengan kegiatan yang terjadi selama proses interaksi
guru dengan siswa baik di luar kelas maupun di dalam kelas. Pengertian ini bisa dikatakan sebagai
konsep manajemen pembelajaran dalam pengertian sempit.Ada dasarnya manajemen pembelajaran
merupakan pengaturan semua kegiatan pembelajaran, baik dikategorikan berdasarkan kurikulum inti
maupun penunjang berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan sebelumnya, oleh Departemen
Agama atau Departemen Pendidikan Nasional..
2. Fungsi Manajemen Pembelajaran
Perencanaan adalah salah satu fungsi awal dari aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan secara
efektif dan efisien. Menurut Anderson (1989:47), perencanaan adalah pandangan masa depan dan
menciptakan kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan seseorang dimasa depan.
Yang dimaksud dengan perencanaan pembelajaran menurut Davis (1996) adalah pekerjaan yang
dilakukan oleh seorang guru untuk merumuskan tujuan mengajar.
Dalam kedudukannya sebagai seorang manajer, guru melakukan perencanaan pembelajaran yang
mencakup usaha untuk :
1. Menganilisis tugas.
2. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan atau belajar.
3. Menulis tujuan belajar.
3. Mengorganisisr Sumber Daya Pembelajaran
Lebih jauh menurut Davis, proses pengorganisasian dalam pembelajaran meliputi empat kegiatan,
yaitu :
1. Memilih alat taktik yang tepat.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembelajaran adalah suatu aktivitas belajar-mengajar. Didalamnya ada dua subjek yaitu guru dan
peserta didik. Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru adalah mengelola pembelajaran
dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif yang ditandai dengan adanya kesadaran dan
keterlibatan aktif diantara dua subjek pembelajaran yaitu guru sebagai penginisiatif awal dan
pengarah serta pembimbing, sedangkan peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif
untuk memperoleh perubahan diri dalam pengajaran.
Pengajaran merupakan aktivitas yang sistematis dan sistemik yang terdiri atas banyak komponen.
Masing-masing komponen pengajaran tidak bersifat terpisah atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi
harus berjalan teratur, saling bergantung, komplementer, dan kesinambungan. Untuk itu diperlukan
pengelolaan pembelajaran yang baik. Pengelolaan pembelajaran yang baik harus dikembangkan
berdasarkan pada prinsip-prinsip pengajaran. Ia harus mempertimbangkan segi dan strategi
pengajaran, dirancang secara sistematis, bersifat konseptual tetapi praktis relistik dan fleksibel, baik
yang menyangkut masalah interaksi pengajaran, pengelolaan kelas, pengajaran, maupun penilaian
pengajaran.
Pengertian pengelolaan pembelajaran adalah mengacu pada suatu upaya untuk mengatur aktivitas
pengajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengajaran untuk menyukseskan tujuan
pembelajaran agar tecapai secara lebih efektif, efisien, dan produktif yang diawali dengan penentuan
strategi dan perencanaan, dan diakhiri dengan penilaian.
Rumusan masalah:
1. Apa saja yang perlu dalam pengelolaan proses pembelajaran?
2. Apa saja yang ada dalam pengelolaan pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
G. Metode Mengajar
Mengajar secara efektif sangat tergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar yang
serasi dengan tujuan mengajar. Cara belajar-mengajar yang baik ialah mempergunakan kegiatan
murid-murid sendiri secara efektif dalam kelas, merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan
sedemikian rupa secara kontinu dan juga melalui kerja kelompok. Jenis-jenis metode mengajar
sebagai berikut:
a. Metode ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Metode ini
efektif untuk penyampaian informasi dan pengertian.
b. Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung
seperti guru bertanya siswa menjawab, atau sebaliknya. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana
materi pelajaran telah dikuasai oleh siswa.
c. Metode diskusi
Diskusi ialah suatu proses tukar menukar pendapat, informasi dan unsur-unsur pengalaman secara
teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang
sesuatu, atau mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.
d. Metode kerja kelompok
Kerja kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu
kesatuan tersendiri ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil.
e. Metode demonstrasi
Demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para siswa untuk
mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar.
f. Metode tugas belajar dan resitasi
Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas
dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya.
H. Strategi Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar aktif. Menurut
Hisyam Zaini dkk strategi pembelajaran aktif antara lain:
1. Critical Incident (Pengalaman Penting)
Stategi ini digunakan untuk memulai pelajaran. Tujuannya dari penggunaan strategi ini untuk
melibatkan siswa sejak awal dengan melihat pengalaman mereka. Strategi ini dapat digunakan
dengan maksimal pada mata pelajaran praktis.
2. Prediction Guide (Tebak Pelajaran)
Strategi ini digunakan untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran secara aktif dari awal
sampai akhir. Dengan strategi ini siswa diharapkan dapat terlibat dalam pelajaran dan tetap
mempunyai perhatian ketika guru menyampaikan materi.
3. Group Resume (Resume Kelompok)
Biasanya sebuah resume menggambarkan hasil yang telah dicapai oleh individu. Resume ini akan
menjadi menarik untuk dilakukan dalam kelompok dengan tujuan membantu siswa menjadi lebih
akrab atau melakukan team building (kerjasama kelompok) yang anggotanya sudah saling mengenal
sebelumnya. Kegiatan ini akan lebih efektif jika resume itu berkaitan dengan materi yang sedang
diajarkan.
4. Assessment search (Menilai Kelas)
Strategi ini dapat dilakukan dalam waktu yang cepat dan sekaligus melibatkan siswa untuk saling
mengenal dan bekerjasama.
5. Questions Students Have (Pertanyaan dari Siswa)
Teknik ini merupakan teknik yang mudah dilakukan yang dapat dipakai untuk mengetahui kebutuhan
dan harapan siswa. Teknik ini menggunakan elisitasi dalam memperoleh partisipasi siswa secara
tertulis.
6. Active Knowledge Sharing (Saling Tukar Pengetahuan)
Strategi ini dapat digunakan untuk melihat tingkat kemampuan siswa disamping untuk membentuk
kerjasama tim.
7. Listening Teams (Tim Pendengar)
Strategi ini membantu siswa untuk tetap konsentrasi dan terfokus dalam pelajaran yang
menggunakan metode ceramah.strategi ini bertujuan membentuk kelompok yang mempunyai tugas
atau tanggung jawab tertentu berkaitan dengan materi pelajaran.
8. Synergetic Teaching (Pengajaran Sinergis)
Strategi ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi hasil belajar dari materi yang
sama dengan cara yang berbeda dengan membandingkan catatan mereka.
9. Active Debate (Debat Aktif)
Debat bias menjadi satu metode berharga yang dapat mendorong pemikiran dan perenungan
terutama kalau siswa diharapkan dapat mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan
keyakinan mereka sendiri.
10. Jigsaw Learning (Belajar Model Jiqsaw)
Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika yang akan dipelajari dapat dibagi
menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan
strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada
orang lain.
11. Everyone Is A Teacher Here (Setiap orang Adalah Guru)
Strategi ini sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara individual. Strategi ini
memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk berperan sebagai guru bagi kawan-kawannya.
BAB III
PENUTUP
Simpulan:
1. Pengelolaan pembelajaran yang baik harus dikembangkan berdasarkan prinsip pembelajaran
menyangkut rencana, strategi, metode, dan lain-lain.
2. Usaha guru dalam mengelola kelas sesuai dengan kondisi yang diharapkan akan efektif apabila:
a. Diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat mendukung terciptanya kondisi yang
menguntungkan dalam proses belajar mengajar.
b. Dikenal masalah-masalah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan dapat merusak iklim belajar-
mengajar.
c. Menguasai berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk
masalah mana suatu pendekatan digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
W. James Popham, Eva L. Baker, Teknik Mengajar Secara Sistematis, Rineka Cipta, Jakarta,2003.
Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Pt remaja Rosdakarya, Bandung, 2002.
Subdjana Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 1987.
Sabri Ahmad, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, Quantum Teaching, Jakarta, 2005.
Rohani Ahmad, Pengelolaan Pembelajaran edisi revisi, Rineka Cipta, Jakarta, 2004.
Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, CV. Rajawali, Jakarta, 1991.
Sabtu, 21 Mei 2011
PENGELOLAAN KELAS YANG BAIK
http://nala-indra-dewa.blogspot.com/2011/05/pengelolaan-kelas-yang-baik.html
Sebelum kita membicarakan definisi pengelolaan kelas terlebih dahulu kita perlu
mengetahui apa sebenamya yang dimaksud dengan kelas.
1. Kelas dalam arti sempit yaitu ruangan yang dibatasi oleh empat dinding tempat sejumlah
siswa berkumpul untuk mengikuti proses pembelajaran. Kelas dalam pengertian tradisional
mengandung sifat statis, karena sekedar menunjuk pengelompokkan siswa menurut tingkat
perkembangannya yang antara lain di dasarkan pada batas umur kronologisnya masing-
masing.
2. Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari
masyarakat sekolah yang sebagai kesatuan diorganisir menjadi unit kerja secara dinamis
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar-mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu
tujuan.
Ditinjau dari sudut pandang didaktik terkandung suatu pengertian umum mengenai kelas
yakni kelas adalah sekelompok siswa pada waktu yang sama menerima pelajaran yang
sama dari guru yang sama.
Dengan batasan tersebut di atas, yang dimaksudkan kelas itu adalah sistem pengajaran
klasikal dalam pelaksanaan pengajaran secara tradisional.
Kelas merupakan bagian atau unit sekolah terkecil. Penggunaan istilah "Unit" mengandung
suatu pengertian bahwa kelas mempunyai ciri yang khusus dan spesifik, maksudnya setiap
kelas akan memiliki suasana yang berbeda atau kondisi yang berbeda satu sama lain.
Contoh: Salah satu SD mempunyai kelas paralel terdiri dari kelas A, B, (kelas 1 s.d. VI).
Masing-masing kelas keadaannya berbeda, misalnya kelas VA, VB, dan VC. Kelas VA
yang siswa-siswanya tidak ada gairah dan semangat belajar, kelas VB merupakan kelas
yang selalu gaduh dan membuat onar tetapi prestasinya rendah, sedangkan kelas VC
merupakan kelas yang menyenangkan, siswa-siswanya aktif dan kompak dalam belajar
sehingga prestasinya menonjol di antara kedua kelas tadi.
Dari uraian di atas, maka yang dimaksud dengan pengertian pengelolaan kelas adalah suatu
usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan pembelajaran dengan maksud agar
tercapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar sebagaimana yang
diharapkan. Atau pengelolaan kelas adalah suatu keterampilan untuk bertindak dari seorang
guru berdasarkan atas sifat-sifat kelas dengan tujuan menciptakan situasi pembelajaran ke
arah yang lebih baik.
Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa
yang diinginkan, mengulang atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, dengan
hubungan-hubungan inter personal dan iklim sosio emosional yang positif serta
mengembangkan dan mempermudah organisasi kelas yang efektif.
Tiga di antara lima definisi di atas yaitu: pandangan tentang pengubahan tingkah laku.
Iklim sosioemosional, dan proses kelompok, masing-masing berangkat dari dasar
pandangan yang berbeda tetapi memiliki unsur-unsur yang efektif apabila diterapkan untuk
pengelolaan kelas sehingga bermanfaat bagi guru untuk membentuk satu pandangan yang
bersifat "Prulalistik", yaitu pandangan yang merangkum ketiga dasar pandangan tersebut di
atas.
Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik ditingkat kelas maupun pada
tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Pengaruh organisasi
sekolah dipandang cukup menentukan dalam pengarahan perilaku siswa. Pengaturan atau
pengorganisasian kelas hendaknya sering diadakan perubahan. Hal ini untuk mencegah
kejenuhan bagi siswa-siswa selama mengikuti kegiatan belajar, selain itu juga hendaknya
disesuaikan dengan bahan pengajaran yang diberikan.
Adapun kasus-kasus yang dijumpai guru dalam pengelolaan kelas antara lain, seperti:
a) Tingkat penguasaan materi oleh siswa di dalam kelas.
Misalnya, materi yang diberikan kepada siswa terlalu tinggi atau sulit sehingga tidak bisa
diikuti oleh siswa, maka disini diperlukan penyesuaian agar siswa dapat mengikuti kegiatan
belajar dengan baik. Apabila tidak diadakan penyesuaian, siswa-siswa tidak akan serius dan
selalu menimbulkan kegaduhan.
b) Fasilitas yang diperlukan,
Misalnya, alat, media, bahan, tempat, biaya, dan lain-lain, akan memungkinkan siswa
belajar dengan baik
c) Kondisi siswa
Misalnya, siswa yang kelihatan sudah lesu dan tidak bergairah dalam menerima pelajaran,
hal ini dapat mempengaruhi situasi kelas.
d) Teknik mengajar guru
Misalnya, dalam memberikan pengajaran kurang menggairahkan suasana kelas dan
menjemukan.
Tujuan guru mengelola kelas adalah agar semua siswa yang ada di dalam kelas dapat
belajar dengan optimal dan mengatur sarana pembelajaran serta mengendalikan suasana
belajar yang menyenangkan untuk mencapai tujuan belajar.
b. Komponen Pengelolaan Kelas
Secara garis besar terdapat 2 komponen utama dalam pengelolaan kelas yaitu:
a. Keterampilan yang berhubungan dengan tindakan preventif berupa penciptaan dan
pemeliharaan kondisi belajar.
b. Keterampilan yang berkembang dengan tindakan kreatif berupa pengembalian kondisi
belajar yang optimal.
c. Prinsip pengelolaan kelas
Ada 5 prinsip yang perlu dipelajari dan dikuasai oleh guru dalam mengelola kelas. Prinsip-
prinsip ini tidak bisa digunakan satu persatu saja tetapi harus bervariasi artinya lebih dari
satu prinsip. Prinsip pengeloalaan kelas yaitu :
1. Membagi Perhatian
a) Guru harus dapat membagi perhatian baik secara verbal maupun visual terhadap kegiatan
belajar siswa yang berlangsung pada waktu yang sama.
b) Memusatkan perhatian kelompok, hal ini dapat dilakukan menyiagakan siswa, menuntut
keterlibatan siswa
c) Memberikan petunjuk yang jelas.
d) Memberikan penguatan, baik verbal maupun non verval.
e) Memberi teguran
a) Prinsip penggunaan
b) Kehangatan dan keantusiasan siswa
c) Memberi tantangan
d) Bervariasi
e) Keluwesan
f) Penekanan pada hal yang positif
g) Penanaman disiplin diri.
Hal-hal yang harus diperhatikanan guru dalam memilih prinsip-prinsip pengelolaan kelas
ini:
(1) situasi dan kondisi dimana pembelajaran tersebut berlangsung,
(2) pada siapa proses pembelajaran tersebut ditujukan
5. Ketrampilan Menjelaskan
Merupakan aspek yang sangat penting, menjelaskan dimaksudkan untuk menyajikan informasi
yang diorganisasikan secara sistematif, untuk menunjukkan suatu hubungan.
Tujuan : melalui menjelaskan yang efektif dapat mengembangkan nalar siswa
Yang perlu dihindari :
1. Guru mendominasi kegiatan kelas
2. Sebagian besar kegiatan guru memberikan informasi
3. Kadang-kadang sajian guru kurang jelas dan hanya jelas bagi guru
4. Tidak semua siswa dapat menggali dari buku atau sumber.
5. Kurangnya sumber yang tersedia untuk dapat dimanfaatkan oleh siswa
Prinsip penggunaan penjelasan
1. Suatu penjelasan ditekankan pada penalaran bukan pada indokrinasi (pemaksaan)
2. Latar belakang dan kemampuan siswa perlu diperhitungkan.
3. Karakteristik tujuan menentukan sifat pendekatan dan materi yang disajikan.
4. Penjelasan yang diberikan harus bermakna bagi siswa.
Komponen-komponen ketrampilan
1. Kejelasan sajian : kejelasan sajian, ucapan, pertanyaan-pertanyaan dan tujuan yang
ditunjukkan dapat meningkatkan efektifitas sajian
2. Penggunaan contoh dan ilustrasi : pemahaman konsep yang sulit dapat ditingkatkan dengan
memberikan ilustrasi yang tepat. Mengajukan contoh-contoh sebelum menarik generalisasi
serta menghubungkan ide-ide yang sama dengan kata-kata penghubung.
3. Pemberian tekanan : untuk memusatkan perhatian siswa kepada masalah pokok dan cara
pemecahannya perlu menguasai pemberian tekanan. Ketrampilan ini dapat berupa gaya
mengajar, struktur sajian yang berupa iktisar, frase atau dengan isyarat-isyarat.
4. Balikan : balikan perlu dikerjakan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi
yang baru diberikan. Balikan ini dapat dikerjakan , antara lain : dengan cara
mendemontrasikan siswa.
3. Karakteristik Pengelolaan Kelas :
• Menguasai materi ajar
Setiap kali guru masuk ke dalam kelas tentunya ada yang ingin disampaikan untuk itu setiap
guru harus mempersiapkan diri dengan materi apa yang akan disampaikan, bukan hanya tahu
apa yang hendak disampaikan tetapi harus paham betul apa yang hendak disampaikan itu.
Karena dimata murid2 seorang guru adalah mengetahui segala-galanya.
• Memahami prioritas
Biasanya materi yang akan disampaikan terlalu banyak ataupun beragam dan kadang kita tidak
tahu harus mulai dari mana. Untuk itu kita harus sangat memahami prioritas, mungkin materi
apa yang paling tepat untuk kondisi dan situasi saat ini.
• Menggunakan berbagai metoda pendekatan
• Memahami dan menggunakan latar belakang siswa yang berbeda
• Bisa merencanakan dengan jelas
• Bisa mengembangkan materi dengan menggunakan potensi lingkungan
• Bisa memberikan tugas dan evaluasi dengan alat ukur yang mengungkapkan potensi siswa
4. Fungsi dan pentingnya pengelolaan kelas
1. Masalah Individu/Perorangan :
• Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).
• Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan)
• Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam).
• Helplessness (peragaan ketidakmampuan).
Keempat masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau
perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat
merugikan orang lain atau kelompok.
Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassell (Noorhadi,1985:5), mengemukakan bahwa semua tingkah
taku individual merupakan upaya pencapaian tujuan pemenuhan kebutuhan untuk diterima
kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga diri. Akibat tidak terpenuhinya kebutuhan,
kemungkinan akan terjadi beberapa tindakan siswa yang dapat digolongkan menjadi:
1.Tingkah-Iaku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain (attention getting behavior),
misalnya membadut di dalam kelas (aktif), atau dengan berbuat serba lamban sehingga perlu
mendapat pertolongan ekstra (pasif).
2. Tingkah-Iaku yang ingin merujukan kekuatan (power seeking behaviours), misalnya selalu
mendebat atau kehilangan kendali emosional, seperti marah-marah, menangis atau selalu
"Iupa" pada aturan penting di kelas (pasif).
3. Tingkah-Iaku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behaviors), misalnya
menyakiti orang lain seperti mengata-ngatai, memukul, menggigit dan sebagainya (kelompok
ini nampaknya kebanyakan dalam bentuk aktif atau pasif).
4. Peragaan ketidakmampuan (displaying indequacy) yaitu dalam bentuk sama sekali menolak
untuk mencoba melakukan apapun karena yakin bahwa hanya kegagalanlah yang menjadi
bagiannya.
Keempat tindakan yang dilakukan individu tersebut di atas dapat diistilahkan menjadi:
- Pola aktif yang konstruktif
- Pola aktif yang distruktif
- Pola pasif yang konstruktif
- Pola pasif yang distruktif
2. Masalah Kelompok :
• Kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dsb.
• Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya.
• Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya.
• “Membombong” anggota kelas yang melanggar norma kelompok.
• Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.
• Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas
yang diberikan kurang fair. Kelas kurang mampu menyesuakan diri dengan keadaan baru.
Masalah ini merupakan yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas. Masalah kelompok
akan muncul apabila tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan kelompok, kelas frustasi atau
lemas dan akhirnya siswa menjadi anggota kelompok bersifat pasif, acuh, tidak puas dan
belajarnya terganggu. Apabila kebutuhan kelompok ini terpenuhi, anggotanya akan aktif, puas,
bergairah dan belajar dengan baik.
Lois V Johnson dan Mary A Bany mengemukakan ciri-ciri kelompok dalam kelas:
a. Kesatuan kelompok
Kesatuan kelompok memegang peranan penting dalam mempengaruhi anggota-anggotanya
bertingkah laku.
b. Interaksi dan komunikasi
Interaksi terjadi dalam komunikasi, kalau beberapa orang anggota mempunyai pendapat
tertentu, maka terjadilah komunikasi dalam kelompok dan diteruskan dengan interaksi
membahas, pendapat tersebut, yang sering disertai dengan emosi yang mempekuat interaksi.
c. Struktur kelompok
Struktur informal dalam kelompok dapat mempengaruhi struktur formal, bila selalu
ditempatkan pada posisi yang tinggi hal ini dapat merusak keakraban kelompok.
d. Tujuan-tujuan kelompok.
Apabila tujuan-tujuan kelompok ditentukan bersama oleh siswa dalam hubungan dengan
tujuan pendidikan maka anggota-anggota kelompok akan bekerja lebih produktif
menyelesaikan tugasnya. Dengan kata lain siswa akan bekerja dengan baik apabila hal itu
berhubungan dengan tujuan-tujuan mereka.
e. Kontrol
Hukum-hukum yang diciptakan bersama bagi siswa yang melanggar, mungkin dapat
memperkecil pelanggaran, akan tetapi beberapa soal tetap atau tidak tetap akan tidak dapat
belajar dengan baik, hal ini merupakan masalah baru.
f. Iklim Ke!ompok
Iklim Kelompok adalah hasil dari aspek-aspek yang saling berhubungan dalam kelompok.
Iklim kelompok ditentukan oleh tingkah keakraban kelompok, sebagai hasil dari aspek-aspek
tersebut di atas.
3. Masalah organisasi
Sekolah sebagai organisasi sosial dan sebagai sub sistem dari sistem sosial yang lebih luas
termasuk sistem persekolahan nasional. Pengaruh organisasi sekolah dipandang cukup
menentukan dalam pengarahan perilaku siswa. Dengan kata lain guru dan siswa dipengaruhi
oleh organisasi sekolah secara keseluruhan, termasuk cara pengelompokan, kurikulum,
rencana fisik, peraturan-peraturan, nilai sikap dan tindakan.
Kebijaksanaan dan peraturan sekolah memberi refleksi kepada sikap nilai, organisasi, tujuan
dan perilaku siswa dalam kelas. Dengan kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan
dikomunikasikan kepada seluruh siswa secara terbuka, maka akan menyebabkan tertanam
pada diri setiap siswa kebiasaan yang baik dan keteraturan tingkah laku.
Adapun kegiatan-kegiatan rutin yang sudah diatur tersebut antara lain berupa:
1. Penggantian pelajaran, hal rutin semacam ini hendaknya diatur secara tertib.
2. Guru yang berhalangan hadir oleh satu atau lain hal maka siswa harus sudah mengetahui
cara mengatasinya.
3. Masalah antara siswa, dapat dipecahkan bersama-sama dengan guru (wakil kelas/ketua
kelas/ketua OSIS).
4. Upacara bendera
5. Dan kegiatan lainnya yang harus diatur secara jelas tidak kaku dan harus fleksibel.
Ketepatan tindakan pengelolaan kelas, dapat dilakukan apabila cara kerja guru dalam
pengelola kelas didasari kerangka acuan pendekatan pengelolaan kelas. Selanjutnya, dalam
menetapkan pendekatan apa yang akan digunakan hendaknva mempertimbangkan manfaat
dan kesesuaian atau kecocokan pendekatan tersebut dengan hakekat masalah yang
ditanggulangi. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya memahami dan mempunyai berbagai
pendekatan pengelolaan kelas serta memahami kondisi psikologis para siswa yang
dihadapinya.
Hal lain yang perlu dimiliki seorang guru adalah sikap profesional dalam pengelolaan kelas.
Artinya bahwa walaupun guru sudah yakin atas pilihan pendekatan pengelolaan kelas yang
akan digunakannya, tetapi pada kenyataannya hal itu tidak memberikan hasil yang diharapkan,
maka ia hendaknya mampu mengadakan analisis ulang terhadap keadaan atau situasi yang ada
sehingga dapat menetapkan altematif pendekatan yang lainnya dan seterusnya. Hal tersebut
jelas membedakan sikap seorang profesional dengan seorang tukang atau "pekerja", dimana
seorang tukang menggantungkan diri pada resep-resep atau petunjuk-petunjuk sehingga ia
bingung apabila resep atau petunjuk atau teori/dalil yang digunakannya tidak memberikan
hasil yang diharapkan.
Berbagai pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan kelas, antara lain sebagai berikut :
1. Pendekatan dengan penerapan sejumlah "Iarangan dan anjuran" .
Pendekatan ini pada pelaksanaannya hampir sama dengan pendekatan otoriter dan pendekatan
permisif, karena dalam penerapannya akan muncul bentuk:
a. penghukuman atau pengancaman
b. penguasaan atau penekanan
c. pengalihan atau pemasabodohan
Ketiga bentuk tersebut akan memungkinkan muncul perilaku siswa yang tidak diharapkan
seperti tingkah laku negatif, kekerasan, pura-pura patuh, menurunnya semangat siswa atau
sikap mencari kambing hitam.
Coba Anda kaji contoh berikut ini, mana yang termasuk bentuk penghukuman, penekanan atau
pemasabodohan.
a. "Jika kamu tidak memperbaiki tingkah lakumu, maka saya akan memanggil orang tuamu".
b. "Jika kalian terus begitu, sekarang terserah kalian, apakah akan meneruskan tugas atau
bubar saja".
c. "Karena kalian begitu, maka setiap pelajaran dari saya, maka kau Amir, Hasan dan Agus
duduk di kantor dan menulis satu buku penuh, saya akan memperbaiki kelakuan saya".
Pendekatan ini dianggap kurang efektif karena pendekatan ini bagi guru bersikap reaktif.
Hanya terbatas pada masalah-masalah yang muncul secara insidental saat itu, kurang
mengarah pada pemecahan masalah yang bersifat jangka panjang (yang akan datang), bersikap
absolut (mutlak) dan tidak membuka peluang bagi pengambilan tindakan-tindakan yang lebih
luwes dan kreatif.
Semboyan dari pendekatan ini adalah "Jika terjadi masalah ini lakukanlah itu atau itu".
Apabila pendekatan ini dilakukan maka ada beberapa tindakan guru yang perlu diperhatikan al
:
o Jangan menegur siswa dihadapan kawan-kawannya
o Apabila memberikan peringatan pada siswa hendaknya tidak menggunakan suara tinggi
o Bersikap tegas dan adil terhadap semua siswa
o Jangan pilih kasih
o Sebelum menghukum siswa, terlebih dahulu buktikan bahwa siswa itu bersalah
o Patuhiah pada aturan-aturan yang sudah Anda terapkan.
Pendekatan ini bertolak dari psikologi Behavioristik. Yang menganggap bahwa semua tingkah
laku merupakan hasil belajar. Dan juga berdasarkan prinsip psikologi bahwa setiap individu
perlu diperhitungkan dalam proses pembelajaran. Prinsip psikologi tersebut adalah, meliputi:
1. Tindakan penguatan positif, yaitu memberikan stimulus positif, berupa ganjaran atau pujian
terhadap perilaku atau hasil yang memang diharapkan, misalnya berupa ungkapan seperti
"Nah seperti ini kalau mengerjakan tugas, tulisannya rapi mudah dibaca". Jenis-jenis
penguatan positif itu ada yang:
a. Penguatan primer (dasar) yaitu penguatan-penguatan yang tidak dipelajari dan selalu
diperlukan untuk berlangsungnya hidup, seperti, makanan, air,udara yang segar dan
sebagainya. Suasana seperti ini dapat membentuk perilaku siswa yang baik dan betah di dalam
kelas.
b. Penguatan sekunder bersyarat yang menjadi penguat sebagai hasil proses belajar atau
dipelajari, seperti diperhatikan, pujian (penguat sosial), nilai angka, rangking (penguatan
simbolik), kegiatan atau permainan yang disenangi siswa (penguatan bentuk kegiatan).
Yang perlu diperhatikan guru juga adalah bahwa makna suatu penguat bersifat "Unik" artinya
sangat tergantung pada si pemberi dan si penerima penguat tersebut. Apa yang oleh seorang
siswa dianggap sebagai penguat, bagi siswa lain belum tentu diterima demikian. Dalam hal ini,
pemahaman guru terhadap kondisi psikologis siswa akan sangat membantu.
Ada tiga cara yang dikenal dalam upaya pemilihan dan penerapan tindakan penguat, yaitu:
o Memperhatikan gelagat/tanda-tanda atau petunjuk khusus dengan cara mengamati hal-hal
apa yang ingin dilakukan oleh siswa.
o Memperhatikan petunjuk-petunjuk tambahan dengan mengamati apa yang terjadi setelah
siswa menampilkan perilaku tertentu. Dalam hal ini guru mencoba menetapkan tindakan dan
perilaku apa yang dilakukan guru dan teman-teman siswa itu yang tampaknya menguatkan
perilaku siswa yang bersangkutan.
o Memperoleh petunjuk-petunjuk tambahan dengan cara langsung bertanya kepada siswa yang
bersangkutan apa yang ingin dimilikinya, dan untuk apa untuk siapa biasanya siswa itu
melakukan sesuatu yang berarti.
2. Tindakan penghukuman, yaitu suatu penampilan perangsang yang tidak diinginkan atau
tidak disukai, dengan harapan menurunkan frekuensi pemunculan tingkah laku yang tidak
dikehendaki. Tindakan hukuman dalam pergelolaan kelas masih bersifat kontroversial
(dipertentangkan). Sebagian menganggap bahwa hukuman merupakan alat yang efektif untuk
dengan segera menghentikan tingkah laku yang tidak dikehendaki, sekaligus merupakan
contoh "yang tidak dikehendaki" bagi siswa lain. Sebagian lain melihat bahwa akibat
sampingan dari hubungan pribadi antara guru (yang menghukum) dan siswa (terhukum)
menjadi terganggu, atau siswa yang dihukum menjadi "Pahlawan" di mats teman-temannya.
3. Tindakan penghilangan, yaitu tidak memberikan ganjaran yang diharapkan seperti yang lalu
(menahan pemberian penguatan positif), atau pembatalan pemberian ganjaran yang
sebenarnya diharapkan siswa. Contoh: Didi yang waktu sebelumnva mendapat pujian alas
hasil pekerjaannya baik dan rapi yang diserahkan kepada Pak Umar, pada waktu penyerahan
pekerjaan berikutnya dengan hasil yang sama, Pak Umar menerima dan memeriksa tanpa
memberi pujian.
4. Tindakan penguatan negatif, yaitu meniadakan perangsang yang tidak menyenangkan atau
tidak disukai. Atau dengan kala lain menghilangkan hukuman. Contoh : Wawan yang waktu
sebelumnya dimarahi Pak guru karena pekerjaannya tidak benar dan tidak rapi, pada
pengumpulan tugas berikutnya Pak guru tidak memarahinya lagi.
Menunjukan persetujuan atas tingkah laku yang baik merupakan kunci pengelolaan kelas yang
efektif. Untuk lebih jelasnya, coba Anda perhatikan diagram prinsip penguatan tingkah laku :
3. Pendekatan Iklim Sosioemosional (Sosio-Emotional Climate)
Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa:
1. Proses pembelajaran yang efektif mempersyaratkan adanya iklim sosioemosional yang baik
artinya suasana hubungan interpesonal yang baik antara guru dan siswa serta antara siswa
dengan siswa
2. Guru menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya iklim sosioemosional yang baik itu.
Oleh karena itu, pendekatan ini berkeyakinan bahwa suasana atau iklim kelas yang baik
berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar. Hubungan guru dengan siswa yang penuh
simpati dan saling menerima merupakan kunci pelaksanaan dari pendekatan ini. Dengan
demikian, pendekatan ini menekankan pentingnya tingkah laku atau tindakan guru yang
menyebabkan siswa memandang guru itu benar-benar terlibat dalam pembinaan siswa dan
memperhatikan apa yang dialami siswa balk suka maupun duka. Implikasi dari pendekatan ini
adalah bahwa siswa bukan semata-mata sebagai individu yang sedang mempelajari pelajaran
tertentu, tetapi dipandang sebagai keseluruhan pribadi yang sedang berkembang. Upaya-upaya
yang dapat dilakukan guru dalam penerapkan pendekatan ini antara lain:
a. Membantu setiap anak untuk menyadari dan menerima dirinya masing-masing (Ke "diri"
annya).
b. Menyiapkan masing-masing anak untuk memberi kontribusi (sumbangan) kepada
bermacam-macam antivitas di kelas.
c. Menyadari siswa untuk menerima dan mengerti perbedaan-perbedaan individual (masing-
masing siswa)
d. Membuat rencana kerja sehingga kemampuannya masing-masing anak dalam kelas
bermanfaat.
Susunan yang tercipta, hubungan interpersonal dan iklim sosioemosonal dapat dilihat diagram
berikut ini:
DIAGRAM HUBUNGAN INTERPERSONAL
Tiga jenis sikap guru sebagaimana tercantum pada diagram merupakan dasar yang dapat
menumbuhkembangkan hubungan interpersonal antara guru dengan guru, guru dengan siswa,
dan siswa dengan siswa. Sikap-sikap tersebut dapat dijabarkan menjadi tindakan-tindakan
guru, sebagai berikut:
1. Guru berusaha menyusun program kelas dan pelaksanaannya yang didasari oleh hubungan
manusiawi yang diwarnai oleh sikap saling menghargai dan saling menghormati antar
personal di kelas.
2. Setiap siswa diberi kesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan kelas sesuai dengan
kemampuan masing-masing, sehingga timbul suasana sosial dan emosional yang
menyenangkan pada setiap siswa dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-
masing.
3. Bersikap terbuka untuk bersedia mendengar pendapat, saran, gagasan dan lain-lain dari
siswa sehingga pengelolaan kelas berlangsung dinamis.
4. Menjalin hubungan yang harmonis dan manusiawi yang penuh saling pengertian, saling
menghormati dan saling menghargai antara sesama guru.
1. Pengalaman belajar di sekolah berlangsung dalam suasana kelompok, yaitu kelompok kelas.
2. Tugas guru yang terutama dalam pengelolaan kelas adalah membina dan memelihara
kelompok yang efektif dan produktif.
Berdasarkan asumsi tersebut, maka susunan atau pengelolaan kelas dengan pendekatan ini
memiliki ciri sistem sosial sebagaimana dijumpai di luar sekolah, tentu saja dengan aktivitas
mengarah pada perilaku atau tujuan yang dikehendaki. Lois V. Johnson dan Mary A. Bany
(1970) dalam (Noorhadi 1985:27) mengemukakan bahwa kelompok sosial mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut.
a. multi personal dengan tingkat keakraban tertentu;
b. suatu sistem interaksi;
c. suatu organisasi atau struktur;
d. suatu motif tertentu atau mempunyai tujuan bersama;
e. suatu kekuatan atau standar tingkah laku tertentu; dan
f. mempunyai pola tingkah laku yang dapat diobservasi yang merupakan kepribadian suatu
kelompok.
Johnson dan Bany (1970) dalam (Noorhadi, 1985:28) mengemukakan hal-hal yang berkaitan
dengan proses kelompok.
a. Keakraban, yaitu sifat saling tertarik atau saling membutuhkan antara sesama
siswa/anggota sehingga mereka menjadi suatu ikatan.
b. Solidaritas, yaitu kesatuan dan persetujuan yang komplit dalam segi-segi tujuan, pendapat,
minat, dan perasaan kelompok yang memiliki solidaritas mampu mencegah timbulnya
ancaman dari luar yang dapat memecah belah kelompoknya.
c. Loyalitas, yaitu keinginan para anggotanya terhadap kelompok itu sendiri. Nampak dalam
bentuk-bentuk norma atau nilai sosial yang diidentifikasi oleh kelompok. Norma dan nilai
sosial ini diwujudkan bila anggotanya mendapat suatu ancaman dan bencana dan berusaha
untuk mempertahankan dirinya.
d. Moral yang dianut untuk menciptakan keakraban tidak hanya perasaan bersatu tetapi
merupakan kualitas yang tersembunyi yang membuat kelompok gigih mempertahankan diri
dalam menghadapi kesulitan.
e. Kepuasaan, yaitu kondisi yang memberi pengaruh kepada anggota-anggotanya
menyebabkan mereka bekerja secara harmonis bersama-sama terutama dalam menghadapi
kesulitan.
f. Iklim, yaitu kondisi yang dirasakan dalam kelompok, iklim ini berkaitan dengan kondisi
tegang, sepi, tenang, balk. hangat, persahabatan, dan sebagainya.
Dari pendapat Johnson & Bany di atas dapat disimpulkan bahwa kesatuan kelompok yaitu:
a. keakraban kelompok, bergantung kepada tingkat saling menerima dan menyenangi antara
anggota dalam kelompok, dan
b. kesatuan bersumber dart rasa memiliki. Karena itu guru harus berupaya agar anggota/siswa
diterima dan disukai oleh teman-temannya dalam kelas.
c. kesatuan dan kerjasama kelompok dipengaruhi oleh adanya kepuasan kebutuhan yang
dimanifestasikan dalam bentuk pengakuan kelompok dan antar hubungan siswa yang
harmonis.
Schmuck dalam (Noorhadi, 1985 : 28) mengemukakan enam unsur yang berkenaan dengan
pengelolaan kelas melalui pendekatan proses kelompok, yaitu:
a. Harapan, adalah prestasi yang ada pada guru dan siswa berkenaan dengan hubungan
mereka. Harapan merupakan ramalan tentang apa yang diperbuat oleh diri sendiri dan orang
lain dalam sating berhubungan itu. Dengan demikian harapan yang menyangkut bagaimana
anggota-anggota kelompok akan berperilaku akan amat berpengaruh terhadap bagaimana guru
dan siswa akan berperilaku dalam saling berhubungan. Satu kelompok kelas yang efektif akan
terjadi apabila harapan yang berkembang pada diri guru dan siswa adalah tepat, realistik, dan
jelas dimengerti oleh guru dan siswa. Perilaku guru menampakkan harapan-harapan yang
berkenaan dengan perilaku siswa, dan dengan demikian siswa akan berperilaku sesuai dengan
harapan guru itu.
b. Kepemimpinan dalam hal ini diartikan sebagai perilaku yang mendorong kelompok
bergerak ke arah pencapaian tujuan. Dengan demikian perilaku kepemimpinan tidak dapat
dipisahkan dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh anggota dalam:
• membantu menumbuhkan norma kelompok;
• menggerakan kelompok mendekati pencapaian tujuan;
• meningkatkan mutu interaksi antar anggota ketompok; dan
• mengembangkan kerataan hubungan dalam kelompok.
Guru yang efektif adalah guru yang mampu menciptakan iklim dimana siswa mewujudkan
fungsi-fungsi kepemimpinan sehingga semua anggota kelompok merasakan bahwa mereka
memliki kekuatan dan harga diri untuk melaksanakan tugas-tugas akademik dan tugastugas
lain yang dibebankan kepada mereka.
c. Kemenarikkan, adalah berkaitan dengan pola keakraban yang terdapat dalam kelompok
kelas. Kemenarikkan juga dapat diartikan sebagai tingkat hubungan persahabatan di antara
anggota kelompok kelas. Tingkat kemenarikkan ini tergantung kepada sampai sejauh
hubungan interpersonal yang positif di antara anggota kelompok kelas, misalnya bagaimana
guru berusaha untuk meningkatkan sikap menerima dari pacta anggota kelas terhadap
kehadiran siswa/anggota baru yang selama ini mereka menolak.
d. Norma merupakan suatu pedoman tentang cara berpikir, cara berperilaku, dan rasa yang
diakui bersama oleh anggota kelompok. Hubungan interpersonal sangat dipengaruhi oleh
norma ini, sebab norma memberikan pedoman tentang apa yang dapat diharapkan dari orang
lain dan yang harus dilakukan terhadap orang lain. Kelompok kelas yang efektif ditandai
norma yang produktif. Dalam hal ini tugas guru adalah membantu kelompok untuk
mengembangkan, menerima dan mempertahankan normanorma kelompok yang produktif.
Metode disukai kelompok yang produktif dapat mengubah norma-norma yang tidak produktif.
e. Komunikasi, merupakan dialog antar anggota kelompok baik melalui komunikasi verbal
maupun non verbal. Komunikasi memungkinkan terciptanya interaksi yang bermakna di
antara anggota kelompok dan memungkinkan terciptanya proses kelompok. Komunikasi yang
efektif ditandai dengan penafsiran secara benar dan tepat proses yang disampaikan, dengan
demikian tugas guru adalah mempunyai arah ganda, artinya guru bertugas membuka seluruh
komunikasi yang memungkinkan siswa secara bebas mengemukakan pikiran dan perasaannya,
di samping itu juga menarik pikiran dan perasaan yang mereka komunikasikan kepada guru.
Sebagai tambahan, guru perlu juga membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan
khusus berkomunikasi, seperti membuat paraphase dan mengemukakan balikan.
f. Keeratan berkaitan dengan rasa kebersamaan yang dipunyai kelompok kelas, atau
merupakan jumlah keseluruhan dari rasa yang dipunyai oleh semua anggota kelompok
terhadap kelompok itu. Keeratan ini menekankan hubungan individu terhadap kelompok
secara keseluruhan, bukan terhadap individu-individu lain di dalam kelompok, keeratan
dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini:
-besar kecilnya minat terhadap tugas-tugas kelompok;
-sejauh mana sikap saling menyukai terhadap sesama anggotanya; dan
-sejauh mana kelompok memberikan prestasi tertentu kepada anggotanya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas dengan pendekatan
proses kelompok adalah sebagai berikut :
a. Guru hendaknya mampu membentuk dan memelihara kelompok kelas maupun kelompok
keciI , yang efektif dan produktif.
b. Kelompok efektif dan produktif dapat terjadi apabila dalam kelompok tersebut memiliki
harapan, kepemimpinan, keterkaitan, suasana iklim, baik fisik (tempat, udara dan sebagainya)
maupun non fisik (solidaritas, loyalitas, kepuasan, keakraban), norma aturan dan komunikasi.
c. Guru tanggap dan mampu merubah kelompok yang tidak efektif dan tidak produktif.
Pendekatan ini menekankan pada potensialitas, kreativitas dan inisiatif guru dalarn memilih
berbagai pendekatan dalam satu situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan elektis
memungkinkan digunakannya dua atau lebih pendekatan dalam satu situasi pembelajaran.
Penggunaan pendekatan ini menuntut pula kemampuan guru untuk berimprovisasi dalam
menghadapi masalah yang dihadapi siswa. Guru tidak hanya terpaku pada penerapan salah
satu pendekatan dalam perbaikan tingkah laku siswa, tetapi dalam melaksanakan tugasnya
hendaknya mampu menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut secara bersamaan dua atau
tiga pendekatan.
Pengelolaan kelas merupakan suatu tindakan yang menunjukan kepada kegiatan-kegiatan yang
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar-
mengajar. Tindakan optimal yang dilakukan guru dalam melakukan kegiatan pengelolaan
kelas bukanlah tindakan yang imaginatif semata-mata akan tetapi memerlukan kegiatan yang
sistematik berdasarkan langkah-Iangkah bagaimana seharusnya kegiatan itu dilakukan. Jadi
prosedur pengelolaan kelas merupakan langkah-Iangkah bagaimana kegiatan pengelolaan
kelas dilakukan untuk terciptanya kondisi belajar yang optimal serta rnempetahankan kondisi
tersebut agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efesien.
Langkah kegiatan pengelolaan kelas mengacu kepada tindakan pencegahan (preventif) dengan
tujuan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang menguntungkan, dan tindakan
korektif yang merupakan tindakan koreksi terhadap tingkah laku menyimpang yang dapat
mengganggu kondisi optimal dari proses belajar mengajar yang sedang berlangsung melalui
pengambilan tindakan pada saat terjadinya gangguan terhadap kondisi optimal balajar
mengajar (dimensi tindakan), dan pengambilan tindakan terhadap tingkah laku yang
menyimpang yang telah terlanjur agar penyimpangan tersebut tidak menjadi berlarut-Iarut
(tindakan kuratif).
Atas dasar tindakan dalam kegiatan pengelolaan kelas dapat dikelompokkan dalam dua
tindakan, yaitu:
Dimensi pencegahan (preventif) , merupakan tindakan dalam mengatur siswa dan peralatan
serta format belajar mengajar yang tepat sehingga menimbulkan kondisi yang menguntungkan
bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar. Prosedurnya dalam hal ini berupa langkah-
Iangkah yang harus direncanakan guru untuk menciptakan suatu struktur kondisi yang
fleksibel baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Prosedur tindakan pencegahan ini
diarahkan pada pelayanan perkembangan tuntutan dan kebutuhan siswa baik secara individual
maupun kelompok-kelompok dapat berupa kegiatan contoh-contoh ataupun berupa informasi.
Dimensi kuratif, merupakan tindakan tingkah laku yang menyimpang yang sudah terlanjur
terjadi agar penyimpangan itu tidak berlarut-Iarut. Dalam hal ini guru berusaha untuk
menimbulkan kesadaran akan penyimpangan yang dibuat akhirnya akan menimbulkan
kesadaran dan tanggung jawab untuk memperbaiki diri sendiri melalui kegiatan-kegiatan yang
direncanakan dan dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan dua tindakan dalam kegiatan
pengelolaan kelas, maka prosedur pengelolaan kelas yang dapat dilakukan berkaitan dengan
kedua tindakan tersebut, yaitu prosedur dimensi pencegahan/preventif dan prosedur dimensi
kuratif.
Langkah-Iangkah yang harus ditempuh dalam pengelolaan pencegahan adalah sebagai berikut:
Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru akan tampak dalam sikap guru yang demokratis
tidak otoriter, menunjukan kepribadian yang stabil, harmonis serta berwibawa. Sikap demikian
pada akhirnya akan menumbuhkan atau menghasilkan reaksi serta respon yang positif dari
siswa.
Untuk menanggulangi atau mencegah munculnya sikap negatif tersebut guru harus berupaya
meningkatkan kesadaran siswa melalui tindakan sebagai berikut:
a. Memberitahukan kepada siswa tentang hak dan kewajiban siswa sebagai anggota kelas.
b. Memperhatikan kebutuhan dan keinginan siswa.
c. Menciptakan suasana adanya saling pengertian yang baik antara guru dan siswa.
b. Mengenal berbagai pendekatan dan pengelolaan kelas dan menggunakan sesuai dengan
situasi atau menggantinya dengan pendekatan lain yang telah dipilihnya apabila pilihan
pertama mengalami kegagalan.
c. Mempelajari pengalaman guru-guru lainnya baik yang gagal atau berhasil sehingga dirinya
mempunyai alternatif yang bervariasi dalam berbagai problem pengelolaan.
Kebiasaan yang terjadi dewasa ini aturan-aturan sebagai "standar tingkah laku" berasal dari
atas, siswa hanya menerima apa adanya dan tidak punya pilihan lain. Kondisi demikian akan
memungkinkan timbulnya persoalan-persoalan dalam pengelolaan kelas karena siswa tidak
merasa membuat serta memiliki peraturan sekolah yang ada. Kelima langkah tersebut
digambarkan pada diagram sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi masalah;
Pada langkah pertama ini guru melakukan kegiatan untuk mengenal atau mengetahui masalah-
masalah yang timbul dalam kelas. Dari masalah-masalah tersebut guru harus dapat
mengidentifikasi jenis-jenis penyimpangan sekaligus mengetahui siswa yang melakukan
penyimpangan tersebut.
b. Menganalisa masalah;
Pada langkah kedua ini, kegiatan guru adalah berusaha untuk menganalisa penyimpangan
tersebut dan menyimpulkan latar belakang dan sumber dari pada penyimpangan itu. Setelah
diketahui sumber penyimpangan guru kemudian melanjutkan usahanya untuk menentukan
alternatif-alternati penanggulangan atau penyembuhan penyimpangan tersebut.
e. Mendapatkan balikan dari hasil pelaksanaan alternatif pemecahan masalah yang dimaksud.
Langkah ini didahului dengan langkah monitoring yaitu kegiatan untuk mendapatkan data
yang merupakan balikan untuk menilai apakah pelaksanaan dari alternatif pemecahan yang
dipilih telah mencapai sasaran sesuai dengan yang direncanakan atau bahkan terjadi
perkembangan baru yang lebih baik, semua ini merupakan dasar untuk melakukan perbaikan
program. Apabila langkah prosedur pengelolaan penyembuhan kuratif ini digambarkan dalam
bentuk diagram, maka akan terlihat sebagai berikut:
Penyusunan rancangan prosedur ini, berarti guru menentukan serangkaian kegiatan tentang
langkah-Iangkah pengelolaan kelas yang disusun secara sistematis berdasarkan pemikiran
yang rasional guna menciptakan kondisi lingkungan yang memberi kemudahan bagi siswa
untuk melakukan kegiatan belajar.
Pengelolaan kelas merupakan langkah kegiatan yang dapat berdimensi preventif dan kuratif
sehingga perencanaan prosedur pengelolaan kelas ke arah dimensi preventif dan dimensi
kuratif yang kesemuanya bermuara atau menuju pada tujuan yang diharapkan, yaitu
terciptanya kondisi serta mempertahankan kondisi optimal yang mendukung terlaksananya
proses belajar mengajar. Untuk jelasnya rancangan prosedur pengelolaan kelas ini dapat
divisualisasikan melalui bagan berikut.
Kelima faktor di atas merupakan hal-hal yang patut dipertimbangkan dalam penyusunan
rancangan prosedur pengelolaan kelas. Atas dasar faktor-faktor yang dikemukakan di atas
dapat divisualisasikan melalui diagram berikut.
Setelah rancangan prosedur pengelolaan kelas selesai dirumuskan, maka hal yang penting
berikutnya adalah proses pelaksanaan rancangan tersebut. Dalam pelaksanaan proses ini
faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan dan keterampilan dalam melaksanakan rancangan.
2. Sikap, tingkah laku dan kepribadian guru.
3. Kemampuan berinteraksi dengan siswa.
Jadi selama rancangan ini dilaksanakan, fungsi dan peranan guru sangat menentukan. Di
samping itu, guru harus melaksanakan monitoring untuk mengetahui sejauh mana hasil
pemecahan masalah itu dilaksanakan dan ditaati ataukah telah terjadi perkembangan baru.
Hasil monitoring ini dijadikan dasar untuk mendapatkan umpan balik, yaitu untuk menentukan
langkah-Iangkah selanjutnya.
b) Kelas adalah tempat anak menghabiskan sebagian besar kegiatan, ahli pendidikan seperti
John Dewey merumuskan agar ruangan kelas itu sedapat mungkin seluas rumah, sehingga
siswa dapat berkembang semaksimal mungkin.
c) Kelas sedapat mungkin harus merupakan suatu tempat yang indah dan menyenangkan.
Dinding kelas harus dibuat hidup dengan proses kerja yang dilakukan oleh siswa, dan dengan
koleksi benda-benda yang menarik dari daerah sekitarnya. Guru harus selalu ingat bahwa
setiap benda yang ada dalam kelas itu menyampaikan pesan dan dapat menjadi butir fokal
kegiatan belajar.
d) Guru membagi dan membuat tanggung jawab latar belakang fisik itu menjadi milik siswa
yang ada di kelas tersebut, dan tidak hanya milik guru. Siswa harus aktif dalam membuat
keputusan mengenai tata pameran, dekorasi dan sebagainya.
e) Banyak hal yang harus dipertimbangkan bila mengorganisasi lingkungan fisik kelas.
Penataan dan dekorasi harus terlihat oleh semua siswa, dan juga harus sering diubah. Setiap
gambar dan dekorasi harus mempunyai maksud tujuan tertentu. Oleh karena itu gambar dan
dekorasi harus diganti apabila tujuan telah tercapai. Lingkungan fisik kelas harus
menyampaikan pesan kepada siswa yang ada di dalam kelas dan harus menyajikan fenomena
yang dinamis.
f) Lingkungan fisik kelas harus mengandung unsur kesehatan. Sebagai tambahan pada semua
hal tersebut di atas, peredaran udara dan cahaya yang memadai sangat diperlukan. Bila sinar
matahari masuk terlalu tajam pada papan tulis atau wajah siswa, atau bila ada tetesan air pada
musim hujan guru harus berusaha sedapat mungkin supaya semuanya itu tidak mengganggu.
Guru harus menyadari adanya hubungan yang erat antara lingkungan fisik kelas, iklim
emosional kelas dan moral seluruh siswa.
Tipe pengaturan tempat duduk seperti ini tampaknya sangat baik untuk pengajaran formal.
Semua siswa duduk dalam deretan lurus dengan siswa yang tertinggi duduk di belakang dan
yang terpendek di depan. Papan tulis terletak di muka semua siswa dan guru mengambil posisi
tidak jauh dari papan tulis. Dengan demikian papan tersebut mudah dicapai guru dan dapat
dilihat oleh semua siswa. Jenis pengaturan tempat duduk seperti ini juga memudahkan
bergerak antara deretan dan pengumpulan serta pembagian buku dan bahan lain.
Bila digambarkan maka tipe pengaturan tempat duduk tradisional seperti tersebut di atas
seperti yang dikemukakan Noorhadi 1985:45 adalah sebagai berikut:
Tipe atau pola pengaturan tempat duduk yang kedua adalah: Pola pengaturan tempat duduk
yang berkelompok. Pola ini mengatur tempat duduk secara berkelompok. Siswa dapat
berkomunikasi dengan mudah satu sama lain dan dapat berpindah dari satu kelompok ke
kelompok lainnya secara tak terbatas. Pola ini lebih mudah bagi siswa untuk bekerja sama dan
menolong satu sama lain sebagai teman sebaya.
Kepemimpinan dan kerja sama merupakan dua unsur yang penting dari hubungan kelas,
sebagai akibat dari pola tempat duduk ini. Bila anak perlu mengerjakan tugas kelompok atau
memecahkan masalah secara bersama-sama, guru diserahkan memakai pola susunan tempat
duduk berkelompok. Tempat duduk dengan pola berkelompok ini adalah sebagai berikut:
Pada pola ini guru sebaiknya membatasi besarnya tiap kelompok agar tidak lebih dari enam
anak. Pembatasan ini dapat mencegah adanya siswa yang bersembunyi di belakang teman-
teman lainnya dan tidak berpartisipasi penuh dalam kegiatan kelompok. Kadang-kadang guru
harus memutuskan sendiri susunan kelompok siapa-siapa yang menjadi anggotanya tetapi
pada saat lain siswa juga perlu diberi kesempatan memutuskan sendiri menjadi anggota
kelompok yang sesuai dengan pilihannya.
Setiap kelompok harus ada pemimpinnya, namun sebaiknya kepemimpinan dilakukan secara
bergilir, sehingga setiap siswa sekurang-kurangnya memperoleh kesempatan untuk
memimpin.
Dalam situasi ini, otoritas guru berperan dalam posisi terdesentralisasi. Dia hanya memberi
bimbingan kepada siswa. Pola pengaturan tempat duduk yang ketiga adalah pola pengaturan
tempat duduk formasi tapal kuda. Pada pola ini; posisi guru berada di tengah-tengah siswanya.
Pola semacam ini dapat dipakai jika pelajaran banyak diterapkan diskusi antara siswa dengan
guru seperti ini menggaris bawahi otoritas guru dan sekaligus juga memisahkan guru dari
kelompok. Namun kelompok tetap dalam pengawasan guru bagaikan sinar yang memancar ke
setiap anggota kelompok yang duduk dalam formasi ini.
Hal ini juga memudahkan waktu pengaturan berkonsultasi dan berkomunikasi. Demikian pula
banyak membuang waktu jika pengaturan seperti ini diubah menjadi pola berkelompok. Atau
formasi kelompok kecil. Begitu juga sebaliknya, lebih-Iebih bila kelompok itu harus
berkumpul untuk menyajikan laporan kelompoknya.
Pola pengaturan keempat adalah pola pengaturan tempat duduk meja bundar dan persegi.
Pengaturan semacam ini juga baik untuk mangajar yang disajikan dengan diskusi. Bentuk
formasinya bisa bulat atau bisa persegi. Berbeda dengan pola tapal kuda, otoritas guru sama
sekali tidak terpusat dan kepemimpinan formal tidak berperan sama sekali. Hakikatnya, dalam
pengaturan seperti ini biasanya tidak ada pemimpin kelompok. Bila ada yang harus direkam
atau didengarkan maka bentuk ini adalah yang paling baik. Seandainya ada satu obyek yang
harus diragakan atau dalam pengajaran olahraga, seni tari pada saat guru memberi contoh
gerakan-gerakan yang diajarkan, maka guru berada di tengah-tengah, sehingga mudah dilihat
dan diberi komentar oleh samua siswa. Selama kegiatan kelas tertentu, baik sekali untuk tidak
membatasi siswa dengan tipe pengaturan tempat duduk yang khusus. Siswa diperbolehkan
dengan siswa siapa saja yang ia pilih dimanapun untuk belajar dengan baik. Di sini perlu
ditekankan bahwa guru harus dapat melihat apa yang terjadi diberbagai lokasi tempat duduk
berada. Pola pengaturan tempat duduk meja bundar dan persegi dapat digambarkan seperti
berikut ini.
Gambar. 4 Pola Pengaturan Tempat Duduk Meja Bundar dan Persegi.
F. PENGELOLAAN DISIPLIN KELAS
Perkataan disiplin berasal dari bahasa Yunani "Disciplus" yang artinya murid atau pengikut
seorang guru. Seorang murid atau pengikut harus tunduk kepada peraturan, kepada otoritas
gururya. Karena itu disiplin berarti kesediaan untuk mematuhi ketertiban agar murid dapat
belajar. Adapun menurut kamus umum Bahasa Indonesia, W.J.S Poerwadarminta, istilah
disiplin mengandung pengertian sebagai berikut:
- Latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati lata
tertib di sekolah.
- Ketaatan pada aturan dan lata tertib.
Disiplin adalah rasa tanggung jawab dari pihak murid berdasarkan kematangan rasa sosial
untuk mematuhi segala aturan dan tata tertib di sekolah sehingga dapat belajar dengan baik.
Dan juga disiplin bukan hanya suatu aspek tingkah laku siswa di dalam kelas/sekolah saja,
melainkan juga di dalam kehidupannya di masyarakat sehari-hari.
Dengan demikian anak yang tidak mengenal disiplin akan cenderung menjadi anak
nakal/pembangkang, oleh karena itu pembentukan disiplin adalah sejalan dengan pendidikan
watak. Dengan disiplin dimaksudkan sebagai upaya untuk mengatur atau mengontrol perilaku
anak untuk mencapai tujuan pendidikan karena ada perilaku yang harus dicegah atau dilarang
dan sebaliknya harus dilakukan. Pembentukan disiplin pada saat sekarang bukan sekedar
menjadikan anak agar patuh dan taat pada aturan tata tertib tanpa alasan mau menerima begitu
saja, melainkan sebagai upaya mendisiplinkan diri sendiri (self discipline/self control) artinya
ia berperilaku baik, patuh dan taat pada aturan bukan karena paksaan dari orang lain atau guru
melainkan karena kesadaran dari dirinya. Disiplin bukanlah kepatuhan lahiriah, bukanlah
paksaan, bukanlah ketaatan kepada otoritas gurunya untuk menuruti aturan. Disiplin adalah
suatu sikap batin bukan kepatuhan otomatis untuk melaksanakan yang baik. Seperti di atas
bahwa disiplin merupakan rasa tanggung jawab siswa berdasarkan kematangan sosial untuk
mentaati aturan/tata tertib. Dahulu memang dianggap disiplin dalam kelas itu baik, bila siswa
diam berjam-jam lamanya di bawah pengawasan guru yang bersikap keras. Sekarang ini tidak
lagi diinginkan disiplin demikian, karena siswa pun bertanggung jawab untuk menciptakan
suasana kelas yang baik. Suasana kelas yang baik, tidak tegang, ada kebebasan tetapi ada pula
kerelaan mematuhi peraturan dan tata tertib sekolah.
a) Pemberian Bimbingan
Guru hendaknya memberikan kesempatan bagi siswa untuk berbuat dan menumbuhkan
gagasan baru/ide-ide baru secara wajar sesuai tingkat kelasnya. Dalam hubungan ini siswa
perlu diberi bimbingan dan penyuluhan untuk memahami dan mengenali diri sendiri. Untuk
itu diperlukan pendekatan dengan siswa dalam situasi yang wajar sehingga memungkinkan
mereka mengembangkan pola-pola tingkah laku yang baik ke arah pembinaan diri sendiri.
Upaya untuk menegakkan disiplin di dalam kelas dapat dilakukan dengan melalui berbagai
pihak yang terkait, misalnya dari pihak guru siswa dan orang tua. Yang jelas bahwa semua
pihak tersebut harus ada kerjasama yang baik dan harmonis serta ikut bertanggung jawab
untuk menciptakan disiplin bagi para siswa. Upaya yang dapat dilakukan oleh masing-masing
fihak adalah sebagai berikut.
1. Pihak Guru
Disiplin banyak bergantung kepada pribadi guru. Ada guru yang mempunyai kewibawaan
sehingga disegani oleh siswanya. la tidak akan mengalami kesulitan dalam menciptakan
suasana disiplin di dalam kelasnya tanpa menggunakan tindakan atau hukuman yang ketal.
Ada pula guru yang tampaknya tidak mempunyai kepribadian, ia tidak berwibawa sehingga
tidak disegani siswanya sekalipun ia menggunakan hukuman dan tindakan yang keras.
Akhirnya hukuman dan tindakannya tidak dihiraukan siswanya. Sehinggga dengan demikian
peranan guru amat menentukan dalam menegakkan disiplin di dalam kelas. Karena guru
merupakan panutan atau suri tauladan bagi para siswanya. Tanpa adanya keteladanan dari
guru, maka jangan diharapkan terwujud adanya kedisiplinan di kalangan siswanya. Untuk itu
ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru antara lain:
a. Guru hendaknya jangan ingin berkuasa dan otoriter, memaksa siswa patuh terhadap segala
sesuatu yang diperintahkan. Karena sikap guru yang otoriter suasana kelas menjadi tegang dan
sering diliputi olen rasa takut.
b. Guru harus percaya diri, bahwa dirinya mampu menegakkan disiplin bagi dirinya dan
siswanya. Jangan tunjukan kelemahan dan kekurangannya kepada siswa. Apabila pada siswa
perlu perlindungan dan rasa aman dari gurunya.
c. Guru jangan menaruh dendam terhadap siswa, siswa jangan sampai merasakan bahwa dia
dibenci oleh gurunya sampai merasakan bahwa dia dibenci oleh gurunya karena pernah
melakukan kesalahan.
d. Guru jangan memberikan janji-janji yang tak mungkin dapat ditepati demikian pula jangan
memaksa siswa berjanji untuk memperbaiki perilakunya. Karena mengubah perilaku tidak
mudah memerlukan waktu dan bimbingan.
e. Guru hendaknya pandai bergaul dengan siswanya, akan tetapi jangan sampai terlampau
bersahabat erat, sehingga hilang rasa hormat siswa terhadapnya, akibatnya siswa
menganggapnya sebagai teman, maka hilanglah kewibawaannya.
f. Guru hendaknya jangan mengancam siswa, bila siswa melanggar disiplin, karena ancaman
hanya akan memaksa siswa berbuat baik karena rasa takut bukan berdasarkan kesadaran. Yang
penting di sini adalah menumbuhkan kesadaran pada diri siswa agar ia mau mentaati aturan
bukan karena rasa takut.
2. Pihak Siswa
Peranan siswa dalam menciptakan suasana disiplin dalam kelas tak kalah pentingnya, karena
faktor utama adalah siswa sendiri dan siswa merupakan subyek dalam pembelajaran. Oleh
karena itu siswa harus mempunyai rasa tanggung jawab untuk turut serta mewujudkan disiplin
di kelasnya.
Kesadaran siswa dalam mentaati aturan/tata tertib sangat diperlukan sekolah, sebab tanpa
adanya kesadaran dari siswa itu sendiri, upaya apapun yang dilakukan tak akan menghasilkan
apa-apa.
Untuk itu ada beberapa ha yang harus diperhatikan oleh siswa dalam mewujudkan disiplin
dalam kelas, antara lain:
a. Siswa hendaknya memiliki rasa tanggung jawab sosial untuk turut serta menciptakan
suasana disiplin di dalam kelas.
b. Siswa hendaknya memiliki kesadaran untuk mentaati aturan/tata tertib sekolah, bukan
karena rasa takut atau karena merasa terpaksa.
c. Siswa jangan. merasa diawasi oleh guru dalam melaksanakan disiplin, sebab apabila
demikian maka apabila guru tidak mengawasinya, ia akan berbuat seenaknya.
e. Apabila suatu saat melakukan pelanggaran, maka siswa harus benjanji pada dirinya sendiri
untuk tidak mengulanginya.
Peranan orang tua dalam mewujudkan disiplin khususnya bagi putra/putrinya setidaknya turut
membantu, oleh karena orang tualah yang sebenamya banyak waktu untuk mengawasi putra-
putrinya ketika ia berada di rumah.
Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam rangka turut
menegakkan disiplin, antara lain:
a. Orang tua hendaknya mengetahui tentang tata tertib sekolah yang harus dilaksanakan putra-
putrinya ketika ia berada di sekolah.
b. Orang tua hendaknya ikut bertanggung jawab terhadap putra-putrinya dengan cara turut
serta mengawasinya.
c. Orang tua hendaknya menegur putra-putrinya apabila ia melanggar terhadap tata
tertib/aturan sekolah.
5. Membina Self-discipline
Tujuan pendidikan adalah membimbing anak ke arah kedewasaan, yaitu kematangan sosial,
emosianal, intelektual dan moril, sehingga dapat berdiri sendiri. Kedewasaan berarti
bertanggung jawab atas perbuatan sendiri dan tanggung jawab hanya tercapai bila sejak kecil
anak diberi kebebasan sesuai dangan usia, perkembangan dan kesanggupannya.
Dalam pembentukan pribadi yang dewasa ini, bentuk disiplin yang dijalankan terhadapnya,
memegang peranan penting, anak yang terlampau diatur hidupnya dengan disiplin yang ketal,
cenderung untuk tidak sanggup menggunakan kebebasannya, bila ia kelak pemperolehnya. Itu
sebabnya, maka sejauh mungkin anak itu dididik ke arah self discipline. Self-discipline bukan
berarti memberikan kebebasan penuh. Self discipline berarti, keinsyafan dan kerelaan sendiri
mematuhi peraturan dan norma-norma yang diakuinya. Hal itu baik dan perlu, sekalipun tidak
ada orang lain yang mengawasinya.
Jenis disiplin yang diberikan kepada anak banyak bergantung kepada pribadi si pendidik.
Pendidik yang otokratis, yang menjaga ketertiban dengan tangan besi, tidak memberi
kesempatan kepada anak-anak untuk mengatur diri sendiri. Guru serupa ini akan menindak
setiap pelanggaran dengan hukuman dan ancaman, sehingga menimbulkan rasa takut. Self
discipline hanya terdapat di dalam kelas di mana gurunya dikatakan demokratis. Kelas yang
demokratis juga tertib sesuai dengan kegiatan yang dilkakukan oleh anak-anak. Ketertiban
tercapai bukan dengan kekerasan atau paksaan dari pihak guru, melainkan karena anak-anak
patuh akan peraturan. Ketertiban itu akan tetap mereka pelihara sekalipun tidak ada guru di
dalam kelas yang mengawasi mereka.
Apabila anak-anak itu telah sanggup disiplin diri sendiri, maka dengan demikian mereka telah
melangkah menuju kearah kedewasaan.
Gangguan terhadap disiplin dapat disebabkan oleh guru, yakni pribadi guru dan
kekurangannya
DAFTAR PUSTAKA
http://dukungendut.blogspot.com
http://andra-kirana.blogspot.com
http://gurukreatif.wordpress.com
http://www.tkplb.org/documents/etraining%20-%20KTI/pengelolaankelas.pdf
http://sekolah-dasar.blogspot.com/
Diposting oleh NALA INDRA DEWA di 00.59
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan
berasal dari kata ”kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari
kata pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari
bahasa Inggris, yaitu “management”, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan,
pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi
Arikunto (1990;2) adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu
kegiatan. Sedangkan kelas menurut Oemar Hamalik (1987:311) adalah suatu kelompok
orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru.
Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai
tujuan pengajaran. Kesimpulan sederhananya adalah pengelolaan kelas merupakan
kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran. Dalam konteks yang
demikian itulah kiranya pengelolaan kelas penting untuk diketahui oleh siapapun juga
yang menerjunkan dirinya ke dalam dunia pendidikan.
Sedangkan menurut Sudirman N, dalam (dkk. 1991; 310), pengelolaan kelas adalah
upaya mendayagunakan potensi kelas. Ditambahkan lagi oleh Hadari Nawawi
(1989;115), dengan mengatakan bahwa kegiatan manajemen atau pengelolaan kelas
dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan
potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana
yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan
kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.
2. Tujuan Pengelolaan Kelas
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan.
Secara umum pengelolaan kelas adalah penyedian fasilitas bagi bermacam macam
kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dalam intelektual dalam
kelas. Fasilitas yang demikian itu memungkinkan siwa belajar dan bekerja, terciptanya
suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan
intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa. (Sudirman N, 1991, 311)
Suharsimi Arikunto (1988 : 68) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah
agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efisien.
Terkait dari penjelasan diatas dalam hal pengelolaan kelas dapat pula ditinjau dari segi
interaksi komunikatif. Artinya seorang guru dituntut mampu mengatur segala kondisi
apapun yang terjadi didalam kelas saat pebelajaran berlangsung agar terciptanya
komunikasi dua arah yaitu antara guru dengan murid, murid dengan guru sehingga
proses belajar-mengajar dapat berlangsung dengan baik. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan sekaligus meringankan tugas guru atau wali kelas.
Abstract
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan strategi guru dalam pengelolaan kelas
pada pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 39 Bulukumba. Penelitian ini
tergolong sebagai penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data
primer dan sumber data sekunder. Metode pengumpulan data dengan cara observasi,
wawancara dan dokumentasi. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sebagai instrumen kunci
dengan menggunakan panduan observasi, pedoman wawancara dan format
catatandokumentasi.
Hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti adalahantara lain:
1) Strategi pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru SMP Negeri 39 Bulukumbadalam
melaksanakan pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan, itu tergambarkan dalam
pengelolaanadministrasi kelas, pengelolaan operatif kelas, pengaturan ruang kelas,dan strategi
pembelajaran. Kerjasama antara sekolah, guru dan siswa atau peserta didik, menjadi perhatian
penting untuk ditingkatkan dalam meramu strategi pembelajaran di kelas khususnya, keaktifan
dari Guru PAI SMP Negeri 39 Bulukumba tersebut. Dari penelitian ini, dapat dikatakan bahwa
strategi pengelolaan kelas telah berjalan dengan baik, hanya saja komitmen bersama
dilingkungan sekolah diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas pembelajaran
dapat tercipta di kelas;
2) Faktor pendukung dari strategi pengelolaan kelas dalam pembelajaran PAI di SMP Negeri
39 Bulukumba, antara lain;
a. Kurikulum, hal ini penting menyangkut pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan
kurikulum nasional. dan
b. Guru PAI, faktor guru disini sangat erat dengan kompetensi yang dimilikinya serta
komitmen dalam menciptakan kondisi kelas yang baik. Sedangkan faktor penghambat dating
dari guru sendiri, peserta didik dan fasilitas. Artinya bahwa hambatan pasti akan ada ditemui
oleh guru, makanya dibutuhkan menanganan untuk mengantisipasi atau mengatasi hal
tersebut; dan
3) Upaya yang dilakukan, yakni:
a. Penguatan kompetensi guru PAI;
b. Melakukan kontrak pembelajaran dalam kelas. Hal ini penting untuk mengatur peserta didik
dan guru itu sendiri, yang disepakati dan dijalankan secara konsisten agar tercipta kelas yang
efektif serta tercipta suasana kelas yang kondusif dan mendukung pembelajaran disekolah
utamanya dalam pembelajaran PAI.
Keywords
Strategi Pengelolaan Kelas, Pendidikan Agama Islam
References
Arikunto,Suharsimi. Pengelolaan KelasdanSiswa,SebuahPendekatan Evaluatif,Jakarta:
Rajawali,1992.
Asrohah, Hanun. Sejarah Pendidikan Islam. Cet. I: Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
Daradjat, Zakiyah. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009.
Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran
PendidikanAgamaIslamSMPdanMTS,Jakarta:PusatKurikulum,BalitbangDepdiknas,2003.
Departemen Agama RI, al-Qur’anul Karim Terjemahnya dan Tajwid Berwarna Disertai Tafsir
Ringkas Ibnu Katsir. Jakarta: Jabal Raudhotul Jannah, 2009.
Djamarah,SyaifulBahridanAswanZain,StrategiBelajarMengajar,Jakarta:PT.Rineka Cipta,2006.
Getteng, Abd Rahman. Menuju Guru yang Profesional dan Beretika. Cet. III; Yogyakarta:
Graha Guru, 2008.
Herlina, Guru Pendidikan Agama Islam pada kelas VIII/A-G di SMP Negeri 39 Bulukumba,
Wawancara, Bulukumba, 15 Maret 2016.
Kamaruddin, Guru Pendidikan Agama Islam pada kelas IX/A-G di SMP Negeri 39
Bulukumba, Wawancara, Bulukumba, 07 Maret 2016.
Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam: Mendesain Insan yang Hakiki dan Mengintip dalam
Sejarahnya. Cet. II; Makassar: Yayasan Pendidikan Fatiya, 2004.
Madjid, Nurcholish. Masyarakat Religius. Cet. III; Jakarta: Paramadina, 2005.
Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung:
PT Rosdakarya, 2005.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. XXVIII; Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006.
Muhaimin,Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Cet. V; Bandung: PT. Rosdakarya, 2012.
Muhajir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996.
Pidarta,Made. PengelolaanKelas,Surabaya:UsahaNasional,1970.
Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat. Bandung: Mizan, 1992.
Sanjaya,Wina.
StrategiPembelajaranBerorientasiStandarProsesPendidikan,Jakarta:Kencana,2007.
Tirtarahardja, Umar dan S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan Edisi Revisi. Cet. II; Jakarta:
Rineka Cipta, 2005.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Cet. I; Jakarta: Sinar Grafika, 2003.
DOI: http://dx.doi.org/10.35931/aq.v0i0.21
PENGELOLAAN KELAS
http://makalahpendidikan-sudirman.blogspot.com/2015/05/pengelolaan-kelas.html
Sedangkan mengelola adalahsuatu tindakan yang dimulai dari penyusunan data, merencana,
atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar. Selajutnya
pengertian kelas sendiri, menurut Hadari Nawawi kelas dapat dipandang dari dua sudut yaitu :
1. Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah
siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar.
2. Kelas dalam arti luas adalah, suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat
sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis
menyelenggarakan kegiatan kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai satu
tujuan. 2[2]
1[1] Suharsimi Ari Kunto, Pengelolaan Kelas Dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif,
(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm 8
Pengelolaan kelas menurut beberapa ahli diantaranya yaitu:
Made Pidarta dengan mengutip pendapat Lois V Johson dan Mary A Bany, bahwa
pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat alat yang tepat terhadap
problema dan situasi kelas. Sudirman N, dkk, pengelolaan kelas adalah kemampuan guru atau
wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas. Hadar Nawawi, pengelolaan kelas adalah
kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian
Suharsimi Arikunto, pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung
jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi
Menurut Djamarah & Zaini secara sederhana pengelolaan kelas berarti kegiatan pengaturan
merupakan keterampilan seorang guru untuk menciptakan kondisi iklim pembelajaran yang
Usaha guru dalam menciptakan kondisi diharapkan akan efektif apabila : Pertama, diketahui
secara tepat faktor-faktor yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan
dalam proses belajar mengajar. Kedua, dikenal masalah-masalah yang diperkirakan dan
biasanya timbul dan dapat merusak iklim belajar mengajar. Ketiga, dikuasainya berbagai
pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana suatu
pendekatan digunakan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh penyelenggara atau penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang
2[2] Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta : PT. Haji Mas Agung,
1989) hlm 116
3[3] Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas Dan Siswa(Jakarta : Raja Grafindo 1996),hlm 67
belajar mengajar yang diharapkan. Kemudian Menurut Made Pidarta untuk mengelola kelas
1. Bahwa kelas adalah sekelompok kerja yang diorganisasikan untuk tujuan tertentu yang
dilengkapi oleh tugas-tugas yang diarahkan oleh guru
2. Dalam situasi kelas, guru bukanlah tutor untuk satu anak pada waktu tertentu, tetapi bagi
seluruh anak dan kelompok.
3. Kelompok mempunyai perilaku sendiriyang berbeda dengan perilaku masing-masing individu
dalam kelompok tersebut.
4. Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya kepada individu. Pengaruh yang jelek dapat
dibatasi dapat dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing mereka dalam kelas.
5. Praktek guru waktu belajar cenderung berpusat pada hubungan guru dan siswa. Makin
meningkat keterampilan guru mengelola secara kelompok makin puas individu dalam kelas.
6. Struktur kelompok, pola komunikasi dan kesatuan kelompok ditentukan oleh cara mengelola,
baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah maupun yang apatis, masa bodoh, dan
bermusuhan. 5[5]
Tujuan yang diniatkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar, baik yang sifatnya
instruksional maupun tujuan pengiring akan dapat dicapai secara optimal apabila dapat
diciptakan dan dipertahankan kondisi yang menguntungkan bagi peserta didik. Akan tetapi
program atau tujuan kelas tidak akan berarti apabila tidak diwujudkan menjadi sebuah bentuk
kegiatan.6[6]
Tujuan pengelolaan kelas pada hakekatnya telah tergantung dalam tujuan pendidikan,
secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilias dari bermacam-macam
kegiatan belajar siswa dalam lingkungan social, emosional, dan intelektual dalam kelas.
Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana
6[6] Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi , Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta : PT. Rineka
Cipta,1995), hlm 132
Tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib
sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efisien dan efektif. Sebagai indikator dari
a. Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu
akan tugasnya yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan
kepadanya.
b. Setiap anak terus mengerjakan pekerjaanya tanpa membuang waktu. Artinya, setiap anak akan
bekerja secepatnya agar lekas menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Apabila ada
anak yang walaupun tau dan dapat melaksanakan tugasnya, tetapi mengerjakanya kurang
bergairah dan mengulur waktu bekerja, maka kelas tersebut dikatakan tidak tertib.
Kondisi fisik tempat berlangsungnya belajar mengajar mempunyai pengaruh yang sangat
signifikan terhadap hasil belajar mengajar. lingkungan fisik yang dmaksud adalah:
leluasa. Tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara peserta didik yang satu dengan
yang
lainya. Besarnya kelas akan sangat tergantung pada berbagai hal antara lain: jenis kegiatan,
apakah kegiatan tatap muka dalam kelas ataukah dalam ruang praktikum, jumlah peserta didik
yang melakukan kegiatan-kegiatan bersama akan berbeda dengan kegiatan dalam kelompok
kecil. Apabila ruangan tersebut memakai hiasan, pakailah hiasan yang mempunyai nilai
pendidikan yang dapat secara langsung mempunyai daya sembuh bagi pelanggar disiplin.
Misalnya dengan kata-kata yang baik, anjuran-anjuran, gambar tokoh sejarah dan sebagainya.
Dalam mengatur tempat duduk yang paling terpenting adalah memungkinkan terjadinya tatap
muka, agar guru dapat sekaligus mengontrol tingkah laku peserta didik. Beberapa pengaturan
tempat duduk antara lain: Berbaris, pengelompokan yang terdiri antara 8 sampai 10 orang,
setengah lingkaran, berbentuk lingkaran, individual yang biasanya terlihat diruang baca,
diperpustakaan, atau diruang praktek laboratorium, tersedianya ruang yang sifatnya bebas
dikelas disamping bangku tempat duduk yang diatur. Dengan sendirinya penataan tempat
Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik, jendela harus cukup besar sehingga
memunginkan panas cahaya matahari masuk. Usahakan udara yang masuk sehat melalui
ventilasi yang baik sehingga peserta didik mampu menghirup udara yang sehat, dapat melihat
Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dijangkau kalau segera
diperlukan yang akan dipergunakan bagi kepentingan belajar mengajar. Tentu saja masalah
pemeliharaan barang- barang tersebut akan sangat penting, dan secara periodik harus di cek
dan di recek. Hal yang tak kalah pentingnya adalah penjagaan barang-barang tersebut dari
Howes dan Herald (1999) mengatakan pada intinya, kondisi ini merupakan komponen yang
membuat seorang menjadi pintar menggunakan emosi.7[7] Lebih lanjut ia mengatakan bahwa
emosi manusia itu terletak pada wilayah hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang
orang lain.
Kegiatan rutin yang secara organizational dilakukanbaik tingkat kelas maupun pada tingkat
sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Dengan kegiatan yang jelas dan
diatur dengan dikomunikasikanya kepada semua peserta didik secara terbuka sehingga jelas
pula bagi mereka dan akan menyebabkan tertanam pada diri setiap peserta didik
Masalah pengelolaan kelas dapat dikelompokan menjadi dua kategori yaitu masalah individual
Meskipun seringkali perbedaan antara kedua kelompok itu hanya merupakan perbedaan
tekanan saja. Tindakan pengeloaan kelas seorang guru akan efektif apabila ia dapat
mengidentifikasikan dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi, sehingga pada
Tindakan pengelolaan kelas adalah tindakan yang dilakukan oleh guru dalam rangka
penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif. Tindakan
guru tersebut dapat berupa tindakan pencegahan yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik
fisik maupun sosia-emosional sehingga terasa benar peserta didik rasa kenyamanan dan
8[8] Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004), 125
9[9] ibid
Tindakan lain dapat berupa tindakan korektif terhadap tingkah laku peserta didik yang
menyimpangdan merusak kondisi optimal bagi proses belajar mengajar yang sedang
berlangsung.
Dalam kegiatan pengelolaan tindakan tepat dan segera sangatlah diperlukan. Dimensi tindakan
merupakan kegiatan yang seharusnya dilakukan guru apabila terjadi masalah pengelolaan.
Guru yang bersangkutan dituntut untuk berbuat sesuatu dalam menghentikan perbuatan
Pelanggaran yang terlanjur dilakukan oleh peserta didik perlu ditanggulangi dengan tindakan