Anda di halaman 1dari 155

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

MATA KULIAH PENGELOLAAN KELAS


SEMESTER GASAL 2020/2021

TUGAS MAKALAH :
1. Buatlah makalah tentang suatu kasus pelanggaran disiplin dalam proses pembelajaran
di kelas atau kasus dalam pengelolaan kelas;
Paparkan kondisi ideal dan solusi yang tepat untuk permasalahan yang Saudara sajikan
dengan pendekatan yang sesuai/ tepat dengan kasus tersebut;
2. Ketentuan penulisan :
a. Hurup Times New Roman
b. Font 12
c. Spasi 1,5
d. Margin : top 5 cm; left 4 cm; right 3 cm; bottom 4 cm
e. Jumlah halaman antara 10 – 15 halaman dari bab I – bab IV

3. Sistematika makalah, terdiri dari :


- Halaman cover/ judul
- Halaman daftar isi
- Halaman daftar gambar/ grafik (kalau ada)
- Halaman daftar table (kalau ada)
- BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
D. Manfaat penulisan
- BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA
- BAB. III. PEMBAHASAN
- BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
- Daftar Pustaka
4. Pengumpulan makalah :
- Pengumpulan secara individu didownload melalui simari
- Pengumpulan secara kolektif dikoordinir oleh penanggungjawab mata kuliah
melalui email : asrani@ulm.ac.id;
- Waktu pengumpulan paling lambat tanggal … Januari 2021 jam 17.00 wita
OBSERVASI PENGELOLAAN KELAS DI SD/MI
Pertemuan ke …. (Kelompok 11); Selasa, 22 Desember 2020

A. Mengamati aktivitas belajar mengajar


1. Pengertian aktivitas belajar
Belajar sangat dibutuhkan adanya aktivitas;
Proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek peserta didik
(jasmani –rohani) sehingga perubahan perilakunya dapat berubah dengan cepat,
tepat, mudah dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif afektif maupun
psikomotor (Nanang Hanafiah, 2010:23).

Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2010:24) menjelaskan bahwa aktivitas belajar
dapat memberikan nilai tambah (added value) bagi peserta didik, berupa hal-hal
berikut ini:
a. Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud
adanya motivasi internal untuk belajar sejati.
b. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang dapat
memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral.
c. Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya.
d. Menumbuh kembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis di
kalangan peserta didik.
e. Pembelajaran dilaksanakan secara konkret sehingga dapat menumbuh
kembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan terjadinya
verbalisme.
f. Menumbuh kembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik sehingga
sekolah menjadi hidup, sejalan dan serasi dengan kehidupan di masyarakat di
sekitarnya. 
2. Jenis-jenis Aktivitas Belajar
Paul B. Diedrich yang dikutip dalam Nanang hanafiah dan Cucu suhana (2010:24)
menyatakan, aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai
berikut:
a. Kegiatan-kegiatan visual (visual activities), yaitu membaca, melihat gambar-
gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan mengamati orang
lain bekerja atau bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities), yaitu mengemukakan suatu fakta atau
prinsip, menghubungkan suatu kejadian mengajukan pertanyaan, memberi saran,
mengemukakan pendapat, berwawancara diskusi dan interupsi
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities), yaitu mendengarkan
penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, atau
mendengarkan radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis (writing activities), yaitu menulis cerita, menulis
laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau
rangkuman, dan mengerjakan tes serta mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities), yaitu menggambar,
membuat grafik, diagram, peta dan pola.
f. Kegiatan-kegiatan motorik (motor activities), yaitu melakukan percobaan,
memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan
permainan, serta menari dan berkebun. 
g. Kegiatan-kegiatan mental (mental activities), yaitu merenungkan mengingat,
memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan,
dan membuat keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities), yaitu minat, membedakan,
berani, tenang, merasa bosan dan gugup.

B. Membuat Laporan Observasi


1. Pengertian laporan observasi
- Teks laporan hasil observasi adalah teks yang memuat suatu klasifikasi
berdasarkan kriteria tertentu yang bersifat global atau universal.
- Teks ini lebih menekankan pada pengelompokan beberapa hal ke dalam suatu
jenis.
- Teks ini juga berkaitan dengan hubungan antara sebuah kelas dan subkelas
yang ada di dalamnya.

2. Langkah-langkah Membuat Teks Laporan Hasil Observasi


b. Tentukan tema kegiatan observasi
c. Tentukan tujuan observasi
d. Melakukan proses observasi.
e. Menyusun kriteria aspek yang harus dilaporkan.
Setelah melakukan observasi dan mendapatkan data-datanya, kita harus
menyusun kriteria aspek yang akan dibahas, dideskripsikan dan dilaporkan
dalam teks laporan hasil observasi.
f. Membatasi aspek yang harus dilaporkan.
Kita harus membatasi aspek apa saja yang harus dilaporkan, agar tidak keluar
dari tujuan yang sudah dibuat.
g. Mulai mendeskripsikan unsur-unsur yang dijelaskan sesuai aspeknya.
Dimulai dengan mendefinisikan atau mengartikan aspek yang dipilih berupa
pernyataan umum. Jangan lupa untuk menggunakan kaidah kebahasaan kalimat
definisi.
h. Melengkapi teks laporan hasil observasi dengan data dan gambar.
Setelah dibuat definisi aspek yang dipilih, tambahkan data-data yang
didapatkan dari hasil observasi bisa berupa gambar atau data yang berupa angka
yang menunjukkan suatu ukuran. Jangan lupa gunakan kaidah kalimat simpleks
dan kompleks, konjungsi, sinonim, dan antonim.
i. Membuat simpulan hasil observasi.
Setelah dilengkapi dengan data dan gambar, kita bisa membuat kesimpulan dari
hasil observasi yang telah kita lakukan.
CARA MEMBUAT TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI | BAHASA INDONESIA
KELAS 10
https://blog.ruangguru.com/cara-membuat-teks-laporan-hasil-observasi-dan-kaidah-kebahasaannya
Shabrina Alfari Mar 28, 2018 • 5 min read

Squad, apakah kalian masih ingat dengan apa yang disebut dengan teks laporan hasil
observasi? Untuk mengingatnya, mari kita pahami kembali pengertian dari teks laporan hasil
observasi. Teks laporan hasil observasi adalah teks yang memuat suatu klasifikasi berdasarkan
kriteria tertentu yang bersifat global atau universal. Teks ini lebih menekankan pada
pengelompokan beberapa hal ke dalam suatu jenis. Teks ini juga berkaitan dengan hubungan
antara sebuah kelas dan subkelas yang ada di dalamnya.

Kaidah Kebahasaan Teks Laporan Hasil Observasi

1. Menggunakan kalimat definisi

Biasanya terdapat kata adalah pada pernyataan umum yang menyatakan pengertian atau
definisi dari aspek yang akan dibahas.
Contoh : Kemangi atau disebut basil adalah dedaunan kecil yang memiliki aroma khas dan
lembut dengan sentuhan aroma limau...

2. Menggunakan konjungsi atau kata hubung

Biasanya konjungsi yang digunakan adalah kata hubung antar kata seperti dan, atau, yang,
untuk, dengan, dan sebagainya.

Contoh : Kemangi atau disebut basil adalah dedaunan kecil yang memiliki aroma khas dan
lembut dengan sentuhan aroma limau...

3. Menggunakan kalimat simpleks dan kalimat kompleks

 Kalimat simpleks adalah kalimat yang menggunakan satu verba dan menyatakan aksi
(peristiwa atau keadaan) atau biasanya disebut kalimat tunggal.

Contohnya : Setelah dingin, kembali peras-peras daun kemangi.

 Kalimat kompleks adalah kalimat yang terdiri dari dua struktur atau lebih dengan dua verba.

Contohnya : Kemangi dapat disulap menjadi toner yang bisa digunakan sebelum tidur setelah
wajah dicuci bersih.

4. Menggunakan sinonim dan antonim

Biasanya terdapat sinonim atau antonim dalam satu kalimat atau satu paragraf.

Contoh antonim : Kemangi dapat disulap menjadi toner yang bisa digunakan sebelum tidur
setelah wajah dicuci besih

Contoh sinonim  : Kemangi berguna sebagai salah satu daun yang sangat berpengaruh pada
kesehatan, seperti vitamin A, B, dan C yang memberikan manfaat bagi tubuh.

5. Menggunakan data

Data yang ada biasanya berupa angka yang pasti untuk menunjukkan ukuran suatu bahan yang
digunakan.

Contoh : Bahan yang digunakan adalah 100 gr daun kemangi dan 200 ml air panas.
Langkah-langkah Membuat Teks Laporan Hasil Observasi

1. Tentukan tema kegiatan observasi


2. Tentukan tujuan observasi
3. Melakukan proses observasi.
4. Menyusun kriteria aspek yang harus dilaporkan. Setelah melakukan observasi dan
mendapatkan data-datanya, kita harus menyusun kriteria aspek yang akan dibahas,
dideskripsikan dan dilaporkan dalam teks laporan hasil observasi.
5. Membatasi aspek yang harus dilaporkan. Kita harus membatasi aspek apa saja yang harus
dilaporkan, agar tidak keluar dari tujuan yang sudah dibuat.
6. Mulai mendeskripsikan unsur-unsur yang dijelaskan sesuai aspeknya. Dimulai dengan
mendefinisikan atau mengartikan aspek yang dipilih berupa pernyataan umum. Jangan lupa
untuk menggunakan kaidah kebahasaan kalimat definisi.
7. Melengkapi teks laporan hasil observasi dengan data dan gambar. Setelah dibuat definisi
aspek yang dipilih, tambahkan data-data yang didapatkan dari hasil observasi bisa berupa
gambar atau data yang berupa angka yang menunjukkan suatu ukuran. Jangan lupa gunakan
kaidah kalimat simpleks dan kompleks, konjungsi, sinonim, dan antonim.
8. Membuat simpulan hasil observasi. Setelah dilengkapi dengan data dan gambar, kita bisa
membuat kesimpulan dari hasil observasi yang telah kita lakukan.
Contoh Soal

1. Teks laporan hasil observasi merupakan …

A. Teks yang berisi laporan


B. Teks yang memuat klasifikasi mengenai jenis sesuatu berdasarkan kriteria tertentu yang
bersifat global atau universal
C. Teks yang berisi jenis-jenis observasi
D. Teks yang berisi jenis-jenis laporan
E. Teks yang memuat topik khusus

Jawaban : B

Pembahasan : Teks laporan hasil observasi adalah teks yang memuat klasifikasi mengenai
jenis sesuatu berdasarkan kriteria tertentu yang bersifat global atau universal. Selain pilihan B,
bukanlah pengertian dari teks laporan hasil observasi.

Sudah paham ‘kan Squad? Kalian juga bisa belajar melalui video beranimasi di ruangbelajar,
lho. Selain video animasi, ada latihan soal serta rangkuman berupa infografis. Yuk,
berlangganan sekarang untuk buat #BelajarJadiMudah.
Referensi
Zabadi, Fairul dan Sutejo. 2015. Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemendikbud

Artikel diperbarui 2 Desember 2020

LAPORAN OBSERVASI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


http://nursafatri.blogspot.com/2015/08/laporan-observasi-kegiatan-belajar.html
Diposting oleh Unknown on Kamis, 27 Agustus 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang

Materi pelajaran matematika mulai diberikan disekolah dasar merupakan hal yang
sangat tepat, mengingat matematika telah terbukti sangat bermanfaat bagi peserta didik baik
dalam mempelajari pelajaran lan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Namun perlu disadari
bahwa matematika bagi sebagian besar peserta didik merupakan pelajaran yang sangat sulit
sehingga seringkali kita menemui pesera didik yang tidak menyenangi pelajaran matematika.
Sebagai guru tentunya bertugas untuk mengantisipasi agar keadaan seperti itu tidak terjadi.
Jika peserta didik tidak menyenangi matematika, mungkin salah satu penyebabnya adalah guru
membelajarkan peserta didik hanya dengan menggunakan satu cara yang kebetulan cara itu
tidak cocok untuk peserta didik tersebu.
Guru harus mampu memilih metode yang efisien dan efektif sehingga tujuan
pembelajaran dapat terpenuhi secara optimal. Pelaksanaan suatu metode pembelajaran
diperlukan satu atau lebih teknik. Tidak hanya metode pembelajaran, seorang guru juga harus
memiliki pengetahuan tentang model, media dan strategi pembelajaran yang tepat digunakan
dalam suatu proses belajar mengajar.
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral yang
cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggung jawaban
guru dalam melaksanakan tugasnya. Zamroni (2000:74) mengatakan “guru adalah kreator
proses belajar mengajar. Ia adalah orang yang akan mengembangkan suasana bebas bagi siswa
untuk mengkaji apa yang menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide dan kreatifitasnya
dalam batas-batas norma-norma yang ditegakkan secara konsisten.
Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa orientasi pengajaran dalam konteks
belajar mengajar diarahkan untuk pengembangan aktifitas siswa dalam belajar.
Dalam artian lain, mengajar adalah menyediakan kondisi optimal yang merangsang
serta mengerahkan kegiatan belajar anak didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan
dan nilai atau sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku maupun pertumbuhan
sebagai pribadi. Gambaran aktifitas itu tercermin dari adanya usaha yang dilakukan guru
dalam kegiatan proses belajar mengajar yang memungkinkan siswa aktif belajar. Oleh karena
itu, mengajar tidak hanya sekedar menyampaikan informasi yang sudah jadi dengan menuntut
jawaban verbal melainkan suatu upaya integratif kearah pencapaian tujuan pendidikan. Dalam
konteks ini guru tidak hanya sebagai penyampai informasi tetapi juga bertindak sebagai
director and fasilitator of learning.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, perlu dibuat suatu strategi mengajar
sebagai suatu usaha dari guru dalam melaaksanakan proses belajar mengajar agar sehingga
dapat mempengaruhi para siswa dalam mencapai tujuan pengajaran lebih efektif dan efisien.
Untuk melaksanakan tugas secara profesional, guru memerlukan wawasan yang mantap tentng
kemungkinan strategi belajar mengajar yang diterapkan sesuai dengan tujuan belajar yang
telah dirumuskan . Khususnya dalam mata pelajaran Matematika yang dikenal memiliki
tingkat kesulitan belajar yang tinggi bagi siswa, maka sudah seharusnya guru bisa mengubah
pandangan tersebut dengan memberikan pengajaran yang membuat siswa bisa aktif belajar
dengan strategi tertentu.
Strategi Belajar Mengajar Matematika adalah suatu mata kuliah yang diajarkan kepada
para calon guru. Untuk lebih memahami strategi dalam mengajar Matematika ini, dari kondisi
dan keadaan yang demikian lah maka penulis mengadakan observasi langsung ke sekolah.
Dengan mengadakan observasi ini, penulis bisa melihat bagaimana guru mengajar dan apa
strategi yang digunakan serta kendala-kendala yang dihadapi oleh guru didalam kelas.
Adapun observasi ini diadakan di SMA N 5 Kota Jambi, dan guna untuk mengetahui
pembelajaran yang di adakan di sekolah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka rumusan masalah dalam
laporan observasi ini adalah :
1)      Bagaimana pelaksaanaan Kegiatan Belajar Mengajar yang dilakukan oleh guru Matematika di
sekolah dan kesesuaiannya dengan RPP.
2)      Bagaimana cara pengelolaan kelas yang dilakukan guru Matematika agar Kegiatan Belajar
Mengajar berlangsung secara efektif.
3)      Bagaimana perbandingan Kegiatan Belajar Mengajar guru Matematika disekolah dengan teori
yang didapat selama perkuliahan.

1.3 Tujuan Observasi


Adapun tujuan observasi ini antara lain sebagai berikut:
1)      Untuk mengetahui proses pembelajaran matematika secara langsung di kelas.
2)      Untuk mengetahui metode, model dan strategi pembelajaran yang efektif untuk digunakan
dalam proses pembelajaran matematika
3)      Untuk mengetahui masalah atau kendala yang muncul dalam pembelajaran matematika.
4)      Untuk membandingkan teori strategi belajar mengajar metematika yang didapat di
perkuliahan dengan prakteknya dilapangan.

1.4 Manfaat Observasi


Manfaat dari observasi ini antara lain :
1)      Dapat mengetahui proses pembelajaran matematika secara langsung dikelas
2)      Dapat mengetahui metode, model dan strategi pembelajaran yang efektif untuk digunakan
dalam proses pembelajaran matematika
3)      Dapat mengetahui masalah atau kendala yang muncul dalam pembelajaran matematika
4)      Dapat membandingkan teori strategi belajar mengajar metematika yang didapat di
perkuliahan dengan prakteknya dilapangan.
BAB II
HASIL PENGAMATAN
2.1 Waktu dan Tempat Observasi

Observasi dilakukan di SMA Negeri 5 Kota Jambi. Observasi ini dilaksanakan pada
tanggal 11 Januari 2013 mulai pukul 09.25 – 11.00 WIB atau 2 jam pelajaran.

2.2 Siswa dan Guru yang Diobservasi

Adapun siswa yang diobservasi adalah siswa-siswi kelas XII IPA 2 Semester Genap
2012/2013 yang berjumlah 38 siswa. Sedangkan guru yang diamati adalah Ibu Juniar Naibaho
S.Pd selaku guru yang mengajar mata pelajaran Matematika pada kelas tersebut.

2.3 Hasil Observasi

1. Kegiatan Pembelajaran
a)        Kegiatan Awal
         Membuka pelajaran
Guru memasuki ruangan belajar dan menyapa dengan salam. Kemudian peserta didik
memberikan salam kepada guru dan membaca do’a sebelum memulai proses pembelajaran
dan kemudian mengabsen kehadiran siswanya.
         Mempersiapkan perlengkapan belajar mengajar
Guru bersama peserta didik mempersiapkan buku-buku pelajaran serta perlengkapan
belajar lainnya.
         Apresiasi
Setelah perlengkapan belajar mengajar telah dipersiapkan dengan baik. Guru mulai
memotivasi peserta didik dan mengulang kembali sedikit materi pembelajaran sebelumnya.
Disini , guru menanyakan tentang materi sebelumnya dan sejauh mana pemahaman siswa
tentang materi tersebut. Kemudian guru dan siswa bersama-sama membahas dua soal yang
telah diberikan pada pertemuan sebelumnya yakni tentang barisan deret aritmatika.
Dua soal tersebut adalah sebagai berikut :

1.      Diketahui suku pertama dari barisan aritmatika adalah 3 dan Un =5. Tentukan jumlah 7 suku
pertama dan bedanya !
2.      Diketahui suatu barisan aritmatika dengan suku ke-4 =11 dan suku ke-11 = 32. Tentukan
jumlah n suku pertamanya !

Kegiatan ini dilakukan guru untuk melihat sejauh mana materi itu dikuasai dengan baik
oleh siswanya sehingga guru dapat melanjutkan pembelajarannya yakni tentang barisan dan
deret geometri..
b) Kegiatan Inti

         Guru menjelaskan materi pelajaran


Setelah membahas soal pada materi sebelumnya , guru mulai menjelaskan materi
pelajaran selanjutnya yakni tentang ”barisan dan deret geometri”. Disini guru menjelaskan
secara singkat cara menentukan rasio, suku ke-n, dan rumus suku ke-n
         Melakukan tanya jawab
Proses tanya jawab antara guru dan peserta didik dilakukan saat guru menjelaskan
dan saat guru telah selesai menjelaskan materi pelajaran.

         Guru memberikan soal latihan kepada semua siswanya.


Dua soal diberikan setelah seluruh pertanyaan dari siswa terjawab dan siswa sudah
dianggap paham dengan materi yang dipelajari. Dua contoh soal diberikan untuk diselesaikan
bersama-sama dan mempersilahkan siswa untuk bertanya kembli jika ada yang belum
dipahami.
Contoh soal tersebut sebagai berikut :
Diketahui barisan geometri sebagai berikut :
1.      24, 12, 6, 3, ......
2.      3, 9, 27, ....
Tentukan a, r dan suku ke-8 !
Setelah contoh soal dibahas bersama-sama , guru memberikan soal latihan untuk dikerjakan
secara berdiskusi.
Adapun soal latihan tersebut adalah :
        Diketahui barisan geometri sebagai berikut :
       2, 6, 18 , .......
       Tentukan a, r dan suku ke 12 !
         Peserta didk mendiskusikan jawabannya.
Dalam mengerjakan soal latihan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berdiskusi bersama temannya agar lebih mudah memahami materi pembelajaran yang
disampaikan guru. Sambil menunggu siswa mengerjakan soal latihan, guru berkeliling
memantau siswa-siswa yang tidak mengerjakan soal latihan.
         Peserta didik mengerjakan jawabanya dipapan tulis
Kemudian guru meminta beberapa siswa yang sudah menyelesaikan soal latihan, untuk
menuliskan hasil kerjanya di papan tulis dan dibahas secara bersama-sama oleh guru beserta
siswa.

         Guru mengarahkan peserta didik

Apabila masih ditemui peserta didk yang belum memahami dengan baik cara
mengerjakan soal yang telah diberikan guru segera menghampiri dan mengarahkan peserta
didik tersebut. Kemudian guru memberikan kembali soal latihan yang besumber dari buku
cetak Matematika, untuk tambahan pekerjaan siswa dirumah.

c) Kegiatan Akhir (penutup)


Pada kegiatan akhir guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran. Diakhir
pelajaran guru bersama siswa menyimpulkan kembali materi pelajaran yang telah dipelajarin
sebelumnya. Kemudian menutup pertemuan di kelas dengan mengucapkan salam dan
meninggalkan ruangan kelas tersebut.

2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah metode Cooperatif ekspositori
dan diskusi . Metode cooperatif digunakan ketika guru ingin mengajak siswa menemukan
rumus suku ke-n barisan geometri. Sedangkan metode eksposotori digunakan guru saat
menjelaskan penggunaan rumus suku ke-n untuk menyelesaikan persoalan suku ke –n pada
barisan geometri. Dan metode diskusi digunakan saat diberikannya soal latihan.

3. Media Pembelajaran

Media yang digunakan adalah media cetak, yaitu buku paket Matematika untuk kelas
XII SMA dan MA karangan Herynugroho dkk. Sedangkan Alat pembelajaran yang digunakan
yaitu spidol dan papan tulis.

4. Waktu Pembelajaran
Waktu yang digunakan adalah 2 jam pelajaran (2 x 40 menit).

5. Pengelolaan Kelas
a. Pengaturan Ruangan Kelas
Adapun tata letak/denah ruang kelas pada saat jam pelajaran yang berlangsung adalah
terlihat seperti pada gambar berikut:
b. Pengelompokan Siswa
    Pada kelas ini, pengelompokan hanya dilakukan per-meja. Dimana satu meja
ditempati oleh dua orang siswa atau siswi. Sehingga dalam satu meja tidak ada yang duduk
berpasangan/berbeda jenis kelamin. Siswa perempuan lebih banyak daripada siswa laki-laki.
Siswa laki-laki lebih banyak mengisi bangku bagian belakang, sedangkan siswa perempuan
mengisi bangku di bagian depan.

c. Suasana Proses Belajar


    Suasana pada awal pembelajaran sangat tenang, dan siswa dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik sehingga guru menjelaskan materi pembelajaran dengan mudah
dalam pengelolaan kelas tersebut. Setelah setengah pelajaran berlangsung kondisi kelas mulai
mencair, guru semakin santai dalam mengajar sehingga suasana kelas menjadi sedikit ribut,
namun dalam hal ini guru tidak membuat siswa-siswi menambah kegaduhan dan konsentrasi
siswa jadi terpecah belah.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran yang diterapkan oleh guru sudah mengikuti urutan yang
seharusnya, yaitu dimulai dari pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Semua kegiatan di
laksanakan dengan baik berdasarkan urutan-urutan pembelajaran.

a. Pendahuluan
Pendahuluan yang dilakukan guru cukup baik. Dimulai dengan memberikan salam dan
mengabsensi kehadiran siswa, namun guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran,
sehingga siswa tidak mengetahui apa tujuan dari pembelajaran pada hari itu. Guru hanya
memberikan motivasi sehingga siswa termotivasi dalam mengikuti pelajaran. Seharusnya
seorang Guru menyampaikan tujuan pembelajaran agar siswa dapat mengetahui apa tujuan
dari mempelajari materi tersebut. Guru memulai pelajaran dengan menanyakan tugas yang
telah diberikan pada pertemuan sebelumnya, dan membahasnya bersama-sama dengan siswa.

b. Kegiatan Inti
Guru menjelaskan materi tentang ”Barisan dan Deret Geometri”. Guru menjelaskan
secara singkat cara menentukan rasio, suku ke-n, dan rumus suku ke-n
Setelah guru selesai menjelaskan, guru memberikan waktu kepada siswa-siswinya untuk
bertanya apakah ada yang tidak dimengerti dari penjelasan guru tersebut. Dikarnakan tidak
ada yang bertanya, maka guru mempersilahkan siswanya untuk mencatat materi yang telah
dijelaskan. Sembari siswa mencatat, guru memperhatikan siswa dengan berkeliling, hal ini
dilakukan guru untuk mengindari adanya siswa yang tidak mencatat.
Guru memberikan beberapa contoh soal yang dikerjakan oleh siswa dan dibahas bersama
– sama oleh guru dan siswa, sehingga siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Kemudian guru juga memberikan latihan soal yang dikerjakan secara berdiskusi bersama
teman sebangku dan meminta beberapa siswa untuk mengerjakannya di papan tulis, sehingga
siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Guru menilai hasil pekerjaan siswa dan guru memberikan reward kepada siswa yang
dapat mengerjakan latihan soal, dengan memberikan nilai tambahan dalam keaktifan dikelas.
Dan guru memberikan penguatan pada siswa –siswa yang belum bisa menyelesaikan soal
latihan yang diberikan oleh guru. Hal ini dilkukan agar siswa tersebut dapat belajar kembali
sehingga mampu menyelesaikan soal – soal latihan yang diberikan.

c. Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, memberikan kembali soal latihan yang besumber dari buku cetak
Matematika untuk tambahan pekerjaan siswa dirumah. Dan bersama-sama siwa
menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Hal ini penulis nilai sudah sangat baik karena guru
sudah menjalankan urutan kegiatan pembelajaran dengan baik. Kemudian menutup pertemuan
di kelas dengan mengucapkan salam dan meninggalkan ruangan kelas tersebut.

3.2 Pengelolaan Kelas

a. Pengaturan Ruangan Kelas


Ruangan kelas XII IPA 2 yang kami observasi cukup nyaman karena ruangan kelasnya
bersih, cukup luas, terang dan terdapat kipas angin yang tidak membuat siswa gerah, serta
kelas tersebutpun hanya diisi dengan 38 siswa, sehingga siswa dapat belajar dengan baik dan
guru dapat dengan mudah untuk mengontrol siswanya jika sedang mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru.

b. Pengelompokan Siswa
Bila dilihat dari segi tempat duduk siswa, siswa perempuan duduk dengan siswa
perempuan, begitu pula siswa laki-laki duduk dengan siswa laki-laki. Hal ini bermaksud agar
tidak terlalu terjadi keributan antara siswa laki-laki dan siswa perempuan.
c. Suasana Proses Belajar
Awalnya suasana ruang kelas saat pelajaran berlangsung terkendali. Namun di
pertengahan pelajaran, ada siswa yang menyeletuk sehingga membuat keadaan kelas menjadi
gaduh karena semua siswa tertawa. Banyak siswa, khususnya yang berada di deretan belakang
malah sibuk berbicara dengan teman-teman didekatnya dan tidak mengerjakan soal yang
diberikan. Menurut penulis Guru yang mengajar pada kelas tersebut cukup disegani sehingga
membuat siswa-siswa takut untuk ditegur kembali
Dari segi penguasaan materi, guru cukup berhasil membawa siswanya untuk aktif
belajar dan memahami materi yang diberikan. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang
menunjuk tangan saat diminta untuk maju menyelesaikan soal didepan kelas. Dan ketika guru
memberikan beberapa soal latihan mengenai barisan dan deret geometri .

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari observasi yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.        Proses pembelajaran matematika kelas XII IPA 4 belajar dengan optimal dan kondusif. Hal
ini dikarenakan guru telah mempertimbangkan metode atau strategi yang tepat digunakan
untuk materi pelajaran didalam proses pembelajaran. Sehingga siswa memperhatikan dan
mengikuti pembelajaran matematika dengan baik.
2.        Metode yang digunakan yakni metode cooperatif, diskusi dan metode ekspositori.
3.     Dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar, guru harus memperhatikan beberapa hal agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai, diantaranya merencanakan kegiatan pembelajaran,
membuat urutan pembelajaran, dan mampu mengelola kelas dengan baik.
4.        Guru harus dapat memberi motivasi kepada para peserta didik dalam meningkatkan kualitas
pendidikan. Sehingga para peserta didik dapat mengembangkan ilmu dengan sendirinya tanpa
dorongan dari orang lain, tetapi dorongan dari diri siswa sendiri.
5.        Guru harus memperhatikan berbagai kendala yang mungkin terjadi dalam kelas, dan sebisa
mungkin dapat meminimalisir kejadian-kejadian yang tidak diinginkan terjadi dalam
pelaksanaan pembelajaran agar Kegiatan Belajar Mengajar di kelas dapat berjalan secara
efektif.

PENGERTIAN DAN JENIS AKTIVITAS BELAJAR


https://www.kajianpustaka.com/2014/06/pengertian-dan-jenis-aktivitas-belajar.html
Oleh Muchlisin Riadi Juni 11, 2014
Pengertian Aktivitas Belajar

Belajar sangat dibutuhkan adanya aktivitas, dikarenakan tanpa adanya aktivitas proses belajar tidak
mungkin berlangsung dengan baik. Pada proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh
aspek peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga perubahan perilakunya dapat berubah
dengan cepat, tepat, mudah dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif afektif maupun
psikomotor (Nanang Hanafiah, 2010:23).

Ilustrasi Aktivitas Belajar


Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam proses belajar kedua
aktivitas itu harus saling berkaitan. Lebih lanjut lagi piaget menerangkan dalam buku Sardiman bahwa
jika seorang anak berfikir tanpa berbuat sesuatu, berarti anak itu tidak berfikir (Sardiman, 2011:100).

Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2010:24) menjelaskan bahwa aktivitas belajar dapat memberikan
nilai tambah (added value) bagi peserta didik, berupa hal-hal berikut ini:

Baca Juga

 Kreativitas (Pengertian, Dimensi, Aspek, Tahapan dan Faktor yang Mempengaruhi)


 Pengembangan Diri (Pengertian, Tujuan, Fungsi, Bentuk dan Pelaksanaan)
 Pendidikan Politik (Pengertian, Fungsi, Bentuk dan Hambatan)
 Komite Sekolah (Pengertian, Tujuan, Fungsi, Peran, Konstribusi dan Pembentukan)
 Rehabilitasi (Pengertian, Tujuan, Fungsi, Jenis dan Program)

j. Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi
internal untuk belajar sejati.
k. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang dapat memberikan
dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral.
l. Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya.
m. Menumbuh kembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis di kalangan
peserta didik.
n. Pembelajaran dilaksanakan secara konkret sehingga dapat menumbuh kembangkan
pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.
o. Menumbuh kembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik sehingga sekolah menjadi
hidup, sejalan dan serasi dengan kehidupan di masyarakat di sekitarnya. 

Jenis-jenis Aktivitas Belajar


Paul B. Diedrich yang dikutip dalam Nanang hanafiah dan Cucu suhana (2010:24) menyatakan,
aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut:

i. Kegiatan-kegiatan visual (visual activities), yaitu membaca, melihat gambar-gambar,


mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan mengamati orang lain bekerja atau
bermain.
j. Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip,
menghubungkan suatu kejadian mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan
pendapat, berwawancara diskusi dan interupsi
k. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities), yaitu mendengarkan penyajian bahan,
mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, atau mendengarkan radio.
l. Kegiatan-kegiatan menulis (writing activities), yaitu menulis cerita, menulis laporan,
memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan
mengerjakan tes serta mengisi angket.
m. Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities), yaitu menggambar, membuat grafik,
diagram, peta dan pola.
n. Kegiatan-kegiatan motorik (motor activities), yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat,
melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan
berkebun. 
o. Kegiatan-kegiatan mental (mental activities), yaitu merenungkan mengingat, memecahkan
masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
p. Kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities), yaitu minat, membedakan, berani,
tenang, merasa bosan dan gugup.

Dengan adanya pembagian jenis aktivitas di atas, menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah cukup
kompleks dan bervariasi. Jika kegiatan-kegiatan tersebut dapat tercipta di sekolah, pastilah sekolah-
sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang
maksimal.

Daftar Pustaka

 A.M. Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.
 Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika
Aditama. 

JENIS-JENIS AKTIVITAS DALAM BELAJAR SISWA


https://ilmu-pendidikan.net/pembelajaran/proses-pembelajaran/jenis-aktivitas-pembelajaran
Kamis, 15 November 2018 Syaiful Imran Leave a comment

Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi antara guru dengan peserta didik,
didalamnya banyak kegiatan atau aktivitas yang dilakukan. Guru diharuskan mampu
memanfaatkan beragam aktivitas yang mungkin dilakukan dalam pembelajaran agar mampu
dengan mudah menyampaikan materi yang harus disampaikan dan siswa juga dengan mudah
memahami materi yang disampaikan dengan variasi  jenis aktivitas belajar yang sesuai dengan
gaya belajar masing-masing.

Contoh-contoh aktivitas dalam belajar misalnya membaca, melihat gambar, bertanya,


memberikan tanggapan, menulis cerita, hingga merasakan dengan emosi masing-masing saat
belajar juga merupakan sebuah aktivitas belajar. Dengan kata lain, aktivitas belajar merupakan
segala sesuatu yang dilakukan dan mempengaruhi proses belajar itu sendiri.

Aktivitas belajar juga melibatkan indera-indera atau sensor dan alat yang dimiliki manusia
untuk melakukan sesuatu. Indera-indera tersebut antara lain meliputi indera penglihatan
(visual), pendengaran (listening), berbicara (oral), seluruh aktivitas fisik lain serta mental dan
emosi.

Menurut Sardiman (2006: 100), aktivitas belajar meliputi aktivitas yang bersifat fisik maupun
mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas tersebut harus selalu berkait. Aktivitas belajar
siswa sangat kompleks. Paul B. Diedrich (Sardiman, 2006: 101), menyatakan bahwa kegiatan
siswa digolongkan sebagai berikut:

 Visual activities, diantaranya meliputi membaca, memperhatikan gambar demonstrasi,


percobaan
 Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, dan
mengeluarkan pendapat
 Listening activities, seperti misalnya mendengarkan percakapan, diskusi dan pidato
 Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan dan menyalin.
Motor activities, misalnya melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi,
bermain, berkebun, beternak;
 Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, dan menganalisis.
 Emotional activities, misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat,
bergairah, berani, tenang, gugup.

Kombinasi dan penggunaan dari variasi jenis aktivitas belajar diatas akan sangat membantu
baik guru maupun siswa dalam pembelajaran sehingga memudahkan dalam pencapaian
kompetensi dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Namun perlu diperhatikan bahwa
tidak semua jenis aktivitas belajar diatas harus ada dalam sebuah pembelajaran. Terdapat
materi pelajaran yang tidak mampu dilakukan atau tidak sesuai dengan jenis akitvitas belajar
tertentu.
Dapat dilihat dari pengelompokan jenis aktivitas belajar diatas bahwa semua aktivitas yang
dilakukan dan mempengaruhi belajar merupakan hal yang harus diperhatikan guru dalam
melaksanakan pembelajaran bahkan dari perumusan dan perencanaan pembelajaran. Guru
wajib mampu dalam memilih jenis aktivitas belajar yang tepat terhadap materi pembelajaran.
Dari penyesuaian antara jenis aktivitas dan materi ini baru dapat dikembangkan ke model,
metode hingga media pembelajaran yang dapat digunakan.

Referensi:
Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo

Aktivitas dalam Pembelajaran


http://mediafunia.blogspot.com/2013/01/aktivitas-dalam-pembelajaran.html
Sastra Project 8 years ago Pendidikan

Aktivitas dalam pembelajaran yaitu segala bentuk kegiatan siswa


dalam mengikuti pelajaran. Aktivitas dalam pembelajaran memiliki lima dimensi yaitu interaksi siswa
terhadap materi pelajaran yang diajarkan, interaksi siswa dengan siswa yang lain, interaksi siswa
dengan guru, interaksi siswa dalam kelompok, dan interaksi siswa antar kelompok. Menurut Leont'ev
(2008), teori aktivitas menyatakan bahwa ketika individu melibatkan dan saling berhubungan dengan
lingkungan mereka, sehingga menimbulkan suatu alat. Alat ini ada pada masing-masing individu
dalam bentuk proses mental. Proses mental ini diwujudkan dalam bentuk sikap yang akan digunakan,
sehingga mereka menjadi lebih siap untuk berinteraksi dengan orang lain baik menerima maupun
memberikan respon ke orang lain.

Menurut Sriyono (Yasa, 2008), aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani
atau rohani. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya
keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama
proses pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses
belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, menjawab pertanyaan
guru, bisa bekerja sama dengan siswa lain, dan tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Aktifnya siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau
motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku
seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Semua ciri
perilaku tersebut pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi proses dan dari segi hasil.

Trinandita (Eka, 2007) menyatakan bahwa hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses
pembelajaran adalah keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan
interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan
mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, di mana masing-masing siswa dapat
melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan
mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada
peningkatan prestasi.

Kerangka teori aktivitas dalam pembelajaran memusatkan bagaimana aktivitas penuh arti ditengahi
oleh berbagai alat fisik, mental, dan virtual (Fjeld et al, 2004). Sejak tidak ada pengajaran mental
(kognitif) dalam suatu proyek, kehidupan kita terfokus pada instrumen fisik dan instrumen virtual.
Dalam proyek, potensi interaksi bisa difasilitasi oleh instrumen fisik, instrumen virtual, tetapi juga bisa
mengkombinasikan keduanya.

Menurut Lundin (2004), belajar bukanlah semacam aktivitas yang spesifik tetapi lebih pada suatu
komponen aktivitas. Aktivitas pembelajaran digunakan untuk menguraikan suatu aktivitas di mana
aspek belajar menjadi pusatnya. Belajar adalah mengumpulkan pengalaman dari aktivitas, atau lebih
tepatnya menggunakan sumber daya untuk berpikir dan melaksanakan suatu usaha. Pengetahuan
yang diperoleh ini akan digunakan untuk menghadapi situasi yang baru. Aktivitas dalam pembelajaran
adalah aktivitas yang ditemukan untuk membawa pengalaman baru kepada pebelajar.

Menurut Engeström, teori aktivitas adalah suatu psikologis dan teori multidisiplin dengan penekanan
naturalistik yang menawarkan suatu kerangka untuk menggambarkan aktivitas dan menyediakan satu
set perspektif pada praktek yang menghubungkan individu dan tingkatan sosial (dalam Barab et al,
2002). Jika membicarakan mengenai aktivitas, teori aktivitas bukan sekadar terkait dengan melakukan
suatu tindakan yang tuntas, melainkan mengacu pada tindakan yang mengubah bentuk dengan fokus
pada aktivitas yang kontekstual sebagai sistem yang utuh. Konteks secara minimal untuk memahami
tindakan manusia sebagai sistem berkreativitas, yang meliputi orang atau sub-sub kelompok yang
terpilih dari analisis dan dilaksanakan (objek) sebagai hubungan yang dinamis antara keduanya.
Hubungan antara orang (peserta) dan objek tidaklah langsung melainkan keduanya ditengahi faktor
yang mencakup instrumen, masyarakat, aturan, dan pembagian kerja. Mengacu pada peserta individu
atau kelompok yang terpilih melalui analisis.

Ada enam macam dimensi interaksi dalam aktivitas pembelajaran yaitu interaksi siswa dengan siswa,
siswa dengan guru, siswa dengan materi pelajaran, guru dengan guru, guru dengan materi pelajaran,
dan interaksi antara materi pelajaran dengan materi pelajaran yang lain (Erlin et al, 2008).

Aspek penilaian dalam aktivitas pembelajaran (Kirna, 2005) meliputi kerjasama siswa dalam
kelompok, antusiasme/partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, antusiasme siswa dalam
bertanya, presentasi hasil diskusi kelompok, dan antusiasme siswa dalam menjawab pertanyaan.

REFERENSI:
KLIK "Show" UNTUK MELIHAT REFERENSI
TAHAPAN DAN PENANGGULANGAN PELANGGARAN DISIPLIN KELAS
http://rinitarosalinda.blogspot.com/2015/11/tahapan-dan-penanggulangan-pelanggaran.html

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Disiplin kelas adalah keadaan tertib dalam suatu kelas yang di dalamnya tergabung
guru dan siswa taat kepada tata tertib yang telah ditetapkan. Sikap disiplin kelas sangat
diperlukan untuk terwujudnya suatu proses belajar yang baik. Disiplin kelas akan sangat
membantu siswa dalam belajar karena dengan disiplin kelas, keadaan akan lebih terarah dan
tertib sehingga akan membuat suasana belajar lebih nyaman yang berpengaruh pada
keterampilan dan daya ingat siswa terhadap materi yang telah diberikan. Sehingga pada
akhirnya siswa akan lebih mudah dalam menerima pelajaran yang diberikan di kelas.
Dalam penyelengaraan disiplin kelas terkadang terjadi permasalahan atau pelangaran
disiplin. Penyebab pelanggaran dsiplin kelas itu sangat unik, bersifat sangat pribadi, kompleks
dan kadang-kadang mempunyai latar belakang yang mendalam lain dari pada sebab-sebab
yang nampak. Ketidak teraturan atau pelanggaran disiplin selama proses belajar mengajar
dapat disebabkan juga oleh masalah yang ditimbulkan oleh para peserta didik namun ada pula
yang disebabkan oleh masalah umum.

Disiplin kelas perlu terpelihara dengan sebaik baiknya. Cara pemeliharaan disiplin kelas
tersebut dengan menanggulangi masalah-masalah atau pelanggaran yang muncul seiring
penyelenggraan disiplin kelas. Praktek penyelenggaraan penanggulangan pelanggaran disiplin
kelas bergantung pada pendidik yang salah satu tugasnya memanajemen kelas. Dalam praktek
penyelenggaraan penanggulangan pelanggaran disiplin kelas tersebut pendidik tidak boleh
sembarangan menerapkan cara untuk menanggulangi masalah-masalah pelanggaran disiplin
kelas. Penanganan pelanggaran disiplin kelas dipengaruhi cara pandang pendidik yang
kemudian akan menentukan cara pendidik dalam menanamkan dan menangani disiplin kelas.
Penaggulangan pelanggaran disiplin juga dilakukan dengan mengidentifikasi jenis
pelanggaran yang dilakukan dalam disiplin. Kesalahan dalam penanggulangan pelanggaran
disiplin akan berpengaruh negatif terhadap keadaan kelas. Kesalahan dalam penanggulangan
pelanggaran disiplin akan memperburuk keadaan bukannya memperbaiki pelanggraan disiplin
yang telah terjadi.
Oleh kareana itu, pendidik perlu menerapkan cara penanggulangan pelanggaran
disiplin kelas dengan penuh hati-hati, demokratis serta edukatif.
B.  Rumusan Masalah
1.  Apa saja tahapan dalam memelihara disiplin?
2.  Apa saja hambatan dalam pemeliharaan disiplin?
3.  Apa saja tujan dari tahapan penanggulangan pelanggaran disiplin?
C.    Tujuan
1.  Mengetahui tahapan dalam pemeliharaan disiplin
2.  Mengetahui hambatan dalam pemeliharan disiplin.
3.  Mengetahui tujuan dari tahapan penanggulangan pelanggaran disiplin.
D.    SistematikaPenulisan
Pada Bab I Pendahuluan, menguraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah dan
sistematika penulisan dari isi makalah kami.
Pada Bab II Pembahasan, menguraikan mengenai
Pada Bab III Penutup, menguraikan mengenai kesimpulan dan saran untuk melengkapi
makalah kami.

BAB II
PEMBAHASAN
A.           Tahapan Memelihara Disiplin
Memlihara disiplin adalah suatu proses. Karena ia proses maka memelihara disiplin
akan terdiri dari serangkaian tahapan yang harus diperhatikan oleh para penegak disiplin.
Adapun tahapan-tahapan memelihara disiplin seperti berikut ini.
1.        Pencegahan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah menciptakan suasana kelas,
ketepatan perencanaan, dan intruksional. Mengenal identitas, misalnya (nama, sifat, dan
kesukaan) peserta didik adalah hal yang penting dalam menciptakan suasana kelas. Disamping
itu memberikan catatan yang bersifat memberi dorongan pada pekerjaan peserta didik
sangatlah membantu. Merencanakan pengajaran dan mengajar peserta didik dengan penuh
variatif dan dengan hal-hal yang aktual melalui topik-topik yang relevan sangatlah membantu
tubuhnya belajar aktif dan percaya diri. Akhirnya penguasaan akan disiplin akademinya akan
menambah kredibilitas guru yang diperlukan juga dalam proses pembelajaran.
2.        Pemeliharaan
Pemeriharaan perilaku pada umumnya harus sejalan dengan pedoman yang telah
ditetepkan agar peserta didik tetap dapat menjalankan tugas-tugasnya. Pedoman itu harus
memenuhi kepatuhan, kebermaknaan, kepraktisan kearah belajar aktif. Peserta didik harus
patut menerima perhatian secara teratur untuk mengurangi gangguan dan menghindari
tumbuhnya perilaku menyinpang. Pertemuan pertama, misalnya adalah saat yang penting
memelihara prilaku-prilaku yang diharapkan. Tumbuhkan kesan positif pada pertemuan
pertama ini dengan mengemukakan program/perencanaan pembelajaran. Langkah-langkah
seperti: 
a)        mulailah dengan saling berkenalan secara tepat;
b)    informasikan gambar umum, latar belakang, garis besar perhatian dan aktifitas yang  
       relevan  dari bidang studi yang akan ditempuh peserta didik; 
c)      informasikan harapan-harapan akademis dan kebijakan penilaian secara rasional; 
d)       beri kesempatan peserta didik menyatakan harapan-harapan mereka dengan
mengunakan 
      kemungkinan-kemungkinan yang saling menguntungkan.
3. Campur Tangan ( Intervensi)
Campur tangan atau usaha guru untuk memberhentikan prilaku tidak pantas dari peserta
didik diperlukan bila teknik-teknik yang diterapkan dalam fase pencegahan dan pemeliharaan
tidak berhasil. Namun dalam fase campurtangan ini hendaknya dicari teknik yang efektif dan
dilakukan secara hemat dan penuh pertimbangan. Campurtangan lebih dilakukan pada gejala
utamanya daripada perilaku penyimpangannya. Guru hendaknya menggunakan pendekatan
ilmu dan seni mendidik dalam fase ini. Guru memerlukan keahlian dalam langkah-langkah
intervensi seperti: bertanya menatap mata peserta didik, mendekati peserta didik, memberi
isyarat dengan tangan atau kepala agar peserta didik berprilaku tidak pantas. Kalau cara ini
belum berhasil mintalah peserta didik dengan menyebut namanya untuk diam atau
memindahkan tempat duduknya, atau melakukan apasaja yang tepat untuk situasi seperti itu.
Hal itu semua harus dilakukan dengan tenang dan tidak emosional. Hindari segala jenis
tindakan yang menimbulkan konfrontasi. Ingat, ini bukan situasi kemenangan bagi guru.
4.             Tujuan pengaturan perilaku
adalah untuk mengurangi kesalahan pelaksanaan pengembangan kecakapan peserta didik.
Fase ini merupakan fase yang penting demi tercapainya tujuan peserta didik. Guru tidak dilatih
mengobati dan mereka harus menyadari kekurangan dalam menanggulangi hal-hal yang
menyebabkan aneka perilaku. Namun demikian, guru harus memiliki kesabaran, potensi
mempengaruhi sikap dan perilaku dengan cara yang tidak merugikan. Guru dapat membantu
peserta didik menyadari bahwa perilaku memiliki konsekwensi dengan kehidupan mereka.
Lebih lanjut guru dapat mempertimbangkan alternative aktifitas ke arah pengembangan
perilaku positif melalui cara efektif.
B.            Pembinaan dalam Pemeliharaan Disiplin
Setelah Anda mengetahui apa itu disiplin  dan mengapa disiplin kelas itu penting
kegiatan berikutnya yang perlu Anda ketahui adalah bagaiamana membina disiplin kelas
tersebut. Uraian berikut ini akan membantu Anda menjawab pertanyaan tersebut.
Sesuai dengan karakteristik anak Sekolah Dasar yang masih suka meniru, maka salah
satu yang dianggap ampuh untuk membina displin kelas adalah :
a.     Pemberian Contoh Prilaku Disiplin dari Guru
Guru adalah merupakan tokoh identifikasi bagi siswa SD. Prilaku guru yang tampak
nyata bagi siswa akan cepat di contoh atau ditiru. Anak lebih mudah dibina kebiasaannya
melalui contoh kongkrit yang dilihatnya sehari-hari. Pemberian contoh nyata merupakan alat
pendidikan yang lebih efektif dalam pembentukan sikap, begitu juga halnya dengan sikap
disiplin. Oleh karena itu, jika Anda ingin kelasnya disiplin mulailah dari Anda sendiri yang
bersikap disiplin.
Misalnya :
1)             Jika Anda ingin siswanya datang tepat waktu, maka Anda sendiri  membiasakan diri
datang lebih awal dari siswanya.
2)             Jika Anda ingin siswanya mengerjakan tugas yang  Anda berikan dengan baik, maka
Anda sendiri terlebih dahulu melaksanakan pembelajarannya  dengan baik, tidak asal jadi saja.
Misalnya pelajaran dijelaskan dengan  baik,  tugas-tugas siswa diperiksa dengan teliti, siswa
yang memerlukan  bimbingan    Individual Anda bantu dan seterusnya.
3)             Jika Anda ingin siswanya berpakaian rapi datang ke sekolah, maka Anda  sendiri terlebih
dahulu membiasakan diri selalu rapi.
Itulah beberapa contoh perilaku disiplin dari guru. Anda dapat membuat contoh-contoh
lain dan mencoba menerapkan sendiri di kelas. Ada yang perlu Anda ingat dalam pemberian
contoh ini agar lebih efektif yaitu contoh prilaku yang ditampilkan, jangan dibuat-buat, tetapi
haruslah alamiah dan mendarah daging dalam diri Anda . Kalau ada terkesan prilaku tersebut 
dibuat buat anak tidak akan menerimanya. Oleh karena itu, jika alternatif ini akan digunakan
dalam pembinaan disiplin kelas, guru harus betul-betul berusaha memiliki sikap disiplin
tersebut.
b.   Menetapkan dan Mengkomunikasikan standar tingkah laku
Aturan-aturan/standar tingkahlaku kelas yang telah ditetapkan dikomonikasikan kepada
siswa semenjak dari awal. Dengan demikian siswa akan mengetahui dan mempunyai pedoman
cara berprilaku dalam kelas dan dapat mengontrol tingkahlakunya. Coba Anda bayangkan
bagaimana prilaku siswa pada kelas yang tidak mengkomunikasikan aturan-aturan kelas pada
siswa. Bandingkan pula dengan prilaku siswa yang mempunyai pedoman standar tingkahlaku.
Anda mungkin mengatakan bahwa kelas yang mempunyai standar tingkahlaku akan lebih
tertib dari yang tidak mempunyai atau tidak mengetahui aturan-aturan kelasnya.
Jadi untuk membina disiplin kelas aturan-aturan/standar prilaku perlu ditetapakan dan
dikomonikasikan kepada siswa. Untuk mendapatkan atau mengembangkan aturan-
aturan/standar tingkahlaku yang akan diberlakukan supaya lebih diterima dan diikuti oleh
siswa. Jones dan Jones (1998) mengemukakan bahwa yang perlu diperhatikan guru adalah :
1)        Siswa perlu dilibatkan dalam mengembangkan standar tingkahlaku yang  digunakan dalam
kelas. Maksudnya aturan-aturan yang akan diberlakukan  kepada siswa di kelas, jangan Anda
tetapkan sendiri, tetapi bicarakanlan  dengan siswa sebelum diberlakukan.
2)        Aturan yang dibuat perlu dinyatakan secara jelas. Artinya perumusan standar prilaku itu
tidak meninbulkan keraguaan siswa menafsirkannya, sehingga dapat diikuti dengan mudah
tanpa ragu-ragu.  Misalnya angkatlah tangan bila akan  bertanya pada guru.
3)        Walaupun penting menyatakan tingkahlaku yang diharapkan dengan jelas,  kembangkanlah
sedikit mungkin. Maksudnya janganlah anda membuat aturan-aturan standar  tingkah laku
terlalu banyak, tetapi kembangkanlah  yang penting-penting saja.
4)        Siswa hendaklah menunjukan dengan jelas penerimaaan mereka tentang standar
tingkahlaku yang disetujui oleh  kelompok/kelas. Maksudnya aturan-aturan yang akan
diperlakukan pada kelas Anda, hendaknya betul-betul yang telah disetujui atau disekapati oleh
siswa untuk mengikutinya.
5)        Karena standar tingkahlaku ditetapkan dalam lingkup sekolah, mungkin bertentangan
dengan pengalaman siswa di luar sekolah, maka perlu memonitor tingkahlaku siswa dan
mendiskusikannya dengan mereka untuk menyakinkan bahwa tingkahlaku itu konsisten
dengan standar tingkah laku kelas.
6)        Siswa akan lebih mungkin mentaati aturan-aturan, jika mereka tahu bahwa aturan tersebut
diterima oleh orang tua mereka atau kelompoknya. Jadi aturan-aturan /standar tingkahlaku
yang diberlakukan kepada siswa agar lebih dipatuhi hendaknya disetujui oleh orang tua siswa.
Setelah Anda mengetahui faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
mengembangakan aturan-aturan/standar tingkahlaku kelas lalu bagaiamanakah caranya
melibatkan siswa dalam mengembangkan aturan-aturan kelas tersebut.Anda sebagai guru
mungkin telah menerapkannya dengan baik, namum demikian kita lihat pendapat Jones dan
Jones (1998).
Pertama sekali guru membantu siswa mendiskusikan mengapa penting
mengembangkan standar tingkahlaku bagi semua anggota kelas dan menyetujui untuk
mematuhinya. Untuk merangsang terjadinya diskusi tersebut anda dapat mengajukan
pertanyaaan mengapa orang dewasa mempunyai aturan-atuan dan mematuhi, seperti mematuhi
aturan lalulintas, membayar pajak dan saling hormat menghormati satu sama lain. Melalui
diskusi ini Anda membimbing siswa sampai menyadari perlunya aturan-aturan dalam
mengatur kehidupan bermasyarakat/berkelompok atau kelas.
Selanjutnya anda meminta siswa membuat suatu daftar standar tingkahlaku yang
mereka anggap penting dan dipilih bersama beberapa diantaranya untuk disepakati. Tahap
berikutnya anda membimbing diskusi untuk memperjelas masing-masing aturan dan tanyakan
pada siswa apakah mereka menerima dan akan mematuhi standar tingkahlaku tersebut.
Tahap terakhir Anda memonitor prilaku siswa sehari-hari dan membantu siswa
mengingat kembali standar tingkahlaku yang telah diterimanya, jika terjadi penyimpangan dari
standar tersebut  Untuk lebih mudah anda memahami prosedur tersebut perhatikan  bagan
berikut ini.

C.  Tujuan Tahapan Penanggulangan Pelanggaran Disiplin


Tujuan dari tahapan dan penanggulangan pelanggaran disiplin, antara lain:
1)             Menjelaskan tahapan-tahapan cara memelihara disiplin kelas.
2)             Menjelaskan langkah-langkah menumbuhkan kesan positif pada pertemuan awal di kelas.
3)             Menjelaskan alasan-alasan diterapkannya campur tangan (intervensi) oleh guru.
4)             Mengemukakan kemungkinan jenis-jenis gangguan disiplin yang muncul di kelas.
5)             Menjelaskan cara-cara penanggulangan disiplin kelas berdasar jenis gangguan kelas yang
muncul.
6)             Menyebutkan berbagai alat yang dapat digunakan pada saat pengenalan siswa.
7)             Menjelaskan tahap-tahap pemeliharaan disiplin pada saat mengingatkan peraturan dan
konsekuensinya.
8)             Menyimpulkan bahwa pelaksanaan konsekuensi atas pelanggaran tata tertib bukan
dimaksud sebagai hukuman.
9)             Mengikhtisarkan langkah-langkah yang harus dilakukan pada tindakan penyembuhan.
10)         Menyimpulkan bahwa sajian yang menarik, penampilan yang menarik, ketepatan
penanganan dapat mencegah gangguan disiplin kelas.
11)         Menjelaskan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam menjatuhkan hukuman dalam
menegakkan disiplin.
12)         Menyimpulkan bahwa dengan pembiasaan disiplin di sekolah akan berpengaruh positif
bagi kehidupan siswa di masa depan.
13)         Menjelaskna hal-hal yang dapat menumbuh suburkan sikap bersahabat antara guru dan
siswa.
14)         Memahami bahwa sikap guru yang demokratis merupakan kondisi bagi terbinanya tertib
kearah siasat atau kearah diri sendiri.
15)         Menunjukkan bagaimana menjalin hubungan antara guru dan orang tua di rumah agar
upaya menegakkan disiplin di kelas ditunjang oleh disiplin di rumah.

BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Memelihara disiplin adalah suatu proses, yang terdiri dari serangkaian tahapan yang
harus diperhatikan oleh para penegak disiplin. Adapun tahapannya yaitu sebagai berikut:
pertama pencegahan, dimana para guru perlu menciptakan suasana kelas yang disiplin,
ketetapan instruksional, dan perencanaan pendidikan yang disiplin. Kedua pemeliharaan
disiplin, pada tahap ini guru perlu melakukan hubungan sosial emosi dengan peserta didik
dalam menunjukkan perilaku disiplin kelas.
Ketiga adanya campur tangan atau usaha guru dalam menangani perilaku peserta didik
yang melanggar disiplin kelas dengan mempelajari segala akar permasalahannya dengan
teknik-teknik yang berbasis psikologi pendidikan berupa pemberian sanksi. Keempat
pengaturan perilaku peserta didik, dalam hal ini para guru perlu mengatur perilaku peserta
didik yang menyimpang dari disiplin kelas dengan memberikan bimbingan dan pengarahan
yang mendidik, persuasive dan demokratis agar peserta didik menyadari perlakuannya yang
menyimpang dan kembali mematuhi disiplin kelas.

B.     Saran
Dalam upaya untuk memelihara budaya disiplin kelas yang telah tumbuh dan
berkembang, para guru di kelas hendaknya selalu konsisten dan berkesinambungan
menunjukkan sikap dan perilaku selalu disiplin datang ke kelas, disiplin dalam mengajar, dan
kegiatan disiplin lainnya yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan pendidikan di kelas.
Sabtu, 12 Januari 2013

JENIS GANGGUAN DAN CARA PENANGGULANGAN DISIPLIN


http://miftaresti.blogspot.com/2013/01/jenis-gangguan-dan-cara-penanggulangan.html

Dengan tidak mengurangi kebebasan guru menemukan cara penanggulangan gangguan


disiplin kelas, terdapat beberapa petunjuk umum cara penanggulangan gangguan disiplin seperti
dikemukakan Hollingsworth dan Hoower (1991 : 72-74) berikut ini:
a. Gangguan percakapan
Percakapan antar sesama peserta didik yang mengancam disiplin perlu segera ditanggulangi.
Guru dapat segera menghampiri mereka dan memotivasi mereka agar kembali mengerjakan tugas-
tugasnya. Atau guru dapat bertanya, atau meminta siswa mengajukan pertanyaan, menyuruh
menyelesaikan tugas secara khusus kepada peserta didik yang bercakap tadi.

b. Gangguan melempar catatan

Gangguan melempar catatan muncul akibat adanya kebosanan atau ketidak tepatan
kegiatan belajar mengajar. Mengambil langkah hati-hati, dalam situasi ini sangat penting tidak tepat
bila guru membaca keras-keras catatan itu. Secara persuasive menyatakan bahwa perbuatan itu akan
merugikan diri siswa sendiri dan akan mengganggu kelas.

c. Gangguan kebebasan yang berlebihan diantara siswa

Bebas adalah naluri manusia, tetapi kebebasan berlebihan perlu dicegah jangan sampai
berkembang merusak disiplin kelas. Berdialog antara guru dan peserta didik tentang hak dan
kewajiban peserta didik perlu dilaksanakan. Katakan kepada para siswa bahwa disamping hak, ada
kewajiban untuk tidak mengganggu orang lain.

d. Gangguan permusuhan antara peserta didik tau kelompok


Bicaralah dengan masing-masing pihak secara individual atau kelompok, berusaha mencari
penyebab permusuhan ini dan cobalah adakan perubahan-perubahan baru. Katakan bahwa
permusuhan adalah perbuatan tidak baik dan permusuhan akan mengakibatkan hilangnya teman
bergaul.

e. Gangguan menyontek

Menyontek terjadi akibat dari ketidak siapan peserta didik atau materi yang melebihi batas.
Berilah motivasi dan keempatan yang bijak dan tugas yang sesuai dengan kemampuan peserta didik.
Katakan pada mereka bahwa menyontek akibat dari tidak belajar. Menyontek, selain konsentrasi
buyar juga tidak akan dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Oleh karena itu, belajarlah dengan
rajin dan tekun.

f. Gangguan pengaduan

Disiplin kelas kadang-kadang terganggu oleh adanya pengaduan disamping adanya laporan
dari peserta didik. Gangguan harus dapat membedakan pengaduan dan laporan tentang sesuatu.
Namun guru perlu berlaku bijaksana dan konsisten dalam menjelaskan ke dua hal tersebut.

g. Gangguan tabiat marah

Guru segera menghampiri atau memindahkan peserta didik yang bertabiat marah dan
menjauhkan peserta didik lain. Sebagai pendengar, guru kemudian mencari sebab dan membantu
menyelesaikan persoalannya.

h. Gangguan penolakan permohonan guru

Berdialog secara terus menerus dan mencari alternatif lain adalah salah satu cara yang dapaot
ditempuh oleh guru terhadap gangguan ini. Permohonan yang rasional untuk seorang siswa belum
tentu sesuai dengan siswa lain. Penciptaan suasana sejuk dan objektif akan menghilangkan gangguan
semacam ini.

i. Gangguan perpindahan situasi


Perpindahan situasi merupakan jenis lain dari gangguan disiplin kelas (ganti pelajaran pindaj
kelas, perubahan jadwal). Oleh karena itu, perpindahan situasi harus diiringi oleh kesiapan akan
alternatif dan inisiatif lain, serta pengawasan. Di samping itu, terdapat berbagai cara lain yang dapat
ditempuh guru dalam menanggulangi pelanggaran disiplin. Cara tersebut antara lain:

1) Pengetahuan siswa

Makin baik guru mengenal siswa makin besar kemungkinan guru mencegah pelanggaran
disiplin. Sebaliknya anak yang frustasi karena merasa tidak mendapat perhatian guru dengan
semestinya sangat mungkin terjadinya siswa tersebut melanggar disiplin sekolah. Setiap siswa pada
dasarnya mempunyai daya atau tenaga untuk mengontrol dirinya. Siswa yang tidak diperhatikan
orang tua dan gurunya kurang dapat mengontrol dirinya sendiri biasanya kurang menghargai otoritas
dan mereka tidak menyukai dan membencinya.
Pengenalan terhadap mereka dan latar belakangnya merupakan usaha penanggulangan pelanggaran
disiplin. Berbagai alat dapat digunakan, misalnya:

   “interest-inventory” merupakan cara sederhana yang dilakukan guru. Alat ini berupa sejumlah
pertanyaan misalnya tentang buku yang disenangi, hoby, favorit, aktivitas yang dikerjakan siswa,
acara yang disenangi dari siaran televisi, guru yang paling disenangi, dan sebagainya.
   “sosiogram” yang dibuat dengan maksud untuk melihat bagaimana persepsi para siswa dalam rangka
hubungan sosio-psikologis dengan teman-temannya.

“feedback letter” dimana siswa diminta untuk membuat satu karangan atau satu surat tentang
perasaan mereka terhadap sekolahnya; apa yang disukai pada saat pertama kali masuk sekolah, pada
saat pelajaran berlangsung, pada saat istirahat, keadaan lingkungan sekolah, pada saat pulang
sekolah dan sebagainya

Hidup Tertib, Aman, Dan Tenteram Dalam Berbagai Lingkungan Dan Gatra Kehidupan
https://tugassekolah.co.id/2020/02/hidup-tertib-aman-dan-tenteram-dala.html

Hidup tertib pada hakikatnya adalah pernyataan sikap mental individu maupun masyarakat yang
mencerminkan rasa ketaatan dalam rangka mencapai tujuan. Ketertiban dapat dilaksanakan mulai
dan lingkungan masyarakat yang terkecil, yaitu keluarga hingga masyarakat.

Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.


Lingkungan keluarga
Untuk dapat mewujudkan keluarga yang sejahtera, aman, dan tenteram keluarga memihih peranan
yang sangat penting. Karena keluarga merupakan awal pembentukan, sikap terhadap masing-masing
individu, sekelompok orang atau masyarakat yang terkecil. Ketertiban keluarga ditentukan oleh
kebijaksanaan keluarga itu sendiri, sehingga dapat tercapai keseimbangan lahiriah maupun batiniah.
Ketertiban dai ketenteraman keluarga dapat ditempuh melalui beberapa cara sebagai berikut.
1. Seluruh anggota keluarga harus menaati semua norma atau aturan dalam keluarganya
masing-masing.
2. Ayah selaku kepala keluarga harus dapat menempatkan din sebagai pengendahi dan
keluarganya.
3. Dalam mengendalikan keluarga harus berprinsip demokratis, artinya anggota keluarga diajak
bermusyawarah, tidak secara diktator.
4. Setiap anggota keluarga harus saling menghormati dan harga- menghargai
5. Harus menempatkan harkat dan martabatnya sesuai dengan hak dan kewajibannya.
6. Harus dapat bekerja sama satu dengan lainnya.
7. Dapat melaksanakan kewajiban dengan sebaik-baiknya dengan penuh tanggungjawab.
8. Saling komunikatif dalam melaksanakan kewajiban masing-masing.
9. Penuh pengertian serta musyawarah dalam memecahkan permasalahan.
10. Semua permasalahan di dalam keluarga merupakan masalah semua anggota keluarga.
11. Semua harus melaksanakan peraturan yang telah disepakati oleh keluarga Dan uraian di atas
dapat di jadikan contoh bagi kita untuk menentukan sikap dalam keluarga. Perhatian yang
besar dan keluarga akan mempengaruhi sikap dan perbuatan kita dalam berbagai kehidupan
di masyarakat.

Lingkiuagan Sekolah
Sekolah merupakan masyarakat setelah keluarga. Sebagian besar waktu bagi siswa dihabiskan di
sekolah, oleh karena itu mau tidak maa lingkungan sekolah dapat mempengaruhi jiwa siswa dan
selanjutnya akan dapat membentuk tingkah laku dan perbuatannya. Untuk itu di sekolah hendaknya
diciptakan suasana sebagai berikut.
 Aman tenteram di antara siswa, guru, dan karyawan
 Adanya hubungan timbal balik yang baik antaranggota keluarga besar di sekolah.
 Suasana sekolah yang sejuk sehingga dapat mendorong siswa untuk giat belajar dan merasa
betah tinggal di sekolah.
 Menciptakan suasana yang rindang sehingga lingkungan di sekeliling sekolah tampak sedap
dan asni dipandang mata.
 Siswa dapat menaati tata tertib sekolah, termasuk ketentuan-ketentuan pakaian seragam
sekolah.
 Siswa harus menghormati kepala sekolah, guru, dan karyawan.
 Siswa harus belajar secara terus-menerus dan teratur.
 Siswa harus berbuat dan bertingkah laku yang baik dan sopan.
 Siswa harus melaksanakan upacara bendera baik pada han Senin maupun pada han-han besar
nasional.
 Siswa harus melaksanakan senam pagi, atau senam kesegaran jasmani pada han yang
ditentukan oleh sekolah.
Dengan melaksanakan kebijaksanaan di atas, diharapkan dapat membentuk jiwa sehingga berakibat
terhadap tindakan dan perbuatan siswa dalam sehari-hani. Tindakan siswa tersebut diharapkan
sesuai dengan yang dikehendaki sehingga tercipta suasana kehidupan yang aman tertib, tenteram
balk di rumah maupun di sekolah.

Lingkungan Masyarakat
Hidup di masyarakat memang tidak dapat dipisahkan, satu sama lain saling terkait. Sebagai contoh
kehidupan di dalam keluarga, tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan di sekolah, begitu juga
dengan kehidupan di masyarakat. Untuk itu agar tercipta suasana yang aman, tertib dan tenteram di
masyarakat, maka harus dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut.
1. Setiap orang harus tahun hak dan kewajibannya.
2. Harus menempatkan dirinya sesuai dengan £empatnya.
3. Mau menghormati orang lain.
4. Mau menghargai pendapat orang lain dan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
5. Mau bermusyawarah dalam memecahkan masalah.
6. Mau mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dan kepentingan
golongan.
7. Bersikap sopan dan menghindarkan perbuatan tercela.
8. Tidak memperlakukan tindakan yang dilarang yang diatur oleh peraturan inisalnya merokok di
ruangan yang ber-AC.
9. Melaksanakan peraturan perundangan yang berlaku di negara kita, baik peraturan di tingkat
pemerintah pusat, daerah maupun peraturan yang terendah, yaitu di tingkat desa, lebih dan
itu di tingkat keluarga.
Dan uraian tersebut, menjelaskan kepada kita bahwa kita selalu dihadapkan pada beber apa hal yang
sama-sama kuatnya, untuk itu tindakan yang baik adalah menciptakan suasana yang seimbang dan
serasi di antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Sumber Pustaka: Pabelan
Pertemuan ke 10; 15 Desember 2020 :

PENGATURAN KONDISI DAN PENCIPTAAN IKLIM BELAJAR

Kondisi dan situasi belajar mengajar


Erwin Widiasworo (cerdas pengelolaan kelas, 2018 : 133)
Menciptakan iklim belajar yang kondusif, guru harus :
- Kreatif;
- Berinivasi
- Semangat
- Mampu bekerjasama dengan sejawat, kepala sekolah dan karyawan

Iklim sekolah yang kondusif untuk belajar akan membuat peserta didik termotivasi
untuk selalu belajar baik di sekolah maupun di rumah;

Untuk menciptakan pembelajaran di kelas, guru perlu melibatkan beberapa aspek


yang didesain sedemikian rupa dalam kegiatan pembelajaran. Aspek-aspek tersebut
adalah :
1. Kompetensi dan kreativitas guru dalam mengembangkan materi pembelajaran;
2. Penggunaan metode dan strategi pembelajaran yang bervariasi;
3. Pengaturan waktu dalam proses pembelajaran;
4. Penggunaan media dan sumber pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran.

1. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, mengasyikan, mencerdaskan


dan menguatkan :
- Menyenangkan dan mengasyikan berkaitan erat dengan perasaan, diperlukan
sikap guru yang selalu ramah, selalu terseyum, berkomunikasi dengan sopan
dan santun, adil;
- Mencerdaskan dan menguatkan melibatkan aspek kognitif dan kecerdesan
majemuk
Berkaitan dengan hal tersebut, guru harus :
a. Memilih tema-tema yang dapat mengajak peserta didik bukan sekedar
berpikir, tetapi harus dapat merasa dan bertindak untuk menyelesaikan tugas-
tugas menjadi tanggungjawabnya;
b. Menggunakan teknik-teknik penciptaan suasana yang menyenangkan dalam
pembelajaran;
c. Memberikan pemahaman yang cukup sekaligus memebrikan keluasan bagi
peserta didik dalam proses pemnelajaran;
d. Hendaknya guru tidak terlalu banyak membuat aturan yang dapat
menyebabkan peserta didik diliputi rasa takut dan bersalah
2. Kondisi sosio-emosional :
a. Tipe kepemimpinan
Kepemimpinan guru yang demokratis dapat memberikan keleluasaan bagi
peserta didik untuk mengembangkan rasa ingin tahu sehingga mereka dapat
aktif belajar;
b. Sikap guru
Sikap guru sangat mempengaruhi mood peserta didik dalam belajar, oleh
karena itu guru harus :
- senantiasa bersabar dalam menghadapi peserta didik;
- Tetap bersahabat dan meyakini bahwa tingkah laku peserta didik seburuk
apapun dapat diperbaiki;
- Selalu berdikap hangat dan berlaku adil terhadap semua peserta didik
c. Suara guru
Guru hendaknya mampu :
- Mengatur suara agar didengar seluruh peserta didik dan tidak membosankan;
- Membuat tekanan (intonasi) suara yang bervariasi agar tidak membosankan;
- Mengeluarkan suara yang berkarakter yang dapat mendorong peserta didik
untuk memperhatikan pelajaran.
d. Pembinaan hubungan baik
- Guru harus senantiasa menciptakan hubungan baik dengan peserta didik;
- Guru harus dapat membangun sifat-sifat kekeluargaandan keakraban yang
menyebabkan peserta didik merasa aman dan nyaman
e. Kondisi organisasional
Kegiatan rutin ysng diatur dengan jelas dan dikomunikasikan dengan pesrta
didik akan menambah kebiasaan baik dan mereka akan terbiasa
bertingkahlaku secara teratur dan penuh disiplin pada semua kegiatan yang
bersifat rutin

Upaya dalam meningkatkan disiplin belajar peserta didik

Disiplin merupakan kunci kesuksesan suatu program/ kegiatan


Sikap disiplin seorang peserta didik saat belajar sangat penting untuk diperhatikan
Guru hendaknya bersikap ramah dan hangat terhadap, tetapi harus tegas dalam
menegakkan kedisiplinan
Kiat meningkatkan disiplin belajar peserta didik :
1. Membuat kontrak belajar;
2. Menyusun jadwal kegiatan belajar mandiri bagi peserta didik;
3. Selalu mengadakan pretest, posttest atau kuis;
4. Ketegasan tanpa kekerasan;
5. Memberikan tugas rumah;
Strategi meningkatkan disiplin peserta didik :
1. Sekolah memiliki system pengendalian ketertiban yang dikelola dengan baik;
2. Adanya keteladanan disiplin dalam sikap dan perilaku mulai dari pimpinan
sekolah, guru dan karyawan;
3. Mewajibkan peserta didik baru untuk mengikuti ekstrakurikuler pramuka;
4. Pada awal masuk sekolah, guru bersama peserta didikmembuat kesepakatan
tentang aturan kelas;
5. Memperkecil kesempatan peserta didik untuk ijin meninggalkan kelas;
6. Setiap upacara hari Senin diumumkan frekuensi pelanggaran terendah
Pertemuan ke 11, 15 Desember 2020

TAHAPAN-TAHAPAN DAN PENANGGULANGAN PELANGGARAN DISIPLIN


http://rinitarosalinda.blogspot.com/2015/11/tahapan-dan-penanggulangan-pelanggaran.html

1. Tahapan memelihara disiplin


Memlihara disiplin adalah suatu proses, maka memelihara disiplin akan terdiri dari
serangkaian tahapan yang harus diperhatikan oleh para penegak disiplin, seperti
berikut:
a. Pencegahan; yang perlu diperhatikan dalam tahap ini :
- menciptakan suasana kelas, ketepatan perencanaan, dan intruksional;
- mengenal identitas (nama, sifat, dan kesukaan) peserta didik;
- memberikan catatan yang bersifat dorongan pada pekerjaan peserta didik;
- merencanakan pengajaran dan mengajar peserta didik dengan penuh variatif dan
dengan hal-hal yang aktual melalui topik-topik yang relevan;
- penguasaan akan disiplin akademinya akan menambah kredibilitas guru yang
diperlukan juga dalam proses pembelajaran.
b. Pemeliharaan; pemeriharaan perilaku pada umumnya harus sejalan dengan
pedoman yang telah ditetapkan agar peserta didik tetap dapat menjalankan tugas-
tugasnya. Pedoman itu harus memenuhi kepatuhan, kebermaknaan, kepraktisan
kearah belajar aktif. Peserta didik harus patut menerima perhatian secara teratur
untuk mengurangi gangguan dan menghindari tumbuhnya perilaku menyinpang.
Pertemuan pertama, misalnya adalah saat yang penting memelihara prilaku-prilaku
yang diharapkan. Tumbuhkan kesan positif pada pertemuan pertama ini dengan
mengemukakan program/perencanaan pembelajaran.
Langkah-langkah seperti: 
1)  mulailah dengan saling berkenalan secara tepat;
2)  informasikan gambar umum, latar belakang, garis besar perhatian dan aktifitas
yang relevan  dari bidang studi yang akan ditempuh peserta didik; 
3)  informasikan harapan-harapan akademis dan kebijakan penilaian secara
rasional; 
4)  beri kesempatan peserta didik menyatakan harapan-harapan mereka dengan
mengunakan kemungkinan-kemungkinan yang saling menguntungkan.
c. Campur Tangan (Intervensi)
Usaha guru untuk memberhentikan prilaku tidak pantas dari peserta didik
diperlukan bila teknik-teknik yang diterapkan dalam fase pencegahan dan
pemeliharaan tidak berhasil. Namun dalam fase campur tangan ini hendaknya dicari
teknik yang efektif dan dilakukan secara hemat dan penuh pertimbangan. Campur
tangan lebih dilakukan pada gejala utamanya daripada perilaku penyimpangannya.
Guru hendaknya menggunakan pendekatan ilmu dan seni mendidik dalam fase ini.
Guru memerlukan keahlian dalam langkah-langkah intervensi seperti: bertanya
menatap mata peserta didik, mendekati peserta didik, memberi isyarat dengan
tangan atau kepala agar peserta didik berprilaku tidak pantas. Kalau cara ini belum
berhasil mintalah peserta didik dengan menyebut namanya untuk diam atau
memindahkan tempat duduknya, atau melakukan apa saja yang tepat untuk situasi
seperti itu. Hal itu semua harus dilakukan dengan tenang dan tidak emosional.
Hindari segala jenis tindakan yang menimbulkan konfrontasi. Ingat, ini bukan
situasi kemenangan bagi guru.
e. Tujuan pengaturan perilaku; untuk mengurangi kesalahan pelaksanaan
pengembangan kecakapan peserta didik. Fase ini merupakan fase yang penting demi
tercapainya tujuan peserta didik. Guru tidak dilatih mengobati dan mereka harus
menyadari kekurangan dalam menanggulangi hal-hal yang menyebabkan aneka
perilaku. Namun demikian, guru harus memiliki kesabaran, potensi mempengaruhi
sikap dan perilaku dengan cara yang tidak merugikan. Guru dapat membantu peserta
didik menyadari bahwa perilaku memiliki konsekwensi dengan kehidupan mereka.
Lebih lanjut guru dapat mempertimbangkan alternative aktifitas ke arah
pengembangan perilaku positif melalui cara efektif.

2. Jenis gangguan dan cara penanggulangan disiplin


Dengan tidak mengurangi kebebasan guru menemukan cara penanggulangan gangguan
disiplin kelas, terdapat beberapa petunjuk umum cara penanggulangan gangguan
disiplin (Hollingsworth dan Hoower, 1991 : 72-74) berikut ini:
a.Gangguan percakapan
Percakapan antar sesama peserta didik yang mengancam disiplin perlu segera
ditanggulangi. Guru dapat segera menghampiri mereka dan memotivasi mereka
agar kembali mengerjakan tugas-tugasnya. Atau guru dapat bertanya, atau meminta
siswa mengajukan pertanyaan, menyuruh menyelesaikan tugas secara khusus
kepada peserta didik yang bercakap tadi.
b. Gangguan melempar catatan;
Gangguan melempar catatan muncul akibat adanya kebosanan atau ketidaktepatan
kegiatan belajar mengajar. Mengambil langkah hati-hati, dalam situasi ini sangat
penting tidak tepat bila guru membaca keras-keras catatan itu. Secara persuasive
menyatakan bahwa perbuatan itu akan merugikan diri siswa sendiri dan akan
mengganggu kelas.
c. Gangguan kebebasan yang berlebihan diantara siswa
Bebas adalah naluri manusia, tetapi kebebasan berlebihan perlu dicegah jangan
sampai berkembang merusak disiplin kelas. Berdialog antara guru dan peserta didik
tentang hak dan kewajiban peserta didik perlu dilaksanakan. Katakan kepada para
siswa bahwa disamping hak, ada kewajiban untuk tidak mengganggu orang lain.
d. Gangguan permusuhan antara peserta didik/kelompok
Bicaralah dengan masing-masing pihak secara individual atau kelompok, berusaha
mencari penyebab permusuhan ini dan cobalah adakan perubahan-perubahan baru.
Katakan bahwa permusuhan adalah perbuatan tidak baik dan permusuhan akan
mengakibatkan hilangnya teman bergaul.
e. Gangguan menyontek
Menyontek terjadi akibat dari ketidak siapan peserta didik atau materi yang
melebihi batas. Berilah motivasi dan kesempatan yang bijak dan tugas yang sesuai
dengan kemampuan peserta didik. Katakan pada mereka bahwa menyontek akibat
dari tidak belajar. Menyontek, selain konsentrasi buyar juga tidak akan dapat
menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Oleh karena itu, belajarlah dengan rajin dan
tekun.
  f. Gangguan pengaduan
Disiplin kelas kadang-kadang terganggu oleh adanya pengaduan disamping adanya
laporan dari peserta didik. Gangguan harus dapat membedakan pengaduan dan
laporan tentang sesuatu. Namun guru perlu berlaku bijaksana dan konsisten dalam
menjelaskan ke dua hal tersebut.
g. Gangguan tabiat marah
Guru segera menghampiri atau memindahkan peserta didik yang bertabiat marah
dan menjauhkan peserta didik lain. Sebagai pendengar, guru kemudian mencari
sebab dan membantu menyelesaikan persoalannya.
h. Gangguan penolakan permohonan guru
Berdialog secara terus menerus dan mencari alternatif lain adalah salah satu cara
yang dapaot ditempuh oleh guru terhadap gangguan ini. Permohonan yang rasional
untuk seorang siswa belum tentu sesuai dengan siswa lain. Penciptaan suasana sejuk
dan objektif akan menghilangkan gangguan semacam ini.
i. Gangguan perpindahan situasi
Perpindahan situasi merupakan jenis lain dari gangguan disiplin kelas (ganti pelajaran
pindah kelas, perubahan jadwal). Oleh karena itu, perpindahan situasi harus diiringi
oleh kesiapan akan alternatif dan inisiatif lain, serta pengawasan. Di samping itu,
terdapat berbagai cara lain yang dapat ditempuh guru dalam menanggulangi
pelanggaran disiplin. Cara tersebut antara lain:
1) Pengetahuan siswa
Makin baik guru mengenal siswa makin besar kemungkinan guru mencegah
pelanggaran disiplin. Sebaliknya anak yang frustasi karena merasa tidak mendapat
perhatian guru dengan semestinya sangat mungkin terjadinya siswa tersebut
melanggar disiplin sekolah. Setiap siswa pada dasarnya mempunyai daya atau
tenaga untuk mengontrol dirinya. Siswa yang tidak diperhatikan orang tua dan
gurunya kurang dapat mengontrol dirinya sendiri biasanya kurang menghargai
otoritas dan mereka tidak menyukai dan membencinya.
Pengenalan terhadap mereka dan latar belakangnya merupakan usaha
penanggulangan pelanggaran disiplin. Berbagai alat dapat digunakan, misalnya:
·   “interest-inventory” merupakan cara sederhana yang dilakukan guru. Alat ini
berupa sejumlah pertanyaan misalnya tentang buku yang disenangi, hoby, favorit,
aktivitas yang dikerjakan siswa, acara yang disenangi dari siaran televisi, guru
yang paling disenangi, dan sebagainya.
·   “sosiogram” yang dibuat dengan maksud untuk melihat bagaimana persepsi
para siswa dalam rangka hubungan sosio-psikologis dengan teman-temannya.
“feedback letter” dimana siswa diminta untuk membuat satu karangan atau satu
surat tentang perasaan mereka terhadap sekolahnya; apa yang disukai pada saat
pertama kali masuk sekolah, pada saat pelajaran berlangsung, pada saat istirahat,
keadaan lingkungan sekolah, pada saat pulang sekolah dan sebagainya

3. Kebiasaan hidup tertib


Hidup tertib pada hakikatnya adalah pernyataan sikap mental individu maupun masyarakat
yang mencerminkan rasa ketaatan dalam rangka mencapai tujuan. Ketertiban dapat
dilaksanakan mulai dan lingkungan masyarakat yang terkecil, yaitu keluarga hingga
masyarakat.
Lingkungan keluarga
Untuk dapat mewujudkan keluarga yang sejahtera, aman, dan tenteram keluarga memihih
peranan yang sangat penting. Karena keluarga merupakan awal pembentukan, sikap terhadap
masing-masing individu, sekelompok orang atau masyarakat yang terkecil. Ketertiban
keluarga ditentukan oleh kebijaksanaan keluarga itu sendiri, sehingga dapat tercapai
keseimbangan lahiriah maupun batiniah. Ketertiban dai ketenteraman keluarga dapat
ditempuh melalui beberapa cara sebagai berikut.
a. Seluruh anggota keluarga harus menaati semua norma atau aturan dalam keluarganya
masing-masing.
b. Ayah selaku kepala keluarga harus dapat menempatkan din sebagai pengendahi dan
keluarganya.
c. Dalam mengendalikan keluarga harus berprinsip demokratis, artinya anggota keluarga
diajak bermusyawarah, tidak secara diktator.
d. Setiap anggota keluarga harus saling menghormati dan harga- menghargai
e. Harus menempatkan harkat dan martabatnya sesuai dengan hak dan kewajibannya.
f. Harus dapat bekerja sama satu dengan lainnya.
g. Dapat melaksanakan kewajiban dengan sebaik-baiknya dengan penuh tanggungjawab.
h. Saling komunikatif dalam melaksanakan kewajiban masing-masing.
i. Penuh pengertian serta musyawarah dalam memecahkan permasalahan.
j. Semua permasalahan di dalam keluarga merupakan masalah semua anggota keluarga.
k. Semua harus melaksanakan peraturan yang telah disepakati oleh keluarga
Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan masyarakat setelah keluarga. Sebagian besar waktu bagi siswa dihabiskan
di sekolah, oleh karena itu mau tidak maa lingkungan sekolah dapat mempengaruhi jiwa
siswa dan selanjutnya akan dapat membentuk tingkah laku dan perbuatannya. Untuk itu di
sekolah hendaknya diciptakan suasana sebagai berikut.
a. Aman tenteram di antara siswa, guru, dan karyawan
b. Adanya hubungan timbal balik yang baik antaranggota keluarga besar di sekolah.
c. Suasana sekolah yang sejuk sehingga dapat mendorong siswa untuk giat belajar dan
merasa betah tinggal di sekolah.
d. Menciptakan suasana yang rindang sehingga lingkungan di sekeliling sekolah tampak
sedap dan asni dipandang mata.
e. Siswa dapat menaati tata tertib sekolah, termasuk ketentuan-ketentuan pakaian seragam
sekolah.
f. Siswa harus menghormati kepala sekolah, guru, dan karyawan.
g. Siswa harus belajar secara terus-menerus dan teratur.
h. Siswa harus berbuat dan bertingkah laku yang baik dan sopan.
i. Siswa harus melaksanakan upacara bendera baik pada han Senin maupun pada han-han
besar nasional.
j. Siswa harus melaksanakan senam pagi, atau senam kesegaran jasmani pada han yang
ditentukan oleh sekolah.
Dengan melaksanakan kebijaksanaan di atas, diharapkan dapat membentuk jiwa sehingga
berakibat terhadap tindakan dan perbuatan siswa dalam sehari-hani. Tindakan siswa tersebut
diharapkan sesuai dengan yang dikehendaki sehingga tercipta suasana kehidupan yang aman
tertib, tenteram balk di rumah maupun di sekolah.
Lingkungan Masyarakat
Hidup di masyarakat memang tidak dapat dipisahkan, satu sama lain saling terkait. Sebagai
contoh kehidupan didalam keluarga, tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan di sekolah,
begitu juga dengan kehidupan di masyarakat. Untuk itu agar tercipta suasana yang aman,
tertib dan tenteram di masyarakat, maka harus dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut.
a. Setiap orang harus tahun hak dan kewajibannya.
b. Harus menempatkan dirinya sesuai dengan £empatnya.
c. Mau menghormati orang lain.
d. Mau menghargai pendapat orang lain dan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
e. Mau bermusyawarah dalam memecahkan masalah.
f. Mau mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dan kepentingan
golongan.
g. Bersikap sopan dan menghindarkan perbuatan tercela.
h. Tidak memperlakukan tindakan yang dilarang yang diatur oleh peraturan inisalnya
merokok di ruangan yang ber-AC.
i. Melaksanakan peraturan perundangan yang berlaku di negara kita, baik peraturan di
tingkat pemerintah pusat, daerah maupun peraturan yang terendah, yaitu di tingkat desa,
lebih dan itu di tingkat keluarga.
Dan uraian tersebut, menjelaskan kepada kita bahwa kita selalu dihadapkan pada beber apa
hal yang sama-sama kuatnya, untuk itu tindakan yang baik adalah menciptakan suasana yang
seimbang dan serasi di antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar


https://santisusanti1995.wordpress.com/2013/10/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-belajar-dan-
pembelajaran/

 Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu yang belajar yang dapat
mempengaruhi hasil belajar individu itu sendiri. meliputi :
1. Kondisi fisiologisi; jasmani, kesehatan, dan organ tubuh, kondisi fisik yang sehat dan bugar
akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu
2. Kondisi psikologis
a. Tingkat kecerdasan/intelegensi
b. Sikap, hal ini berhubungan dengan tingkah laku individu dalam belajar.
c. Minat, tentu tiap individu harus memiliki minat terkebih dahulu dalam dirinya untuk
setidaknya penasaran terhadap apa yang akan ia pelajari.
d. Motivasi.
e. Bakat.
f. Gaya kognitif

1. Faktor eksternal, berasal dari luar yang mempengaruhi diri individu dalam belajar, meliputi
Instrumental, meliputi berbagai komponen seperti:
a. Guru adalah orang yang mengajar dan mendidik yang memiliki peranan penting dalam
membimbing individu baik dalam hal meyampaikan materi secara nyaman, menumbuhkan
motivasi belajar individu sehingga individu belajar merasa tidak asing dengan apa yang sedang
dipelajarinya.
b. Kurikulum adalah suatu program yang dijadikan acuan oleh pendidik dalam menyampaikan
materi pelajaran kepada peserta didik sebagai individu belajar.
c. Metode merupakan cara yang dipakai dan dilakukan oleh pendidik agar peserta didik merasa
nyaman. Metode ini juga dapat dikatakan seni mendidik.
d. Evaluasi dapat dikatakan tolak ukur yang akan dijadikan acuan. Dalam evaluasi, pendidik dapat
mengetahui hasil yang dicapai memenuhi apa yang diharapkan atau tidak.
e. Sarana prasarana adalah hal-hal yang dijadikan penunjang. Dalam hal ini lebih ditekankan pada
media yang bersifat nyata.
f. Lingkungan meliputi lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan lingkungan kultural.
Faktor yang mempengaruhi Belajar dan Pembelajaran
http://whendikz.blogspot.com/2013/10/faktor-yang-mempengaruhi-belajar-dan_6.html

Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, dimana mereka sangat memerlukan
bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan
fitrahnya. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang
tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.

Dalam dunia pendidikan sebagai pendidik kita harus memahami perkembangan dari peserta
didik. Perkembangan dalam pendidikan meliputi perkembangan makro (masyarakat
luas/negara), perkembangan meso (lingkungan sekolah), dan perkembangan mikro (dalam
kelas). Ketiga perkembangan tersebut saling mendukung dalam pelaksanaannya.

            Output atau hasil dari pendidikan akan maksimal jika komponen-komponennya saling
mendukung. Komponen- komponen pendidikan tersebut adalah :

      Masukan Mentah       Hasil Belajar


      Masukan Lingkungan       Masukan Instrumen
      Guru       Media

      Kurikulum       Bahan

      Evaluasi       Sarana/prasarana

      Sosial       Fisik

      Budaya

Selain komponen-komponen tersebut terdapat faktor-faktor internal dan ekternal


yang dapat mempengaruhi proses belajar pembelajaran peserta didik. Faktor internal
meliputi fisik dan psikis (motivasi, IQ, bakat, minat), dan faktor eksternalnya adalah
envimental (lingkungan social, lingkungan alam) dan instrumental.

A.    Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri. Seperti :
Gangguan fisik seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan alat panca indra;  Ketidak
seimbangan mental; Kelemahan emosional; Kelemahan yang disebabkan oleh perasaan dan
sikap yang salah seperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran, malas dan sering
bolos. Faktor Internal yang mempengaruhi proses belajara dan pembelajaran antara lain :
1.      Pengaruh Fisik

Perkembangan fisik pada anak memiliki karakteristik yang berbeda baik sebelum maupun
sesudah anak-anak. Perkembangan fisik pada anak perlu dipelajari dan dipahami oleh setiap
guru, karena dipercaya bahwa segala aktivitas-aktivitas belajar dan aktivitas-aktivitas yang
menyangkut mentalnya serta pembentukan kepribadian dipengaruhi oleh kondisi dan
pertumbuhan fisik. Contohnya adalah kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap
badan beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal
sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan
terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk
jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguangangguan/ kelainan-kelainan
fungsi alat inderannya serta tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah
mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan
ketentuan, ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur makan, olahraga, rekreasi dan
ibadah.

2.      Pengaruh Psikis

Proses psikososial, melibatkan perubahan – perubahan dalam aspek perasaan, emosi dan
kepribadian individu, perkembangan identitas diri, pola hubungan dengan anggota keluarga,
teman, guru dan yang lainnya. Contoh Pengaruh Psikis antara lain :

a.      Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata
tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil
yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika
bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak
lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran itu
sesuai dengan hobi atau bakatnya.

b.      Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai
dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara
(tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan
minat selalu dikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Jika terdapat
siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapat diusahakan agar ia mempunyai minat
yang labih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan
serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-
cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.

c.       Bakat

Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah: ”the city to learn”. Dengan perkata lain bakat
adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru terealisasi menjadi kecakapan yang
nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat
dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang/tidak berbakat
dibidangnya. Dari uraian di atas dijelaskan bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika
bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik
karena ia senang belajar pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya.

B.     Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang timbul dari luar individu, seperti : Sekolah;
Sifat kurikulum yang kurang fleksibel, terlalu berat beban belajar; (murid) dan mengajar
(guru); metode mengajar kurang memadai, kurang media pembelajaran; Keluarga (rumah)
Keluarga yang kurang utuh atau kurang harmonis, keadaan ekonomi, dan sikap orang tua
tidak memperhatikan pendidikan anaknya. Faktor Eksternal yang mempengaruhi proses
belajar dan pembelajaran antara lain :

1.      Lingkungan

Faktor ini juga dapat disebut dengan faktor luar. Dalam lingkungan anak diajarkan
tentang nilai-nilai budaya setempat. Dengan faktor tertentu dan faktor lingkungan tertentu
pula maka akan menghasilkan pola pertumbuhan dan perkembangan tertentu pula. Setiap
individu lahir dengan hereditas tertentu. Namun individu itu tumbuh dan berkembang tidak
lepas dari lingkungannya baik lingkungan fisik, lingkungan psikologi, maupun lingkungan
sosial. Setiap pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks merupakan hasil interaksi
dari hereditas dan lingkungan.

      Hubungan antara faktor hereditas dan lingkungan, faktor hereditas beroperasi dengan
cara yang berbeda-beda menurut kondisi dan keadaan lingkungan yang berbeda-beda pula.
Selain dengan interaksi hubungan antara hereditas dan lingkungan dapat pula digambarkan
sebagai additive contribution (sama-sama menyumbang bagi pertumbuhan dan
perkembangan fisiologi dan juga tingkah laku. Lingkungan sebagai kondisi atau pengalaman
– pengalaman interaksional yang memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan.

      Misal, di dalam keluarga, setiap anak mempunyai karakter dan pengalaman yang berbeda
– beda. Tergantung dari perlakuan orang tua kepada setiap anak – anaknya, dan pergaulan
dari masing – masing anak. Hal ini menandakan bahwa faktor lingkungan juga turut
mempengaruhi perkembangan individu. Faktor lingkungan terdiri dari :

a.      Lingkungan Fisik

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan fisik adalah cuaca, keadaan udara, ruangan, cahaya,
kesehatan lingkungan, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang
turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

Mengenai waktu yang disenangi untuk belajar seperti pagi atau sore hari, seorang ahli
bernama J. Biggers (1980) berpendapat bahwa belajar pagi hari lebih efektif daripada belajar
pada waktu-waktu lainnya. Namun, menurut penelitian beberapa ahli learning style (gaya
belajar), hasil belajar itu tidak tergantung pada waktu secara mutlak, tetapi bergantung pada
pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan siswa (Dunn, dkk., 1986).

b.      Lingkungan Sosial

Yang termasuk lingkungan sosial adalah pergaulan siswa dengan orang lain di sekitarnya,
sikap dan perilaku orang di sekitar siswa dan sebagainya. Lingkungan sosial yang lebih
banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-
sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi
dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

Kondisi masyarakat di lingkungan  siswa yang kumuh, anak-anak penganggur dan serba
kekurangan akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut
akan menemukan kesulitan ketika  memerlukan teman belajar atau berdiskusi ataupun
meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya. (Muhibbin Syah,
2003: 152-154)

c.       Lingkungan Kultural

Yang termasuk lingkungan kultural adalah kebiasaan dan tata cara pergaulan masyarakat di
sekitar siswa. Setiap daerah memiliki kebiasaan dan tata cara pergaulan yang berbeda-beda.
Hal ini, dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa.

2.      Intrumental

Instrumental adalah alat atau sarana yang digunakan dalam proses belajar dan
pembelajaran, berupa hardware dan software. Misalkan saja hardware, seperti : Buku-buku
yang lengkap, kelas yang kodusif, cat dinding kelas yang sesuai dan membuat suasana
nyaman, tempat duduk, taman, LCD, komputer, transportasi, perpustakaan, gedung,
laboratorium dll. Dan software berupa program-program pendukung belajar peserta didik
dan pendidik, yang berkaitan langsung dengan minat siswa belajar. Yang termasik faktor
instrumental antara lain:

a.      Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui dalam mengajar. Metode
mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.
Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan
dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas
atau sikap guru terhadap siswa atau mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa
kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.

b.      Alat pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang
dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang
diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan
pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan
menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan maju.

c.       Waktu sekolah

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat
pagi hari, sore, /malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi
siswa terpaksa masuk sekolah sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan
kecuali ada hal yang mendesak seperti keterbatasan ruangan kelas. Dimana siswa harus
beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah hingga mendengarkan pelajaran sambil
mengantuk. Sebaliknya siswa belajar di pagi hari, pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi
yang baik. Jika siswa bersekolah pada waktu kondisi badannya sudah lelah/lemas, misalnya
pada siang hari, akan mengalami kesulitan didalam menerima pelajaran. Kesulitan itu
disebabkan karena siswa sukar berkonsentrasi dan berfikir pada kondisi badan yang lemah
tadi.

Referensi :

http://roselilagibelajar.blogspot.com/2011/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
proses.html
http://www.englishjava.com/2012/10/faktor-yang-mempengaruhi-belajar-dan.html

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar dan Pembelajaran


https://santisusanti1995.wordpress.com/2013/10/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-belajar-dan-
pembelajaran/

Ada 2 faktor yang mempengaruhi  kegiatan belajar dan pembelajaran yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.

 Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu yang belajar yang dapat
mempengaruhi hasil belajar individu itu sendiri. meliputi :
 kondisi fisiologis. Kondisi fisiologis ini meliputi: jasmani, kesehatan, dan organ tubuh. Kondisi
fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar
individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil
belajar yang maksimal. Di samping itu pancaindra juga memiliki peranan yang sangat penting.
Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik
pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang
diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar.
 kondisi psikologis
1. Tingkat kecerdasan/intelegensi. Hal ini berhubungan dengan faktor bawaannya atau
keturunan. Tingkat IQ mempengaruhi proses belajar dan leh arena ini ator awaan
maka slit utuk dirubah kecuali jika individu itu rajin, maka individu tersebut dapat
meningkatkan tingkat IQ-nya itu.
2. Sikap. Hal ini berhubungan dengan tingkah laku individu dalam belajar. Sikap yang
ditunjukkan oleh individu harus mendukungnya untuk mampu menyerap pelajaran.
Terkadang individu merasa cemas ketika ia menghadapi hal yang kurang ia sukai. Rasa
takut dan cemas itu akan dapat mempengaruhi sikapnya di dalam lingkunga belajar
sehingga membuatnya tidak percaya diri dan sikap yang ditunjukkannya pun akan
bernilai negatif.
3. Minat. Untuk dapat memahami suatu hal, tentu tiap individu harus memiliki minat
terkebih dahulu dalam dirinya untuk setidaknya penasaran terhadap apa yang akan ia
pelajari.
4. Motivasi. Tanpa motivasi dalam diri individu, maka akan sangat susah seorang
individu memahami bahkan menerima masukan yang datang padanya
5. Bakat. Beberapa individu melakukan suatu hal karena ia menyukainya, dalam arti,
individu tersebut memiliki bakat di bidang yang sedang ia pelajari.
6. gaya kognitif

2. Faktor eksternal. Faktor ini berasal dari luar yang mempengaruhi diri individu dalam
belajar. Meliputi :     1.Instrumental. Meliputi berbagai komponen seperti:

1. Guru adalah orang yang mengajar dan mendidik yang memiliki peranan penting
dalam membimbing individu baik dalam hal meyampaikan materi secara nyaman,
menumbuhkan motivasi belajar individu sehinga individu belajar merasa tidak asing
dengan apa yang sedang dipelajarinya.
2. Kurikulum adalah suatu program yang dijadikan acuan oleh pendidik dalam
menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik sebagai individu belajar.
3. Metode merupakan cara yang dipakai dan dilakukan oleh pendidik agar peserta didik
merasa nyaman. Metode ini juga dapat dikatakan seni mendidik.
4. Evaluasi dapat dikatakan tolak ukur yang akan dijadikan acuan. Dalam evaluasi,
pendidik dapat mengetahui hasil yang dicapai memenuhi apa yang diharapkan atau
tidak.
5. Sarana prasarana adalah hal-hal yang dijadikan penunjang. Dalam hal ini lebih
ditekankan pada media yang bersifat nyata.
6. Lingkungan meliputi lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan lingkungan kultural.

Advertisement
REPORT THIS AD

REFERENSI

http://sainsmatika.blogspot.com/2012/03/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-belajar.html

http://unikerz.blogspot.com/2013/01/Faktor-Faktor-Yang-Mempengaruhi-Belajar-Dan-
Pembelajaran.html

BAHAN UAS - > MAKALAH INDIVIDU


No NIM Nama Judul makalah

Pertemuan ke 9; Selasa, 8 Desember 2020

Pokok bahasan : Prosedur dan Rangcangan Pengelolaan kelas


Sub pokok bahasan : 1. Prosedur manajemen kelas
2. Rancangan prosedur manajemen kelas
Sumber : Manajemen Pengelolaan Kelas (Faizal Djabidi, 143)
A. Latar belakang masalah
- Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar untuk
menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik
dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mengajar
peserta didik;
- Sekolah adalah madrasah kedua setelah keluarga bagi peserta didik;
- Tugas utama pendidik/ guru mengusahakan agar setiap anak didik dapat
belajar dengan efektif (individu dan/atau kelompok);
- Dalam proses belajar dan semangat mencapai prestasi belajar yang tinggi,
amat tergantung pada pembiasaan sehari-hari atas interaksi yang terjadi
antara guru dan peserta didik di dalam kelas;
- Karena itu manajemen/ pengelolaan kelas merupakan hal utama dalam
menunjang terciptanya proses belajar yang menyenangkan dan pencapaian
prestasi belajar yang tinggi itu.

B. Pengertian prosedur dan rangcangan


- Prosedur merupakan cara mengerjakan suatu pekerjaan menurut tingkat-
tingkatnya (KUBI, 1996: 1092);
- Prosedur (Ismail Masya, 1994: 74) adalah suatu rangkaian tugas yang
saling berhubungan baik urutan-urutan menurut waktu dan tata cara
tertentu untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang dilaksanakan berulang-
ulang;
- Jadi prosedur adalah suatu tata cara kerja atau kegiatan
untukmenhyelesaikan pekerjaandengan urutan waktu dan memiliki pola
kerja yang tetapyang teklah ditentukan (SOP);
- Rancangan (KUBI, 1996: 1129) berasal dari rancang yang artinya yang
artinya membuat gambar bentuk bangunan secara kasar (hanya garis-garis
besarnya) ….dst
- Rancangan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang disusun
secara sistematis berdasarkan pemikiran yang rasional untuk mencapai
tujuan tertentu.
- Tugas guru menyusun rancangan prosedur manajemen kelas berarti guru
menentukan serangkaian kegiatan tentang langkah-langkah manajemen
kelas yang disusun secara sistematisberdasarkan pemikiran yan rasional
untuk menciptakan kondisi lingkungan yang optimal bagi keberlangsungan
kegiatan belajar siswa.

C. Pengertian manajemen pengelolaan kelas


- Mary Parker Follet, manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain;
- Berarti seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain
untuk mencapai tujun organisasi;
- Manajemen kelas merupakan suatu tindakan yang menunjuk pada
kegiatan-kegiatan yang berusaha menciptakan dan mempertahankan
kondisi yang optimal bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif.
- Tindakan-tindakan guru dalam menciptakan kondisi kelas adalah
melakukan komunikasi dan hubungan inter-personal antara guru-peserta
didik secara timbal balik dan efektif selain melakukan perencanaan/
persiapan mengajar.
- Tujuan manajemen kelas (Dirjen. PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996: 2) :
a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas baik sebagai lingkungan belajar
maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik
untuk mengembangan kemampuan semaksimal mungkin.
b. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi
terwujudnya interaksi pembelajaran.
c. Menyediakan dan mengatur fasilitas belajar yang mendukung dan
memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan lingkungan social,
emosional dan intelektual siswa dalam kelas.
d. Membina dan membimbing peserta didik sesuai dengan latar belakang
social, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.
- Pengelolaan kelas (Suharsimi Arikunto, 1988: 33) adalah suatu usaha
yang dilakukan oleh penanggungjawab kegiatan belajar mengajar dengan
maksud agar dicapai kondisi yang optimal sehingga dapat terlaksana
kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan.
- Pengelolaan kelas adalah suatu keterampilan untuk bertindak dari seorang
guru berdasarkan atas sifat-sifat kelas dengan tujuan menciptakan situasi
pembelajaran kearah yang lebih baik.

D. Prosedur dan rancangan manajemen kelas


- Prosedur manajemen kelas (Suharsimi Arikunto, 1988: 116) adalah
serangkaian langkah kegiatan manajemen kelas yang dilakukan bagi
terciptanya kondisi optimal serta mempwertahankan kondisi optimal
tersebut supaya proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan
efisien.
- Prosedur/ langkah-langkah manajemen kelas (Suryo Subroto, 2002: 134)
bertumpu pada prosedur dimensi :
1. Prosedur manajemen kelas dimensi pencegahan (preventif)
a. Peningkatan kesadaran diri sebagai guru;
b. Peningkatan kesadaran pada peserta didik;
c. Sikap tulus dari guru;
d. Mengenal dan menemukan alternative pengelolaan;
e. Mencipakan kontrak social yang adaptif;

2. Prosedur manajemen kelas dimensi penyembuhan (kuratif)


- Prosedur manajemen kelas yang bersifat kuratif merupakan tindakan yang
dilakukan guru sebagai respon untuk mengatasi tingkat laku anak yang
menyimpang/ mengganggu.
- Prosedur dimensi penyembuhan adalah :
a. Mengidentifikasi masalah;
b. Menganalisis masalah;
c. Menilai alternative-alternatif pemecahan;
d. Mendapatlan balikan;
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN
PROSEDUR MANAJEMEN KELAS
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyusunan rancangan prosedur
manajemen kelas (Vern Jones, Louis Jones, 2012: 41) adalah :
1. Pemahaman terhadap arti, tujuan dan hakikat manajemen kelas
2. Pemahaman terhadap hakikat peserta didik yang sedang dihadapi
3. Pemahaman terhadap bentuk penyimpangan serta latar bekakang tindakan
penyimpangan yang dilakukan peserta didik
4. Pemahaman terhadap pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam
manajemen kelas
5. Pemilikan pengetahuan dan keterampilan dalam membuat rancangan prosedur
pengelolaan manajemen kelas.
A. Fakta dan langkah prosedur rancangan manajemen kelas

MANAJEMEN PEMBELAJARAN

A. Teori dan Konsep Manajemen Pembelajaran


Manajemen porses dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan serta
pengawasan terhadap anggota organisasi dan penggunaan semua sumber
daya yang dimiliki organisasi untuk mencapai tujuan organisasi (Karwati Euis,
2014:3)
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun dari mamunyai, unsur-
unsur manusiawi, material fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
memengaruhi dalam mencapai tujuan pemnelajaran (Ramayulis, 2002:339)

Manajemen pembelajaran merupakan usaha untuk mengelola pembelajaran yang


meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran serta pengawasan
guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Manajemen pembelajaran adalah proses pembelajaran yang diimbangi dengan


prosedur untuk mencapai tujuan dan hasil pembelajaran yang bermutu dan berdaya
saing (Faizal Djabidi)

Manajemen pembelajaran (Wina Sanjaya, 2006: 24) guru berfungsi sebagai manajer
yang memiliki 4 tugas umum :
1. Merencanakan tujuan pembelajaran;
2. Mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan
belajar;
3. Memimpin, yang meliputi memotivasi, mendorong dan menstimulasi siswa;
4. Mengawasi segala sesuatu, apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya
atau belum dalam rangka pencapaian tujuan.
mengajar

mengelola kelas

SOAL UTS -> PENGELOLAAN KELAS

1. Pengelolaan kelas dan pengelolaan pembelajaran adalah dua kegiatan yang


sangat erat hubungannya namun dapat dan harus dibedakan satu sama lain
karena tujuannya berbeda.
- Bagaimana keeratan hubungan antara pengelolaan kelas dan pengelolaan
pembelajaran;
- Coba Saudara bedakan antara pengelolaan kelas dan pengelolaan
pembelajaran;
- Berikan contoh kegiatan guru dari masing-masing pengeloaan tersebut
2. Pengelolaan pembelajaran yang baik harus dikembangkan berdasarkan prinsip
pembelajaran menyangkut rencana, strategi, metode, dan lain-lain.
3. Usaha guru dalam mengelola kelas sesuai dengan kondisi yang diharapkan
akan efektif apabila:
4. Bagaimana menurut Saudara kondisi kelas sekarang dan kondisi kelas yang
diharapkan (edial);
5. Saudara sebagai calon guru SD, apa yang harus anda lakukan ketika berada
dalam kelas; jelaskan

KISI-KISI JAWABAN :
1. Pengelolaan kelas dan pengelolaan pembelajaran adalah dua kegiatan yang
sangat erat hubungannya namun dapat dan harus dibedakan satu sama lain
karena tujuannya berbeda.
- Jelaskan keeratan hubungan antara pengelolaan kelas dan pengelolaan
pembelajaran;
- Coba Saudara bedakan antara pengelolaan kelas dan pengelolaan
pembelajaran;
- Berikan contoh kegiatan guru dari masing-masing pengeloaan tersebut
Kisi-kisi :
- Pengelolaan kelas

2. Pengelolaan pembelajaran yang baik harus dikembangkan berdasarkan prinsip


pembelajaran menyangkut rencana, strategi, metode, dan lain-lain.
3. Usaha guru dalam mengelola kelas sesuai dengan kondisi yang diharapkan
akan efektif apabila:
4. Bagaimana menurut Saudara kondisi kelas sekarang dan kondisi kelas yang
diharapkan (edial);
Saudara sebagai calon guru SD, apa yang harus anda lakukan ketika berada dalam
kelas; jelaskan

Kita sebagai calon guru SD yang nantinya sebagai guru kelas diharapkan dengan mempelajari
dan mengetahui pengaturan kondisi dan penciptaan iklim belajar yang menunjang, dapat
menciptakan kondisi kelas baik secara fisik, sosio-emosional, organisasional, dan kondisi administrasi
teknik yang menyenangkan atau memungkinkan sehingga para peserta didik dapat mencapai tujuan-
tujuan belajar yang ingin dicapai secara efisien dan optimal.

Sementara ini pemahaman tentang pengelolaan kelas nampaknya masih keliru. Seringkali
pengelolaan kelas dipahami sebagai penataan ruangan kelas yang berkaitan dengan sarana
seperti tempat duduk, lemari buku, dan alat-alat mengajar. Padahal pengaturan sarana belajar
mengajar di kelas hanyalah sebagian kecil saja, yang terutama adalah pengkondisian kelas,
artinya bagaimana guru merencanakan, mengatur, melakukan berbagai kegiatan di kelas,
sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dan berhasil dengan baik

Hari Senin pada jam pelajaran pertama, Pa Ilham memasuki kelas III yang diawali dengan menyapa
seluruh murid di kelas itu, melakukan penataan ruangan kelas, pengkondisian kelas,
Jumat, 09 Januari 2015

Masalah - Masalah Dalam Manajemen Kelas Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar


http://pgsdsan.blogspot.com/2015/01/masalah-masalah-dalam-manajemen-kelas.html

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Masalah pokok yang sering dihadapi oleh guru, baik guru pemula maupun yang sudah
berpengalaman adalah masalah pengelolaan kelas / manajemen kelas. Dengan demikian pengelolaan
kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang efektif. Pengelolaan kelas/ manajemen kelas
adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan
sederhananya adalah pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan
pengajaran. Dalam konteks yang demikian itulah pengelolaan kelas penting untuk diketahui oleh
siapapun juga yang menerjunkan dirinya kedalam dunia pendidikan.

Namun dalam pelaksanaanya masih banyak permasalahan yang menghambat pelaksanaan


manajemen kelas sehingga manajemen kelas tidak bisa terlaksana dengan baik. Permasalahan ini
meliputi dua jenis , yaitu yang menyangkut pengajaran dan yang menyangkut pengelolaan
kelas.Guru-guru harus mampu membedakan kedua permasalahan itu dan menemukan
pemecahannya secara tepat. Karena sering terjadi guru-guru menangani masalah yang bersifat
pengajaran dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan dan sebaliknya sehingga penyelesaian
masalahnya kurang tepat.

1.2Rumusan Masalah

         1.   Bagaimanakah masalah-masalah dalam Manajemen Kelas dan pembelajaran di SD?               
    2. Bagaimanakah solusi untuk mengatasi masalah – masalah yang ada manajemen kelas dan
pembelajaran tersebut?
 
1.3  Tujuan
          1.      Untuk mengetahui masalah – masalah dalam manajemen kelas dan pembelajaran di SD
          2.      Untuk mengetahui cara mengatasi masalah yang ada dalam manajemen kelas dan pembelajaran
di SD tersebut

1.4  Manfaat

Penyusunan paper ini bermanfaat supaya setiap guru dapat memperhatikan pengelolaan
manajemen kelas dan pembelajaran dalam kelas agar masalah-masalah dalam manajemen kelas
dapat teratasi dan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1        Pengertian manajemen kelas


Manajemen adalah kata yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu “management”, yang berarti
ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum
menurut Suharsimi Arikunto (1990;2) adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu
kegiatan. Sedangkan kelas menurut Oemar Hamalik (1987:311) adalah suatu kelompok orang yang
melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru.
Sehingga dalam pengertian umum manajemen kelas merupakan berbagai jenis kegiatan yang
dengan sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan kondisi optimal bagi terjadinya
proses belajar mengajar di kelas. Manajemen kelas sangat berkaitan dengan upaya-upaya untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (penghentian
perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian
tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif, di dalamnya
mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas yang ada.
Kegiatan guru didalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola
kelas.Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan siswa mencapai tujuan-tujuan
seperti menelaah kebutuhan-kebutuhan siswa, menyusun rencana pelajaran, menyajikan bahan
pelajaran kepada siswa, mengajukan pertanyaan kepada siswa, menilai kemajuan siswa adalah
contoh-contoh kegiatan mengajar.Kegiatan mengelola kelas bermaksud menciptakan dan
mempertahankan suasana (kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif
dan efisien.Memberi ganjaran dengan segera, mengembangkan hubungan yang baik antara guru dan
siswa, mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan kelompok adalah contoh-contoh kegiatan
mengelola kelas.Dalam kenyataan sehari-hari kedua jenis kegiatan itu menyatu dalam kegiatan atau
tingkah laku guru sehingga sukar dibedakan.Namun demikian, pembedaan seperti itu sangat perlu,
terutama apabila kita ingin menanggulangi secara tepat permasalahan yang berkaitan dengan kelas.
Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan
suasana pembelajaran yang menarik.Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus
masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas.Tugas sekaligus masalah pertama, yakni
pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan
kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

2.2        Tujuan dan prinsip dalam manajemen kelas


Tujuan manajemen kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara
umum pengelolaan kelas adalah penyedian fasilitas bagi bermacam macam kegiatan belajar siswa
dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang demikian itu
memungkinkan siwa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan,
suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa.
(Sudirman N, 1991, 311). Suharsimi Arikunto (1988 : 68) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan
kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efisien.
Terkait dari penjelasan diatas dalam hal pengelolaan kelas dapat pula  ditinjau dari segi
interaksi komunikatif. Artinya seorang guru dituntut mampu mengatur segala kondisi apapun yang
terjadi didalam kelas saat pebelajaran berlangsung agar terciptanya komunikasi dua arah yaitu antara
guru dengan murid, murid dengan guru sehingga proses belajar-mengajar dapat berlangsung dengan
baik. Hal ini bertujuan untuk memudahkan sekaligus meringankan tugas guru atau wali kelas.
Untuk memperkecil masalah gangguan dalam kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat
dipergunakan. Sehingga guru harus mengetahui dan menguasai prinsi-prinsip pengelolaan kelas, yang
diuraikan berikut ini:
1.    Hangat dan Antusias : Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar.guru yang
hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada
aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2.    Tantangan : Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah
laku yang menyimpang.
3.      Bervariasi : Penggunaan alat atau media atau alat bantu,gaya mengajar guru, pola interaksi antara
guru dan anak didik mengurangi munculnya gangguan, kevariasian dalam penggunaan media
merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif.
4.  Keluesan : Keluesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah
kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
5.   Penekanan pada hal-hal yang positif : Pada dasarnya, dalam mengajar dan mendidik, guru harus
menekankan pada hal-hal yang positif, dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal
yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif, dan
kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar
mengajar.
6.  Penanaman disiplin diri : Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan
disiplin diri sendiri. Karena itu,guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan
disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan
pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya iku
disiplin berdisiplin dalam segala hal.

2.3        Permasalahan dalam manajemen kelas


Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan atau individual dan
yang bersifat kelompok. Disadari bahwa masalah perorangan atau individual dan masalah kelompok
seringkali menyatu dan amat sukar dipisahkan yang satu dari yang lain. Namun demikian, pembedaan
antara kedua jenis masalah itu akan bermanfaat, terutama apabila guru ingin mengenali dan
menangani permasalahan yang ada dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya.
Masalah pengelolaan kelas tersebut, yaitu :

1)      Masalah Individual :

Penggolongan masalah individual ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku
manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan.Setiap individu memiliki kebutuhan dasar untuk
memiliki dan untuk merasa dirinya berguna. Jika seorang individu gagal mengembangkan rasa
memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia akan bertingkah laku menyimpang. Ada empat jenis
penyimpangan tingkah laku, yaitu tingkah laku menarik perhatian orang lain,mencari kekuasaan,
menuntut balas dan memperlihatkan ketidakmampuan.Keempat tingkah laku ini diurutkan makin
lama makin berat. Misalnya, seorang anak yang gagal menarik perhatian orang lain boleh jadi menjadi
anak yang mengejar kekuasaan.

     Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian) : Seorang siswa yang gagal menemukan

kedudukan dirinya secara wajar dalam suasana hubungan sosial yang saling menerima biasanya
(secara aktif ataupun pasif) bertingkah laku mencari perhatian orang lain. Tingkah laku destruktif
pencari perhatian yang aktif dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer,
melawak(memperolok), membuat onar, memperlihatkan kenakalan, terus menerus bertanya;
singkatnya, tukang rewel. Tingkah laku destruktif pencari perhatian yang pasif dapat dijumpai pada
anak-anak yang malas atau anak-anak yang terus meminta bantuan orang lain.

         Powerseeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan/kekuasaan) : Tingkah laku mencari

kekuasaan sama dengan perhatian yang destruktif, tetapi lebih mendalam. Pencari kekuasaan yang
aktif suka mendekat, berbohong, menampilkan adanya pertentangan pendapat, tidak mau melakukan
yang diperintahkan orang lain dan menunjukkan sikap tidak patuh secara terbuka. Pencari kekuasaan
yang pasif tampak pada anak-anak yang amat menonjolkan kemalasannya sehingga tidak melakukan
apa-apa sama sekali. Anak-anak ini amat pelupa, keras kepala, dan secara pasif memperlihatkan
ketidakpatuhan.

         Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam) : Siswa yang menuntut balas

mengalami frustasi yang amat dalam dan tidak menyadari bahwa dia sebenarnya mencari sukses
dengan jalan menyakiti orang lain. Keganasan, penyerangan secara fisik (mencakar, menggigit,
menendang) terhadap sesama siswa, petugas atau pengusaha, ataupun terhadap binatang sering
dilakukan anak-anak ini. Anak-anak seperti ini akan merasa sakit kalau dikalahkan, dan mereka bukan
pemain-pemain yang baik (misalnya dalam pertandingan). Anak-anak yang suka menuntut balas ini
biasanya lebih suka bertindak secara aktif daripada pasif.Anak-anak penuntut balas yang aktif sering
dikenal sebagai anak-anak yang ganas dan kejam, sedang yang pasif dikenal sebagai anak-anak
pencemberut dan tidak patuh (suka menetang).

 Helplessness (peragaan ketidakmampuan) : Siswa yang memperlihatkan ketidakmampuan pada

dasarnya merasa amat tidak mampu berusaha mencari sesuatu yang dikehendakinya (yaitu rasa
memiliki) yang bersikap menyerah terhadap tantangan yang menghadangnya; bahkan siswa ini
menganggap bahwa yang ada dihadapannya hanyalah kegagalan yang terus menerus.Perasaan tanpa
harapan dan tidak tertolong lagi ini biasanya diikuti dengan tingkah laku mengundurkan atau
memencilkan diri.Sikap yang memperlihatkan ketidakmampuan ini selalu berbentuk pasif.

Keempat masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau perilaku
menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain
atau kelompok. Ada empat teknik sederhana untuk mengenali adanya masalah-masalah individu
seperti diuraikan diatas pada diri para siswa. Diantaranya yaitu :

a.    Jika guru merasa terganggu (atau bosan) dengan tingkah laku seorang siswa, hal itu merupakan tanda
bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari perhatian.
b.      Jika guru merasa terancam (atau merasa dikalahkan), hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang
bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari kekuasaan.
c. Jika guru merasa amat disakiti, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin
mengalami masalah menuntut balas.
d.    Jika guru merasa tidak mampu menolong lagi, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang
bersangkutan mungkin mengalami masalah ketidakmampuan. Ditekankan, guru hendaknya benar-
benar mampu mengenali dan memahami secara tepat arah tingkah laku siswa-siswa yang dimaksud
(apakah tingkah laku siswa itu mengarah ke mencari perhatian, mencari kekuasaan, menuntut balas,
atau memperlihatkan ketidakcampuran) agar guru itu mampu menangani masalah siswa secara tepat
pula.

2)      Masalah Kelompok

Ada tujuh masalah kelompok dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas:

a.     Kurangnya kekompakan : Kurangnya kekompakan kelompok ditandai dengan adanya kekurang-
cocokkan (konflik) diantara para anggota kelompok.Konflik antara siswa-siswa dari kelompok yang
berjenis kelamin atau bersuku berbeda termasuk kedalam kategori kekurang-kompakan ini. Dapat
dibayangkan bahwa kelas yang siswa-siswa tidak kompak akan beriklim tidak sehat yang diwarnai
oleh adanya konflik, ketegangan dan kekerasan. Siswa-siswa di kelas seperti ini akan merasa tidak
senang dengan kelompok kelasnya sehingga mereka tidak merasa tertarik dengan kelas yang mereka
duduki itu. Para siswa tidak saling bantu membantu.

b.   Kesulitan mengikuti peraturan kelompok : Jika suasana kelas menunjukkan bahwa siswa-siswa tidak
mematuhi aturan-aturan kelas yang telah ditetapkan, maka masalah yang kedua muncul, yaitu
kekurang-mampuan mengikuti peraturan kelompok.Contoh-contoh masalah ini ialah berisik;
bertingkah laku mengganggu padahal pada waktu itu semua siswa diminta tenang; berbicara keras-
keras atau mengganggu kawan padahal waktu itu semua siswa diminta tenang bekerja di tempat
duduknya masing-masing; dorong-mendorong atau menyela waktu antri di kafetaria dan lain-lain.

c.      Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok : Reaksi negatif terhadap anggota kelompok
terjadi apabila ekspresi yang bersifat kasar yang dilontarkan terhadap anggota kelompok yang tidak
diterima oleh kelompok itu, anggota kelompok yang menyimpang dari aturan kelompok atau anggota
kelompok yang menghambat kegiatan kelompok.Anggota kelompok dianggap “menyimpang” ini
kemudian “dipaksa” oleh kelompok itu untuk mengikuti kemauan kelompok.

d.  Penerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang : Penerimaan kelompok (kelas) atas
tingkah laku yang menyimpang terjadi apabila kelompok itu mendorong timbulnya dan mendukung
anggota kelompok yang bertingkah laku menyimpang dari norma-norma sosial pada umumnya.
Contoh yang amat umum ialah perbuatan memperolok-olokan, misalnya membuat gambar-gambar
yang “lucu” tentang guru.Jika hal ini terjadi maka masalah kelompok dan masalah perorangan telah
berkembang dan masalah kelompok kelihatannya lebih perlu mendapat perhatian.

e.  Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti
melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja.Masalah kelompok
anak timbul dari kelompok itu mudah terganggu dalam kelancaran kegiatannya.Dalam hal ini
kelompok itu mereaksi secara berlebihan terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak berarti atau bahkan
memanfaatkan hal-hal kecil untuk mengganggu kelancaran kegiatan kelompok itu.Contoh yang sering
terjadi ialah para siswa menolak untuk melakukan karena mereka beranggapan guru tidak adil. Jika
hal ini terjadi, maka suasana diwarnai oleh ketidaktentuan dan kekhawatiran.

f.    Kurangnya semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes. Masalah kelompok yang
paling rumit ialah apabila kelompok itu melakukan protes dan tidak mau melakukan kegiatan, baik hal
itu dinyatakan secara terbuka maupun terselubung.Permintaan penjelasan yang terus menerus
tentang sesuatu tugas, kehilangan pensil, lupa mengerjakan tugas rumah atau tugas itu tertinggal di
rumah, tidak dapat mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan lain-lain merupakan
contoh-contoh protes atau keengganan bekerja.Pada umumnya protes dan keengganan seperti itu
disampaikan secara terselubung dan penyampaian secara terbuka biasanya jarang terjadi.

g. Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan. Ketidakmampuan menyesuaikan


diri terhadap lingkungan terjadi apabila kelompok (kelas) mereaksi secara tidak wajar terhadap
peraturan baru atau perubahan peraturan, pengertian keanggotaan kelompok, perubahan peraturan,
pengertian keanggotaan kelompok, perubahan jadwal kegiatan, pergantian guru dan lain-lain.Apabila
hal itu terjadi sebenarnya para siswa (anggota kelompok) sedang mereaksi terhadap suatu
ketegangan tertentu; mereka menganggap perubahan yang terjadi itu sebagai ancaman terhadap
keutuhan kelompok.Contoh yang paling sering terjadi ialah tingkah laku yang tidak sedap pada siswa
terhadap guru pengganti, padahal biasanya kelas itu adalah kelas yang baik.

Mengajar sebagai proses pemberian atau penyampaian pengetahuan saja tidak cukup, tetapi
harus diiringi dengan mendidik. Artinya guru secara tidak langsung harus dapat membimbing siswa
untuk melakukan dan menyadari etika, budaya serta moral yang berlaku di tempat siswa tinggal. Guru
bukan sebagai pemberi informasi sebanyak-banyaknya kepada para siswa, melainkan guru sebagai
fasilitator, teman dan motivator.

Berdasarkan pengalaman guru di lapangan. Masalah-masalah yang timbul di dalam


pelaksanaan pengajaran dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1.   Masalah pengarahan : Di waktu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar-
mengajar, kebanyakan guru kurang memiliki keterampilan dalam:
a.       Berorientasi kepada tujuan pelajaran.
b.      Mengkomunikasikan tujuan pelajaran kepada siswa.
c.       Memahami cara merumuskan tujuan umum dan khusus.
d.      Menyesuaikan tujuan pelajaran dengan kemampuan dan kebutuhan siswa.
e.       Merumuskan tujuan instruksional jelas.
Keadaan ini mengakibatkan secara jelas terhadap tujuan mempelajari materi tersebut, mereka tidak
mendapat kepuasan dalam menerima pelajaran, siswa menyadari bahwa tujuan pelajaran yang
diberikan guru tidak relevan dengan kebutuhannya tidak bermakna bagi kehidupannya di kemudian
hari.
2. Masalah evaluasi dan penilaian : Guru dalam tugasnya untuk merencanakan,  melaksanakan evaluasi
dan menemukan masalah-masalah sebagai berikut:
a.       Guru dalam menyusun kriteria keberhasilan tidak jelas
b.      Prosedur evaluasi tidak jelas
c.       Guru tidak melaksanakan prinsip-prinsip evaluasi yang efisien dan efektif.
d.      Kebanyakan guru memiliki cara penilaian yang tidak seragam.
e.       Guru kurang menguasai teknik-teknik evaluasi.
f.       Guru tidak memanfaatkan analisa hasil evaluasi sebagai bahan umpan balik.
Dengan evaluasi yang semacam itu siswa yang menerima evaluasi tidak puas. Mereka tidak mengerti
arti angka-angka yang diterimanya. Guru juga tidak mengetahui apakah muridnya sudah mempelajari
materi pelajaran yang diberikan atau belum. Guru tidak mengerti bahwa pada siswa sudah ada
perubahan tingkah laku, sebagai pengaruh pengajaran yang diberikan atau tidak.
3.   Masalah isi dan urut-urutan pelajaran : Dalam membuat perencanaan pengajaran, yang kemudian
akan dilaksanakan dan dievaluasi, guru dalam menyusun isi dan urutan bahan pelajaran menemukan
masalah sebagai berikut:
a.      Guru kurang menguasai materi
b.      Materi yang disajikan tidak relevan dengan tujuan
c.       Materi yang diberikan sangat luas
d.  Guru kurang mampu dalam menyesuaikan penyajian bahan dengan waktu yang tersedia
e.       Guru kurang terampil dalam mengorganisasikan materi pelajaran.
f.       Guru kurang mampu mengembangkan materi pelajaran yang diberikannya.
g.      Guru kurang mempertimbangkan urutan tingkat kesukaran dari materi pelajaran yang diberikan.
4.  Masalah metode dan sistem penyajian bahan pelajaran : Agar guru dapat menyajikan bahan pelajaran
dengan menarik dan berhasil, maka perlu menguasai beberapa teknik sistem penyajian. Juga dapat
memilih siswa penyajian yang tepat untuk setiap materi tertentu yang akan disajikan, ataupun dapat
membuat variasi dalam menyajikan bahan tersebut. Namun dengan demikian dalam pengamatan
pelaksanaan pengajaran itu para guru menemukan masalah-masalah sebagai berikut:
a.       Guru kurang menguasai beberapa siswa penyajian yang menarik dan efektif.
b.      Pemilihan metode kurang relevan dengan tujuan pelajaran dan materi pelajaran.
c.       Kurang terampil dalam menggunakan metode
d.      Sangat terikat pada satu metode saja
e.       Guru tidak memberikan umpan balik pada tugas yang dikerjakan siswa.
5. Masalah hambatan-hambatan : Dalam pelaksanaan pengajaran guru kadang-kadang menemui banyak
hambatan, diantaranya ialah:
a.       Banyak guru kurang menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar.
b.      Guru kurang mempertimbangkan latar belakang siswa yang tidak sama.
c.       Guru kurang mengerti tentang kemampuan dasar siswa yang kurang.
d.      Kurangnya buku-buku bacaan ilmiah
e.       Keadaan sarana yang kurang
f.       Guru kurang mampu dalam menguasai bahasa Inggris.
Dengan menemukan hambatan-hambatan itu dalam pengajaran menjadi kurang lancar. Guru
mengalami kesulitan dalam meningkatkan proses belajar mengajar agar hasilnya efektif dan efisien.
Begitu juga siswa sendiri kurang bersemangat untuk mendalami setiap bagian pengetahuan yang
diperolehnya di bangku sekolah.
 
2.4        Solusi dalam memecahkan masalah manajemen kelas
Untuk mengatasi masalah dalam pengelolaan kelas di atas, ada beberapa pendekatan yang
dapat dilakukan,diantaranya sebagai berikut:
a.  Behavior – Modification Approach (Behaviorism Apparoach) : Asumsi yang mendasari penggunaan
pendekatan ini adalah bahwa perilaku “baik” dan “buruk” individu merupakan hasil belajar.Upaya
memodifikasi perilaku dalam mengelola kelas dilakukan melalui pemberian positive reinforcement
(untuk membina perilaku positif) dan negative reinforcement (untuk mengurangi perilaku negatif).
Namun demikian, dalam penggunaan reinforcement negatif seyogyanya dilakukan secara hati-hati,
karena jika tidak tepat malah hanya akan menimbulkan masalah baru.
b.  Socio-Emotional Climate Approach (Humanistic Approach) : Asumsi yang mendasari penggunaan
pendekatan ini adalah bahwa proses belajar mengajar yang baik didasari oleh adanya hubungan
interpersonal yang baik antara peserta didik – guru dan atau peserta didik – peserta didik dan guru
menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik. Dalam hal ini, Carl A.
Rogers mengemukakan pentingnya sikap tulus dari guru (realness, genuiness, congruence); menerima
dan menghargai peserta didik sebagai manusia (acceptance, prizing, caring, trust) dan mengerti dari
sudut pandangan peserta didik sendiri (emphatic understanding). Sedangkan Haim C. Ginnot
mengemukakan bahwa dalam memecahkan masalah, guru berusaha untuk membicarakan situasi,
bukan pribadi pelaku pelanggaran dan mendeskripsikan apa yang ia lihat dan rasakan; serta
mendeskripsikan apa yang perlu dilakukan sebagai alternatif penyelesaian. Selain itu juga
dikemukakan William Glasser bahwa guru sebaiknya membantu mengarahkan peserta didik untuk
mendeskripsikan masalah yang dihadapi; menganalisis dan menilai masalah; menyusun rencana
pemecahannya; mengarahkan peserta didik agar committed terhadap rencana yang telah dibuat
memupuk keberanian menanggung akibat “kurang menyenangkan”; serta membantu peserta didik
membuat rencana penyelesaian baru yang lebih baik. Sementara itu, Rudolf Draikurs mengemukakan
pentingnya Democratic Classroom Process, dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk dapat memikul tanggung jawab; memperlakukan peserta didik sebagai manusia yang dapat
secara bijak mengambil keputusan dengan segala konsekuensinya; dan memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk menghayati tata aturan masyarakat
c.  Group Process Approach : Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa
pengalaman belajar berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru adalah membina dan
memelihara kelompok yang produktif dan kohesif. Richard A. Schmuck & Patricia A. Schmuck
mengemukakan prinsip – prinsip dalam penerapan pendekatan group proses, yaitu : (a) mutual
expectations; (b) leadership; (c) attraction (pola persahabatan); (c) norm; (d) communication; (d)
cohesiveness.
d. Pendekatan Otoriter : Pandangan yang otoriter dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat
kegiatan guru untuk nienciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Pengelolaan kelas
sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa ke arah disiplin. Bila timbul masalah-masalah
yang merusak ketertiban atau kedisplinan kelas, maka perlu adanya pendekatan:
1.      Perintah dan larangan
2.      Penekanan dan penguasaan
3.      Penghukuman dan pengancaman
4.      Pendekatan perintah dan larangan
e.  Pendekatan Permisif : Pendekatan yang primisif dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat
kegiatan pengajar yang memaksimalkan kebebasan peserta didik untuk melakukan sesuatu.Sehingga
bila kebebasan ini dihalangi dapat menghambat perkembangan peserta didik. Berbagai bentuk
pendekatan dalam pelaksanaan pengelolaan kelas ini banyak menyerahkan segala inisiatif dan
tindakan pada diri peserta didik. Diantaranya yaitu sebagai berikut:
1.  Tindakan pendekatan pengalihan merupakan tindakan yang bersifat premisif. Dari tindakan
pendekatan ini muncul hal-hal yang kurang disadari oleh peserta didik.
2.      Meremehkan sesuatu kejadian, atau tidak melakukan apa-apa sama sekali
3.      Memberi peluang kemalasan dan menunda pekerjaan.
4.      Menukar dan mengganti susunan kelompok tanpa melalui prosedur yang sebenarnya.
5.      Menukar kegiatan salah satu pembelajar, digantikan oleh orang lain.
6.      Mengalihkan tanggung jawab kelompok kepada seorang anggota
f.      Pendekatan membiarkan dan memberi kebebasan : Sekali lagi pengajar memandang peserta didik
telah mampu melakukan sesuatu dengan prosedur yang benar.“Biarlah mereka bekerja sendiri
dengan bebas”, demikian pegangan pengajar dalam mengelola kelas.Lebih kurang menguntungkan
lagi kalau selama peserta didik bekerja sendiri, pengajar juga aktif mengerjakan tugas sendiri dan
pada saat waktu habis baru ditanyakan atau disusun.Percaya atau tidak bahwa hasil bekerja peserta
didik belum memadai dan kurang terarah Akibat yang sering terjadi peserta didik merasa telah benar
dengan tingkah laku dalam pengerjaan tugas, telah bertanggung jawab dalam kelompok atau kelas
itu.Tapi ternyata setelah dibandingkan dengan kelompok lainnya kurang atau malahan lebih
rendah.Kedua pendekatan inipun kurang menguntungkan, tanpa kontrol dan pengajar bersikap serta
memandang ringan terhadap gejala-gejala yang muncul.Pihak pengajar dan peserta didik tampak
bebas, kurang memikat.

BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Ada dua jenis masalah dalam pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan atau
individual dan yang bersifat kelompok. Penggolongan masalah individual ini didasarkan atas anggapan
dasar bahwa tingkah laku manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan.Setiap individu
memiliki kebutuhan dasar untuk memiliki dan untuk merasa dirinya berguna.Sedangkan dalam
masalah kelompok ada tujuh masalah dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas;(a)Kurangnya
kekompakan, (b)Kesulitan mengikuti peraturan kelompok, (c)Reaksi negatif terhadap sesama anggota
kelompok, (d)Penerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang, (e)Kegiatan anggota
atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, (f)Kurangnya semangat, tidak
mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes, (g)Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap
perubahan lingkungan.

Sedangkan masalah dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas diantaranya yaitu; (1)Masalah


pengarahan, (2)Masalah evaluasi dan penilaian, (3)Masalah isi dan urut-urutan pelajaran, (4)Masalah
metode dan sistem penyajian bahan pelajaran.

Untuk mengatasi masalah dalam pengelolaan kelas di atas, ada beberapa pendekatan yang
dapat dilakukan,diantaranya; Behavior – Modification Approach (Behaviorism Apparoach), Socio-
Emotional Climate Approach (Humanistic Approach), Group Process Approach, pendekatan Otoriter,
Pendekatan Permisif, dan Pendekatan membiarkan dan memberi kebebasan.

3.2  Saran
Kita sebagai calon guru SD yang nantinya sebagai guru kelas diharapkan dengan mempelajari
dan mengetahui pengaturan kondisi dan penciptaan iklim belajar yang menunjang, dapat
menciptakan kondisi kelas baik secara fisik, sosio-emosional, organisasional, dan kondisi administrasi
teknik yang menyenangkan atau memungkinkan sehingga para peserta didik dapat mencapai tujuan-
tujuan belajar yang ingin dicapai secara efisien dan optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Almasawi,dkk. 2010. Masalah-masalah dalam Manajemen Kelas.

http://tugas-makalah.blogspot.com/2012/06/masalah-masalah-dalam-manajemen-kelas.html.
diakses tanggal 20 Februari 2013,Pekanbaru:UINSultan Syarif Kasim Riau

Ekosiswoyo, Rasdi. 2000. Manajemen kelas. Semarang: CV. Ikip.Semarang press

Missmelind, 2011. Pengaturan kondisi dan penciptaan klim belajar yang


menunjang.http://missmelind.blogspot.com/2011_03_01_archive.html. diakses tanggal 20 Februari
2013

Diposting oleh Hasan di 15.26

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest


http://kissisme-hefi. pengelolaan pembelajaran dan pengelolaan kelas
blogspot.com/2011/06/pengelolaan-pembelajaran-dan.html
Rabu, 15 Juni 2011

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembelajaran adalah suatu aktivitas belajar-mengajar. Didalamnya ada dua subjek yaitu guru dan
peserta didik. Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru adalah mengelola pembelajaran
dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif yang ditandai dengan adanya kesadaran dan
keterlibatan aktif diantara dua subjek pembelajaran yaitu guru sebagai penginisiatif awal dan
pengarah serta pembimbing, sedangkan peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif
untuk memperoleh perubahan diri dalam pengajaran.
Pengajaran merupakan aktivitas yang sistematis dan sistemik yang terdiri atas banyak komponen.
Masing-masing komponen pengajaran tidak bersifat terpisah atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi
harus berjalan teratur, saling bergantung, komplementer, dan kesinambungan. Untuk itu diperlukan
pengelolaan pembelajaran yang baik. Pengelolaan pembelajaran yang baik harus dikembangkan
berdasarkan pada prinsip-prinsip pengajaran. Ia harus mempertimbangkan segi dan strategi
pengajaran, dirancang secara sistematis, bersifat konseptual tetapi praktis relistik dan fleksibel, baik
yang menyangkut masalah interaksi pengajaran, pengelolaan kelas, pengajaran, maupun penilaian
pengajaran.
Pengertian pengelolaan pembelajaran adalah mengacu pada suatu upaya untuk mengatur aktivitas
pengajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengajaran untuk menyukseskan tujuan
pembelajaran agar tecapai secara lebih efektif, efisien, dan produktif yang diawali dengan penentuan
strategi dan perencanaan, dan diakhiri dengan penilaian.
Rumusan masalah:
1. Apa saja yang perlu dalam pengelolaan proses pembelajaran?
2. Apa saja yang ada dalam pengelolaan pembelajaran?

BAB II
PEMBAHASAN

Pengelolaan Proses Pembelajaran


A. Prinsip-prinsip pembelajaran
a. Prinsip aktivitas
Belajar yang berhasil harus melalui beberapa macam aktivitas, baik aktivitas fisik atau psikis. Aktivitas
fisik ialah peserta didik aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak
hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau pasif. Peserta didik yang psikis adalah jika daya
jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran.
b. Prinsif motivasi
Suatu aktivitas belajar sangat lekat dengan motivasi. Perubahan sustu motivasi akan berubah pula
wujud, bentuk dan hasil belajar. Ada tidaknya motivasi seorang individu untuk belajar sangat
berpengaruh dalam proses belajar itu sendiri.
B. Perencanaan Pembelajaran
Seorang guru harus mempunyai kemampuan dalam merencanalan pembelajaran karena kegiatan
yang direncanakan dengan matang akan lebih terarah dan tujuan yang diinginkan akan mudah
tercapai. Dengan demikian seorang guru, sebelum mengajar hendaknya merencanakan terlebih
dahulu program pembelajaran, membuat persiapan pembelajaran yang hendak diberikan atau yang
lebih dikenal dengan rencana pembalajaran (RP).
Pencana penbelajaran (RP) ini dibuat oleh guru untuk setiap kali pertemuan atau bias juga untuk 4
atau 5 kali pertemuan sekaligus. Dalam perencanaan tersebut harus memuat lima unsure seperti:
a. Tujuan intruksional
b. Bahan pembelajaran
c. Kegiatan pembelajaran
d. Metode dan alat bantu
e. Evaluasi atau penilaian
C. Tujuan Instruksional
Agar sungguh-sungguh membantu, seorang guru profesional harus merumuskan tujuannya dalam
dalam bentuk prilaku siswa yang dapat diukur, yaitu: menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh
siswa tersebut sesudah mengikuti pelajaran. Tujuan yang dirumuskan secara demikian hampir tidak
menimbulkan keraguan-keraguan lagi dengan sasaran yang hendak yang dicapai guru. Hendaknya
diperhatikan bahwa setiap kata-kata seperti tujuan jauh (goal), tujuan dekat (obyektive), sasaran
(aim), dan maksud (inten) digunakan dalam arti yang sama.
Ciri pokok dari tujuan intruksional yang dirumuskan secara operasional ialah bahwa respons yang
menandakan tercapainya tujuan secara memuaskan diuraikan secara jelas. Kalau tujuan sudah
dirumuskan secara tepat, maka seharusnya tidak ada lagi kesulitan dalam menentukan apakah siswa
telah mencapai tujuan secara memuaskan atau belum.
D. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan proses berlangsungnya belajar mengajar disekolah
yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan. Artinya merupakan proses terjadinya interaksi antara
guru dan siswa dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Tahap tahap yang harus ditempuh oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah:
1. Tahap Pra Intruksional, yaitu tahap yang ditempuh pada saat memulai proses pembelajaran
meliputi:
a. Menanyakan kehadiran siswa.
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum
dikuasai.
c. Mengajukan pertanyaan mengenai pelajaran yang telah dibahas.
d. Mengulang pelajaran secara singkat, tetapi mencakup semua bahan.
2. Tahap Intruksional yaitu tahap pemberian bahan pelajaran meliputi:
a. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
b. Menjelaskan pokok materi yang akan dibahas.
c. Menjelaskan pokok materi yang telah dituliskan.
d. Memberikan contoh kongkrit pada setiap pokok materi yang telah dibahas.
e. Menggunakan media untuk mempermudah pemahaman siswa.
f. Menyimpulkan hasil bahasan.
3. Tahap Evaluasi, ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap intruksional diantaranya:
a. Mengajukan pertanyaan kepada beberapa siswa mengenai materi palajaran yang telah dipelajari.
b. Akhiri pelajaran dengan memberitahukan materi yang akan dibahas berikutnya.
c. Memberi tuags atau PR kepada siswa untuk memperkaya pengetahuan siswa mengenai yang telah
dibahas.
d. Bila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa kurang dari 70% maka guru harus
mengulang pelajaran.

E. Mengenal Murid
Sebagai seorang guru kita harus dapat mengerjakan banyak hal untuk membimbing perkembangan
dan pertumbuhan setiap murid, apabila murid-murid telah dikenal sebaik-baiknya. Karena itu, perlu
diperlihatkan bahwa guru harus mengenal diri siswa dengan mempelajari minat, kebutuhan, masalah
pridadi mereka secara individual. Dan usahakan para siswa mengetahui, bahwa antara guru dan siswa
itu telah terjalin hubungan akrab.
Seorang guru seharusnya mempunyai keterangan yang lengkap tentang individu-individu murid, yang
meliputi:
1. Latar belakang psikologi murid-murid yang meliputi hasil-hasil tes kecerdasan, tes perasaan, dan
kecakapan, penyesuaian diri anak-anak di rumah dan masyarakat.
2. Latar belakang kemampuan murid-murid yang meliputi kemajuan dalam mata pelajaran yang akan
diberikan.
3. Latar belakang kesehatan fisik murid-murid, seperti penglihatan, pendengaran dan lain-lain.
4. Latar belakang perhatian anak terhadap pendidikan, peradaban, dan kebudayaan.
5. Latar belakang kehidupan anak di rumah, yang meliputi status social ekonomi, pendidikan orang
tua, dan lain-lain.
F. Penilaian, Pencatatan, dan Pelaporan Kemajuan Murid
Didalam pembelajaran memberikan angka bukanlah maksud utama dari penilaian. Tetapi guru harus
mengetahui fungsi daripada penilaian ialah: mengetahui tingkat kemajuan, perkembangan murid
dalam satu priode tertentu. Hasil dari penilaian akan dijadikan sebagai dasar untuk memperbaiki
kemajuan setiap individu murid.
Rencana penilaian kelas meliputi:
1. Tujuan-tujuan objektif dari pelajaran itu.
2. Unit pelajaran untuk satu tahun.
3. Hasil-hasil belajar yang penting seperti: sikap, keterampilan, pengertian, pengetahuan, kualitas
perseorangan, dan
4. Cara kerja bersama dalam penelitian.
G. Metode Mengajar
Mengajar secara efektif sangat tergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar yang
serasi dengan tujuan mengajar. Cara belajar-mengajar yang baik ialah mempergunakan kegiatan
murid-murid sendiri secara efektif dalam kelas, merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan
sedemikian rupa secara kontinu dan juga melalui kerja kelompok. Jenis-jenis metode mengajar
sebagai berikut:
a. Metode ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Metode ini
efektif untuk penyampaian informasi dan pengertian.
b. Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung
seperti guru bertanya siswa menjawab, atau sebaliknya. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana
materi pelajaran telah dikuasai oleh siswa.
c. Metode diskusi
Diskusi ialah suatu proses tukar menukar pendapat, informasi dan unsur-unsur pengalaman secara
teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang
sesuatu, atau mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.
d. Metode kerja kelompok
Kerja kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu
kesatuan tersendiri ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil.
e. Metode demonstrasi
Demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para siswa untuk
mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar.
f. Metode tugas belajar dan resitasi
Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas
dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya.
H. Strategi Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar aktif. Menurut
Hisyam Zaini dkk strategi pembelajaran aktif antara lain:
1. Critical Incident (Pengalaman Penting)
Stategi ini digunakan untuk memulai pelajaran. Tujuannya dari penggunaan strategi ini untuk
melibatkan siswa sejak awal dengan melihat pengalaman mereka. Strategi ini dapat digunakan
dengan maksimal pada mata pelajaran praktis.
2. Prediction Guide (Tebak Pelajaran)
Strategi ini digunakan untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran secara aktif dari awal
sampai akhir. Dengan strategi ini siswa diharapkan dapat terlibat dalam pelajaran dan tetap
mempunyai perhatian ketika guru menyampaikan materi.
3. Group Resume (Resume Kelompok)
Biasanya sebuah resume menggambarkan hasil yang telah dicapai oleh individu. Resume ini akan
menjadi menarik untuk dilakukan dalam kelompok dengan tujuan membantu siswa menjadi lebih
akrab atau melakukan team building (kerjasama kelompok) yang anggotanya sudah saling mengenal
sebelumnya. Kegiatan ini akan lebih efektif jika resume itu berkaitan dengan materi yang sedang
diajarkan.
4. Assessment search (Menilai Kelas)
Strategi ini dapat dilakukan dalam waktu yang cepat dan sekaligus melibatkan siswa untuk saling
mengenal dan bekerjasama.
5. Questions Students Have (Pertanyaan dari Siswa)
Teknik ini merupakan teknik yang mudah dilakukan yang dapat dipakai untuk mengetahui kebutuhan
dan harapan siswa. Teknik ini menggunakan elisitasi dalam memperoleh partisipasi siswa secara
tertulis.
6. Active Knowledge Sharing (Saling Tukar Pengetahuan)
Strategi ini dapat digunakan untuk melihat tingkat kemampuan siswa disamping untuk membentuk
kerjasama tim.
7. Listening Teams (Tim Pendengar)
Strategi ini membantu siswa untuk tetap konsentrasi dan terfokus dalam pelajaran yang
menggunakan metode ceramah. Strategi ini bertujuan membentuk kelompok yang mempunyai tugas
atau tanggung jawab tertentu berkaitan dengan materi pelajaran.
8. Synergetic Teaching (Pengajaran Sinergis)
Strategi ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi hasil belajar dari materi yang
sama dengan cara yang berbeda dengan membandingkan catatan mereka.
9. Active Debate (Debat Aktif)
Debat bisa menjadi satu metode berharga yang dapat mendorong pemikiran dan perenungan
terutama kalau siswa diharapkan dapat mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan
keyakinan mereka sendiri.
10. Jigsaw Learning (Belajar Model Jiqsaw)
Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika yang akan dipelajari dapat dibagi
menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan
strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada
orang lain.
11. Everyone Is A Teacher Here (Setiap orang Adalah Guru)
Strategi ini sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara individual. Strategi ini
memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk berperan sebagai guru bagi kawan-kawannya.

Pengelolaan Kelas Yang Efektif


A. Hubungan Pengelolaan Kelas dan Pengelolaan Pengajaran
Pengelolaan kelas dan pengelolaan pembelajaran adalah dua kegiatan yang sangat erat hubungannya
namun dapat dan harus dibedakan satu sama lain karena tujuannya berbeda. Kalau pengajaran
mencakup semua kegiatan yang secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus
pengajaran (menentukan entry behavior peserta didik, menyusun rencana pembelajaran, memberi
inpormasi, bertanya, menilai, dan sebagainya), maka pengelolaan kelas menunjuk kepada kegiatan-
kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar
(pembinaan “raport”, penghentian tingkah laku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas,
pemberian ganjaran dan sebagainya). Jadi didalam proses belajar-mengajar di sekolah dapat
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu masalah pengajaran dan pengelolaan kelas.
Masalah pengelolaan kelas harus ditanggulangi dengan tindakan korektif pengelolaan, sedangkan
masalah pengajaran harus ditanggulangi dengan tindakan korektif intruksional. Sebagai pemberian
dasar serta penyiapan kondisi bagi terjadinya proses belajar yang efektif, pengelolaan kelas menunjuk
kepada pengaturan orang maupun pengaturan fasilitas. Fasilitas disini mencakup pengertian yang
luas mulai dari ventilasi, penerangan, tempat duduk, sampai dengan perencanaan program belajar-
mengajar.
B. Masalah pengelolaan kelas
Masalah mengelola kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah individual dan
masalah kelompok. Meskipun seringkali perbedaan antara dua kelompok itu hanya merupakan
perbedaan tekanan saja. Tindakan pengelolaan kelas seorang guru akan efektif apabila ia dapat
mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia
dapat memilih strategi penanggulangan yang tepat pula.
Rudorf Dreikurs dan Pearl Cassel membedakan empat kelompok masalah pengelolaan kelas individual
yang berdasarkan asumsi bahwa semua tingkah laku individu merupakan upaya pencapaian tujuan
pemenuhan keputusan untuk diterima kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga diri. Bila
kebutuhan-kebutuhan ini tidak lagi dapat dipenuhi dengan cara-cara yang lumrah dapat diterima
masyarakat, dalam hal ini masyarakat kelas, maka individu yang bersangkutan akan berusaha
mencapainya dengan cara-cara lain. Dengan kata lain, dia akan berbuat tidak baik. Perbuatan-
perbuatan untuk mencapai tujuan dengan cara yang asocial digolongkan sebagai berikut:
1. Tingkah laku yang mendapatkan perhatian orang lain (attention getting behaviors).
2. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan (power seeking behaviors).
3. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behavior).
4. Peragaan ketidakmampuan.
Lois V. Johnson dan Mary A. Bany mengemukakan 6 kategori masalah kelompok dalam pengelolaan
kelas. Masalah-masalah yang dimaksud adalah:
1. Kelas kurang kohesif. Misalnya perbedaan jenis kelamin, suku, dan tingkat sosio-ekonomi.
2. Kelas mereaksi negative terhadap salah seorang anggotanya.
3. Membesarkan hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok.
4. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang telah digarap.
5. Semangat kerja rendah.
6. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
C. Usaha Preventif Masalah Pengelolaan Kelas
Tindakan pengelolaan kelas adalah tindakan yang dilakukan oleh guru dalam rangka penyediaan
kondisi yang optimal agar proses belajar-mengajar berlangsung efektif. Tindakan guru tersebut dapat
berupa tindakan pencegahan yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi sosio-
emosional sehingga terasa benar oleh peserta didik rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar.
Tindakan lain dapat berupa tindakan korektif terhadap tingkah laku peserta didik yang menyimpang
dan merusak kondisi bagi proses belajar-mengajar yang sedang berlangsung.
Dimensi kolektif dapat terbagi menjadi dua yaitu tindakan yang seharusnya segera diambil guru pada
saat terjadi gangguan dan tindakan penyembuhan terhadap tingkah laku yang menyimpang yang
terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut tidak berlarut-larut. Dimensi pencegahan dapat
merupakan tindakan guru dalam mengatur lingkungan belajar, mengatur peralatan, dan lingkungan
sosio-emosional.
1. Kondisi dan Situasi Belajar-mengajar
a. Kondisi Fisik
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil belajar. Lingkungan fisik
yang dimaksud adalah meliputi:
1. Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
Ruangan tempat belajar harus memungkinkan semua bergerak leluasa tidak berdesak-desakan dan
saling mengganggu antara murid.
2. Pengaturan tempat duduk
Dalam pengaturan tempat duduk yang terpenting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka.
Beberapa pengaturan tempat duduk di antaranya:
a. Berbaris berjajar
b. Pengelompokkan yang terdiri atas 8 sampai 10 orang
c. Setengah lingkaran seperti dalam teater
d. Berbentuk lingkaran
e. Individu yang biasanya terlihat diruang baca, di perpustakaan, atau diruang praktik laboratorium
f. Adanya dan tersedianya ruang yang sifatnya bebas di kelas di samping bangku tempat duduk yang
diatur.
3. Ventilasi dan pengaturan cahaya
Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik. Jendela harus cukup besar sehingga
memungkinkan cahaya matahari masuk, dan memungkinkan oksigen masuk sehingga siswa dapat
belajar dengan focus.
b. Kondisi sosio-emosional
Suasana sosio-emosional dalam kelas akan mepunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses
belajar mengajar, kegairahan peserta didik merupakan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran.
1. Tipe Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan yang lebih berat pada otoriter akan menghasilkan sikap peserta didik yang apatis
dan menimbulkan sikap agresif. Tipe kepemimpinan yang menekan kepada sikap demokratis lebih
memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan peserta didik dengan dasar saling memahami
dan saling mempercayai.
2. Sikap guru
Sikap guru dalam menghadapi peserta didik yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap
sabar, dan tetap bersabar dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku peserta didik akan dapat
diperbaiki.
3. Suara guru
Suara yang melengking tinggi atau senantiasa tinggi atau demikian rendah sehingga tidak terdengar
oleh peserta didik secara jelas dari jarak yang jauh akan membosankan dan pelajaran tidak akan
diperhatikan.
4. Pembinaan raport
Dengan hubungan baik guru peserta didik senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap
optimistik, serta realistik dalam kegiatan belajar yang dilakukannya.
D. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas
1. Behavior-Modification Approach
Pendekatan ini bertolak dari psikologi behavior. Untuk membina tingkah laku yang dikehendaki, guru
harus memberi penguatan positif (memberi stimulus positif sebagai ganjaran) atau penguatan negatif
(menghilangkan hukuman, suatu stimulus negatif). Sedangkan untuk mengurangi tingkah laku yang
tidak dikehendaki, guru menggunakan hukuman.
2. Socio-Emotional-climate approach
Pendekatan pengelolaan kelas ini mengasumsikan bahwa proses belajar mengajar yang efektif
mempersyaratkan iklim sosio-emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang
baik antara guru dengan peserta dan antara peserta didik, dan guru menduduki posisi terpenting bagi
terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik itu.
3. Group-Processess Approach
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi social dan dinamika kelompok dengan asumsi pokoknya
adalah pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks kelompok social dan tugas guru yang
terutama dalam mengelola kelas adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan
kohesif.
4. Eclectic approach
Pendekatan ini meliputi pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas yang potensial, dalam hal ini
pendekatan perubahan tingkah laku, penciptaan iklim sosio-emosional dan proses kelompok. Dan
dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur dengan baik dalam masalah
pengelolaan kelas.
E. Hambatan Pengelolaan Kelas
Masalah pengelolaan kelas tebai tiga kategori yaitu:
1. Masalah yang ada dalam wewenang guru
2. Masalah yang ada dalam wewenang sekolah
3. Masalah yang ada diluar wewenang guru dan sekolah

BAB III
PENUTUP

Simpulan:
1. Pengelolaan pembelajaran yang baik harus dikembangkan berdasarkan prinsip pembelajaran
menyangkut rencana, strategi, metode, dan lain-lain.
2. Usaha guru dalam mengelola kelas sesuai dengan kondisi yang diharapkan akan efektif apabila:
a. Diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat mendukung terciptanya kondisi yang
menguntungkan dalam proses belajar mengajar.
b. Dikenal masalah-masalah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan dapat merusak iklim belajar-
mengajar.
c. Menguasai berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk
masalah mana suatu pendekatan digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

W. James Popham, Eva L. Baker, Teknik Mengajar Secara Sistematis, Rineka Cipta, Jakarta,2003.
Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Pt remaja Rosdakarya, Bandung, 2002.
Subdjana Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 1987.
Sabri Ahmad, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, Quantum Teaching, Jakarta, 2005.
Rohani Ahmad, Pengelolaan Pembelajaran edisi revisi, Rineka Cipta, Jakarta, 2004.
Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, CV. Rajawali, Jakarta, 1991.

Diposting oleh kissisme di 00.10

MENGHADAPI MASALAH PENGELOLAAN KELAS


https://putrawanmat.wordpress.com/tag/pendekatan-proses-kelompok/

PENDEKATAN PROSES KELOMPOK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang

Seperti yang telah diketahui ada banyak kendala saat seorang guru sedang mengelola kelas,
baik masalah individu maupun kelompok, untuk menghadapi masalah tersebut perlu adanya
ketepatan tindakan pengelolaan kelas. Ketepatan tindakan pengelolaan kelas, dapat dilakukan
apabila cara kerja guru dalam pengelola kelas didasari kerangka acuan pendekatan
pengelolaan kelas. Selanjutnya, dalam menetapkan pendekatan apa yang akan digunakan
hendaknva mempertimbangkan manfaat dan kesesuaian atau kecocokan pendekatan tersebut
dengan hakekat masalah yang ditanggulangi. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya
memahami dan mempunyai berbagai pendekatan pengelolaan kelas serta memahami kondisi
psikologis para siswa yang dihadapinya.

Hal lain yang perlu dimiliki seorang guru adalah sikap profesional dalam pengelolaan kelas.
Artinya bahwa walaupun guru sudah yakin atas pilihan pendekatan pengelolaan kelas yang
akan digunakannya, tetapi pada kenyataannya hal itu tidak memberikan hasil yang diharapkan,
maka ia hendaknya mampu mengadakan analisis ulang terhadap keadaan atau situasi yang ada
sehingga dapat menetapkan altematif pendekatan yang lainnya dan seterusnya. Hal tersebut
jelas membedakan sikap seorang profesional dengan seorang tukang atau “Pekerja”, dimana
seorang tukang menggantungkan diri pada resep-resep atau petunjuk-petunjuk sehingga ia
bingung apabila resep atau petunjuk atau teori/dalil yang digunakannya tidak memberikan
hasil yang diharapkan.

1.2              Rumusan masalah

1. Apa saja jenis pendekatan pengelolaan kelas yang dapat digunakan untuk menghadapi
masalah pengelolaan kelas ?
2. Apa saja contoh penggunaan masing-masing pengelolaan kelas?
3. Apa saja kelemahan dan kelebihan dari masing-masing pendekatan pengelolaan kelas?

1.3              Tujuan
1. Untuk memahami jenis-jenis pendekatan pengelolaan kelas
2. Untuk mengetahui contoh-contoh dari penggunaan pendekatan pengelolaan kelas
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pendekatan pengelolaan kelas

1.4              Manfaat

1. Memberikan pertimbangan pada para pengajar untuk menggunakan pendekatan yang


tepat untuk menghadapi masalah pengelolaan kelas.
2. Memberikan saran pada para pendidik  agar menghindari pendekatan-pendekayan
tertentu yang lebih banyak menimbulkan efek negative daripada manfaat.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1    Penggunaan pendekatan “larangan dan anjuran”

Dalam menghadapi masalah pengelolaan kelas ada berbagai macam pendekatan yang sering
dan sudah biasa digunakan oleh guru. Pendekatan yang pertama ialah pendekatan pemberian
sejumlah ‘larangan dan anjuran’.Yang dimaksud dengan pemberian larangan dan anjuran
adalah berupa peraturan mengenai hal-hal yang tidak boleh dilakukan dan juga berupa anjuran
atau saran mengenai hal-hal dan tingkah laku yang semestinya dilakukan oleh siswa.

Kelebihan dari pendekatan ini adalah :

 Pendekatan ini cocok bagi penanggulangan masalah kelas yang bersifat insidental
 bersifat reaktif terhadap masalah-masalah pengelolaan kelas yang timbul

Kekurangan dari pendekatan larangan dan anjuran :

 Kurang mengarah pada pemecahan masalah yang bersifat jangka panjang


 Kurang preventif
 Kurang luwes dan kreatif.
 Hampir sama dengan pendekatan otoriter sebab dalam penerapannya menimbulkan:

1. a.      Penghukuman atau pengancaman

Tindakan penghukuman atau pengancaman adalah tindakan berupa pemberian hukuman


atau ancaman baik fisik ataupun nonfisik yang digunakan saat membuat masalah ataupun
untuk mencegah siswa membuat masalah. Tindakan ini mungkin dapat menghentikan tingkah
laku buruk siswa, tetapi sifatnya sesaat dan hanya menyinggung aspek-aspek yang bersifat
permukaan belaka. Sayangnya lagi tindakan itu biasanya diikuti oleh tingkah laku negatif pada
diri siswa termasuk didalamya tindakan kekerasan. Adapun contoh tindakan penghukuman
atau pengancaman diantaranya :

1. Menghukum dengan kekerasan, larangan dan pengusiran.


2. Menerapkan ancaman atau memaksakan berlakunya larangan-larangan.
3. Menghardik, mengasari dengan kata, mencemooh, menertawakan.
4. Menghukum seorang diantara siswa  sebagai contoh bagi siswa-siswa lainnya.
5. Memaksa siswa untuk minta maaf atau memaksakan tututan-tuntutan lainnya.
1. b.      Pengalihan atau Pemasa bodohan

Pemasa bodohan adalah suatu tindakan berupa ketidakpedulian guru terhadap masalah yang
terjadi selama proses pembelajaran dengan menganggap masalah selesai dengan sendirinya
sedangkan Pengalihan adalah memberikan kegiatan atau melakukan cara-cara tertentu untuk
mengalihkan tingkah laku buruk siswa. Tindakan ini dapat menimbulkan semangat yang
rendah pada siswa, ketidaktenangan, kecendrungan mencari kambing hitam, agresi dan
tindakan kekerasan lainnya. Adapun contohnya, antara lain :

1. Meremehkan suatu kejadian atau tidak melakukan apa-apa sama sekali.


2. Menukar susunan kelompok dengan mengganti atau mengeluarkan anggota tertentu.
3. Mengalihkan tanggung jawab kelompok kepada tanggung jawab seseorang anggota
4. Menukar kegiatan untuk menghindari tingkah laku tertentu dari siswa.
5. Mengalihkan tingkah laku siswa dengan cara-cara lain.

1. c.       Tindakan penguasaan atau penekanan

Tindakan penguasaan atau penekanan adalah tindakan menunjukan kekuasaan atau


menunjukkan orang yang berkuasa untuk memberikan tekanan terhadap siswa. Tindakan ini
akan menghasilkan sikap pura-pura contohnya, yaitu: patuh, diam-diam  dan bahkan mungkin
tindakan kekerasan. Contoh dari tindakan penguasaan dan penekanan adalah :

1. Memerintah, memarahi, mengomel


2. Memakai pengaruh orang-orang yang berkuasa
3. Menyatakan ketidaksetujuan dengan mempergunakan kata- kata, tindakan, atau
pandangan.
4. Melakukan tindakan kekerasan sebagai pelaksanaan dari ancaman-ancaman yang
pernah dijanjikan.
5. Mempergunakan hadiah sebagai perbandingan terhadap hukuman bagi para pelanggar.
6. Mendelegasikan wewenang kepada siswa untuk memaksakan penguasaan kelas.

Dalam menerapkan pendekatan ini sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya:

1. Jangan menegur siswa dihadapan kawan-kawannya


2. Dalam memberikan peringatan kepada siswa jangan mempergunakan nada suara yang
tinggi.
3. Bersikaplah tegas dan adil terhadap semua siswa.
4. Jangan pilih kasih.
5. Sebelum menghukum siswa, buktikanlah bahwa siswa itu bersalah.
6. Patuhlah pada aturan-aturan yang sudah anda tetapkan.

2.2.      Pendekatan pengubahan tingkah laku

Teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa semua tingkah laku, baik tingkah laku yang
disukai  ataupun yang tidak disukai, adalah  hasil belajar. Mereka yang percaya pada teori ini 
berpendapat bahwa :

1. Penguatan positif, penguatan negatif, hukuman dan penghilangan berlaku bagi proses
belajar pada semua tingkatan umur dan dalam semua keadaan.
2. Proses belajar sebagian atau bahkan seluruhnya dipengaruhi oleh kejadian-kejadian
yang berlangsung di lingkungan.
Pada umumnya penguatan itu berupa ganjaran yang diberikan kepada siswa yang
menampilkan tingkah laku yang baik dengan harapan agar tingkah laku itu diteruskan.
Pemberian ganjaran terhadap tingkah laku yang telah dikuasai oleh siswa itu disebut
penguatan positif. Sebaliknya, penguatan negatif ialah penguatan yang dilakukan dengan jalan
dikuranginya (atau ditiadakannya) hal-hal (perangsang) yang tidak menyenangkan (yang
dikenakan terhadap siswa).

Penghukuman merupakan penggunaan perangsang yang tidak menyenangkan untuk


meniadakan tingkah laku yang tidak disukai, walaupun masih diperdebatkan keefektifannya.

2.3.            Pendekatan iklim sosio-emosional

Dibangun atas dasar pandangan bahwa pengelolaan kelas yang efektif  merupakan fungsi dari
hubungan yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Hubungan guru-siswa
sangat besar dipengruhi oleh:

1. Keterbukaan atau sikap tidak berpura-pura di depan guru.


2. Penerimaan dan kepercayaan guru terhadap siswa-siswanya, dan
3. Empati guru terhadap siswa-siswanya.

Pendekatan iklim sosio-emsional berakar dari pandangan yang mengutamakan hubungan


guru-siswa yang penuh empati dan saling menerima. Apabila siswa bertingkahlaku
menyimpang maka guru bertindak memisahkan kesalahan dengan orang yang berbuat salah,
artinya guru tetap menerima siswa yang bersangkutan sambil sekaligus menolak perbuatan
yang menyimpang itu.

2.4.            Pendekatan proses kelompok

Penggunaan Pendekatan proses kelompok dalam pengelolaan kelas didasarkan atas prisip-
prisip psikologi sosial dan dinamika kelompok. Penggunaan pendekatan proses kelompok
menekankan pentingnya ciri-ciri kelompok yang ada didalam kelompok kelas dan saling
berhubungan antar siswa yang menjadi anggota kelompok kelas itu. Dalam hal ini peranan
guru yang paling utama adalah mengembangkan dan mempertahankan keeratan hubungan
antar siswa, semangat produktivitas, dan orientasi pada tujuan dari kelompok kelas ini.

2.5.            Pendekatan Elektis (Electic approach)

Pendekatan ini menekankan pada potensialitas, kreativitas dan inisiatif guru dalam memilih
berbagai pendekatan dalam satu situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan elektis
memungkinkan digunakannya dua atau lebih pendekatan dalam satu situasi pembelajaran.
Penggunaan pendekatan ini menuntut pula kemampuan guru untuk berimprovisasi dalam
menghadapi masalah yang dihadapi siswa. Guru tidak hanya terpaku pada penerapan salah
satu pendekatan dalam perbaikan tingkah laku siswa, tetapi dalam melaksanakan tugasnya
hendaknya mampu menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut secara bersamaan dua atau
tiga pendekatan.

BAB III

PENUTUP

3.1.            Kesimpulan
Pendekatan dengan penerapan sejumlah larangan dan anjuran cocok bagi penanggulangan
masalah kelas yang bersifat insidental kurang mengarah pada pemecahan masalah yang
bersifat jangka panjang. Dalam penerapan pendekatan ini akan muncul bentuk-bentuk:
penghukuman atau pengancaman, penguasaan atau penekanan, pengalihan atau
pemasabodohan. Oleh karena itu, dalam penerapan pendekatan ini guru perlu
memperhitungkan dampak psikologisnya siswa agar penggunaan pendekatan ini tetap
memberikan manfaat positif bagi siswa.

Pendekatan pengubahan tingkah laku dimaksudkan untuk menghentikan atau mengurangi


perilaku-perilaku yang tidak dikehendaki serta dapat mereruskan atau meningkatkan perilaku-
perilaku yang dikehendaki.

Pendekatan iklim sosio-emosional berkeyakinan bahwa suasana atau iklim kelas yang baik
berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran. Implikasinya adalah bahwa siswa bukan semata-
mata sebagai individu yang sedang mempelajari pelajaran tertentu, tetapi dipandang sebagai
keseluruhan pribadi yang sedang berkembang.

Pendekatan proses kelompok bertolak dari asumsi bahwa pengalaman belajar di sekolah
berlangsung dalam suasana kelompok, yaitu kelompok kelas. Dalam hal ini tugas guru
terutama membina dan memelihara kelompok yang efektif dan produktif.

Pendekatan Elektis merupakan gabungan atau campuran dari beberapa pendekatan  yang
terpilih sesuai dengan potensi atau manfaat dalam menghadapi suatu situasi kelas.

PERBEDAAN MENEJEMEN KELAS DAN MENEJEMEN PEMBELAJARAN


http://henipurwasih.blogspot.com/2012/03/perbedaan-menejemen-kelas-dan-menejemen.html

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manajemen kelas berbeda dengan manajemen pembelajaran. Manajemen atau Pengelolaan
kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan pembelajaran dengan
maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar sebagaimana yang
diharapkan.
Begitu pula  manajemen pembelajaran berhubungan dengan kurikulum atau dapat diartikan
sebagai usaha ke arah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat
sesuatu dikerjakan oleh orang-orang lain.
Dengan demikian Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen kelas anak
Selain itu untuk menambah pemahaman penyusun mengenai manajemen kelas dan manajemen
pembelajaran.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud manajemen kelas?
2. Apa  fungsi dan tujuan menejemen kelas
3. apa yang dimaksud menejemen pembelajaran?
4. Apa fungsi-fungsi dan tujuan dari manajemen pembelajaran?
5.Apa Perbedaan menejemen kelas dan menejemen pembelajaran ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. MANAJEMEN KELAS
1. Pengertian Manajemen Kelas
Pengertian manajemen / pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal, dan mengendalikannya bila terjadi gangguan dalam proses
belajar mengajar.[1] Dalam menejemen kelas atau yang disebut dengan pengelolaan kelas yang
didalamnya terdapat unsur ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan, pengadministrasian,
pengaturan, atau penataan kegiatan yang berlangsung didalam kelas. Selain itu juga ada pula
pendapat yang dikutip oleh Abudin Nata dalam menejemen pengajaran secara manusiawi
mengatakan pengelolaan kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar
sesama yang mendapat pengajaran dari guru.[2]hal ini dilakukan sebagai upaya mendayagunakan
potensi kelas.
            Dengan demikian menejemen kelas atau pengelolaan kelas dapat kita pahami bahwa
merupakan kegiatan yang berupaya menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi
terjadinya proses belajar mengajar. Berbagai upaya tersebut antara lain mengatur jadwal penggunaa
kelas dan berbagai sarana prasarana yang terdapat di dalamnya, serta menertibkan perilaku peserta
didik agar mereka berada didalam kelas dalam keadaan yang teratur, rapi dan tertib. Dengan
demikian, dalam pengelolaan kelas ini termasuk pula menertibkan peserta didik yang melakukan
berbagai kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, atau suatu
kegiatan yang mengganggu jalannya kegiatan belajar. Dalam kaitan ini, maka pengelolaan kelas
berkaitan pula upaya menertibkan peserta didik yang bercanda, bergurau, berkelahi, bertengkar, dan
berbagai tindakan lainnya yang dapat mengganggu jalannya kegiatan proses belajar mengajar. Selain
itu, pengelolaan kelas juga termasuk pemberian hadiah bagi ketetapan waktu penyelesasian tugas
oleh siswa, atau penetapan norma, kelompok yang produktif.
2. Tujuan menejemen kelas
Adapun tujuan pengelolaan kelas dikemukakan Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen (1996) yang
dikutip Rachman (1998/1999: 15), adalah:
a. Mewujudkan kondisi kelas baik sebagai lingkungan belajar ataupun sebagai kelompok belajar yang
memungkinkan berkembangnya kemampuan masing-masing siswa.
b. Menghilangkan berbagai hambatan yang merintangi interaksi belajar yang efektif.
c. Menyediakan fasilitas atau peralatan dan mengaturnya hingga kondusif bagi kegiatan belajar siswa
yang sesuai dengan tuntutan pertumbuhan dan perkembangan sosial, emosional dan intelektualnya.
d. Membina perilaku siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan
keindividualannya. [3]
Konsep dasar yang perlu dicermati dalam manajemen kelas adalah penempatan individu,
kelompok, sekolah dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Tugas guru seperti mengontrol,
mengatur atau mendisiplinkan peserta didik adalah tindakan yang kurang tepat lagi untuk saat ini.
Sekarang aktivitas guru yang terpenting adalah memenej, mengorganisir dan mengkoordinasikan
segala aktivitas peserta didik menuju tujuan pembelajaran. Mengelola kelas merupakan keterampilan
yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak
menuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek manajemen kelas.
B. MANAJEMEN PEMBELAJARAN
1. Pengertian Manajemen Pembelajaran
Gagne dan Briggs mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian events (kondisi, peristiwa,
kejadian, dsb ) yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi pembelajar, sehingga proses
belajarnya dapat berlangsung mudah. Pembelajaran bukan hanya terbatas pada kegiatan yang
dilakukan guru, seperti halnya dengan konsep mengajar. Pembelajaran mencakup semua kegiatan
yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia. Pembelajaran mencakup
pula kejadian-kejadian yang diturunkan oleh bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televisi,
film, slide maupun kombinasi dari bahan –bahan itu.[4]
Berpijak dari konsep manajemen dan pembelajaran, maka konsep manajemen pembelajaran
dapat diartikan proses mengelola yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pengendalian (pengarahan) dan pengevaluasian kegiatan yang berkaitan dengan proses
membelajarkan si pebelajar dengan mengikutsertakan berbagai faktor di dalamnya guna mencapai
tujuan. Dalam “memanaje” atau mengelola pembelajaran, manajer dalam hal ini guru melaksanakan
berbagai langkah kegiatan mulai dari merencanakan pembelajaran, mengorganisasikan pembelajaran,
mengarahkan dan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.
 Pengertian manajemen pembelajaran demikian dapat diartikan secara luas dalam arti
mencakup keseluruhan kegiatan bagaimana membelajarkan siswa mulai dari perencanaan
pembelajaran sampai pada penilaian pembelajaran.
Pendapat lain menyatakan bahwa manajemen pembelajaran merupakan bagian dari strategi
pembelajaran yaitu strategi pengelolaan pembelajaran.
Selain itu juga Manajemen pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha ke arah pencapaian
tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat sesuatu dikerjakan oleh orang-
orang lain berupa peningkatan minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa (orang yang
belajar), dengan memperluas cakupan aktivitas (tidak terlalu dibatasi), serta mengarah kepada
pengembangan gaya hidup di masa mendatang.[5]
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hal menajemen pembelajaran sebagai berikut; jadwal
kegiatan guru-siswa; strategi pembelajaran; pengelolaan bahan praktik; pengelolaan alat bantu;
pembelajaran ber-tim; program remidi dan pengayaan; dan peningkatan kualitas pembelajaran.
Pengertian manajemen di atas hanya berkaitan dengan kegiatan yang terjadi selama proses interaksi
guru dengan siswa baik di luar kelas maupun di dalam kelas. Pengertian ini bisa dikatakan sebagai
konsep manajemen pembelajaran dalam pengertian sempit. Ada dasarnya manajemen pembelajaran
merupakan pengaturan semua kegiatan pembelajaran, baik dikategorikan berdasarkan kurikulum inti
maupun penunjang berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan sebelumnya, oleh Departemen
Agama atau Departemen Pendidikan Nasional.
2. Fungsi Manajemen Pembelajaran
Perencanaan adalah salah satu fungsi awal dari aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan secara
efektif dan efisien. Menurut Anderson (1989:47), perencanaan adalah pandangan masa depan dan
menciptakan kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan seseorang dimasa depan.
Yang dimaksud dengan perencanaan pembelajaran menurut Davis (1996) adalah pekerjaan yang
dilakukan oleh seorang guru untuk merumuskan tujuan mengajar.
Dalam kedudukannya sebagai seorang manajer, guru melakukan perencanaan pembelajaran yang
mencakup usaha untuk :
1. Menganilisis tugas.
2. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan atau belajar.
3. Menulis tujuan belajar.
3. Mengorganisisr Sumber Daya Pembelajaran
Lebih jauh menurut Davis, proses pengorganisasian dalam pembelajaran meliputi empat kegiatan,
yaitu :
1.  Memilih alat taktik yang tepat.
2. Memilih alat bantu belajar atau audio-visual yang tepat.
3. Memilih besarnya kelas (jumlah murid yang tepat).
4. Memilih strategi yang tepat untuk mengkomunikasikan peraturan-peraturan, prosedur-prosedur
serta pengajaran yang kompleks.
Ahmad Tafsir (1992:33) berpendapat bahwa metodologi pengajaran adalah pengetahuan yang
membicarakan berbagai metode mengajar yang dapat digunakan oleh guru dalam menyelenggarakan
kegiatan belajar-mengajar.
Dalam hal ini metode mengajar adalah :
1. Merupakan salah satu komponen dari proses pendidikan.
2. Merupakan alat mencapai tujuan yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar.
3. Merupakan kebulatan dalam satu sistem pengajaran.
Dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah taktik atau strategi yang digunakan oleh guru
dalam menyampaikan mata pelajaran kepada peserta didik.
Menurut Davis (1996) bahwa dalam memilih metode sangat tergantung pada sifat tugas, tujuan
pengajaran yang akan dicapai, kemampuan dan pengetahuan sebelumnya serta umur murid.
Guru sebagai manajer dapat mengorganisasikan bahan pelajaran untuk disampaikan kepada murid
dengan beberapa metode, yaitu :
1. Metode Ceramah.
2. Metode Demontrasi.
3. Metode Diskusi.
4. Metode Tanya-Jawab.
5. Metode Driil atau Latihan Siap.
6. Metode Resitasi atau Pemberian Tugas Belajar.[6]
C. PERBEDAAN MENEJEMEN KELAS DAN MENEJEMEN PEMBELAJARAN
1.      Manajemen atau Pengelolaan kelas merupakan  suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab
kegiatan pembelajaran dengan maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana
kegiatan belajar sebagaimana yang diharapkan. Dalam manajemen kelas atau yang disebut dengan
pengelolaan kelas yang didalamnya terdapat unsur ketatalaksanaan, tata pimpinan,
pengelolaan,pengadministrasian, pengaturan, atau penataan kegiatan yang berlangsung didalam
kelas.
2.      Manajemen pembelajaran berhubungan dengan kurikulum atau dapat diartikan sebagai usaha ke
arah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat sesuatu dikerjakan
oleh orang-orang lain berupa peningkatan minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa
(orang yang belajar), dengan memperluas cakupan aktivitas (tidak terlalu dibatasi), serta mengarah
kepada pengembangan gaya hidup dimasa mendatang. Manajemen pembelajaran sebagai berikut;
jadwal kegiatan guru-siswa; strategi pembelajaran; pengelolaan bahan praktik; pengelolaan alat
bantu; pembelajaran ber-tim; program remidi dan pengayaan; dan peningkatan kualitas
pembelajaran.
Pengelolaan dan pembelajaran dapat dibedakan tapi memilki fungsi yang sama. Pengelolaan
tekannya lebih kuat pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembelajaran, sementara
pembelajaran (instruction) lebih kuat berkenaan dengan aspek mengelola atau memproses materi
pelajaran. Pada akhirnya dari kedua aktivitas tersebut, keduanya dilakukan dalam rangka untuk
mencapai tujuan yang sama yaitu tujuan pembelajaran
Contoh aspek pengelolaan, jika di dalam kelas terdapat gambar yang dianggap kurang baik
atau tidak pada tempatnya untuk ditempelkan di dinding karena akan menggangu konsentrasi siswa
dalam belajar, maka guru tersebut memindahkannya dan menempatkan pada tempat yang dianggap
paling cocok. Adapun pembelajaran, jika diperoleh siswa yang mengalami kesulitan belajar untuk
materi-materi tertentu, maka guru mengidentifikasi sebab-sebabnya, dan membantu siswa
mengahadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya itu.
Komponen-Komponen Pengelolaan Kelas. Pengelolaan kelas dilakukan untuk mendukung
terjadinya proses pembelajaran yang lebih berkualitas. Oleh karena itu pendekatan atau teori apapun
yang dipilih dan yang dijadikan dasar dalam pengelolaan kelas, harus diorientasikan pada terciptanya
proses pembelajaran secara aktif dan produktif.
[1] Prof.Dr.abudin nata,Perspekif islam tentang strategi pembelajaran,(jakarta: Kencana
media gruop. )2009 :340
[2] Ibid :340
[3] PENGELOLAAN KELAS DALAM RANGKA PROSES BELAJAR MENGAJAR Bahan Training Of Trainers (TOT) NasionalPelatihan Supervisi
PendidikanMadrasah Ibtidaiyah dan TsanawiyahBasic Education Project (BEP)Disajikan Tanggal 27 Juni 2001 di Gedung BKMJl. Burangrang
No. 17-19 Bandung.Oleh: Drs. H. Johar Permana, M.A.
[4] Ibid
[5] http://novitacahkampus.wordpress.com/2011/06/10/makalah-manajemen-kelas-dan-manajemen-pembelajaran/

[6] http://novitacahkampus.wordpress.com/2011/06/10/makalah-manajemen-kelas-dan-manajemen-pembelajaran /

Diposting oleh henniepurwasih

1550-Article Text-4230-1-10-20160404.pdf

PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN KELAS DI SEKOLAH


DASAR
16/07/2017 Afid Burhanuddin Tinggalkan komentar
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2017/07/16/pendekatan-dalam-pengelolaan-kelas-di-sekolah-dasar/

Pendidikan adalah cara manusia untuk meningkatkan kualitas dari suatu kondisi kearah yang
lebih baik. Pendidikan diperoleh lewat proses pembelajaran.  Dalam proses pembelajaran,
seorang guru melaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan pembelajaran dan kegiatan
pengelolaan kelas. Guru yang professional salah satu cirinya adalah guru yang mampu
mengelola kelas dengan baik. Di  dalam kelas, segala aspek pendidikan pengajaran bertemu
dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan
sifat-sifat yang berbeda-beda, bertemu dan berpadu serta berinteraksi di dalam kelas. Bahkan
hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh
sebab itu sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan profesional.

Sementara ini pemahaman tentang pengelolaan kelas nampaknya masih keliru. Seringkali
pengelolaan kelas dipahami sebagai penataan ruangan kelas yang berkaitan dengan sarana
seperti tempat duduk, lemari buku, dan alat-alat mengajar. Padahal pengaturan sarana belajar
mengajar di kelas hanyalah sebagian kecil saja, yang terutama adalah pengkondisian kelas,
artinya bagaimana guru merencanakan, mengatur, melakukan berbagai kegiatan di kelas,
sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dan berhasil dengan baik

Ruang kelas merupakan tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran, selama berjam-jam


siswa berada diruang tersebut, selama itu pula terjadi interaksi antara dua unsur manusia yaitu
guru dan siswa. Ruang tersebut tentunya harus ditata sedemikian rupa sehingga secara layak
dan nyaman dapat dijadikan tempat kegiatan pembelajaran. Hal ini memerluka prinsip
pengelolaan ruang kelas yang bagus supaya kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar
dan efektif.
PENGERTIAN PENGELOLAAN KELAS

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, pengelolaan dan kelas. Pengelolaan sendiri berasal dari
kata “kelola” di tambahi awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan
adalah “manajemen”. Manajemen berasal dari bahasa inggris, yaitu management, yang berarti
ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.manajemen atau pengelolaan dalam pengertian
umum menurut Suharsimi Arikunto (Djamarah, 2013) adalah pengadministrasian, pengaturan
atau penataan suatu kegiatan.

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi
belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar (Usman, 2013).

Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang
`kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran (Mulyasa, 2013).

Pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakanya
untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik
dapat mencapai tujuan mengajar secara efesien dan memungkinkan mereka dapat
belajar (Djamarah, 2013).

Dapat disimpulkan bahwa ketrampilam mengelolaan kelas adalah keterampilan guru dalam
mengendalikan pembelajaran untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal
dan bila terjadi gangguan saat terjadinya proses belajar mengajar baik dengan cara
mendisiplinkan ataupun melakukan remidial. Dengan kata lain, ialah kegiatan untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses pembelajaran.
Yang termasuk ke dalam hal ini adalah, penghentian tingkah laku anak didik yang
menyelewengkan perhatian kelas, pemberian hadiah bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas
oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.

Ketika kelas terganggu, guru berusaha mengembalikannya agar tidak menjadi penghalang bagi
proses pembelajaran. Dalam konteks yang demikian itulah kiranya pengelolaan kelas penting
untuk diketahui oleh siapapun yang menerjukan dirinya dalam dunia pendidikan.

TUJUAN PENGELOLAAN KELAS

Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru bukan tanpa tujuan. Karena ada tujuan itulah guru
selalu berusaha mengelola kelas, walaupun terkadang kelelahan fisik maupun pikiran. Guru
sadar tanpa adanya pengelolaan kelas yang baik, maka akan menghambat proses kegiatan
belajar mengajarnya. Itu sama saja membiarkan jalannya pelajaran tampa hasil., yaitu
mengantarkan anak didik dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti, dan dari yang tidak berilmu menjadi berilmu.

Tujuan pengelolaan kelas pada hakekatnya sudah terkandung pada tujuan pendidikan. Secara
umum tujuan dari pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam
kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan belajar, tercapainya suasana
sosial yeng memberikan kepuasan, suasana disiplin, oengembangan intelektual, emosional dan
sikap serta apresiasi pada siwa (Djamarah, 2013).
Suharsimi Arikunto dalam (Djamarah, 2013) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas
adalah agar setiap anak dikelas dapat berkerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efisien.  Menurutnya, sebagai indicator dari sebuah kelas yang
tertib apabila:

1. Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu
ada tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya.
2. Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap anak akan
bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas diberikan kepadanya. Apabila ada anak
yang dapat melaksanakan tugasnya, tetapi mengerjakanya kurang bergairah atau mengulur
waktu bekerja, maka kelas tersebut dikatakan tidak tertib.

Selain tujuan diatas menurut (Hasibuan, 2012) dalam bukunya “Proses Belajar Mengajar”
tujuan pengelolaan kelas bagi siswa adalah sebagai berikut:

1. Mendorong siswa untuk mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya.
2. Membantu siswa untuk mengerti tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan
memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan, atau bukan kemarahan.
3. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku yang
sesuai dengan aktivitas kelas.

PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN KELAS

Pengelolaan kelas bukanlah merupakan tugas yang ringan. Berbagai faktorlah yang
menyebabkan kerumitan itu. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan
kelas di bagi menjadi dua golongan yaitu, factor intern siswa dan factor ekstern siswa. Factor
intern siswa berhubungan dengan emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa dengan ciri-
ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya secara individual.
Perbedaan secara individual ini dilihat dari segi aspek, yaitu perbedaan biologis, intelektual,
dan psikologis (Usman, 2013).

Sedangkan faktor ekstern  siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar,
penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa dikelas, dan sebagainya. Masalah
jumlah siswa dikelas akan mewarnai dinamika kelas dan sebagainya. Semakin banyak siswa
akan cederung mudah terjadi konflik deripada kelas dengan jumlah siswa yang lebih sedikit.

Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas, prinsip-prinsip


pengelolaan kelas dapat dipergunakan. Maka sangat penting bagi guru untuk mengetahui dan
menguasai prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang akan diuraikan sebagai berikut:

1. Hangat dan Antusias. Hangat dan antusias dapat memberikan suasana kelas yang
menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi terciptanya kegiatan belajar mengajar
yang optimal. Jika kelas sudah mempunyai rasa hangat kegiatan belajar mengajar akan terasa
lebih hidup dan para siswa akan antusias dalam mengikuti pelajaran.
2. Tantangan. Penggunakan kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah siwa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya
tingkah laku yang menyimpang. Tantangan juga akan menimbulkan motivasi kedalam diri
individu setiap siswa.
3. Bervariasi. Penggunaan alat atau media, gaya, dan interaksi belajar mengajar yang bervariasi
merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
4. Keluwesan. Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat
mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar
mengajar yang efektif.
5. Penekanan pada hal-hal yang positif. Pada dasarnya, didalam mengajar dan mendidik, guru
harus menekankan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal
yang negative.
6. Penanaman disiplin diri. Pengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan
akhir dari pengelolaan kelas. Untuk itu guru harus selalu menolong siswa untuk melaksanakan
disiplin diri sendiri, dan guru sendiri hendaknya dapat menjadi contoh atau teladan tentang
pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.

Selain itu ruangan kelas tentunya juga harus ditata sedemikian rupa sehingga secara layak
dapat melangsungkan kegiatan pembelajaran. Dalam (Sobri, 2009) suasana dan penataan
ruang kelas tersebut, hendaknya memperhatiakan paling tidak empat kondisi berikut:

1. Aksesibilitas, yakni siswa maupun guru mudah menjangkau alat dan sumber belajar.
2. Mobilitas, siswa dan guru mudah bergerak dari suatu bagian ke bagian lain di kelas.
3. Interaksi, yakni memudahkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa maupun antar siswa.
4. Variasi kerja siswa, yaitu memungkinkan siswa berkerja secara individu, berpasangan, atau
kelompok.

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN KELAS

Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai
faktor.  Permasalahan anak didik adalah factor utama yang berkaitan langusung dalam hai ini.
Karena pengelolaan kelas yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan
kegairahan belajar anak didik secara berkelompok maupun secara individual.

Keharmonisan hubungan antara guru dan siswa, tingginya kerja sama diantara anak didik
tersimpul dalam bentuk interaksi. Keharmonisan interaksi ini bisa optimal karena pendekatan
yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Berbagai pendekatan tersebut adalah
seperti dalam uraian berikut ini:

1. Pendekatan Kekuasaan. Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol
tingkah laku anak didik. Peranan guru di sini adalah menciptakan dan mempertahankan
situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik
untuk menaatinya. Di dalamnya ada kekeasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati
anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya.
2. Pendekatan Ancaman. Dari pendekatan ancaman atau intimidasi inti, memperoleh kelas
adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam
mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberikan ancaman, misalnya
melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
3. Pendekatan Kebebasan. Pengelolaan diartikan suatu proses untuk membantu anak didik agar
merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah
mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4. Penekatan Resep. Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan member satu daftar
yang dapat mengambarkan apa yang harus dikerjakan dan yang tidak boleh terjadi di kelas.
Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru.
Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang ditulis dalam resep.
5. Pendekatan Pengajaran. Pendekatan ini didasarkan pada suatu tanggapan bahwa dalam
suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak
didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini manganjurkan
tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak
didik yang kurang baik. Peranan guru adalah perencanaan dan mengimplemantasikan
pelajaran yang baik
6. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku. Sesuai dengan namanya, pegelolaan kelas diartikan
sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah
mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang
baik.
7. Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial. Pendekatan pengelolaan kelas merupakan
suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif
dalam kelas. Suasana emosional dan hubungan sosial yang positif artinya ada hubungan yang
baik antara guru dengan siswa. Disisni guru adalah kunci terhadap pembentukan hubungan
pribadi dan perannya adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat.
8. Pengelolaan Proses Kelompok. Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk
menciptakan kelas sebagai sustu sistem sosial dimana proses kelompok merupakan yang
paling utama. Peranan guru adalah mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan
proses kelompok itu efektif. Proses kelompok adalah usaha guru mengelompokan anak didik
ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta
kelas yang bergairah dalam belajar.
9. Pendekatan Elektis. Pendekatan elektis adalah pendekatan yang menekankan pada
potensialitas, kreaktivitas, dan inisiatif guru kelas dalam memilih pendekatan tersebut sesuai
dengan situasi yang dihadapinya. Penggunakan pendekatan ini dalam suatu situasi dapat
digunakan dengan salah satu, mengombinasikan, atau ketiga pendekatan tersebut.
Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang
berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat
menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar
mengajar berjalan efektif dan efisien.

 KESIMPULAN

Guru baik itu guru kelas maupun guru bidang studi secara langsung pasti terlibat dalam
kegiatan pengelolaan kelas. Keterampilan mengelola kelas ini sangat penting dikuasai dan
diterapkan oleh guru pada setiap kali melakukan proses pembelajaran di dalam kelas.
Tujuannya adalah agar proses pembelajaran itu sendiri dapat berjalan efektif dan efisien,
sehingga kompetensi yang diharapkan mampu dikuasai oleh siswa.

Dalam mengelola kelas guru dapat memperkecil resiko gangguan dalam mengelola kelas
dengan memperhatikan prisip-prinsip. Prinsip pengelolaan kelas antara lain:

1. Hangat dan Antusias


2. Tantangan
3. Bervariasi
4. Keluwesan
5. Penekanan pada hal-hal yang positif
6. Penanaman disiplin diri

Berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas juga harus dapat dikuasahi oleh para guru.
Pendekatan dalam mebgelola kelas antara lain:

1. Pendekatan Kekuasaan
2. Pendekatan Ancaman
3. Pendekatan Kebebasan
4. Penekatan Resep
5. Pendekatan Pengajaran
6. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
7. Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial
8. Pengelolaan Proses Kelompok
9. Pendekatan Elektis

Daftar Pustaka
Djamarah, S. B. (2013). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Hasibuan. (2012). Proes Belajar Mengajar. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Mulyasa. (2013). Menjadi Guru profesional. Bandung: PT REMAJA ROSDAYAKARYA.
Sobri. (2009). Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarja: Multi Pressindo.
Usman, U. (2013). Menjadi Guru Prfesional. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.

PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN KELAS


Oleh Fatkhan Amirul HudaDiposting pada 9 Juni 2017
http://fatkhan.web.id/pendekatan-dalam-pengelolaan-kelas/

Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas – Pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru
dalam mengelola kelas akan sangat dipengaruhi oleh pandangan guru tersebut terhadap
tingkah laku siswa, karakteristik, watak dan sifat siswa, dan situasi kelas pada waktu seorang
siswa melakukan penyimpangan. Beberapa pendekatan yang mungkin dapat dipergunakan
adalah pendekatan kekuasaan, pendekatan ancaman, pendekatan kebebasan, pendekatan resep,
pendekatan pengajaran, pendekatan perubahan tingkah laku, pendekatan suasana emosi dan
hubungan sosial, pendekatan proses kelompok, dan pendekatan electis atau puralistik.
(Djamarah dan Zain, 2006: 200).

1. Pendekatan kekuasaan

Yaitu pengelolaan kelas yang dilakukan dengan menunjukkan kekuasaan seorang guru
terhadap siswa sehingga tindakannya untuk mengatasi penyimpangan tingkah laku dilakukan
dengan tekanan-tekanan. Contoh dari pendekatan ini misalnya memerintah, tindakan
memarahi, menggunakan kekuasaan orang tua atau kepala sekolah untuk pengelolaan kelas,
melakukan tindakan kekerasan atau mendelegasikan kepada salah seorang siswa untuk
melakukan penguasaan terhadap kelas. Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk
mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan
mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut
kepada peserta didik untuk menaatinya. Didalamnya ada kekuasaan dalam norma yang
mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma inilah guru
mendekatinya.

2. Pendekatan ancaman

Yaitu kegiatan pengelolaan kelas yang dilakukan dengan melakukan hukuman atau ancaman.
Kegiatan ini dapat berupa tindakan guru yang menghukum siswa dengan kekerasan, melarang
atau mengusir siswa dari kegiatan tertentu, mengancam siswa bila melakukan sesuatu yang
dilarang, menghardik, mencemooh, mentertawakan, menghukum seorang siswa untuk contoh
siswa yang lain, atau mungkin memaksa siswa meminta maaf karena perbuatan yang tercela.
Baca Juga:   Pengertian Kesulitan Belajar

3. Pendekatan kebebasan

Pengelolaan diartikan sebagai suatu proses untuk membantu peserta didik agar merasa bebas
untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah menguasahakan
semaksimal mungkin kebebasan peserta didik.

4. Pendekatan resep

Pendekatan resep ini dilakukan dengan member suatu daftar yang menggambarkan apa yang
harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau
situasi yang terjadi dikelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus
dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam
resep.

5. Pendekatan pengajaran

Pendekatan ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan
pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku peserta didik, dan memecahkan
masalah itu apabila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam
mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku peserta didik yang kurang baik.
Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.

6. Pendekatan perubahan tingkah laku

Pendekatan ini didasarkan atas pandangan bahwa apabila seorang siswa melakukan tingkah
laku yang menyimpang mungkin disebabkan oleh dua hal, yaitu : siswa itu telah mempelajari
tingkah laku yang menyimpang itu atau mungkin siswa justru belum mempelajari tingkah laku
yang sebaiknya. Oleh sebab itu agar siswa tersebut mengetahui tingkah laku yang ia lakukan,
maka setiap tingkah lakunya diikuti dengan konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku
tersebut. Konsekuensi itu dibuat oleh seorang guru sebagai cara dalam melakukan pengelolaan
kelas.

Baca Juga:   Faktor Pendukung dan Penghambat Pengelolaan Kelas

7. Pendekatan suasana emosi dan hubungan sosial

Pendekatan pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dan suasana sosial didalam kelas
sebagai sekelompok individu cenderung pada pandangan psikologi klinis dan konseling.
Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau
suasana emosional dan hubungan sosial yang positif, artinya ada hubungan yang baik yang
positif antara guru denganpeserta didik, atau antara peserta didik dengan peserta didik.

8. Pendekatan proses kelompok

Pendekatan proses kelompok didasarkan atas dua macam anggapan dasar, yaitu bahwa
kegiatan sekolah berlangsung dalam suasana kelompok, yaitu kelompok kelas. Kelompok
kelas adalah suatu sistem sosial yang memiliki ciri-ciri seperti yang dimiliki oleh sistem sosial,
lainnya. Dalam hubungannya dengan kelompok kelas, maka tugas guru dalam mengelola kelas
adalah berusaha mengembangkan dan mempertahankan suasana kelompok kelas yang efektif
dan produktif. Oleh karenanya guru hendaknya mengembangkan dan mempertahankan kondisi
yang menyangkut ciri-ciri kelompok kelas sebagai sistem sosial. Adapun ciri-ciri yang penting
dimiliki oleh kelompok kelas sebagai sistem sosial adalah harapan, kepemimimpinan,
kemenarikan, norma, komunikasi dan keeratan (Jaririndu, 2012):

a. Harapan adalah persepsi pada guru dan siswa berkenaan dengan hubungan mereka.
b. Kepemimpinan merupakan tingkah laku yang mendorong kelompok bergerak ke arah
pencapaian tujuan yang diharapkan.
c. Kemenarikan merupakan tingkat hubungan persahabatan diantara anggota kelompok kelas.
Tugas guru dalam pengelolaan kelas menjadi berusaha memperlihatkan empati, saling
pengertian, sikap mendorong teman, saling menerima dan memberikan kesempatan.
d. Norma adalah suatu pedoman tentang cara berpikir, merasa dan bertingkah laku yang diakui
bersama oleh anggota kelompok.
e. Komunikasi merupakan wahana yang memungkinkan terjadinya interaksi kelompok yang
bermakna dan memungkinkan terjadinya proses kelompok.
f. Keeratan adalah keeratan rasa kebersamaan yang dimiliki oleh kelompok kelas. Yang
mendorong terjadinya keeratan itu adalah adanya minat terhadap tugas-tugas kelompok,
saling menyukai dan anggota kelompok merasa dibantu oleh kelompok kelas.

Baca Juga:   Analisis Kesalahan Konsep Matematika Menggunakan Newman

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam
mengelola kelas sangat dipengaruhi oleh cara guru dalam mengenal tingkah laku, karakterisitik,
watak, dan sifat siswa-siswanya ketika siswa-siswa tersebut melakukan penyimpangan-penyimpangan
dalam kelas.

9. Pendekatan electis atau pluralistik

Menurut Eliana (2010: 25) Pendekatan electis ini menekankan pada potensialitas, kreativitas
dan inisiatif wali/guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut diatas berdasarkan
situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi lain mungkin harus
mengkombinasikan dua atau ketiga pendekatan tersebut diatas. Pendekatan electis disebut juga
pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam
pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu
kondisi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien.

Demikian artikel tentang Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas semoga dapat dijadikan
referensi dan bermanfaat bagi anda, silahkan share artikel ini jika dianggap bermanfaat.
Terima Kasih
MARHENDRIAWAN WIDI ATMOKO (1486206010)
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
STKIP PGRI PACITAN
2016
Prinsip-prinsip Pengel. Kelas

Erwin Widiasworo (Cerdas PK, 2018:18)


PK dipengaruhi oleh factor internal dan factor eksternal peserta didik;
Factor internal peserta didik : - emosi; - pikiran; - perilaku
Factor eksternal peserta didik : - suasan belajar; - posisi; - pengelompokan; - jumlah
Menurut Djamarah dan Aswan untuk memperkecil permasalahan dalam nanajemen
kelas dapat dipergunakan prinsip-prinsip :
1. Hangat dan antusias (kedekatan emosional; semangat; komitmen);
2. Tantangan;
3. Bervariasi (pen
4. ggunaan alat; media; gaya mengajar);
5. Keluwesan (sikap luwes akan membuat peserta didik merasa lebih dekat
dengan guru);ekanan pada hal-hal positif
6. Penanaman disiplin diri :
Tujuan akhir manajemen kelas adalah peserta didik dapat mengembangkan
disiplin diri sendiri dan guru sebagai teladan, oleh karena itu guru harus
disiplin dalam segala hal;
Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
https://www.lamaccaweb.com/2019/12/01/prinsip-prinsip-pengelolaan-kelas/
Desember 01, 2019 02:19

PENDAHULUAN 
Pendidikan Anak Usia Dini  adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar
yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun. Pendidikan Anak Usia Dini berfungsi membina, menumbuhkan, dan
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak pada usia dini secara optimal sehingga
terbentuk perilaku dan perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan
selanjutnya.

Pendidikan Anak Usia Dini menjadi pendidikan yang sangat penting mengingat potensi
kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia ini. Sedemikian
pentingnya masa ini sehingga usia dini sering disebut sebagai the golden age (usia emas). Pada
masa ini anak harus diberikan pendidikan, stimulus, dan contoh kongkrit dari berbagai pihak
dan lingkungannya guna membantu anak melalui tahapan-tahapan perkembangannya termasuk
perkembangan otak dan kecerdasannya. Guna membantu mengembangkan kecerdasan anak,
dalam Pendidikan Anak Usia Dini harus didorong oleh tenaga pengajar yang berkualitas.

Tenaga pengajar yang berkualitas harus memiliki kompetensi pedagogis, profesional, sosial,
dan kepribadian. Salah satu keterampilan dalam kompetensi profesional yang harus dimiliki
guru adalah pengelolaan kelas. Menurut Suyanto dan Asep Djihat (2012:116) pengelolaan
kelas adalah upaya yang dilakukan guru untuk mengkondisikan kelas dengan
mengoptimalisasikan berbagai sumber (potensi yang ada pada guru, sarana, dan lingkungan
belajar di kelas) yang ditujukan agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai
perencanaan dan  tujuan yang ingin dicapai. Dalam penerapannya, guru harus memegang
prinsip-prinsip pengelolaan kelas agar perencanaan yang telah disusun dapat berjalan dengan
baik. 
  
PEMBAHASAN 
Manajemen kesiswaan merupakan proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan siswa,
pembinaan sekolah mulai dari penerimaan siswa, pembinaan siswa berasa di sekolah, sampai
dengan siswa menamatkan pendidikannya mulai penciptaan suasana yang kondusif terhadap
berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif.  Mulyono mengemukakan bahwa
manajemen kesiswaan adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan
secara sengaja serta pembinaan secara kontinyu terhadap seluruh siswa (dalam lembaga
pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses belajar mengajar secara efektif
dan efisien.

Manajemen kesiswaan juga berarti seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan
secara sengaja serta pembinaan secara kontinyu terhadap seluruh peserta didik (dalam
lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses belajar mengajar secara
efektif dan efisien mulai dari penerimaan peserta didik hingga keluarnya peserta didik dari
suatu sekolah.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen kesiswaan merupakan
proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan siswa mulai dari penerimaan peserta
didik hingga keluarnya peserta didik dari suatu sekolah. 

Dalam penerapan manajemen kelas terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan sebagai
prasyarat menciptakan satu modal pembelajaran yang efektif dan efisien, yaitu (Muhaimin,
2002: 137-144):
1.    Prinsip Kesiapan (Readiness)
Kesiapan belajar ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, psikis, inteligensi, latar belakang
pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan factor-faktor lain yang
memungkinkan seseorang dapat belajar.

2.    Prinsip Motivasi (Motivation)


Motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke
arah suatu tujuan tertentu. Adanya motivasi pada peserta didik maka akan bersungguh-
sungguh menunjukkan minat, mempunyai perhatian, dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut
serta dalam kegiatan belajar, berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk
melakukan kegiatan tersebut serta terus bekerja sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan. 

3.    Prinsip Perhatian


Perhatian merupakan suatu strategi kognitif yang mencakup 4 (empat) ketrampilan yaitu
berorientasi pada suatu masalah, meninjau sepintas isi masalah, memusatkan diri pada aspek-
aspek yang relevan dan mengabaikan stimuli yang tidak relevan. Dalam proses pembelajaran
perhatian merupakan faktor yang besar pengaruhnya.

4.    Prinsip Persepsi


Prinsip umum yang perlu diperhatikan dalam menggunakan persepsi adalah (a) makin baik
persepsi mengenai sesuatu makin mudah peserta didik belajar mengingat sesuatu tersebut, (b)
dalam pembelajaran perlu dihindari persepsi yang salah karena hal ini akan memberikan
pengertian yang salah pula pada peserta didik tentang apa yang dipelajari, (c) dalam
pembelajaran perlu diupayakan berbagai sumber belajar yang dapat mendekati benda
sesungguhnya sehingga peserta didik memperoleh persepsi yang lebih akurat.

5.    Prinsip Retensi


Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah seseorang mempelajari
sesuatu. Dengan retensi membuat apa yang dipelajari dapat bertahan atau tertinggal lebih lama
dalam struktur kognitif dan dapat diingat kembali jika diperlukan. Karena itu, retensi sangat
menentukan hasil yang diperoleh peserta didik dalam proses pembelajaran.

6.    Prinsip Transfer


Transfer merupakan suatu proses dimana sesuatu yang pernah dipelajari dapat memengaruhi
proses dalam mempelajari sesuatu yang baru. Dengan demikian, transfer berarti pengaitan
pengetahuan yang sudah dipelajari dengan pengetahuan yang baru dipelajari. Pengetahuan
atau keterampilan yang diajarkan di sekolah selalu diasumsikan atau diharapkan dapat dipakai
untuk memecahkan masalah yang dialami dalam kehidupan atau dalam pekerjaan yang akan
dihadapi kelak. 

Dengan adanya berbagai macam poin prinsip pengelolaan kelas, pendidik atau guru tidak
harus mengambil semua prinsip tersebut, tetapi guru dapat mengambil minimal empat poin
prinsip pengelolaan kelas. Dimana guru dapat mengkolaborasikan prinsip-prinsip pengelolaan
kelas yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan sekolah yang bersangkutan.
Dengan penerapan prinsip-prinsip pengelolaan kelas diharapkan proses pembelajaran dapat
berjalan efektif dan efisien.
    
KESIMPULAN 
Manajemen kesiswaan merupakan proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan siswa,
pembinaan sekolah mulai dari penerimaan siswa, pembinaan siswa berasa di sekolah, sampai
dengan siswa menamatkan pendidikannya mulai penciptaan suasana yang kondusif terhadap
berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif.

Dalam penerapan manajemen kelas terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan sebagai
prasyarat menciptakan satu modal pembelajaran yang efektif dan efisien, yaitu (Muhaimin,
2002: 137-144): prinsip kesiapan (readiness), prinsip motivasi (motivation), prinsip perhatian,
prinsip persepsi, prinsip retensi, prinsip transfer.

Dengan adanya berbagai macam poin prinsip pengelolaan kelas, pendidik atau guru tidak
harus mengambil semua prinsip tersebut, tetapi guru dapat mengambil minimal empat poin
prinsip pengelolaan kelas. Dimana guru dapat mengkolaborasikan prinsip-prinsip pengelolaan
kelas yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan sekolah yang bersangkutan.
Dengan penerapan prinsip-prinsip pengelolaan kelas diharapkan proses pembelajaran dapat
berjalan efektif dan efisien. 

Oleh : Binti Rahmawati

DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa, 2012, Manajemen PAUD, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset
Sri Lestari, Jurnal Hubungan antara Kualifikasi Akademik Guru dengan Pengelolaan
Kelas di Taman Kanak-kanak Se-Kecamatan Gemolong, Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Rozalena,     M.Kristiawan,     Jurnal     Pengelolaan     Pembelajaran     PAUD     dalam
Mengembangkan Potensi Anak Usia Dini, volume 2 No 1, 2017  https://id.m.wikipedia.org
diakses 27 Juni 2019
https://www.kajianpustaka.com/2017/11/pengertian-tujuan-dan-prinsip-manajemenkelas.html?
m=1 diakses 27 Juni 2019

Friday, October 17, 2014


Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2014/10/prinsip-prinsip-pengelolaan-kelas.html

Labels: lingkungan sekolah

Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas

Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas (Manajemen Kelas)


Sebagai kelanjutan dari tulisan-tulisan sebelumnya tentang manajemen kelas, maka
kali ini blog penelitian tindakan kelas akan menyajikan tulisan tentang prinsip-prinsip
yang dapat dipergunakan untuk pengelolaan kelas.

Djamarah, Syaiful Bahri (2002) dalam buku Strategi Belajar Mengajar yang
diterbitkan oleh  Rineka Cipta, Jakarta menyebutkan bahwa untuk mereduksi
permasalahan atau gangguan dalam pengelolaan kelas manajemen kelas guru dapat
dipergunakan beberapa prinsip-prinsip pengelolaan kelas. Beberapa prinsip
pengelolaan kelas itu adalah sebagai berikut.
1. Kehangatan dan antusiasme
2. Tantangan
3. Variasi
4. Luwes
5. Penekanan pada hal-hal positif
6. Penanaman disiplin

Baiklah, untuk lebih jelasnya apa saja yang dimaksud sebagai prinsip-prinsip di atas,
marilah kita baca uraiannya berikut ini.

Kehangatan dan antusiasme


Bagaimana rasanya jika suatu ketika anda sendiri bertemu dengan seseorang yang
dalam berkomunikasi dengan anda terasa demikian hangatnya? Ia tersenyum,
dengan wajahnya yang manis (tidak masam) berbicara kepada anda. Kata-katanya
lembut dan menenangkan, atau paling tidak ia selalu berkata-kata sopan dan
menampakkan bagaimana ia menghargai anda sebagai lawan bicara. Pasti
menyenangkan bukan? Nah demikian juga halnya dengan siswa. Dalam
melaksanakan pengelolaan kelas (manajemen kelas), setiap guru yang berkomunikasi
dengan siswa-siswanya haruslah menunjukkan kehangatan. Walapun kesan
kehangatan ini sifatnya implisit (tidak diungkapkan secara langsung dengan kata-
kata), akan tetapi bagaimana guru bertutur dan bersikap kepada siswanya akan
memberikan kesan tertentu bagi mereka. Guru juga selain menunjukkan sifat hangat
bersahabat, juga harus menunjukkan antusiasme. Antusiasme dapat terpancar dari
cara anda bergerak, bagaimana roman muka anda, dan kata-kata yang terlontar dari
mulut anda. Tunjukkanlah selalu, bahwa anda dalam menjalankan profesi sebagai
seorang guru selalu antusias selama proses pembelajaran belangsung di kelas,
bahkan saat bertemu siswa di luar jam pelajaran (di luar kelas).

Tantangan
Kata-kata, tindakan, cara kerja, bahan-bahan, atau apapun yang anda gunakan di
kelas dalam rangka proses pembelajaran haruslah bersifat menantang. Guru dapat
membuat mereka tertantang dengan cara-cara yang kreatif yang selalu hadir dengan
sesuatu yang baru yang sifatnya tidak terlalu mudah (tidak menantang) atau tidak
terlalu sulit (karena dapat membuat anak frustasi dan merasa tidak mampu). Penting
bagi guru untuk dapat melaksanakan prinsip ini, adalah dengan mengetahui
kemampuan atau pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh siswa (prior knowledge)
sehingga guru dapat merancang tugas belajar yang berada sedikit di atas
kemampuan awal tersebut. Jika guru selalu mengajar dengan penuh tantangan
kepada siswa-siswanya, maka pengelolaan atau manajemen kelas akan lebih mudah
dilakukan. Perilaku-perilaku yang menyimpang dari kegiatan pembelajaran yang telah
dipersiapkan oleh guru akan dapat direduksi atau bahkan tidak akan muncul sama
sekali. Tantangan belajar yang baik akan memicu munculnya rasa ingin tahu siswa
sehingga mereka akan berusaha secara aktif terlibat dalam proses belajar mengajar
yang dilakukan di kelasnya.

Variasi
Variasi yang harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelasnya adalah hal
yang mutlak. Jika guru ingin sukses mengelola pembelajaran siswa, maka variasi
pembelajaran merupakan salah satu faktor penting yang tidak dapat dianggap
remeh. Melakukan variasi dalam hal-hal seperti strategi pembelajaran, metode
mengajar, setting pembelajaran, materi dan bahan ajar, atau apapun dalam
pembelajaran akan membuat siswa merasa akan selalu ada yang baru dalam
pembelajaran guru. Mereka akan terhindar dari kebosanan bahkan akan menanti-
nantikan kehadiran dan pembelajaran bersama guru yang bersangkutan. Siswa akan
senang karena ada saja hal-hal baru yang akan di dapatkan dari guru, baik itu
pengalaman belajar yang bermakna maupun pengetahuan dan keterampilan.

Luwes
Begitu dinamisnya sebuah kelas dengan beragam siswa yang ada di dalamnya,
membuat guru harus luwes dalam melakukan pengelolaan kelas (manajemen kelas).
Tidak bisa dihindari, pembelajaran dari waktu ke waktu membutuhkan guru yang
responsif dan cepat tanggap terhadap situasi-situasi yang terbentul. Guru harus
luwes dalam menentukan dan memilih alternatif-alternatif tindakan untuk mengelola
kelasnya supaya tetap berjalan kondusif untuk proses pembelajaran.

Penekanan pada hal-hal positif


Pembelajaran yang dilakukan oleh guru tentunya dimaksudkan juga untuk
menanamkan nilai-nilai atau hal-hal yang bersifat positif. Guru yang dapat
menghindarkan siswa dari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negatif. Contoh
konkret dari prinsip penekanan pada hal-hal positif misalnya penekanan yang
dilakukan guru terhadap tingkah laku siswa yang positif daripada mengomeli tingkah
laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan
yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat
mengganggu jalannya proses belajar mengajar.

Penanaman disiplin
Salah satu bagian terpenting dari manajemen atau pengelolaan kelas adalah
penanaman disiplin. Setiap siswa harus belajar berdisiplin. Disiplin di sini bukan
bermakna kekerasan, tetapi disiplin yang berlandaskan pada kesadaran diri siswa itu
sendiri bahwa belajar disiplin itu penting. Cara termudah menanamkan displin kepada
siswa adalah dengan menjadi teladan bagi siswa. Guru dapat menunjukkan secara
tidak langsung bagaimana mengendalikan diri dan melaksanakan sebuah tanggung
jawab. Seorang guru tidak akan berhasil mengelola kelasnya untuk berdisiplin jika ia
sendiri terlihat tidak disiplin di mata siswa.
Posted by Unknown
Pengertian Manajemen Kelas
https://www.dosenpendidikan.co.id/manajemen-kelas/

Bidang pendidikan terus digalakkan guna menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang


dihadapi dalam bidang pendidikan.  Inovasi dalam bidang pendidikan tersebut seperti
kurikulum, metode mengajar, media pembelajaran, administrasi pendidikan, dan strategi
pembelajaran. Implikasi dari inovasi dalam bidang pendidikan adalah  bahwa  ukuran 
keberhasilan  proses belajar mengajar guru di kelas mengalami perubahan, tuntutan 
ketertiban  kelas juga menjadi berubah.
Guru mengajar tanpa menyiapkan satuan pelajaran, tanpa media, tanpa variasi metode,
keadaan kelas yang tenang tanpa aktivitas para siswa mengerjakan tugas atau melakukan
kegiatan belajar demi tercapainya tujuan  belajar, bukanlah kelas yang baik, dan itu perlu
dihindari. Adanya perubahan tuntutan kondisi / ketertiban kelas agar proses belajar lebih
berkualitas, maka guru perlu mengetahui manajemen kelas dalam proses pembelajaran. Setiap
proses pembelajaran dengan metode, media, pendekatan tertentu menuntut suasana kelas
tertentu pula.
Pembelajaran yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh pembaharuan kurikulum, fasilitas
yang tersedia, kepribadian guru yang simpatik, pembelajaran yang penuh kesan, wawasan
pengetahuan guru yang luas tentang semua bidang, melainkan juga guru harus menguasai kiat
manajemen kelas. Setiap  kegiatan  belajar mengajar mengisyaratkan tercapainya tujuan, baik
tujuan instruksional maupun tujuan pengiring. Namun tidak dapat dipungkiri keadaan di kelas 
sering kali tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Upaya guru menciptakan dan mempertahankan kondisi yang diharapkan akan efektif apabila:
1. diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang
menguntungkan dalam proses  belajar mengajar;
2. diketahuinya masalah-masalah  yang  diperkirakan  dan  yang mungkin tumbuh yang
dapat merusak iklim belajar mengajar; dan
3. dikuasai berbagai pendekatan dalam manajemen kelas dan diketahui pula kapan dan
untuk masalah mana satu pendekatan digunakan (Entang dan Joni, 1983:7).
Pengajaran adalah serangkaian kegiatan yang bermaksud  memfasilitasi  peserta  didik
mencapai tujuan pendidikan secara langsung. Manajemen  kelas  merupakan segenap
upaya guru dalam mengelola kegiatan  pembelajaran  guna  mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Manajemen kelas
menentukan keberhasilan pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa.
Sehingga nampak jelas bahwa peran guru dalam manajemen kelas sangat menentukan
keefektifan dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru  dan  siswa. Manajemen kelas
berasal dari dua kata yaitu manajemen  dan  kelas. Apakah yang dimaksud dengan
manajemen? Manajemen berasal dari kata manage yang berarti mengurus, memimpin,
mencapai,  dan  memerintah.
Manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu manus yang berarti tangan, dan agere yang berarti
melakukan (Usman, 2009:5). Dua kata tersebut digabung menjadi managere, yang berarti
menangani, melakukan dengan tangan. Usman (2009:5) mengemukakan managere
diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, dalam bentuk kata kerja to manage, kata benda
management, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen.
 Manajemen menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008:909-910) adalah: (1) proses
pemakaian sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan;
dan (2) penggunaan sumber daya secara efektif untuk  mencapai  sasaran.
 Stoner (1995) berpendapat bahwa manajemen adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi
dan penggunaan berbagai berbagai sumber daya organisasi lainnya untuk mencapai
tujuan organisasi yang diinginkan.
 Hasibuan (1990) menyatakan bahwa manajemen adalah ilmu dan  seni  mengatur 
proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif
dan efisien dalam mencapai tujuan tertentu.
 Sedangkan Siagian (2002) mengemukakan bahwa manajemen adalah kemampuan dan
keterampilan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui
kegiatan orang lain.
Sementara itu Brech mengemukakan management a  social  process entailing responsibility
for the effective  and economical planning and  regulation  of the operations of an enterprise,
in fulfillment of a given purpose or task (Williams, 2006:4).
Hal senada dikemukakan oleh Williams (2006:4) yang menyatakan management involves
making plans and decisions about the future needs of the business; management is about
making cost-effective use of resources through efficient organization and control; and
management is about getting the best out of people to achieve objectives.
Hal senada dikemukakan oleh Herujito (2006:2) yang berpendapat bahwa manajemen adalah
pengelolaan suatu pekerjaan untuk memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditentukan dengan cara menggerakkan orang-orang lain untuk bekerja. Berdasarkan
beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses  penataan
dengan melibatkan segenap sumber daya yang potensial, baik yang  bersifat manusia dan
nonmanusia, dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Imron (2003:4-5) menegaskan beberapa unsur yang terdapat dalam pengertian manajemen,
yaitu:
1. adanya suatu proses,  hal  ini  menunjukkan  bahwa ada tahapan tertentu yang harus
dilakukan jika seseorang melakukan kegiatan manajemen;
2. adanya penataan, berarti makna  manajemen  sesungguhnya adalah penataan,
pengelolaan, dan pengaturan;
3. terdapatnya sumber-sumber potensial yang harus dilibatkan, baik sumber manusia dan
nonmanusia, namun lebih menekankan pelibatan sumber potensial yang bersifat
manusia, sebab terlibat dan tertatanya sumber-sumber potensial yang bersifat
manusiawi, akan dengan sendirinya menjadikan tertatanya sumber potensial yang
bersifat nonmanusia;
4. adanya tujuan yang hendak tercapai, karena pelibatan sumber potensial yang bersifat
manusia dan nonmanusia  tersebut  bukan  merupakan tujuan, melainkan sebagai
instrumen untuk mencapai tujuan dan misi tertentu; dan
5. pencapaian tujuan tersebut diupayakan agar secara efektif dan efisien.
Selanjutnya apa yang dimaksud dengan kelas?
Kelas adalah ruang tempat belajar di sekolah (Kamus Bahasa Indonesia, 2008:669). Ketika
membahas kelas, maka seseorang lazim akan mempersepsikan bahwa  kelas  merupakan 
sebuah ruang berdinding, di dalamnya ada meja, kursi, papan tulis, dan perabot lainnya yang
digunakan guru dan siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran. Wiyani (2013:53)
menyatakan bahwa kelas merupakan bangunan yang tidak bisa digerak- gerakkan atau
dipindahkan.
Pengertian tersebut merupakan pengertian sempit dari kelas. Sedangkan pengertian luas dari
kelas adalah semua tempat yang dapat digunakan dan/atau diakses oleh guru dan siswa untuk
melakukan pembelajaran yang tidak dibatasi ruang dan waktu. Sehingga kelas memiliki
cakupan yang  luas, di mana ada interaksi guru dan siswa terkait membahas ilmu pengetahuan,
maka tempat tersebut dapat disebut dengan kelas. Seiring dengan perkembangan teknologi,
wahana untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran pun semakin kompleks dan canggih.
Pembelajaran tidak hanya dilakukan secara tatap muka, namun dapat dilakukan tanpa tatap
muka, seperti pembelajaran dengan sistem e- learning.
Sementara itu Arikunto (1988) berpendapat bahwa  kelas adalah sekelompok peserta didik
yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama. Berdasarkan
pendapat tersebut dapat diketahui bahwa jika ada sekelompok peserta didik yang pada  waktu 
bersamaan  menerima pelajaran yang sama dari guru yang berbeda, jelas itu tidak dapat
disebut kelas. Berdasarkan paparan tersebut diketahui bahwa kelas  merupakan  sekelompok 
siswa yang diajar secara bersama-sama atau suatu lokasi di mana kelompok itu menjalankan
aktivitas proses pembelajaran pada waktu dan tempat yang dikondisikan secara formal. Kelas
adalah sekelompok siswa yang ada pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari
guru yang sama pula.
Nawawi yang mengartikan kelas sebagai suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari
masyarakat sekolah sebagai satu kesatuan diorganisasikan menjadi unit kerja yang secara
dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar-mengajar yang kreatif untuk mencapai
tujuan (Rohmad, 2009:69). Sedangkan Wiyani (2013:52) mengartikan kelas sebagai unit kerja
terkecil di sekolah yang digunakan sebagai tempat untuk kegiatan belajar-mengajar. Sebagai
suatu unit kerja terkecil di sekolah, di dalam suatu kelas terdiri dari sekelompok peserta didik
dan berbagai sarana prasarana belajar. Sekelompok peserta didik tersebut tentu tidaklah
homogen, tetapi heterogen, mulai dari perbedaan jenis kelamin, tinggi badan, usia, tingkat
intelegensi, bakat, minat, hingga perbedaan    tipe belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diketahui pada hakikatnya kelas adalah
merupakan kumpulan individu yang memiliki karakteristik berbeda- beda dan merupakan
wahana paling dominan bagi terselenggaranya proses pembelajaran bagi siswa. Kedudukan
kelas yang  demikian  penting, mengisyaratkan bahwa agar proses pendidikan dan 
pembelajaran  dapat berlangsung secara efektif dan efisien, maka dibutuhkan guru yang
profesional dalam melakukan pengelolaan kelas melalui pendekatan manajemen kelas.
Agar kondisi kelas memberikan kontribusi yang positif bagi keefektifan proses pembelajaran,
maka guru harus mampu menciptakan dan  merekayasa  kondisi  kelas yang dihadapinya
dengan sedemikian rupa. Usaha ini akan efektif manakala guru memahami secara tepat faktor-
faktor yang mendukung terciptanya kondisi belajar yang menguntungkan, seperti
menginventarisasi masalah-masalah yang diperkirakan mungkin timbul sehingga dapat
merusak iklim proses belajar mengajar, menguasai berbagai pendekatan manajemen kelas,
mencari solusi dan alternatif yang terbaik bagi penyelesaian masalah yang dihadapinya saat
berlangsungnya proses belajar mengajar, merencanakan apa yang seharusnya dilakukan dalam
proses belajar mengajar.
Manajemen kelas adalah seni dan praktis kerja yang dilakukan oleh guru, baik secara individu,
dengan atau melalui orang  lain  (seperti  team  teaching dengan teman sejawat atau siswa
sendiri) untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Jika mengacu pada proses manajemen,
maka manajemen kelas juga memiliki proses, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan (evaluasi).
Perencanaan merujuk pada perencanaan pembelajaran dan unsur-unsur penunjangnya, yang
meliputi program tahunan,  program  semester,  silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran,
instrumen evaluasi, dan rubrik penilaian. Pelaksanaan bermakna proses pembelajaran yang
dilakukan guru dan siswa di  kelas. Sedangkan pengawasan yang berwujud evaluasi
pembelajaran, terdiri dari jenis yaitu evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil
pembelajaran.
Tujuan Manajemen Kelas
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara
umu tujuan pengelolaan kelas dalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan
belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang
disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang
memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta
apresiasi pada siswa “Djamarah dan Zain, 2010:178”.
Manajemen kelas adalah adalah usaha sadar untuk  mengatur  kegiatan proses belajar
mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu meliputi penyiapan  bahan ajar, penyediaan sarana
dan alat peraga atau media pembelajaran, mengatur ruang belajar, dan menciptakan suasana
belajar yang kondusif, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Guru dalam
melaksanakan pengelolaan kelas harus memahami kegiatan dalam manajemen kelas atau
aspek-aspek manajemen kelas. Manajemen kelas yang dilakukan guru bukan tanpa ada tujuan.
Karena ada tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelas, walaupun terkadang kelelahan
fisik maupun pikiran dirasakan. Guru sadar tanpa mengelola kelas dengan baik, akan
berdampak pada terhambatnya kegiatan belajar mengajarnya.
Hal seperti itu sama saja membiarkan jalannya pengajaran tanpa membawa hasil, yaitu adanya
perubahan tingkah laku peserta didik yang menjadi lebih baik perilakunya, mengantarkan
peserta didik dari tidak tahu menjadi  tahu,  dari mengerti menjadi mengerti, dan dari tidak
berilmu menjadi berilmu. Tentu tidak perlu diragukan bahwa setiap kali masuk kelas,  guru 
selalu  melaksanakan tugasnya mengelola kelas. Manajemen kelas dimaksudkan untuk
menciptakan kondisi dalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang  baik.
Manajemen kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi dalam kelompok kelas yang
berupa lingkungan kelas yang baik, yang  memungkinkan  siswa  berbuat sesuai dengan
kemampuannya. Kemudian dengan manajemen kelas produknya harus sesuai dengan tujuan-
tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan manajemen kelas adalah penyedia fasilitas bagi berbagai macam kegiatan belajar
siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang
disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang
memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap
apresiasi pada siswa. Arikunto (1988:68) berpendapat bahwa tujuan manajemen kelas adalah
agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajar
secara efektif dan efesien.
Jika mengacu pada pengertian manajemen kelas, maka tujuan manajemen kelas adalah
menciptakan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan siswa dalam kelas tersebut dapat
belajar dengan  efektif.  Beberapa  pengertian  manajemen kelas, seperti yang telah dipaparkan
pada Subbab Pengertian Manajemen Kelas di atas, dapat diketahui pengertian berdasarkan
konsep lama, berdasarkan konsep modern, dan berdasarkan pandangan pendekatan
operasional tertentu.
Manajemen kelas menurut konsepsi lama diartikan sebagai upaya mempertahankan ketertiban
kelas. Guru menurut konsepsi lama bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara
sistem organisasi kelas sehingga individu dapat memanfaatkan kemampuannya, bakatnya, dan
energinya pada tugas-tugas individual (Johnson dan Bany, 1970). Sedangkan manajemen kelas
menurut konsepsi modern adalah proses seleksi  yang  menggunakan  alat  yang tepat terhadap
problem dan situasi manajemen kelas.
Manajemen kelas berdasarkan pandangan pendekatan operasional tertentu menurut Weber
(1993) adalah:
1. seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana
kelas melalui penggunaan disiplin (pendekatan otoriter);
2. seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana
kelas melalui intimidasi (pendekatan intimidasi);
3. seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa (pendekatan
permisif);
4. seperangkat kegiatan guru menciptakan suasana kelas dengan cara mengikuti petunjuk
atau resep yang telah disajikan (pendekatan buku masak);
5. seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan suasana kelas yang efektif melalui
perencanaan pembelajaran yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik (pendekatan
instruksional);
6. seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang
diinginkan dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan (pendekatan
pengubahan perilaku);
7. seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik
dan iklim sosio-emosional kelas yang positif (pendekatan penciptaan iklim sosio-
emosional); dan
8. seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas
yang efektif (pendekatan sistem sosial).
Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui bahwa tujuan  manajemen  kelas adalah untuk
mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi
siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuannya. Manajemen kelas merupakan
usaha sadar yang bertujuan untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara 
sistematis.  Usaha  sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan
alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi dan  kondisi  proses  belajar
mengajar, dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan
kurikuler dapat tercapai (Dirjen Dikdasmen, 1996).
Manajemen kelas ditujukan pada kegiatan yang menciptakan dan menjaga kondisi yang
optimal bagi terjadinya proses belajar siswa, seperti membina hubungan baik antara siswa
dengan guru, reinforcement, punisment,  dan  pengaturan tugas. Tujuan manajemen kelas
adalah:
1. mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun
sebagai kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan 
kemampuan  semaksimal mungkin;
2. menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi
pembelajaran;
3. menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual siswa  dalam  kelas;  dan
4. membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi,
budaya, serta sifat-sifat individunya. Kemampuan guru  memahami konsep manajemen
kelas dan mampu mengimplementasinya menjadi  faktor penentu keberhasilan
pembelajaran.
Manajemen kelas ditekankan pada aspek pengaturan lingkungan pembelajaran yaitu berkaitan
dengan siswa dan barang/fasilitas. Kegiatan guru tersebut dapat berupa pengaturan kondisi dan
fasilitas yang berada di dalam kelas yang diperlukan dalam proses pembelajaran di antaranya
tempat duduk, perlengkapan dan bahan ajar, dan lingkungan kelas.
Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan dalam mengelola atau
mendesain kelas, yaitu menyediakan iklim yang kondusif untuk berlangsungnya  proses 
pembelajaran  yang efektif dan efisien. Apabila suasana belum kondusif,  maka  seorang  guru
harus berupaya seoptimal mungkin untuk menguasai, mengatur membenahi, dan menciptakan
suasana kelas yang kondusif, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan optimal untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas
Dalam manajemen kelas terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan sebagai
prasyaratan menciptakan satu model pembelajaran yang efektif dan efisien yaitu “Muhaimin,
2002:137-144”.
 Prinsip Kesiapan “Readiness”
Kesiapan belajar ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, psikis, inteligensi, latar belakang
pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang
memungkinkan seseorang dapat belajar.
 Prinsip Motivasi “Motivation”
Motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke
arah suatu tujuan tertentu. Adanya motivasi pada peserta didik maka akan bersungguh-
sungguh menunjukkan minat, mempunyai perhatian dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut
serta dalam kegiatan belajar, berusaha keras dan memberikan waktu yang cukup untuk
melakukan kegiatan tersebut serta terus bekerja sampai tugas-tugas tersebuty terselesaikan.
 Prinsip Perhatian
Perhatian merupakan suatu strategi kognitif yang mencakup empat keterampilan yaitu
berorientasi pada suatu masalah, meninjau sepintas isi masalah, memusatkan diri pada aspek-
aspek yang relevan dan mengabaikan stimuli yang tidak relevan. Dalam proses pembelajaran
perhatian merupakan faktor yang besar pengaruhnya.
 Prinsip Persepsi
Prinsip umum yang perlu diperhatikan dalam menggunakan persepsi adalah:
1. Makin baik persepsi mengenai sesuatu makin mudah peserta didik belajar mengingat
sesuatu tersebut.
2. Dalam pembelajaran perlu dihindari persepsi yang salah karena hal ini akan
memberikan pengertian yang salah pula pada peserta didik tentang apa yang dipelajari.
3. Dalam pembelajaran perlu diupayakan berbagai sumber belajar yang dapat mendekati
benda sesungguhnya sehingga peserta didik memperoleh persepsi yang lebih akurat.
 Prinsip Retensi
Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah seseorang mempelajari
sesuatu. Dengan retensi membuat apa yang dipelajari dapat bertahan atau tertinggal lebih lama
dalam struktur kognitif dan dapat diingat kembali jika diperlukan. Karena itu retensi sangat
menentukan hasil yang diperoleh peserta didik dalam proses pembelajaran.
 Prinsip Transfer
Transfer merupakan suatu proses dimana sesuatu yang pernah dipelajari dapat memengaruhi
proses dalam mempelajari sesuatu yang baru. Dengan demikian transfer berarti pengaitan
pengetahuan yang sudah dipelajari dengan pengetahuan yang baru dipelajari. Pengetahuan
atau keterampilan yang diajarkan disekolah selalu diasumsikan atau diharapkan dapat dipakai
untuk memecahkan masalah yang dialami dalam kehidupan atau dalam pekerjaan yang akan
dihadapi kelak.
Masalah -Masalah Dalam Manajemen Kelas
Seorang guru dalam kegiatan sehari-hari, akan menghadapi kasus-kasus dalam kelasnya.
Kasus-kasus yang dijumpai guru dalam manajemen kelas antara lain seperti:
1. Tingkat penguasaan materi oleh siswa di dalam kelas. Misalnya, materi pelajaran yang
diberikan kepada siswa terlalu tinggi atau sulit, sehingga tidak bisa diikuti oleh siswa,
maka di sini diperlukan penyesuaian agar siswa dapat mengikuti kegiatan belajar
dengan baik. Apabila tidak diadakan penyesuaian, siswa-siswa tidak akan serius dan
selalu menimbulkan kegaduhan.
2. Fasilitas yang diperlukan. Misalnya alat, media, bahan, tempat, biaya, dan lain-lain,
akan memungkinkan siswa belajar dengan
3. Kondisi siswa. Misalnya, siswa yang kelihatan sudah lesu dan tidak bergairah dalam
menerima pelajaran, hal ini dapat mempengaruhi situasi
4. Teknik mengajar guru. Misalnya, dalam memberikan pengajaran kurang
menggairahkan suasana kelas dan menjemukan.
Aspek Manajemen Kelas
Adapun aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas  adalah sifat kelas,
pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan selektif, dan kreatif (Johnson dan Bany,
1970). Kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan  dalam manajemen kelas sebagai aspek-
aspek manajemen kelas, seperti tertuang dalam Dirjen Dikdasmen (2000) adalah:
1. mengecek kehadiran siswa;
2. mengumpulkan hasil pekerjaan siswa, memeriksa, dan menilai hasil pekerjaan
tersebut;
3. pendistribusian bahan dan alat;
4. mengumpulkan informasi siswa, mencatat data pemeliharaan arsip;
5. menyampaikan materi pelajaran; dan
6. memberikan tugas.
Sementara itu hal-hal yang perlu diperhatikan para guru, khususnya guru baru dalam
pertemuan pertama dengan siswa di kelas adalah:
1. ketika bertemu dengan siswa, guru harus: (a) bersikap tenang dan percaya diri, (b)
tidak menunjukkan rasa cemas, muka masam, atau sikap  tidak  simpatik;  (c) 
memberikan salam lalu memperkenalkan diri; dan (d) memberikan format isian tentang
data pribadi siswa atau guru menyuruh siswa menulis riwayat hidupnya secara singkat;
2. guru  memberikan tugas  kepada siswa dengan tertib  dan lancar;
3. mengatur tempat duduk siswa secara tertib dan teratur;
4. menentukan  tata cara  berbicara  dan tanya  jawab;
5. membuat denah  kelas (tempat duduk siswa); dan
6. bertindak disiplin, baik terhadap siswa maupun terhadap  diri  sendiri (Dirjen
Dikdasmen, 1996:13).
 Inovasi Pendidikan dalam Lingkup Kelas
Inovasi kelas menyangkut upaya kepala sekolah untuk menciptakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan diri para guru untuk melakukan tindakan- tindakan atau usaha-usaha yang
bersifat kreatif dan inovatif. Dengan demikian, kepala sekolah dan guru-guru perlu mencari
atau menciptakan cara-cara kerja atau hal-hal yang baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan.
Sekurang-kurangnya mereka diharapkan mau dan mampu memodifikasi hal-hal atau cara-cara
baru yang lebih baik atau lebih efektif dan efisien. Kondisi demikian perlu diciptakan di
sekolah agar pembaharuan pendidikan dapat muncul dari warga sekolah. Sebab, hal ini akan
menumbuhkan sikap dan daya kreatif warga sekolah.
 Guru
Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat
berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat
menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas.
Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa hal
yang dapat membentuk kewibawaan guru antara lain: (1) penguasaan materi yang diajarkan,
(2) metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, dan (3) hubungan
antarindividu, baik dengan siswa maupun sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam
proses pendidikan seperti adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha serta
masyarakat sekitarnya, pengalaman dan keterampilan guru itu sendiri.
 Siswa
Sebagai objek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar, siswa
memegang peran yang sangat dominan. Siswa dalam proses belajar mengajar, dapat
menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman,
kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bisa terjadi
apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun hanya dengan
mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari perencanaan sampai
dengan pelaksanaan,sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama
yang harus dilaksanakan dengan konsekuen.
 Kurikulum
Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi program pengajaran dan
perangkatnya merupakan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Oleh karena itu kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan,
kurikulum memegang peranan yang sama dengan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa
adanya kurikulum dan tanpa mengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi
pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri. Oleh karena itu, dalam
pembaharuan pendidikan, perubahan itu hendaknya sesuai dengan perubahan kurikulum atau
perubahan kurikulum diikuti dengan pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan
dari kedua-duanya akan berjalan searah.
 Fasilitas
Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa diabaikan dalam dalam proses
pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembahruan pendidikan, tentu
saja fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan
diterapkan. Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa dipastikan
tidak akan berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar merupakan hal
yang esensial dalam mengadakan perubahan dan pembaharuan pendidikan. Oleh karena itu,
jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya
ketersediaan gedung sekolah, bangku, atau meja.
 Lingkup sosial masyarakat
Sekolah dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat
dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak, baik positif maupun negatif, dalam
pelaksanaan pembaharuan pendidikan. Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung,
sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam
pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat di
mana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan
tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau dilibatkan.
Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan
pelaksana inovasi dalam melaksanakan inovasi pendidikan.
 Permasalahan Kelas
Masalah manajemen kelas dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu: (1) masalah
individual; dan (2) masalah kelompok (Entang dan Joni, 1983:12). Tindakan manajemen kelas
yang dilakukan oleh seorang guru akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat
hakikat masalah yang dihadapi. Munculnya masalah individu didasarkan pada anggapan dasar
bahwa semua tingkah laku individu merupakan upaya mencapai tujuan tertentu yaitu
pemenuhan kebutuhan untuk diterima oleh kelompok dan untuk mencapai harga diri. Dreikurs
(2011) berpendapat bila kebutuhan-kebutuhan itu tidak lagi dapat dipenuhi melalui cara-cara
yang wajar, maka individu yang bersangkutan akan berusaha untuk mencapainya dengan cara-
cara lain, seperti bertindak dengan cara tidak baik.
Lebih lanjut Johnson dan Bany (1970) mengemukakan ciri-ciri kelompok dalam kelas yang
sekaligus sebagai variabelnya, yaitu:
 Kesatuan kelompok
Kesatuan kelompok memegang peranan penting dalam mempengaruhi anggota-anggotanya
bertingkah laku. Kesatuan berkaitan dengan komunikasi, perubahan sikap dan pendapat,
standar kelompok, dan tekanan terhadap perpecahan kelompok atau ketidaksatuan.
Penggunaan dominasi yang kuat dapat meningkatkan kesatuan, tetapi pemberian peraturan
oleh guru dapat menimbulkan kerusuhan. Kesatuan dapat dikembangkan dengan menolong
siswa agar menyadari hubungan mereka satu sama lain sebagai alat pemersatu. Kesatuan
kelompok kelas tercermin pada struktur organisasi kelas yang solid dan kompak.
 Interaksi dan komunikasi
Interakasi terjadi dalam komunikasi, kalau beberapa orang / anggota mempunyai pendapat
tertentu, maka terjadilah komunikasi dalam kelompok dan diteruskan dengan interaksi,
membahas pendapat tersebut yang senang disertai dengan emosi yang memperkuat interaksi.
Akan tetapi tiap kelompok akan berusaha untuk mempertahankan interaksi kelompoknya. Hal
ini perlu dibantu oleh guru supaya tugas-tugas belajar dapat berlangsung secara wajar. Guru
perlu mengetahui kebutuhan berkomunikasi siswa-siswanya dan memberi kebebasan
kepadanya untuk berbicara. Komunikasi verbal atau nonverbal, bila tidak terselesaikan dapat
membuat situasi rusak. Untuk membantu mereka, guru mengetahui latar belakang mereka.
 Struktur kelompok
Struktur informal dalam kelompok dapat mempengaruhi struktur formal. Beberapa individu
yang mungkin merupakan struktur informal, bila selalu ditempatkan pada posisi yang tinggi,
hal ini dapat merusak keakraban kelompok. Tempat anggota dalam kelompok perlu sekali
diusahakan agar menarik baginya. Posisi di atas bila perlu bisa dibuat berganti-ganti.
 Tujuan-tujuan kelompok
Apabila tujuan-tujuan kelompok ditentukan bersama oleh siswa dalam hubungan tujuan
pendidikan, maka anggota-anggota kelompok akan bekerja lebih produktif dalam
menyelesaikan tugasnya. Dengan kata lain, siswa akan bekerja dengan baik, apabila hal itu
berhubungan dengan tujuan-tujuan mereka.
 Kontrol
Hukuman-hukuman yang diciptakan bersama bagi siswa yang melanggar, mungkin dapat
memperkecil pelanggaran, akan tetapi beberapa anak tetap akan tidak dapat belajar dengan
baik. Cara yang baik adalah guru harus mendiagnosis kebutuhan dan kesukaran kelompok
sebelum membantu mereka. Tindakan- tindakan yang digunakan untuk mengontrol kelas dari
yang paling jelek ke paling baik ialah: (1) hukuman atau ancaman; (2) pengubahan situasi atau
siasat; (3) dominasi atau pengaruh; dan (4) koperasi atau partisipasi.
 Iklim kelompok
Iklim adalah persepsi seseorang terhadap budaya organisasi. Iklim kelompok adalah hasil dari
aspek-aspek yang saling berhubungan dalam kelompok atau produk semua kekuatan dalam
kelompok. Iklim kelompok ditentukan oleh tingkat keakraban kelompok sebagai hasil dari
aspek-aspek tersebut di atas. Keakraban yang kuat akan mengontrol perilaku anggota-
anggotanya. Iklim kelompok merupakan hal yang penting dalam mengadakan perubahan
dalam kelompok. Di samping masalah individu dan masalah kelompok, hal lain yang erat
kaitannya dengan manajemen kelas adalah organisasi sekolah.
 Kelas yang Nyaman dan Menyenangkan
Kelas merupakan taman belajar bagi siswa. Kelas adalah tempat bagi para siswa untuk tumbuh
dan berkembangnya potensi intelektual dan emosional. Mengingat itu semuanya, kelas
hendaknya dikelola sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan taman belajar yang
nyaman dan menyenangkan. Sedangkan syarat-syarat kelas yang baik adalah: (1) rapi, bersih,
sehat, tidak lembab; (2) cukup cahaya yang meneranginya; (3) sirkulasi udara cukup; (4)
perabot dalam keadaan baik, cukup jumlahnya dan ditata dengan rapi; dan (5) jumlah siswa
tidak lebih dari 40 orang (Dirjen Dikdasmen, 1996:17). Terdapat beberapa syarat yang perlu
diupayakan agar kelas nyaman dan menyenangkan, yaitu: (1) tata ruang kelas; dan (2) menata
perabot kelas.
 Tata ruang kelas
Pada dasarnya sistem pembelajaran yang dianut di sekolah sangat tergantung pada pendekatan
atau metode yang digunakan. Menceramah, sistem yang digunakan adalah sistem klasikal;
sedangkan metode eksperimen, diskusi kelompok, maka sistem yang digunakan adalah
nonklasikal. Dalam penataan ruang keIas, almari kelas dapat diletakan di samping papan tulis
atau di samping meja guru. Almari kelas tambahan dapat diletakkan di belakang kelas. Almari
tambahan tersebut akan lebih baik, bila terbuat dari kaca dan hal ini akan dipergunakan untuk
menyimpan piagam, vandel, dan kepustakaan sekolah.
 Menata perabot kelas
Perabot kelas adalah segala sesuatu perlengkapan yang harus ada dan diperlukan di kelas.
Perabot kelas meliputi atau dapat berupa: (1) papan tulis dan penghapusnya; (2) meja, kursi
guru; (3) meja, kursi siswa; (4) almari kelas; (5) papan jadwal pelajaran; (6) papan presensi;
(7) papan daftar piket kelas; (8) kalender pendidikan; (9) gambar Presiden dan Wakil Presiden
serta lambang Garuda Pancasila; (10) tempat cuci tangan dan lap tangan; (11) tempat sampah;
(12) sapu lidi, sapu ijuk, dan sapu bulu ayam; (13) gambar-gambar lain/alat peraga; dan (14)
kapur/spidol.
Demikianlah pembahasan mengenai Manajemen Kelas – Pengertian, Tujuan, Prinsip,
Masalah Dan Contoh semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan
pengetahuan kalian semua,,terima kasih banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂 🙂
Posting pada E-BisnisDitag 6 prinsip pengelolaan kelas, artikel manajemen kelas,
aspek aspek manajemen kelas, aspek manajemen kelas, buku rustaman 2001, contoh
manajemen kelas, download buku manajemen pengelolaan kelas pdf, fungsi guru
dalam manajemen kelas, fungsi guru dalam praktek penyelenggaraan kelas, fungsi
manajemen kelas, fungsi manajemen kelas secara umum, hakikat manajemen kelas,
indikator kelas yang efektif dan efisien, jenis jenis kelas, jurnal komponen
pembelajaran issn, jurnal manajemen kelas sd, jurnal manajemen kelas yang efektif,
jurnal perencanaan manajemen pendidikan, kebijakan tentang prinsip manajemen
kelas, komponen keterampilan mengelola kelas pdf, konsep manajemen kelas, konsep
manajemen kelas pdf, konsep pengelolaan kelas menurut para ahli, makalah
manajemen kelas, makalah manajemen kelas dan prosesnya, makalah manajemen kelas
pdf, manajemen display kelas, manajemen kelas paud, manajemen kelas pdf,
manajemen kelas ppt, manfaat manajemen kelas, masalah pengelolaan kelas, mengapa
kita harus memanajemen kelas, pendahuluan manajemen kelas, pendekatan dalam
manajemen kelas, pendekatan manajemen kelas, pengertian pengelolaan kelas secara
sederhana, pentingnya manajemen kelas, peran guru dalam pengelolaan kelas, prinsip
manajemen kelas, prinsip prinsip manajemen kelas menurut para ahli, ruang lingkup
manajemen kelas, sifat sifat manajemen, strategi manajemen kelas, tahapan manajemen
kelas, tujuan manajemen kelas, tujuan pengelolaan kelas secara merata, tujuan
pengelolaan kelas secara umum, unsur unsur manajemen kelas

Pengertian, Tujuan dan Prinsip Manajemen Kelas


Oleh Muchlisin Riadi November 07, 2017 Posting Komentar
https://www.kajianpustaka.com/2017/11/pengertian-tujuan-dan-prinsip-manajemen-kelas.html
Pengertian Manajemen Kelas 
Manajemen kelas adalah ketentuan dan prosedur yang diperlukan guna menciptakan
dan memelihara lingkungan tempat terjadi kegiatan belajar dan mengajar.
Manajemen kelas juga dapat diartikan sebagai perangkat perilaku dan kegiatan guru
yang diarahkan untuk menarik perilaku siswa yang wajar, pantas, dan layak serta
usaha dalam meminimalkan gangguan (Hasri, 2009:41).

Kelas

Manajemen Kelas merupakan usaha guru untuk menata dan mengatur tata-laksana
kelas diawali dari perencanaan kurikulum, penataan prosedur dan sumber belajar,
pengaturan lingkungan kelas, memantau kemajuan siswa, dan mengantisipasi
masalah-masalah yang mungkin timbul di kelas.

Berikut ini beberapa pengertian manajemen kelas dari beberapa sumber referensi
buku:
 Menurut Nawawi (1982:115), manajemen kelas adalah kemampuan guru atau
wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian
kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah, sehingga waktu dan dana yang
tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan
kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid. 
 Menurut Arikunto (1992:67), manajemen kelas adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh penanggung-jawab kegiatan belajar-mengajar atau yang
membantu dengan maksud agar dicapainya kondisi yang optimal, sehingga
dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan. 
 Menurut Djamarah (2000:173), manajemen kelas adalah suatu upaya
memberdayagunakan potensi kelas yang ada se-optimal mungkin untuk
mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.
 Menurut Suhardan dkk (2009:106), manajemen kelas adalah segala usaha
yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang efektif dan
menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai
dengan kemampuan. Atau dapat dikatakan bahwa manajemen kelas
merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar
secara sistematis. 
 Menurut Sulistiyirini (2006:66), manajemen kelas adalah proses atau upaya
yang dilakukan oleh seseorang guru secara sistematis untuk menciptakan dan
mewujudkan kondisi kelas yang dinamis dan kondusif dalam rangka
menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Tujuan Manajemen Kelas 


Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan
pendidikan. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi
bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar
dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin,
perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa (Djamarah
dan Zain, 2010:178).

Tujuan manajemen kelas adalah sebagai berikut (Wijaya dan Rusyan, 1994:114):
1. Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan
pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2. Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam
pelajarannya. Dengan Manajemen Kelas, guru mudah untuk melihat dan
mengamati setiap kemajuan/ perkembangan yang dicapai siswa, terutama
siswa yang tergolong lamban. 
3. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting
untuk dibicarakan dikelas demi perbaikan pengajaran pada masa mendatang. 
Sedangkan menurut Mudasir (2011:20), tujuan manajemen kelas atau pengelolaan
adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun
sebagai kelompok belajar.
2. Menghilangkan berbagai hambatan belajar yang dapat menghalangi
terwujudnya kegiatan belajar. 
3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung
dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional,
dan intelektual siswa di kelas. 
4. Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi dan
budaya serta sifat individual.

Prinsip-Prinsip Manajemen kelas 


Dalam manajemen kelas terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan sebagai
prasyarat menciptakan satu model pembelajaran yang efektif dan efisien, yaitu
(Muhaimin,2002:137-144):

1. Prinsip Kesiapan (Readiness)


Kesiapan belajar ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, psikis, inteligensi, latar
belakang pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor
lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar.
2. Prinsip Motivasi (Motivation)
Motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah
laku ke arah suatu tujuan tertentu. Adanya motivasi pada peserta didik maka akan
bersungguh-sungguh menunjukkan minat, mempunyai perhatian, dan rasa ingin tahu
yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar, berusaha keras dan memberikan
waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut serta terus bekerja sampai
tugas-tugas tersebut terselesaikan.
3. Prinsip Perhatian 
Perhatian merupakan suatu strategi kognitif yang mencakup empat keterampilan
yaitu berorientasi pada suatu masalah, meninjau sepintas isi masalah, memusatkan
diri pada aspek-aspek yang relevan dan mengabaikan stimuli yang tidak relevan.
Dalam proses pembelajaran perhatian merupakan faktor yang besar pengaruhnya.
4. Prinsip Persepsi
Prinsip umum yang perlu diperhatikan dalam menggunakan persepsi adalah (a)
makin baik persepsi mengenai sesuatu makin mudah peserta didik belajar mengingat
sesuatu tersebut. (b) dalam pembelajaran perlu dihindari persepsi yang salah karena
hal ini akan memberikan pengertian yang salah pula pada peserta didik tentang apa
yang dipelajari (c) dalam pembelajaran perlu diupayakan berbagai sumber belajar
yang dapat mendekati benda sesungguhnya sehingga peserta didik memperoleh
persepsi yang lebih akurat.
5. Prinsip Retensi 
Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah seseorang
mempelajari sesuatu. Dengan retensi membuat apa yang dipelajari dapat bertahan
atau tertinggal lebih lama dalam struktur kognitif dan dapat diingat kembali jika
diperlukan. Karena itu, retensi sangat menentukan hasil yang diperoleh peserta didik
dalam proses pembelajaran.
6. Prinsip Transfer 
Transfer merupakan suatu proses dimana sesuatu yang pernah dipelajari dapat
memengaruhi proses dalam mempelajari sesuatu yang baru. Dengan demikian,
transfer berarti pengaitan pengetahuan yang sudah dipelajari dengan pengetahuan
yang baru dipelajari. Pengetahuan atau keterampilan yang diajarkan di sekolah selalu
diasumsikan atau diharapkan dapat dipakai untuk memecahkan masalah yang dialami
dalam kehidupan atau dalam pekerjaan yang akan dihadapi kelak.

Daftar Pustaka
 Hasri, Salfen. 2009. Sekolah Efektif dan Guru Efektif. Yogyakarta: Aditya
Media Printing and Publising. 
 Nawawi, Hadari. 1982. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas
Sebagai Lembaga Pendidikan. Jakarta : Gunung Agung. 
 Arikunto, Suharsimi. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah
Pendekatan Evaluatif. Jakarta: Rajawali Pers.
 Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi
Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. 
 Suhardan, Dadang et.all. 2009. Manajemen Pendidikan. Alfabeta: Bandung.
 Sulistiyirini. 2006. Manajemen Pendidikan Islam. Surabaya: Lembaga
Kajian Agama dan Filsafat/Elkaf.
 Wijaya, Cece dan Rusyan, A. Tabrani. 1994. Kemampuan Dasar Guru
Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
 Mudasir. 2011. Manajemen Kelas. Yogyakarta: Zanafa Publishing.
 Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Agama Islam. Bandung: Remaja
Rosyda Karya.
 Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta. 
Posting Komentar untuk "Pengertian, Tujuan dan Prinsip Manajemen Kelas"
Baca Juga
 Pendidikan Politik (Pengertian, Fungsi, Bentuk dan Hambatan)
 Punishment atau Hukuman (Pengertian, Tujuan, Bentuk dan Prinsip)
 Reward atau Penghargaan (Pengertian, Tujuan, Jenis dan Syarat)
 Kreativitas (Pengertian, Dimensi, Aspek, Tahapan dan Faktor yang
Mempengaruhi)
 Pengembangan Diri (Pengertian, Tujuan, Fungsi, Bentuk dan Pelaksanaan)
Metodologi Penelitian
 Pemilihan Judul Penelitian
 Latar Belakang Masalah Penelitian
 Menemukan Masalah Penelitian
 Menyusun Hipotesis Penelitian
 Jenis-jenis Penelitian Kualitatif
 Reabilitas Penelitian
 Validitas Penelitian
 Proposal Penelitian

Minggu, 18 Oktober 2015

PERBEDAAN  MANAJEMEN PENGAJARAN DENGAN MANAJEMEN


PENDIDIKAN
http://ummiilma.blogspot.com/2015/10/perbedaan-manajemen-pengajaran-dan.html
Manajemen pengajaran  merupakan proses mengelola yang meliputi kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pengendalian (pengarahan) dan pengevaluasian kegiatan yang berkaitan dengan
proses membelajarkan siswa dengan mengikutsertakan berbagai faktor di dalamnya guna mencapai
tujuan. Dalam mengelola pembelajaran, guru sebagai manajer melaksanakan berbagai langkah kegiatan
mulai dari merencanakan pembelajaran, mengorganisasikan pembelajaran, mengarahkan dan
mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan (Siraj. 2012)

Manajemen pendidikan merupakan keseluruhan proses semua sumberdaya yang ada yang dikelola
untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif, efisien dan produktif, atau merupakan suatu proses
untuk mengkoordinasi berbagai sumber daya pendidikan seperti guru, sarana dan prasarana pendidikan
seperti perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan.

       Manajemen atau Pengelolaan kelas merupakan  suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab
kegiatan pembelajaran dengan maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana
kegiatan belajar sebagaimana yang diharapkan. Dalam menejemen kelas atau yang disebut dengan
pengelolaan kelas yang didalamnya terdapat unsur ketatalaksanaan, tata pimpinan,
pengelolaan,pengadministrasian, pengaturan, atau penataan kegiatan yang berlangsung didalam kelas.

.      Manajemen pembelajaran berhubungan dengan kurikulum atau dapat diartikan sebagai usaha ke
arah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat sesuatu dikerjakan
oleh orang-orang lain berupa peningkatan minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa
(orang yang belajar), dengan memperluas cakupan aktivitas (tidak terlalu dibatasi), serta mengarah
kepada pengembangan gaya hidup di masa mendatang. menajemen pembelajaran sebagai berikut;
jadwal kegiatan guru-siswa; strategi pembelajaran; pengelolaan bahan praktik; pengelolaan alat bantu;
pembelajaran ber-tim; program remidi dan pengayaan; dan peningkatan kualitas pembelajaran.

Pengelolaan dan pembelajaran dapat dibedakan tapi memilki fungsi zang sama. Pengelolaan tekannya
lebih kuat pada aspek pengaturan ( management ) lingkungan pembelajaran, sementara pembelajaran
( instruction ) lebih kuat berkenaan dengan aspek mengelola atau memproses materi pelajaran. Pada
akhirnya dari kedua aktivitas tersebut, keduanya dilakukan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang
sama yaitiu tujuan pembelajaran

Contoh aspek pengelolaan, jika di dalam kelas terdapat gambar yang dianggap kurang baik atau tidak
pada tempatnya untuk ditempelkan di dinding karena akan menggangu konsentrasi siswa dalam
belajar, maka guru tersebut memindahkannya dan menempatkan pada tempat yang dianggap paling
cocok. Adapun pembelajaran, jika diperoleh siswa yang mengelami kesulitan belajar untuk materi-
materi tertentu, maka guru mengidentifikasi sebab-sebabnya, dan membantu siswa mengahadapi
kesulitan-kesulitan yang dihadapinya itu Komponen-Komponen Pengelolaan Kelas. Pengelolaan kelas
dilakukan untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran zang lebih berkualitas. Oleh karena itu
pendekatan atau teori apapun zang dipilih dan zang dijadikan dasar dalam pengelolaan kelas, harus
diorientasikan pada terciptanya proses pembelajaran secara aktif dan produktif.

Sumber:   henipurwasih.blogspot.com/.../perbedaan-menejemen-...Mar 11, 2012

                          blogita-alfaizah.blogspot.com/.../perbedaan-manajeme. Jul 13, 2015 

PERBEDAAN MENEJEMEN KELAS DAN MENEJEMEN PEMBELAJARAN


http://henipurwasih.blogspot.com/2012/03/perbedaan-menejemen-kelas-dan-menejemen.html

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manajemen kelas berbeda dengan manajemen pembelajaran. Manajemen atau Pengelolaan
kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan pembelajaran dengan
maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar sebagaimana yang
diharapkan.
Begitu pula  manajemen pembelajaran berhubungan dengan kurikulum atau dapat diartikan
sebagai usaha ke arah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat
sesuatu dikerjakan oleh orang-orang lain.
Dengan demikian Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen kelas anak
Selain itu untuk menambah pemahaman penyusun mengenai manajemen kelas dan manajemen
pembelajaran.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud manajemen kelas?
2. Apa  fungsi dan tujuan menejemen kelas
3. apa yang dimaksud menejemen pembelajaran?
4. Apa fungsi-fungsi dan tujuan dari manajemen pembelajaran?
5.Apa Perbedaan menejemen kelas dan menejemen pembelajaran ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. MANAJEMEN KELAS
1. Pengertian Manajemen Kelas
Pengertian manajemen / pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal, dan mengendalikannya bila terjadi gangguan dalam proses
belajar mengajar.[1] Dalam menejemen kelas atau yang disebut dengan pengelolaan kelas yang
didalamnya terdapat unsur ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan, pengadministrasian,
pengaturan, atau penataan kegiatan yang berlangsung didalam kelas. Selain itu juga ada pula
pendapat yang dikutip oleh Abudin Nata dalam menejemen pengajaran secara manusiawi
mengatakan pengelolaan kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar
sesama yang mendapat pengajaran dari guru.[2]hal ini dilakukan sebagai upaya mendayagunakan
potensi kelas.
            Dengan demikian menejemen kelas atau pengelolaan kelas dapat kita pahami bahwa
merupakan kegiatan yang berupaya menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi
terjadinya proses belajar mengajar. Berbagai upaya tersebut antara lain mengatur jadwal penggunaa
kelas dan berbagai sarana prasarana yang terdapat di dalamnya, serta menertibkan perilaku peserta
didik agar mereka berada didalam kelas dalam keadaan yang teratur, rapi dan tertib. Dengan
demikian, dalam pengelolaan kelas ini termasuk pula menertibkan peserta didik yang melakukan
berbagai kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar, atau suatu
kegiatan yang mengganggu jalannya kegiatan belajar. Dalam kaitan ini, maka pengelolaan kelas
berkaitan pula upaya menertibkan peserta didik yang bercanda, bergurau, berkelahi, bertengkar, dan
berbagai tindakan lainnya yang dapat mengganggu jalannya kegiatan proses belajar mengajar. Selain
itu, pengelolaan kelas juga termasuk pemberian hadiah bagi ketetapan waktu penyelesasian tugas
oleh siswa, atau penetapan norma, kelompok yang produktif.
2. Tujuan menejemen kelas
Adapun tujuan pengelolaan kelas dikemukakan Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen (1996) yang
dikutip Rachman (1998/1999: 15), adalah:
a. Mewujudkan kondisi kelas baik sebagai lingkungan belajar ataupun sebagai kelompok belajar yang
memungkinkan berkembangnya kemampuan masing-masing siswa.
b. Menghilangkan berbagai hambatan yang merintangi interaksi belajar yang efektif.
c. Menyediakan fasilitas atau peralatan dan mengaturnya hingga kondusif bagi kegiatan belajar siswa
yang sesuai dengan tuntutan pertumbuhan dan perkembangan sosial, emosional dan intelektualnya.
d. Membina perilaku siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan
keindividualannya. [3]
Konsep dasar yang perlu dicermati dalam manajemen kelas adalah penempatan individu,
kelompok, sekolah dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Tugas guru seperti mengontrol,
mengatur atau mendisiplinkan peserta didik adalah tindakan yang kurang tepat lagi untuk saat ini.
Sekarang aktivitas guru yang terpenting adalah memenej, mengorganisir dan mengkoordinasikan
segala aktivitas peserta didik menuju tujuan pembelajaran. Mengelola kelas merupakan keterampilan
yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak
menuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek manajemen kelas.

B. MANAJEMEN PEMBELAJARAN
1. Pengertian Manajemen Pembelajaran
Gagne dan Briggs mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian events (kondisi, peristiwa,
kejadian, dsb ) yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi pembelajar, sehingga proses
belajarnya dapat berlangsung mudah Pembelajaran bukan hanya terbatas pada kegiatan yang
dilakukan guru, seperti halnya dengan konsep mengajar. Pembelajaran mencakup semua kegiatan
yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia. Pembelajaran mencakup
pula kejadian-kejadian yang diturunkan oleh bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televisi,
film, slide maupun kombinasi dari bahan –bahan itu.[4]
Berpijak dari konsep manajemen dan pembelajaran, maka konsep manajemen pembelajaran
dapat diartikan proses mengelola yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pengendalian (pengarahan) dan pengevaluasian kegiatan yang berkaitan dengan proses
membelajarkan si pebelajar dengan mengikutsertakan berbagai faktor di dalamnya guna mencapai
tujuan. Dalam “memanaje” atau mengelola pembelajaran, manajer dalam hal ini guru melaksanakan
berbagai langkah kegiatan mulai dari merencanakan pembelajaran, mengorganisasikan pembelajaran,
mengarahkan dan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.
 Pengertian manajemen pembelajaran demikian dapat diartikan secara luas dalam arti
mencakup keseluruhan kegiatan bagaimana membelajarkan siswa mulai dari perencanaan
pembelajaran sampai pada penilaian pembelajaran.
Pendapat lain menyatakan bahwa manajemen pembelajaran merupakan bagian dari strategi
pembelajaran yaitu strategi pengelolaan pembelajaran.
Selain itu juga Manajemen pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha ke arah pencapaian
tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat sesuatu dikerjakan oleh orang-
orang lain berupa peningkatan minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa (orang yang
belajar), dengan memperluas cakupan aktivitas (tidak terlalu dibatasi), serta mengarah kepada
pengembangan gaya hidup di masa mendatang.[5]
. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hal menajemen pembelajaran sebagai berikut; jadwal
kegiatan guru-siswa; strategi pembelajaran; pengelolaan bahan praktik; pengelolaan alat bantu;
pembelajaran ber-tim; program remidi dan pengayaan; dan peningkatan kualitas pembelajaran.
Pengertian manajemen di atas hanya berkaitan dengan kegiatan yang terjadi selama proses interaksi
guru dengan siswa baik di luar kelas maupun di dalam kelas. Pengertian ini bisa dikatakan sebagai
konsep manajemen pembelajaran dalam pengertian sempit.Ada dasarnya manajemen pembelajaran
merupakan pengaturan semua kegiatan pembelajaran, baik dikategorikan berdasarkan kurikulum inti
maupun penunjang berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan sebelumnya, oleh Departemen
Agama atau Departemen Pendidikan Nasional..
2. Fungsi Manajemen Pembelajaran
Perencanaan adalah salah satu fungsi awal dari aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan secara
efektif dan efisien. Menurut Anderson (1989:47), perencanaan adalah pandangan masa depan dan
menciptakan kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan seseorang dimasa depan.
Yang dimaksud dengan perencanaan pembelajaran menurut Davis (1996) adalah pekerjaan yang
dilakukan oleh seorang guru untuk merumuskan tujuan mengajar.
Dalam kedudukannya sebagai seorang manajer, guru melakukan perencanaan pembelajaran yang
mencakup usaha untuk :
1. Menganilisis tugas.
2. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan atau belajar.
3. Menulis tujuan belajar.
3. Mengorganisisr Sumber Daya Pembelajaran
Lebih jauh menurut Davis, proses pengorganisasian dalam pembelajaran meliputi empat kegiatan,
yaitu :
1.      Memilih alat taktik yang tepat.

2. Memilih alat bantu belajar atau audio-visual yang tepat.


3. Memilih besarnya kelas (jumlah murid yang tepat).
4. Memilih strategi yang tepay untuk mengkomunikasikan peraturan-peraturan, prosedur-prosedur
serta pengajaran yang kompleks.
Ahmad Tafsir (1992:33) berpendapat bahwa metodologi pengajaran adalah pengetahuan yang
membicarakan berbagai metode mengajar yang dapat digunakan oleh guru dalam menyelenggarakan
kegiatan belajar-mengajar.
Dalam hal ini metode mengajar adalah :
1. Merupakan salah satu komponen dari proses pendidikan.
2. Merupakan alat mencapai tujuan yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar.
3. Merupakan kebulatan dalam satu sistem pengajaran.
Dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah taktik atau strategi yang digunakan oleh guru
dalam menyampaikan mata pelajaran kepada peserta didik.
Menurut Davis (1996) bahwa dalam memilih metode sangat tergantung pada sifat tugas, tujuan
pengajaran yang akan dicapai, kemampuan dan pengetahuan sebelumnya serta umur murid.
Guru sebagai manajer dapat mengorganisasikan bahan pelajaran untuk disampaikan kepada murid
dengan beberapa metode, yaitu :
1. Metode Ceramah.
2. Metode Demontrasi.
3. Metode Diskusi.
4. Metode Tanya-Jawab.
5. Metode Driil atau Latihan Siap.
6. Metode Resitasi atau Pemberian Tugas Belajar.[6]

C. PERBEDAAN MENEJEMEN KELAS DAN MENEJEMEN PEMBELAJARAN


1.      Manajemen atau Pengelolaan kelas merupakan  suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab
kegiatan pembelajaran dengan maksud agar tercapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana
kegiatan belajar sebagaimana yang diharapkan. Dalam menejemen kelas atau yang disebut dengan
pengelolaan kelas yang didalamnya terdapat unsur ketatalaksanaan, tata pimpinan,
pengelolaan,pengadministrasian, pengaturan, atau penataan kegiatan yang berlangsung didalam
kelas.
2.      Manajemen pembelajaran berhubungan dengan kurikulum atau dapat diartikan sebagai usaha ke
arah pencapaian tujuan-tujuan melalui aktivitas-aktivitas orang lain atau membuat sesuatu dikerjakan
oleh orang-orang lain berupa peningkatan minat, perhatian, kesenangan, dan latar belakang siswa
(orang yang belajar), dengan memperluas cakupan aktivitas (tidak terlalu dibatasi), serta mengarah
kepada pengembangan gaya hidup di masa mendatang. menajemen pembelajaran sebagai berikut;
jadwal kegiatan guru-siswa; strategi pembelajaran; pengelolaan bahan praktik; pengelolaan alat
bantu; pembelajaran ber-tim; program remidi dan pengayaan; dan peningkatan kualitas
pembelajaran.
Pengelolaan dan pembelajaran dapat dibedakan tapi memilki fungsi zang sama. Pengelolaan
tekannya lebih kuat pada aspek pengaturan ( management ) lingkungan pembelajaran, sementara
pembelajaran ( instruction ) lebih kuat berkenaan dengan aspek mengelola atau memproses materi
pelajaran. Pada akhirnya dari kedua aktivitas tersebut, keduanya dilakukan dalam rangka untuk
mencapai tujuan yang sama yaitiu tujuan pembelajaran
Contoh aspek pengelolaan, jika di dalam kelas terdapat gambar yang di anggap kurang baik
atau tidak apada tempatnya untuk ditempelkan di dinding karena akan menggangu konsentrasi siswa
dalam belajar, maka guru tersebut memindahkannya dan menempatkan pada tempat yang di anggap
paling cocok. Adapun pembelajaran, jika diperoleh siswa yang mengelami kesulitan belajar untuk
materi-materi tertentu, maka guru mengidentifikasi sebab-sebabnya, dan membantu siswa
mengahadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya itu Komponen-Komponen Pengelolaan Kelas.
Pengelolaan kelas dilakukan untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran zang lebih berkualitas.
Oleh karena itu pendekatan atau teori apapun zang dipilih dan zang dijadikan dasar dalam
pengelolaan kelas, harus diorientasikan pada terciptanya proses pembelajaran secara aktif dan
produktif.

[1] Prof.Dr.abudin nata,Perspekif islam tentang strategi pembelajaran,(jakarta: Kencana


media gruop. )2009 :340
[2] Ibid :340
[3] PENGELOLAAN KELAS DALAM RANGKA PROSES BELAJAR MENGAJAR Bahan Training Of Trainers (TOT) NasionalPelatihan Supervisi
PendidikanMadrasah Ibtidaiyah dan TsanawiyahBasic Education Project (BEP)Disajikan Tanggal 27 Juni 2001 di Gedung BKMJl. Burangrang
No. 17-19 Bandung.Oleh: Drs. H. Johar Permana, M.A.
[4] Ibid
[5] http://novitacahkampus.wordpress.com/2011/06/10/makalah-manajemen-kelas-dan-manajemen-pembelajaran/
[6] http://novitacahkampus.wordpress.com/2011/06/10/makalah-manajemen-kelas-dan-manajemen-pembelajaran /

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DAN PENGELOLAAN KELAS


http://kissisme-hefi.blogspot.com/2011/06/pengelolaan-pembelajaran-dan.html

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembelajaran adalah suatu aktivitas belajar-mengajar. Didalamnya ada dua subjek yaitu guru dan
peserta didik. Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru adalah mengelola pembelajaran
dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif yang ditandai dengan adanya kesadaran dan
keterlibatan aktif diantara dua subjek pembelajaran yaitu guru sebagai penginisiatif awal dan
pengarah serta pembimbing, sedangkan peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif
untuk memperoleh perubahan diri dalam pengajaran.
Pengajaran merupakan aktivitas yang sistematis dan sistemik yang terdiri atas banyak komponen.
Masing-masing komponen pengajaran tidak bersifat terpisah atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi
harus berjalan teratur, saling bergantung, komplementer, dan kesinambungan. Untuk itu diperlukan
pengelolaan pembelajaran yang baik. Pengelolaan pembelajaran yang baik harus dikembangkan
berdasarkan pada prinsip-prinsip pengajaran. Ia harus mempertimbangkan segi dan strategi
pengajaran, dirancang secara sistematis, bersifat konseptual tetapi praktis relistik dan fleksibel, baik
yang menyangkut masalah interaksi pengajaran, pengelolaan kelas, pengajaran, maupun penilaian
pengajaran.
Pengertian pengelolaan pembelajaran adalah mengacu pada suatu upaya untuk mengatur aktivitas
pengajaran berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengajaran untuk menyukseskan tujuan
pembelajaran agar tecapai secara lebih efektif, efisien, dan produktif yang diawali dengan penentuan
strategi dan perencanaan, dan diakhiri dengan penilaian.
Rumusan masalah:
1. Apa saja yang perlu dalam pengelolaan proses pembelajaran?
2. Apa saja yang ada dalam pengelolaan pembelajaran?

BAB II
PEMBAHASAN

Pengelolaan Proses Pembelajaran


A. Prinsip-prinsip pembelajaran
a. Prinsip aktivitas
Belajar yang berhasil harus melalui beberapa macam aktivitas, baik aktivitas fisik atau psikis. Aktivitas
fisik ialah peserta didik aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak
hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau pasif. Peserta didik yang psikis adalah jika daya
jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran.
b. Prinsif motivasi
Suatu aktivitas belajar sangat lekat dengan motivasi. Perubahan sustu motivasi akan berubah pula
wujud, bentuk dan hasil belajar. Ada tidaknya motivasi seorang individu untuk belajar sangat
berpengaruh dalam proses belajar itu sendiri.
B. Perencanaan Pembelajaran
Seorang guru harus mempunyai kemampuan dalam merencanalan pembelajaran karena kegiatan
yang direncanakan dengan matang akan lebih terarah dan tujuan yang diinginkan akan mudah
tercapai. Dengan demikian seorang guru, sebelum mengajar hendaknya merencanakan terlebih
dahulu program pembelajaran, membuat persiapan pembelajaran yang hendak diberikan atau yang
lebih dikenal dengan rencana pembalajaran (RP).
Pencana penbelajaran (RP) ini dibuat oleh guru untuk setiap kali pertemuan atau bias juga untuk 4
atau 5 kali pertemuan sekaligus. Dalam perencanaan tersebut harus memuat 5 (lima) unsur seperti:
a. Tujuan intruksional
b. Bahan pembelajaran
c. Kegiatan pembelajaran
d. Metode dan alat bantu
e. Evaluasi atau penilaian
C. Tujuan Instruksional
Agar sungguh-sungguh membantu, seorang guru profesional harus merumuskan tujuannya dalam
dalam bentuk prilaku siswa yang dapat diukur, yaitu: menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh
siswa tersebut sesudah mengikuti pelajaran. Tujuan yang dirumuskan secara demikian hampir tidak
menimbulkan keraguan-keraguan lagi dengan sasaran yang hendak yang dicapai guru. Hendaknya
diperhatikan bahwa setiap kata-kata seperti tujuan jauh (goal), tujuan dekat (obyektive), sasaran
(aim), dan maksud (inten) digunakan dalam arti yang sama.
Ciri pokok dari tujuan intruksional yang dirumuskan secara operasional ialah bahwa respons yang
menandakan tercapainya tujuan secara memuaskan diuraikan secara jelas. Kalau tujuan sudah
dirumuskan secara tepat, maka seharusnya tidak ada lagi kesulitan dalam menentukan apakah siswa
telah mencapai tujuan secara memuaskan atau belum.
D. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran merupakan proses berlangsungnya belajar mengajar disekolah
yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan. Artinya merupakan proses terjadinya interaksi antara
guru dan siswa dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Tahap tahap yang harus ditempuh oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah:
1. Tahap Pra Intruksional, yaitu tahap yang ditempuh pada saat memulai proses pembelajaran :
a. Menanyakan kehadiran siswa.
b. Member kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum
dikuasai.
c. Mengajukan pertanyaan mengenai pelajaran yang telah dibahas.
d. Mengulang pelajaran secara singkat, tetapi mencakup semua bahan.
2. Tahap Intruksional yaitu tahap pemberian bahan pelajaran meliputi:
a. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
b. Menjelaskan pokok materi yang akan dibahas.
c. Menjelaskan pokok materi yang telah dituliskan.
d. Memberikan contoh kongkrit pada setiap pokok materi yang telah dibahas.
e. Menggunakan media untuk mempermudah pemahaman siswa.
f. Menyimpulkan hasil bahasan.
3. Tahap Evaluasi, ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap intruksional diantaranya:
a. Mengajukan pertanyaan kepada beberapa siswa mengenai materi palajaran yang telah dipelajari.
b. Akhiri pelajaran dengan memberitahukan materi yang akan dibahas berikutnya.
c. Memberi tugas (PR) kepada siswa untuk memperkaya pengetahuan siswa mengenai yang telah
dibahas.
d. Bila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa kurang dari 70% maka guru harus
mengulang pelajaran.
E. Mengenal Murid
Sebagai seorang guru kita harus dapat mengerjakan banyak hal untuk membimbing perkembangan
dan pertumbuhan setiap murid, apabila murid-murid telah dikenal sebaik-baiknya. Karena itu, perlu
diperlihatkan bahwa guru harus mengenal diri siswa dengan mempelajari minat, kebutuhan, masalah
pridadi mereka secara individual. Dan usahakan para siswa mengetahui, bahwa antara guru dan siswa
itu telah terjalin hubungan akrab.
Seorang guru seharusnya mempunyai keterangan yang lengkap tentang individu-individu murid :
1. Latar belakang psikologi murid-murid yang meliputi hasil-hasil tes kecerdasan, tes perasaan, dan
kecakapan, penyesuaian diri anak-anak di rumah dan masyarakat.
2. Latar belakang kemampuan murid-murid yang meliputi kemajuan dalam mata pelajaran yang akan
diberikan.
3. Latar belakang kesehatan fisik murid-murid, seperti penglihatan, pendengaran dan lain-lain.
4. Latar belakang perhatian anak terhadap pendidikan, peradaban, dan kebudayaan.
5. Latar belakang kehidupan anak di rumah, yang meliputi status social ekonomi, pendidikan orang
tua, dan lain-lain.
F. Penilaian, Pencatatan, dan Pelaporan Kemajuan Murid
Didalam pembelajaran memberikan angka bukanlah maksud utama dari penilaian. Tetapi guru harus
mengetahui fungsi daripada penilaian ialah: mengetahui tingkat kemajuan, perkembangan murid
dalam satu priode tertentu. Hasil dari penilaian akan dijadikan sebagai dasar untuk memperbaiki
kemajuan setiap individu murid.
Rencana penilaian kelas meliputi:
1. Tujuan-tujuan objektif dari pelajaran itu.
2. Unit pelajaran untuk satu tahun.
3. Hasil-hasil belajar yang penting seperti: sikap, keterampilan, pengertian, pengetahuan, kualitas
perseorangan, dan
4. Cara kerja bersama dalam penelitian.

G. Metode Mengajar
Mengajar secara efektif sangat tergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar yang
serasi dengan tujuan mengajar. Cara belajar-mengajar yang baik ialah mempergunakan kegiatan
murid-murid sendiri secara efektif dalam kelas, merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan
sedemikian rupa secara kontinu dan juga melalui kerja kelompok. Jenis-jenis metode mengajar
sebagai berikut:
a. Metode ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Metode ini
efektif untuk penyampaian informasi dan pengertian.
b. Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung
seperti guru bertanya siswa menjawab, atau sebaliknya. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana
materi pelajaran telah dikuasai oleh siswa.
c. Metode diskusi
Diskusi ialah suatu proses tukar menukar pendapat, informasi dan unsur-unsur pengalaman secara
teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang
sesuatu, atau mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.
d. Metode kerja kelompok
Kerja kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu
kesatuan tersendiri ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil.
e. Metode demonstrasi
Demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para siswa untuk
mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar.
f. Metode tugas belajar dan resitasi
Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas
dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya.
H. Strategi Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar aktif. Menurut
Hisyam Zaini dkk strategi pembelajaran aktif antara lain:
1. Critical Incident (Pengalaman Penting)
Stategi ini digunakan untuk memulai pelajaran. Tujuannya dari penggunaan strategi ini untuk
melibatkan siswa sejak awal dengan melihat pengalaman mereka. Strategi ini dapat digunakan
dengan maksimal pada mata pelajaran praktis.
2. Prediction Guide (Tebak Pelajaran)
Strategi ini digunakan untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran secara aktif dari awal
sampai akhir. Dengan strategi ini siswa diharapkan dapat terlibat dalam pelajaran dan tetap
mempunyai perhatian ketika guru menyampaikan materi.
3. Group Resume (Resume Kelompok)
Biasanya sebuah resume menggambarkan hasil yang telah dicapai oleh individu. Resume ini akan
menjadi menarik untuk dilakukan dalam kelompok dengan tujuan membantu siswa menjadi lebih
akrab atau melakukan team building (kerjasama kelompok) yang anggotanya sudah saling mengenal
sebelumnya. Kegiatan ini akan lebih efektif jika resume itu berkaitan dengan materi yang sedang
diajarkan.
4. Assessment search (Menilai Kelas)
Strategi ini dapat dilakukan dalam waktu yang cepat dan sekaligus melibatkan siswa untuk saling
mengenal dan bekerjasama.
5. Questions Students Have (Pertanyaan dari Siswa)
Teknik ini merupakan teknik yang mudah dilakukan yang dapat dipakai untuk mengetahui kebutuhan
dan harapan siswa. Teknik ini menggunakan elisitasi dalam memperoleh partisipasi siswa secara
tertulis.
6. Active Knowledge Sharing (Saling Tukar Pengetahuan)
Strategi ini dapat digunakan untuk melihat tingkat kemampuan siswa disamping untuk membentuk
kerjasama tim.
7. Listening Teams (Tim Pendengar)
Strategi ini membantu siswa untuk tetap konsentrasi dan terfokus dalam pelajaran yang
menggunakan metode ceramah.strategi ini bertujuan membentuk kelompok yang mempunyai tugas
atau tanggung jawab tertentu berkaitan dengan materi pelajaran.
8. Synergetic Teaching (Pengajaran Sinergis)
Strategi ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi hasil belajar dari materi yang
sama dengan cara yang berbeda dengan membandingkan catatan mereka.
9. Active Debate (Debat Aktif)
Debat bias menjadi satu metode berharga yang dapat mendorong pemikiran dan perenungan
terutama kalau siswa diharapkan dapat mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan
keyakinan mereka sendiri.
10. Jigsaw Learning (Belajar Model Jiqsaw)
Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika yang akan dipelajari dapat dibagi
menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan
strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada
orang lain.
11. Everyone Is A Teacher Here (Setiap orang Adalah Guru)
Strategi ini sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara individual. Strategi ini
memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk berperan sebagai guru bagi kawan-kawannya.

Pengelolaan Kelas Yang Efektif


A. Hubungan Pengelolaan Kelas dan Pengelolaan Pengajaran
Pengelolaan kelas dan pengelolaan pembelajaran adalah dua kegiatan yang sangat erat hubungannya
namun dapat dan harus dibedakan satu sama lain karena tujuannya berbeda. Kalau pengajaran
mencakup semua kegiatan yang secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus
pengajaran (menentukan entry behavior peserta didik, menyusun rencana pembelajaran, member
inpormasi, bertanya, menilai, dan sebagainya), maka pengelolaan kelas menunjuk kepada kegiatan-
kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar
(pembinaan “raport”, penghentian tingkah laku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas,
pemberian ganjaran dan sebagainya). Jadi didalam proses belajar-mengajar di sekolah dapat
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu masalah pengajaran dan pengelolaan kelas.
Masalah pengelolaan kelas harus ditanggulangi dengan tindakan korektif pengelolaan, sedangkan
masalah pengajaran harus ditanggulangi dengan tindakan korektif intruksional. Sebagai pemberian
dasar serta penyiapan kondisi bagi terjadinya proses belajar yang efektif, pengelolaan kelas menunjuk
kepada pengaturan orang maupun pengaturan fasilitas. Fasilitas disini mencakup pengertian yang
luas mulai dari ventilasi, penerangan, tempat duduk, sampai dengan perencanaan program belajar-
mengajar.
B. Masalah pengelolaan kelas
Masalah mengelola kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah individual dan
masalah kelompok. Meskipun seringkali perbedaan antara dua kelompok itu hanya merupakan
perbedaan tekanan saja. Tindakan pengelolaan kelas seorang guru akan efektif apabila ia dapat
mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia
dapat memilih strategi penanggulangan yang tepat pula.
Rudorf Dreikurs dan Pearl Cassel membedakan empat kelompok masalah pengelolaan kelas individual
yang berdasarkan asumsi bahwa semua tingkah laku individu merupakan upaya pencapaian tujuan
pemenuhan keputusan untuk diterima kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga diri. Bila
kebutuhan-kebutuhan ini tidak lagi dapat dipenuhi dengan cara-cara yang lumrah dapat diterima
masyarakat, dalam hal ini masyarakat kelas, maka individu yang yang bersangkutan akan berusaha
mencapainya dengan cara-cara lain. Dengan kata lain, dia akan berbuat tidak baik. Perbuatan-
perbuatan untuk mencapai tujuan dengan cara yang asocial digolongkan sebagai berikut:
1. Tingkah laku yang mendapatkan perhatian orang lain (attention getting behaviors).
2. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan (power seeking behaviors).
3. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behavior).
4. Peragaan ketidakmampuan.
Lois V. Johnson dan Mary A. Bany mengemukakan 6 kategori masalah kelompok dalam pengelolaan
kelas. Masalah-masalah yang dimaksud yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Kelas kurang kohesif. Misalnya perbedaan jenis kelamin, suku, dan tingkat sosio-ekonomi.
2. Kelas mereaksi negative terhadap salah seorang anggotanya.
3. Membesarkan hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok.
4. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannyadari tugas yang telah digarap.
5. Semangat kerja rendah.
6. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
C. Usaha Preventif Masalah Pengelolaan Kelas
Tindakan pengelolaan kelas adalah tindakan yang dilakukan oleh guru dalam rangka penyediaan
kondisi yang optimal agar proses belajar-mengajar berlangsung efektif. Tindakan guru tersebut dapat
berupa tindakan pencegahan yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi sosio-
emosional sehingga terasa benar oleh peserta didik rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar.
Tindakan lain dapat berupa tindakan korektif terhadap tingkah laku peserta didik yang menyimpang
dan merusak kondisi bagu proses belajar-mengajar yang sedang berlangsung.
Dimensi kolektif dapat terbagi menjadi dua yaitu tindakan yang seharusnya segera diambil guru pada
saat terjadi gangguan dan tindakan penyembuhan terhadap tingkah laku yang menyimpang yang
terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut tidak berlarut-larut. Dimensi pencegahan dapat
merupakan tindakan guru dalam mengatur lingkungan belajar, mengatur peralatan, dan lingkungan
sosio-emosional.
1. Kondisi dan Situasi Belajar-mengajar
a. Kondisi Fisik
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil belajar. Lingkungan fisik
yang dimaksud adalah meliputi:
1. Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
Ruangan tempat belajar harus memungkinkan semua bergerak leluasa tidak berdesak-desakan dan
saling menggangu antara murid.
2. Pengaturan tempat duduk
Dalam pengaturan tempat duduk yang terpenting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka.
Beberapa pengaturan tempat duduk di antaranya:
a. Berbaris berjajar
b. Pengelompokkan yang terdiri atas 8 sampai 10 orang
c. Setengah lingkaran seperti dalam teater
d. Berbentuk lingkaran
e. Individu yang biasanya terlihat diruang baca, di perpustakaan, atau diruang praktik laboratorium
f. Adanya dan tersedianya ruang yang sifatnya bebas di kelas disamping bangku tempat duduk yang
diatur.
3. Ventilasi dan pengaturan cahaya
Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik. Jendela harus cukup besar sehingga
memungkinkan cahaya matahari masuk, dan memungkinkan oksigen masuk sehingga siswa dapat
belajar dengan focus.
b. Kondisi sosio-emosional
Suasana sosio-emosional dalam kelas akan mepunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses
belajar mengajar, kegairahan peserta didik merupakan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran.
1. Tipe Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan yang lebih berat pada otoriter akan menhasilkan sikap peserta didik yang apatis
dan menimbulkan sikap agresif. Tipe kepemimpinan yang menekan kepada sikap demokratis lebih
memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan peserta didik dengan dasar saling memahami
dan saling mempercayai.
2. Sikap guru
Sikap guru dalam menghadapi peserta didik yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap
sabar, dan tetap bersabar dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku peserta didik akan dapat
diperbaiki.
3. Suara guru
Suara yang melengking tinggi atau senantiasa tinggi atau demikian rendah sehingga tidak terdengar
oleh peserta didik secara jelas dari jarak yang jauh akan membosankan dan pelajaran tidak akan
diperhatikan.
4. Pembinaan raport
Dengan hubungan baik guru peserta didik senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap
optimistik, serta realitik dalam kegiatan belajar yang dilakukannya.
D. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas
1. Behavior-Modification Approach
Pendekatan ini bertolak dari psikologi behavior. Untuk membina tingkah laku yang dikehendaki guru
harus member penguatan positif (member stimulus positif sebagai ganjaran) atau penguatan negatif
(menghilangkan hukuman, suatu stimulus negatif). Sedangkan untuk mengurangi tingkah laku yang
tidak dikehendaki, guru menggunakan hukuman.
2. Socio-Emotional-climate approach
Pendekatan pengelolaan kelas ini mengasunsikan bahwa proses belajar mengajar yang efektif
mempersyaratkan iklim sosio-emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang
baik antara guru dengan peserta dan antara peserta didik, dan guru menduduki posisi terpenting bagi
terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik itu.
3. Group-Processess Approach
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi social dan dinamika kelompok dengan asumsi pokoknya
adalah pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks kelompok social dan tugas guru yang
terutama dalam mengelola kelas adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan
kohesif.
4. Eclectic approach
Pendekatan ini meliputi pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas yang potensial, dalam hal ini
pendekatan perubahan tingkah laku, penciptaan iklim sosio-emosional dan proses kelompok. Dan
dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur dengan baik dalam masalah
pengelolaan kelas.
E. Hambatan Pengelolaan Kelas
Masalah pengelolaan kelas tebai tiga kategori yaitu:
1. Masalah yang ada dalam wewenang guru
2. Masalah yang ada dalam wewenang sekolah
3. Masalah yang ada diluar wewenang guru dan sekolah

BAB III
PENUTUP

Simpulan:
1. Pengelolaan pembelajaran yang baik harus dikembangkan berdasarkan prinsip pembelajaran
menyangkut rencana, strategi, metode, dan lain-lain.
2. Usaha guru dalam mengelola kelas sesuai dengan kondisi yang diharapkan akan efektif apabila:
a. Diketahui secara tepat faktor-faktor yang dapat mendukung terciptanya kondisi yang
menguntungkan dalam proses belajar mengajar.
b. Dikenal masalah-masalah yang diperkirakan dan biasanya timbul dan dapat merusak iklim belajar-
mengajar.
c. Menguasai berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk
masalah mana suatu pendekatan digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

W. James Popham, Eva L. Baker, Teknik Mengajar Secara Sistematis, Rineka Cipta, Jakarta,2003.
Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Pt remaja Rosdakarya, Bandung, 2002.
Subdjana Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 1987.
Sabri Ahmad, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, Quantum Teaching, Jakarta, 2005.
Rohani Ahmad, Pengelolaan Pembelajaran edisi revisi, Rineka Cipta, Jakarta, 2004.
Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, CV. Rajawali, Jakarta, 1991.
Sabtu, 21 Mei 2011
PENGELOLAAN KELAS YANG BAIK
http://nala-indra-dewa.blogspot.com/2011/05/pengelolaan-kelas-yang-baik.html

A. KONSEP DASAR PENGELOLAAN KELAS


1. Pengertian pengelolaan kelas.
Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata "managemen" asal kata dari Bahasa Inggris
yang diindonesiakan menjadi "manajemen" atau menejemen. Di dalam kamus umum
Bahasa Indonesia (1958:412), disebutkan bahwa pengelolaan berarti penyelenggaraan.
Dilihat dari asal kata "manajemen" dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah
penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar,
efektif dan efisien. Pengelolaan diartikan sebagai kemampuan atau keterampilan untuk
memperoleh suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan kegiatan-kegiatan orang lain
(Oemar Hamalik, 1986: 18).

Sebelum kita membicarakan definisi pengelolaan kelas terlebih dahulu kita perlu
mengetahui apa sebenamya yang dimaksud dengan kelas.
1. Kelas dalam arti sempit yaitu ruangan yang dibatasi oleh empat dinding tempat sejumlah
siswa berkumpul untuk mengikuti proses pembelajaran. Kelas dalam pengertian tradisional
mengandung sifat statis, karena sekedar menunjuk pengelompokkan siswa menurut tingkat
perkembangannya yang antara lain di dasarkan pada batas umur kronologisnya masing-
masing.
2. Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari
masyarakat sekolah yang sebagai kesatuan diorganisir menjadi unit kerja secara dinamis
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar-mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu
tujuan.
Ditinjau dari sudut pandang didaktik terkandung suatu pengertian umum mengenai kelas
yakni kelas adalah sekelompok siswa pada waktu yang sama menerima pelajaran yang
sama dari guru yang sama.
Dengan batasan tersebut di atas, yang dimaksudkan kelas itu adalah sistem pengajaran
klasikal dalam pelaksanaan pengajaran secara tradisional.
Kelas merupakan bagian atau unit sekolah terkecil. Penggunaan istilah "Unit" mengandung
suatu pengertian bahwa kelas mempunyai ciri yang khusus dan spesifik, maksudnya setiap
kelas akan memiliki suasana yang berbeda atau kondisi yang berbeda satu sama lain.
Contoh: Salah satu SD mempunyai kelas paralel terdiri dari kelas A, B, (kelas 1 s.d. VI).
Masing-masing kelas keadaannya berbeda, misalnya kelas VA, VB, dan VC. Kelas VA
yang siswa-siswanya tidak ada gairah dan semangat belajar, kelas VB merupakan kelas
yang selalu gaduh dan membuat onar tetapi prestasinya rendah, sedangkan kelas VC
merupakan kelas yang menyenangkan, siswa-siswanya aktif dan kompak dalam belajar
sehingga prestasinya menonjol di antara kedua kelas tadi.
Dari uraian di atas, maka yang dimaksud dengan pengertian pengelolaan kelas adalah suatu
usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan pembelajaran dengan maksud agar
tercapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar sebagaimana yang
diharapkan. Atau pengelolaan kelas adalah suatu keterampilan untuk bertindak dari seorang
guru berdasarkan atas sifat-sifat kelas dengan tujuan menciptakan situasi pembelajaran ke
arah yang lebih baik.
Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa
yang diinginkan, mengulang atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, dengan
hubungan-hubungan inter personal dan iklim sosio emosional yang positif serta
mengembangkan dan mempermudah organisasi kelas yang efektif.

Definisi-definisi Pengelolaan kelas


1. Menurut Lois V, Johnson dan Mary A. Bani (Claaroom Management), yang
diikhtisarkan oleh Dr. Made Pidarta, 1970.
a. Pengelolaan kelas ditinjau dari konsep lama adalah mempertahankan ketertiban kelas.
b. Pengelolaan kelas ditinjau dari konsep modern adalah proses seleksi dan penggunaan
alat-alat yang tepat terhadap problema dan situasi kelas.

2. J.M. Cooper (1977), mengemukakan 5 pengelompokkan definisi pengelolaan kelas,


yaitu:
a. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan
mempertahankan ketertiban suasana kelas. Definisi ini memandang pengelolaan kelas
sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Pandangan ini bersifat "Otoratif".
Kaitannya dengan tugas guru adalah menciptakan dan memelihara ketertiban suasana kelas.
Penggunaan disiplin sangat diutamakan.
b. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan
siswa. Definisi ini didasarkan atas pandangan yang bersifat "permisif'. Kaitannya dengan
tugas guru adalah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa, maksudnya guru
membantu siswa untuk merasa bebas melakukan yang ingin dilakukannya.
c. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku
siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tijdak
diinginkan. Definisi ketiga ini didasarkan pada prinsip-prinsip mengubahan tingkah taku
(behavioral modification), dan memandang pengelolaan kelas sebagai proses pengubahan
tingkah laku siswa. Guru di sini berfungsi sebagai pembantu siswa dalam mempelajari
tingkah laku yang diharapkan melalui prinsip reinforcement (penguatan).
d. Pergelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan
interpersonal yang baik dan iklim sosioemosional kelas yang positif. Definisi keempat ini
memandang pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosioemosional yang positif
di dalam kelas. Definisi ini beranggapan, bahwa kegiatan belajar akan berkembang secara
maksimal di dalam kelas yang beriklim positif yaitu suasana hubungan interpersonal yang
baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
e. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan
mempertahankan organisasi kelas yang efektif. Definisi kelima ini mengangap kelas
merupakan sistem sosial dengan proses kelompok (group proses) sebagai intinya.
pengajaran berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok, tetapi belajar dianggap
proses individual, maka kehidupan kelas dalam kelompok dipandang mempunyai pengaruh
yang sangat berarti terhadap kegiatan belajar. Tugas guru di sini adalah mendorong
berkembangnya dan berprestasinya sistem kelas yang efektif.

Tiga di antara lima definisi di atas yaitu: pandangan tentang pengubahan tingkah laku.
Iklim sosioemosional, dan proses kelompok, masing-masing berangkat dari dasar
pandangan yang berbeda tetapi memiliki unsur-unsur yang efektif apabila diterapkan untuk
pengelolaan kelas sehingga bermanfaat bagi guru untuk membentuk satu pandangan yang
bersifat "Prulalistik", yaitu pandangan yang merangkum ketiga dasar pandangan tersebut di
atas.

Definisi pengelolaan kelas yang dikemukakan berdasarkan atas pandangan "Pluralistik'


menganggap pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan
tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang
tidak diinginkan, mengembangkan hubungan interpersonal dan iklim sosioemosional yang
positif serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif dan
produktif.
Dalam kegiatan sehari-hari seorang guru akan menghadapi kasus-kasus dalam kelasnya.
Misalnya dalam hal pengaturan siswa, yang dapat dikelompokan menjadi dua masalah,
yaitu masalah individu/perorangan dan masalah kelompok. Agar dalam melaksanakan
pengelolaan kelas secara efektif dan tepat guna, maka guru harus rnengidentifikasikan
kedua masalah tersebut, tetapi tak kalah pentingnya dari kedua masalah tersebut adalah
masalah organisasi sekolah.

Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik ditingkat kelas maupun pada
tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Pengaruh organisasi
sekolah dipandang cukup menentukan dalam pengarahan perilaku siswa. Pengaturan atau
pengorganisasian kelas hendaknya sering diadakan perubahan. Hal ini untuk mencegah
kejenuhan bagi siswa-siswa selama mengikuti kegiatan belajar, selain itu juga hendaknya
disesuaikan dengan bahan pengajaran yang diberikan.

Adapun kasus-kasus yang dijumpai guru dalam pengelolaan kelas antara lain, seperti:
a) Tingkat penguasaan materi oleh siswa di dalam kelas.
Misalnya, materi yang diberikan kepada siswa terlalu tinggi atau sulit sehingga tidak bisa
diikuti oleh siswa, maka disini diperlukan penyesuaian agar siswa dapat mengikuti kegiatan
belajar dengan baik. Apabila tidak diadakan penyesuaian, siswa-siswa tidak akan serius dan
selalu menimbulkan kegaduhan.
b) Fasilitas yang diperlukan,
Misalnya, alat, media, bahan, tempat, biaya, dan lain-lain, akan memungkinkan siswa
belajar dengan baik
c) Kondisi siswa
Misalnya, siswa yang kelihatan sudah lesu dan tidak bergairah dalam menerima pelajaran,
hal ini dapat mempengaruhi situasi kelas.
d) Teknik mengajar guru
Misalnya, dalam memberikan pengajaran kurang menggairahkan suasana kelas dan
menjemukan.

2. Tujuan Pengelolaan kelas,Kompenen Pengelolaan Kelas,Prinsip Pengelolaan Kelas.


a.Tujuan Pengelolaan kelas
Tujuan untuk siswa :
1. Bertanggung jawab terhadap tingkah laku yang positif
2. Sadar dan mampu mengendalikan diri di kelas
3. Keterlibatan aktif dalam kegiatan kelas
Tujuan untuk guru :
1. Menciptakan dan memelihara pelancaran penyajian
2. Sadar terhadap kebutuhan siswa di kelas
3. Memberikan respon secara aktif

Tujuan guru mengelola kelas adalah agar semua siswa yang ada di dalam kelas dapat
belajar dengan optimal dan mengatur sarana pembelajaran serta mengendalikan suasana
belajar yang menyenangkan untuk mencapai tujuan belajar.
b. Komponen Pengelolaan Kelas
Secara garis besar terdapat 2 komponen utama dalam pengelolaan kelas yaitu:
a. Keterampilan yang berhubungan dengan tindakan preventif berupa penciptaan dan
pemeliharaan kondisi belajar.
b. Keterampilan yang berkembang dengan tindakan kreatif berupa pengembalian kondisi
belajar yang optimal.
c. Prinsip pengelolaan kelas

Ada 5 prinsip yang perlu dipelajari dan dikuasai oleh guru dalam mengelola kelas. Prinsip-
prinsip ini tidak bisa digunakan satu persatu saja tetapi harus bervariasi artinya lebih dari
satu prinsip. Prinsip pengeloalaan kelas yaitu :
1. Membagi Perhatian
a) Guru harus dapat membagi perhatian baik secara verbal maupun visual terhadap kegiatan
belajar siswa yang berlangsung pada waktu yang sama.
b) Memusatkan perhatian kelompok, hal ini dapat dilakukan menyiagakan siswa, menuntut
keterlibatan siswa
c) Memberikan petunjuk yang jelas.
d) Memberikan penguatan, baik verbal maupun non verval.
e) Memberi teguran
a) Prinsip penggunaan
b) Kehangatan dan keantusiasan siswa
c) Memberi tantangan
d) Bervariasi
e) Keluwesan
f) Penekanan pada hal yang positif
g) Penanaman disiplin diri.

Hal-hal yang harus diperhatikanan guru dalam memilih prinsip-prinsip pengelolaan kelas
ini:
(1) situasi dan kondisi dimana pembelajaran tersebut berlangsung,
(2) pada siapa proses pembelajaran tersebut ditujukan

2. Ketrampilan Memberi Penguatan


Dalam proses belajar mengajar, penguatan memegang peran penting sebab jika dilakukan
dengan cara dan prinsip yang tepat akan mendorong siswa meningkatkan usahanya dalam
kegiatan belajar mengajar disamping itu akan mendorong mereka mengembangkan hasil
belajarnya.
Komponen ketrampilan memberi penguatan :
1. Penguatan dapat diberikan secara verbal (pujian, dukungan, pengakuan, dorongan) yaitu
dengan menggunakan kata-kata (bagus, iya, tepat, benar) atau kalimat (pekerjaanmu rapi
sekali, saya senang dengan hasil pekerjaanmu)
2. Penguatan juga dapat diberikan dengan menggunakan mimic atau gerakan badan
(senyuman, anggukan kepala, acungan ibu jari dan tepuk tangan) yang dapat meperkuat
penampilan siswa.
3. Mendekati siswa yang sedang mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara berjalan ke arah siswa, berdiri disamping siswa, atau duduk di
dekatnya.
4. Sentuhan misalnya menepuk-nepuk bahu siswa, menjabat tangan, atau mengangkat tangan
siswa hal ini dapat memperkuat penampilannya. Dalam menggunakan penguat ini guru perlu
memperhatikan umur, jenis kelamin serta latar belakang kebudayaan siswa.
5. Melakukan kegiatan yang menyenangkan dapat memperkuat penampilan siswa.
6. Hadiah berupa symbol (tanda atau komentar tertulis) atau benda (kartu bergambar, lencana,
bintang plastic)
Agar penguatan yang diberikan kepada siswa dapat mencapai maksimal maka guru perlu
memperhatikan cara penggunaan yang benar antara lain :
1. Kepada pribadi tertentu
Penguatan harus jelas ditunjukkan kepada siswa tertentu dengan menyebutkan namanya
sambil memandang kepadanya.
2. Kepada kelompok siswa
Penguatan dapat pula diberikan kepada kelompok siswa jika suatu tugas telah dikerjakan oleh
kelompok tertentu.
3. Dengan segera
Penguatan harus diberikan segera setelah munculnya tingkah laku atau respon siswa yang
diharapkan.
4. Penguatan tidak penuh
Jika jawaban yang diberikan siswa sebaiknya saja yang benar guru hendaknya tidak langsung
menyalahkan siswa. Tindakan guru sebaiknya adalah memberikan penguatan sebagian.
5. Bervariasi
Perlu ada variasi baik dalam cara penggunaan maupun dalam jenis penguatan itu.
Prinsip penggunaan penguatan
1. Mimik guru yang hangat dan antusias
2. Bermakna = siswa harus memahami tingkah laku yang sesuai dengan responnya
3. Hindari respon negative

3. Ketrampilan Dasar Mengajar, manfaat :


1. Minat dan perkataan siswa terhadap proses pembalajaran akan tumbuh dan berkembang
2. Rasa ingin tahu siswa dan keinginan untuk mencoba ataupun melakukan semakin besar.
3. Tingkah laku dan sikap positif berkembang
4. Siswa dapat memilih cara belajar yang sesuai dan disenangi (penyesuaian materi guru)
5. Ranah psikomotor, kognitif dan afektif siswa akan dapat lebih berkembang (pembelajaran
yang menyenangkan)
Ketrampilan mengadakan variasi pada pembelajaran penjas
Gaya mengajar guru yang efektif akan memudahkan perhatian siswa
- Gaya komando (the command style)
Kerangka pengambilan keputusan
Perencanaan.....................guru
Pelaksanaan......................guru
Evaluasi.............................guru
- Gaya resiprokal (the reciprocal style)
Kerangka pengambilan keputusan
Perencanaan.....................guru
Pelaksanaan......................siswa
Evaluasi.............................siswa
- Gaya latihan (the practice style)
Kerangka pengambilan keputusan
Perencanaan.....................guru
Pelaksanaan......................siswa
Evaluasi.............................guru
- Gaya inklusi (the inclusion style)
Kerangka pengambilan keputusan
Perencanaan.....................guru
Pelaksanaan......................siswa
Evaluasi.............................siswa
Dibagi dalam berbagai level :
- Mudah
- Sedang
- Sulit

4. Variasi media, bahan dan alat pembelajaran


1. Media audio
2. Bahan pembelajaran (rangsangan siswa untuk lebih tertantang)
3. Aspek pengembangan dan alat pembelajaran
4. Model pembelajaran kontekstual (guru sebagai fasilitator, mengajukan pertanyaan kepada
siswa, guna memancing berfikir siswa tentang hal yang dipelajari dalam rangka membangun
konsep secara bersama atas dasar kompetisi siswa berupa pengetahuan dasar dan pengalaman
yang telah dimiliki yang diangkat dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari melalui suatu
model yang dapat dinilai secara nyata dengan standart secara jelas)
Pola interaksi
1. Siswa mandiri
2. Interaksi guru – siswa
3. Interaksi siswa – siswa
4. Interaksi guru – siswa – guru
5. Interaksi guru – siswa – siswa

5. Ketrampilan Menjelaskan
Merupakan aspek yang sangat penting, menjelaskan dimaksudkan untuk menyajikan informasi
yang diorganisasikan secara sistematif, untuk menunjukkan suatu hubungan.
Tujuan : melalui menjelaskan yang efektif dapat mengembangkan nalar siswa
Yang perlu dihindari :
1. Guru mendominasi kegiatan kelas
2. Sebagian besar kegiatan guru memberikan informasi
3. Kadang-kadang sajian guru kurang jelas dan hanya jelas bagi guru
4. Tidak semua siswa dapat menggali dari buku atau sumber.
5. Kurangnya sumber yang tersedia untuk dapat dimanfaatkan oleh siswa
Prinsip penggunaan penjelasan
1. Suatu penjelasan ditekankan pada penalaran bukan pada indokrinasi (pemaksaan)
2. Latar belakang dan kemampuan siswa perlu diperhitungkan.
3. Karakteristik tujuan menentukan sifat pendekatan dan materi yang disajikan.
4. Penjelasan yang diberikan harus bermakna bagi siswa.
Komponen-komponen ketrampilan
1. Kejelasan sajian : kejelasan sajian, ucapan, pertanyaan-pertanyaan dan tujuan yang
ditunjukkan dapat meningkatkan efektifitas sajian
2. Penggunaan contoh dan ilustrasi : pemahaman konsep yang sulit dapat ditingkatkan dengan
memberikan ilustrasi yang tepat. Mengajukan contoh-contoh sebelum menarik generalisasi
serta menghubungkan ide-ide yang sama dengan kata-kata penghubung.
3. Pemberian tekanan : untuk memusatkan perhatian siswa kepada masalah pokok dan cara
pemecahannya perlu menguasai pemberian tekanan. Ketrampilan ini dapat berupa gaya
mengajar, struktur sajian yang berupa iktisar, frase atau dengan isyarat-isyarat.
4. Balikan : balikan perlu dikerjakan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi
yang baru diberikan. Balikan ini dapat dikerjakan , antara lain : dengan cara
mendemontrasikan siswa.
3. Karakteristik Pengelolaan Kelas :
• Menguasai materi ajar
Setiap kali guru masuk ke dalam kelas tentunya ada yang ingin disampaikan untuk itu setiap
guru harus mempersiapkan diri dengan materi apa yang akan disampaikan, bukan hanya tahu
apa yang hendak disampaikan tetapi harus paham betul apa yang hendak disampaikan itu.
Karena dimata murid2 seorang guru adalah mengetahui segala-galanya.
• Memahami prioritas
Biasanya materi yang akan disampaikan terlalu banyak ataupun beragam dan kadang kita tidak
tahu harus mulai dari mana. Untuk itu kita harus sangat memahami prioritas, mungkin materi
apa yang paling tepat untuk kondisi dan situasi saat ini.
• Menggunakan berbagai metoda pendekatan
• Memahami dan menggunakan latar belakang siswa yang berbeda
• Bisa merencanakan dengan jelas
• Bisa mengembangkan materi dengan menggunakan potensi lingkungan
• Bisa memberikan tugas dan evaluasi dengan alat ukur yang mengungkapkan potensi siswa
4. Fungsi dan pentingnya pengelolaan kelas

a.Pentingnya pengelolaan kelas


1.Memberi kepuasan tersendiri pada guru
2.Meningkatkan motivasi belajar pada anak
3.Meningkatkan dan mengembangkan potensi siswa dengan terukur
4.Masalah yang biasa ditemui?
5.Keterbatasan waktu
6.Banyaknya materi dan mata pelajaran
7.Banyaknya siswa
8.Persiapan Ujian Akhir (Nasional dan Sekolah)
b.Fungsi Pengelolan kelas :

5.Peranan Guru dalam Pengelolaan kelas


a. Peranan guru dalam pengelolaan kelas adalah
(1) memelihara lingkungan fisik kelas
(2) mengarahkan/membimbing proses intelektual dan sosial siswa di dalam kelas dan
(3) mampu memimpin kegiatan pembelajaran yang efisien dan efektif.
Sedangkan tugas-tugas guru dalam mengelola kelas adalah (
1) sebagai manajer
(2) sebagai pendidik dan
(3) sebagai pengajar.
b. Mengatasi masalah Pengeloalan kelas.
Dalam mengelola kelas sering ditemui kendala-kendala yang dapat menghambat terjadinya
proses pembelajaran yang efisien dan efektif. Kendala ini bisa datang dari guru, bisa juga dari
siswa dan bisa juga dari faktor lingkungan.
c. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif selain menerapkan prinsip-prinsip
pengelola juga kiat-kiat untuk mengatasi kendala tersebut yaitu :
(1) guru tidak boleh campur tangan yang berlebihan terhadap siswa
(2) guru jangan sampai kehilangan konsentrasi yang dapat menimbulkan kesenyapan atau
pembicaraan terhenti dengan tiba-tiba.
(3) hindari ketidaktepatan menandai dan mengakhiri suatu kegiatan artinya guru harus tepat
waktu
(4) guru harus dapat mengelola waktu, baru hal ini dapat menimbulkan penyimpangan yang
berkaitan dengan disiplin diri siswa dan
(5) berilah penjelasan yang jelas, sederhana, sistematis dan tidak bertele-tele atau mengulang-
ulang penjelasan karena dapat menimbulkan kebosanan.

6. Pengelompokan Masalah dalam Pengelolaan kelas


Masalah pergelolaan kelas dapat di kelompokkan menjadi 3 kategori yaitu masalah individual
dan masalah kelompok serta masalah berorganisasi. Tindakan pengelolaan kelas seorang guru
akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang sedang
dihadapi, dan dapat memilih strategi penanggulangannya dengan tepat pula.

1. Masalah Individu/Perorangan :
• Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).
• Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan)
• Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam).
• Helplessness (peragaan ketidakmampuan).
Keempat masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau
perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat
merugikan orang lain atau kelompok.

Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassell (Noorhadi,1985:5), mengemukakan bahwa semua tingkah
taku individual merupakan upaya pencapaian tujuan pemenuhan kebutuhan untuk diterima
kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga diri. Akibat tidak terpenuhinya kebutuhan,
kemungkinan akan terjadi beberapa tindakan siswa yang dapat digolongkan menjadi:
1.Tingkah-Iaku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain (attention getting behavior),
misalnya membadut di dalam kelas (aktif), atau dengan berbuat serba lamban sehingga perlu
mendapat pertolongan ekstra (pasif).
2. Tingkah-Iaku yang ingin merujukan kekuatan (power seeking behaviours), misalnya selalu
mendebat atau kehilangan kendali emosional, seperti marah-marah, menangis atau selalu
"Iupa" pada aturan penting di kelas (pasif).
3. Tingkah-Iaku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behaviors), misalnya
menyakiti orang lain seperti mengata-ngatai, memukul, menggigit dan sebagainya (kelompok
ini nampaknya kebanyakan dalam bentuk aktif atau pasif).

4. Peragaan ketidakmampuan (displaying indequacy) yaitu dalam bentuk sama sekali menolak
untuk mencoba melakukan apapun karena yakin bahwa hanya kegagalanlah yang menjadi
bagiannya.
Keempat tindakan yang dilakukan individu tersebut di atas dapat diistilahkan menjadi:
- Pola aktif yang konstruktif
- Pola aktif yang distruktif
- Pola pasif yang konstruktif
- Pola pasif yang distruktif

2. Masalah Kelompok :
• Kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dsb.
• Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya.
• Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya.
• “Membombong” anggota kelas yang melanggar norma kelompok.
• Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.
• Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas
yang diberikan kurang fair. Kelas kurang mampu menyesuakan diri dengan keadaan baru.
Masalah ini merupakan yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas. Masalah kelompok
akan muncul apabila tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan kelompok, kelas frustasi atau
lemas dan akhirnya siswa menjadi anggota kelompok bersifat pasif, acuh, tidak puas dan
belajarnya terganggu. Apabila kebutuhan kelompok ini terpenuhi, anggotanya akan aktif, puas,
bergairah dan belajar dengan baik.

Lois V Johnson dan Mary A Bany mengemukakan ciri-ciri kelompok dalam kelas:
a. Kesatuan kelompok
Kesatuan kelompok memegang peranan penting dalam mempengaruhi anggota-anggotanya
bertingkah laku.
b. Interaksi dan komunikasi
Interaksi terjadi dalam komunikasi, kalau beberapa orang anggota mempunyai pendapat
tertentu, maka terjadilah komunikasi dalam kelompok dan diteruskan dengan interaksi
membahas, pendapat tersebut, yang sering disertai dengan emosi yang mempekuat interaksi.
c. Struktur kelompok
Struktur informal dalam kelompok dapat mempengaruhi struktur formal, bila selalu
ditempatkan pada posisi yang tinggi hal ini dapat merusak keakraban kelompok.
d. Tujuan-tujuan kelompok.
Apabila tujuan-tujuan kelompok ditentukan bersama oleh siswa dalam hubungan dengan
tujuan pendidikan maka anggota-anggota kelompok akan bekerja lebih produktif
menyelesaikan tugasnya. Dengan kata lain siswa akan bekerja dengan baik apabila hal itu
berhubungan dengan tujuan-tujuan mereka.
e. Kontrol
Hukum-hukum yang diciptakan bersama bagi siswa yang melanggar, mungkin dapat
memperkecil pelanggaran, akan tetapi beberapa soal tetap atau tidak tetap akan tidak dapat
belajar dengan baik, hal ini merupakan masalah baru.
f. Iklim Ke!ompok
Iklim Kelompok adalah hasil dari aspek-aspek yang saling berhubungan dalam kelompok.
Iklim kelompok ditentukan oleh tingkah keakraban kelompok, sebagai hasil dari aspek-aspek
tersebut di atas.

3. Masalah organisasi
Sekolah sebagai organisasi sosial dan sebagai sub sistem dari sistem sosial yang lebih luas
termasuk sistem persekolahan nasional. Pengaruh organisasi sekolah dipandang cukup
menentukan dalam pengarahan perilaku siswa. Dengan kata lain guru dan siswa dipengaruhi
oleh organisasi sekolah secara keseluruhan, termasuk cara pengelompokan, kurikulum,
rencana fisik, peraturan-peraturan, nilai sikap dan tindakan.
Kebijaksanaan dan peraturan sekolah memberi refleksi kepada sikap nilai, organisasi, tujuan
dan perilaku siswa dalam kelas. Dengan kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan
dikomunikasikan kepada seluruh siswa secara terbuka, maka akan menyebabkan tertanam
pada diri setiap siswa kebiasaan yang baik dan keteraturan tingkah laku.
Adapun kegiatan-kegiatan rutin yang sudah diatur tersebut antara lain berupa:
1. Penggantian pelajaran, hal rutin semacam ini hendaknya diatur secara tertib.
2. Guru yang berhalangan hadir oleh satu atau lain hal maka siswa harus sudah mengetahui
cara mengatasinya.
3. Masalah antara siswa, dapat dipecahkan bersama-sama dengan guru (wakil kelas/ketua
kelas/ketua OSIS).
4. Upacara bendera
5. Dan kegiatan lainnya yang harus diatur secara jelas tidak kaku dan harus fleksibel.

B. PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN KELAS

Ketepatan tindakan pengelolaan kelas, dapat dilakukan apabila cara kerja guru dalam
pengelola kelas didasari kerangka acuan pendekatan pengelolaan kelas. Selanjutnya, dalam
menetapkan pendekatan apa yang akan digunakan hendaknva mempertimbangkan manfaat
dan kesesuaian atau kecocokan pendekatan tersebut dengan hakekat masalah yang
ditanggulangi. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya memahami dan mempunyai berbagai
pendekatan pengelolaan kelas serta memahami kondisi psikologis para siswa yang
dihadapinya.

Hal lain yang perlu dimiliki seorang guru adalah sikap profesional dalam pengelolaan kelas.
Artinya bahwa walaupun guru sudah yakin atas pilihan pendekatan pengelolaan kelas yang
akan digunakannya, tetapi pada kenyataannya hal itu tidak memberikan hasil yang diharapkan,
maka ia hendaknya mampu mengadakan analisis ulang terhadap keadaan atau situasi yang ada
sehingga dapat menetapkan altematif pendekatan yang lainnya dan seterusnya. Hal tersebut
jelas membedakan sikap seorang profesional dengan seorang tukang atau "pekerja", dimana
seorang tukang menggantungkan diri pada resep-resep atau petunjuk-petunjuk sehingga ia
bingung apabila resep atau petunjuk atau teori/dalil yang digunakannya tidak memberikan
hasil yang diharapkan.

Berbagai pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan kelas, antara lain sebagai berikut :
1. Pendekatan dengan penerapan sejumlah "Iarangan dan anjuran" .
Pendekatan ini pada pelaksanaannya hampir sama dengan pendekatan otoriter dan pendekatan
permisif, karena dalam penerapannya akan muncul bentuk:
a. penghukuman atau pengancaman
b. penguasaan atau penekanan
c. pengalihan atau pemasabodohan

Ketiga bentuk tersebut akan memungkinkan muncul perilaku siswa yang tidak diharapkan
seperti tingkah laku negatif, kekerasan, pura-pura patuh, menurunnya semangat siswa atau
sikap mencari kambing hitam.
Coba Anda kaji contoh berikut ini, mana yang termasuk bentuk penghukuman, penekanan atau
pemasabodohan.
a. "Jika kamu tidak memperbaiki tingkah lakumu, maka saya akan memanggil orang tuamu".
b. "Jika kalian terus begitu, sekarang terserah kalian, apakah akan meneruskan tugas atau
bubar saja".
c. "Karena kalian begitu, maka setiap pelajaran dari saya, maka kau Amir, Hasan dan Agus
duduk di kantor dan menulis satu buku penuh, saya akan memperbaiki kelakuan saya".

Pendekatan ini dianggap kurang efektif karena pendekatan ini bagi guru bersikap reaktif.
Hanya terbatas pada masalah-masalah yang muncul secara insidental saat itu, kurang
mengarah pada pemecahan masalah yang bersifat jangka panjang (yang akan datang), bersikap
absolut (mutlak) dan tidak membuka peluang bagi pengambilan tindakan-tindakan yang lebih
luwes dan kreatif.

Semboyan dari pendekatan ini adalah "Jika terjadi masalah ini lakukanlah itu atau itu".
Apabila pendekatan ini dilakukan maka ada beberapa tindakan guru yang perlu diperhatikan al
:
o Jangan menegur siswa dihadapan kawan-kawannya
o Apabila memberikan peringatan pada siswa hendaknya tidak menggunakan suara tinggi
o Bersikap tegas dan adil terhadap semua siswa
o Jangan pilih kasih
o Sebelum menghukum siswa, terlebih dahulu buktikan bahwa siswa itu bersalah
o Patuhiah pada aturan-aturan yang sudah Anda terapkan.

2. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku (Behavior Modification)

Pendekatan ini bertolak dari psikologi Behavioristik. Yang menganggap bahwa semua tingkah
laku merupakan hasil belajar. Dan juga berdasarkan prinsip psikologi bahwa setiap individu
perlu diperhitungkan dalam proses pembelajaran. Prinsip psikologi tersebut adalah, meliputi:
1. Tindakan penguatan positif, yaitu memberikan stimulus positif, berupa ganjaran atau pujian
terhadap perilaku atau hasil yang memang diharapkan, misalnya berupa ungkapan seperti
"Nah seperti ini kalau mengerjakan tugas, tulisannya rapi mudah dibaca". Jenis-jenis
penguatan positif itu ada yang:
a. Penguatan primer (dasar) yaitu penguatan-penguatan yang tidak dipelajari dan selalu
diperlukan untuk berlangsungnya hidup, seperti, makanan, air,udara yang segar dan
sebagainya. Suasana seperti ini dapat membentuk perilaku siswa yang baik dan betah di dalam
kelas.
b. Penguatan sekunder bersyarat yang menjadi penguat sebagai hasil proses belajar atau
dipelajari, seperti diperhatikan, pujian (penguat sosial), nilai angka, rangking (penguatan
simbolik), kegiatan atau permainan yang disenangi siswa (penguatan bentuk kegiatan).

1. Ditinjau dari segi waktu, penguatan positif bisa diberikan secara:


a. Terus menerus pada setiap kali terjadi perbuatan baik atau yang diharapkan
b. Tenggang waktu atau berkala, yaitu setelah jangka jam pelajaran dimulai, atau setiap
"sekian" kali perbuatan.
Ada dua macam penjadwalan dalam panguatan berkala yaitu:
c. Penjadwalan interval yaitu pemberian penguatan siswa setiap jangka waktu tertentu.
Misalnya setiap satu jam, seperti gambar berikut:
Keterangan :
0 = pemberian penguatan
+ = tingkah laku yang dimaksud
d. Penjadwalan rasio
Pada umumnya, penjadwalan interval lebih efektif untuk "Mempertahankan" tingkah laku
yang dimaksud terus menerus terjadi. Dan penjadwalan rasio lebih efektif untuk
"Meningkatkan frekuensi penampilan tingkah laku yang dimaksud" .

Yang perlu diperhatikan guru juga adalah bahwa makna suatu penguat bersifat "Unik" artinya
sangat tergantung pada si pemberi dan si penerima penguat tersebut. Apa yang oleh seorang
siswa dianggap sebagai penguat, bagi siswa lain belum tentu diterima demikian. Dalam hal ini,
pemahaman guru terhadap kondisi psikologis siswa akan sangat membantu.

Ada tiga cara yang dikenal dalam upaya pemilihan dan penerapan tindakan penguat, yaitu:
o Memperhatikan gelagat/tanda-tanda atau petunjuk khusus dengan cara mengamati hal-hal
apa yang ingin dilakukan oleh siswa.
o Memperhatikan petunjuk-petunjuk tambahan dengan mengamati apa yang terjadi setelah
siswa menampilkan perilaku tertentu. Dalam hal ini guru mencoba menetapkan tindakan dan
perilaku apa yang dilakukan guru dan teman-teman siswa itu yang tampaknya menguatkan
perilaku siswa yang bersangkutan.
o Memperoleh petunjuk-petunjuk tambahan dengan cara langsung bertanya kepada siswa yang
bersangkutan apa yang ingin dimilikinya, dan untuk apa untuk siapa biasanya siswa itu
melakukan sesuatu yang berarti.

2. Tindakan penghukuman, yaitu suatu penampilan perangsang yang tidak diinginkan atau
tidak disukai, dengan harapan menurunkan frekuensi pemunculan tingkah laku yang tidak
dikehendaki. Tindakan hukuman dalam pergelolaan kelas masih bersifat kontroversial
(dipertentangkan). Sebagian menganggap bahwa hukuman merupakan alat yang efektif untuk
dengan segera menghentikan tingkah laku yang tidak dikehendaki, sekaligus merupakan
contoh "yang tidak dikehendaki" bagi siswa lain. Sebagian lain melihat bahwa akibat
sampingan dari hubungan pribadi antara guru (yang menghukum) dan siswa (terhukum)
menjadi terganggu, atau siswa yang dihukum menjadi "Pahlawan" di mats teman-temannya.

3. Tindakan penghilangan, yaitu tidak memberikan ganjaran yang diharapkan seperti yang lalu
(menahan pemberian penguatan positif), atau pembatalan pemberian ganjaran yang
sebenarnya diharapkan siswa. Contoh: Didi yang waktu sebelumnva mendapat pujian alas
hasil pekerjaannya baik dan rapi yang diserahkan kepada Pak Umar, pada waktu penyerahan
pekerjaan berikutnya dengan hasil yang sama, Pak Umar menerima dan memeriksa tanpa
memberi pujian.
4. Tindakan penguatan negatif, yaitu meniadakan perangsang yang tidak menyenangkan atau
tidak disukai. Atau dengan kala lain menghilangkan hukuman. Contoh : Wawan yang waktu
sebelumnya dimarahi Pak guru karena pekerjaannya tidak benar dan tidak rapi, pada
pengumpulan tugas berikutnya Pak guru tidak memarahinya lagi.

Harapan dari tindakan-tindakan tersebut dapat menghentikan atau mengurangi perilaku-


perilaku yang tidak dikehendaki serta dapat meneruskan atau meningkatkan perilaku-perilaku
yang dikehendaki. Seperti digambarkan pada contoh-contoh di atas, guru dapat menumbuhkan
perilaku-perilaku yang dikehendaki pada diri siswa melalui penerapan penguatan positif dan
penguatan negatif. Dan guru mengurangi perilaku siswa yang tidak dikehendaki melalui
penerapan penghukuman dan penghilangan.
Berdasarkan uraian di alas dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan perubahan tingkah
laku (behavior modivication) mengandung prinsip.
Mengabaikan persetujuan atas tingkah laku yang tidak diinginkan, menunjukan persetujuan
atas tingkah laku yang diinginkan, itu sangat efektif menumbuhkan tingkah laku yang baik
pada siswa.

Menunjukan persetujuan atas tingkah laku yang baik merupakan kunci pengelolaan kelas yang
efektif. Untuk lebih jelasnya, coba Anda perhatikan diagram prinsip penguatan tingkah laku :
3. Pendekatan Iklim Sosioemosional (Sosio-Emotional Climate)
Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa:
1. Proses pembelajaran yang efektif mempersyaratkan adanya iklim sosioemosional yang baik
artinya suasana hubungan interpesonal yang baik antara guru dan siswa serta antara siswa
dengan siswa

2. Guru menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya iklim sosioemosional yang baik itu.
Oleh karena itu, pendekatan ini berkeyakinan bahwa suasana atau iklim kelas yang baik
berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar. Hubungan guru dengan siswa yang penuh
simpati dan saling menerima merupakan kunci pelaksanaan dari pendekatan ini. Dengan
demikian, pendekatan ini menekankan pentingnya tingkah laku atau tindakan guru yang
menyebabkan siswa memandang guru itu benar-benar terlibat dalam pembinaan siswa dan
memperhatikan apa yang dialami siswa balk suka maupun duka. Implikasi dari pendekatan ini
adalah bahwa siswa bukan semata-mata sebagai individu yang sedang mempelajari pelajaran
tertentu, tetapi dipandang sebagai keseluruhan pribadi yang sedang berkembang. Upaya-upaya
yang dapat dilakukan guru dalam penerapkan pendekatan ini antara lain:

a. Membantu setiap anak untuk menyadari dan menerima dirinya masing-masing (Ke "diri"
annya).
b. Menyiapkan masing-masing anak untuk memberi kontribusi (sumbangan) kepada
bermacam-macam antivitas di kelas.
c. Menyadari siswa untuk menerima dan mengerti perbedaan-perbedaan individual (masing-
masing siswa)
d. Membuat rencana kerja sehingga kemampuannya masing-masing anak dalam kelas
bermanfaat.

Susunan yang tercipta, hubungan interpersonal dan iklim sosioemosonal dapat dilihat diagram
berikut ini:
DIAGRAM HUBUNGAN INTERPERSONAL

Tiga jenis sikap guru sebagaimana tercantum pada diagram merupakan dasar yang dapat
menumbuhkembangkan hubungan interpersonal antara guru dengan guru, guru dengan siswa,
dan siswa dengan siswa. Sikap-sikap tersebut dapat dijabarkan menjadi tindakan-tindakan
guru, sebagai berikut:

1. Guru berusaha menyusun program kelas dan pelaksanaannya yang didasari oleh hubungan
manusiawi yang diwarnai oleh sikap saling menghargai dan saling menghormati antar
personal di kelas.
2. Setiap siswa diberi kesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan kelas sesuai dengan
kemampuan masing-masing, sehingga timbul suasana sosial dan emosional yang
menyenangkan pada setiap siswa dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-
masing.
3. Bersikap terbuka untuk bersedia mendengar pendapat, saran, gagasan dan lain-lain dari
siswa sehingga pengelolaan kelas berlangsung dinamis.
4. Menjalin hubungan yang harmonis dan manusiawi yang penuh saling pengertian, saling
menghormati dan saling menghargai antara sesama guru.

4. Pendekatan Proses Kelompok (Group Proses)


Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa:

1. Pengalaman belajar di sekolah berlangsung dalam suasana kelompok, yaitu kelompok kelas.

2. Tugas guru yang terutama dalam pengelolaan kelas adalah membina dan memelihara
kelompok yang efektif dan produktif.

Berdasarkan asumsi tersebut, maka susunan atau pengelolaan kelas dengan pendekatan ini
memiliki ciri sistem sosial sebagaimana dijumpai di luar sekolah, tentu saja dengan aktivitas
mengarah pada perilaku atau tujuan yang dikehendaki. Lois V. Johnson dan Mary A. Bany
(1970) dalam (Noorhadi 1985:27) mengemukakan bahwa kelompok sosial mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut.
a. multi personal dengan tingkat keakraban tertentu;
b. suatu sistem interaksi;
c. suatu organisasi atau struktur;
d. suatu motif tertentu atau mempunyai tujuan bersama;
e. suatu kekuatan atau standar tingkah laku tertentu; dan
f. mempunyai pola tingkah laku yang dapat diobservasi yang merupakan kepribadian suatu
kelompok.

Johnson dan Bany (1970) dalam (Noorhadi, 1985:28) mengemukakan hal-hal yang berkaitan
dengan proses kelompok.
a. Keakraban, yaitu sifat saling tertarik atau saling membutuhkan antara sesama
siswa/anggota sehingga mereka menjadi suatu ikatan.
b. Solidaritas, yaitu kesatuan dan persetujuan yang komplit dalam segi-segi tujuan, pendapat,
minat, dan perasaan kelompok yang memiliki solidaritas mampu mencegah timbulnya
ancaman dari luar yang dapat memecah belah kelompoknya.
c. Loyalitas, yaitu keinginan para anggotanya terhadap kelompok itu sendiri. Nampak dalam
bentuk-bentuk norma atau nilai sosial yang diidentifikasi oleh kelompok. Norma dan nilai
sosial ini diwujudkan bila anggotanya mendapat suatu ancaman dan bencana dan berusaha
untuk mempertahankan dirinya.
d. Moral yang dianut untuk menciptakan keakraban tidak hanya perasaan bersatu tetapi
merupakan kualitas yang tersembunyi yang membuat kelompok gigih mempertahankan diri
dalam menghadapi kesulitan.
e. Kepuasaan, yaitu kondisi yang memberi pengaruh kepada anggota-anggotanya
menyebabkan mereka bekerja secara harmonis bersama-sama terutama dalam menghadapi
kesulitan.
f. Iklim, yaitu kondisi yang dirasakan dalam kelompok, iklim ini berkaitan dengan kondisi
tegang, sepi, tenang, balk. hangat, persahabatan, dan sebagainya.

Dari pendapat Johnson & Bany di atas dapat disimpulkan bahwa kesatuan kelompok yaitu:
a. keakraban kelompok, bergantung kepada tingkat saling menerima dan menyenangi antara
anggota dalam kelompok, dan
b. kesatuan bersumber dart rasa memiliki. Karena itu guru harus berupaya agar anggota/siswa
diterima dan disukai oleh teman-temannya dalam kelas.
c. kesatuan dan kerjasama kelompok dipengaruhi oleh adanya kepuasan kebutuhan yang
dimanifestasikan dalam bentuk pengakuan kelompok dan antar hubungan siswa yang
harmonis.

Schmuck dalam (Noorhadi, 1985 : 28) mengemukakan enam unsur yang berkenaan dengan
pengelolaan kelas melalui pendekatan proses kelompok, yaitu:
a. Harapan, adalah prestasi yang ada pada guru dan siswa berkenaan dengan hubungan
mereka. Harapan merupakan ramalan tentang apa yang diperbuat oleh diri sendiri dan orang
lain dalam sating berhubungan itu. Dengan demikian harapan yang menyangkut bagaimana
anggota-anggota kelompok akan berperilaku akan amat berpengaruh terhadap bagaimana guru
dan siswa akan berperilaku dalam saling berhubungan. Satu kelompok kelas yang efektif akan
terjadi apabila harapan yang berkembang pada diri guru dan siswa adalah tepat, realistik, dan
jelas dimengerti oleh guru dan siswa. Perilaku guru menampakkan harapan-harapan yang
berkenaan dengan perilaku siswa, dan dengan demikian siswa akan berperilaku sesuai dengan
harapan guru itu.
b. Kepemimpinan dalam hal ini diartikan sebagai perilaku yang mendorong kelompok
bergerak ke arah pencapaian tujuan. Dengan demikian perilaku kepemimpinan tidak dapat
dipisahkan dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh anggota dalam:
• membantu menumbuhkan norma kelompok;
• menggerakan kelompok mendekati pencapaian tujuan;
• meningkatkan mutu interaksi antar anggota ketompok; dan
• mengembangkan kerataan hubungan dalam kelompok.
Guru yang efektif adalah guru yang mampu menciptakan iklim dimana siswa mewujudkan
fungsi-fungsi kepemimpinan sehingga semua anggota kelompok merasakan bahwa mereka
memliki kekuatan dan harga diri untuk melaksanakan tugas-tugas akademik dan tugastugas
lain yang dibebankan kepada mereka.
c. Kemenarikkan, adalah berkaitan dengan pola keakraban yang terdapat dalam kelompok
kelas. Kemenarikkan juga dapat diartikan sebagai tingkat hubungan persahabatan di antara
anggota kelompok kelas. Tingkat kemenarikkan ini tergantung kepada sampai sejauh
hubungan interpersonal yang positif di antara anggota kelompok kelas, misalnya bagaimana
guru berusaha untuk meningkatkan sikap menerima dari pacta anggota kelas terhadap
kehadiran siswa/anggota baru yang selama ini mereka menolak.
d. Norma merupakan suatu pedoman tentang cara berpikir, cara berperilaku, dan rasa yang
diakui bersama oleh anggota kelompok. Hubungan interpersonal sangat dipengaruhi oleh
norma ini, sebab norma memberikan pedoman tentang apa yang dapat diharapkan dari orang
lain dan yang harus dilakukan terhadap orang lain. Kelompok kelas yang efektif ditandai
norma yang produktif. Dalam hal ini tugas guru adalah membantu kelompok untuk
mengembangkan, menerima dan mempertahankan normanorma kelompok yang produktif.
Metode disukai kelompok yang produktif dapat mengubah norma-norma yang tidak produktif.
e. Komunikasi, merupakan dialog antar anggota kelompok baik melalui komunikasi verbal
maupun non verbal. Komunikasi memungkinkan terciptanya interaksi yang bermakna di
antara anggota kelompok dan memungkinkan terciptanya proses kelompok. Komunikasi yang
efektif ditandai dengan penafsiran secara benar dan tepat proses yang disampaikan, dengan
demikian tugas guru adalah mempunyai arah ganda, artinya guru bertugas membuka seluruh
komunikasi yang memungkinkan siswa secara bebas mengemukakan pikiran dan perasaannya,
di samping itu juga menarik pikiran dan perasaan yang mereka komunikasikan kepada guru.
Sebagai tambahan, guru perlu juga membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan
khusus berkomunikasi, seperti membuat paraphase dan mengemukakan balikan.
f. Keeratan berkaitan dengan rasa kebersamaan yang dipunyai kelompok kelas, atau
merupakan jumlah keseluruhan dari rasa yang dipunyai oleh semua anggota kelompok
terhadap kelompok itu. Keeratan ini menekankan hubungan individu terhadap kelompok
secara keseluruhan, bukan terhadap individu-individu lain di dalam kelompok, keeratan
dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini:
-besar kecilnya minat terhadap tugas-tugas kelompok;
-sejauh mana sikap saling menyukai terhadap sesama anggotanya; dan
-sejauh mana kelompok memberikan prestasi tertentu kepada anggotanya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas dengan pendekatan
proses kelompok adalah sebagai berikut :
a. Guru hendaknya mampu membentuk dan memelihara kelompok kelas maupun kelompok
keciI , yang efektif dan produktif.
b. Kelompok efektif dan produktif dapat terjadi apabila dalam kelompok tersebut memiliki
harapan, kepemimpinan, keterkaitan, suasana iklim, baik fisik (tempat, udara dan sebagainya)
maupun non fisik (solidaritas, loyalitas, kepuasan, keakraban), norma aturan dan komunikasi.
c. Guru tanggap dan mampu merubah kelompok yang tidak efektif dan tidak produktif.

5. Pendekatan Elektis (Electic approach)

Pendekatan ini menekankan pada potensialitas, kreativitas dan inisiatif guru dalarn memilih
berbagai pendekatan dalam satu situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan elektis
memungkinkan digunakannya dua atau lebih pendekatan dalam satu situasi pembelajaran.
Penggunaan pendekatan ini menuntut pula kemampuan guru untuk berimprovisasi dalam
menghadapi masalah yang dihadapi siswa. Guru tidak hanya terpaku pada penerapan salah
satu pendekatan dalam perbaikan tingkah laku siswa, tetapi dalam melaksanakan tugasnya
hendaknya mampu menerapkan pendekatan-pendekatan tersebut secara bersamaan dua atau
tiga pendekatan.

C. PROSEDUR PENGELOLAAN KELAS

Pengelolaan kelas merupakan suatu tindakan yang menunjukan kepada kegiatan-kegiatan yang
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar-
mengajar. Tindakan optimal yang dilakukan guru dalam melakukan kegiatan pengelolaan
kelas bukanlah tindakan yang imaginatif semata-mata akan tetapi memerlukan kegiatan yang
sistematik berdasarkan langkah-Iangkah bagaimana seharusnya kegiatan itu dilakukan. Jadi
prosedur pengelolaan kelas merupakan langkah-Iangkah bagaimana kegiatan pengelolaan
kelas dilakukan untuk terciptanya kondisi belajar yang optimal serta rnempetahankan kondisi
tersebut agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efesien.

Langkah kegiatan pengelolaan kelas mengacu kepada tindakan pencegahan (preventif) dengan
tujuan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang menguntungkan, dan tindakan
korektif yang merupakan tindakan koreksi terhadap tingkah laku menyimpang yang dapat
mengganggu kondisi optimal dari proses belajar mengajar yang sedang berlangsung melalui
pengambilan tindakan pada saat terjadinya gangguan terhadap kondisi optimal balajar
mengajar (dimensi tindakan), dan pengambilan tindakan terhadap tingkah laku yang
menyimpang yang telah terlanjur agar penyimpangan tersebut tidak menjadi berlarut-Iarut
(tindakan kuratif).

Atas dasar tindakan dalam kegiatan pengelolaan kelas dapat dikelompokkan dalam dua
tindakan, yaitu:

Dimensi pencegahan (preventif) , merupakan tindakan dalam mengatur siswa dan peralatan
serta format belajar mengajar yang tepat sehingga menimbulkan kondisi yang menguntungkan
bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar. Prosedurnya dalam hal ini berupa langkah-
Iangkah yang harus direncanakan guru untuk menciptakan suatu struktur kondisi yang
fleksibel baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Prosedur tindakan pencegahan ini
diarahkan pada pelayanan perkembangan tuntutan dan kebutuhan siswa baik secara individual
maupun kelompok-kelompok dapat berupa kegiatan contoh-contoh ataupun berupa informasi.

Dimensi kuratif, merupakan tindakan tingkah laku yang menyimpang yang sudah terlanjur
terjadi agar penyimpangan itu tidak berlarut-Iarut. Dalam hal ini guru berusaha untuk
menimbulkan kesadaran akan penyimpangan yang dibuat akhirnya akan menimbulkan
kesadaran dan tanggung jawab untuk memperbaiki diri sendiri melalui kegiatan-kegiatan yang
direncanakan dan dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan dua tindakan dalam kegiatan
pengelolaan kelas, maka prosedur pengelolaan kelas yang dapat dilakukan berkaitan dengan
kedua tindakan tersebut, yaitu prosedur dimensi pencegahan/preventif dan prosedur dimensi
kuratif.

Langkah-Iangkah yang harus ditempuh dalam pengelolaan pencegahan adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan kesadaran diri sebagai guru


Sikap guru terhadap kegiatan profesinya akan banyak mempengaruhi terciptanya kondisi
belajar mengajar atau menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya belajar.
Oleh karena itu, langkah utama dan pertama yang strategis dan mendasar dalam kegiatan
pengelolaan kelas adalah "peningkatan kesadaran diri" sebagai guru. Apabila seorang guru
sadar akan profesinya sebagai guru pada gilirannya akan meningkatkan rasa tanggung jawab
dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar bagi guru dalam melaksanakan tugasnya.

Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru akan tampak dalam sikap guru yang demokratis
tidak otoriter, menunjukan kepribadian yang stabil, harmonis serta berwibawa. Sikap demikian
pada akhirnya akan menumbuhkan atau menghasilkan reaksi serta respon yang positif dari
siswa.

2. Peningkatan kesadaran siswa


Meningkatkan kesadaran diri sebagai guru tidak akan ada artinya tanpa diikuti meningkatnya
kesadaran siswa sebab apabila siswa tidak atau kurang memiliki kesadaran terhadap dirinya
tidak akan terjadi interaksi yang positif dengan guru dalam setiap kegiatan belajar mengajar.
Pada akhimya dapat mengganggu kondisi optimal dalam rangka belajar mengajar. Kurangnya
kesadaran siswa terhadap dirinya ditandai dengan sikap yang mudah marah, mudah
tersinggung, mudah kecewa, dan sikap tersebut akan memungkinkan siswa melakukan
tindakan-tindakan yang kurang terpuji.

Untuk menanggulangi atau mencegah munculnya sikap negatif tersebut guru harus berupaya
meningkatkan kesadaran siswa melalui tindakan sebagai berikut:
a. Memberitahukan kepada siswa tentang hak dan kewajiban siswa sebagai anggota kelas.
b. Memperhatikan kebutuhan dan keinginan siswa.
c. Menciptakan suasana adanya saling pengertian yang baik antara guru dan siswa.

3. Sikap Polos dan Tulus dari Guru


Guru dituntut untuk bersikap polos dan tulus, artinya guru dalam tindakan dan sikap
keseharian selalu "apa adanya" tidak berpura-pura. Tindakan dan sikap demikian akan
merupakan rangsangan positif bagi siswa dan siswa akan memberikan respon atau reaksi
positif. Penciptaan suasana sosioemosional di dalam kelas akan banyak dipengaruhi oleh polos
tidaknya dan tulus tidaknya sikap guru yang pada gilirannya akan berpengaruh penciptaan
kondisi lingkungan yang optimal dalam rangka proses belajar mengajar.

4. Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan


Langkah ini mengharuskan guru agar mampu:
a. Mengidentifikasi berbagai penyimpangan tingkah laku siswa yang bersifat individual atau
kelompok. Termasuk di dalamnya penyimpangan yang sengaja dilakukan siswa hanya sekedar
untuk menarik perhatian guru atau teman-temannya.

b. Mengenal berbagai pendekatan dan pengelolaan kelas dan menggunakan sesuai dengan
situasi atau menggantinya dengan pendekatan lain yang telah dipilihnya apabila pilihan
pertama mengalami kegagalan.

c. Mempelajari pengalaman guru-guru lainnya baik yang gagal atau berhasil sehingga dirinya
mempunyai alternatif yang bervariasi dalam berbagai problem pengelolaan.

5. Menciptakan "kontrak sosial"


Kontrak sosial pada dasarnya berkaitan dengan "standar tingkah laku" yang diharapkan dan
memberikan gambaran tentang fasilitas beserta keterbatasannya untuk memenuhi tuntutan dan
kebutuhan sekolah. Dengan kata lain "standar tingkah laku yang memadai dalam situasi
khusus".
Suatu persetujuan umum tentang bagaimana sesuatu dibuat, tindakan sehari-hari yang
bagaimana yang diperbolehkan. Standar tingkah laku ini tidak membatasi kebebasan siswa
akan tetapi merupakan tindakan pengarahan ke arah tingkah laku yang memadai atau yang
diharapkan dalam beberapa situasi.
Standar tingkah laku harus melalui "kontrak sosial" dengan siswa. Dalam arti bahwa aturan
yang berkaitan dengan nilai atau norma yang turun dari atasan (guru/sekolah) tidak timbul dari
bawah akan mengakibatkan aturan tersebut kurang dihormati atau ditaati, sehingga
perumusannya perlu dibicarakan atau disetujui bersama oleh guru dan siswa.

Kebiasaan yang terjadi dewasa ini aturan-aturan sebagai "standar tingkah laku" berasal dari
atas, siswa hanya menerima apa adanya dan tidak punya pilihan lain. Kondisi demikian akan
memungkinkan timbulnya persoalan-persoalan dalam pengelolaan kelas karena siswa tidak
merasa membuat serta memiliki peraturan sekolah yang ada. Kelima langkah tersebut
digambarkan pada diagram sebagai berikut.

DIAGRAM PROSEDUR PENGELOLAAN DIMENSI PENCEGAHAN


Langkah-Iangkah pengelolaan dimensi penyembuhan (kuratif) meliputi hal-hal berikut:

a. Mengidentifikasi masalah;
Pada langkah pertama ini guru melakukan kegiatan untuk mengenal atau mengetahui masalah-
masalah yang timbul dalam kelas. Dari masalah-masalah tersebut guru harus dapat
mengidentifikasi jenis-jenis penyimpangan sekaligus mengetahui siswa yang melakukan
penyimpangan tersebut.

b. Menganalisa masalah;
Pada langkah kedua ini, kegiatan guru adalah berusaha untuk menganalisa penyimpangan
tersebut dan menyimpulkan latar belakang dan sumber dari pada penyimpangan itu. Setelah
diketahui sumber penyimpangan guru kemudian melanjutkan usahanya untuk menentukan
alternatif-alternati penanggulangan atau penyembuhan penyimpangan tersebut.

c. Menilai alternatif-alternatif pemecahan, menilai dan melaksanakan salah satu alternatif


pemecahan;
Pada langkah ketiga ini, kegiatan yang dilakukan adalah memilih alternatif berdasarkan
sejumlah alternatif pemecahan masalah yang telah disusun. Artinya alternatif mana yang
paling tepat untuk menanggulangi penyimpangan tersebut.

d. Melaksanakan alternatif yang telah ditetapkan;


Setelah ditetapkan alternatif yang tepat maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan
alternatif tersebut.

e. Mendapatkan balikan dari hasil pelaksanaan alternatif pemecahan masalah yang dimaksud.
Langkah ini didahului dengan langkah monitoring yaitu kegiatan untuk mendapatkan data
yang merupakan balikan untuk menilai apakah pelaksanaan dari alternatif pemecahan yang
dipilih telah mencapai sasaran sesuai dengan yang direncanakan atau bahkan terjadi
perkembangan baru yang lebih baik, semua ini merupakan dasar untuk melakukan perbaikan
program. Apabila langkah prosedur pengelolaan penyembuhan kuratif ini digambarkan dalam
bentuk diagram, maka akan terlihat sebagai berikut:

DIAGRAM PROSEDUR PENGELOLAAN DIMENSI PENYEMBUHAN (KURATIF)

D. RANCANGAN PROSEDUR PENGELOLAAN KELAS


Guru perlu mengetahui dan mengenal masalah pengelolaan kelas baik dimensi preventif
maupun kuratif serta menguasai prosedur pelaksanaannya. Hal ini merupakan dasar yang
diperlukan untuk menyusun rancangan prosedur lebih rinci pengelolaan kelas. Dengan kata
lain, penyusunan rancangan prosedur pengelolaan kelas harus dilandasi oleh prosedur
pengelolaan baik dimensi preventif maupun kuratif.

Penyusunan rancangan prosedur ini, berarti guru menentukan serangkaian kegiatan tentang
langkah-Iangkah pengelolaan kelas yang disusun secara sistematis berdasarkan pemikiran
yang rasional guna menciptakan kondisi lingkungan yang memberi kemudahan bagi siswa
untuk melakukan kegiatan belajar.

Pengelolaan kelas merupakan langkah kegiatan yang dapat berdimensi preventif dan kuratif
sehingga perencanaan prosedur pengelolaan kelas ke arah dimensi preventif dan dimensi
kuratif yang kesemuanya bermuara atau menuju pada tujuan yang diharapkan, yaitu
terciptanya kondisi serta mempertahankan kondisi optimal yang mendukung terlaksananya
proses belajar mengajar. Untuk jelasnya rancangan prosedur pengelolaan kelas ini dapat
divisualisasikan melalui bagan berikut.

DIAGRAM DIMENSI PREVENTIF DAN KURATIF PENGELOLAAN KELAS


Dalam penyusunan rancangan prosedur pengelolaan kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain:
1. Pemahaman terhadap arti, tujuan dan hakikat pengelolaan kelas.
2. Pemahaman terhadap hakikat siswa yang dihadapinya.
3. Pemahaman terhadap penyimpangan yang dihadapinya.
4. Pemahaman terhadap pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam pengelolaan
kelas.
5. Pemilikan pengetahuan dan keterampilan dalam membuat rancangan prosedur pengelolaan
kelas.

Kelima faktor di atas merupakan hal-hal yang patut dipertimbangkan dalam penyusunan
rancangan prosedur pengelolaan kelas. Atas dasar faktor-faktor yang dikemukakan di atas
dapat divisualisasikan melalui diagram berikut.

DIAGRAM LANGKAH-LANGKAH RANCANGAN PROSEDUR PENGELOLAAN


KELAS

Setelah rancangan prosedur pengelolaan kelas selesai dirumuskan, maka hal yang penting
berikutnya adalah proses pelaksanaan rancangan tersebut. Dalam pelaksanaan proses ini
faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan dan keterampilan dalam melaksanakan rancangan.
2. Sikap, tingkah laku dan kepribadian guru.
3. Kemampuan berinteraksi dengan siswa.

Jadi selama rancangan ini dilaksanakan, fungsi dan peranan guru sangat menentukan. Di
samping itu, guru harus melaksanakan monitoring untuk mengetahui sejauh mana hasil
pemecahan masalah itu dilaksanakan dan ditaati ataukah telah terjadi perkembangan baru.
Hasil monitoring ini dijadikan dasar untuk mendapatkan umpan balik, yaitu untuk menentukan
langkah-Iangkah selanjutnya.

E. PENGELOLAAN DAN PENGATURAN LINGKUNGAN FISIK KELAS

1. Lingkungan Fisik Kelas


Guru harus dapat menciptakan lingkungan kelas yang membantu perkembangan pendidikan
subyek didiknya (siswa). Dengan teknik motivasi yang akurat, guru dapat menciptakan
kontribusi iklim kelas yang sehat. Lingkungan ini hendaknya mencerminkan kepribadian guru
dan perhatian serta penghargaan atas usaha siswanya. Siswa harus dibuat secara terus menerus
memberikan reaksi pada lingkungan, sehingga pengalaman belajar dapat terjadi sesuai dengan
kondisi yang diinginkan.

Langkah-Iangkah praktis yang dapat ditempuh antara lain sebagai berikut :


a) Lingkungan fisik kelas harus bersih dan sehat. Harus ada bukti bahwa keprihatinan guru
tidak hanya terhadap kebersihan kelas akan tetapi juga untuk kesehatan semua siswanya.

b) Kelas adalah tempat anak menghabiskan sebagian besar kegiatan, ahli pendidikan seperti
John Dewey merumuskan agar ruangan kelas itu sedapat mungkin seluas rumah, sehingga
siswa dapat berkembang semaksimal mungkin.

c) Kelas sedapat mungkin harus merupakan suatu tempat yang indah dan menyenangkan.
Dinding kelas harus dibuat hidup dengan proses kerja yang dilakukan oleh siswa, dan dengan
koleksi benda-benda yang menarik dari daerah sekitarnya. Guru harus selalu ingat bahwa
setiap benda yang ada dalam kelas itu menyampaikan pesan dan dapat menjadi butir fokal
kegiatan belajar.

d) Guru membagi dan membuat tanggung jawab latar belakang fisik itu menjadi milik siswa
yang ada di kelas tersebut, dan tidak hanya milik guru. Siswa harus aktif dalam membuat
keputusan mengenai tata pameran, dekorasi dan sebagainya.

e) Banyak hal yang harus dipertimbangkan bila mengorganisasi lingkungan fisik kelas.
Penataan dan dekorasi harus terlihat oleh semua siswa, dan juga harus sering diubah. Setiap
gambar dan dekorasi harus mempunyai maksud tujuan tertentu. Oleh karena itu gambar dan
dekorasi harus diganti apabila tujuan telah tercapai. Lingkungan fisik kelas harus
menyampaikan pesan kepada siswa yang ada di dalam kelas dan harus menyajikan fenomena
yang dinamis.

f) Lingkungan fisik kelas harus mengandung unsur kesehatan. Sebagai tambahan pada semua
hal tersebut di atas, peredaran udara dan cahaya yang memadai sangat diperlukan. Bila sinar
matahari masuk terlalu tajam pada papan tulis atau wajah siswa, atau bila ada tetesan air pada
musim hujan guru harus berusaha sedapat mungkin supaya semuanya itu tidak mengganggu.
Guru harus menyadari adanya hubungan yang erat antara lingkungan fisik kelas, iklim
emosional kelas dan moral seluruh siswa.

2. Pengaturan Tempat Duduk Siswa


Pengaturan tempat duduk paling populer di kebanyakan kelas adalah siswa secara berderet
menghadap ke papan tulis dan guru. Pada umumnya tempat duduk siswa diatur menurut tinggi
pendeknya siswa. Yang tinggi duduk di belakang yang pendek di depan. Pada situasi tertentu
misalnya, jika ada siswa yang tidak dapat melihat jarak jauh atau pendengarannya kurang, atau
jika banyak yang membuat gaduh, siswa tersebut duduk di deretan paling depan tanpa
menghiraukan tinggi badannya.

Tipe pengaturan tempat duduk seperti ini tampaknya sangat baik untuk pengajaran formal.
Semua siswa duduk dalam deretan lurus dengan siswa yang tertinggi duduk di belakang dan
yang terpendek di depan. Papan tulis terletak di muka semua siswa dan guru mengambil posisi
tidak jauh dari papan tulis. Dengan demikian papan tersebut mudah dicapai guru dan dapat
dilihat oleh semua siswa. Jenis pengaturan tempat duduk seperti ini juga memudahkan
bergerak antara deretan dan pengumpulan serta pembagian buku dan bahan lain.

Bila digambarkan maka tipe pengaturan tempat duduk tradisional seperti tersebut di atas
seperti yang dikemukakan Noorhadi 1985:45 adalah sebagai berikut:

Gambar 1 Pengaturan Tempat Duduk pada Umumnya

Jenis pengaturan tempat duduk seperti dijelaskan di atas kadang-kadang mengurangi


kemampuan belajar siswa. Posisi guru membuat dirinya mempuryai otoritas mutlak dan
memberikan pengaruh langsung yang besar kepada siswa akhirnya siswa menjadi terlalu
tergantung. Tidak ada kelompok kerja yang dapat dilakukan. Komunikasi antara siswa sangat
terbatas.

Tipe atau pola pengaturan tempat duduk yang kedua adalah: Pola pengaturan tempat duduk
yang berkelompok. Pola ini mengatur tempat duduk secara berkelompok. Siswa dapat
berkomunikasi dengan mudah satu sama lain dan dapat berpindah dari satu kelompok ke
kelompok lainnya secara tak terbatas. Pola ini lebih mudah bagi siswa untuk bekerja sama dan
menolong satu sama lain sebagai teman sebaya.

Kepemimpinan dan kerja sama merupakan dua unsur yang penting dari hubungan kelas,
sebagai akibat dari pola tempat duduk ini. Bila anak perlu mengerjakan tugas kelompok atau
memecahkan masalah secara bersama-sama, guru diserahkan memakai pola susunan tempat
duduk berkelompok. Tempat duduk dengan pola berkelompok ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2 Tempat Duduk dengan Pola Berkelompok

Pada pola ini guru sebaiknya membatasi besarnya tiap kelompok agar tidak lebih dari enam
anak. Pembatasan ini dapat mencegah adanya siswa yang bersembunyi di belakang teman-
teman lainnya dan tidak berpartisipasi penuh dalam kegiatan kelompok. Kadang-kadang guru
harus memutuskan sendiri susunan kelompok siapa-siapa yang menjadi anggotanya tetapi
pada saat lain siswa juga perlu diberi kesempatan memutuskan sendiri menjadi anggota
kelompok yang sesuai dengan pilihannya.

Setiap kelompok harus ada pemimpinnya, namun sebaiknya kepemimpinan dilakukan secara
bergilir, sehingga setiap siswa sekurang-kurangnya memperoleh kesempatan untuk
memimpin.

Dalam situasi ini, otoritas guru berperan dalam posisi terdesentralisasi. Dia hanya memberi
bimbingan kepada siswa. Pola pengaturan tempat duduk yang ketiga adalah pola pengaturan
tempat duduk formasi tapal kuda. Pada pola ini; posisi guru berada di tengah-tengah siswanya.
Pola semacam ini dapat dipakai jika pelajaran banyak diterapkan diskusi antara siswa dengan
guru seperti ini menggaris bawahi otoritas guru dan sekaligus juga memisahkan guru dari
kelompok. Namun kelompok tetap dalam pengawasan guru bagaikan sinar yang memancar ke
setiap anggota kelompok yang duduk dalam formasi ini.

Hal ini juga memudahkan waktu pengaturan berkonsultasi dan berkomunikasi. Demikian pula
banyak membuang waktu jika pengaturan seperti ini diubah menjadi pola berkelompok. Atau
formasi kelompok kecil. Begitu juga sebaliknya, lebih-Iebih bila kelompok itu harus
berkumpul untuk menyajikan laporan kelompoknya.

Gambar 3 Pengaturan Tempat Duduk dengan Formasi Tapal Kuda

Pola pengaturan keempat adalah pola pengaturan tempat duduk meja bundar dan persegi.
Pengaturan semacam ini juga baik untuk mangajar yang disajikan dengan diskusi. Bentuk
formasinya bisa bulat atau bisa persegi. Berbeda dengan pola tapal kuda, otoritas guru sama
sekali tidak terpusat dan kepemimpinan formal tidak berperan sama sekali. Hakikatnya, dalam
pengaturan seperti ini biasanya tidak ada pemimpin kelompok. Bila ada yang harus direkam
atau didengarkan maka bentuk ini adalah yang paling baik. Seandainya ada satu obyek yang
harus diragakan atau dalam pengajaran olahraga, seni tari pada saat guru memberi contoh
gerakan-gerakan yang diajarkan, maka guru berada di tengah-tengah, sehingga mudah dilihat
dan diberi komentar oleh samua siswa. Selama kegiatan kelas tertentu, baik sekali untuk tidak
membatasi siswa dengan tipe pengaturan tempat duduk yang khusus. Siswa diperbolehkan
dengan siswa siapa saja yang ia pilih dimanapun untuk belajar dengan baik. Di sini perlu
ditekankan bahwa guru harus dapat melihat apa yang terjadi diberbagai lokasi tempat duduk
berada. Pola pengaturan tempat duduk meja bundar dan persegi dapat digambarkan seperti
berikut ini.
Gambar. 4 Pola Pengaturan Tempat Duduk Meja Bundar dan Persegi.
F. PENGELOLAAN DISIPLIN KELAS

1. Pengertian Disiplin Kelas

Perkataan disiplin berasal dari bahasa Yunani "Disciplus" yang artinya murid atau pengikut
seorang guru. Seorang murid atau pengikut harus tunduk kepada peraturan, kepada otoritas
gururya. Karena itu disiplin berarti kesediaan untuk mematuhi ketertiban agar murid dapat
belajar. Adapun menurut kamus umum Bahasa Indonesia, W.J.S Poerwadarminta, istilah
disiplin mengandung pengertian sebagai berikut:

- Latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati lata
tertib di sekolah.
- Ketaatan pada aturan dan lata tertib.

Disiplin adalah rasa tanggung jawab dari pihak murid berdasarkan kematangan rasa sosial
untuk mematuhi segala aturan dan tata tertib di sekolah sehingga dapat belajar dengan baik.
Dan juga disiplin bukan hanya suatu aspek tingkah laku siswa di dalam kelas/sekolah saja,
melainkan juga di dalam kehidupannya di masyarakat sehari-hari.

Dengan demikian anak yang tidak mengenal disiplin akan cenderung menjadi anak
nakal/pembangkang, oleh karena itu pembentukan disiplin adalah sejalan dengan pendidikan
watak. Dengan disiplin dimaksudkan sebagai upaya untuk mengatur atau mengontrol perilaku
anak untuk mencapai tujuan pendidikan karena ada perilaku yang harus dicegah atau dilarang
dan sebaliknya harus dilakukan. Pembentukan disiplin pada saat sekarang bukan sekedar
menjadikan anak agar patuh dan taat pada aturan tata tertib tanpa alasan mau menerima begitu
saja, melainkan sebagai upaya mendisiplinkan diri sendiri (self discipline/self control) artinya
ia berperilaku baik, patuh dan taat pada aturan bukan karena paksaan dari orang lain atau guru
melainkan karena kesadaran dari dirinya. Disiplin bukanlah kepatuhan lahiriah, bukanlah
paksaan, bukanlah ketaatan kepada otoritas gurunya untuk menuruti aturan. Disiplin adalah
suatu sikap batin bukan kepatuhan otomatis untuk melaksanakan yang baik. Seperti di atas
bahwa disiplin merupakan rasa tanggung jawab siswa berdasarkan kematangan sosial untuk
mentaati aturan/tata tertib. Dahulu memang dianggap disiplin dalam kelas itu baik, bila siswa
diam berjam-jam lamanya di bawah pengawasan guru yang bersikap keras. Sekarang ini tidak
lagi diinginkan disiplin demikian, karena siswa pun bertanggung jawab untuk menciptakan
suasana kelas yang baik. Suasana kelas yang baik, tidak tegang, ada kebebasan tetapi ada pula
kerelaan mematuhi peraturan dan tata tertib sekolah.

2. Pendekatan yang Digunakan

a) Pemberian Bimbingan
Guru hendaknya memberikan kesempatan bagi siswa untuk berbuat dan menumbuhkan
gagasan baru/ide-ide baru secara wajar sesuai tingkat kelasnya. Dalam hubungan ini siswa
perlu diberi bimbingan dan penyuluhan untuk memahami dan mengenali diri sendiri. Untuk
itu diperlukan pendekatan dengan siswa dalam situasi yang wajar sehingga memungkinkan
mereka mengembangkan pola-pola tingkah laku yang baik ke arah pembinaan diri sendiri.

b) Evaluasi Pada Diri Pribadi


Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi tingkah lakunya
berdasarkan peraturan tata tertib yang telah ditetapkan. Dengan demikian dapat terwujud
disiplin yang baik dalam kelas yang diidamkan. Disiplin kelas yang baik dimaksudkan untuk
pengendalian dan pengarahan segala perasaan dan tindakan orang dalam suatu kelas untuk
mewujudkan dan memelihara suatu suasana mengajar belajar yang efektif.

3. Teknik-Teknik Membina Disiplin Kelas


a) Teknik Keteladanan Guru
Guru hendaknya memberi contoh teladan sikap dan perilaku yang baik kepada siswanya

b) Teknik Bimbingan Guru


Guru herdaknya senantiasa memberikan bimbingan dan penyuluhan untuk meningkatkan
kedisiplinan para siswanya

c) Teknik Pengawasan Bersama


Disiplin kelas yang baik mengandung pula kesadaran akan tujuan bersama, guru dan siswa
menerimanya sebagai pengendali, sehingga situasi kelas menjadi tertib. Dalam mewujudkan
tujuan bersama beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam pembinaan disiplin kelas :
(1) Mengadakan perencanaan bersama antara guru dengan siswa.
(2) Mengembangkan kepemimpinan dan tanggung jawab pada siswa.
(3) Membina organisasi kelas secara demokratis.
(4) Membiasakan agar siswa dapat berdiri sendiri/mandiri dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya.
(5) Membiasakan siswa untuk berpartisipasi sesuai dengan kemampuannya.
(6) Memberikan dorongan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan.

4. Upaya Menegakkan Disiplin

Upaya untuk menegakkan disiplin di dalam kelas dapat dilakukan dengan melalui berbagai
pihak yang terkait, misalnya dari pihak guru siswa dan orang tua. Yang jelas bahwa semua
pihak tersebut harus ada kerjasama yang baik dan harmonis serta ikut bertanggung jawab
untuk menciptakan disiplin bagi para siswa. Upaya yang dapat dilakukan oleh masing-masing
fihak adalah sebagai berikut.
1. Pihak Guru
Disiplin banyak bergantung kepada pribadi guru. Ada guru yang mempunyai kewibawaan
sehingga disegani oleh siswanya. la tidak akan mengalami kesulitan dalam menciptakan
suasana disiplin di dalam kelasnya tanpa menggunakan tindakan atau hukuman yang ketal.

Ada pula guru yang tampaknya tidak mempunyai kepribadian, ia tidak berwibawa sehingga
tidak disegani siswanya sekalipun ia menggunakan hukuman dan tindakan yang keras.
Akhirnya hukuman dan tindakannya tidak dihiraukan siswanya. Sehinggga dengan demikian
peranan guru amat menentukan dalam menegakkan disiplin di dalam kelas. Karena guru
merupakan panutan atau suri tauladan bagi para siswanya. Tanpa adanya keteladanan dari
guru, maka jangan diharapkan terwujud adanya kedisiplinan di kalangan siswanya. Untuk itu
ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru antara lain:
a. Guru hendaknya jangan ingin berkuasa dan otoriter, memaksa siswa patuh terhadap segala
sesuatu yang diperintahkan. Karena sikap guru yang otoriter suasana kelas menjadi tegang dan
sering diliputi olen rasa takut.

b. Guru harus percaya diri, bahwa dirinya mampu menegakkan disiplin bagi dirinya dan
siswanya. Jangan tunjukan kelemahan dan kekurangannya kepada siswa. Apabila pada siswa
perlu perlindungan dan rasa aman dari gurunya.
c. Guru jangan menaruh dendam terhadap siswa, siswa jangan sampai merasakan bahwa dia
dibenci oleh gurunya sampai merasakan bahwa dia dibenci oleh gurunya karena pernah
melakukan kesalahan.

d. Guru jangan memberikan janji-janji yang tak mungkin dapat ditepati demikian pula jangan
memaksa siswa berjanji untuk memperbaiki perilakunya. Karena mengubah perilaku tidak
mudah memerlukan waktu dan bimbingan.

e. Guru hendaknya pandai bergaul dengan siswanya, akan tetapi jangan sampai terlampau
bersahabat erat, sehingga hilang rasa hormat siswa terhadapnya, akibatnya siswa
menganggapnya sebagai teman, maka hilanglah kewibawaannya.

f. Guru hendaknya jangan mengancam siswa, bila siswa melanggar disiplin, karena ancaman
hanya akan memaksa siswa berbuat baik karena rasa takut bukan berdasarkan kesadaran. Yang
penting di sini adalah menumbuhkan kesadaran pada diri siswa agar ia mau mentaati aturan
bukan karena rasa takut.

2. Pihak Siswa

Peranan siswa dalam menciptakan suasana disiplin dalam kelas tak kalah pentingnya, karena
faktor utama adalah siswa sendiri dan siswa merupakan subyek dalam pembelajaran. Oleh
karena itu siswa harus mempunyai rasa tanggung jawab untuk turut serta mewujudkan disiplin
di kelasnya.

Kesadaran siswa dalam mentaati aturan/tata tertib sangat diperlukan sekolah, sebab tanpa
adanya kesadaran dari siswa itu sendiri, upaya apapun yang dilakukan tak akan menghasilkan
apa-apa.

Untuk itu ada beberapa ha yang harus diperhatikan oleh siswa dalam mewujudkan disiplin
dalam kelas, antara lain:

a. Siswa hendaknya memiliki rasa tanggung jawab sosial untuk turut serta menciptakan
suasana disiplin di dalam kelas.

b. Siswa hendaknya memiliki kesadaran untuk mentaati aturan/tata tertib sekolah, bukan
karena rasa takut atau karena merasa terpaksa.

c. Siswa jangan. merasa diawasi oleh guru dalam melaksanakan disiplin, sebab apabila
demikian maka apabila guru tidak mengawasinya, ia akan berbuat seenaknya.

d. Siswa hendaknya bertindak sebagai pengawas/pengontrol dirinya sendiri, tanpa harus


diawasi oleh orang lain.

e. Apabila suatu saat melakukan pelanggaran, maka siswa harus benjanji pada dirinya sendiri
untuk tidak mengulanginya.

3. Pihak Orang Tua

Peranan orang tua dalam mewujudkan disiplin khususnya bagi putra/putrinya setidaknya turut
membantu, oleh karena orang tualah yang sebenamya banyak waktu untuk mengawasi putra-
putrinya ketika ia berada di rumah.
Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam rangka turut
menegakkan disiplin, antara lain:

a. Orang tua hendaknya mengetahui tentang tata tertib sekolah yang harus dilaksanakan putra-
putrinya ketika ia berada di sekolah.
b. Orang tua hendaknya ikut bertanggung jawab terhadap putra-putrinya dengan cara turut
serta mengawasinya.
c. Orang tua hendaknya menegur putra-putrinya apabila ia melanggar terhadap tata
tertib/aturan sekolah.

5. Membina Self-discipline

Tujuan pendidikan adalah membimbing anak ke arah kedewasaan, yaitu kematangan sosial,
emosianal, intelektual dan moril, sehingga dapat berdiri sendiri. Kedewasaan berarti
bertanggung jawab atas perbuatan sendiri dan tanggung jawab hanya tercapai bila sejak kecil
anak diberi kebebasan sesuai dangan usia, perkembangan dan kesanggupannya.

Dalam pembentukan pribadi yang dewasa ini, bentuk disiplin yang dijalankan terhadapnya,
memegang peranan penting, anak yang terlampau diatur hidupnya dengan disiplin yang ketal,
cenderung untuk tidak sanggup menggunakan kebebasannya, bila ia kelak pemperolehnya. Itu
sebabnya, maka sejauh mungkin anak itu dididik ke arah self discipline. Self-discipline bukan
berarti memberikan kebebasan penuh. Self discipline berarti, keinsyafan dan kerelaan sendiri
mematuhi peraturan dan norma-norma yang diakuinya. Hal itu baik dan perlu, sekalipun tidak
ada orang lain yang mengawasinya.
Jenis disiplin yang diberikan kepada anak banyak bergantung kepada pribadi si pendidik.
Pendidik yang otokratis, yang menjaga ketertiban dengan tangan besi, tidak memberi
kesempatan kepada anak-anak untuk mengatur diri sendiri. Guru serupa ini akan menindak
setiap pelanggaran dengan hukuman dan ancaman, sehingga menimbulkan rasa takut. Self
discipline hanya terdapat di dalam kelas di mana gurunya dikatakan demokratis. Kelas yang
demokratis juga tertib sesuai dengan kegiatan yang dilkakukan oleh anak-anak. Ketertiban
tercapai bukan dengan kekerasan atau paksaan dari pihak guru, melainkan karena anak-anak
patuh akan peraturan. Ketertiban itu akan tetap mereka pelihara sekalipun tidak ada guru di
dalam kelas yang mengawasi mereka.
Apabila anak-anak itu telah sanggup disiplin diri sendiri, maka dengan demikian mereka telah
melangkah menuju kearah kedewasaan.
Gangguan terhadap disiplin dapat disebabkan oleh guru, yakni pribadi guru dan
kekurangannya

G. INDIKATOR PENGELOLAAN KELAS YANG BERHASIL


1. Guru mengerti perbedaan antara mengelola kelas dan mendisiplinkan kelas
2. Sebagai guru jika anda pulang ke rumah tidak dalam keadaan yang sangat lelah.
3. Guru mengetahui perbedaan antara prosedur kelas (apa yang guru inginkan terjadi
contohnya cara masuk kedalam kelas, mendiamkan siswa, bekerja secara bersamaan dan lain-
lain ) dan rutinitas kelas (apa yang siswa lakukan secara otomatis misalnya tata cara masuk
kelas, pergi ke toilet dan lain-lain). Ingat prosedur kelas bukan peraturan kelas.
4. Guru melakukan pengelolaan kelas dengan mengorganisir prosedur-prosedur, sebab
prosedur mengajarkan siswa akan pentingnya tanggung jawab.
5. Guru tidak mendisiplinkan siswa dengan ancaman-ancaman, dan konsekuensi (stiker,
penghilangan hak siswa dan lain-lain)
6. Guru mengerti bahwa perilaku siswa di kelas disebabkan oleh sesuatu, sedangkan disiplin
bisa dipelajari

DAFTAR PUSTAKA
http://dukungendut.blogspot.com
http://andra-kirana.blogspot.com
http://gurukreatif.wordpress.com
http://www.tkplb.org/documents/etraining%20-%20KTI/pengelolaankelas.pdf
http://sekolah-dasar.blogspot.com/
Diposting oleh NALA INDRA DEWA di 00.59

Pengertian Pengelolaan Kelas dan Tujuan Pengelolaan Kelas


1. Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan
berasal dari kata ”kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari
kata pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari
bahasa Inggris, yaitu “management”, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan,
pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi
Arikunto (1990;2) adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu
kegiatan. Sedangkan kelas menurut Oemar Hamalik (1987:311) adalah suatu kelompok
orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru.

Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai
tujuan pengajaran. Kesimpulan sederhananya adalah pengelolaan kelas merupakan
kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran. Dalam konteks yang
demikian itulah kiranya pengelolaan kelas penting untuk diketahui oleh siapapun juga
yang menerjunkan dirinya ke dalam dunia pendidikan.

Sedangkan menurut Sudirman N, dalam (dkk. 1991; 310), pengelolaan kelas adalah
upaya mendayagunakan potensi kelas. Ditambahkan lagi oleh Hadari Nawawi
(1989;115), dengan mengatakan bahwa kegiatan manajemen atau pengelolaan kelas
dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan
potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana
yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan
kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.
2. Tujuan Pengelolaan Kelas

Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan.
Secara umum pengelolaan kelas adalah penyedian fasilitas bagi bermacam macam
kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dalam intelektual dalam
kelas. Fasilitas yang demikian itu memungkinkan siwa belajar dan bekerja, terciptanya
suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan
intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa. (Sudirman N, 1991, 311)

Suharsimi Arikunto (1988 : 68) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah
agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efisien.

Terkait dari penjelasan diatas dalam hal pengelolaan kelas dapat pula ditinjau dari segi
interaksi komunikatif. Artinya seorang guru dituntut mampu mengatur segala kondisi
apapun yang terjadi didalam kelas saat pebelajaran berlangsung agar terciptanya
komunikasi dua arah yaitu antara guru dengan murid, murid dengan guru sehingga
proses belajar-mengajar dapat berlangsung dengan baik. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan sekaligus meringankan tugas guru atau wali kelas.

STRATEGI GURU DALAM PENGELOLAAN KELAS PADA


PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 39
BULUKUMBA

Andi Muhammad Asbar

Abstract
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan strategi guru dalam pengelolaan kelas
pada pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 39 Bulukumba. Penelitian ini
tergolong sebagai penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data
primer dan sumber data sekunder. Metode pengumpulan data dengan cara observasi,
wawancara dan dokumentasi. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sebagai instrumen kunci
dengan menggunakan panduan observasi, pedoman wawancara dan format
catatandokumentasi.
Hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti adalahantara lain:               
1) Strategi pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru SMP Negeri 39 Bulukumbadalam
melaksanakan pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan, itu tergambarkan dalam
pengelolaanadministrasi kelas, pengelolaan operatif kelas, pengaturan ruang kelas,dan strategi
pembelajaran. Kerjasama antara sekolah, guru dan siswa atau peserta didik, menjadi perhatian
penting untuk ditingkatkan dalam meramu strategi pembelajaran di kelas khususnya, keaktifan
dari Guru PAI SMP Negeri 39 Bulukumba tersebut. Dari penelitian ini, dapat dikatakan bahwa
strategi pengelolaan kelas telah berjalan dengan baik, hanya saja komitmen bersama
dilingkungan sekolah diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas pembelajaran
dapat tercipta di kelas;
2) Faktor pendukung dari strategi pengelolaan kelas dalam pembelajaran PAI di SMP Negeri
39 Bulukumba, antara lain;
a. Kurikulum, hal ini penting menyangkut pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan
kurikulum nasional. dan
b. Guru PAI, faktor guru disini sangat erat dengan kompetensi yang dimilikinya serta
komitmen dalam menciptakan kondisi kelas yang baik. Sedangkan faktor penghambat dating
dari guru sendiri, peserta didik dan fasilitas. Artinya bahwa hambatan pasti akan ada ditemui
oleh guru, makanya dibutuhkan menanganan untuk mengantisipasi atau mengatasi hal
tersebut; dan
3) Upaya yang dilakukan, yakni:
a. Penguatan kompetensi guru PAI;
b. Melakukan kontrak pembelajaran dalam kelas. Hal ini penting untuk mengatur peserta didik
dan guru itu sendiri, yang disepakati dan dijalankan secara konsisten agar tercipta kelas yang
efektif serta tercipta suasana kelas yang kondusif dan mendukung pembelajaran disekolah
utamanya dalam pembelajaran PAI.
Keywords
Strategi Pengelolaan Kelas, Pendidikan Agama Islam
References
Arikunto,Suharsimi. Pengelolaan KelasdanSiswa,SebuahPendekatan Evaluatif,Jakarta:
Rajawali,1992.
Asrohah, Hanun. Sejarah Pendidikan Islam. Cet. I: Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
Daradjat, Zakiyah. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009.
Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran
PendidikanAgamaIslamSMPdanMTS,Jakarta:PusatKurikulum,BalitbangDepdiknas,2003.
Departemen Agama RI, al-Qur’anul Karim Terjemahnya dan Tajwid Berwarna Disertai Tafsir
Ringkas Ibnu Katsir. Jakarta: Jabal Raudhotul Jannah, 2009.
Djamarah,SyaifulBahridanAswanZain,StrategiBelajarMengajar,Jakarta:PT.Rineka Cipta,2006.
Getteng, Abd Rahman. Menuju Guru yang Profesional dan Beretika. Cet. III; Yogyakarta:
Graha Guru, 2008.
Herlina, Guru Pendidikan Agama Islam pada kelas VIII/A-G di SMP Negeri 39 Bulukumba,
Wawancara, Bulukumba, 15 Maret 2016.
Kamaruddin, Guru Pendidikan Agama Islam pada kelas IX/A-G di SMP Negeri 39
Bulukumba, Wawancara, Bulukumba, 07 Maret 2016.
Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam: Mendesain Insan yang Hakiki dan Mengintip dalam
Sejarahnya. Cet. II; Makassar: Yayasan Pendidikan Fatiya, 2004.
Madjid, Nurcholish. Masyarakat Religius. Cet. III; Jakarta: Paramadina, 2005.
Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung:
PT Rosdakarya, 2005.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. XXVIII; Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006.
Muhaimin,Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Cet. V; Bandung: PT. Rosdakarya, 2012.
Muhajir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996.
Pidarta,Made. PengelolaanKelas,Surabaya:UsahaNasional,1970.
Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat. Bandung: Mizan, 1992.
Sanjaya,Wina.
StrategiPembelajaranBerorientasiStandarProsesPendidikan,Jakarta:Kencana,2007.
Tirtarahardja, Umar dan S. L. La Sulo, Pengantar Pendidikan Edisi Revisi. Cet. II; Jakarta:
Rineka Cipta, 2005.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Cet. I; Jakarta: Sinar Grafika, 2003.

DOI: http://dx.doi.org/10.35931/aq.v0i0.21
PENGELOLAAN KELAS 
http://makalahpendidikan-sudirman.blogspot.com/2015/05/pengelolaan-kelas.html

1.      Pengertian Pengolaan Kelas

Menurut Drs. Winarno Hamiseno pengelolaan adalah substantifa dari mengelola.

Sedangkan mengelola adalahsuatu tindakan yang dimulai dari penyusunan data, merencana,

mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan pengawasan dan penilaian.1[1]

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah penyelenggaraan

atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar. Selajutnya

pengertian kelas sendiri, menurut Hadari Nawawi kelas dapat dipandang dari dua sudut yaitu :

1.      Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah
siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar.
2.      Kelas dalam arti luas adalah, suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat
sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis
menyelenggarakan kegiatan kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai satu
tujuan. 2[2]

1[1] Suharsimi Ari Kunto, Pengelolaan Kelas Dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif,
(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm 8
Pengelolaan kelas menurut beberapa ahli diantaranya yaitu:

Made Pidarta dengan mengutip pendapat Lois V Johson dan Mary A Bany, bahwa

pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat alat yang tepat terhadap

problema dan situasi kelas. Sudirman N, dkk, pengelolaan kelas adalah kemampuan guru atau

wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas. Hadar Nawawi, pengelolaan kelas adalah

kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian

kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan

yang kreatif dan terarah.

Suharsimi Arikunto, pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung

jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi

optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.3[3]

Menurut Djamarah & Zaini secara sederhana pengelolaan kelas berarti kegiatan pengaturan

kelas untuk kepentingan pengajaran. Sedangkan menurut Mulyasa pengelolaan kelas

merupakan keterampilan seorang guru untuk menciptakan kondisi iklim pembelajaran yang

kondusif dan mengendalikanya apabila terjadi gangguan dalam pembelajaran.4[4]

Usaha guru dalam menciptakan kondisi diharapkan akan efektif apabila : Pertama, diketahui

secara tepat faktor-faktor yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan

dalam proses belajar mengajar. Kedua, dikenal masalah-masalah yang diperkirakan dan

biasanya timbul dan dapat merusak iklim belajar mengajar. Ketiga, dikuasainya berbagai

pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana suatu

pendekatan digunakan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang

dilakukan oleh penyelenggara atau penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang

2[2] Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta : PT. Haji Mas Agung,
1989) hlm 116

3[3] Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas Dan Siswa(Jakarta : Raja Grafindo 1996),hlm 67

4[4] Martinis Yamin, Maisah, Manajemen Pembelajaran, hlm 34


membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan

belajar mengajar yang diharapkan. Kemudian Menurut Made Pidarta untuk mengelola kelas

secara efektif perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1.      Bahwa kelas adalah sekelompok kerja yang diorganisasikan untuk tujuan tertentu yang
dilengkapi oleh tugas-tugas yang diarahkan oleh guru
2.      Dalam situasi kelas, guru bukanlah tutor untuk satu anak pada waktu tertentu, tetapi bagi
seluruh anak dan kelompok.
3.      Kelompok mempunyai perilaku sendiriyang berbeda dengan perilaku masing-masing individu
dalam kelompok tersebut.
4.      Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya kepada individu. Pengaruh yang jelek dapat
dibatasi dapat dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing mereka dalam kelas.
5.      Praktek guru waktu belajar cenderung berpusat pada hubungan guru dan siswa. Makin
meningkat keterampilan guru mengelola secara kelompok makin puas individu dalam kelas.
6.      Struktur kelompok, pola komunikasi dan kesatuan kelompok ditentukan oleh cara mengelola,
baik untuk mereka yang tertarik pada sekolah maupun yang apatis, masa bodoh, dan
bermusuhan. 5[5]

2.      Tujuan Pengelolaan Kelas

Tujuan yang diniatkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar, baik yang sifatnya

instruksional maupun tujuan pengiring akan dapat dicapai secara optimal apabila dapat

diciptakan dan dipertahankan kondisi yang menguntungkan bagi peserta didik. Akan tetapi

program atau tujuan kelas tidak akan berarti apabila tidak diwujudkan menjadi sebuah bentuk

kegiatan.6[6]

Tujuan pengelolaan kelas pada hakekatnya telah tergantung dalam tujuan pendidikan,

secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilias dari bermacam-macam

kegiatan belajar siswa dalam lingkungan social, emosional, dan intelektual dalam kelas.

Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana

social yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional,

dan sikap serta apresiasi.


5[5] Syaiful Bahri Djamarah, Asuan Zain, Strategi Belajar Mengajar(Jakarta : Rineka Cipta
2006) 214

6[6] Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi , Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta : PT. Rineka
Cipta,1995), hlm 132
Tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib

sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efisien dan efektif. Sebagai indikator dari

sebuahkelas yang efektif adalah apabila:

a.       Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu

akan tugasnya yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan

kepadanya.

b.      Setiap anak terus mengerjakan pekerjaanya tanpa membuang waktu. Artinya, setiap anak akan

bekerja secepatnya agar lekas menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Apabila ada

anak yang walaupun tau dan dapat melaksanakan tugasnya, tetapi mengerjakanya kurang

bergairah dan mengulur waktu bekerja, maka kelas tersebut dikatakan tidak tertib.

3.      Komponen Dalam Pengelolaan Kelas

a.       Kondisi fisik.

Kondisi fisik tempat berlangsungnya belajar mengajar mempunyai pengaruh yang sangat

signifikan terhadap hasil belajar mengajar. lingkungan fisik yang dmaksud adalah:

1)   Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar

Ruangan tempat berlangsungnya belajar mengajar harus memungkinkan siswa bergerak

leluasa. Tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara peserta didik yang satu dengan

yang

lainya. Besarnya kelas akan sangat tergantung pada berbagai hal antara lain: jenis kegiatan,

apakah kegiatan tatap muka dalam kelas ataukah dalam ruang praktikum, jumlah peserta didik

yang melakukan kegiatan-kegiatan bersama akan berbeda dengan kegiatan dalam kelompok

kecil. Apabila ruangan tersebut memakai hiasan, pakailah hiasan yang mempunyai nilai

pendidikan yang dapat secara langsung mempunyai daya sembuh bagi pelanggar disiplin.

Misalnya dengan kata-kata yang baik, anjuran-anjuran, gambar tokoh sejarah dan sebagainya.

2)   Pengaturan tempat duduk


Pengaturan tempat duduk akan sangat mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar.

Dalam mengatur tempat duduk yang paling terpenting adalah memungkinkan terjadinya tatap

muka, agar guru dapat sekaligus mengontrol tingkah laku peserta didik. Beberapa pengaturan

tempat duduk antara lain: Berbaris, pengelompokan yang terdiri antara 8 sampai 10 orang,

setengah lingkaran, berbentuk lingkaran, individual yang biasanya terlihat diruang baca,

diperpustakaan, atau diruang praktek laboratorium, tersedianya ruang yang sifatnya bebas

dikelas disamping bangku tempat duduk yang diatur. Dengan sendirinya penataan tempat

duduk ini diatur sesuai dengan kebutuhan.

3)   Ventilasi dan pengaturan cahaya

Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik, jendela harus cukup besar sehingga

memunginkan panas cahaya matahari masuk. Usahakan udara yang masuk sehat melalui

ventilasi yang baik sehingga peserta didik mampu menghirup udara yang sehat, dapat melihat

tulisan dengan jelas,

4)   Pengaturan dan penyimpanan barang-barang

Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dijangkau kalau segera

diperlukan yang akan dipergunakan bagi kepentingan belajar mengajar. Tentu saja masalah

pemeliharaan barang- barang tersebut akan sangat penting, dan secara periodik harus di cek

dan di recek. Hal yang tak kalah pentingnya adalah penjagaan barang-barang tersebut dari

pencurian, pengamanan terhadap barang yang mudah terbakar atau meledak.

b.      Kondisi Sosio-Emocional

Howes dan Herald (1999) mengatakan pada intinya, kondisi ini merupakan komponen yang

membuat seorang menjadi pintar menggunakan emosi.7[7] Lebih lanjut ia mengatakan bahwa

emosi manusia itu terletak pada wilayah hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang

7[7] Zaim El-Mubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, Mengumpulkan Yang


TerserakMenyambung Yang Terputus Dan Menyatukan Yang Tercerai(Bandung : Alfabeta CV,
2008),hlm122
apabila diakui dan dihormati, dapat menyediakan kondisi yang baik untuk dirinya sendiri dan

orang lain.

c.       Kondisi Organizational

Kegiatan rutin yang secara organizational dilakukanbaik tingkat kelas maupun pada tingkat

sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Dengan kegiatan yang jelas dan

diatur dengan dikomunikasikanya kepada semua peserta didik secara terbuka sehingga jelas

pula bagi mereka dan akan menyebabkan tertanam pada diri setiap peserta didik

kebiasaanyang baik dan keteraturan tingkah laku.

d.      Masalah Pengelolaan Kelas

Masalah pengelolaan kelas dapat dikelompokan menjadi dua kategori yaitu masalah individual

dan masalah kelompok.8[8]

Meskipun seringkali perbedaan antara kedua kelompok itu hanya merupakan perbedaan

tekanan saja. Tindakan pengeloaan kelas seorang guru akan efektif apabila ia dapat

mengidentifikasikan dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi, sehingga pada

giliranya ia dapat memilih strategi penanggulangan yang tepat pula.

4.      Tindakan Dalam Pengelolaan Kelas

a.       Tindakan Preventif

Tindakan pengelolaan kelas adalah tindakan yang dilakukan oleh guru dalam rangka

penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif. Tindakan

guru tersebut dapat berupa tindakan pencegahan yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik

fisik maupun sosia-emosional sehingga terasa benar peserta didik rasa kenyamanan dan

keamanan untuk belajar.9[9]

8[8] Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004), 125

9[9] ibid
Tindakan lain dapat berupa tindakan korektif terhadap tingkah laku peserta didik yang

menyimpangdan merusak kondisi optimal bagi proses belajar mengajar yang sedang

berlangsung.

b.      Melakukan tindakan korektif

Dalam kegiatan pengelolaan tindakan tepat dan segera sangatlah diperlukan. Dimensi tindakan

merupakan kegiatan yang seharusnya dilakukan guru apabila terjadi masalah pengelolaan.

Guru yang bersangkutan dituntut untuk berbuat sesuatu dalam menghentikan perbuatan

peserta didik secepat dan sedini mungkin.

c.       Melakukan tindakan penyembuhan (kuratif)

Pelanggaran yang terlanjur dilakukan oleh peserta didik perlu ditanggulangi dengan tindakan

penyembuhan baik secara individual maupun kelompok.

Diposting oleh sudirman


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Anda mungkin juga menyukai