Anda di halaman 1dari 2

Pasal 28D ayat 1 UUD 1945 berbunyi: “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan

kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”. Apa yang tertuang dalam
Pasal 28D ayat 1 UUD 1945 mengamanatkan secara amat jelas dan tegas bahwa semua orang haru
diperlakukan sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi.
Sementara kepastian hukum mengamanatkan bahwa pelaksanaan hukum harus sesuai dengan bunyi
pasal-pasalnya dan dilaksanakan secara konsisten dan profesional. Namun, dalam praktik, amanat Pasal
28D ayat 1 UUD 1945 di atas belum dilaksanakan sebagaimana mestinya. Terkait perlindungan dan
kepastian hukum, misalnya, kita masih sering menemukan praktik-praktik di lapangan yang justru
berseberangan jalan dengan amanat konstitusi tersebut. Sebut saja contoh keputusan Mahkamah
Konstitusi (MK) baru-baru ini, yang mengabulkan gugatan atas pasal 268 ayat 3 KUHAP yang diajukan
oleh mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar. Berdasarkan keputusan
tersebut maka peninjauan kembali (PK) dapat diajukan berkali-kali demi keadilan. Putusan tersebut
disambut baik oleh berbagai kalangan namun beberapa pakar hukum menganggap keputusan ini justru
dapat memunculkan ketidakpastian hukum suatu perkara.Ketidakpastian hukum muncul akibat tidak
terpenuhi syarat- syarat kepastian hukum. Syarat-syarat kepastian hukum, sebagaimana dikemukakan
oleh Jan M Otto (Sidharta, 2006), yakni pertama, tersedianya aturan-aturan hukum yang jelas atau
jernih, konsisten, dan mudah diperoleh (accesible), yang diterbitkan oleh kekuasaan negara. Kedua,
pemerintah harus menerapkan aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten dan juga harus tunduk
dan taat kepadanya. Ketiga, mayoritas warga pada prinsipnya menyetujui muatan isi dan karena itu
menyesuaikan perilaku mereka terhadap aturan-aturan tersebut. Keempat, hakim-hakim yang mandiri
dan tidak berpihak saat menerapkan aturan-aturan hukum tersebut. Kelima, keputusan peradilan
dilaksanakan secara konkret. Tersedia aturan-aturan hukum yang jelas atau jernih merupakan faktor
utama terwujudnya kepastian hukum.Sering kita temukan di Indonesia perubahan peraturan yang
begitu cepat. Bahkan perubahan peraturannya mengikuti perubahan pejabatnya atau sebuah rezim yang
berkuasa. Ini yang membuat aturan menjadi tidak jelas dan masyarakat pun bingung.

Contoh kasus yang menyangkut tentang pasal tersebut adalah kasus Nenek Pencuri Tiga Biji Kakao
Divonis Satu Bulan Setengah. Dalam kasus ini nenek Minah mencuri karena terdorong kemiskinan. Kasus
nenek Minah sangat menarik perhatian masyarakat, karena menyentuh inti kemanusiaan, melukai
keadilan rakyat.

Seharusnya perkara ini tidak perlu dimeja hijaukan cukup dilakukan dengan musyawarah. Lagi pula tiga
biji benih kakao untuk ditanam kembali tidak sampai merugikan PT RSA.

Disini kita belajar bahwa dalam negara kita untuk memperoleh keadilan hukum sangat sulit, padahal hak
memperoleh keadilan hukum sudah diatur dalam UUD 1945 pasal 28D ayat 1. Sehingga sangat
diperlukan konstruksi ulang dalam peradilan dinegara kita ini.
Pasal 28D UUD 1945 pada ayat 1 dapat dijalankan dengan menegakkan supremasi hukum bagi tiap
masyarakat. Hukum memegang peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hukum berfungsi mengatur segala hal agar dapat berjalan tertib dan sesuai dengan aturan. Hukum
dibuat untuk dipatuhi dan ditaati. Bukan untuk dilanggar. Namun, apa yang terjadi adalah hukum di
negara ini seperti dua sisi mata pisau. Tumpul bagi kalangan atas dan tajam bagi kalangan bawah seperti
contoh dalam kasus Nenek Minah.

Saat ini sepertinya hanya orang kalangan bawah saja yang harus menaati hukum, sedangkan untuk
kalangan atas mereka seperti kebal akan hukum. Mereka bersembunyi dari hukum di balik berlembar-
lembar uang miliknya.

Seakan-akan hukum dapat dijual menggunakan uang, bahkan untuk mereka yang melakukan kejahatan
besar sekalipun, korupsi contohnya. Sedangkan para kalangan bawah yang melakukan kejahatan kecil
dapat dipenjara. Negara kita adalah negara hukum maka hukum harusnya di tegakkan, untuk semua
kalangan dan bukan hanya untuk mereka yang memiliki uang.

Cara mengatasinya yaitu dengan mempertegas jalannya hukum, para penegak hukum juga semakin
diperketat pengawasannya agar tidak disuap oknum-oknum kalangan atas yang memanfaatkan
keadaan. Hukuman yang diberikan juga diperjelas agar kita takut dan tidak coba-coba melakukan
kejahatan serta perlakukan yang sama dihadapan hukum.

Anda mungkin juga menyukai