Anda di halaman 1dari 21

Implementasi Kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi

di Perkantoran Pemerintah di Kota Semarang


Outline Tesis
TUGAS MATA KULIAH
METODOLOGI PENELITIAN KONSENTRASI
DOSEN PENGAMPU : Dr. Martha Irene K, M. Sc. PhD

DISUSUN OLEH
Eny Mayasari Dewi
25010112410099
MKIA NON REG
SEMESTER II

MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


MINAT MANAJEMEN KESEHATAN IBU DAN ANAK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2013
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT, atas berkat,
rahmat, dan hidayah-Nya maka penyusun dapat menyelesaikan tugas outline tesis
yang berjudul “Implementasi Kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi di
Perkantoran Pemerintah di Kota Semarang ”. Penyusunan tugas ini merupakan
salah satu tugas dalam mata kuliah Metodologi Penelitian Konsentrasi sebagai Ujian
Akhir Semester yang di ampu oleh Dr. Martha Irene K, MSc. PhD.

Penyusunan tugas ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak dan dalam
kesempatan ini pula penyusun ingin mengucapkan terima kasih khususnya kepada
dosen pengampu yang atas bimbingannya kami dapat menyelesaikan tugas ini serta
pada berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Penyusun
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas ini. Oleh karena
itu, kami mengucapkan maaf yang sebesarnya apabila terdapat hal-hal yang kurang
berkenan. Akhir kata, penulis mengharapkan agar tugas ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan dapat menambah wawasan pengetahuan ilmu.

Semarang, Mei 2013

Penulis

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 2


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i


KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 5


A. Latar Belakang ..................................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 7
C. Pertanyaan Penelitian............................................................................................ 7
D. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 8
E. Manfaat Penelitian................................................................................................. 8
F. Ruang Lingkup Penelitian......................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 10


A.Kebijakan Kerja Ramah Laktasi............................................................................. 10
1. Pengertian ...................................................................................................... 10
2. Komponen...................................................................................................... 10
3. Manfaat........................................................................................................... 11
4. Implementasi.................................................................................................. 13
5. Peraturan dan Sanksi ..................................................................................... 14

B. Kewajiban Pengurus Kerja Terkait Laktasi ......................................................... 15


1. Pengertian ...................................................................................................... 15
2.Kewajiban Tempat Kerja terkait Laktasi......................................................... 15
3. Bimbingan dan Monitoring dari Dinas Terkait............................................... 15
C. Impleentasi ........................................................................................................... 17
1. Pengertian ...................................................................................................... 17
2. Komponen...................................................................................................... 17

D. Kerangka Teori...................................................................................................... 17

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 18


A.Kerangka Konsep................................................................................................... 18
B. Jenis Penelitian...................................................................................................... 18

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 3


C. Populasi Dan Sampel ............................................................................................ 18
D. Definisi Istilah ...................................................................................................... 18
E. Instrumen .............................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 4


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Angka Kematian Bayi ( AKB ) merupakan salah satu indikator kesehatan suatu
negara. Sebagai negara yang telah ikut meratifikasi Millenium Development Goals,
Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan AKB dari 32 per 100 kelahiran hidup
pada tahun 2012 menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.Salah satu cara
untuk menurunkan AKB adalah dengan penggunaan ASI Ekslusif. Berbagai penelitian
telah membuktikan bahwa ASI Ekslusif dapat menurunkan penyebab kematian bayi,
namun ironisnya Cakupan ASI ekslusif sendiri masih rendah.
Rendahnya cakupan ASI ekslusif dapat disebabkan beberapa faktor, karakteristik
ibu, dukungan keluarga, lingkungan, promosi susu formula serta pekerjaan ibu. Kunci
keberhasilan pemberian ASI eksklusif untuk kaum ibu yang bekerja terletak pada metode
pemerahan air susu ibu dan penyimpanan air susu ibu yang telah dikeluarkan
(Manajemen Laktasi). Pemerahan susu ibu dalam jangka panjang adalah kerja keras dan
komitmen serius di pihak sang ibu. Ia akan membutuhkan dorongan dan dukungan.
Dengan demikian penting bagi lingkungan kerja untuk memiliki ruang menyusui yang
layak dan memberikan waktu bagi kaum ibu yang bekerja waktu yang mereka butuhkan
untuk memerah susu ibu.
Sebuah penelitian di Jakarta yang melibatkan 192 orang ibu bekerja menyebutkan
bahwa 45% ibu yang bekerja berhenti menyusui sebelum bayi berusia 4 bulan, cakupan
Asi Ekslusif pada pekerja formal hanya 32%,Alasannya adalah karena tidak ada ruang
laktasi yang memadai di tempat bekerja, pengetahuan ibu yang kurang tentang ASI, dan
kecemasan ibu ketika harus meninggalkan pekerjaan untuk memeras ASI. Fakta yang
lain adalah ternyata 50% ibu bekerja memompa ASI di toilet. Dan 48,7% pekerja
perempuan tidak tahu kalau ada peraturan tentang ruang laktasi.
Kurangnya dukungan pengurus tempat bekerja terhadap gerakan ASI Ekslusif
nampak ketika dengar pendapat Rancangan Peraturan Pemerintah tentang ASI Ekslusif
tahun 2011, dimana Ketua APINDO mengajukan keberatannya terhadap RPP ini karena

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 5


berbagai alasan. Hal ini juga dapat dilihat dari masih sedikitnya tempat bekerja yang pro
laktasi terbukti belum banyak tersedianya ruang laktasi di tempat bekerja.
Padahal untuk menjamin agar hak ibu menyusui yang bekerja terlaksana, Negara
telah lama memberikan kewajiban kepada pengurus tempat kerja agar mendukung ibu
menyusui. Bentuk dukungan tersebut dengan memberikan waktu dan fasilitas yang layak
bagi ibu untuk menyusui bayinya. Peraturan tersebut bahkan telah ada sejak tahun 2002
dalam Pasal 128 UU Kesehatan, Pasal 83 Undang-undang No.13/2003 tentang
Ketenagakerjaan, Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan,
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri Kesehatan No.
48/MEN.PP/XII/2008, PER.27/MEN/XII/2008 dan 1177/MENKES/ PB/XII/2008 tahun
2008 tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja
dan yang terbaru PP no 33 tentang Pemberian ASI ekslusif.
Masalah ibu menyusui yang bekerja ini cukup signifikan mempengaruhi angka
pencapaian ASI Ekslusif di Indonesia, mengingat berdasarkan BPS 2011 angkatan kerja
wanita mencapai 61,72% dari 49,63% jumlah penduduk wanita di Indonesia.
Sedangkan untuk propinsi jawa tengah 62,74% tenaga kerja perempuan dari 50. 20%
jumlah penduduk wanita.
Berdasarkan hasil laporan puskesmas wilayah Kota Semarang tahun 2011,
pemberian ASI Ekslusif sebesar 1.656 (24,2%) dari 6.833 bayi usia 0 – 6 bulan yang ada,
masih jauh dari target pencapaian Asi ekslusif Kota Semarang yaitu 40% dan jauh dari
target Asi Ekslusif nasional yaitu 80 ( Profil Kesehatan Kota Semarang, 2011). Ditambah
lagi pada tanggal 6 Oktober 2012 Semarang mencanangkan diri sebagai kota layak anak,
dimana pada klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan mensyaratkan cakupan ASI
ekslusif dan jumlah pojok laktasi dalam indikatornya
Terdapat beberapa hal yang menghambat pemberian ASI Ekslusif diantaranya
adalah : rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat dan cara
menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas
kesehatan, faktor sosial budaya, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang
bekerja dan gencarnya pemasaran susu formula. Untuk itu tingkat pencapaian dalam
program ASI Ekslusif ini harus mendapatkan perhatian khusus dan memerlukan
pemikiran dalam mencari upaya-upaya terobosan serta tindakan nyata yang harus
dilakukan oleh provider di bidang kesehatan dan semua komponen masyarakat dalam
rangka penyampaian informasi maupun sosialisasi guna meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat ( Profil Kesehatan Kota Semarang, 2011).
Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 6
.
Seperti tipikal kota besar lainnya, jumlah pekerja wanita di Kota Semarang
cukup tinggi, yaitu 223.808 orang atau sekitar 32,7% dari total tenaga kerja dan 28,7%
dari pada tahun 2011( Semarang Dalam Angka,2011 ). Hal ini dtunjang banyaknya
sektor industri yang banyak menyerap tenaga kerja wanita seperti garmen, jasa,
pendidikan, dll.
Hal ini dapat di atasi dengan menggalakkan kebijakan tempat kerja ramah laktasi.
Kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi populer di berbagai negara seperti Australia,
Selandia Baru, dan Amerika Serikat. Kebijakan-kebijakan yang sedemikian telah
dikembangkan oleh perusahaan yang berkehendak untuk mendukung kaum ibu dalam
perusahaannya dan kebutuhan kaum ibu tersebut untuk terus memberikan ASI pada saat
mereka bekerja.
Berdasarkan data dari Asosiasi Ibu Menyusui Jawa Tengah, masih banyak
perusahaan yang belum memiliki ruang laktasi sebagai interpretasi kebijakan ramah
laktasi. Hal ini tidak hanya terjadi di perusahaan swasta saja , Sektor pemerintah seperti
instansi BUMN dan pemerintah kota pun baru sebagian yang memiliki ruang laktasi
seperti di Balaikota Semarang. Padahal di kota semarang memiliki kurang lebih 40-50
instansi yang didalamnya memilii pekerja perempuan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kebijakan tempat kerja ramah laktasi ini
antara lain faktor internal yaitu persepsi pengurus meliputi komponen kebijakan ramah
laktasi, manfaat, implementasi, peraturan serta sanksi dan faktor internal yaitu
sosialisasi, pembinaan serta pengawasan pemerintah dan dorongan dari tenaga kerja itu
sendiri.

B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah belum banyaknya pengurus tempat kerja khususnya perkantoran pemerintah yang
melaksanakan kebijakan tempat kerja ramah laktasi di Kota Semarang, baik itu sektor
pemerintah maupun swasta.

C. PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
“ Bagaimana gambaran tentang implementasi kebijakan tempat kerja ramah laktasi di
perkantoran pemerintah kota Semarang “
Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 7
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum :
Memperoleh gambaran tentang implementasi kebijakan tempat kerja ramah laktasi di
perkantoran pemerintah kota Semarang
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden
b. Mendeskripsikan ketersediaan komponen kebijakan tempat kerja ramah laktasi
c. Mendeskripsikan sumber daya pendukung kebijakan tempat kerja ramah laktasi
d. Mendeskripsikan disposisi kebijakan tempat kerja ramah laktasi
e. Mendeskripsikan Ukuran dan tujuan kebijakan tempat kerja ramah laktasi
f. Mendeskripsikan karakteristik pelaksana kebijakan tempat kerja ramah laktasi

E. MANFAAT PENELITIAN
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Bagi Kementrian Kesehatan
Sebagai masukan untuk pertimbangan dan advokasi dalam pembuatan Peraturan
Mentri sebagai implementasi Peraturan pemenerintah no 33 tahun 2012
2. Bagi Dinas Tenaga Kerja
Sebagai masukan untuk pertimbangan dan advokasi dalam monitoring dan evaluasi
dalam mengimplementasikan Peraturan pemenerintah no 33 tahun 2012
3. Bagi APINDO
Sebagai masukan untuk lebih memahami dan pada akhirnya mensosialisasikan
implementasi kebijakan tempat kerja ramah laktasi bagi anggotanya
4. Bagi Asosiasi Pekerja
Sebagai masukan untuk dapat mengadvokasi tempat bekerja dan dinas terkait untuk
lsegera mengimplementasikan kebijakan rempat kerha ramah laktasi
5. Bagi Peneliti
Sebagai sumbangsih peneliti dalam memperjuangkan ASI

F. RUANG LINGKUP PENELITIAN


Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 8
1. Ruang lingkup masalah
Kajian tentang persepsi pengurus tempat kerja mengenai kebijakan ramah laktasi
2. Ruang lingkup keilmuan
Penelitian ini termasuk dalam ruang ilmu analisis kebijakan kesehatan.

3. Ruang lingkup sasaran


Pengurus tempat kerja perkantoran pemerintah di Kota Semarang
4. Ruang lingkup lokasi
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi Kota Semarang
5. Lingkup waktu
Waktu penelitian Maret-Mei 2014

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 9


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.Kebijakan Kerja Ramah Laktasi


1. Pengertian
Kebijakan-kebijakan yang sedemikian telah dikembangkan oleh perusahaan yang
berkehendak untuk mendukung kaum ibu dalam perusahaannya dan kebutuhan kaum
ibu tersebut untuk terus memberikan ASI pada saat mereka bekerja.
Kebijakan-kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi pada dasarnya adalah serupa,
walaupun masing-masingnya disesuaikan dengan berbagai kebutuhan dan sumberdaya
dari perusahaan dimaksud. Perusahaan-perusahaan tersebut juga dapat mengambil
berbagai pendekatan yang berbeda dan dapat menggunakan strategi yang berbeda pula
untuk mengimplementasikan berbagai kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi pada
setiap tingkatan dari sistem yang mereka miliki. Langkah-langkah utama untuk
menjamin keberhasilan implementasi berbagai kebijakan Tempat Kerja Ramah
Laktasi adalah kelayakan, keselamatan, kemudahan dalam mengakses, dan proses
implementasi yang mudah. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa semua orang
di perusahaan tersebut sadar akan dan memahami tentang kebijakan Tempat Kerja
Ramah Laktasi.

2. Komponen
Komponen-komponen dasar yang harus disediakan oleh perusahaan guna mendukung
pemberian ASI di tempat kerja. Komponen-komponen tersebut dapat disesuaikan
pada tingkat yang lebih lanjut berdasarkan atas sumberdaya dan kemampuan yang
tersedia pada perusahaan.:
a. Ruang/Fasilitas Pemberian ASI
1) Ruang:
a) Tertutup dan terisolasi.
b) Kemungkinan untuk dapat dikunci.
c) Berpendingin udara.
d) Ruang yang memadai untuk mengakomodasi paling tidak 3 karyawan.
e) Lokasi ruang pemberian ASI tidak boleh sejajar dengan kamar kecil atau
gudang.

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 10


2) Isi ruangan:
a) Kursi atau sofa yang nyaman.
b) Meja.
c) Ruang yang memadai untuk mengakomodasi paling tidak 3 karyawan.
d) Lemari untuk penyimpanan pompa ASI, tissue, dan cairan antiseptik.
3) Fasilitas:
a) Pencahayaan yang memadai.
b) Saklar listrik.
c) Kulkas/freezer untuk menyimpan ASI.
d) Tempat cuci dengan air yang mengalir.
e) Dispenser (dengan air panas dan dingin) atau termos listrik untuk air panas.
f) Sabun pencuci tangan, cairan antiseptik, dan handuk kertas/tissue.
g) Tissue dan cairan antiseptik.
h) Tempat sampah dengan penutup.
b. Kebijakan Tertulis dari Perusahaan
1) Dukungan perusahaan terhadap pemberian ASI di tempat kerja.
2) Cuti melahirkan yang layak sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan
Indonesia, dengan opsi yang lebih fleksibel (tidak harus terpaku pada 1,5 bulan
sebelum dan 1,5 bulan sesudah melahirkan).
3) Terpenuhinya 2x waktu istirahat dan rehat makan siang selama hari kerja normal
yang memungkinkan kaum ibu untuk memerah ASI atau memberi ASI pada
anaknya.
c. Model Kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi
Setiap kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi harus disesuaikan dengan berbagai
kebutuhan dan sumberdaya yang tersedia di perusahaan .

3. Manfaat
a. Manfaat untuk para Karyawan
1) Mendapatkan fasilitas yang layak, pantas, dan bersih untuk memerah air susu
ibu.
2) Melindungi hak-hak anak-anak karyawan untuk mendapatkan nutrisi terbaik
dan paling lengkap, sebagaimana yang dapat disediakan oleh ASI.

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 11


3) Dengan memenuhi hak-hak anak untuk mendapatkan ASI, kesehatan anak
akan lebih terlindungi dan akan ada pengurangan jumlah klaim biaya
kesehatan dari anggota keluarga karyawan.
4) Kaum ibu yang menyusui akan menikmati manfaat fisik maupun psikologis,
yang pada akhirnya juga akan memberikan dampak positif terjadap kinerja dan
produktivitasnya ditempat kerja.
5) Anak-anak yang mendapatkan ASI lebih sehat dan tidak terlalu rentan
terhadappenyakit, yang membuat kaum ibu yang menyusui memiliki tingkat
kekhawatiran yanglebih rendah tentang anak-anaknya dan dapat lebih
menitikberatkan fokusnya padapekerjaan mereka. Hal ini dapat meningkatkan
kinerja perusahaan secara keseluruhan.

b. Manfaat untuk Perusahaan


Kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi membantu menekan biaya-biaya yang
berkaitan dengan perawatan kesehatan, menekan tingkat absensi, dan
produktivitas yang rendah dengan:
1) Biaya Perawatan Kesehatan yang Lebih Rendah
Pemberian ASI dapat menekan biaya-biaya medis baik untuk sang ibu maupun
anakanaknya. Untuk setiap 1.000 orang bayi yang tidak mendapatkan ASI, ada
2.033 tambahankunjungan ke dokter, 212 hari perawatan di rumah sakit dan
609 resep dokter.
2) Tingkat Absensi yang Lebih Rendah
Ibu-ibu yang memberikan susu formula pada bayinya absen dari tempat kerja
satu hari lebih banyak dibandingkan ibu-ibu yang memberikan ASI pada
bayinya.
3) Mempertahankan Karyawan yang Berprestasi
Tingkat perputaran keluar masuk karyawan yang tinggi berdampak pada biaya
tinggi bagi perusahaan. Para pengusaha berkepentingan untuk empertahankan
karyawankaryawan yang berprestasi, termasuk mereka-mereka yang sedang
mengambil cuti melahirkan. Memberlakukan program-program yang berpusat
pada keluarga untuk menjaga keseimbangan antara komitmen pada keluarga
dan dunia kerja berdampak positif pada tingkat retensi, yang pada gilirannya
dapat menghemat biaya dalam jumlah besar bagi perusahaan. Studi pada

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 12


berbagai perusahaan yang memiliki program pendukung pemberian ASI
mengungkapkan rata-rata tingkat retensi sebesar 94%.8
4) Pencitraan Positif dalam Hubungan dengan Masyarakat
Dengan Kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi, perusahaan dapat menarik
manfaatdengan terciptanya citra positif di tengah masyarakat. Selain itu,
pengakuan terhadap tempat kerja yang ramah laktasu dapat menciptakan
sesuatu yang berharga karena hal tersebut memberikan perusahaan keunggulan
daya saing pada saat merekut dan meyakinkan karyawan yang berprestasi
untuk tetap bekerja di perusahaan tersebut.

4. Implementasi
Langkah-langkah berikut dapat diambil untuk memastikan keberhasilan implementasi
dari kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi:
a. Komitmen perusahaan dalam mengembangkan dan mendukung kebijakan.
b. Menciptakan kelompok kerja.
c. Menyesuaikan kebijakan berdasarkan atas kebutuhan, kondisi, dan sumberdaya
dari masing-masing perusahaan:
d. Ruang, lokasi fasilitas, kebijakan pemberian ASI, isi ruangan, dsb.
e. Daftar periksa untuk kebijakan tertulis (cuti melahirkan, jenis-jenis cuti lainnya,
tipetipe akomodasi yang dapat ditawarkan oleh perusahaan pada karyawan mereka
yang sedang menyusui, waktu rehat untuk memerah ASI atau memberikan ASI,
kelas-kelas edukasi dan dukungan konseling).
f. Oral and written socialisation of the policy at every level (management, employees,
unions).
g. Menerbitkan sertifikat/akreditasi sebagai bukti bahwa perusahaan adalah tempat
yang ramah laktasi dan perusahaan tersebut sungguh-sungguh menerapkan
kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi.
h. Melaksanakan telaah tahunan terhadap kepatuhan untuk memastikan bahwa
kebijakan perusahaan tentang Tempat Kerja Ramah Laktasi tetap memenuhi
standar. Temukan dan pecahkan setiap persoalan yang ada.
i. Publikasikan.

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 13


5. Peraturan dan Sanksi
a. Pasal 22 Undang-undang No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak: “Negara &
pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan
sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak“. Dalam
penjelasan pasal disebutkan bahwa sarana dan prasarana itu salah satunya
adalah ruang menyusui,
b. Pasal 83 Undang-undang No.13/2003 tentang Ketenagakerjaan

“Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusu harus diberi


kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan
selama waktu kerja”

c. Pasal 128 UU Kesehatan:

1. setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan
selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis
2. selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, pemerintah, pemerintah
daerah dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan
penyediaan waktu dan fasilitas khusus
3. penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diadakan di tempat kerja dan di tempat sarana umum

d. Pasal 2 Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan,


Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri Kesehatan No.
48/MEN.PP/XII/2008, PER.27/MEN/XII/2008 dan 1177/MENKES/
PB/XII/2008 tahun 2008 tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama
Waktu Kerja di Tempat Kerja

Tujuan peraturan bersama ini:


1) memberi kesempatan kepada pekerja/buruh perempuan untuk memberikan
atau memerah asi selama waktu kerja dan menyimpan asi perah untuk
diberikan kepada anaknya
2) memenuhi hak pekerja/buruh perempuan untuk meningkatkan kesehatan
ibu dan anaknya

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 14


3) memenuhi hak anak untuk mendapatkan asi guna meningkatkan gizi dan
kekebalan anak dan
4) meningkatan kualitas sumber daya manusia sejak dini.

e. Pasal 49 ayat (2) Undang-undang No. 49/1999 tentang Hak Asasi Manusia:

“Wanita berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan


pekerjaan atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam
keselamatan dan atau kesehatannya berkenaan dengan fungsi reproduksi
wanita.”
Penjelasan pasal ini menyebutkan bahwa yang disebut dengan “perlindungan
khusus terhadap fungsi reproduksi” adalah pelayanan kesehatan yang
berkaitan dengan haid, hamil, melahirkan dan pemberian kesempatan untuk
menyusui anak

B. Kewajiban Pengurus Tempat Kerja Terkait Laktasi


1. Pengertian
2. Kewajiban Pengurus Tempat Kerja terkait Laktasi

a. Membangun fasilitas yang layak di tempat kerja untuk kaum ibu yang bekerja agar
dapat menyusui/memompa air susunya (ruang menyusui).
b. Memberi kesempatan pada kaum ibu yang bekerja untuk memberikan
ASI/memerah susu ibu selama jam kerja.
c. Memastikan bahwa cuti melahirkan selama 3 bulan lebih bersifat fleksibel. Tidak
selamanya harus diambil 1½ bulan masa cuti sebelum melahirkan dan 1½ bulan
masa cuti setelah melahirkan, tetapi disarankan bahwa cuti melahirkan disesuaikan
dengan masa-masa yang mendekati waktu melahirkan, berdasarkan surat rujukan
yang dikeluarkan oleh dokter. Dengan demikian hal ini akan memungkinkan sang
ibu untuk memiliki lebih banyak waktu untuk menyusui setelah melahirkan dan
untuk mempersiapkan sang ibu untuk kembali bekerja.

4. Sosialisasi, Bimbingan dan Pengawasan


a. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan bertugas dan bertanggung jawab:

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 15


1) memberikan pengetahuan dan pemahaman pada pekerja/buruh perempuan
tentang pentingnya ASI bagi tumbuh kembang anak serta kesehatan pekerja/
buruh perempuan;
2) memberikan pemahaman dan kesadaran pengusaha/pengurus di tempat kerja
tentang pemberian kesempatan kepada pekerja/buruh perempuan untuk
memerah ASI selama waktu kerja di tempat kerja
b. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi bertugas dan bertanggung jawab:
1) mendorong pengusaha/pengurus, serikat pekerja/serikat buruh agar mengatur
tata cara pelaksanaan pemberian ASI dalam Peraturan Perusahaan atau
Perjanjian Kerja Bersama dengan mengacu pada ketentuan Peraturan
Perundang-undangan Ketenagakerjaan;
2) mengkoordinasikan pemasyarakatan pemberian ASI di tempat kerja.

c. Menteri Kesehatan bertugas dan bertanggung jawab :


1) melakukan pelatihan dan menyediakan petugas terlatih pemberian ASI;
2) menyediakan, menyebarluaskan bahan-bahan komunikasi, informasi dan
edukasi tentang peningkatan pemberian ASI.

3) Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, Departemen Tenaga Kerja dan


Transmigrasi, dan Departemen Kesehatan dalam upaya melaksanakan peningkatan
pemberian ASI selama waktu kerja di tempat kerja, melakukan pembinaan secara
bersama-sama., Pembinaan sebagaimana dimaksud meliputi sosialisasi,
pelatihan,pemantauan, dan evaluasi.Hasil pembinaan sebagaimana digunakan sebagai
bahan
masukan bagi pelaksanaan Program Peningkatan Pemberian ASI. Pembinaan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh kelompok kerja. Yang terdiri
dari wakil Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, Departemen Tenaga Kerja
dan Transmigrasi, dan Departemen Kesehatan yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan. Biaya pelaksanaan pembinaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dibebankan kepadaanggaran Kementerian
Negara Pemberdayaan Perempuan, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan
Departemen Kesehatan sesuai bidang tugas masing-masing.

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 16


C. Persepsi
1. Pengertian
Menurut Sunaryo (2004), persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas/hubungan,
dan perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui atau mengartikan
setelah panca indera mendapatkan rangsangan. Dengan demikian persepsi dapat
diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui panca indera yang didahului
oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan dan menghayati
tentang hal yang diamati, baik yang ada diluar maupun yang ada di diri individu.
Sedangkan menurut Pritchard (1986) yang berperan dalam pembentukan persesi
adalah kognitif, afektif, kepribadian dan budaya yang dimiliki seseorang yang berasal
dari kenyataan yang ada di lingkungannya, pengalaman masa lalu serta keasaan
terakhir tentang emosi maupun motivasi seseorang. Lebih lanjut dikatakan bahwa
dengan melihat salah satu saja dari ketiga respons yaitu afektif, kognitif maka sikap
seseorang sudah dapat diketahui (Azwar, 2004).
2. Komponen

C. Kerangka Teori

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 17


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. RANCANGAN PENELITIAN
1. Kerangka Konsep

Implemantasi kebijakan tempat kerja ramah


lingkungan

komponen

Ukuran dan tujuan

Sumber daya

Disposisi

Karakteristik badan pelaksana

2. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif , dengan menggunakan pendekatan
survei observasional dimana pengumpulan data dilakukan melalui indepth interview
(wawancara mendalam)

3. Populasi dan sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah pengurus tempat kerja di Kota Semarang dengan
sampel berjumlah 4 orang responden dengan 4 orang responden triangulasi

4. Definisi Operasional
a. Tempat Kerja adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu
Tempat Kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
b. Kebijakan Tempat Kerja Ramah Laktasi adalah Kebijakan-kebijakan yang
sedemikian telah dikembangkan oleh perusahaan yang berkehendak untuk

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 18


mendukung kaum ibu dalam perusahaannya dan kebutuhan kaum ibu tersebut
untuk terus memberikan ASI pada saat mereka bekerja
c. Persepsi tentang komponen kebijakan ramah laktasi adalah pandangan tentang
komponen kebijakan ramah laktasi yaitu ruang laktasi, kebijakan tertulis
d. Persepsi tentang Manfaat kebijakan ramah laktasi adalah pandangan tentang
manfaat bagi ibu, manfaat bagi perusahaan dan manfaat bagi masyarakat
e. Persepsi tentang Implementasi kebijakan ramah laktasi adalah pandangan tentang
langkah-langkah yang dilaksanakan untuk menjalankan kebijakan ramah laktasi
f. Persepsi tentang Peraturan dan Sanksi adalah pandangan tentang peraturan terkait
Laktasi dan sanksi pelanggarannya

5. Analisa Data
Data kualitatif diolah dengan metode analisa isi, dengan melalui tahapan
pengumpulan data, penyederhanaan atau reduksi data, penyajian data dan verifikasi
simpulan

6. Instrumen

Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara terbuka dengan pertanyaan


terkait :

a. karakteristik responden
b. ketersediaan komponen kebijakan tempat kerja ramah laktasi
c. sumber daya pendukung kebijakan tempat kerja ramah laktasi
d. disposisi kebijakan tempat kerja ramah laktasi
e. Ukuran dan tujuan kebijakan tempat kerja ramah laktasi
f. karakteristik pelaksana kebijakan tempat kerja ramah laktasi

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 19


DAFTAR PUSTAKA

Better Work Indonesia Dan Aimi ,2012, Lingkungan Kerja Ramah Laktasi Pedoman Untuk
Perusahaan

Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi, Dan Menteri Kesehatan Nomor 48/Men.Pp/Xii/2008, Per.27/Men/Xii/2008,
Dan 1177/Menkes/Pb/Xii/2008 Tahun 2008 Tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu
Selama Waktu Kerja Di Tempat Kerja

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air
Susu Ibu Eksklusif

Basrowi, Ray,2013,Kliping Berita Kesehatan;Tak Ada Ruang Laktasi,Ibu Memompa Asi Di


Toilet Pusat Komunikasi Publik Setjen Kementrian Kesehatan 15 Mei 2013

Riyadi, Slamet, 2012, Tinjauan Terhadap Peraturan Pemerintah Tentang Pemberian Air Susu
Ibu Eksklusif, Perspektif Regulasi.Pascasarjana Uin Syarif Hidayatullah, Jakarta

Saptiti Sari, Yuliana, 2013, Analisis Implementasi Program Pemberian Asi Eksklusif Di
Puskesmas Brangsong 02 Kabupaten Kendal .Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013, Volume 2,
Nomor 1, Tahun 2013 Online Di Http://Ejournals1.Undip.Ac.Id/Index.Php/Jkm 1

Kebijakan Departemen Kesehatan Tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (Asi)
Pekerja Wanita, 2003, Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI

Profil Kesehatan Kota Semarang 2011. Dinas Kesehatan Kota Semarang

Sari, Tirta Prawita. 2012. Siaran Pers Menyambut Pekan Asi Se Dunia Yayasan Gerakan
Masyarakat Sadar Gizi . Ibu menyusui Asi Ekslusif; Aktif Bekerja Atau Cuti?. Di unduh di
www.sadargizi.com

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 20


Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2011.Semarang Dalam Angka Tahun 2012
Aimi Jateng. 2012.Manajemen Laktasi Untuk Ibu Bekerja. Di unduh di aimijateng-asi.org

Betterwork Indonesia Newsletter Edisi Ke 4 Tahun 2012. Kolaborasi Antara Bwi Dan Aimi:
Memastikan Tempat Kerja Yang Ramah Pada Ibu Menyusui

2013. Ruang Laktasi Bagi Para Pns Pemkot.www.semarang.go.id

Publikasi Linkages.Edisi Oktober 2002. Pemberian Asi Eksklusif Atau Asi Saja :Satu-
Satunya Sumber Cairan Yang Dibutuhkan Bayi Usia Dini

Yuwono, Slamet Riyadi. 2012.Pedoman Pekan Asi Sedunia 2012. Direktur Jenderal Bina
Gizi Dan Kia,Kementrian Kesehatan Indonesia

Tasya , Amanda .2012. Hak Ibu Menyusui Di Indonesia. Aimi-asi.org

http://finance.detik.com/read/2011/10/11/132520/1741454/1036/ibu-ibu-protes-pengusaha-
yang-keberatan-dengan-rpp-asi

Eny Mayasari Dewi | Outline Tesis 21

Anda mungkin juga menyukai