Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MANDIRI BIOKIMIA 1

Nama : Fatimah Az’zahra Hadi Pasha


NIM : 06101281924023
Kelas : Indralaya

DOSEN PENGAMPU:

DRS. MADE SUKARYAWAN, M.Si., Ph.D


DR. DIAH KARTIKA SARI, M.Si
TUGAS MANDIRI
BIOKIMIA
PKIMIA

DOSEN MATA KULIAH: MADE SUKARYAWAN


DIAH KARTIKA SARI
PERTEMUAN 3

Reaksi dan Pemisahan Asam Amino

 Reaksi Asam Amino

Gugus amino dapat memberikan reaksi asetilasi, dan gugus karboksil esterifikasi.
Walaupun kita tidak akan menganalisa semua reaksi-reaksi organic spesifik asam amino,
terdapat dua reaksi penting yang secara luas dipergunakan untuk melakukan deteksi,
pengukuran, dan identifikasi asam amino.

Yang pertama adalah reaksi ninhidrin, yang digunakan untuk mendeteksi dan menduga
asam amino secara kuantitatif dalam jumlah kecil. Pemanasan dengan ninhidrin berlebih
menghasilkan produk berwarna ungu pada semua asam amino yang mempunyai gugus α-
amino bebas, sedangkan produk yang dihasilkan oleh prolin berwarna kuning, karena pada
molekul ini terjadi subtitusi gugus α-amino. Pada kondisi yang sesuai intensitas warna yang
dihasilkan dapat dipergunakan untuk mengukur konsentrasi asam amino secara kalorimetrik.
Metoda ini amat sensitive bagi pengukuran konsentrasi asam amino.

Reaksi kedua asam amino yang penting adalah dengan pereaksi 1-fluoro-2,4-dini-
trobenzen (FDNB). Di dalam larutan basa encer, FDNB bereaksi dengan asam α-amino
menghasilkan turunan 2,4-dinitrofenil, yang berguna dalam identifikasi masing-masing asam
amino. Kemudian kita akan pentingnya reaksi ini, dalam menentukan deret asam amino
peptida.
Seperti yang diketahui bahwa asam amino memiliki dua buah gugus fungsi yaitu gugus
amino dan gugus karboksil. Masing-masing gugus fungsi ini tentu reaktif dan akan menjalani
reaksi-reaksinya sendiri.

REAKSI TERHADAP GUGUS AMINO

1. Reaksi pembentukan garam

Contoh reaksi :

Garam yang terbentuk biasanya akan sedikit larut dalam air.

2. Asetilasi

Asam amino dapat menjalani reaksi asetilasi dengan meraksikannya dengan asam asetat
anhidrat, asetil klorida atau asam benzoat.

Salah satu contoh reaksi asetilasi adalah reaksi glisin dengan asam benzoate didalam
tubuh hewan yang merupakan proses detoksinasi yang penting. Reaksinya sebagai berikut :
3. Reaksi Van Skyle dengan pereaksi asam nitrit

Karena bersifat asam, maka asam nitric (HONO = HNO2) akan beraksi dengan gugus
amino dari asam amino membentuk asam hidroksi dan membebaskan N2.

Reaksinya sebagai berikut :

Reaksi ini utamanya digunakan oleh van skyle untuk menghitung jumlah gugus amino
bebas dalam asam amino, peptid maupun protein.

4. Deaminasi

Gugus amino pada asam amino tahan terhadap hidrolisis tetapi akan dengan mudah
dipisahkan apabila dioksidasi dengan H2O2 atau KMnO4.

REAKSI TERHADAP GUGUS KARBOKSIL

1. Dekarboksilasi

Bila asam amino dipanaskan dengan BaO lalu didestilasi kering maka CO2 akan
dibebaskan dan terbentuk suatu amida.
2. Titrasi Sorensen

Karena sifat amfoternya, asam-asam amino tidak dapat dititrasi langsung dengan basa.
Bila ingin mentitrasi asam amino baik dengan asam maupun basa maka asam aminonya harus
direaksikan dulu dengan formalin. Reaksi ini akan membentuk metil glisin atau dimetilol.
Senyawa ini merupakan glisin yang bersifat asam kuat.

Reaksi pembentukannya sebagai berikut :

3. Reaksi Pembentukan Laktam

Asam-asam amino dikarboksilat dapat melepaskan air dan senyawa yang terjadi disebut
laktam.

 Pemisahan Asam Amino


1) Elektroforesis kertas memisahkan asam-amino berdasarkan muatan listrik

Metode yang paling sederhana untuk memisahkan asam amino adalah elektroforesis kertas.
Setetes larutan dari campuran asam amino ditempatkan pada selembar kertas filter yang
sudah dibasahi oleh buffer pada pH tertentu. Medan listrik pada tegangan tinggi diberikan
pada kertas tersebut. Karena perbedaan nilai Pk, asam amino akan bermigrasi menuju arah
yang berbeda dan pada kecepatan yang berbeda disepanjang kertas tergantung pada pH
system buffer dan tegangan listrik yang dipergunakan. Sebagai contoh pada pH 1,0, histidin,
arginine, dan lisin mempunyai muatan +2 dan bergerak lebih cepat menuju katoda bermuatan
negative dibandingkan dnegan asam amino lainnya, yang mempunyai muatan +1. Pda pH 6,0
sebaliknya, asam amino bermuatan positif (lisin, arginine, hitidin) bergerak menuju katoda
dan asam amino bermuatan negatif (asam aspartate dan asam glutamat) menuju anod. Semua
asam amino lain akan tinggal pada atau dekat titik asal, karena senyawa ini tidak mempunyai
gugus mengion selain dari gugus α-amino dan α-karboksil, dan karenanya, mempunyai titik
isoelektrik yang hamper sama seperti dapat ditentukan dari nilai pK1 dan pK2. Untuk
menetapkan letak letak asam amino pada kertas, dilakukan pengeringan dan penyemprotan
dengan ninhdirin dan pemanasan. Spot berwarna biru atau ungu. Masing - masing
menunjukkan adanya asam amino, akan muncul pada kertas. Asam amino yang telah
diketahui diperlukkan serupa, dengan kondisi yang sama, sebagai “marker” untuk
menentukan letak spesifiknya.

2) Kromatografi penukar ion merupakan proses pemisahan yang lebih berguna

Kromatografi penukar ion merupakan metoda yang paling banyak dipergunakan untuk
memisahkan, mengidentifikasi, dan menghitung jumlah tiap – tiap asam amino di dalam
suatu campuran. Metode ini juga memanfaatkan perbedaan dalam tingkahlaku asam – basa
dari asam amino, tetapi terdapat faktor tambahan yang menyebabkan prosedur ini efektif.
Kolo, kromatografi terdiri dari tabung panjang yang diisi oleh granula resin sintetik yang
mengandung gugus yang bermuatan tetap. Resin dengan gugus anion tertentu disebut resin
penukaran kation: resin dengan gugus kation tertentu disebut resin penukar anion. Dalam
bentuk kromatografi penukar ion yang paling sederhana, asam amino dapat dipisahkan pada
kolom resin penukar kation . Dalam hal ini gugus anion terikatnya, missal gugus asam
−¿¿
sulfonat (−SO3 ), pertama – tama diberikan bermuatan dengan Na+ . Larutan asam (pH 3,0)
dari campuran asam amino yang akan dianalisa dituang kedalam kolom dan dibiarkan
tersaring secara perlahan – lahan. Pada pH 3,0 sebagian besar asam amino berbentuk kation
dengan muatan total positif, tetapi senyawa – senyawa ini berbeda didalam tingkat
megionnya. Pada saat campuran mengalir melalui kolom, asam amino bermuatan positif akan
−¿¿
menukar ion Na+, yang berikatan dengan gugus −SO 3 pada partikel resin, pada pH 3,0,
asam amino yang bermuatan paling positif (lisin, arginim dan histidin) akan menukar Na +,
pertama – tama dari resin, yang lalu akan terikat paling kuat pada resin asam amino yang
pada pH 3,0 bermuatan positif paling kecil (asam glutamat dan aspartate) akan terikat paling
lemah. Semua asam amino yang lain akan mempunyai muatan positif bawah kolom resin
pada kecepatan yang berbeda, yang tergantung terutama pada nilai resin. Asam glutamate dan
aspartat akan bergerak kebawah kolom pada kecepatan paling tinggi, karena ikatan senyawa
senyawa ini dengan resin paling lemah pada pH 3,0. Sedangkan lisin, arganin, dan hsitidin
akan bergerak paling lambat. fraksi – fraksi kecil pada beberapa milliliter, masing – masing
dikumpulkan dari bagian bawah kolom dan dianalisa secara kuantitatif. Seluruh prosedur ini
telah diotomasikan, sehingga pencucian, pengumpulan asam amino
DAFTAR PUSTAKA

Lehninger, A. L. 1988. Dasar-Dasar Biokimia, Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai