Anda di halaman 1dari 8

Nama : Maulina Dinda Putri

NIM : 06101281924066
Kelas : Indralaya

RANGKUMAN PERTEMUAN 3
PEMISAHAN ASAM AMINO

Asam amino mengandung gugus amino dan karboksil, senyawa ini akan
memberikan reaksi kimia yang mencirikan gugus-gugus fungsional. Sebagai
contoh, gugus amino dapat memberikan reaksi asetilasi, dan gugus karboksil
memberikan reaksi esterifikasi. Walaupun tidak dapat menganalisa semua reaksi-
reaksi organik spesifik asam amino, terdapat dua reaksi penting yang secara luas
dipergunakan untuk melakukan deteksi, pengukuran, dan identifikasi asam amino.

Yang pertama adalah reaksi ninhidrin, yang digunakan untuk mendeteksi


dan menduga asam amino secara kuantitatif dalam jumlah kecil. Pemanasan
dengan hidrogen berlebih menghasilkan produk berwarna ungu pada semua asam
amino yang mempunyai gugus α amino bebas, sedangkan produk yang dihasilkan
oleh prolin berwarna kuning, karena pada molekul ini terjadi substitusi gugus α
amino. Pada kondisi yang sesuai, intensitas warna yang dihasilkan dapat
dipergunakan untuk mengukur konsentrasi asam amino secara kalorimetrik.
Metode ini amat sensitif bagi pengukuran konsentrasi asam amino.
Reaksi kedua dari asam amino yang penting adalah dengan pereaksi 1-
flouro-2,4-dini-trobenzen (FDNB). Di dalam larutan basa encer, FDNB bereaksi
dengan asam α amino menghasilkan turunan 2,4-dinitrofenil, yang berguna dalam
identifikasi masing-masing asam amino.

Metode yang paling sederhana untuk memisahkan asam amino adalah


dengan elektroforesis kertas. Hal ini dapat dilakukan dengan meneteskan larutan
dari campuran asam amino di atas kertas dan dikeringkan. Kertas tersebut
dibasahi dengan buffer pada pH tertentu yang berfungsi pembawa larutan asam
amino standar atau mengalirkan arus yang bermuatan positif/negatif, kemudian
kertas tersebut ditempatkan di antara lempengan pendingin. Ujung kertas dicelup
ke dalam kompartemen elektroda. Penggunaan medan listrik dengan aliran listrik
searah, memisahkan asam amino berdasarkan muatan listrik total pada pH yang
dipergunakan. Asam amino yang bersifat sebagai kation pada pH tersebut akan
bergerak menuju katoda atau kutub negatif. Contoh asam amino bermuatan positif
adalah lisin, arginin, dan histidin. Sedang asam amino yang bersifat sebagai anion
(misalnya asam aspartat dan asam glutamat) akan bergerak menuju anoda atau
kutub positif seperti yang ditunjukkan pada T1. Pada akhir proses T2, kertas
dikeringkan, disemprot dengan ninhidrin, dan dipanaskan, akan memperlihatkan
letak asam amino. Spot berwarna biru atau ungu, masing-masing menunjukkan
adanya asam amino, akan muncul pada kertas.

Kromatografi penukar ion merupakan metode yang paling banyak


dipergunakan untuk memisahkan, mengidentifikasi, dan menghitung jumlah tiap-
tiap asam amino di dalam suatu campuran. Metode ini juga memanfaatkan
perbedaan dalam tingkah laku asam-basa dari asam amino, tetapi terdapat faktor
tambahan yang menyebabkan prosedur ini efektif. Kolom kromatografi terdiri dari
tabung panjang yang diisi oleh granula resin sintetik yang mengandung gugus
yang bermuatan tetap. Resin dengan gugus anion tertentu disebut resin penukar
kation; resin dengan kation tertentu disebut resin penukar anion.

Dalam bentuk kromatografi penukar ion yang paling sederhana, asam


amino dapat dipisahkan pada kolom resin penukar kation. Dalam hal ini, gugus
anion terikatnya, misalnya gugus asam sulfonat (-SO 3-), pertama-tama diberi
bermuatan dengan Na+. Larutan asam (pH 3,0) dari campuran asam amino yang
akan dianalisa dituang ke dalam kolom dan dibiarkan tersaring secara perlahan.
Pada pH 3,0 sebagian besar asam amino berbentuk kation dengan muatan total
positif, tetapi senyawa-senyawa ini berbeda di dalam tingkat mengionnya. Pada
saat campuran mengalir melalui kolom, asam amino bermuatan positif akan
menukar ion Na+, yang berikatan dengan gugus tetap pada partikel resin. Pada pH
3,0 asam amino yang bermuatan paling positif (lisin, arginin, dan histidin) akan
menukar Na+, pertama-tama dari resin, lalu akan terikat paling kuat pada resin.

Dari 20 jenis asam amino, ada yang tidak dapat disintesis oleh tubuh kita
sehingga harus ada di dalam makanan yang kita makan. Asam amino ini
dinamakan asam amino esensial. Selebihnya adalah asam amino yang dapat
disintesis dari asam amino lain. Asam amino ini dinamakan asam amino
nonesensial.

1. Biosintesis glutamat dan aspartat


Glutamat dan aspartat disintesis dari asam α-keto dengan reaksi tranaminasi
sederhana. Katalisator reaksi ini adalah enzim glutamat dehidrogenase dan
selanjutnya oleh aspartat aminotransferase, AST.
Aspartat juga diturunkan dari asparagin dengan bantuan asparaginase. Peran
penting glutamat adalah sebagai donor amino intraseluler utama untuk reaksi
transaminasi. Sedangkan aspartat adalah sebagai prekursor ornitin untuk siklus
urea.
2. Biosintesis alanin
Alanin dipindahkan ke sirkulasi oleh berbagai jaringan, tetapi umumnya oleh
otot. Alanin dibentuk dari piruvat. Hati mengakumulasi alanin plasma,
kebalikan transaminasi yang terjadi di otot dan secara proporsional
meningkatkan produksi urea. Alanin dipindahkan dari otot ke hati bersamaan
dengan transportasi glukosa dari hati kembali ke otot. Proses ini dinamakan
siklus glukosa-alanin. Fitur kunci dari siklus ini adalah bahwa dalam 1
molekul, alanin, jaringan perifer mengekspor piruvat dan amonia ke hati, di
mana rangka karbon didaur ulang dan mayoritas nitrogen dieliminir.
3. Biosintesis sistein
Sulfur untuk sintesis sistein berasal dari metionin. Kondensasi dari ATP dan
metionin dikatalisis oleh enzim metionin adenosiltransfrease menghasilkan S-
adenosilmetionin (SAM).

SAM merupakan precursor untuk sejumlah reaksi transfer metil (misalnya


konversi norepinefrin menjadi epinefrin). Akibat dari tranfer metil adalah
perubahan SAM menjadi S-adenosilhomosistein. S-adenosilhomosistein
selanjutnya berubah menjadi homosistein dan adenosin dengan bantuan enzim
adenosilhomosisteinase. Homosistein dapat diubah kembali menjadi metionin
oleh metionin sintase.
4. Biosintesis Tirosin
Tirosin diproduksi di dalam sel dengan hidroksilasi fenilalanin. Setengah dari
fenilalanin dibutuhkan untuk memproduksi tirosin. Jika diet kita kaya tirosin,
hal ini akan mengurangi kebutuhan fenilalanin sampai dengan 50%.
Fenilalanin hidroksilase adalah campuran fungsi oksigenase: 1 atom oksigen
digabungkan ke air dan lainnya ke gugus hidroksil dari tirosin. Reduktan yang
dihasilkan adalah tetrahidrofolat kofaktor tetrahidrobiopterin, yang
dipertahankan dalam status tereduksi oleh NADH-dependent enzyme
dihydropteridine.

5. Biosintesis ornitin dan prolin


Glutamat adalah prekursor ornitin dan prolin. Dengan glutamat semialdehid
menjadi intermediat titik cabang menjadi satu dari 2 produk atau lainnya.
Ornitin bukan salah satu dari 20 asam amino yang digunakan untuk sintesis
protein. Ornitin memainkan peran signifikan sebagai akseptor karbamoil fosfat
dalam siklus urea. Ornitin memiliki peran penting tambahan sebagai prekursor
untuk sintesis poliamin. Produksi ornitin dari glutamat penting ketika diet
arginin sebagai sumber lain untuk ornitin terbatas.
6. Biosintesis serin
Jalur utama untuk serin dimulai dari intermediat glikolitik 3- fosfogliserat.
NADH-linked dehidrogenase mengubah 3- fosfogliserat menjadi sebuah asam
keto yaitu 3-fosfopiruvat, sesuai untuk transaminasi subsekuen. Aktivitas
aminotransferase dengan glutamat sebagai donor menghasilkan 3-fosfoserin,
yang diubah menjadi serin oleh fosfoserin fosfatase.
7. Biosintesis glisin
Jalur utama untuk glisin adalah 1 tahap reaksi yang dikatalisis oleh serin
hidroksimetiltransferase. Reaksi ini melibatkan transfer gugus hidroksimetil
dari serin untuk kofaktor tetrahidrofolat (THF), menghasilkan glisin dan N 5,
N10-metilen-THF.
8. Biosintesis aspartat, asparagin, glutamat dan glutamin
Glutamat disintesis dengan aminasi reduktif α-ketoglutarat yang dikatalisis
oleh glutamat dehidrogenase yang merupakan reaksi nitrogen-fixing. Glutamat
juga dihasilkan oleh reaksi aminotranferase, yang dalam hal ini nitrogen amino
diberikan oleh sejumlah asam amino lain. Sehingga, glutamat merupakan
kolektor umum nitrogen amino.
Aspartat dibentuk dalam reaksi transaminasi yang dikatalisis oleh aspartat
transaminase, AST. Reaksi ini menggunakan analog asam α-keto aspartat,
oksaloasetat, dan glutamat sebagai donor amino. Aspartat juga dapat dibentuk
dengan deaminasi asparagin yangdikatalisis oleh asparaginase.
Asparagin sintetase dan glutamin sintetase mengkatalisis produksi asparagin
dan glutamin dari asam α-amino yang sesuai. Glutamin dihasilkan dari
glutamat dengan inkorporasilangsung amonia dan ini merupakan reaksi fixing
nitrogen lain. Tetapi asparagin terbentuk oleh reaksi amidotransferase.
DAFTAR PUSTAKA

Sulistiana, Susi. 2017. Modul Praltikum Biokimia.


http://repository.ut.ac.id/4428/1/BIOL4341-M1.pdf. Diakses pada tanggal
28 Agustus 2021.

Oktavianti, N. 2021. Modul Biokimia Materi Metabolisme Protein, Asam Amino


dan Genetik. Lampung: Prodi Pendidikan Biologi UIN Raden Intan
Lampung.

Thenawijaya, M. 1998. Lehninger Dasar-dasar Biokimia jilid 1 (terjemahan).


Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai