Anda di halaman 1dari 3

Dinamika Kepribadian

Dinamika psyche atau kepribadian menyatakan bahwa struktur psyche itu tidak statis,
melainkan dinamis yang bergerak terus menerus. Dinamika timbul akibat adanya energi
psikis yang disebut libido. Pembagian energi psikis berasal dari pengalaman individual dan
menggerakkan berbagai aktivitas seperti berpikir, berkeinginan, berjuang, dan sebagainya.
Jung mengadopsi konsep fisika dalam menjelaskan fungsi dari energi psikis. Jung
mengembangkan tiga prinsip, pertama opposite (berlawanan), ekuivalen, dan entropi.
1. Prinsip opposite (berlawanan) dapat dilihat dari seluruh konsep yang dikembangkan Jung.
Menurutnya keberadaan opposite atau kutub (polarities) dalam energi psikis: setiap keinginan
atau perasaan memiliki opposite. Opposite ini disebut dengan antitesis – konflik diantara
kutub- merupakan motivator utama dari perilaku dan generator dari energi. Makin tajam
konflik antara dua kutub, makin besar energi yang dihasilkan.
2. Prinsip ekuivalensi Jung menggunakan prinsip fisika dalam konservasi energi. Ia
menyatakan bahwa energi yang dikeluarkan pada dasarnya tidak hilang, tetapi akan berubah
menjadi bentuk lain dalam bagian kepribadian. Selanjutnya jika nilai psikis dalam area
tertentu melemah atau menghilang energi akan ditransfer ke tempat lain dalam psyche.
Misalnya, jika seseorang kehilangan hobi tertentu atau minat tertentu, bentuk energi psikis
akan digantikan dengan bentuk peminatan lain yang baru. Energi psikis digunakan untuk
kegiatan sadar ketika kita bangun diganti mimpi ketika kita tidur. Kata ekuivalensi memberi
makna bahwa area baru pengganti energi tersebut harus memiliki kesamaan (equal) dalam
nilai psikis, artinya harus memiliki kesamaan hasrat, memaksa dan mengagumkan.
Sebaliknya ekses energi akan mengalir ke dalam ketidaksadaran, apapun arah dan cara energi
tersebut mengalir, prinsip equivalen memastikan bahwa energi secara terus menerus
didistribusikan ulang dalam kepribadian.
3. Dalam ilmu fisika, prinsip entropi merujuk kepada penyamaan energi yang berbeda,
misalnya apabila sebuah benda yang panas dan benda yang dingin diletakan berdekatan dan
saling berhubungan langsung, maka panas akan mengalir dari benda yang lebih panas ke
benda yang lebih dingin sampai mencapai keseimbangan pada suhu yang sama. Efeknya
adalah akan terjadi pertukaran energi, hasilnya adalah keseimbangan homeostatis antara
benda-benda tersebut. Jung menerapkan hukum energi psikis dan mengajukannya untuk
menjelaskan pendekatan terhadap kesimbangan atau equilibrium dalam kepribadian. Jika
terdapat dua keinginan atau kepercayaan yang sangat berbeda dalam intensitas atau nilai
psikis, energi akan mengalir dari yang lebih kuat kepada yang lebih lemah. Idealnya
kepribadian memiliki distribusi energi psikis yang equal dalam seluruh aspek. Tetapi
kenyataannya kondisi ideal ini tidak pernah tercapai. Jika terjadi keseimbangan atau
equilibrium yang sempurna dapat dicapai maka kepribadian tidak lagi memiliki energi psikis,
karena prinsip opposisi memerlukan konflik untuk energi psikis yang diproduksi.
Gerak energi dalam kepribadian mempunyai arah yaitu gerak progresif dan regresif. Gerak
progresif adalah gerak ke kesadaran dan berbentuk proses penyesuaian yang terus menerus
terhadap tuntutan kehidupan sadar. Gerakan regresif muncul akibat kegagalan penyesuaian
secara sadar dan terbangunnya ketidaksadaran melalui kompleks. Progresif terjadi atas dasar
keharusan individu menyesuaikan diri terhadap dunia luar, sedangkan regresif terjadi atas
dasar keharusan individu menyesuaikan diri ke dalam diri sendiri.
Sifat pokok proses energi selain arahnya adalah nilai intensitas. Intensitas energi
(Werteintensität) adalah sebuah gambaran yang menghasilkan fantasi dari ketidaksadaran
menjadi gambaran dalam mimpi. Orang yang pikirannya sangat berkembang, maka
perasaannya sangat tidak berkembang. Sedangkan orang yang terlalu berkembang sifat
jantannya, maka sifat betina akan terdesak ke dalam kelemah lembutnya, kehalusannya akan
tidak tampak dari luar. Hal ini menuntut kompensasi yang dapat dipenuhi dengan mimpi atau
fantasi. Aspek yang berpasangan tidak selamanya berlawanan, sehingga menciptakan
kepribadian yang selalu dinamis.

Tipe-Tipe Psikologi

Jung meyakini bahwa energi psikis dapat disalurkan ke luar, menuju dunia luar, atau
sebaliknya ke dalam diri. Ekstravert itu berarti terbuka, dapat bersosialiasi, asertif secara
sosial, berorientasi kepada orang lain atau dunia luar. Introvert menarik diri seringkali
disebabkan karena merasa malu, cenderung memfokuskan kepada diri sendiri dalam fikiran
dan perasaan. Setiap orang memiliki kapasitas untuk kedua sikap ini, tetapi hanya satu yang
dominan dalam kepribadian. Selain mengembangkan sikap ekstravert dan introvert, Carl Jung
juga mengajukan perbedaan tambahan dalam diri orang yang didasarkan kepada fungsi
psikologisnya. Fungsi ini merujuk kepada cara yang berbeda dan berlawanan dari menerima
atau memahami baik dunia riil di luar maupun dunia subjektif yang di dalam. Menurut Jung
ada empat fungsi psyche, yaitu: sensing, intuiting, thinking dan feeling.
Jung menjelaskan beberapa tipe-tipe psikologis berdasarkan kombinasi antara sikap dan
fungsi-fungsi psikologis, yaitu :
a. Tipe ekstravert thinking
Orang dengan tipe ini hidup terbatas sesuai dengan aturan masyarakat, cenderung untuk
menekan peraaan dan emosinya. Tujuan dari semua aspek dalam hidup dan menjadi
dogmatik dalam pemikiran opini. Mereka mungkin dipandang sebagai orang yang kaku dan
dingin. Mereka cenderung menjadi ilmuwan yang baik karena fokus belajar mereka terhadap
dunia luar dan menggunakan aturan logika untuk menjelaskan dan memahami sesuatu.
b. Tipe introvert thinking
Orang yang tidak dapat bersama dengan orang lain dalam waktu yang lama dan kesulitan
untuk mengkomunikasikan ide-idenya. Orang tipe ini lebih memfokuskan kepada pemikiran,
ketimbang perasaan dan memiliki keputusan praktis yang sedikit, lebih mendalam terhadap
privasi. Mereka lebih suka menerima abstraksi dan teori. Fokus mereka lebih memahami diri
sendiri daripada kepada orang lain. Orang lain akan melihatnya keras kepala, penyendiri,
angkuh dan kurang perhatian terhadap orang lain.
c. Tipe Extravert feeling
Orang dengan tipe ini cenderung untuk menekan pikiran dan lebih emosional, patuh terhadap
nilai-nilai tradisional dan kode moral yang mereka punyai. Mereka umumnya responsif
secara emosional, mudah berteman dan mudah bersosialisasi. Jung percaya bahwa tipe ini
lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan dengan laki-laki.
d. Tipe introvert feeling
Orang dengan tipe ini, suka menekan pemikiran rasional, memiliki kemampuan emosi yang
mendalam tetapi menghindari diri untuk mengekspresikannya keluar. Mereka terlihat
misterius, tidak dapat disentuh dan cenderung pendiam dan kekanak-kanakan. Mereka hanya
memiliki pertimbangan terhadap perasaan dan pikiran orang lain, terlihat menarik diri, dingin
dan memiliki keyakinan diri yang tinggi.
e. Tipe ekstravert sensing
Orang dengan tipe ini memfokuskan diri kepada kesenangan dan kebahagiaan, mencari
pengalaman baru, sangat berorientasi kepada dunia nyata dan adaptif terhadap berbagai jenis
orang dan perubahan situasi. Cenderung ramah dan memiliki kapasitas yang tinggi untuk
menikmati hidup.
f. Tipe introvert sensing
Orang tipe ini terlihat pasif, tenang dan terpisah dari dunia sehari-hari. Terlibat dalam
aktivitas yang kemanusiaan dengan melakukan berbagai perbuatan baik dan menyenangkan.
Mereka adalah orang yang sensitif secara estetik, ekspresinya dalam seni atau musik dan
cenderung untuk menekan intuisinya.
g. Tipe ekstravert intuitive
Tipe orang yang mencari kesuksesan dalam bisnis dan dunia politik, karena mereka memiliki
kemampuan untuk mengekploitasi setiap kesempatan. Orang-orang tersebut menarik,
memiliki ide-ide baru dan cenderung kreatif. Mereka mampu menginsinpirasi orang untuk
menyelesaikan setiap tugas dan mencapai prestasi. Tetapi, mereka juga cenderung mudah
berubah, berpindah dari satu ide ke ide lain, dan membuat keputusan yang didasarkan kepada
firasat bukan didasarkan kepada refleksi, meskipun demikian seringkali keputusan tersebut
benar.
h. Tipe introvert intuitive
Orang tipe ini memfokuskan pada intuisi orang, sangat sedikit memiliki kontak dengan dunia
nyata. Tipe orang yang visioner dan penghayal- penyendiri, kurang peduli dengan hal-hal
yang bersifat praktis dan kurang dapat memahami orang lain, pertimbangannya aneh dan
eksentrik, mereka umumnya kesulitan untuk mengatasi kehidupan sehari-hari dan perencaan
ke depan.

Sumber:
Hidayat, Dede Rahmat. 2011. Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling.
Bogor: Ghalia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai