Anda di halaman 1dari 1

CATATAN RAMADAN SI NOPAL

(Episode 30)

Azan magrib berkumandang, genap sudah puasa hari ke- 30, menandakan bulan suci ini telah pergi
meninggalkan sejuta peluang amal yang banyak diantara kalangan manusia yang menyia-nyiakan.

Sesuai janji Nopal semalam, ia akan mengajak Adelia untuk mengikuti takbiran bersama sambil jalan-
jalan menikmati suasana alun-alun kota. Perempuan yang sedari dulu ia dambakan menyambut baik
ajakan tersebut, yang membuat Nopal bahagia tak ketulungan dan membuat wajahnya berseri-seri
bagaikan bunga yang bermekaran. Tanpa berlama-lama, ia pun langsung tancap gas menjemput
Adelia pujaan hatinya.

Nopal pun tiba depan rumah Adelia, kedatangannya disambut hangat dengan senyuman penuh
makna, seperti biasa senyuman Adelia memang tak ada duanya. Penampakan itu tentu saja
membuat Nopal semakin bersemangat sejadi-jadinya, sampai-sampai tak kuasa menahan
bahagianya. Dengan perasaan sumringah, Nopal pun melaju ke kota yang jaraknya kurang lebih 20
menit saja. Di tengah perjalanan, mereka berbincang lepas. Sesekali perbincangan mereka diwarnai
keriangan dan gelak tawa. Nopal sangat merasa akrab dengan Adelia, padahal baru kali ini ia
mengajaknya.

Nopal pun semakin yakin, Adelia nyaman bersamanya, sebab baru kali ini ia melihat Adelia tertawa
lepas dan tak jaim ketika diajak Nopal bercanda. Menyusuri kota yang diiringi gelak takbir dari
penjuru sudut kota, Nopal khusyuk bersama Adelia, baginya baru kali ini dunia serasa mendukung
sepenuhnya. Singkat cerita, Nopal dan Adelia kembali dari kota menuju ke kedesa, diperjalanan
pulang Nopal memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya.

Mengutip perkataan K.H Zawawi Imron, Nopal memberitahu Adelia “Adelia izinkan aku mencium
sebutir debu yang melekat diujung sepatumu dan bersediakah engkau menjalin kasih denganku?"
Ungkap Nopal dengan satu kali nafas.

Mendengar itu, Adelia malah merespon dengan ungkapan permohonan maaf.

"Maaf Nopal, aku memang nyaman denganmu, aku suka dengan pemikiranmu dan jiwa humorismu,
tapi Tuhan belum berkehendak menumbuhkan rasa cinta dalam hatiku untukmu. Jika Dia tak
berkehendak, apalah dayaku," ucap Adelia dengan lirih.

(daun-daun berguguran, ranting pohon berjatuhan, malam yang tadinya cerah berubah menjadi
kelam)

Kalimat itu sontak menghancur leburkan hati Nopal. Perasaannya menjadi gubah, jiwanya resah,
hatinya patah, dan amarahnya pun membuncah.

"Perempuan selalu saja begitu. Terkadang, perkataan dengan hatinya selalu bertolak belakang.
Rumit memang untuk menebak isi hati perempuan, apalagi perempuan selalu punya dalih untuk
menolak perasaan pria dengan cara-cara yang tak terduga. Kalau tidak suka, bilang saja tidak suka
tak perlu basa basi" keluh Nopal.

---------------------------------

Sekian 

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H. Semoga tak ada hati yang patah di hari raya yang penuh makna.

Anda mungkin juga menyukai