Anda di halaman 1dari 5

MATERI 3.

ANAMNESIS
By: I Putu Eka Widyadharma

 Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan
berpedoman pada empat pokok pikiran (The Foundamental Four) dan tujuh butir
mutiara anamnesis (The Sacred Seven).
 Dengan anamnesis yang baik 80-90% diagnosis dapat ditegakkan. Hal ini juga
berpengaruh terhadap pemeriksaan lanjutan yang akan diusulkan. Semakin kita
mampu melaksanakan anamnesis dengan baik, pemeriksaan penunjang yang
digunakan untuk diagnosis tidak akan terlalu banyak. Begitu pula sebaliknya.
 Sebelum melakukan anamnesis, terlebih dahulu kita harus menanyakan dulu identitas
dari pasien, yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, ras, status pernikahan, agam,
pekerjaan sebagai data dasar.

1. Empat pokok pikiran (The Fundamental Four )


Sebelum melakukan anamnesis lebih lanjut, pertama yang harus ditanyakan adalah
identitas pasien, yaitu umur, jenis kelamin, ras, status pernikahan, agama dan pekerjaan
 Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
 Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
 Riwayat Kesehatan Keluarga
 Riwayat Sosial dan Ekonomi
2. Riwayat Penyakit Sekarang
o Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan.
o Keluhan utama adalah keluhan yang membuat seseorang datang ke tempat pelayanan
kesehatan untuk mencari pertolongan, misalnya : kelemahan anggota gerak, kejang,
demam, pusing berputar, nyeri pinggang, dll.
o Keluhan utama ini sebaiknya tidak lebih dari satu keluhan. Keluhan lainnya akan
masuk ke keluhan tambahan.
3. Tujuh butir mutiara anamnesis (The Sacred Seven)
a. Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak ?)  untuk mengetahui letak pasti dari
keluhan yang dialami pasien. Contoh: px mengalami nyeri kepala, lokasinya bisa
di frontal, parietal, temporal, occipital. Atau mungkin pasien mengatakan nyeri
kepala padahal sebenarnya dia mengalami nyeri di daerah wajah.
b. Onset/awitan (kapan terjadinya? Berapa lama?)  untuk menentukan apakah
keluhan yang dialami pasien berisfat akut, kronis atau suatu kelainan yang kronis
tetapi mengalami eksaserbasi akut. Biasanya dibagian neurologi, akut atau kronis
ditentukan dari lamanya pasien mengalami keluhan. Kronis = keluhan dialami > 3
bulan.
c. Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?)  sering terkait
dengan frekuensi (berapa kali serangan dalam satu hari/minggu/bulan), durasi
(berapa lama setiap kali serangan), dan intensitas.
d. Kualitas keluhan (rasa seperti apa ?)  missal px nyeri (nyerinya seperti apa?
Terikat/berdenyut/tersetrum listrik/tertusuk-tusuk dsb.)
e. Faktor-faktor yang memperberat dan meringankan keluhan (modified factor).
Tanyakan pada pasien factor apa yg memperberat keluhan yang dialami atau
sebaliknya keluhan akan berkurang apabila pasien itu melakukan aktivitas/kondisi
spt apa.
f. Kronologis  dikaitkan dg bagaimana perjalanan penyakitnya, mulai dari awal
sampai saat ini. Bisa juga dari kesehariannya spt apa. Misal, pagi nyeri lalu
semakin siang semakin hilang. Atau px mengalami nyeri pada malam hari dan
menyebbabkan dia terbangun dan tidak membaik sampai pagi.
g. Keluhan penyerta.  keluhan yang menyertai keluhan utama. Misal px KU =
nyeri kepala, keluhan tambahan demam, muntah, pandangan double. Nanti
dipastikan di kronologi, keluhan mana yang muncul pertama.

4. Riwayat penyakit dahulu


Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan terjadinya
dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta mencari penyakit yang relevan
dengan keadaan sekarang dan penyakit kronik (hipertensi, diabetes mellitus, dll),
perawatan lama, rawat inap, imunisasi, riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi (untuk
wanita), riwayat melahirkan, transfusi dsb.
5. Riwayat penyakit keluarga
Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari pihak
keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat penyakit yang menular,
alergi.
6. Riwayat sosial dan ekonomi
Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan, pekerjaan
pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur, minum alkohol atau merokok,
obat- obatan, aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan dan kepercayaan).
Misal: px dg nyeri punggung bawah  kita cari tahu pekerjaannya apa, jika seorang buruh
bangunan/angkut  mungkin penyebab keluhannya adalah adanya kompresi dari n.
ischiadikus. Tetapi jika pekerjaannya kantoran, akibat berdiri atau duduk lama, kompresi
n. ischiadikus bukan dx utama. Pikirkan penyebab lainnya.
7. Anamnesis khusus neurologi
Harus dapat membantu menegakkan diagnosis yaitu:
 Diagosis klinis
 Diagnosis topis  kita harus menentukan di daerah mana patologi dari
penyakit yg dialami px. Di bagian neuro sangat penting penunjukkan regio dan
lokasi. Misal cortex area occipital dextra atau capsula interna sinistra. Untuk
menentukan diagnosis topis kita harus mempelajari neuroanatomi
 Diagnosis etiologi
Beberapa etiologi disingkat menjadi “VITAMINE”
 Vaskuler
 Infeksi
 Trauma
 Autoimun
 Metabolik
 Idiopatik
 Neoplasma
 Epilepsi
 Bagan diatas merupakan ilustrasi untuk memudahkan kita menentukan diagnosis
topis. Apabila kita menemukan px dg defisit neurologis baik itu fokal maupun
general, hal pertama yg harus kita lakukan adalah menentukan dimana lokasi atau
topis nya (SSP atau UMN /SST atau LMN). Jadi kita harus tau bedanya gejala pada
lesi UMN dan LMN serta komponen apa saja yang harus dinilai. Misal kelainan
terletak di SSP, jadi kita harus membedakan apakah itu melibatkan otak atau medulla
spinalis.
 Misal px dengan kelemahan anggota gerak/paresis. Kalo kelainan di otak 
hemiparesis (lemah separuh tubuh) sedangkan kalo medulla spinalasi biasanya
keluhannya hampir simetris/ melibatkan area kanan dan kiri (paraparesis/tetraparesis).
Jika kita curiga kelaianan di otak, kita harus menentukan lokasi spesifiknya karena
area otak begitu luas. Jadi otak secara garis besar dibagi menjadi 3, yaitu korteks,
subkorteks dan batang otak. Masing2 bagian memiliki gejala yang berbeda. Lalu jika
kita curiga kelainan pada korteks, kita harus menentukan area yg mana? Korteks
dibagi menjadi 4 area  frontal, parietal, temporal dan occipital. Jika kita curiga
kelainan di subkorteks  capsula interna (ada namanya TRIAS CAPSULA
INTERNA = hemiplegi, hemianestesi, dan hemianopsi) . Jika kelainan pada
medulla spinalis, juga memiliki gejala dan dermatome tersendiri.
 Kalau curiga di SST, inget SST itu dimulai dari cornu anterior  radix  plexus 
saraf tepi  NMJ  motor end plate. Masing2 itu ada gejala dan penyakitnya. Misal:
px dengan paresis digiti 1,2 dan 3 manus dextra grade 2 e.c trauma plexus brakialis
dextra.
INGAT BERLATIH, BERLATIH, DAN BERLATIH!!!!!

Anda mungkin juga menyukai