Anda di halaman 1dari 48

SAKIT KEPALA

MENAHUN
Skenario 3
Blok Saraf dan Prilaku
KELOMPOK A-1
KETUA : Hielmy Auliya Hasyim (1102015091)
SEKRETARIS : Ainul Jihan Nur Anjali(1102016012)
ANGGOTA : Deni Rizki Kurniawan (1102014067)
Akbar Fitrianto (1102015013)
Abdul Halim (1102016001)
Alya Namira (1102016019)
Krisna Anwar Suwandi (1102016099)
 
Nyeri Kepala Menahun
 
Perempuan 35 tahun berkonsutasi dengan dokter keluarga dengan keluhan
sakit kepala berulang sejak 2 tahun lalu. Sakit kepala seperti tertimpa
beban berat dan nyeri pada tengkuknya. Sakit kepala ini disertai dengan
insomnia. Sakit kepala berawal sejak pasien diceraikan oleh suaminya 2
tahun yang lalu dan harus berpisah dari kedua anaknya. Oleh dokter pasien
disarankan untuk berkonsultasi lebih lanjut ke neurolog dan psikiater.
Neurolog mengatakan bahwa pasien mengalami nyeri kepala tipe
tegang,sedangkan psikiater menyimpulkan bahwa pasien mengalami nyeri
somatoform (psikogenik). Walaupun ia sudah bercerai,tapi ia tetap
bertanggung jawab untuk membimbing anaknya sesuai dengan prinsip
keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah
Kata sulit

 Insomnia: Keadaan sulit tidur


 Nyeri Somatoform: Nyeri yang disebabkan adanya
rangsangan psikis.
 Nyeri Kepala Tipe Tegang: Serangan kepala berulang
berlangsung dalam beberapa menit sampai hari yang
tidak dipicu oleh aktivitas fisik.
Pertanyaan
1. Kenapa pasien mengalami nyeri kepala disertai insomnia?
2. Mengapa pasien merasakan nyeri pada tengkuk dan adakah
hubungannya?
3. Bagaimana pencegahan nyeri somatoform?
4. Apa saja penyebab nyeri somatoform?
5. Bagaimana tatalaksana yang diberikan kepada pasien?
6. Adakah hubungan nyeri kepala tipe tegang dengan nyeri
somatoform?
7. Bagaimana tatalaksanan non formakologi untuk mengatasi nyeri
kepala tipe tegang sebelum kedokter?
8. Pemeriksaan apa saja untuk memeriksa penyakit pasien?
9. Apa yang dimaksud sakinah, mawadah, warahman?
10. Apa komplikasi nyeri kepala?
Jawaban

1. Karena sakit kepala tidak nyaman meyebabkan sulit tidur.


2. Stres dapat mempengaruhi perubahan hormon yang dapat menyebbakan
terjadi peningkatan tekanan pembuluh darahsehingga nyeri kepala pada
tengkuk.
3. Olaraga, rekreasi, memperkuat iman, yoga, memakan makanan bergizi,
bersosialisasi dan sebagainya.
4. Stres, gaya hidup yang buruk, lingkungan, sosio-ekonomi, faktor mental,
faktor iman, dan sebagainya.
5. Non- formakologi berkonsultasi pada psikiatri dan farmakologi dengan
antidepresan.
6. Tidak, tapi pemicu penyebba terjadinya sama.
7. Olaraga, gaya hidup sehat, bersosialisasi dan sebagainya.
8. Vital sign, CT-Scan, MRI
9. Sakinah artinya tenang, Mawwadah artinya saling mencintai, warahman
artinya saling menyayangi.
10. Insomnia, penurunan prestasi, stroke, dan lain-lain
Hipotesis

 Stres, gaya hidup yang buruk, lingkungan, sosio-ekonomi,


faktor mental, faktor iman menyebabkan perubahan
hormon yang mengakibatkan peningkatan pembuluh
darah sehingga terjadi nyeri pada daerah tengkuk dan
sulit tidur. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan vital
sign, CT-Scan, MRI dan lain-lain. Nyeri kepala tipe tegang
dan nyeri somatoform tidak saling berkaitan, tapi pemicu
penyebab terjadi sama. Tatalaksana farmakologi dapat
dilakukan dengan antidepresan dan non farmakologi
konsultasi dengan psikiatri. Pencegahan dapat dilakukan
dengan olaraga, rekreasi, memperkuat iman, yoga,
memakan makanan bergizi, bersosialisasi dan meiliki
keluarga yang sakinah, mawwadah, warrahman. Jika
tidak ditangani dapat terjadi komplikasi seperti stroke,
insomnia, penurunan prestasi dan lain-lain.
Sasaran belajar
 LI 1 Memahami dan Menjelaskan tentang Penghantaran fiologis nyerisi
 LI 2 Memahami dan Menjelaskan Nyeri Kepala
 2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Nyeri Kepala
 2.2 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Nyeri Kepala
 2.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Nyeri Kepala
 2.4 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Nyeri Kepala
 2.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Nyeri Kepala
 2.6 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Nyeri Kepala
 2.7 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Nyeri Kepala
 2.8 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Nyeri Kepala
 2.9 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Nyeri Kepala
 2.10 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Nyeri Kepala
 2.11 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Nyeri Kepala
  LI 3 Memahami dan Menjelaskan Nyeri Somatoform

 3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Nyeri Somatoform


 3.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Nyeri Somatoform
 3.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Nyeri Somatoform
 3.4 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Nyeri Somatoform
 3.5 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Nyeri Somatoform
 3.6 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Nyeri Somatoform
 3.7 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Nyeri Somatoform
 3.8 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Nyeri Somatoform
 3.9 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Nyeri Somatoform
  LI 4 Memahami dan Menjelaskan keluarga sakkinah,mawaddah,warrahmah
PUSAT DAN JARAS NYERI
Berfungsi membawa informasi sensorik baik extroseptif dan propioseptif dari reseptor ke pusat sensorik
sadar diotak.
Informasi Ekstroseptif meliputi:
•Sakit
•Suhu (panas atau dingin)
•Sentuhan
•Tekanan
Informasi Propioseptif meliputi:
•Keadaan otot sadar/otot lurik
•Keadaan sendi
•Keadaan ligamentum
Untuk bisa mencapai pusat sadar pada GYRUS POSTCENTRALIS (area brodmann 3,2,1) maka semua informasi
sensorik harus melewati sedikitnya 3 NEURON.
•neuron orde pertama : terletak pada ganglion radix posterior s.ganglion spinale(ganglion adalah sel saraf yg
terletak diluar susunan saraf pusat) dimana dendrite dari selsaraf tersebut datang dari reseptor, sedangkan
axon-nya pergi memasuki medulla spinalisuntuk bersinapsis pada neuron orde kedua.
•neuron orde kedua : pada cornu posterius medulla spinalis, axon-nya dapatmenyilang garis tengah atau
langsung dalam columna lateralis pada sisi yang sama,selanjutnya dari medulla spinalis naik ke atas untuk
bersinapsis pada neuron ordeketiga.
•neuron orde ketiga : pada thalamus, dimana axon-nya akan menuju pusat sensorik sadar pada gyrus
postcentralis (area pusat sensorik-area brodmann 3,2,1)
JALAN RAYA SENSORIK YANG MENGANTARKAN SENSASI SAKIT DAN SUHU
Nama jalan : TRACTUS SPINOTHALAMICUS LATERALIS
Melewati medulla spinalis → medulla oblongata → pons → mesencephalon → diencephalon→ korteks
cerebri
 Axon dari neuron orde pertama (ganglion spinale) memasuki ujung cornu posterius substansiagrissea
medulla spinalis dan segera bercabang
  
 Serabut yg naik
 Serabut yg turun
  
 Setelah masuk ke medulla spinalis, maka akan membentuk Traktus Posterolateral (Lissauri). Lalu
berlanjut ke neuron orde kedua yang terletak pada kelompok selsubstansia gelatinosa pada cornu
posterius.Axon dari orde kedua menyilang garis tengah pada commisura anterior substansia grisseadan
substansia alba, kemudian naik ke atas pada sisi kotralateral sebagai traktus spinothalamicus lateralis.
Traktus tersebut berjalan medialis dari traktus spinocerebrallis anterius. Sewaktu jalan ke atas,
serabut syaraf baru terus bertambah sesuai dengan banyaknya segmen medulla spinalis.
 Saraf berlanjut pada medulla oblongata, yaitu pada dataran lateral antara nucleus olivariusinferius
dengan Nucleus tractus spinalis N. Trigeminus. Dan nantinya bergabung dengan
 Tractus spinothalamicus anterius
 Tractus spinotectalis
 Ketiga tractus ini bersama-sama membentuk LEMNISCUS SPINALIS
 berlanjut pada pons. Lemnicus spinalis naik ke atas dibagian belakang PONS
 berlanjut pada mesencephalon, Lemnicus spinalis jalan pada tegmentum , lateralis dari Lemnicus
medialis.
 diencephalon, serabut syaraf traktus spino thalamicus lateralis akan bersinapsis denganneuron orde
ketiga yaitu: Nucleus postlateral dari kelompok ventral thalamus (bagian darinucleus lateralis
thalamus). DISINILAH TERJADI PENILAIAN KASAR SENSASISAKIT DAN SUHU DAN REAKSI EMOSI MULAI
TIMBUL.
 di Korteks cerebri, axon dari neuron orde ketiga memasuki Crus posterior capsula internadan Corona
radiata untuk berakhir pada GYRUS POSTCENTRALIS (area brodmann 3,2,1) dari sini informasi sakit dan
suhu akan diteruskan ke area MOTORIK dan areaasosiasi di cortex lobus parietale.
 JALAN RAYA YANG MENGATUR SENSASI SENTUHAN RINGAN DAN TEKANAN
 Axon dari neuron orde pertama (ganglion spinale) memasuki ujung cornu posterius substansiagrissea medulla
spinalis dan segera bercabang 2:
 
 Serabut yg naik
 Serabut yg turun

 
 Setelah masuk ke medulla spinalis, maka akan membentuk Traktus Posterolateral (Lissauri). Lalu berlanjut ke
neuron orde kedua yang terletak pada kelompok sel substansia gelatinosa cornu posterius substansia grissea.

 Axon dari orde kedua menyilang garis tengah pada commisura anterior substansia grisseadan substansia alba,
kemudian naik ke atas pada sisi kotralateral sebagai traktus spinothalamicus anterior. Traktus tsb berjalan
medialis dari traktus spinocerebrallisanterius. Sewaktu jalan ke atas, serabut syaraf baru terus bertambah sesuai
dengan banyaknya segmen medulla spinalis.
 Saraf berlanjut pada medulla oblongata, traktus spinothalamicus anterior nantinya bergabung dengan Tractus
spinothalamicus lateralis & Tractus spinotectalis. Ketigatractus ini bersama-sama membentuk LEMNISCUS
SPINALIS

 Berlanjut ke PONS, MESENCEPHALON, DAN DIENCEPHALON. Lemniscus spinalis beriringan dengan Lemnicus
Medialis bersinapsis pada neoron orde ketiga yaitu: Nucleus postlateral dari kelompok ventral thalamus (bagian
dari nucleus lateralis thalamus). DISINILAH TERJADI PENILAIAN KASAR SENTUHAN DAN TEKANANMULAI
DIINTERPRETASI.
 
 Lanjut ke korteks cerebri, axon dari neuron orde ketiga memasuki Crus posteriorcapsula interna dan Corona
radiata untuk berakhir pada GYRUS POSTCENTRALIS (area brodmann 3,2,1) dari sini sensasi sentuhan dan
tekanan disadari.

 JALAN RAYA PEMBEDAAN SENSASI DISKRIMINASI SENTUHAN, GETARAN SENDI/OTOT SADAR


 Nama Jalan: FASCICULUS GRACILIS DAN FASCICULUS CUNEATUS
 Jaras Spesifik Nyeri
 Traktus spinotalamikus Lateralis
 Axon dari neiron orde pertama (ganglion spinalis) memasuki ujung cornu posterius substantia grissea medulla spinalis
dan segera bercabang menjadi serabut yang naik dan yang turun
 Sesudah memasuiki satu atau dua segmen medulla spinalis membentuk tractus posterolateral (lissaueri) , serabut ini
segera bersinapsis dengan neuron orde kedua yang terletak pada kelompok sel substantia gelatinosa cornu posterius
 Axon dari neuron orde kedua berjalan menyilang garis tengah pada comissura anterior substantia grissea dam
substantia alba kemudian naik keatas pada sisi kontra lateral sebagai anterius. Sewaktu berjalan keatas, serabut
saraf baru terus bertambah sesuai dengan banyaknya segmen medulla spinalis, demikian rupa sehingga pada bagian
atas cervical terdapat

 Serabut sraf yang datang dari sacral terletak posterolateral


 Serabut saraf yang datang dari cervical terletak anteromedial (serebut
saraf yang menghantarkan rasa sakit terletak didepan yang
menghantarkan sensasi suhu)
 Pada Medulla oblongata tractus tersebut terletak pada dataran lateral antara nucleus olivarius inferius dengan
nucleus tractus spinalis N.Trigeminus. disini ia bergabung dengan

 Tractus spinothalamicus anterius


 Tractus spinotectalis
 Yang kemudian gabungan dari ketiganya disebut lemniscus spinalis
 Pada pons kemudian naik keatas dibagian belakang pons
 Pada mesencephalon kemudian lemniscus medialis berjalan pada tegmentum , lateralis dari lemniscus medialis
 Pada diencephalon serabut saraf dari tractus spinothalamicus lateralis akan bersinapsis dengan neuron orde ketiga
yaitu nucleus posterolateral dari keolompok ventral thalamus (bagian dari nucleus lateralis thalamus), dimana disini
akan terjadi penilaian kasar sensasi sakit dan suhu dan reaksi emosi mulai timbul.
 Axon dari neuron orde ketiga jalan memasuki crus posterior capsula interna dan corona radiata untuk berakhi pada
gyrus postcentralis (brodmann 3 2 1) . dari sini informasi rasa sakit dan suhu akan diteruskan ke area motorik dan area
asosiasi di cortex lobus parietalis.
 Cortex cerevri gyrus psotcentralis berfungsi untuk menafsirkan suhu dan sakit sehingga akan muncul kesadaran terkait
sensasi tersbut.
 Pembagian secara fisiologis
 Sewaktu memasuki medulla spinalis , sinyal rasa nyeri melewati dua jalur ke otak yaitu:
 Traktus neospinotalamikus
 Traktus neospinotalamisu bergfungsi utnuk menyalurkan nyeri secara cepat. Terutama terdiri atas serabut A-Delta yang
tyerutama dilalui oleh rasa nyeri mekanik dan nyeri suhu akut. Serabut perifer jalur ini berakhir pada lamina I kornu dorsalis.
Dan dari sini akan merangsang neuron orde dua dari tractus neospinotalamicus. Neuron ini akan mengirimkan sinyal ke serabut
panjang yang terletak di dekat sisi lain medulla spinalis dalam komisura anterior dan selanjutnya berbelok naik ke otak dalam
kolumna anterolateralis.
 Hanya sebagian kecil saja serabut neopinotalamikus berakhir di daerah retikularis batang otak, sisaya melewati batang otak dan
langsung berakir di kompleks ventrobasal thalami.
 Nyeri cepat dapat dilokalisasi dengan mudah di dalam tubuh
 Neurotransmiter A delta umumnya adalah glutamat
 Traktus paleospinotalamikus
 Jalur ini befungsi untuk menjalarkan nyeri lambat-kronik , sebagian serabutnya adalah tipe C, sebagian kecil A-delta. Dalam
jaras ini, serabut-serabut perifer berakhri pada lamina II dan II kornu dorsalis yang secara bersama-sama disebut substansi
gelatinosa, serabut C terletak lebih lateral dari A-delta. Setelah itu akan berlanjut ke lamina V dan neuron-neuronnya
merangsang akson-akson panjang (yang juga menjadi penghantar nyeri cepat) yang mula-mula melewati komisura anterior ke sisi
berlawanan dari medulla spinalis ,kemudian naik ke otak melalui jaras anterolateral
 Neotransmiter nya adalah glutamat dan Substansi P, substansi P bersifat lebih lambat dari Glutamat yang memungkinkan
glutamat untuk sampai terlebih dahulu. Yang menjelaskan suatu fenomena rasa sakit “ganda”
 Jaras paleospinotalamikus berakhir kebanyakan di
 Mucleus retikularis medula, pons dan mesensefalon
 Area tektal mesensefalon sampai kolukulus usperior dan inferior
 Daerah periakuaduktus substansia grisea yang mengelilingi aquaductus sylvii
 Kemampuan lokalisasi rasa nyeri pada jalur lambat sangatlah buruk dan kebanyakan hanya dapat dilokalisasi di bagian tubuh
yang luas
 Formasio retikularis berfungsi untuk menimbulkan persepsio nyeri yang disadari
NEUROANATOMI NYERI
Sistem saraf manusia mengandung lebih dari 1010 saraf atau neuron.
Neuron merupakan unit structural dan fungsional system saraf
Sel saraf terdiri dari badan sel yang di dalamnya mempunyai inti sel,nukleus, Mitokondria, Retikulum
endoplasma, Badan golgi, di luarnya banyak terdapat dendrit,kemudian bagian yang menjulur yang menempel
pada badan sel yang di sebut akson
Dendrit menyediakan daerah yg luas untuk hubungan dengan neuron lainnya.
Dendrit adalah serabut aferen karena menerima sinyal dari neuron-neuron lain dan meneruskannya ke badan
sel.
Pada akson terdapat selubung mielin,nodus ranvier,inti sel Schwan,butiran neurotransmiter
Akson dengan cabang-cabangnya (kolateral), adalah serabut eferen karena membawa sinyal ke saraf-saraf otot
dan sel-sel kelenjar. Akson akan berakhir pada terminal saraf yg berisi vesikel-vesikel yg mengandung
neurotransmitter. Terminal inilah yg berhubungan dengan badan sel, dendrit atau akson neuron berikutya.
 
NEURO FISIOLOGI
Proses fisiologik
Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat 4 proses tersendiri : transduksi,
transmisi, modulasi, dan persepsi. Transduksi nyeri adalah proses rangsangan yang mengganggu sehingga
menimbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri. Transmisi nyeri adalah melibatkan proses penyaluran impuls
nyeri dari tempat transduksi melewati saraf perifer sampai ke terminal di medulla spinalis dan jaringan neuron-
neuron pemancar yang naik dari medulla spinalis ke otak. Modulasi nyeri adalah melibatkan aktivitas saraf
melalui jalur-jalur saraf decendens dari otak yang dapat memengaruhi transmisi nyeri setinggi medulla spinalis.
Dan terakhir persepsi nyeri adalah pengalaman subyektif nyeri yang bagaimanapun juga dihasilkan oleh
aktivitas transmisi nyeri oleh saraf.
 Reseptor nyeri dan stimulasinya
 Kapasitas jaringan untuk menimbulkan nyeri apabila jaringan tersebut
mendapat rangsangan yang mengganggu bergantung pada keberadaan
nosiseptor. Nosiseptor adalah saraf aferen primer untuk menerima dan
menyalurkan rangsangan nyeri. Saraf perofer terdiri dari akson 3 tipe
neuron yang berlainan : neuron aferen atau sensorik primer, neuron
motorik, dan neuron pascaganglion simpatis. Serat pascaganglion simpatis
dan motorik adalah serat eferen(membawa impuls dari medulla spinalis ke
jaringan dan organ efektor). 2 serat aferen primer yang diklasifikasikan
sebagai nosiseptor yaitu serat aferen primer A-delta (A-d) dan serat
aferen primer C.
 Sinyal nyeri cepat disalurkan ke medulla spinalis oleh serat A-d dan
dirasakan dalam waktu 0,1 detik. Kualitas nyerinya menusuk, tajam, atau
elektris. Nyeri cepat timbul sebagai respons terhadap rangsangan mekanik
(seperti sayatan) atau suhu di permukaan kulit tapi tidak dirasakan di
jaringan tubuh sebelah dalam. Nyeri lambat disalurkan oleh serat aferen C
dan dirasakan 1 detik setelah rangsangan yang mengganggu. Nyeri lambat
mempunyai lokalisasi yang kurang jelas dengan kualitas seperti terbakar,
berdenyut, atau pegal.
A alpha, A beta, A delta, C
LI 2 Memahami dan Menjelaskan Nyeri
Kepala

2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Nyeri Kepala

Nyeri kepala atau cephalalgia adalah gejala dari berbagai macam penyakit
ringan hingga berat yang timbul sebagai hasil rangsangan terhadap area di
kepala dan batas leher yang peka terhadap nyeri.

2.2 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Nyeri Kepala

Secara umum, presentase nyeri kepala pada populasi orang


dewasa adalah 47%, yaitu 10% migraine, 38% tension-type
headache (TTH), 3% chronic headache (Jensen & Stovner,
2008). Dari penelitian yang dilaporkan Diamond di Amerika,
prevalensi migraine pada laki-laki didapatkan 6% sedangkan
pada perempuan 15-18%, sedangkan untuk jenis TTH 59% dari
populasi pernah mengalami TTH satu hari per bulannya,
dimana perempuan lebih banyak dari pada laki-laki (1,5:1)
(Diamond, 2007).
2.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Nyeri
Kepala

Nyeri kepala dapat dibagi kepada tiga kelompok berdasarkan onsetnya:

Akut (akibat) Subakut (akibat) Kronik (akibat)


 Subarachnoid  Giant cell arteritis  Migren
haemorrhage  Massa intrakranial  Nyeri kepala klaster
 Penyakit-penyakit  Neuralgia trigeminal  Nyeri kepala tipetegang
serebrovaskular  Neuralgia glossofaringeal  Cervical spine disease,
 Meningitis atau dan hipertensi sinusitis dan dental
encephalitis dan juga disease
ocular disease.
 Selain itu, nyeri kepala ini
juga bisa timbul
disebabkan kejang, lumbar
punksi dan karena
hipertensi ensefalopati.
2.4 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Nyeri Kepala

Nyeri kepala menurut International Headache Society (IHS) yang di


adopsi oleh PERDOSSI dalam Konsensus Nasional IV dibagi atas:
Nyeri kepala primer Nyeri kepala Sekunder Neuralgia kranial, sentral atau nyeri
fasial primer dan nyeri kepala lainnya

 Migren  Trauma kepala dan/atau leher  Neuralgia kranial dan penyebab


 Tension type Headache  Berkaitan dengan kelainan sentral nyeri fasial
 Nyeri kepala klaster vaskuler kranial atau servikal  Nyeri kepala lainnya, neuralgia
 Nyeri kepala primer lainnya  Berkaitan dengan kelainan non kranial, sentral atau nyeri fasial
vaskuler intracranial primer
 Berkaitan dengan substansi atau
withdrawal
 Berkaitan dengan infeksi
 Berkaitan dengan kelainan
homeostasis
 Nyeri kepala atau nyeri vaskuler
yang berkaitan dengan kelainan
kranium, leher, mata, telinga,
hidung, sinus, gigi, mulut, atau
strukturfacial atau kranial lainnya.
 Berkaitan dengan kelainan
psikiatrik
Nyeri Kepala Primer
Migren
Migren tanpa aura Migren dengan aura Varian migren
 Nyeri kepala berulang dengan  Suatu serangan nyeri kepala  Migren oftalmoplegik
manifestasi serangan selama 4-72 berulang dimana didahului gejala  Migren hemiplegik familial
jam. neurologi fokal yang reversible  Confusional migren pada anak
 Karakteristik nyeri kepala secara bertahap 5 – 20 menit dan  Migren abdominal
unilateral, berdenyut, intensitas berlangsung kurang dari 60  Migren Retinal
sedang atau berat, bertambah menit.
berat dengan aktivitas fisik yang  Gambaran nyeri kepala yang
rutin dan diikuti dengan nausea menyerupai migren tanpa aura
dan atau fotofobia dan fonofobia. biasanya timbul sesudah gejala
aura.

Tension Type Headache


Episodik yang infrequent Episodik yang frequernt Kronik
 Nyeri kepala episodik yang infrequent  Nyeri kepala berlangsung beberapa menit  Nyeri kepala yang berasal dari ETTH,
berlangsung beberapa menit sampai sampai beberapa hari. Nyeri kepala dengan serangan tiap hari atau
beberapa hari. Nyeri bilateral, rasa bilateral menekan atau mengikat, tidak serangan episodic nyeri kepala yang
menekan atau mengikat dengan berdenyut. Intensitas Ringan atau sedang, lebih sering yang berlangsung
intensitas ringan sampai sedang. tidak bertambah berat dengan aktifitas beberapa menit sampai beberapa hari.
 Nyeri tidak bertambah pada aktifitas fisik rutin, tidak ada mual/muntah, tetapi  Nyeri kepala bersifat bilateral,
fisik rutin, tidak didapatkan mual tapi mungkin terdapat fotofobia/fonofobia. menekan atau mengikat dalam
bisa ada fotofobia atau fonofobia kualitas dan intensitas ringan atau
sedang, dan nyeri tidak bertambah
memberat dengan aktivitas fisik yang
rutin. Kemungkinan terdapat mual,
fotofobia atau fonofobia ringan.
Nyeri kepala Cluster

Episodik Kronik

 Serangan nyeri kepala klaster yang terjadi pada  Serangan nyeri kepala klaster terjadi lebih dari 1
periode yang berlangsung 7 hari sampai 1 tahun, tahun tanpa remisi disertai remisi-remisi yang
dipisahkan oleh periode bebas nyeri yang berlangsung kurang dari 1 bulan.
berlangsungj 1 bulan atau lebih lama.  Kriteria diagnostik :
2.5 Memahami dan
Menjelaskan
Patofisiologi Nyeri
Kepala
2.6 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Nyeri
Kepala
Nyeri Kepala Migrain
Migren adalah gangguan periodik yang ditandai oleh
nyeri kepala unilateral dan kadang-kadang bilateral
yang dapat disertai muntah, berdenyut dan gangguan
visual
Migren dengan aura
Gejala visual meliputi pandangan gelap berupa kilasan gelap yang cepat
Aura umumnya membaik setelah 15 hingga 20 menit
Pasien lebih suka berbaring diruang gelap dan tidur
Gejala yang menyertai adalah fotofobia, mual, muntah, dan pucat

Migren tanpa aura


Nyeri kepala dapat terjadi saat bangun tidur dan gejala lain
sama dengan migren tipe klasik
Pasien mungkin mengalami gejala prodromal yang tidak jelas
Nyeri kepala tipe tegang ( TTH)
Penyebabnya belum diketahui
Kontraksi otot kepala dan leher merupakan mekaisme penyebab
nyeri
Kontraksi otot dipicu oleh faktor-faktor psikogenik yaitu ansietas
dan depresi
Terdapat klasifikasi TTH episodik dan TTH kronik
Episodik  tidak mencapai 15 hari setiap bulan
dapat berlangsung selama 30 menit – 7 hari
Kronik  lebih dari 15 hari setiap bulan dan
berlangsung lebih dari 6 bulan
Nyeri kepala kluster
Terjadi unilateral dengan keluhan sakit kepala, mata seperti dibor dan
terdapat rinorhe
Mekanisme disebabkan histaminergik dan hormonal
Pola ini berlangsung selama berhari-hari, berminggu-minggu bahkan
bulanan kemudian bebas serangan selama berhari-hari, berminggu-
minggu, bahkan tahunan.
2.7 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Nyeri
Kepala
Diagnosis Nyeri Kepala TTH
Harus memenuhi syarat yaitu sekurang kurangnya dua dari berikut ini :
1.Adanya sensasi tertekan/terjepit
2.Intensitas ringan sampai sedang
3.Lokasi bilateral
4.Tidak diperburuk aktivitas

Tidak dijumpai mual muntah, tidak ada salah satu dari fotofobia dan
fonofobia
Gejala klinis : nyeri tumpul seperti diikat atau ditekan, tidak berdenyut,
nyeri lebih hebat pada daerah kulit kepala, oksipital, dan belakang leher.
Diagnosis Nyeri Kepala Migren

Migren dengan aura harus terdapat paling tidak tiga dari empat karakteristik
berikut :
1.Migren dengan satu atau lebih aura reversibel yang mengindikasikan disfungsi
serebral korteks dan atau tanpa disfungsi batang otak
2. Paling tidak ada satu aura yang terbentuk berangsur-angsur lebih dari 4
menit
3.Aura tidak bertahan lebih dari 60 menit
4.Sakit kepala mengikuti aura dalam interval bebas waktu tidak mencapai 60
menit

Migren tanpa aura harus terdapat paling sedikit 5x serangan nyeri kepala seumur
hidup yang memenuhi kriteria berikut :
1.Berlangsung 4 – 72 jam
2.Paling sedikit memenuhi dua dari :
1. Unilateral
2. Sensasi berdenyut
3. Intensitas sedang berat
4. Diperburuk oleh aktivitas
5. Bisa terjadi mual muntah, fotofobia, dan fonofobia
Diagnosis Nyeri Kepala Cluster
Nyeri selalu unilateral dan biasanya terjadi pada region yang sama secara
berulang-berulang

Umumnya terjadi pada malam hari, membangunkan pasien dari tidur, terjadi
setiap hari, sering kali terjadi lebih dari sekali dalam satu hari

Nyeri kepala ini bermulai sebagai sensasi terbakar pada aspek lateral dari
hidung atau sebagai sensasi tekanan pada mata

Terdapat konjunctiva dan lakrimasi ipsilateral, kongesti nasal, ptosis, photophobia


2.8 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Nyeri Kepala

Jenis obat
1. Ergotamin Dosis : 1-2 mg oral/jam, maksimal 3 dosis sehari, gunakan dosis efektif terkecil.
Suppos : 1 mg, dosis maks, 2-3/ hr dan 12/bulan
Kontra indikasi : pengguna triptans, hamil, menyusui, hipertensi, sepsis, coronary, cerebral,
peripheral vascular disease.
Adverse react: Increased incidence of migraines, daily headaches, tachycardia,arterial spasm,
numbness and tingling, vomiting, diarrhea, dizziness, abdominal cramps.
1. Caffeine plus Ergotamine Dosis: 2 tablet (100 mg caffeine/1mg ergot) pada saat onset, kemudian 1 tab tiap 30 menit,
dapat naik sampai 6 tab.(jangan lebih
10 tab/minggu nya).
Suppos (2 mg ergot/100 mg caff).
1. Dihydroergotamine (DHE) Dosis: 1 mg IM, SC Max initial dose: 0.5 to 1.0 mg; dapat diulang tiap jam sampai dosis max 3
mg IM atau 2 mg IV per hari, dan 6 mg per minggu.
Intranasal: 0.5-mg spray pada tiap nostril, dosis maksimal 4 spray (2 mg) per hari.
Triptans
1. Sumatriptan Dosis: 6 mg SC, dapat diulang dalam 1 jam, dosis maksimal 12 mg/hr. 25 -100 mg oral /2 jam,
dosis maks: 200 mg/hari
Max initial dose: 100 mg.
Intranasal: 5 -10 mg (1-2 spray) pada satu nostril; dapat diulang sesudah 2 jam, dosis maksimal
40 mg/hari.
Kontraindikasi : Ergotamine, hemiplegic atau basilar migraine, hamil, gangguan fungsi hepar,
CAD, MAOI
Adverse react : vomiting, vertigo, headache, chest pressure and heaviness.
1. Naratriptan Dosis: 1.0 - 2.5 mg ooral/4 jam, dosis max 5 mg per hari.
Kontra indikasi : Ergot-type medications, kontrasepsi oral, merokok, CAD.
Adverse react : Dizziness, nausea, fatigue.
1. Rizatriptan Dosis: 5 - 20 mg oral/2jam, dosis maks 30 mg per hari.
Kontra indikasi : Ergot-type medications, other triptans, propranolol, cimetidine, CAD
Adverse react : Tachycardia, throat tightness.
1. Zolmitriptan Dosis: 2.5-5.0 mg oral/2 jam, dosis maks 10 mg per hari.
Kontra indikasi: Ergot-type medications, other triptans, CAD.
Tatalaksana Nyeri Kepala Tension
 Terapi Non-farmakologi
 Melakukan latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya 20 sampai 30 menit.
 Perubahan posisi tidur.
 Pernafasan dengan diafragma atau metode relaksasi otot yang lain.
 Penyesuaian lingkungan kerja maupun rumah.
 Pencahayaan yang tepat untuk membaca, bekerja, menggunakan komputer, atau saat menonton televisi.
 Hindari eksposur terus-menerus pada suara keras dan bising.
 Hindari suhu rendah pada saat tidur pada malam hari.
 (Price, 2006)
 
 Terapi farmakologi
 Menggunakan analgesik atau analgesik plus ajuvan sesuai tingkat nyeri. Seperti obat-obat OTC: aspirin,
acetaminophen, ibuprofen atau naproxen sodium. Produk kombinasi dengan kafein dapat meningkatkan efek
analgesik.
 Untuk sakit kepala kronis, perlu assesment yang lebih teliti mengenai penyebabnya, misalnya karena anxietas atau
depresi.
 Pilihan obatnya adalah antidepresan, seperti amitriptilin atau antidepresan lainnya. Hindari penggunaan analgesik
secara kronis  memicu rebound headache.(Kowalak, 2011)
 Tatalaksana Cluster headache
 Sasaran terapi : menghilangkan nyeri (terapi abortif), mencegah serangan (profilaksis).
 Strategi terapi : menggunakan obat NSAID, vasokonstriktor cerebral.
 Obat terapi abortif: oksigen, ergotamin, sumatriptan (dosis sama dengan dosis migren).
 Obat terapi profilaksis: verapamil, litium, ergotamin, metisergid, kortikosteroid, topiramat.
2.9 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Nyeri Kepala
Mengatur pola tidur yang sama setiap hari, berolahraga secara rutin, makan
makanan sehat dan teratur, kurang stress, menghindari pemicu sakit kepala
yang telah diketahui

2.10 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Nyeri Kepala


Komplikasi dapat meliputi: kesalahan diagnosis, status migren,
ketergantungan obat dan perubahan gaya hidup

2.11 Memahami dan Menjelaskan prognosis Nyeri Kepala


Prognosis dari sakit kepala bergantung pada jenis sakit kepalanya sedangkan
indikasi merujuk adalahsebagai berikut: (1) sakit kepala yang tiba – tiba dan
timbul kekakuan di leher, (2) sakit kepala dengan demam dan kehilangan
kesadaran, (3) sakit kepala setelah terkena trauma mekanik pada kepala, (4)
sakit kepala disertai sakit pada bagian mata dan telinga, (5) sakit kepala yang
menetap pada pasien yang sebelumnya tidak pernah mengalami serangan, (6)
sakit kepala yang rekuren pada anak.
LI 3 Memahami dan Menjelaskan Nyeri Somatoform
3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Nyeri Somatoform

Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki


gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat
ditemukan penjelasan medis yang adekuat.

3.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Nyeri Somatoform


Etiologi dari Somatization Disorder
Teori Psikoanalisis dari Conversion Disorder
Teori Behavioral dari Conversion Disorder
Faktor Sosial dan Budaya pada Conversion Disorder
Faktor Biologis pada Conversion Disorder
3.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Nyeri Somatoform

Lima gangguan somatoform yang spesifik adalah:


1. Gangguan somatisasi ditandai oleh banyak keluhan fisik yang mengenai
banyak sistem organ.
2. Gangguan konversi ditandai oleh satu atau dua keluhan neurologis.
3. Hipokondriasis ditandai oleh fokus gejala yang lebih ringan dan pada
kepercayaan pasien bahwa ia menderita penyakit tertentu.
4. Gangguan dismorfik tubuh ditandai oleh kepercayaan palsu atau persepsi
yang berlebih-lebihan bahwa suatu bagian tubuh mengalami cacat.
5. Gangguan nyeri ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata berhubungan
dengan faktor psikologis atau secara bermakna dieksaserbasi oleh faktor
psikologis.
3.4 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Nyeri
Somatoform
3.5 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Nyeri Somatoform

Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30


tahun yang terjadi selama periode beberapa tahun dan
membutuhkan terapi, yang menyebabkan gangguan bermakna
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala
individual yang terjadi pada sembarang waktu selama
perjalanan gangguan:
Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan
dengan sekurangnya empat tempat atau fungsi yang
berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi,
anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi,
selama hubungan seksual, atau selama miksi)
Dua gejala gastrointestinal: riwayat sekurangnya dua gejala gastrointestinal
selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan,
diare, atau intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)
Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau reproduktif
selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi,
menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang
kehamilan).
Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya satu gejala atau defisit yang
mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gejala
konversi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis atau
kelemahan setempat, sulit menelan atau benjolan di tenggorokan, afonia,
retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda,
kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau hilangnya
kesadaran selain pingsan).
C. Salah satu (1)atau (2):
1. Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak
dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal
atau efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau
alkohol)
2. Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau
pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dan
riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.
D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti
gangguan buatan atau pura-pura).
3.6 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Nyeri Somatoform 

Terapi untuk somatization disorder


Terapi cognitive-behavioral

Terapi untuk hipokondriasis


 Terapi cognitive-behavioral

Terapi untuk pain disorder


Memvalidasikan bahwa rasa nyeri itu adalah nyata dan bukan hanya ada dalam
pikiran penderita
Relaxation training
Memberi reward kepada mereka yang berprilaku tidak seperti orang yang
mengalami rasa nyeri

Penanganan Gangguan Somatoform secara umum


Pendekatan behavioral
3.7 Memahami dan Menjelaskan
Pencegahan Nyeri Somatoform
 Pertama, mulai berolah raga dengan baik dan teratur serta menjaga pola
makan dengan asupan gizi yang seimbang. Hal ini berguna untuk menjaga
metabolism tubuh. Sehingga menjadi prima.
 Kedua, Apabila gangguan serangan cemas akan rasa sakit menyerang,
katakan pada diri anda stop, lalu lakukan relaksi dengan cara mengatur
aliran nafas anda.
 Ketiga, Lakukan lah medical check up 1 tahun 1 kali, secara rutin. Dengan
harapan dapat mengetahui kondisi fisikyang sebenarnya (membuat anda
tenang), dan melakukan langkah pencegahan jika ditemukan penyakit dalam
diri.
 Self talk “Tubuh saya sehat, dan saya baik-baik saja”. (katakan pada diri
anda, setiap hari saat anda bercermin setiap saat, dan katakan juga
“indahnya hari ini, saya bersyukur karena tuhan masih mengijinkan saya
menikmati setiap karuniaNya
3.8 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi
Nyeri Somatoform
 Komplikasi iatrogenik akibat prosedur diagnostik invasif / prosedur- prosedur
operasi.
 Ketergantungan pada substansi- substansi pengontrol yang diresepkan.
 Kehidupan yang bergantung pada orang lain
 
3.9 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Nyeri Somatoform
 Prognosis pada gangguan somatoform sangat bervariasi, tergantung umur
pasien dan sifat gangguannya (kronik atau episodik). Umumnya, gangguan
somatoform prognosisnya baik, dapat ditangani secara sempurna. Sangat
sedikit sekali yang mengalami eksarsebasi, dapat bervariasi dari mild-severe
dan kronis. Pengobatan yang lebih awal dan menjadikan prognosis menjadi
lebih baik. Secara independen tidak meningkatkan risiko kematian.
Kematian lebih disebabkan karena upaya bunuh diri.
LI 4 Memahami dan Menjelaskan keluarga
sakkinah,mawaddah,warrahmah

Sakinah mawaddah warahmah.


Kata “Sakinah”. Sakinah merupakan pondasi dari bangunan rumah tangga yang
sangat penting. Tanpanya, tiada mawaddah dan warahmah. Sakinah itu
meliputi kejujuran, pondasi iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Dalam Al Qur’an pun dikatakan bahwa suatu saat, akan banyak orang yang
saling berkasih sayang di dunia, tetapi di akhirat kelak mereka akan
bermusuhan, menyalahkan dan saling melempar tanggung jawab. Kecuali
orang-orang yang berkasih sayang dilandasi dengan cinta kepada Allah
SWT. Kata adalah mawaddah. Mawaddah itu berupa kasih sayang. Setiap
mahluk Allah kiranya diberikan sifat ini, mulai dari hewan sampai manusia.
Dalam konteks pernikahan, contoh mawaddah itu berupa “kejutan” suami
untuk istrinya, begitu pun sebaliknya. Misalnya suatu waktu si suami
bangun pagi-pagi sekali, membereskan rumah, menyiapkan sarapan untuk
anak-anaknya. Dan ketika si istri bangun, hal tersebut merupakan kejutan
yang luar biasa.
Kata terakhir adalah warahmah. Warahmah ini hubungannya dengan
kewajiban. Kewajiban seorang suami menafkahi istri dan anak-anaknya,
mendidik, dan memberikan contoh yang baik. Kewajiban seorang istri
untuk mena’ati suaminya. Intinya warahmah ini kaitannya dengan segala
kewajiban.
Daftar pustaka

 
 Departemen Kesehatan R.I. 1993.Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III cetakan pertama. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI :
Jakarta
 Kaplan, H.l dan Saddock B.J. 1993. Comprehensive Textbook of Psychiatry vol.2 6th edition. USA:
Williams and Wilikins Baltimore.
 Kurniawan, M.Suharjanti, I.Pinzon, Rizaldy T. Acuan Panduan Praktik Klinis Neurologi. 2016.
PERDOSSI
 Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa cetakan kesembilan. Airlangga University
Press : Surabaya
 Nevid, J.S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal Jilid I.Edisi 5. PenerbitErlangga : Jakarta
 Sjahrir, Hasan, et.all. Konsesus Nasional IV: Kelompok studi nyeri kepala. 2013. Surabaya: Pusat
Penerbit dan Percetakan Unair (AUP).
 Sjahrir, H. Nyeri Kepala 1. 2004. Medan. Penerbit: USU Press.
 Uddin, Jurnalis. (2009). Anatomi Susunan Saraf Manusia. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas
Yarsi.
 Wiguna, Imade (editor). 1997. Sinopsis Psikiatri jilid 2. Jakrta: BinarupaAksara
 http://mnj.ub.ac.id/index.php/mnj/article/download/146/271. [ Akses: 16 Desember 2018]
 

Anda mungkin juga menyukai