Anda di halaman 1dari 4

JAWABAN UTS PERENCANAAN & PENGENDALIAN MATERIAL

Nama : Ekra Sanggala


NPM : 178030012
Dosen : Dr. Arum Sari

1. Inventory atau persediaan adalah barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau
dijual pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan terdiri dari persediaan
bahan bahan baku, persediaan barang setengah jadi dan persediaan barang jadi.
Persediaan barang jadi dan barang setengah jadi disimpan sebelum digunakan atau
dimasukkan kedalam proses produksi, sedangkan persediaan jadi atau barang
dagangan disimpan sebelum dijual atau dipasarkan.

Fungsi inventory diantaranya adalah sebagai berikut:


- Sebagai penyangga proses produksi (buffer) sehingga proses operasi dapat
berjalan terus.
- Menetapkan jumlah barang yang harus disimpan sebagai sumber daya agar tetap
ada.
- Menghindari kekurangan atau kelebihan bahan.
- Mengurangi risiko perubahan harga akibat inflasi dan kenaikkan harga dari
pemasok.

Biaya-biaya dalam inventory dapat dibagi menjadi 4 kategori biaya, yaitu:


- Biaya penyimpanan (Holding Cost / Carrying Costs).
- Biaya pemesanan (Order Costs).
- Biaya persiapan (Setup Cost).
- Biaya kehabisan/kekurangan persediaan bahan (Shortage Cost).

Yang dimaksud dengan model persediaan dependen adalah model penentuan jumlah
pembelian atau penyediaan bahan/barang yang sangat tergantung kepada jumlah
produk akhir yang harus dibuat dalam suatu periode tertentu.

Variebel keputusan yang paling sering digunakan dalam manajemen persediaan


(Inventory) adalah Q (berapa banyak barang harus dipesan) dan T (Kapan barang harus
dipesan).

Model persediaan independen adalah penentuan jumlah pembelian atau penyediaan


bahan/barang yang tidak tergantung kepada jumlah produk akhir yang harus dibuat
dalam suatu periode tertentu.
Konsep ABC Inventory Analysis pertama kali dikenalkan oleh H.F. DIckie di General
Electric pada awal tahun 1950-an. Teknik ABC ini merupakan salah satu alat
manajemen yang sangat berharga untuk mengidentifikasi dan mengendalikan item-
item persediaan yang penting. Konsep ABC membagi atau mengelompokkan item-item
persediaan menjadi tiga kelompok:
1. Kelompok A
Item-item persediaan yang dikelompokkan ke dalam kelompok A ini adalah item-
item persediaan yang bernilai besar namun merupakan bagian kecil dari
keseluruhan item persediaan yang ada. Ciri khusus dari kelompok ini antara lain
memilikki nilai berkisar 70% - 80% dari seluruh nilai persediaan yang ada, dan
kuantitasnya berkisar antara 15% - 30% dari seluruh jumlah persediaan.
2. Kelompok C
Item-item persediaan yang masuk kategori C adalah item-item persediaan yang
memilikki nilai rendah, namun merupakan bagian terbesar dari seluruh
persediaan. Nilai persediaan kelompok ini berkisar antara 5% - 15% dari seluruh
nilai persediaan, dan jumlahnya berkisar 50% dari seluruh jumlah persediaan.
3. Kelompok B
Suatu item persediaan akan dikategorikan dalam kelompok B bila memilikki
karakteristik antara A dan C.

Perlu diketahui bahwa angka-angka prosentase yang diberikan dalam penjelasan


diatas bukanlah harga mati, angka-angka tersebut hanyalah angka-angka yang
paling sering digunakan. Sebenarnya, tidak ada aturan yang spesifik berkaitan
dengan batasan antara kelompok A, kelompok B dan kelompok C.

Pendekatan untuk menentukan persediaan ada 2 yaitu:


1. Pendekatan Model
Menggunakan persamaan matematika untuk menentukan jumlah persediaan
yang optimum (EOQ, EOI & EPQ).
2. Pendekatan Manajerial
Menggunakan kemampuan analisis dari orang-orang yang berada pada jajaran
manajerial.

Model deterministik adalah model persediaan yang nilai demand dan Lead Time
sudah diketahui dan bernilai tetap.

EOI (Economic Order Interval) adalah menentukan nilai interval pemesanan (T)
yang meminimumkan Total Cost.

Run Length adalah interval waktu yang diperlukan agar seluruh barang yang
dipesan sampai semuanya. Run Length ada pada proses pemenuhan barang yang
tidak sekaligus, tetapi bertahap. Biasanya barang yang dipesan, merupakan hasil
produksi sendiri.
Model Stokastik / Probabilistik adalah model persediaan yang nilai demand atau
Lead Time atau kedua-duanya tidak pasti.

Untuk menyelesaikan kasul Model Probabilistik dapat dilakukan dengan


melakukan pendekatan terhadap Model Deterministik.

2.
a.) Inventory perlu dikendalikan agar barang yang diperlukan selalu tersedia dan agar
ongkos untuk melakukan persediaan seminimum mungkin.
Cara-cara untuk mengendalikan inventory adalah dengan menentukan nilai Q
(banyaknya barang yang harus dipesan dalam sekali pemesanan) dan nilai T
(interval waktu untuk menentukan kapan barang harus dipesan). Model-model
yang dapat digunakan adalah EOQ, EOI dan EPQ.

b.) Ukuran lot tidak boleh terlalu besar, karena jika terlalu besar maka akan
mengakibatkan ongkos simpan terlalu tinggi. Dan juga ukuran lot tidak boleh
terlalu kecil karena dapat mengakibatkan ongkos pesan terlalu tinggi.

c.) Pendekatan inventory dalam JIT (Just In Time) adalah diusahakan jumlah
persediaan adalah 0, dimana jumlah barang yang dipesan harus sesuai dengan
jumlah kebutuhan, sehingga ongkos simpan dapat dikurangi. Sedangkan
pendekatan konvensional adalah dimana persediaan harus ada untuk
mengantisipasi adanya ketidakpastian, baik ketidakpastian demand, Lead Time,
ketersediaan di pemasok, harga, waktu kedatangan dan lain-lain.

d.) Sistem (Q, ROP) adalah Sistem Q dengan pemodelan probabilistik dimana nilai Q
dan ROP harus dicari. Sedangkan Sistem (T, S) adalah Sistem P dengan pemodelan
probabilistik dimana nilai T dan S harus dicari.

3. Diketahui : = 60.000 butir/bulan = 720.000 butir/tahun


= 200 butir/bulan = 2.400 butir/tahun
= Rp. 1.800/butir
5% * 1.800 = Rp. 90/butir/tahun
Rp. 30.000 / pesan
5.000 unit/hari = 1.250.000 unit/tahun

α = 95%
1,64
a. LT = 0

√ √

1,64)
( )( )

( ) ( ) 3.936 x 1.800)

Anda mungkin juga menyukai