Anda di halaman 1dari 16

MENGELOLA

PERSEDIAAN PADA
SUPPLY CHAIN

Disampaikan pada kuliah mahasiswa IR. AMRIN RAPI, M.T.,IPM.


PS. MLIE Politeknik APP Jakarta
PENDAHULUAN
Keberadaan persediaan (inventori) tidak dapat terhindarkan dalam
aktivitas kehidupan, disatu pihak dianggap sebagai beban, namun di
pihak lain diperlukan untuk menjamin kelancaran pemenuhan
permintaan, oleh karena itu inventori perlu dikelola dengan baik.
Dalam kegiatan usaha dijumpai inventori dalam bentuk :
• Bahan baku (raw material)
• Bahan penolong (supplies)
• Barang setengah jadi (work in process)
• Barang jadi (finished good)
Sedangkan dalam kegiatan dikantor dijumpai alat tulis menulis, kertas
dan sebagainya.
• Keberadaan inventori ini tidak hanya dilantai produksi, tetapi juga
tersebar di luar sistem manufaktur mulai dari gudang pabrik, gudang
disitributor sampai dengan gudang milik pengecer.
• Tenggang waktu mulai dari saat melakukan pemesanan, waktu untuk
memproduksinya, waktu untuk mengantarkan barang ke distributor
bahkan sampai dengan waktu untuk memproses barang di gudang
hingga siap digunakan oleh pemakainya. Interval waktu antara saat
pemesanan dilakukan sampai dengan barang siap digunakan disebut
waktu ancang-ancang (lead time)
Pengertian Inventori
• Inventori adalah sumber daya menganggur (idle resources) yang
keberadaannya menunggu proses lebih lanjut.
• Sebagai sumber daya menganggur, keberadaan inventori dapat
dipandang sebagai pemborosan (waste) dan ini berarti beban bagi
suatu unit usaha, maka keberadaannya harus diminimalkan dengan
tetap menjamin kelancaran pemenuhan permintaan pemakainya.
• Namun, disisi lain inventori tidak tersedia atau tersedia dalam jumlah
yang sangat sedikit dan tidak memadai, peluang terjadinya
kekurangan inventori (inventory shortage) pada saat diperlukan akan
semakin besar.
Mengapa persediaan muncul
• Memang direncanakan;
• Akibat dari ketidaktahuan terhadap suatu informasi;
• Ketidakpastian pada arah permintaan, juga dari arah pasokan
internal.
• Lead time
• Motif ekonomi (economies of scale).
ALAT UKUR PERSEDIAAN
1. Tingkat perputaran persediaan (inventory turnover rate)
2. Inventories days of supply
3. Fill rate
Klasifikasi persediaan
• Berdasarkan bentuknya;
• Bahan baku (raw materials)
• Barang setengah jadi (WIP);
• Produk jadi (finished product)
• Berdasarkan fungsinya;
• Pipeline/ transit inventory;
• Cycle stock
• Persediaan pengaman (safety stock)
• Anticipation stock
• Berdasarkan sifat ketergantungan kebutuhan
• Dependent
• Indenpendent
Biaya Inventori
Secara umum ongkos inventori adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya
inventori selama horison perencanaan waktu tertentu. Adapun komponen-komponennya :
1. Ongkos pembelian (purchasing cost); adalah ongkos untuk membeli barang inventori, besarnya
tergantung jumlah barang yang dibeli dan harga satuan barang
2. Ongkos pengadaan (procurement cost); adalah ongkos yang harus dikeluarkan untuk setiap pengadaan
barang. Ongkos ini dibedakan atas dua jenis, yaitu ongkos pemesanan (order cost) bila barang
didatangkan dari luar sistem dan ongkos simpan (set-up cost) bila barang berasal dari dalam sistem.
3. Ongkos simpan (holding cost),adalah semua pengeluaran yang timbul akibat penyimpanan barang,
ongkos ini meliputi :
a. Ongkos memiliki inventori
b. Ongkos gudang (storage cost)
c. Ongkos kerusakan dan penyusutan
d. Ongkos kadaluarsa (obsolence cost)
e. Ongkos asuransi (insurance cost)
f. Ongkos administrasi
g. Ongkos lain-lain.
4. Ongkos kekurangan persediaan,apabila dijumpai tidak ada barang pada saat diminta akan terjadi
keadaan kekurangan inventori (shortage/out of stock)
5. Ongkos sistemik, yaitu ongkos untuk membangun sistem inventori.
Model persediaan untuk produk dengan
permintaan relatif stabil
• Model Economic Order Quantity
• Koordinasi dengan supplier
• Mengakomodasikan ketidakpastian
• Menentukan safety stock.
• Distribusi kesalahan ramalan
Model Persediaan untuk produk permintaaan
musiman
• Trade off penting dalam membuat keputusan adalah ongkos
kelebihan dan kekurangan produk pada suatu musim jual.
• Koordinasi dengan pemasok
Vendor Managed Inventory (VMI)
• Perusahaan pembeli bukan lagi memutuskan apa, kapan, berapa yang
akan dipesan, melainkan hanya memberikan informasi permintaan
dari pelanggan mereka, persediaan yang tersisia, serta informasi lain
seperti rencana promosi atau kegiatan lain yang bisa mempengaruhi
penjualan dimasa yang akan datang.
• Diperlukan koordinasi dan pertukaran informasi yang lancar antara
kedua belah pihak.
Analisis Pareto
• Dalam suatu unit usaha, jenis dan jumlah barang yang dikelola tidak
hanya satu jenis saja, tapi dapat mencapai ribuan jenis, bahkan ada
yang sampai ratusan ribu. Dalam menghadapi permasalahan
pengelolaan sistem inventori semacam itu perlu dilakukan pemilahan.
Cara pemilahan berdasarkan tingkat kepentingan
• Prinsip Klasifikasi ABC, Analisis ABC adalah pemilihan barang
berdasarkan tingkat penyerapan modal dengan menggunakan prinsip
diagram Pareto, berdasarkan prinsip Pareto, barang dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kategori sbb :
• Kategori A (80-20), terdiri dari jenis barang yang menyerap dana sekitar
80% dari seluruh modal yang disediakan untuk inventori dan jumlah jenis
barangnya sekitar 20% dari semua jenis barang yang dikelola.
• Kategori B (15-30), terdiri dari barang yang menyerap dana sekitar 15%
dari seluruh modal yang disediakan untuk inventori (sesudah kategori A)
dan jumlah jenis barangnya sekitar 30% dari semua jenis barang yang
dikelola.
• Kategori C (5-50), terdiri jenis barang yang menyerap dana hanya sekitar
5% dari seluruh modal yang disediakan untuk inventori (yang tidak
termasuk kategori A dan B) dan jumlah jenis barangnya sekitar 50% dari
semua jenis barang yang dikelola.
Diagram Pareto
Diagram Pareto disusun berdasarkan persentase kumulatif penyerapan dana dan
persentasi jenis item dari barang yang dikelola, Untuk keperluan penyusunan
diagram Pareto diperlukan data dasar tentang :
Selanjutnya untuk menggambarkan diagram Pareto dan memilah barang atas
beberapa kategori diperlukan dengan cara sbb :
1. Hitung jumlah penyerapan dana untuk setiap jenis barang per tahun (Mi), yaitu
dengan mengalikan antara jumlah pemakaian tiap jenis barang per tahun (Di)
dengan harga satuan barang (pi), secara matematis dapat dinyatakan :
Mi = Di x pi
2. Hitung jumlah total penyerapan dana untuk setiap jenis barang
M = ∑ Mi
3. Hitung persentase penyerapan dana untuk setiap jenis barang (Pi)
Pi = Mi/M x 100%
4. Hitung persentase setiap jenis item
Ii – I/N x 100%, dimana N jumlah jenis item barang.
5. Urutkan persentase penyerapan dana sesuai dengan urutan besarnya
persentase penyerapan dana, dimulai dari persentase penyerapan dana
terbesar sampai dengan dana terkecil;
6. Hitung nilai kumulatif persentase penyerapan dana dan nilai kumulatif
persentase jenis barang berdasarkan urutan yang diperoleh pada
langkah 5;
7. Gambarkan diagram Pareto pada diagram kartesian dengan
menggunakan nilai persentase jenis item sebagai sumbu ordinat dan
persentase penyerapan dana sebagai sumbu absis.
8. Tentukan kategorisasi barang berdasarkan prinsip Pareto.
Sumber Pustaka
• I Nyoman Pujawan, Mahendrawathi, Supply Chain Management,
Penerbit Andi Offset, 2017.
• Senator Nur Bahagia, Sistem Inventori, Penerbit ITB, 2006

Anda mungkin juga menyukai