Kelas XII
bakri.lamatungga@gmail.com
1
Rancang Bangun Jaringan
Kelas XII
RFC ? A, B, C, D, E 791
1-126, A /8 255.0.0.0
128 – 191 B /16 255.255.0.0
192 – 223 C /24 255.255.255.0
RFC 950 mendefinisikan penggunaan sebuah subnet mask yang disebut juga sebagai sebuah address mask
sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan untuk membedakan network identifier dari host identifier di
dalam sebuah alamat IP. Bit-bit subnet mask yang didefinisikan, adalah sebagai berikut:
Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh network identifier diset ke nilai 1.
Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh host identifier diset ke nilai 0.
Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah subnet
mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja. Entah itu subnet
mask default (yang digunakan ketika memakai network identifier berbasis kelas) ataupun subnet mask yang
dikustomisasi (yang digunakan ketika membuat sebuah subnet atau supernet) harus dikonfigurasikan di
dalam setiap node TCP/IP.
Desimal Bertitik
Sebuah subnet mask biasanya diekspresikan di dalam notasi desimal bertitik (dotted decimal notation),
seperti halnya alamat IP. Setelah semua bit diset sebagai bagian network identifier dan host identifier, hasil
nilai 32-bit tersebut akan dikonversikan ke notasi desimal bertitik.
Perlu dicatat, bahwa meskipun direpresentasikan sebagai notasi desimal bertitik,
subnet mask bukanlah sebuah alamat IP.
Subnet mask default dibuat berdasarkan kelas-kelas alamat IP dan digunakan di dalam jaringan TCP/IP
yang tidak dibagi ke dalam beberapa subnet. Tabel di bawah ini menyebutkan beberapa subnet mask default
dengan menggunakan notasi desimal bertitik. Formatnya adalah:
<alamat IP www.xxx.yyy.zzz>, <subnet mask www.xxx.yyy.zzz>
2
Rancang Bangun Jaringan
Kelas XII
Perlu diingat, bahwa nilai subnet mask default di atas dapat dikustomisasi oleh administrator jaringan, saat
melakukan proses pembagian jaringan (subnetting atau supernetting). Sebagai contoh, alamat 138.96.58.0
merupakan sebuah network identifier dari kelas B yang telah dibagi ke beberapa subnet dengan
menggunakan bilangan 8-bit. Kedelapan bit tersebut yang digunakan sebagai host identifier akan
digunakan untuk menampilkan network identifier yang telah dibagi ke dalam subnet. Subnet yang
digunakan adalah total 24 bit sisanya (255.255.255.0) yang dapat digunakan untuk mendefinisikan custom
network identifier. Network identifier yang telah di-subnet-kan tersebut serta subnet mask yang
digunakannya selanjutnya akan ditampilkan dengan menggunakan notasi sebagai berikut:
138.96.58.0, 255.255.255.0
Karena bit-bit network identifier harus selalu dipilih di dalam sebuah bentuk yang berdekatan dari bit-bit
ordo tinggi, maka ada sebuah cara yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah subnet mask dengan
menggunakan bit yang mendefinisikan network identifier sebagai sebuah network prefix dengan
menggunakan notasi network prefix seperti tercantum di dalam tabel di bawah ini.
Notasi network prefix juga dikenal dengan sebutan notasi Classless Inter-Domain Routing (CIDR) yang
didefinisikan di dalam RFC 1519. Formatnya adalah sebagai berikut:
/<jumlah bit yang digunakan sebagai network identifier>
Sebagai contoh, network identifier kelas B dari 138.96.0.0 yang memiliki subnet mask 255.255.0.0 dapat
direpresentasikan di dalam notasi prefix length sebagai 138.96.0.0/16.
Karena semua host yang berada di dalam jaringan yang sama menggunakan network identifier yang sama,
maka semua host yang berada di dalam jaringan yang sama harus menggunakan network identifier yang
sama yang didefinisikan oleh subnet mask yang sama pula.
Sebagai contoh, notasi 138.23.0.0/16 tidaklah sama dengan notasi 138.23.0.0/24, dan kedua jaringan
tersebut tidak berada di dalam ruang alamat yang sama.
Network identifier 138.23.0.0/16 memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga
138.23.255.254; sedangkan network identifier 138.23.0.0/24 hanya memiliki range alamat IP yang valid
mulai dari 138.23.0.1 hingga 138.23.0.254.
3
Rancang Bangun Jaringan
Kelas XII
4
Rancang Bangun Jaringan
Kelas XII
Subnet mask
(notasi desimal
Jumlah subnet bertitik/
(segmen Jumlah subnet notasi panjang Jumlah host tiap
jaringan) bit prefiks) subnet
255.255.255.128 atau
65537-131072 17 /25 126
5
Rancang Bangun Jaringan
Kelas XII
255.255.255.192 atau
131073-262144 18 /26 62
255.255.255.224 atau
262145-524288 19 /27 30
255.255.255.240 atau
524289-1048576 20 /28 14
255.255.255.248 atau
1048577-2097152 21 /29 6
255.255.255.252 atau
2097153-4194304 22 /30 2
Subnet mask
Jumlah (notasi desimal
subnet/ bertitik/
segmen Jumlah subnet notasi panjang Jumlah host tiap
jaringan bit prefiks) subnet
6
Rancang Bangun Jaringan
Kelas XII
Tabel berikut berisi subnetting yang dapat dilakukan pada alamat IP dengan network identifier kelas C.
semoga bermanfaat bagi anda :D
7
Rancang Bangun Jaringan
Kelas XII
Karena itulah, dalam kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan yang
dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak.
Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan secara
rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network
identifier yang sama. Teknik subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting. Subjaringan-
subjaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet mask yang disebut sebagai Variable-length
Subnet Mask (VLSM).
CIDR : fix
192.168.1.0/26 : 62 host (ip address yang bisa digunakan 1 jaringan/ 1 segmen)
Karena semua subnet diturunkan dari network identifier yang sama, jika subnet-subnet tersebut berurutan
(kontigu subnet yang berada dalam network identifier yang sama yang dapat saling berhubungan satu
sama lainnya), rute yang ditujukan ke subnet-subnet tersebut dapat diringkas dengan menyingkat network
identifier yang asli.
Teknik variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati sehingga subnet yang dibentuk pun
unik, dan dengan menggunakan subnet mask tersebut dapat dibedakan dengan subnet lainnya, meski
berada dalam network identifer asli yang sama. Kehati-hatian tersebut melibatkan analisis yang lebih
terhadap segmen-segmen jaringan yang akan menentukan berapa banyak segmen yang akan dibuat dan
berapa banyak jumlah host dalam setiap segmennya.
8
Rancang Bangun Jaringan
Kelas XII
Dengan menggunakan variable-length subnetting, teknik subnetting dapat dilakukan secara rekursif:
network identifier yang sebelumnya telah di-subnet-kan, di-subnet-kan kembali. Ketika melakukannya,
bit-bit network identifier tersebut harus bersifat tetap dan subnetting pun dilakukan dengan mengambil
sisa dari bit-bit host.
Tentu saja, teknik ini pun membutuhkan protokol routing baru. Protokol-protokol routing yang mendukung
variable-length subnetting adalah Routing Information Protocol (RIP) versi 2 (RIPv2), Open Shortest Path
First (OSPF), dan Border Gateway Protocol (BGP versi 4 (BGPv4). Protokol RIP versi 1 yang lama, tidak
mendukungya, sehingga jika ada sebuah router yang hanya mendukung protokol tersebut, maka router
tersebut tidak dapat melakukan routing terhadap subnet yang dibagi dengan menggunakan teknik variable-
length subnet mask.
Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan
192.168.1.2/24, apa ini artinya? Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0.
Lho kok bisa seperti itu? Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan
binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000
(255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang
diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.
Pertanyaan berikutnya adalah Subnet Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting
? Ini terjawab dengan tabel di bawah:
9
Rancang Bangun Jaringan
Kelas XII
1. Jumlah subnet
2. Jumlah host / subnet
3. Jarak network / blok subnet
4. Tabel ip yang digunakan
2^7 = 128, 2^6 = 64, 2^5 = 32, 2^4 = 16, 2^3 = 8, 2^2 = 4, 2^1 = 2, 2^0 = 1
a. 2^2 = 4 2^x, x = 1
b. 2^6 – 2 = 62 <- 2^y -2 = 0, 4 * 62
c. 256 – 192 = 64 64, 0 – 64 – 128 – 192
d. Tabel IP
10
Rancang Bangun Jaringan
Kelas XII
Penghitungan: Seperti sudah saya sebutkan sebelumnya semua pertanyaan tentang subnetting akan
berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang
valid. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti itu:
1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir
untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
2. Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada
oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
3. Blok Subnet = 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128,
dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
4. Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan,
host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.
Kita sudah selesaikan subnetting untuk IP address Class C. Dan kita bisa melanjutkan lagi untuk subnet
mask yang lain, dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk
subnetting class C adalah seperti di bawah. Silakan anda coba menghitung seperti cara diatas untuk
subnetmask lainnya.
255.255.255.128 /25
255.255.255.192 /26
255.255.255.224 /27
255.255.255.240 /28
255.255.255.248 /29
255.255.255.252 /30
Class C, hanya blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang
“dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet kita “mainkan”
di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
255.255.128.0 /17
Ok, kita coba dua soal untuk kedua teknik subnetting untuk Class B. Kita mulai dari yang menggunakan
subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24.
12
Rancang Bangun Jaringan
Kelas XII
Contoh network address 172.16.0.0/18 ? 10 menit , yang sudah kirim ke menu chat
a. Jumlah Subnet
b. Jumlah host / subnet
c. Blok Subnet
d. Tabel IP
Berikutnya kita coba satu lagi untuk Class B khususnya untuk yang menggunakan subnetmask CIDR /25
sampai /30. Contoh network address 172.16.0.0/25.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti
11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:
1. Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
2. Jumlah Host per Subnet = 27 – 2 = 126 host
13
Rancang Bangun Jaringan
Kelas XII
3. Blok Subnet = 256 – 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Masih bingung juga? Ok sebelum masuk ke Class A, coba ulangi lagi dari Class C, dan baca pelan-pelan
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A
Kalau sudah mantab dan paham, kita lanjut ke Class A. Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya
adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di
Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet
mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.
Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti
11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
1. Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
2. Jumlah Host per Subnet = 216 – 2 = 65534 host
3. Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
4. Alamat host dan broadcast yang valid?
Mudah-mudahan sudah setelah anda membaca paragraf terakhir ini, anda sudah memahami penghitungan
subnetting dengan baik. Kalaupun belum paham juga, anda ulangi terus artikel ini pelan-pelan dari atas.
Untuk teknik hapalan subnetting yang lebih cepat, tunggu di artikel berikutnya
Catatan: Semua penghitungan subnet diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-
Ones) dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga CCNA setelah 2005 sudah
mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak
memasukkannya secara default (meskipun di kenyataan kita bisa mengaktifkannya dengan command ip
subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam beberapa buku tentang CCNA serta soal-soal test CNAP, anda
masih menemukan rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x – 2
14
Rancang Bangun Jaringan
Kelas XII
Tahap berikutnya adalah silakan download dan kerjakan soal latihan subnetting. Jangan lupa mengikuti
artikel tentang Teknik Mengerjakan Soal Subnetting untuk memperkuat pemahaman anda dan
meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan soal dalam waktu terbatas.
Source Mas Rommy.
REFERENSI
1. Todd Lamle, CCNA Study Guide 5th Edition, Sybex, 2005.
2. Module CCNA 1 Chapter 9-10, Cisco Networking Academy Program (CNAP), Cisco Systems.
3. Hendra Wijaya, Cisco Router, Elex Media Komputindo, 2004.
15
Rancang Bangun Jaringan
Kelas XII
1. 198.53.67.0/25
2. 202.151.37.0/14
3. 191.22.24.0/9
4. 192.168.10.0/24
Metode VLSM tingkat Awam
(Variable Length Subnet Masking)
5. 192.168.1.0/25
Metode VLSM tingkat Awam
(Variable Length Subnet
Masking)
vlan tkj terdiri dari = 80 host
vlan bangunan terdiri dari = 62
vlan listrik terdiri dari = 20
vlan otomotif terdiri dari = 10
16
Rancang Bangun Jaringan
Kelas XII
Kunci Jawaban :
18
Rancang Bangun Jaringan
Kelas XII
Perhitungan Pada IP Kelas A Soal: Dengan NETWORK ADDRESS10.0.0.0/23, Subnetting seperti apa
yang bakal terjadi? Jawab:Analisanya 10.0.0.0 adalah IP kelas B dengan Subnet Mask /23 yang artinya
11111111.11111111.11111110.00000000 atau 255.255.254.000 (LihatTabel)
1. Jumlah Subnet: Rumus 2x (x adalah nilai bineri 1 (angka 1) pada subnetmask di oktet bagian host) karena
kelas A maka oktet hostnya adalah oktet yang kedua, ketiga dan keempat (tiga oktet terakhir), berarti
nilai x=15. Jadi jumlah subnetnya adalah 215=32768
2. Jumlah Host per Subnet: Rumus 2y – 2 (y adalah kebalikan dari x yaitu bineri 0 (angka 0) pada oktet
host) berarti nilai y=9. Jadi Jumlah Host per Subnetnya adalah 29-2=510
3. Blok Subnet: Rumus 256 – nilai terakhir subnetmask, jadi Blok Subnetnya adalah 256-254=2 sehingga
subnet mask berikutnya adalah 2+2=4 kemudian 4+2=6 dan seterusnya, lengkapnya 0, 2, 4, 6, 8, 10, …,
254
4. Host dan Broadcast yang bisa digunakan: Host yang bisa di gunakan adalah mulai dari satu angka
setelah nilai subnet dan broadcast adalah satu angka sebelum subnet berikutnya, lebih jelas lihat tabelnya:
19
Rancang Bangun Jaringan
Kelas XII
20
Rancang Bangun Jaringan
Kelas XII
Subnet ke- :4
IP Network : 192.168.0.128
IP Host Awal : 192.168.0.129
IP Host Akhir : 192.168.0.158
IP Broadcast : 192.168.0.159
Jadi IP network ny adalah 192.168.0.131, IP broadcast = 192.168.0.163,IP host dimulai dari
192.168.0.132 – 192.168.0.162. jadi memiliki subnet 192.168.0.150 termasuk ke dalam Subnet 5.
VLSM (Variable Length Subnet Mask) adalah sebuah cara pengelolaan pengalamatan IP yang lebih terstruktur
dibandingkan sekedar menggunakan FLSM (Fixed Length Subnet Mask). Perhitungan IP Address menggunakan
metode VLSM adalah metode yang berbeda dengan memberikan suatu Network Address lebih dari satu subnet
mask, berbeda jika menggunakan CIDR dimana suatu Network ID hanya memiliki satu subnet mask saja. VLSM
memiliki manfaat untuk mengurangi jumlah alamat yang terbuang. Untuk lebih mudahnya sebagai contoh, kita
akan menghitung alamat IP menggunakan VLSM dengan topologi sebagai berikut:
Pertama, kita cari host yang paling banyak digunakan. yaitu pada LAN4 dengan 58 Host, LAN1 (26
Host), LAN2 (10 Host), LAN3 (10 Host), dan masing2 WAN 2 Host. Disini diberikan IP 192.168.1.0/24,
dan kita akan membaginya dengan VLSM.
NetMask Desimal NetMask Biner Format CIDR Jumlah Host
255.255.255.0 11111111.11111111.11111111.00000000 /24 254
255.255.255.128 11111111.11111111.11111111.10000000 /25 126
255.255.255.192 11111111.11111111.11111111.11000000 /26 62
21
Rancang Bangun Jaringan
Kelas XII
Karena diLAN4 telah menggunakan IP 192.168.1.64/27 , maka kita akan menggunakan IP dibawahnya
yang belum digunakan yaitu 192.168.1.96/27. seperti cara sebelumnya kita akan merubah subnet mask
nya menjadi 255.255.255.240.
berikut kemungkinan IP yang digunakan (/28):
Network IP Range Broadcast
.96 .97-.110 .111
.112 .113-.126 .127
.128 .129-.142 .143
.144 .145-.158 .159
Karena ada 2 LAN yang butuh 10 Host kita menggunakan IP address 192.168.1.96/28 dan
192.168.1.112/28
Network 192.168.1.96
IP Range 192.168.1.97-192.168.1.110
Broadcast 192.168.1.111
Network 192.168.1.112
IP Range 192.168.1.113-192.168.1.126
Broadcast 192.168.1.127
Network 192.168.1.132
IP Range 192.168.1.133-192.168.1.134
Broadcast 192.168.1.135
23
Rancang Bangun Jaringan
Kelas XII
Network 192.168.1.136
IP Range 192.168.1.137-192.168.1.138
Broadcast 192.168.1.139
Classful Routing Protocol adalah : penerapan subnet secara penuh atau default. /24,/16,/8
artinya penggunaan kelas full dikonsep ini. Classful routing protocols juga ialah suatu protocol dimana
protokol ini tidak ‘membawa’ routing mask information ketika update routing atau routing advertisements.
Ia hanya membawa informasi ip-address saja, dan menggunakan informasi default mask sebagai mask-nya.
Dynamic routing Classfull : Rip V1, IGRP. Classfull merupakan metode pembagian IP address berdasarkan
kelas IP address ( yang berjumlah sekitar 4 milyar ) dibagi kedalam lima kelas yakni:
Kelebihan:
- tidak perlu menyertakan subnetmask pada update routing
- Kekurangan classfull routing protocol:
- Tidak mendukung vlsm
- ketidakmampuan untuk mendukung jaringan discontiguous.
RIP merupakan routing information protokol yang memberikan routing table berdasarkan router yang
terhubung langsung, Kemudian router selanjutnya akan memberikan informasi router selanjutnya yang
terhubung langsung dengan itu. Adapun informasi yang dipertukarkan oleh RIP yaitu : Host, network,
subnet, rutedefault.
8. Paket update RIP yang dikirimkan bejenis UDP dengan nomor port 520
9. Bisa mengirimkan paket update RIP v.1 dan bisa menerima paket update RIP v.1 dan v.2
10. Berjenis classful routing protocol sehingga tidak menyertakan subject mask dalam paket
update.Akibatnya RIP v.1 tidak mendukung VLSM dan CIDR.
11. Mempunyai AD 120
Kelebihan
Menggunakan metode Triggered Update.
RIP memiliki timer untuk mengetahui kapan router harus kembali memberikan informasi routing.
Jika terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router tetap harus mengirimkan
informasi routing karena dipicu oleh perubahan tersebut (triggered update).
Mengatur routing menggunakan RIP tidak rumit dan memberikan hasil yang cukup dapat diterima,
terlebih jika jarang terjadi kegagalan link jaringan.
Kekurangan
Jumlah host Terbatas
RIP tidak memiliki informasi tentang subnet setiap route.
RIP tidak mendukung Variable Length Subnet Masking (VLSM).
Ketika pertama kali dijalankan hanya mengetahui cara routing ke dirinya sendiri (informasi lokal)
dan tidak mengetahui topologi jaringan tempatnya berada
hanya mendukung routing classfull
tidak ada info subnet yang dimasukkan dalam perbaikan routing
tidak mendukung VLSM (Variabel Length Subnet Mask)
perbaikan routing broadcast
IGRP
The Interior Gateway Routing Protocol (IGRP) adalah sebuah routing protocol berpemilik yang
dikembangkan pada pertengahan tahun 1980-an oleh Cisco Systems, Inc Cisco tujuan utama dalam
menciptakan IGRP adalah untuk menyediakan protokol yang kuat untuk routing dalam sistem otonomi
(AS). IGRP memiliki hop maksimum 255, tetapi defaultnya adalah 100. IGRP menggunakan bandwidth
dan garis menunda secara default untuk menentukan rute terbaik dalam sebuah internetwork (Composite
Metrik).
Pada IGRP ini routing dlakukan secara matematik berdasarkan jarak. Untuk itu pada IGRP ini sudah
mempertimbangkan hal berikut sebelum mengambil keputusan jalur mana yang akan ditempuh. Adapun
hal yang harus diperhatikan : load, delay,bandwitdh, realibility
Kekurangan dan kelebihan IGRP:
25
Rancang Bangun Jaringan
Kelas XII
26
Rancang Bangun Jaringan
Kelas XII
Classless routing protocols yaitu suatu metodologi pengalokasian IP Address dalam notasi Classless Inter
Domain Routing(CIDR). Istilah lain yang digunakan untuk menyebut bagian IP address yang menunjuk
suatu jaringan secara lebih spesifik. Biasanya dalam menuliskan CIDR suatu kelas IP Address digunakan
tanda garis miring (Slash)“/”, diikuti dengan angka yang menunjukan panjang CIDR ini dalam bit. Contoh:
192.168.1.0/24.
Classless routing protocols ‘memanjangkan’ standard skema IP Adress Class A, B, atau C dengan
menggunakan subnet mask atau mask length sebagai indikasi bahwa router harus menejemahkan IP
network ID. Classless routing protocols memasukan subnet mask bersama dengan IP address ketika
mencari informasi routing.
Classless routing protocol adalah pendukung protokol Classless Inter-Domain Routing (CIDR), sebuah
skema yang lebih baru dari IPv4 dengan menggunakan sebuah subnet mask atau mask panjang untuk
menunjukkan bagaimana router harus mengidentifikasi ID jaringan IP Subnet mask mewakili ID jaringan
tidak terbatas pada mereka yang didefinisikan oleh kelas-kelas alamat, tetapi dapat berisi variabel jumlah
bit orde tinggi. Subnet mask seperti fleksibilitas memungkinkan Anda untuk mengelompokkan beberapa
jaringan sebagai satu entri di tabel routing, routing secara signifikan mengurangi biaya overhead
Metode classless addressing (pengalamatan tanpa kelas) saat ini mulai banyak diterapkan, yakni dengan
pengalokasian IP Address dalam notasi Classless Inter Domain Routing(CIDR). Istilah lain yang
digunakan untuk menyebut bagian IP address yang menunjuk suatu jaringan secara lebih spesifik, disebut
juga denganNetwork Prefix. Biasanya dalam menuliskan network prefix suatu kelas IP Address digunakan
tanda garis miring (Slash)“/”, diikuti dengan angka yang menunjukan panjang network prefix ini dalam
bit.
Contoh: 192.168.0.0/24
IS-IS adalah Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO) spesifikasi router dinamis. IS-IS
digambarkan dalam ISO/IEC 10589 IS-IS jaringan protokol router antar jaringan Negara yang berfungsi
sebagai informasi jaringan Negara. Melalui jaringan tersebut untuk membikin sebuah topologi jaringan.
IS-IS maksud utamanya untuk penghubung OSI paket dari CNLP (connectionless Network Protokol) tapi
telah mempunyai kapasitas untuk menghubungkan paket IP. Ketika paket IP terintegrasi dalam IS-IS
menyediakan kemampuan untuk menghubungkan protokol luar dari OSI family seperti IP. Serupa dengan
OSPF, IS-IS didirikan sebuah arsitektur hierarki dari jaringan tersebut. IS-IS menghasilkan dua tingkatan
level, level (1) untuk dalam area dan level (2) untuk antar area.
Rip V2
27
Rancang Bangun Jaringan
Kelas XII
Secara umum RIPv2 tidak jauh berbeda dengan RIPv1. Perbedaan yang ada terlihat pada informasi yang
ditukarkan antar router. Pada RIPv2 informasi yang dipertukarkan yaitu terdapat autenfikasi pada RIPv2
ini.
Karakteristik RIP versi 2:
1. Bersifat classless routing protocol, artinya menyertakan field SM dalam paket update yang
dikirimkan sehingga RIP v.2 mendukung VLSM & CIDR
2. Mengirimkan paket update & menerima paket update versi 2
3. Mengirimkan update ke alamat multicast yaitu 224.0.0.9
4. Auto Summary dapat dimatikan
5. Mendukung fungsi keamanan berupa authentication yang dapat mencegah routing update
dikirim atau diterima dari sumber yang tidak dipercaya
OSPF
OSPf (Open Shortest Path First) adalah routing protocol link-state yang dikembangkan oleh IETF sebagai
pengganti RIP. Sifat OSPF adalah "open"; Artinya vendor apapun dapat memanfaatkan routing protocol
ini. Memanfaatkan algoritma Shortest Path First (SPF); dimana jalur terbaik adalah jalur yang mempunyai
cumulative cost yang paling rendah. Tidak ada batasn penentuan cost ini. OSPF mendasarkan matric dari
cost yang berbeda-beda antar vendor. CISCO menerapkan penghitungan cost berdasarkan rumus: 108/BW
Ada 5 tipe paket yang digunakan oleh OSPF:
1. Hello packet
2. Link State Request (LSR)
3. Link State Update (LSU)
4. Database Description
5. Link State Acknoeledgement (LSAck)
28
Rancang Bangun Jaringan
Kelas XII
OSPF juga mirip dengan EIGRP dimana terdapat 3 table, yaitu adjacency table (berisi neighbour-
neighbour). OSPF juga melakukan auto summary, sehingga mendukung sepenuhnya VLSM & CIDR.
OSPF kiga memanfaatkan process ID seperti EIGRP; Namun router - router yang menjalankan OSPF tidak
perlu menggunakan process. ID yang sama untuk saling berkomunikasi karena OSPF menggunakan sistem
area. Area pada OSPF menentukan batasan update packet dapat dikirim ke router mana saja. Hal ini akan
memelihara bandwidth, karena perubahan pada salah satu router di satu area tidak "merembet" ke luar are
tersebut. Area yang wajib ada dalam topologi OSPF adalah area O, yaitu backbone area. OSPF juga
mendukung autentikasi dengahn2 tipe: yaitu clear text dengan MD5.OSPF hanya mengenal:
BMA(Broadcast Multi Access) Router2-Hub-Router2, NBMA, P2MP, VL.
- Kelebihan
tidak menghasilkan routing loop
mendukung penggunaan beberapa metrik sekaligus
dapat menghasilkan banyak jalur ke sebuah tujuan
membagi jaringan yang besar mejadi beberapa area.
waktu yang diperlukan untuk konvergen lebih cepat
- Kekurangan
EIGRP
EIGRP (Enhanced Interior Gateway Routing Protocol). Distance vector protocol merawat satu set metric
yang kompleks untuk jarak tempuh ke jaringan lainnya. EIGRP menggabungkan juga konsep link state
protocol. Broadcast-broadcast di-update setiap 90 detik ke semua EIGRP router berdekatan. Setiap update
hanya memasukkan perubahan jaringan. EIGRP sangat cocok untuk jaringan besar.
Pada EIGRP ini terdapat dua tipe routing protokol yaitu dengan distance vektor dan dengan Link state.
IGRP dan EIGRP sama-sama sudah mempertimbangkan masalah bandwitdh yang ada dan delay yang
terjadi.
Karakteristik:
- Kelebihan
- Kekurangan
Border Gateway Protocol (BGP) adalah sebuah sistem antar autonomous routing protocol. Sistem
autonomous adalah sebuah jaringan atau kelompok jaringan di bawah administrasi umum dan dengan
kebijakan routing umum. BGP digunakan untuk pertukaran informasi routing untuk Internet dan
merupakan protokol yang digunakan antar penyedia layanan Internet (ISP). Pelanggan jaringan, seperti
perguruan tinggi dan perusahaan, biasanya menggunakan sebuah Interior Gateway Protocol (IGP) seperti
RIP atau OSPF untuk pertukaran informasi routing dalam jaringan mereka. Pelanggan menyambung ke
ISP, dan ISP menggunakan BGP untuk bertukar pelanggan dan rute ISP . Ketika BGP digunakan antar
Autonom System (AS), protokol ini disebut sebagai External BGP (EBGP). Jika penyedia layanan
menggunakan BGP untuk bertukar rute dalam suatu AS, maka protokol disebut sebagai Interior BGP
(IBGP)
30