Anda di halaman 1dari 2

Penetrasi merupakan suatu pengujian yang sangat penting, itu dikarenakan

penetrasi dapat menunjukan mutu suatu aspal. Pengujian Penetrasi adalah masuknya
jarum penetrasi kedalam permukaan aspal dalam waktu 5 detik dengan beban 100 gram
pada suhu 25˚C. Pengujian penetrasi ini sangat dipengaruhi oleh faktor berat beban
total, ukuran sudut dan kehalusan permukaan jarum, temperatur dan waktu. Oleh
karena itu perlu disusun dengan rinci ukuran, persyaratan dan batasan peralatan, waktu
dan beban yang digunakan dalam penentuan penetrasi aspal (RSNI 06-2456-1991).

Pengujian penetrasi ditujukan untuk menentukan kekerasan dan kelembekan


suatu aspal. Serta Pemeriksaan sifat kepekaan aspal terhadap perubahan temperatur
perlu dilakukan sehingga diperoleh informasi rentang temperatur yang baik untuk
pelaksanaan pekerjaan. Kepekaan terhadap temperatur akan menjadi dasar perbedaan
umur aspal untuk menjadi retak atau mengeras.

            Aspal keras/panas ( Aspalt cement, AC ), adalah aspal yang digunakan dalam


keadaan cair dan panas. Aspal ini berbentuk padat pada keadaan penyimpanan
( termperatur ruang). Menurut ASTM D-8-31, aspal adalah bahan berwarna
hitam/coklat tua, bersifat perekat, terutama terdiri dari bitumen yang didapat dari alam
atau dari proses pembuatan minyak bumi. Sedangkan bitumen adalah bahan berwarna
hitam, dapat bersifat padat/keras ( asphaltine ) dapat juga bersifat lembek (malthine ).

Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam hal pengendalian mutu
aspal untuk keperluan pembangunan, peningkatan atau pemeliharaan jalan. aspal
semen biasanya dibedakan berdasarkan nilai penetrasinya berikut Klasifikasi
berdasarkan uji penetrasi (RSNI S-01-2003).

Semakin besar angka penetrasi makin lembek aspal tersebut dan sebaliknya
semakin kecil angka penetrasi maka aspal tersebut semakin keras. Aspal semen dengan
penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas atau lalu lintas dengan volume
tinggi, sedangkan aspal semen dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah
bercuaca dingin atau lalu lintas volume rendah. Di Indonesia umumnya dipergunakan
aspal semen dengan penetrasi 60/70 dan 85-100 (Sukirman S,1999 ).
Berikut data pengujian penetrasi yang kami peroleh ;

No. Benda uji 1 Benda uji 2


1
2
Rata-rata

Dari rata-rata hasil pengujian di simpulkan bahwa aspal yang kami uji adalah jenis
aspal .......... dan nilai ini sudah benar adanya dengan kecocokan aspal yang ada di ruang
pengujian.

Saran dari percobaan penetrasi :

Jika hasil yang diperoleh tidak mendapatkan hasil tidak cocok dengan aspal yang ada
maka perhatikan hal-hal berikut ;

- Pastikan aspal panas yang dituang di cetakan dengan suhu 150 c


- Pastikan benda uji di diamkan antara waktu 1 – 1,5 jam
- Dan pastikan perendaman dengan suhu 25 c
- Pastikan rangkaian alat penetrasi terpasang dengan benar
- Pastikan jarum penetrasi tidak tumpul dan harus sesuai standar
- Pastikan pembacaan jarum langsung dilakukan saat waktu berhenti 5 detik, jika
tidak maka jarum penetrasi kemungkinan terus turun.

Kesimpulan

Tulis angka dan hasil perbandingan standar

Referensi

RSNI 06-2456-1991

Sukirman S,1999

ASTM D-8-31

Spesifikasi umum bina marga 2010 revisi 3

Anda mungkin juga menyukai