Analisis Yuridis Komparisi Penghadap Dalam Akta Notaris Berdasarkan Putusan NO. 51 PK/TUN/2013
Analisis Yuridis Komparisi Penghadap Dalam Akta Notaris Berdasarkan Putusan NO. 51 PK/TUN/2013
TESIS
Oleh
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
TESIS
Oleh
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Pembimbing Pembimbing
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri
bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena
kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi
Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas
perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan
sehat.
Medan,
Yang membuat Pernyataan
ii
iii
Universitas Sumatera Utara
sekaligus dosen penguji tesis yang telah memberikan dorongan kepada penulis
untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.
4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A. SH, CN, M.Hum, selaku Sekretaris Program
Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
sekaligus dosen penguji tesis yang telah memberikan dorongan kepada penulis
untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan serta
arahan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti proses kegiatan
perkuliahan.
6. Seluruh staff/ pegawai di Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan bantuan kepada
penulis selama ini dalam menjalankan pendidikan.
7. Penghargaan setinggi-tingginya kepada Ayahanda Parmatoni, SH, dan
Ibunda tercinta Sumartini dan kakak saya Deasy Aprilla, SH dan adik saya
M. Taufik Alfiansyah untuk doa dan supportnya baik dalam bentuk materiil
maupun dalam bentuk moril, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
8. Untuk sahabat dari jaman puber sampai dewasa, Lila Apriani, S.KM, Iqa
Desky, Dr. Nandara Elena, Damira S.Pol., Pratiwi Utami, SH., Cynthia
Arsyad, SH., Fifi, Ermy Mauli, SE., dan Novitasary Insya yang telah
menjadi penyemangat saya.
9. Untuk sahabat tercinta S2 terbaik dan terfavorit Idhelia Cinry Hotmaria
Sinambela, SH (Cinry Teguh), Muhammad Taufik Atma, SH (Cintop),
Puji Indah Lestari, SH (Ajojay), Revina Gisella Kaligis, SH (Egi Hits),
dan Farida Roslika, SH (Bunbun), atas doa, dukungan, dan waktunya
karena selalu membantu menemani dan menasehati dikala suka dan duka.
10. Untuk sahabat-sahabat di Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, Elvira, SH, M.KN., Rahmat Fitrah, SH.M.KN,
serta rekan-rekan MKn USU angkatan 2014 terutama Grup C yang telah
banyak memberikan motivasi kepada penulis baik berupa masukan dan
iv
Universitas Sumatera Utara
dukungan dalam penulisan tesis ini, sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih
baik.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya
kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan.Disadari sepenuhnya
bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari segi penulisannya maupun
isinya.Hal ini karena masih kurangnya ilmu pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki, untuk itu diharapkan dengan segala kerendahan hati diharapkan kritik
dan saran dari semua pihak demi tercapainya kesempurnaan sehingga tesis ini
dapat berguna bagi pembangunan pengetahuan hukum.Amin Yaa Rabbal’alamin.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.
v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Meta Permata Sari
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 14 Oktober 1991
Alamat : Jln. Luku 1 Gg. Mandor No.9
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 25 Tahun
Kewarganegaraan : Indonesia
Nama Ayah : Parmatoni, SH
Nama Ibu : Sumartini
II. PENDIDIKAN
Sekolah Dasar : SD Negeri 060933 Medan (1996-2002)
Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 10 Medan (2002-2005)
Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 1 Medan (2005-2008)
Universitas : S1 Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara (2008-2013)
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ............................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 11
E. Keaslian Penelitian .................................................................. 11
F. Kerangka Teori dan Konsepsi.................................................. 13
1. Kerangka Teori .................................................................. 13
2. Konsepsi ............................................................................ 18
G. Metode Penelitian..................................................................... 19
1. Sifat dan Jenis Penelitian ................................................... 19
2. Sumber Data....................................................................... 20
3. Alat Pengumpulan Data ..................................................... 21
4. Analisis Data ...................................................................... 21
BAB II PEMBUATAN KOMPARISI AKTA OTENTIK .................... 22
A. Tinjauan Umum Akta Otentik.................................................. 22
1. Pengertian Akta dan Akta Otentik ..................................... 22
2. Syarat-Syarat Sah Suatu Akta ........................................... 26
3. Akta Sebagai Alat Bukti di Pengadilan.............................. 28
B. Komparisi dalam Akta Otentik ............................................... 30
1. Syarat dan Fungsi Komparisi ............................................. 32
2. Bentuk-Bentuk Komparisi ................................................. 39
vii
Universitas Sumatera Utara
BAB III PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS TERHADAP
KESALAHAN KOMPARISI AKTA NOTARIS DITINJAU
DARI PUTUSAN No. 51/PK/TUN/2013 ................................... 52
viii
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
membantu masyarakat dalam hal membuat akta otentik dan kewenangan lainnya
diatur oleh Undang-Undang yang ada atau timbul dalam kehidupan sehari-hari.
Profesi notaris merupakan suatu pekerjaan dengan keahlian khusus yang menuntut
pengetahuan luas, serta tanggung jawab yang berat untuk melayani kepentingan
umum dan tugas dari notaris yaitu mengatur secara tertulis hubungan-hubungan
hukum antara para pihak yang secara mufakat meminta jasa Notaris. Notaris perlu
menyebutkan bahwa Notaris adalah “ Pejabat Umum yang berwenang membuat akta
Undang ini atau berdasarkan Undang- Undang lainnya. “Pejabat Umum yang
dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) UUJN harus dibaca sebagai Pejabat Publik atau
Notaris yang berwenang untuk membuat akta otentik (Pasal 15 ayat(1) UUJN) dan
1
Liliana Tedjosaputro, Etika Profesi dan profesi Hukum, ( Semarang: Aneka Ilmu,2003) hal. 93.
kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) dan (3) UUJN
berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, yang menimbulkan hak dan
kewajiban antara para pihak, yaitu memberikan jaminan atau alat bukti terhadap
perbuatan, perjanjian dan ketetapan-ketetapan tersebut agar para pihak yang terlibat
2
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris), PT. Rafika Aditama, Bandung, 2009, hal.51
3
M.U Sembiring, Tehnik Pembuatan Akta, Program Pendidikan Spesialis Notariat Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, 1997, hal 3
4
R. Subakti, R Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta : Pradya
Paramita, 2008), hal.475.
dapat diandalkan, dapat dipercaya yang tanda serta segelnya dapat memberikan
jaminan dan bukti kuat sebagai seorang ahli yang tidak memihak dan menjadi
Akta otentik merupakan perjanjian antara para pihak yang mengadakan atau
mengikat mereka yang membuat, karena syarat sahnya suatu perjanjian harus
perjanjian.
2. Syarat Objektif, berkaitan dengan perbuatan hukum yang dilakukan oleh para
pihak.
1320 KUHPerdata. Tetapi jika tidak memenuhi syarat sah perjanjian, maka akan
menimbulkan akibat hukum.6 Akta otentik pada umumnya memuat kebenaran formal
sesuai dengan apa yang diberitahukan kepada Notaris. Namun Notaris mempunyai
kewajiban untuk memasukkan bahwa apa yang termuat dalam Akta Notaris sungguh-
sungguh telah dimengerti dan sesuai dengan kehendak para pihak, yaitu dengan cara
membacakannya sehingga menjadi isi Akta Notaris menjadi jelas, serta memberikan
5
Tan Thong Kie, Buku I Studi dan Serba Serbi Praktek Notariat, (Jakarta : Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2000), hal 162
6
Habib adjie, Kebatalan dan Pembatalan akta Notarris, Refika Aditama, Bandung 2011,
hal.8.
yang terkait bagi para pihak yang menandatangani Akta. Dengan demikian para pihak
dapat menentukan dengan bebas untuk menyetujui atau tidak menyetujui isi akta
bahasa Indonesia wajib digunakan dalam dokumen resmi Negara antara lain surat
keputusan, surat lembaga, surat berharga, ijazah, surat keterangan, surat identitas diri,
akta jual beli, surat perjanjian, putusan pengadilan dan berbagai akta lainnya. Hal ini
ditentukan dalam UUJN bahwa akta notaris adalah akta otentik yang dibuat
dihadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan Undang-Undang.8
menggunakan bahasa Indonesia dan akta harus dimengerti oleh penghadap. Jika isi
yang terdapat dalam akta tidak mengerti, Notaris wajib menterjemahkan atau
menjelaskan isi dalam akta tersebut, apabila Notaris tidak dapat menterjemahkan atau
menjelaskan, akta tersebut diterjemahkan oleh seorang penerjemah resmi, akta dapat
7
Paragrap V Penjelasan UUJN
8
Harkristuti Harkrisnowo, Bahasa Indonesia sebagai Sarana Pengembangan Hukum
Nasional, Komisi Hukum NAsional. http/:www.legalitas.org/Diakses Maret 2016
dibuat dengan bahasa lain yang dimengerti oleh Notaris, saksi dan pihak
Awal akta merupakan bagian dari akta yang berisi keterangan-keterangan dari
2. Badan akta
Badan akta memuat keterangan-keterangan yang diberikan oleh para pihak dalam
3. Penutup akta
Penutup akta merupakan bagian dari akta yang memuat keterangan dari Notaris
Disamping pembagian akta tersebut, dikenal juga kerangka dari akta yang ada
1. Judul akta
9
UUJN Nomor 2 Tahun 2014 Pasal 43
10
Tesis Indah Suri Oliviarni, Tanggung Jawab Notaris Atas Akta Perubahan Yayasan,
Universitas Islam Sumatera Utara (Studi Kasus Akta Pengsesahan Berita Acara Rapat Nomor 2 Tahun
2006 Tertanggal 13 Desember 2006) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara medan 2009. Hal
17.
5. Penutup dari akta, yang bisanya didahului oleh kata-kata” demikian akta ini
dihadapan pejabat umum, seperti Notaris atau Openbaar Ambtennar dan lainnya.
Komparisi berasal dari kata “Comparant” yang arti yang lebih luas : komparisi tidak
Menurut Pasal 38 ayat (3) huruf (a), UU No. 2 tahun 2014 komparisi terdapat
di badan akta yang memuat : nama lengkap, tempat dan tanggal lahir,
sapaan yaitu : Tuan, yang digunakan untuk setiap laki-laki dewasa yang belum, sudah
11
Tesis Indah Sari Olivia, Ibid.
12
Blog Arif Indra Setyadi, Komparisi Akta Notaris, di akses tanggal 24 Februari 2016.
13
Ibid.
14
UUJN No 2 Tahun 2014, Pasal 38 (3) a .
menikah atau pernah menikah; Nyonya, digunakan untuk setiap wanita yang
bersuami atau pernah bersuami; Nona, digunakan untuk Perempuan yang belum
bersuami.15
a. Adanya kesepakatan,
b. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukam yang tersebut dalam pasal 1320
KUHPerdata harus terpenuhi, karena jika syarat ini tidak dipenuhi dan atas
akta
5. Para pihak memiliki hak untuk melakukan suatu tindakan yang akan dicantumkan
dalam kontrak/perjanjian.
b. Selaku kuasa
15
Paulus J.Soepratignja, Teknik Pembuatan Akta Kontrak, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta,
2012, hal.43.
e. Sebagai Wali
f. Sebagai Pengampu
g. Perwakilan Sukarela.16
a. Kuasa lisan
atau penjabaran kata-kata yang salah dalam penulisan komparisi, baik akibat
kelalaian seorang Notaris dalam membuat komparisi akta, baik secara langsung
akibat kelalaian Notaris ataupun secara tidak langsung dalam hal dilakukan orang
16
Habib Adjie, Kebatalan dan Akta Notaris, PT. Refika Aditama, Bandung 2013. hal, 44 - 45
17
Blog Arif Indra Setyadi.Op.Cit.
berpengaruh kepada akta dan para pihaknya serta Notaris yang berwenang akan
Berdasarkan hal tersebut, akta otentik merupakan suatu alat bukti yang
mengikat dalam proses suatu perkara di pengadilan. Mengingat HIR menganut asas
pembuktian formal, sehingga apa yang ditulis dalam akta tersebut harus dipercaya
oleh hakim, yaitu harus dianggap benar, selama ketidakbenarannya tidak dapat
dibuktikan. Akta otentik memberikan suatu bukti yang sempurna, dalam arti
pembuktian. Akta otentik merupakan alat bukti yang mengikat dan sempurna”. 18
adalah bernama Surya Hasan (Notaris) dan Penggugat adalah PT. Sweet
Indolampung. Duduk perkaranya adalah bahwa pada tanggal 26 Januari 2010, Daddy
Hariadi sebagai pribadi mendatangi Notaris untuk membuat Akta Pernyataan yang
berisi keterangan Daddy Hariadi yang menyatakan bahwa untuk mewakili PT. Sweet
Permohonan Pencairan Pinjaman untuk dan atas nama PT. Sweet Indolampung yang
dalam komparisi akta yaitu dengan memasukkan kata “untuk dan atas nama” yang
18
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indoensia, Penerbit: Liberty Yogyakarta,
1995, hal, 122.
Utama atau yang berhak mewakili PT. Sweet Indolampung tersebut. Di dalam
putusan Majelis Pengawas Wilayah, Notaris dikatakan tidak bersalah, merasa tidak
puas dengan putusan tersebut PT. Sweet Indolampung melakukan upaya hukum
Banding dan dalam putusan banding ke Majelis Pengawas Pusat tersebut notaris
dan karena putusan banding tersebut, notaris melakukan upaya hukum terakhir yaitu
Peninjauan Kembali ke Pengadilan Tata Usaha Negara dan kemudian hasil putusan
dari Tata Usaha Negara mengikuti putusan dari Majelis Pengawas Pusat tesebut.
B. Perumusan Masalah
3. Upaya apa yang dapat dilakukan oleh untuk menghindari kesalahan dalam
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada topik penelitian permasalahan yang diajukan diatas, maka tujan
3. Untuk mengetahui cara menghindari agar tidak terjadi kesalahan dalam membuat
komparisi akta.
D. Manfaat Penelitian
dapat memberi manfaat yang baik secara teoritis maupun praktis yaitu sebagai
berikut:
1. Secara teoritis
2. Secara praktis
masalah hukum khususnya mengenai komparisi dalam suatu akta dan juga sebagai
literatur dan bahan diskusi tentang perbuatan notaris dalam pembuatan komparisi
dalam suatu akta khsusnya dibagian komparisi penghadap dalam akta notaris.
E. Keaslian Penelitian
menunjukkan bahwa tesis ini dengan judul : “Analisis Yuridis Komparisi Penghadap
ada yang membahasnya sebelumnya. Akan tetapi ada beberapa yang menyangkuat
1. Selfina (NIM. 077011079) Analisis Yuridis terhadap Akta Notaris Yang Secara
Hukum Dibatalkan.
Rumusan masalah :
putusan pengadilan
putusan pengadilan.
Rumusan masalahnya :
Rumusan masalahnya :
penelitian yang berjudul “Analisis Yuridis Komparisi Penghadap Dalam Akta Notaris
melakukan penelitian ini sebelumnya dan tidak ada kesamaan permasalahan maupun
1. Kerangka Teori
Teori berasal dari kata “theoria” dalam bahasa latin yang berarti “perenungan”,
yang berasal dari kata “thea” dalam bahasa Yunani yang secara hakiki berarti
“realitas”.19 Pada teori menjelaskan suatu fenomena atau merupakan proses atau
or ... the ordering of then in some meaningful way”yang artinya teori adalah
hubungan antara dua variabel atau lebih, yang telah di uji kebenaranya.21
19
H.R Otje Salman dan Anthon F. Susanto, Theori Hukum (Mengingat, Mengumpulkan Dan
Membuka Kembali), Rafika Aditman, Bandung, 2004, hal 21.
20
Salim HS, Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), hal 1 .
21
Soerjono Soekanto, Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris, Indhill-co, Jakarta,
1990,hal.66
aturan hukum dan putusan-putusan hukum, dan sistem tersebut untuk sebahagian
penting dipositifkan.22 Didalam suatu teori sedikitnya terdapat tiga unsur, yakni :
Pertama, penjelasan mengenai hubungan antara sebagai unsur dalam suatu teori.
Kedua, Teori menganut sistem deduktif, yaitu bertolak dari suatu yang umum dan
abstrak menuju suatu yang khusus atau nyata. Ketiga, Teori memberikan penjelasan
Fungsi teori dalam suatu penelitian yang dilakukan. Hukum merupakan sarana
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dari Hans
Kelsen tentang tanggung jawab hukum dan didukung dengan teori kepastian hukum.
Satu konsep yang berhubungan dengan konsep kewajiban hukum adalah konsep
perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab atas suatu sanksi dalam
notaris yang diberikan oleh UUJN berkaitan dengan kebenaran materil atas akta
22
Ibid hal 53
23
Acmad Ali, Menguak Tabir Hukum : Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, PT. Gunung
Agung Tbk, Jakarta, 2002, hal 85.
24
Ibid. hal. 86
25
Hans Kelsen (Ahli bahasa oleh Somardi), Teori Umum Hukum dan Negara, Jakarta, BEE
media Indonesia, 2007, hal.81.
atau menimbulkan kerugian baik yang dilakukan sengaja maupun tidak maka notaris
yang lebih melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom dalam peraturan tertulis,
sehingga kepastian hukum dalam melegalkan kepastian hak dan kepastian seorang.
Van Kan berpendapat bahwa tujuan hukum adalah menjaga setiap kepentingan
pembuatan Akta itu juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau
2. Selain kewenangan sebagai mana dimaksud pada ayat (1), Notaris berwenang
pula:
26
Lili Rasyidi dan Putra, I. B. Wiyasa, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung, 1993, Remaja
Rosdakarya, hal. 79.
27
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, (Yogyakata : Mandar Maju,
2008), hal 74.
c. membuat copy dari asli surat dibawah tangan berupa salinan yang membuat
Dari batasan pengertian dan kewenangan Notaris tersebut jelas bahwa akta
yang dibuat oleh notaris adalah merupakan alat bukti otentik yang kuat.Agar akta
tersebut berfungsi sesuai tujuannya sebagai alat bukti maka akta tersebut harus
kepastian hukum.
Profesi Notaris sebagai pejabat umum yang membuat akta otentik harus
diawasi oleh lembaga Majelis Pengawas yang terdapat dalam pasal 67 angka 2 UUJN
Notaris harus didukung oleh aturan-aturan hukum yang jelas, konsisten, dan yang
28
UUJN No. 2 tahun 2014 pasal 15(2)
29
Ibid pasal 67(2)
sanksi harus mengikuti aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten serta tunduk
dan taat kepada aturan tersebut, Majelis Pengawas Wilayah yang mandiri dan tidak
dilaksanakan.30
melalui proses yang memberikan rasa keadilan hukum dan kepastian hukum bagi
penegakan terhadap jabatan notaris. Proses ini memerlukan aturan yang baku untuk
memberikan kepastian hukum bagi para pihak yang didalamnya berisikan norma-
norma hukum yang mengandung hak dan kewajiban para pihak dalam mengikuti
proses sidang di Majelis Pengawas Wilayah. Tata cara penyelidikan sampai dengan
sidang yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Wilayah terhadap pelanggaran hukum
30
Jan M. Otta. Teori Hukum dan Aplikasinya, (Jakarta : Sinar Grafika, 2006), hal. 45
31
Nico, Tanggung Jawab Notaris Selaku Pejabat Umum, (Yogyakarta : CBSBL, 2003),hal 62.
135).
Mahkamah Agung.
Selain itu terdapat juga beberapa Surat Edaran tentang Pengawasan terhadap
Notaris yang dikeluarkan oleh Mahkah Agung dan Menteri Kehakiman, yaitu :32
1981 Nomor JHA 5/13/16 yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri di
Seluruh Indonesia.
3. Surat Edaran Menteri Kehakiman Republik Indonesia tanggal 1 Mei 1985 Nomor
2. Konsepsi
antra konsep-konsep khusus, yang akan di teliti. Sesuatu konsep bukan merupakan
gejala yang akan diteliti, akan dipandang perlu untuk menguraikan beberapa konsepsi
dari pengertian dan istilah yang digunakan sebagaimana yang terdapat di bawah ini :
32
Ibid hal. 75
menandatangani akta.33
3. Akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris menurut
bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang, akta yang dibuat
G. Metode Penelitian
Sifat dari penelitian ini adalah bersifat preskriftif dan terapan , ilmu yang
konsep hukum, dan norma-norma hukum. Sebagai ilmu terapan ilmu hukum
melaksanakan aturan hukum. Sifat prekriftif keilmuan hukum ini merupakan sesuatu
subtansial di dalam ilmu hukum. Hal ini tidak akan mungkin dapat dipelajari oleh
33
Habib Adjie, Kebatalan dan Akta Notaris PT. Refika Aditama, Op. Cit, hal, 44
34
Wawan Tunggal Alam, Hukum Bicara (Kasus – Kasus dalam Kehidupan Sehari – hari),
Milenia Populer, Jakarta, 2001, hal 85
35
MarzukiPiter Mahmud, Penelitian Hukum ,Kencana ,Jakarta, 2006.. Hal 22
36
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum Dan Jurimetri, (Semarang, Ghalia
Indonesia, 1983), hal.11
hukum yang berupa dogma atau doktrin hukum yang bersifat teoritis ilmiah serta
menjawab pertanyaan sesuai dengan pokok permasalahan dalam penulisan tesis ini,
2. Sumber Data
Untuk mendapatkan sumber data yang relevan dan akurat, maka digunakan
Yaitu bahan yang mempunyai kekuatatan meningkat sebagai landasan utama yang
Yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan
dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer, seperti hasil-
hasil penelitian, hasil seminar, hasil karyadari kalangan hukum, serta dokumen-
dokumen lain yang berkaitan dengan akta yang dibuat oleh notaris.
37
Soerjono dan Sri Mahudji, Perlindungan Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 13
38
Ronny Hantijib Soemitro, Op. Cit. hal. 53.
39
Ibid
40
Ibid
Yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan
Untuk memperoleh data yang relevan dengan permasalahan yang diteliti maka
undangan dan juga sumber lainnya yang berhubungan dengan materi tesis yang
4. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan terlebih dahulu diadakan
pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang telah dikumpulkan (primer,
sekunder maupun tertier) untuk mengetahui validasinya. Setelah itu keseluruhan data
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dengan tujuan untuk memperoleh
jawaban yang baik pula. Analisis data dilakukan dengan pendekatan kualitatif.
Artinya penelitian ini akan berupaya untuk memaparkan sekaligus melakukan analisis
terhadap permasalahan yang ada dengan kalimat yang sistematis untuk memperoleh
41
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta 1986, hal. 69.
BAB II
Menurut pendapat S. J. Fachema Andrea, akta berasal dari bahasa latin yaitu
kata akta berasal dari kata “acta” yang merupakan bentuk jamak dari kata “actum”,
2. Suatu tulisan yang dibuat untuk dipakai atau untuk digunakan sebagai hukum
tanda tangan, yang memuat peristiwa-peristiwa, yang menjadi dasar dari suatu hak
atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian.45
Akta merupakan tulisan yang sengaja dibuat untuk dijadikan alat bukti. Dalam
Hukum (Acara) Perdata (Pasal 138, 165, 167 HIR, Pasal 1868 KUH perdata), alat
bukti yang sah atau yang diakui oleh hukum terdiri atas:
42
Pasal 1868 Undang – Undang Hukum Perdata
43
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Op.Cit.hal 38.
44
Tesis Masdalia Pertiwi, “Tanggung Jawab Notaris Terhadap Akta Otentik yang Berakibat
Batal Demi Hukum Saat Berakhir Masa Jabatannya, MKn Unud Bali, 2014, hal 67.
45
R. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, (Jakarta, Intermasa, 1980), hal. 29.
22
a. Bukti tulisan;
c. Persangkaan-persangkaan;
d. Pengakuan;
e. Sumpah.46
Akta yang dibuat dihadapan atau oleh Notaris berkedudukan sebagai akta
otentik menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam UUJN, hal ini sejalan
dengan pendapat Philipus M. Handjon bahwa syarat suatu akta otentik yaitu:
Dikemukakan pula oleh Irawan Soerodjo, bahwa ada tiga (3) unsur esensilia
c. Akta yang dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu
Otentik tidaknya suatu Akta (otensitas) tidaklah cukup jika akta tersebut
dibuat oleh atau di hadapan Pejabat (Notaris) saja, namun cara membuat akta otentik
46
Wordpress.com, Otensititas Suatu akta Otentik, diakses 20 Juli 2016.
47
Habib Adjie, “Sekilas Dunia Notaris dan PPAT Indonesia”, Mondar maju Bandung ,
2009.hal 43
48
Paragraf V Penjelasan UUJN
akta otentik dalam hal pembuktian tentunya diharapkan dapat menjelaskan secara
menekankan pada alat-alat bukti yang sah menurut pasal 184 Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP), antara lain : Keterangan saksi; Keterangan ahli;
Menurut Pasal 1868 KUH Perdata, yang dimaksud dengan akta otentik adalah
suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang atau di
hadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat. Menurut
ketentuan pasal ini, sebuah akta dapat dikatakan otentik apabila telah memenuhi
b. Dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum yang berwenang untuk maksud
yang dibuat oleh atau dihadapan” menujukkan adanya 2 (dua) golongan bentuk Akta
Notaris yaitu :
1. Akta yang dibuat oleh (door) Notaris atau yang dinamakan Akta relaas atau Akta
Pejabat (ambtelijke akten). Akta relaas atau Akta Pejabat (ambtelijke Akten)
merupakan suatu akta yang memuat “relaas” atau menguraikan secara otentik
49
Mkn-Unsri, blogspot.com, diakses 26 Juni 2016
suatu tindakan yang dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat didengar dan
disaksikan oleh pembuat akta itu, yakni Notaris sendiri didalam menjalankan
jabatannya untuk dituangkan dalam Akta Notaris. Akta yang dibuat sedemikian
dan yang memuat uraian dari apa yang dilihat dan disaksikan serta dialaminya itu
dinamakan Akta yang dbuat oleh ( door ) Notaris (sebagai Pejabat Umum).
2. Akta yang dibuat dihadapan (ten overstaan) Notaris atau yang dinamakan Akta
partij (partij-akten) atau disebut juga Akta para pihak.Akta partij atau akta pihak
(partij akten) merupakan berisikan suatu cerita dari apa yang terjadi karena
perbuatan yang dilakukan oleh pihak lain dihadapan Notaris, artinya yang
diterangkan atau diceritakan oleh pihak lain kepada Notaris dalam menjalankan
jabatannya dan untuk keperluan mana pihak lain itu sengaja datang dihadapan
Notaris dan memberikan keterangan itu atau melakukan perbuatan itu dihadapan
Notaris agar keterangan atau perbuatan itu dikonstair oleh Notaris didalam suatu
Akta Otentik. Akta seperti itu dinamakan Akta yang dibuat dihadapan Notaris (
sebaliknya terhadap isi akta. Dengan demikian terhadap kebenaran isi akta pejabat
atau akta relaas tidak dapat digugat, kecuali dengan menuduh bahwa akta tersebut
palsu. Sedangkan pada partij akta, isi akta dapat digugat tanpa menuduh
50
Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, PT. Citra
Aditya Bakti: Bandung, 2007),hal 51-52.
Pembuatan akta, baik relaas akta partij akta menjadi dasar utama atau inti dalam
pembuatan akta otentik yaitu harus ada keinginan atau kehendak (wilsvorming) dan
permintaan para pihak. Jika keinginan dan permintaan para pihak tidak ada maka
Akta Notaris sebagai alat bukti tidak perlu dinilai atau ditafsir lain selain yang tertulis
pembuktian sepanjang para pihak mengakuinya atau tidak ada penyangkalan dari
pihak lain,51 jika para pihak mengakuinya maka akta dibawah tangan mempunyai
pembuktian yang sempurna sebagai Akta otentik.52Jika salah satu pihak tidak
Akta tersebut dan penilaian penyangkalan atas bukti tersebut diserahkan kepada
hakim.53
Pecantuman judul akta, nomor, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun serta nama
lengkap dan tempat kedudukan Notaris ditentukan dalam Pasal 38 ayat (2) UUJN.
51
M.Ali Budiarto, Kompilasi Kaidah Hukum Putusan Mahkamah Agung , Hukum Acara
Perdata Setengah Abad, (Jakarta: Swa Justitia, 2004), hal 145.
52
Pasal 1875 KUHPerdata
53
M. Ali Budiarto. Op. Cit. hal 136
54
Habis Adjie, “Sanksi Pedata dan Administratif terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik”,
PT. Refika Aditama, Bandung 2009, hal 49.
2. Komparisi
didalam akta, yang mana nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan atau
jabatan dan tempat tinggal setiap penghadap serta Nomor KTP/identitas harus jelas
keterangan atau pernyataan awal dari sebuah isi akta atau juga merupakan alasan atau
4. Isi/badan akta
diuraikan dalam kata atau kalimat atau bahasa hukum yang dimengerti oleh para
pihak atau pihak lain yang suatu ketika membaca akta tersebut.
5. Akhir/penutup akta
Uraian tentang keharusan para notaris yang membacakan akta yang dibuat
dihadapannya kepada (para) penghadap, para saksi dan sebagainya demikian pula
apabila ada. Pencantuman nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan/jabatan,
55
Habib adjie, Ibid.
56
Pasal 1320 KUHPerdata
1. Adanya kesepakatan dua belah pihak, maksud kata sepakat adalah kedua belah
pihak yang membuat perjanjian sepakat mengenai hal-hal yang diatur dalam
kontrak.
2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum. Ini adalah suatu azas dalam ilmu
hukum yang berarti orang yang sudah cukup umur/dewasa dan sehat pikirannya.
Menurut KUHPerdata yang termasuk dewasa adalah bagi laki-laki 21 tahun dan
perempuan 19 tahun.
3. Adanya objek dari suatu perjanjian haruslah memuat sesuatu hal/ tindakan atau
4. Adanya kuasa yang halal. Pasal 1335 KUHPerdata, suatu perjanjian yang tidak
Akta yang dibuat secara otentik dengan akta yang dibuat secara dibawah
untuk membuktikan dirinya sendiri sebagai akta otentik. Mengingat sejak awal yaitu
sejak adanya niat dari pihak (pihak-pihak) yang berkepentingan untuk membuat atau
melahirkan alat bukti, maka sejak saat mempersiapkan kehadirannya itu telah melalui
Tahun 2014 (atau dahulu Stbl 1860 Nomor 3 Reglement of Notaris Ambt in
Indonesia). Kemampuan atau kekuatan pembuktian lahiriah ini tidak ada pada
akta otentik, bukan akta otentik, maka penilaian pembuktiannya harus didasarkan
kepada syarat-syarat akta Notaris sebagai akta otentik. Pembuktian semacam ini harus
bahwa secara lahiriah akta yang menjadi objek gugatan bukan akta Notaris.58
Kekuatan pembuktian formil artinya dari akta otentik itu dibuktikan bahwa
apa dinyatakan dan dicantumkan dalam akta itu adalah benar merupakan uraian
kehendak pihak-pihak yang dinyatakan dalam akta itu oleh atau dihadapan Pejabat
yang berwenang dalam menjalankan jabatannya. Dalam arti formil akta otentik
menjamin kebenaran :
1. Tanggal ;
2. Tanda tangan ;
3. Komparan, dan ;
Kekuatan pembuktian materil artinya bahwa secara hukum ( yuridis) isi dari
akta itu telah membuktikan keberadaannya sebagai yang benar terhadap setiap orang,
57
Tesis Dewangga Bharline, “Analisis Yuridis Pertanggungjawaban Notaris Berdasarkan UU
No.30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris”, UNDIP 2009, hal 74.
58
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia ,Op. Cit. hal. 72.
yang membuat atau menyuruh membuat akta itu sebagai tanda bukti terhadap dirinya
(termasuk ahli warisnya atau orang lain yang mendapat hak darinya); inilah yang
Pasal 1870, 1871 dan 1875 KUHPerdata. Oleh karena itulah maka akta otentik itu
berlaku sebagai alat bukti sempurna dan mengikat pihak (pihak-pihak) yang membuat
akta itu.59 Dengan demikian siapapun yang membantah kebenaran akta otentik
dihadapan pejabat umum, seperti Notaris atau Openbaar Ambtennar dan lainnya.
Komparisi berasal dari kata “Comparatn” yang arti yang lebih luas yaitu komparisi
tidak hanya berupa tindakan menghadap tetapi juga mengenai Identitas Penghadap.61
seorang Notaris, apakah ia bertindak untuk diri sendiri atau sebagai wakil orang lain
keterangan dari Notaris mengenai para penghadap atau atas permintaan siapa dibuat
59
G.H.S. Lumban. Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta: Penerbir Erlangga, 1999), hal.1.
60
Tesis Dewangga Bharline, Op. Cit.
61
Blog Arif Indra Setyadi, Komparisi Akta Notaris, di akses tanggal 24 Mei 2016.
menghadap”.
Para Penghadap harus dikenal atau diperkenalkan kepada Notaris, hal ini
sebagaimana tercantum dalam Pasal 39 ayat (2) UUJN yang menyebutkan sebagai
berikut “Penghadap harus dikenal oleh Notaris atau diperkenalkan kepadanya oleh 2
(dua) orang sanksi pengenal yang berumur paling sedikit 18 (delapan belas) tahun
atau telah menikah dan cakap melakukan perbuatan hukum atau diperkenalkan oleh 2
dipakai lebih meluas sampai menjangkau ke pejabat umum yang dinamakan Notaris,
bahkan sekarang ini ada kesan seakan-akan perkataan komparisi ini khusus berlaku
merumuskan dengan kalimat-kalimat yang jelas dengan kualitas apa seseorang itu
menghadap Notaris agar dapat jelas diketahui siapa yang menjadi subjek hukum yang
terikat atas akibat hukum yang timbul dari perjanjian atau pernyataan yang dimuat
62
G.H.S Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta Erlangga,1983 hal 215.
63
Pasal 39 (2) UUJN
64
M.U. Sembiring, Op. Cit. hal 29.
65
Ibid
Menurut Pasal 38 ayat (3) huruf (a), UU No. 2 tahun 2014, komparisi terdapat
di dalam badan akta yang terdiri dari: nama lengkap, tempat dan tanggal lahir,
Sapaan dalam komparisi umumnya; Tuan, digunakan untuk setiap laki-laki dewasa
yang belum, atau sudah pernah menikah; Nyonya, digunakan untuk setiap wanita
yang bersuami atau pernah bersuami; Nona, digunakan untuk Perempuan yang belum
bersuami; Wanita, untuk anak atau perempuan yang sudah berumur tetapi belum
bersuami.67
Syarat sahnya suatu perikatan dilihat juga dari kitab Undang-Undang Hukum
Perdata karena syarat sahnya perjanjian dalam perikatan yang dibuat oleh Notaris
harus sesuai dengan ketentuan Pasal 1320, jika tidak memenuhi hal tersebut maka
dalam perikatan dianggap cacat hukum. UUJN cenderung kedalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata maka dalam membuat komparisi harus memenuhi semua
66
UUJN No 2 Tahun 2014, Pasal 38 (3) a .
67
Paulus J.Soepratignja, Op. Cit. hal.43.
Perdata. Dari kesimpulan diatas maka dalam membuat komparisi maka syarat
subjektif, yaitu:
a. Adanya kesepakatan,
b. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukam yang tersebut dalam pasal 1320
KUHPerdata harus terpenuhi, karena jika syarat ini tidak dipenuhi dan atas
Identitas para penghadap dan/atau orang yang mereka wakili harus memuat:
1. Nama Lengkap yaitu nama harus sesuai dengan KTP (Kartu Tanda Penduduk)
atau akta kelahiran atau identitas lainnya, tidak boleh menggunakan nama
2. Tempat dan Tanggal Lahir yaitu harus sesuai dengan kebenarannya, harus
3. Kewarganegaraan yaitu harus sesuai dengan KTP dan dokumen lain misalnya
kartu keluarga.
4. Pekerjaan yaitu dilihat dari KTP misalnya pegawai negeri, swasta atau
mahasiswa.
5. Jabatan yaitu dilihat dari pekerjaannya, posisinya sebagai apa, misalnya seorang
2. Selaku kuasa
3. Dalam jabatan/kedudukan
5. Sebagai wali
6. Sebagai pengampu
7. Perwakilan sukarela
c. Dasar kedudukan
Seseorang yang menghadap Notaris guna pembuatan akta dapat bertindak dalam
Artinya dia menghadap adalah kepentingan sendiri, karena itu apa yang
namanya sendiri dan begitu juga akibat hukumnya adalah untuknya atau atas
2. Menghadap atau bertindak untuk dan atas nama orang lain melalui lembaga
kuasa.
68
UUJN Pasal 38
Artinya seseorang menghadap Notaris bukan untuk dirinya sendiri tetap atas
nama dan untuk orang lain. Karena itu akibat hukum dari perbuatan itu adalah
untuk manfaat dan atas tanggungan orang lain itu. Dasar hukum wewenang
orang yang menghadap itu mewakili orang lain tersebut adalah lembaga
pemberian kuasa.
Menurut pasal 1793 KUHPerdata maka ditinjau dari bentuknya ada 3 (tiga)
b. Kuasa yang diberikan dengan surat kuasa yang diperbuat secara dibawah
tangan
c. Kuasa yang diberikan dengan surat kuasa yang diperbuat dihadapan notaris
(akta otentik).69
a. Kedudukan sebagai orang tua mewakili anak dibawah umur atau dibawah
pengampuan
misalnya :
69
M.U.Sembiring, Op. Cit, hal 30.
b. Anak dibawah umur, dapat membuat perjanjian kawin. Untuk itu perlu
bantuan atau persetujuan seseorang atau dua orang komisaris sesuai dengan
Perdata, sejak seorang lahir, malahan anak dalam kandungan dianggap sebagai telah
dilahirkan berkedudukan sebagai subjek hukum dan sebab itu pula memiliki
e. Para pihak memiliki hak untuk melakukan suatu tindakan yang akan dicantumkan
70
Tesis Tumpal Naibaho “Pengaruh Komparisi Terhadap Kekuatan Akta Otentik Sebagai
Alat Bukti Atas Akta Yang Dibuat Oleh Pejabat Umum Ditinjau Dari Hukum Pembuktian”,FH UI,
2009, hal 42.
71
Blog Arif Indra Setyadi, Op. Cit..
bertindak
didalam akta dan ia mempunyai hak untuk melakukan tindakan yang dinyatakan
dalam akta.72
Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata73 adalah perbuatan dengan mana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Dari
peristiwa ini, timbulah suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang
disebut perikatan yang didalamnya terdapat hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Dalam hal ini, kedua belah pihak telah menyetujui untuk melakukan suatu perjanjian
tanpa adanya paksaan maupun keputusan yang hanya bersifat sebelah pihak.
yang terjadi dapat berjalan dengan lancar dan untuk mengurangi resiko terjadinya
penipuan atau hal apapun yang beresiko merugikan salah satu pihak. Hukum
Perjanjian dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang saling bekerjasama, ketika
mereka sepakat untuk melakukan kerjasama dengan disertai beberapa syarat yang
telah disepakati maka pada saat itu sudah terjadi Hukum Perjanjian.
72
I.G. Rai Widjaya, Merancang suatu Kontrak,cet 2, Bekasi, Kesaint Blanc, 2004, hal 107.
73
Pasal 1313 KUHPerdata
dapat dilihat melalui Pasal 1315 dan 1340 KUHPerdata yang menyatakan
seseorang tidak dapat melakukan perikatan melainkan untuk dirinya sendiri dan
perjanjian hanya berlaku terhadap pihak yang berbuat. Atau perjanjian tersebut
dibuat hanya mengaitkan kedua belah pihak saja dan tidak ada pihak ketiga yang
Yang dimaksud dengan iktikad baik adalah hukum perjanjian tersebuat dibentuk
dengan suatu tujuan dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak yang
usaha, dan prestasi mereka sesuai dengan yang tertera di dalam surat perjanjian.
3. Asas Konsensualitas
Bahwa suatu perjanjian dan perikatan yang timbul telah lahir sejak detik
lain. Maksudnya adalah perjanjian tersebut sudah dinyatakan sah oleh kedua
belah pihak dan bukan merupakan suatu perjanjian yang bersifat formalitas
belaka.
74
Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPerdata
Maksudnya adalah perjanjian yang telah dibuat dan sudah disahkan dianggap
sebagai acuan yang mengikat kedua belah pihak untuk bertindak sesuai isi
perjanjian.
5. Kebebasan Berkontrak
Bahwa para pihak dalam suatu perjanjian bebas untuk menentukan materi/isi dari
kepatuhan. Azas ini tercermin jelas dalam pasal 1338 KUH Perdata yang
menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah mengikat sebagai
belah pihak dan obyek perjanjian, dan dilengkapi dengan materai, apabila obyek
perjanjian menyangkut masalah seperti warisan atau jual beli tanah, maka
2. Bentuk-Bentuk Komparisi
b. Tidak menggunakan singkatan nama (Pasal 42 ayat (1)) atau identitas para pihak
Contoh : Amir MA harus ditulis menjadi Amir Makmur Amin sesuai dengan
c. Pekerjaan, jabatan, kedudukan hanya diambil salah satu yang relevansi dengan
Nyonya Ana, lahir di Surakarta, pada tanggal 15-01-1990 (lima belas Januari seribu
sembilan ratus enam puluh), Warga Negara Indonesia, Swasta, bertempat tinggal di
Surakarta, Jalan Slamet Riyadi No.1, Rukun Tetangga 01, Rukun Warga 01,
76
Ibid
Dalam hal ini menurut keterangannya belum menikah sehingga dalam melakukan
memberikan kekuasaan kepada orang lain untuk dan atas namanya menyelenggarakan
suatu urusan. Penerima kuasa diberi wewenang untuk mewakili pemberi kuasa dalam
tindakan hukum yang dilakukan sebagaimana tercantum dalam surat kuasa. Surat
1. Kuasa Otentik
Contoh :
Contoh :
77
Hadir untuk diri sendiri belum menikah
tinggal di Jalan Raya No. 10, Kelurahan Hutan Kayu Kecamatan Kota Jakarta
Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Nyonya
Ana, lahir di Surakarta, pada tanggal 15-01-1960 (lima belas Januari seribu
tinggal di Surakarta, Jalan Slamet Riyadi No.1, Rukun Tetangga 01, Rukun
Februari dua ribu dua belas) bermaterai cukup yang aslinya dilekatkan pada
b. Kuasa waarmerking yaitu suatu akta dibawah tangan yang ditandatangani oleh
para pihak untuk kemudian didaftarkan pada Notaris, karena hanya didaftarkan
Contoh :
tinggal di Jalan Raya No. 10, Kelurahan Hutan Kayu Kecamatan Kota Jakarta
dibawah tangan tertanggal 01-02-2012 (satu Februari dua ribu dua belas), yang
di Jakarta pada tanggal 10-03-2012 (sepuluh Maret dua ribu dua belas) nomor :
2/waar/2012. Surat tersebut bermaterai cukup dan dilekatkan pada minuta akta
ini, kuasa dari dan dengan demikian untuk dan atas nama Nyonya M, lahir di
delapan puluh dua), swasta, Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal di Jalan
Raya No. 10, Kelurahan Hutan Kayu Kecamatan Kota Jakarta Pusat, Pemegang
c. Akta Legalisasi yaitu akta dibawah tangan yang dibuat oleh pihak tetapi
Contoh :
Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama serta sah
(lima Oktober seribu sembilan ratus delapan puluh), Swasta, Warga Negara
Indonesia, bertempat tinggal di Jalan Raya No. 10, Kelurahan Hutan Kayu
3. Kuasa Legalisir
Contoh :
78
Dalam hal menjual rumah, surat persetujuan istri/suami harus dilekatkan dalam minuta akta
Menurut keterangannya dalam hal ini surat kuasa dibawah tangan tanggal…..,,
4. Kuasa Lisan
Contoh :
Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak berdasarkan kuasa lisan dan
bertanggung jawab penuh selaku kuasa untuk dan atas nama Tuan B, lahir di
Jakarta pada tanggal 05-10-1980 (lima Oktober seribu Sembilan ratus delapan
puluh), Swasta, Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal di Jalan Raya No. 10,
Kelurahan Hutan Kayu Kecamatan Kota Jakarta Pusat, Pemegang Kartu Tanda
Apabila salah satu dari kedua orang tua meninggal dunia, maka perwalian terhadap
anak-anak yang belum dewasa atau belum nikah, demi hukum dipangku oleh orang
tua yang hidup terlama, jika orang tua terlama hidup tidak telah dibebaskan atau
Contoh :
Nyonya Santi, lahir di Medan tanggal 10-08-1980 (sepuluh Agustus seribu Sembilan
ratus delapan puluh), pegawai, bertempat tinggal di Jalan Bilal no.9, Warga Negara
79
Isnaland.blogspot.com diakes 10 Juli 2016
Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak dalam kedudukannya sebagai ibu dan
oleh karena itu dengan sedirinya menurut Undang-Undang wali dari anaknya yang
masih dibawah umur bernama C, bertempat tinggal bersama dengan ibunya, demikian
Anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan
perkawinan, yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tua, berada dibawah
kekuasaan wali. Pada dasarnya orang tua yang hidup terlama secara otomatis atau
Contoh :
Nyonya Santi, lahir di Medan tanggal 10-08-1980 (sepuluh Agustus seribu Sembilan
ratus delapan puluh), pegawai, bertempat tinggal di Jalan Bilal no.9, Kelurahan Duren
Tengah, Kecamatan Medan Timur, Warga Negara Indonesia,, Pemegang Kartu Tanda
Menurut keterangannya dalam melakukan perbuatan hukum ini bertindak selaku wali
dari anak yang belum dewasa/masih dibawah umur yang bernama Nona Bella, lahir
di Medan pada tanggal 05-07-2000 (lima Juli dua ribu), pelajar. Demikian
80
MU Sembiring, Op. Cit, hal 93
Contoh :
Nyonya Santi, lahir di Medan tanggal 10-08-1980 (sepuluh Agustus seribu Sembilan
ratus delapan puluh), pegawai, bertempat tinggal di Jalan Bilal no.9, Warga Negara
Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak selaku orang tua yang hidup terlama
dan karenanya demi hukum selaku wali ayah/ibu dari dan oleh karena itu untuk dan
atas nama anak dibawah umur bernama Debora, lahir di Medan pada tanggal 11-02-
2005 (sebelas Februari dua ribu lima), pelajar bertempat tinggal bersama ibunya. 82
Contoh :
Tuan Anton, lahir di Jakarta tanggal 02-05-1870 (dua Mei seribu delapan ratus tujuh
puluh), Swasta, bertempat tinggal di Jalan Kebayoran lama No,6 Jakarta Pusat,
81
Teknik pembuatan Akta, blogspot.notaril.com diakses 25 Juni 2016
82
Habib Adjie, “Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris”, Op. Cit hal 46
83
Wali Berdasarkan Wasiat
almarhum dengan wasiatnya yang dimuat dalam akta wasiat tertanggal 10-05-2000
Nyonya Santi, lahir di Medan tanggal 10-08-1980 (sepuluh Agustus seribu Sembilan
ratus delapan puluh), pegawai, bertempat tinggal di Jalan Bilal no.9, Kelurahan Duren
Tengah, Kecamatan Medan Timur, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda
Menurut keterangannya dalam hal ini ia bertindak sebagai pengampu (curator) dari
dan karena itu untuk dan atas nama ……….., yang telah ditaruh dibawah
persekutuan yang didirikan oleh dua orang atau lebih, yang mana salah satu pihak
bertindak sebagai sekutu komanditer atau sekutu pelepas uang dan sekutu lainnya
85
MU. Sembiring, Op.Cit. hal 99
perbuatan hukum adalah CV sebagai persekutuan aktif dari PT, yaitu direktur.
Contoh :
Tuan A, lahir di Medan tanggal 15-10-1970 (lima belas seribu Sembilan ratus tujuh
puluh, swasta, bertempat tinggal di jalan Luku No.16 Medan, Kelurahan Kwala
Bekala, Kecamatan Medan Johor, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda
Dalam hal ini bertindak selaku persero pengurus dengan jabatan sebagai Direktur dari
dan demikian sah mewakili, dan oleh karena itu untuk dan atas nama perseroan
komanditer “CV B”, berkedudukan di Medan dan berkantor di jalan Iskandar Muda
No.110, dan untuk tindakan ini telah mendapat persetujuan dari persero lainnya
Notaris…,Nomor….,tertanggal….86
persekutuan yang didirikan oleh dua orang atau lebih, yang mana salah satu pihak
bertindak sebagai sekutu komanditer atau sekutu pelepas uang dan sekutu lainnya
1. Mengurus CV
86
Habib Adjie, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, Op. Cit hal 54.
Dalam hal ini melakukan pengurusan atau bekerja dalam perusahaan (CV) baik
dengan atau tanpa pemberian kuasa, maka berlaku pasal 21 KUHD bahwa
Contoh :
Tuan A, lahir di Medan tanggal 15-10-1970 (lima belas seribu Sembilan ratus tujuh
puluh, swasta, bertempat tinggal di jalan Luku No.16 Medan, Kelurahan Kwala
Bekala, Kecamatan Medan Johor, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda
Dalam hal ini bertindak selaku persero pengurus dengan jabatan sebagai Direktur dari
dan demikian sah mewakili, dan oleh karena itu untuk dan atas nama perseroan
komanditer “CV B”, berkedudukan di Medan dan berkantor di jalan Iskandar Muda
No.110, dan untuk tindakan ini telah mendapat persetujuan dari persero lainnya
Notaris…,Nomor….,tertanggal….
c. Kepengurusan Firma
Contoh :
Tuan A, lahir di Medan tanggal 15-10-1970 (lima belas seribu Sembilan ratus tujuh
puluh, swasta, bertempat tinggal di jalan Luku No.16 Medan, Kelurahan Kwala
Bekala, Kecamatan Medan Johor, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda
Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak dalam kedudukannya sebagai persero
pengurus Direktur dan oleh karena itu untuk dan atas nama firma yang berkedudukan
A, sarjana hukum, notaris di….. dan oleh karena ittu berhak melakukan perbuatan
Tuan A, lahir di Medan tanggal 15-10-1970 (lima belas seribu Sembilan ratus tujuh
puluh, swasta, bertempat tinggal di jalan Luku No.16 Medan, Kelurahan Kwala
Bekala, Kecamatan Medan Johor, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda
Menurut ketrangannya dalam hal ini bertindak dalam kedudukannya sebagai Direktur
yng mewakili Direksi karena itu untuk dan atas nama PT…., berkedudukan di… yang
untuk melakukan perbuatan hukum yang disebut dalam akta ini berwenang sesuai
87
MU Sembiring, Op. Cit. hal 104
88
MU Sembiring, Op. Cit. hal 111
d. Kepengurusan Yayasan
Tuan A, lahir di Medan tanggal 15-10-1970 (lima belas seribu Sembilan ratus tujuh
puluh, swasta, bertempat tinggal di jalan Luku No.16 Medan, Kelurahan Kwala
Bekala, Kecamatan Medan Johor, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda
Dalam hal ini bertindak dalam kedudukannya sebagai ketua dari dan selaku demikian
oleh karena itu untuk dan atas nama Yayasan yang berkedudukan di ……, dan
berkantor dijalan…….,Nomor….
BAB III
melanggar hukum adalah perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh
seseorang yang karena kesalahannya telah menimbulkan kerugian bagi orang lain.
Dalam ilmu hukum dikenal 3 (tiga) kategori dari perbuatan melawan hukum, yaitu
sebagai berikut:
kelalaian)
maka notaris dapat dipertanggung jawabkan atas kesalahan dan kelalaiannya dalam
pelaksanaan tugas dan jabatannya. Notaris tidak bertanggung jawab atas isi akta yang
52
sah dan terikat mulai berlaku sejak Notaris mengucapkan sumpah jabatannya sebagai
dipertanggungjawabkan oleh Notaris yaitu apabila penipuan atau tipu muslihat itu
bersumber dari Notaris sendiri. Hal tersebut dapat terjadi apabila seorang Notaris
dalam suatu transaksi peralihan hak misalnya dalam akta jual beli dengan sengaja
mencantumkan harga yang lebih rendah dari harga yang sesungguhnya.91 Sedangkan
menurut Nico membedakan tanggung jawab notaris menjadi empat macam yaitu:
2. Tanggung jawab Notaris secara pidana terhadap kebenaran materiil dalam akta
yang dibuatnya;
90
Hans Kelsen, Teori Hukum Murni, Terjemahan Raisul Mutaqien, Nuansa & Nusamedia
Bandung, 2006, hlm. 140.
91
Raden Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia suatu Penjelasan, cetakan
kedua, jakarta: RAJA Grafindo Persada, 1993. hal.229
etik notaris. 92
kebenaran materil, maka tanggung jawab notaris selaku pejabat umum dibedakan
a. Tanggung jawab Notaris secara perdata terhadap kebenaran materil terhadap akta
yang dibuatnya.
b. Tanggung jawab Notaris secara pidana terhadap kebenaran materil dalam akta
yang dibuatnya.
c. Tanggung jawab Notaris berdasarkan Peraturan Jabatan Notaris terhadap
kebenaran materil dalam akta yang dibuatnya.
kewajiban, hal ini dikarenakan jika sebuah peraturan hukum tidak akan dapat
ditegakkan jika pada bagian akhir tidak mencantumkan mengenai sanksi. Tidak ada
akta itu batal karena tidak memenuhi syarat-syarat formal dalam pembuatan akta
92
Nico, Op. Cit.
93
Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum dan Etika, UII
Press, Yogyakarta, hal 16.
94
Philipus M. Hadjon, dkk, Pemerintah Menurut Hukum (Wet-en Rechtmatig Bestuur),
Cetakan Pertama,(Surabaya: Yuridika, 1993), hal. 247.
membayar ganti kerugian, bunga dan biaya. Dalam hal ini terlebih dahulu harus
2. Bahwa kerugian yang diderita itu dan pelanggaran atau kelalaian dari Notaris.
B. Pelanggaran Notaris
macam yaitu :
a. Sanksi Reparatif
Sanksi ini ditujukan untuk perbaikan atas pelanggaran tata tertib hukum. Dapat
sesuatu yang berlawanan dengan aturan. Contoh paksaan untuk berbuat sesuatu
untuk pemerintah.
b. Sanksi Punitif
dan tindakan preventif menimbulkan ketakutan kepada pelanggar yang sama atau
c. Sanksi Regresif
Sanksi sebagai reaksi atau sesuai ketidaktaatan, dicabutnya hak atau sesuatu yang
tindakan yang nyata dari penguasa guna mengakhiri suatu keadaan yang dilarang
oleh suatu kaidah hukum administrasi atau bila masih melakukan perbuatan yang
yaitu sanksi yang digunakan untuk penarikan kembali keputusan atau ketetapan
tersebut.
95
Habib Adjie, Op. Cit. hal 106-107.
hukuman yang pasti, disamping denda yang telah disebutkan dengan tegas dalam
Jelas dari pendapat Philipus tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yang
terdapat dalam Pasal 85 UUJN merupakan sanksi administratif. Ada 5(lima) jenis
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Pemberhentian sementara
a. Melanggar ketentuan Pasal 7, Notaris dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) sejak
3. Menyampaikan alamat kantor, contoh tanda tangan dan paraf serta terapan
ketua Pengadilan Negeri, Majelis Pengawas daerah serta Bupati atau walikota
bertindak jujur, tidak sesama, tidak mandiri, berpihak, dan tidak menjaga
membuat akta dalam bentuk minuta akta dan tidak menyimpannya sebagai
6. Pasal 16 ayat (1) huruf f, dalam menjalankan tugasnya Notaris tidak menjilid
akta;
97
Habib Adjie Op. Cit, hal 109
7. Pasal 16 ayat (1) huruf g, dalam menjalankan tugasnya Notaris tidak membuat
daftar dari akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak diterimanya surat
berharga;
10. Pasal 16 ayat (1) hurif j, dalam menjalankan jabatannya Notaris tidak
mencatat dalam repoterium tanngal pengiriman daftar wasiat pada setiap akhir
bulan;
11. Pasal 16 ayat (1) huruf k, dalam menjalankan jabatannya Notaris tidak
98
Ibid hal 109-110.
99
Pasal 17 UUJN
perserikatan perdata atau perserikatan Notaris telah bertindak tidak mandiri dan
memenuhi syarat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 27, bahwa cuti harus
diajukan kepada :
2. Majelis Pengawas Wilayah apabila cuti lebih dari 6 (enam) bulan sampai
atau kutipan akta, kepada orang yang tidak berkepentingan langsung pada akta,
ahli waris, atau orang yang memperoleh hak kecuali ditentukan lain oleh
perundang-undangan.
100
Ibid
101
Ibid hal 111-112.
1. Tidak membuat daftar akta, daftar surat dibawah tangan yang disahkan, daftar
surat dibawah tangan yang dibukukan, daftar surat lain yang diwajibkan oleh
Undang-Undang;
2. Tidak setiap hari mencatat semua akta yang dibuat oleh atau dihadapannya;
3. Tidak mengeluarkan akta dalam bentuk originali yang dibuat dalam rangkap
2(dua) atau lebih pada saat yang sama, dicatat dalam daftar dengan satu nomor;
4. Tidak mencatat setiap hari surat dibawah tangan yang disahkan atau dibukukan
dengan cara yang sudah ditentukan.102
j. Melanggar ketentuan Pasal 63, yaitu bilamana Notaris :
1. Meninggal
2. Telah berakhir masa jabatannya
3. Tidak mampu secara rohani dan/atau jasmani untuk melaksanakan tugas jabatan
sebagai Notaris secara terus menerus lebih dari 3(tiga) tahun
4. Diangkat menjadi pejabat Negara
5. Pindah wilayah jabatan
6. Diberhentikan sementara
7. Diberhentikan dengan tidak hormat.
Yaitu tidak menyerahkan protokolnya paling lambat 30 (tiga) puluh hari dengan
Notaris yang melakukan perbuatan melawan hukum pembuatan akta otentik adalah
sanksi perdata. Sanksi ini berupa penggantian biaya, ganti rugi dan bunga merupakan
akibat yang akan diterima Notaris atas tuntutan para penghadap yang merasa
dirugikan atas pembuatan akta oleh Notaris. Penggantian biaya, ganti rugi atau bunga
harus didasarkan pada suatu hubungan hukum antara Notaris dengan para pihak yang
menghadap Notaris.
102
Ibid hal 111.
103
Ibid hal 113.
Jika ada pihak yang merasa dirugikan sebagai akibat langsung dari suatu akta
Notaris, maka yang bersangkutan dapat menuntut secara perdata terhadap Notaris.
Menurut pendapat Abdul Kadir Muhammad dijelaskan yang menjadi tuntutan kepada
a. Notaris dituntut melakukan pembuatan akta dengan baik dan benar sesuai dengan
b. Notaris harus menghasilkan akta yang sesuai dengan aturan hukum dan
Dengan demikian, tuntutan penggantian biaya, ganti rugi dan bunga terhadap
Notaris tidak berdasarkan atas penilaian atau kedudukan suatu alat bukti yang berubah
hubungan hukum yang ada atau yang terjadi antara Notaris dengan para penghadap.
Notaris melakukan perbuatan melawan hukum atau pelanggaran terhadap Pasal 38,
Pasal 39, dan Pasal 40 UU perubahan atas UUJN maka akta Notaris hanya akan
mempunyai pembuktian sebagai akta di bawah tangan. Akibat dari akta Notaris yang
seperti itu, maka dapat menjadi alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk
104
Muhammad AbdulKhadir, Hukum Perikatan, Alumni Bandung 1992,Hal 49
105
Putri A.R, Analisis Yuridis Legalitas Notaris sebagai tersangka atas akta yang dibuatnya”,
MKn USU, 2010
sanksi atau upaya-upaya pada cabang hukum lainnya tidak mempan atau dianggap
tidak mempan. Oleh karena itu penggunaannya harus dibatasi. Apabila masih ada
Tindak pidana yang berhubungan dengan jabatan notaris adalah tindak pidana
yang diatur dalam Pasal 263 dan Pasal 264 KUHP yang dikaitkan dengan Pasal 55
tidak mengatur mengenai ketentuan pidana. UUJN hanya mengatur sanksi atas
pelanggaran yang dilakukan oleh notaris terhadap UUJN, sanksi tersebut dapat
berupa sanksi terhadap akta yang dibuatnya dan terhadap notaris. Sanksi terhadap
akta yang dibuatnya menjadikan akta yang dibuat oleh notaris turun derajatnya dari
akta otentik atau menjadi akta di bawah tangan, sedangkan untuk notaris diberikan
sanksi mulai dari teguran hingga berujung pada pemberhentian dengan tidak hormat.
diiukuti oleh sanksi yang berupa pidana tertentu. Dalam menjalankan jabatannya
sebagai notaris maka pidana yang dimaksudkan adalah pidana yang dilakukan oleh
notaris dalam kapasitasnya sebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta
106
Sudarto, Hukum Pidang I, Badan Penyediaan Bahan-bahan Kuliah Fakultas Hukum Universitas
Diponegoro, (Semarang:1987/1988), hlm. 13.
107
Putri A.R op.cit hal 109.
otentik yang diamanahkan oleh UUJN, bukan merupakan kapasitas pribadi atau
a. Perbuatan (manusia)
unsur-unsur tindak pidana adalah kelakuan plus kejadian yang ditimbulkan oleh
“dalam hukum pidana, kelakuan atau tingkah laku itu ada yang bersifat positif dan
yang negatif. Di dalam hal kelakuan yang bersifat positif dan yang negatif. Di dalam
hal kelakuan yang bersifat positif terdakwa berbuat sesuatu, sedangkan dalam hal
yang bersifat negatif seseorang tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dilakukan.
Adapun yang dimaksud dengan kelakuan adalah sikap jasmani, sebab tidak berbuat
sesuatu tidak dapat dimasukkan dalam pengertian tersebbut dan yang termasuk dalam
pengertian kelakuan tersebut terbatas hanya pada sikap jasmani yang disadari saja.”
pidana juga harus memenuhi unsur yang ketiga yaitu unsur melawan hukum, unsur
108
Wardani Rizky blogspot.co.id, Tanggung Jawab Notaris ditinjau dari aspek
Perdata,pidana dan UUJN , diakses pada tanggal 20 Juli 2016.
Dalam UUJN diatur bahwa ketika Notaris dalam menjalankan tugas dan
jabatannya terbukti melakukan pelanggaran, Notaris dapat dikenai atau dijatuh sanksi
berupa sanksi perdata dan administrasi. Tetapi tidak mengatur adanya sanksi pidana
Notaris tidak mengatur sanksi pidana, maka apabila terjadi pelanggaran pidana
Notaris dapat dikenakan sanksi pidana yang terdapat dalam KUH Pidana, dengan
catatan bahwa pemidanaan terhadap Notaris tersebut dapat dilakukan dengan batasan,
yaitu:
1. Ada tindakan hukum dari Notaris terhadap aspek lahiriah, formal dan materil
yang sengaja, penuh kesadaran dan keinsafan, serta direncanakan bahwa akta
yang akan dibuat dihadapan Notaris atau oleh Notaris bersama-sama (sepakat)
2. Ada tindakan hukum dari Notaris dalam membuat akta dihadapan atau oleh
Notaris yang apabila diukur berdasarkan UUJN tidak sesuai dengan UUJN
3. Tindakan Notaris tersebut juga tidak sesuai menurut instansi yang berwenang
untuk menilai tindakan suatu Notaris, dalam hal ini Majelis Pengawas Notaris.109
saksi dan maupun ahli. Ada beberapa kemungkinan yang dapat menjerat seorang
109
Putri AR, Op. Cit hal 74
c. Para pihak tidak ada membubuhi tandatangan tetapi ditulis atau ada
tandatangannya;
g. Dalam akta disebutkan bahwa pihak-pihak telah membayar lunas apa yang
h. Pencantuman pembacaan akta yang harus dilakukan oleh Notaris sendiri padahal
sebenarnya tidak;
mengenalnya.
pelanggaran yang tersebut dalam UUJN, kode etik jabatan Notaris juga harus memenuhi
rumusan yang tersebut dalam KUHPidana. Biasanya pasal-pasal yang seiring digunakan
untuk menuntut Notaris dalam pelaksanaan tugas jabatan adalah pasal-pasal yang
1. Pasal 263 yaitu membuat atau menggunakan surat palsu atau menyuruh orang
2. Pasal 264 yaitu melakukan pemalsuan surat seperti akta otentik, surat atau
4. Pasal 418 yaitu pejabat menerima hadiah atau janji itu berhubungan dengan
kekuasaan jabatannya.113
pejabat umum jugadapat dikenakan tuntutan pidana, baik berdasarkan Pasal-Pasal tentang
pemalsuan surat maupun Pasal-Pasal lain yang berkaitan dengan tugas jabatannya
sebagai Notaris, bahkan juga dijatuhi hukum pidana penjara asalkan saja perbuatan itu
memenuhi unsur-unsur dari perbuatan pidana yang tertuang dalam Pasal-Pasal yang
dituduhkan.114
C. Posisi Kasus
untuk Notaris Surya Hasan kepada Majelis Pengawas Daerah atas dugaan
pelanggaran pelaksanaan aturan jabatan notaris. Gugatan ini diajukan karena notaris
Surya Hasan telah membuat akta pernyataan nomor 4 dan 5 tanggal 26 Januari 2010
110
Pasal 263 KUHPidana
111
Pasal 264 ayat (1) KUHPidana
112
Pasal 266 KUHPidana
113
Pasal 418 KUHPidana
114
Putri AR, Op. Cit. hal 75-76
pencairan pinjaman (Disbursement Request) untuk dan atas nama PT. Sweet
merupakan Direktur dari PT. Sweet Indolampung. Notaris Surya Hasan tidak telebih
dahulu melihat apa kewenangan serta kedudukan Daddy Hariadi di dalam PT. Sweet
Gugatan yang diajukan oleh PT. Sweet Indolampung tersebut, telah diperiksa
terlebih dahulu oleh Majelis Pengawas Daerah dan Majelis Pengawas Wilayah
sanksi kepada Notaris Surya Hasan serta putusan ini bersifat final, mengikat, dan
tidak dapat diajukan banding.” Keputusan yang dibuat oleh Majelis Pengawas
Wilayah yang menyatakan bahwa putusan ini bersifat final ini, tidak dapat diterima
oleh PT. Sweet Indolampung. Oleh karena itu, pada tanggal 13 Agustus 2010 PT.
proses banding ini, yaitu Majelis Pengawas Pusat menyatakan bahwa Notaris Surya
Hasan dijatuhkan sanksi terhitung sejak serah terima protokol Notaris dan
Notaris lain. Kemudian, penggugat tidak menerima putusan ini dan mengajukan
Pengadilan Tata Usaha Negara menolak pengajuan Peninjaun Kembali dari Notaris
Surya Hasan dan Pengadilan menyatakan bahwa Notaris Surya Hasan harus
D. Analisa Kasus
bertindak mewakili perseroan adalah Direksi/Direktur. Hal ini dijelaskan dalam Pasal
“Direksi adalah organ persero yang berwenang yang bertanggung jawab atas
serta mewakili perseroan baik didalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan
membuat akta, seorang Notaris membuat akta Notaris harus memperhatikan UUJN
No. 2 Tahun 2014. Khususnya dalam kasus diatas Notaris harus memperhatikan Pasal
38 UUJN dan Pasal 39 ayat (1) mengenai komparisi akta. Dalam Pasal 38 ayat (3)
d. Identitas saksi.117
berikut:
a. Berumur 18 tahun
115
Pasal 1 ayat (5) UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
116
Pasal 16 UUJN
117
Pasal 38 ayat(3) UUJN
Apabila dalam hal yang bertindak adalah badan hukum, Notaris harus
tersebut agar mengetahui seseorang tersebut berhak atau tidakkah untuk mewakili
badan hukum.
Dilihat dari pasal diatas, Notaris Surya Hasan tidak memperhatikan atau tidak
kewenangannya artinya dia bukan seorang yang seharusnya dalam kapasitas dalam
mewakili perusahaan, tapi kenyataan syang diperbuat oleh Daddy Hariadi adalah
perusahaan . Adapun perbuatan hukum pada PT dapat diwakili oleh orang lain harus
melalui surat kuasa seperti yang disebutkan dalam Pasal 103 UU No. 40 Tahun 2007
yang berbunyi “ Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada satu (1) orang karyawan
Perseroan atau lebih atau kepada orang atau untuk dan atas nama Perseroan
melakukan perbuatan hukum tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam surat kuasa
dan kenyataan dalam putusan ada pihak yang tidak berkewenangan dalam membuat
perbuatan hukum dalam perusahaan tidak diwakili oleh Direktur melainkan dengan
118
Pasal 39 (1) UUJN
diluar daripada ketentuan UU No. 40 Tahun 2007. Dalam hal ini ada pihak lain yang
melakukan perbuatan hukum yaitu membuat akta penyataan yang berisi bahwa dia
Maka dari itu apabila menggunakan kalimat komparisi “untuk dan atas nama”
berarti ia bertindak mewakili PT, dan yang seharusnya dalam PT yang berhak
mewakili PT dalam perbuatan hukum hanya Direktur yang bisa mewakili kecuali
diwakilkan dengan adanya kuasa dari Direktur. Dan untuk melihat susunan organ
nya, atau berwenangkah sesorang tersebut, Notaris dapat melihat dari anggaran PT
tersebut.
yang asli sesuai dengan anggaran dasar PT sehingga Notaris dianggap telah lalai
dalam melakukan jabatannya dan menurut penulis, atau Notaris tidak memenuhi
keontetikan akta sehingga akta tersebut batal sendirinya dan karena melakukan
sementara 6 (enam) bulan karena unsur-unsur yang dikenakan karena Notaris Surya
Hasan adalah Pasal 85 UUJN yang menyatakan bahwa Notaris Surya Hasan
melakukan tugasnya bertindak tidak jujur, tidak mandiri, tidak sesama, berpihak atau
tidak menjaga kepentingan pihak yang melakukan perbuatan hukum dan memberikan
pelayanan atau kewenangannya tidak berdasarkan dengan UUJN No. 30 Tahun 2004
yaitu melanggar Pasal 56 ayat (3) jo Pasal 15 ayat (2) hurud d UUJN yaitu membuat
BAB IV
dengan maksud untuk membantu dan melayaani masyarakat yang membutuhkan alat
bukti yang tertulis yang bersifat otentik mengenai keadaan, pristiwa atau perbuataan
hukum dan dasar. Seperti ini mereka yang diangkat sebagai Notaris harus mempunyai
semangat untuk melayani masyarakat, dan atas pelayanan tersebut masyarakat yang
telah di layani oleh Notaris sesuai dengan tugas dan jabatannya, dapat memberikan
honorarium kepada Notaris. Oleh karena itu notaris tidak berarti berarti apa-apa jika
a. Sebagai jabatan
satunya aturan hukum dalam bentuk undang-undang yang mengatur jabatan notaris di
Indonesia sehingga segala yang berkaitan notaris di Indonesia harus mengacu kepada
Menempatkan notaries sebagai jabatan, merupakn suatu bidang pekerjaan atau tugas
yang sengaja dibuat oleh aturan hukum untuk keperluan dan fungsi tertentu
120
Habib Adjie, Sekilas Notaris , Op.Cit, hal 22.23
73
b. Kewenangan Notaris
dinyatakan dalam akata otentik, yang menimbulkan hak dan kewajiban antara para
pihak, yaitu memberikan jaminan atau alat bukti terhadap perbuatan, perjanjian dan
kepastian hukum.121
berikut:
121
M.U Sembiring, Op. Cit, hal 3
122
Pasal 3 UUJN
Kewenangan utama dari notaris adalah untuk membuat akta otentik, untuk
dapat suatu akta memiliki otentisitasnya sebagai akta otentik maka harus memenuhi
ketentuan sebagai akta otentik yang diatur dalam Pasal 1868 KUH Perdata, yaitu :
a. Akta itu harus dibuat oleh (door) atau di hadapan (tenberstaan) seorang pejabat
b. umum, yang berarti akta-akta notaris yang isinya mengenai perbuatan,
perjanjiandan ketetapan harus menjadikan notaris sebagai pejabat umum;
c. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang,
makadalam hal suatu akta dibuat tetapi tidak memenuhi syarat ini maka akta
tersebut
d. kehilangan otentisitasnya dan hanya mempunyai kekuatan sebagai akta di bawah
Pejabat umum oleh atau di hadapan siapa akta tersebut dibuat, harus mempunyai
wewenang untuk membuat akta tersebut, sebab seorang notaris hanya dapat
melakukan atau menjalankan jabatannya di dalam daerah hukum yang telah
ditentukan baginya. Jika notaris membuat akta yang berada di luar daerah hukum
jabatannya maka akta yang dibuatnya menjadi tidak sah.
pembuatanakta, yaitu :
telah dipecat dari jabatannya serta sebelum melaksanakan sumpah jabatan notaris
tidak berwenang untuk membuat akta.123
Notaris merupakan suatu profesi, oleh karena itu perlu adanya kode etik
profesi untuk mengatur tingkah laku dan prilaku Notaris dalam pelaksanaan tugas
seorang Notaris harus berpegang teguh pada kode etik jabatn Notaris, karena tanpa itu
Etika sangat perlu dalam setiap profesi khususnya profesi hukum, etika ini
berguna sebagai rambu-rambu bagi setiap profesi hukum dalam berperilaku dalam
menjalankan tugasnya .Kode etik profesi yang baik adalah yang mencerminkan nilai
moral anggota kelompok profesi sendiri dan pihak yang membutuhkan pelayanan
penyandang profesi hukum sedini mugkin. Seperti yang dinyatakan oleh Franz
Magnis Suseno, etika profesi baru dapat ditegakkan apabila ada 3 ciri moralitas yang
utama, yaitu :
123
Didi Santoso, Tanggung Notaris dalam Pembuatan Akta yang Memuat Dua Perbuatan
Hukum, Tesis, Magister Kenotariatan, Undip, Semarang, 2000, hal 42-43.
124
Suhrawardi K. Lubis. Etika Profesi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1993, hal.35.
125
Tesis Hana Yustianna Yusuf, “Pembacaan Akta Notaris Sebagai Syarat Otensititas Akta
”FH UI,2012. Hal 19.
kesadaran mengenai fungsi Notaris serta keterampilan teoritis dan teknis di bidang
pengetahuan adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan bagi keahlian, akan tetapi
akan tetapi jua integritasnya, kepribadian dan sikap Notaris yang bersangkutan.126
Kata ”komparisi” diambil dari kata Belanda ”comparitie,” yang ditiru dari
atau didepan seorang notaris atau pejabat umum lain. Dalam dunia notariat perkataan
”komparisi” mengandung arti yang lebih luas. Komparisi tidak hanya persoalan
(rechtsbekwaam), tetapi juga apakah dia mempunyai hak untuk melakukan tindakan
bagian suatu akta yang menyebutkan nama-nama para pihak yang membuat
perjanjian, lengkap dengan penyebutan pekerjaan dan identitas serta tempat tinggal
126
Hanna Yustiana, Op. Cit.
127
Tan Thong Kie, Op. Cit.hal 50.
yang bersangkutan. Identitas di sini bukan dalam arti jati diri yang menyebutkan ciri-
ciri khusus seseorang, melainkan mengenai pekerjaan, tempat tinggal dan biasanya
menghadap seorang notaris, apakah dia bertindak untuk diri sendiri atau sebagai
wakil orang lain ataupun dalam suatu kedudukan tertentu. Kemudian Lumban Tobing
Komparisi terletak pada bagian badan akta, hal ini dapat dilihat dari Pasal 38
ayat (3) Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN), yang dimuat setelah judul dan
awal akta, yang mengandung identitas para pihak atau pembuat perjanjian, termasuk
dalam akta.
bertindak;
128
Widjaya, op. cit., hal. 105.
129
Lumban Tobing, op. cit., hal. 215
dalam akta; dan ia mempunyai hak untuk melakukan tindakan yang dinyatakan
dalam akta.130
Pembuat akta adalah orang atau para pihak yang menyatakan/berjanji tentang
sesuatu di dalam akta. Paling tidak komparisinya mencakup identitas, wewenang dan
a. Identitas
1. Nama Lengkap;
3. Kewarganegaraan;
4. Pekerjaan;
5. Jabatan;
6. Kedudukan;
7. Tempat Tinggal.
b. Kedudukan
Bertindak untuk diri sendiri yakni apabila ia dalam akta yang bersangkutan
dalam akta itu dinyatakan adanya suatu perbuatan hukum yang dilakukannya
130
Widjaya, op. cit., hal. 107
untuk diri sendiri dan untuk mana ia telah menghendaki akta itu menjadi
buktinya atau apabila dalam akta itu dinyatakan, bahwa ia ada meminta untuk
dibuatkan akta itu bagi kepentingannya sendiri dan bahwa untuk diri sendiri tidak
2. Sebagai kuasa atau penerima kuasa berdasarkan surat kuasa. Jadi, ia bertindak
untuk dan atas nama orang ataupun badan hukum; Untuk menjadi pihak (partij)
dalam suatu akta tidak diharuskan, bahwa yang bersangkutan harus hadir sendiri
dihadapan notaris, akan tetapi untuk itu seorang dapat mewakilkan dirinya
dengan perantaraan orang lain, baik dengan kuasa tertulis maupun dengan kuasa
lisan. Dalam hal yang demikian, maka yang mewakili (gemachtigde) itu adalah
pihak (partij) dalam kedudukan selaku kuasa (in hoedanigheid), sedang orang
yang diwakilinya itu adalah pihak (partij) melalui atau dengan perantaraan kuasa
(door gemachtigde).131
Sebagai wakil atau mewakili, yaitu bertindak untuk dan atas nama yang
a) Wali mewakili anak di bawah umur atau pengampu bagi orang yang dibawah
pengampuan
khusus, misalnya:
131
Lumban Tobing, Op. Cit., hal. 149.
bantuan atau persetujuan si suami atau si isteri. Anak di bawah umur, dapat
membuat perjanjian kawin. Untuk itu perlu dibantu oleh orang yang
Perseroan. Tentunya hal ini sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
c. Untuk diri sendiri, juga Sebagai pemegang kuasa atau lainnya, misalnya
Perdata, sejak seorang lahir, malahan anak dalam kandungan dianggap sebagai telah
dilahirkan berkedudukan sebagai subjek hukum dan sebab itu pula memiliki
ini dibatasi pula oleh daya kerja hukum objektif. Adalah hukum yang membatasi dan
pihak satu dengan yang lain dari terjadinya kesalahan orang. Penulisaan komparisi
harus memnuhi tata cara yang telah ditentukan oleh Undang-Undang dimana
proses pembuatannya, Karena komparisilah yang menentukan sah atau tidaknya suatu
akta. Penulisan komparisi suatu akta beraaneka ragam bentuknya tergantung dari
pihak yang menghadap dan perjanjian pa yang dibuat oleh para pihak.132
Notaris dalam mebuat akta tidak boleh membuat kesaalahan, karena tugas
jabatannya hanya mengkonstaatair apa yang diberikan kepadanya, apa yang dilihat
dan dialaminya saja dan nmencatat daalam akta. Hal ini benar tetapi dalan
penulisan atau penggunaan kalimat dalam akta. Ini sering disebabkan tidak kehati –
hatian seorang notaries terhadapa dokumen beserta bukti yang ditunjukkan oleh para
pihak dalam akta atau kurang cermat dalam menerapkan syarat ketentuan yang
hukum. Orang yang melakukan perbuatan hukum harus memenuhi syarat yang
a. Kecakapan
b. Kemampuan
c. Kewenangan
132
Santia Dewi dan R.M. Fauwas Diiradja, “panduan teori dan praktek notaries cetakan I”,
Pustaka Yustisia,2011, hal 58
Pengenalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan secara tegas dalam Akta.
Pasal 40 UUJN
(1) Setiap Akta yang dibacakan oleh Notaris dihadiri paling sedikit 2 (dua) orang
saksi, kecuali peraturan perundang-undangan menentukan lain.
(2) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. paling rendahberumur 18 (delapan belas) tahun atau sebelumnya telah
menikah;
b. cakap melakukan perbuatan hukum;
c. mengerti bahasa yang digunakan dalam Akta;
d. dapat membubuhkan tanda tangan dan paraf; dan
e. tidak mempunyai hubungan perkawinan atau hubungan darah dalam garis
lurus ke atas atau ke bawah tanpa pembatasan derajat dan garis ke samping
sampai dengan derajat ketiga dengan Notaris atau para pihak.
(3) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dikenal oleh Notaris atau
diperkenalkan kepada Notaris atau diterangkan tentang identitas dan
kewenangannya kepada Notaris oleh penghadap.
(4) Pengenalan atau pernyataan tentang identitas dan kewenangan saksi dinyatakan
secara tegas dalam Akta.
Pasal 47 UUJN
a) Surat kuasa otentik atau surat lainnya yang menjadi dasar kewenangan pembuatan
akta yang dikeluarkan dalam bentuk originali atau surat kuasa dibawah tangan
wajib dilekatkan pada minuta akta.
b) Surat kuasa otentik yang dibuat dalam bentuk minuta akta tersebut tetap
merupakan akta otentik
c) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak wajib dilakukam apabila
surat kuasa telah dilekatkan pada akta yang dibuat dihadapan Notaris yang sama
dan hal tersebut dinyatakan dalam akta.133
133
Pasal 47 UUJN No. 30 Tahun 2004
Akta Notaris adalah akta otentik, suatu tulisan yang sengaja dibuat untuk
membuktikan suatu peristiwa atau hubungan hukum tertentu. Sebagai suatu akta
yang otentik, yang dibuat dalam bentuk yang sudah ditentukan oleh Undang-Undang
wewenang dan di tempat di mana akta tersebut dibuat. Maka akta notaris itu
memberikan kekuatan pembuktian yang lengkap dan sempurna bagi para pihak yang
membuatnya. Kesempurnaan akta notaris sebagai alat bukti, maka akta tersebut harus
dilihat apa adanya, tidak perlu dinilai atau ditafsirkan lain, selain yang tertulis dalam
akta tersebut.
Akta notaris merupakan perjanjian para pihak yang mengikat mereka yang
membuatnya, oleh karena itu syarat-syarat sahnya perjanjian harus dipenuhi. Pasal
1320 KUHPerdata yang mengatur tentang syarat sahnya perjanjian, ada syarat
subyektif yaitu syarat yang berkaitan dengan subjek yang mengadakan atau membuat
perjanjian, yang terdiri dari kata sepakat dan cakap bertindak untuk melakukan suatu
perbuatan hukum, dan syarat obyektif yaitu syarat yang berkaitan dengan perjanjian
itu sendiri atau berkaitan dengan objek yang dijadikan perbuatan hukum oleh para
pihak, yang terdiri dari suatu hal tertentu dan sebab yang tidak dilarang.134
Akibat hukum tertentu jika syarat subyektif tidak terpenuhi maka perjanjian
dapat dibatalkan sepanjang sepanjang ada permintaan oleh orang-orang tertentu atau
yang berkepentingan. Syarat obyektif ini jika tidak dipenuhi, maka perjanjian batal
demi hukum, tanpa perlu ada permintaan dari para pihak, dengan demikian perjanjian
134
Habib Adjie,Op. Cit. hlm. 37.
dianggap tidak pernah ada dan tidak mengikat siapa pun. Syarat subyektif perjanjian
dicantumkan dalam akta notaris dalam awal akta dan syarat obyektif dicantumkan
dalam Badan Akta sebagai isi akta, Isi akta merupakan perwujudan dari Pasal 1338
perlindungan hukum kepada para pihak mengenai perjanjian yang dibuatnya. Dengan
demikian, jika dalam awal akta, terutama syarat-syarat para pihak yang menghadap
notaris tidak memenuhi syarat subyektif, maka atas permintaan orang tertentu
tersebut dapat dibatalkan. Jika dalam isi akta tidak memenuhi syarat objektif, maka
Syarat subjektif ditempatkan sebagai sebagai bagian dari awal akta, dengan alasan
meskipun syarat subyektif tidak dipenuhi sepenjang tidak ada pengajuan pembatalan
dengan cara gugatan dari orang-orang tertentu, maka isi akta yang berisi syarat
objektif tetap mengikat para pihak, hal ini berbeda jika syarat objektif tidak dipenuhi,
Pasal yang berkaitan dengan komparisi yaitu Pasal 393 Bw Jo Pasal 370 BW
yang berbunyi “wali tidak boleh meminjam uang untuk kepentingan anak belum
brgerak, pula tidak boleh menjual atau memindahtangankan surat-surat utang Negara,
piutang-piutang dan andil-andil, tanpa memperoleh kuasa untuk itu dari Pengadilan
Negeri, Pengadilan Negeri tidak akan memberikan kuasa ini, kecuali atas dasar
keperluan yang mutalak atau bila jelas bermanfaat dan setelah mendengar atau
135
Ibid
memanggil dengan sah keluarga semenda atau sedarah anak belum dewasa dan wali
pengawas.
dalam surat instruksinya pada waktu Balai harta Peninggalan itu diperintahkan
kerugian dan bunga, wali pengawas wajib memaksa wali untuk membuat daftar atau
Didalam hukum pidana, salah satu asas dalam hukum pidana adalah asas
kesalahan merupakan suatu yang fundamental, karena asas tersebut meresap dalam
Sebagai pejabat umum Notaris harus bertanggung jawab terhadap akta yang
dibuatnya sehingga apabila terjadi masalah, maka dapat dipertanyakan apakah akibat
antara lain :
136
Notary.my.id, diakses 28 juli 2016.
Dalam hal tersebut jika dalam peran notaris sangat penting maka notaris harus
seusai delam membuat akta dan memperhatikan semua dokumen dan sesuai dengan
ketentuan lain seperti kebiasaan yang dilakukan di masyarakat pada umumnya, jika
tidak maka bukan sanksi admunistarasi saja yang akan di dapat oleh seorang notaris
prediktabilitas, dan juga bertujuan untuk mencegah bahwa hak yang terkuat yang
berlaku.
137
Ibid
138
Tri mulhayati.blogspot.co.id,” Bentuk dan sifat akta” diakses 28 Juli 2016
negara seorang. Kepastian hukum itu harus menjadi nilai bagi setiap pihak dalam
sendi kehidupan, di luar peranan negara itu sendiri dalam penerapan hukum legislasi
maupun yudikasi. Setiap orang atau pihak tidak diperkenankan untuk bersikap atau
bertindak semena-mena.
jabatannya wajib berpedoman secara normatif kepada aturan hukum yang berkaitan
dengan segala tindakan yang akan diambil untuk kemudian dituangkan dalam akta.
kepastian kepada para pihak, bahwa akta yang dibuat di hadapan atau oleh notaris
telah sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, sehingga jika terjadi
2. Asas Persamaan
139
Putri AR, “,hal 29
satu dengan yang lainnya berdasarkan keadaan sosial ekonomi atau alasan lainnya.
Alasan-alasan seperti ini tidak dibenarkan untuk dilakukan oleh Notaris dalam
melayani masyarakat, hanya alasan hukum yang dapat dijadikan dasar bahwa Notaris
dapat tidak memberikan jasa kepada yang menghadap Notaris. Bahkan dalam
keadaan tertentu Notaris wajib memberikan jasa hukum di bidang kenotariatan secara
3. Asas Kepercayaan
mereka yang menjalankan tugas jabatan Notaris sebagai orang yang dapatdipercaya.
Notaris sebagai jabatan kepercayaan, wajib untuk menyimpan rahasia mengenai akta
harus sejalan bagaikan dua sisi mata uangyang tidak dapat dipisahkan. 141
dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan
sumpah/ janji jabatan kecuali undang-undang menentukan lain (pasal 16 ayat 1 huruf
f UUJN). Berkaitan dengan Pasal 16 ayat (1) huruf f UUJN merupakan kelengkapan
140
Habib Adjie, Op. Cit, hal 76
141
Habib Adjie, “Saksi perdata dan Administrasi….” Op. Cit. hal 83.
Notaris.142
4. Asas Kehati-Hatian
Asas kehati-hatian ini merupakan penerapan dari Pasal 16 ayat (1) huruf a,
antara lain dalam menjalankan tugas jabatannya notaris wajib bertindak seksama.
Pelaksanaan asas kecermatan wajib dilakukan dalam pembuatan akta dengan :66
c. Memeriksa bukti surat yang berkaitan dengan keinginan atau kehendak para
pihak tersebut.
d. Memberikan saran dan membuat kerangka akta untuk memenuhi keinginan atau
minuta.
notaris.
dituangkan dalam bentuk akta atau tidak. Sebelum sampai pada keputusan seperti ini,
142
Ibid
keterangan atau pernyataan para pihak. Keputusan tersebut harus didasarkan pada
alasan hukum yang harus dijelaskan kepada para pihak. Pertimbangan tersebut harus
memperhatikan semua aspek hukum termasuk masalah hukum yang akan timbul
dikemudian hari. Selain itu, setiap akta yang dibuat di hadapan atau oleh notaris harus
mempunyai alasan dan fakta yang mendukung untuk akta yang bersangkutan atau ada
5. Asas Profesionalisme
Dalam Pasal 16 ayat (1) huruf d, Notaris wajib memberikan pelayanan sesuai
dengan ketentuan dalam UUJN, kecuali ada alasan untuk menolaknya. Asas ini
berdasarkan UUJN dan kode etik Notaris. Tindakan professional Notaris dalam
menjalankan tugas jabatannya diwujudkan dalam melayani masyarakat dan akta yang
usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya
143
Habib Adjie, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia (Kumpulan Tulisan
Tentang Notaris dan PPAT), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009, hal 108
tentang pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sudah sesuai dengan yang
Salah satu dasar hukum yang mengatur tentang pengawasan terhadap Notaris
Jabatan Notaris, menyatakan bahwa Majelis Pengawas adalah suatu badan yang
bahwa untuk proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim dengan
akta dan atau surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta atau protokol Notaris
Kemudian MPD melaksanakan rapat pleno dan hasil rapat tersebut dapat dijadikan
ketentuan pidana khusus bagi Notaris jika melanggar jabatan. Baik itu pidananya
berupa denda, kurungan atau penjara sebab Notaris bertugas membuat akta. Dengan
akta itu, Notaris bisa menyebabkan seseorang hilang hak. Apabila hak orang hilang,
144
Sujamto, Aspek Aspek-aspek Pengawasan Di Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 1993),
Hal. 53
otomatis masyarakat akan dirugikan karena itu perilaku Notaris perlu diawasi. Sesuai
sidang untuk memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran kode
etik.
menentukan ada atau tidaknya kesalahan dalam pelanggaran profesi jabatan Notaris.
Peranan Majelis Pengawas Notaris untuk memberikan jaminan kepastian hukum bagi
Notaris sebagai suatu profesi dari campur tangan pihak manapun termasuk
Jabatan Notaris, Majelis Pengawas Notaris merupakan suatu badan yang memiliki
jabatan Notaris agas sesuai dengan ketentuan UUJN, tapi juga Kode Etik Notaris dan
martabat jabatan Notaris. Dalam pengawasan Majelis Pengawas (Pasal 67 ayat (5)
145
Tesis Ratih Tri Jayanati, Perlindungan Hukum Notaris dalamkaitannya Dengan Akta
YangDibuatnya Manakala Ada Sengketa Di Pengadilan Negeri(Studi Kasus Putusan Pengadilan
Negeri Pontianak No. 72/pdtg/pn.Pontioanak) Program Studi Magister Kenotariatan Universitas
Diponegoro, 2010, hal 63
146
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.01-
HT.03.01 Tahun 2006 tentang Syarat dan Tata Cara Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian
Notaris, Majelis Pengawas Notaris. Pasal 1 ayat (6)
UUJN), hal ini menunjukan sangat luas ruang lingkup pengawasan yang dilakukan
kota.
meliputi:
147
Ibid, Habib Adjie, Sanksi Perdata dan…. Hal. 144-145
148
Pasal 67 ayat (5) UUJN
149
UUJN No. 2 Tahun 2014 Pasal 70
1. Mencatat dalam buku daftar yang termasuk dalam Protokol Notaris dengan
menyebutkan tanggal pemeriksaan, jumlah Akta serta jumlah surat di bawah
tangan yang disahkan dan yang dibuat sejak tanggal pemeriksaan terakhir;
2. Membuat berita acara pemeriksaan dan menyampaikannya kepada Majelis
Pengawas Wilayah Notaris, dengan tembusan kepada Notaris yang bersangkutan,
Organisasi Notaris dan Majelis pengawas Pusat;
3. Merahasiakan isi akta dan hasil pemeriksaan;
4. Menerima salinan yang telah disahkan dari daftar akta dan daftar lain dari
Notaris yang merahasiakannya;
5. Memeriksa laporan masyarakat terhadap Notaris dan menyampaikan hasil
pemeriksaan tersebut kepada Majelis Pengawas Wilayah Notaris dalam waktu 30
(tiga puluh) hari, dengan tembusan kepada pihak yang melaporkan, Notaris
terlapor, Majelis Pengawas Pusat dan Organisasi Notaris.
Menurut Pasal 73 ayat (1) UUJN diatur juga mengenai wewenang MPD yang
berkaitan dengan :
pada ayat (1) huruf e bersifat final, dan terhadap setiap keputusan penjatuhan sanksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dan huruf f dibuatkan berita acara (Pasal
150
Pasal 72 ayat (1) UUJN
151
Ibid ayat (2)
dengan :
adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris (Pasal 70 huruf a UUJN). Pemberian
wewenang seperti itu telah memberikan wewenang yang sangat besar kepada Majelis
Pengawas. Bahwa Kode Etik Notaris merupakan pengaturan yang berlaku untuk
anggota organisasi Notaris, jika terjadi pelanggaran atas Kode Etik Notaris tersebut,
maka organisasi Notaris melalui Dewan Kehormatan Notaris (Daerah, Wilayah, dan
jabatan Notaris.
Notaris. Pelanggaran atas Kode Etik harus diperiksa oleh Dewan Kehormatan Notaris
sendiri tidak perlu diberikan kepada Majelis Pengawas, sehingga jika Majelis
152
Pasal 77 UUJN
Pengawas menerima laporan telah terjadi pelanggaran Kode Etik Notaris, sangat tepat
jika laporan seperti itu diteruskan kepada Dewan Kehormatan Notaris, untuk
diperiksa dan diberikan sanksi oleh Dewan Kehormatan Notaris atau dalam hal ini
Majelis Pengawas harus memilah dan memilih laporan yang menjadi kewenangannya
organisasi Notaris, salah satunya yaitu dapat mengontrol perilaku para anggotanya
berupa tindak tanduk atau perilaku Notaris tidak mudah untuk diberi batasan. Sebagai
contoh Pasal 9 ayat (1) huruf c UUJN menegaskan salah satu alasan Notaris
diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya oleh Menteri atas usul Majelis
martabat jabatan Notaris. Penjelasan pasal tersebut memberikan batasan bahwa yang
153
Ibid.
154
Ibid.
tanduk Notaris yang berada dalam ruang lingkup pengawasan Majelis Pengawas di
Pasal 70 huruf b UUJN dan Pasal 16 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan
secara berkala 1 (satu) kali dalam (satu) tahun atau setiap waktu yang dianggap perlu.
Majelis atau Tim Pemerikasa dengan tugas seperti ini hanya ada pada MPD saja,
yang merupakan tugas pemeriksaan rutin atau setiap waktu yang diperlukan, dan
langsung dilakukan di kantor Notaris yang bersangkutan. Tim Pemeriksa ini sifatnya
155
Ibid. Hal. 146
156
Ibid
157
Ibid
a. Minuta akta;
b. Buku daftar akta atau repertorium;
c. Buku khusus untuk mendaftarkan surat dibawah tangan yang disahkan tanda
tangannya dan surat dibawah tangan yang dibukukan;
d. Buku daftar nama penghadap atau klapper dari daftar akta dan daftar surat
dibawah tangan yang disahkan;
e. Buku daftar protes;
f. Buku daftar wasiat;
g. Buku daftar lain yang harus disimpan oleh Notaris berdasarkan ketentuan
perudang-undangan.
7. Keadaan arsip;
9. Laporan bulanan pengiriman salinan yang disahkan dari daftar akta, daftar surat
dibawah tangan yang disahkan, dan daftar durat dibawah tanagn yangdibukukan;
a. Sarjana;dan
b. Non sarjana
a. Komputer;
b. Meja;
c. Lemari
d. Kursi tamu;
e. Mesin tik;
f. Filling cabinet;
g. Pesawat telepon/faksimili/internet.
Pasal 20 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
terhadap Notaris dilakukan juga oleh Majelis Pemeriksa (Daerah, Wilayah dan
laporan yang diterima dari masyarakat atau dari sesama Notaris (Pasal 20 ayat (2)
Peraturan Menteri).158
membentuk Tim Pemeriksa dan Majelis Pemeriksa (Daerah, Wilayah dan Pusat).
Dengan demikian ada 3 (tiga) institusi dengan tugas melakukan pengawasan dan
secara berkala 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau setiap waktuyang dianggap
perlu.
158
Ibid hal 148
159
Ibid
Notaris.
160
Ibid
BAB V
A. Kesimpulan
1. Orang yang melakukan perbuatan hukum harus memenuhi syarat yang ditentukan
Komparisi akta otentik terdiri dari identitas para penghadap dan/atau orang yang
mereka wakili harus memuat nama lengkap, tempat dan tanggal lahir,
Pembuat akta atau yang bersangkutan dapat bertindak untuk dirinya sendiri yaitu
bertindak untuk diri sendiri yakni apabila ia dalam akta yang bersangkutan
dalam akta itu dinyatakan adaya suatu perbuatan hukum yang dilakukannya
untuk diri sendiri dan untuk mana ia telah menghendaki akta itu menjadi
buktinya atau apabila dalam akta itu dinyatakan, bahwa ia ada meminta untuk
dibuatkan akta itu bagi kepentingannya sendiri dan sebagai kuasa atau penerima
kuasa berdasarkan surat kuasa. Jadi, ia bertindak untuk dan atas nama orang
ataupun badan hukum dan sebagai wakil atau mewakili, yaitu bertindak untuk
misalnya wali mewakili anak di bawah umur atau pengampu bagi orang yang
103
komisaris, Menteri mewakili negara dalam keadaan khusus, dan dengan bantuan
atau persetujuan.
sanksi perdata maupun sanksi pidana. Dalam perdata apabila notaris melakukan
pelanggaran akan dikenakan sanksi biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris
hormat. Dan dalam sanksi pidana apabila melanggar pasal 263 dan 264
3. Membuat komparisi berdasarkan UUJN yaitu sesuai dengan Pasal 38 ayat 2 dan
3, Pasal 39, Pasal 40, Pasal 47, Pasal 393 Bw Jo Pasal 370 BW, UU No.1/1974
Bea Materai, dan Peraturan hukum lainnya dan dalam melakukan tugas
B. Saran
tugasnya, harus berdasarkan UUJN agar tidak terjadi kesalahan atau kelalaian
yang disengaja maupun tidak disengaja dalam membuat akta dengan lebih
dibawanya.
3. Perlu ditingkatkan lagi Tugas Majelis Pengawas Notaris agat tidak adanya
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Acmad Ali, Menguak Tabir Hukum : Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, 2002,
PT. Gunung Agung Tbk, Jakarta,
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun
2004 Tentang Jabatan Notaris), 2009, PT. Rafika Aditama, Bandung.
__________, “Sekilas Dunia Notaris dan PPAT Indonesia”, 2009, Mondar maju,
Bandung
__________, Kebatalan dan Akta Notaris, 2013, PT. Refika Aditama, Bandung
G.H.S. Lumban, Peraturan Jabatan Notaris, 1983, Erlangga, Jakarta.
Hans Kelsen (Ahli bahasa oleh Somardi), Teori Umum Hukum dan Negara, 2007,
BEE media Indonesia, Jakarta.
____________, Teori Hukum Murni, 2006, Terjemahan Raisul Mutaqien, Nuansa &
Nusamedia, Bandung.
106
H.R Otje Salman dan Anthon F. Susanto, Theori Hukum (Mengingat, Mengumpulkan
Dan Membuka Kembali), 2004, Rafika Aditman, Bandung.
I.G. Rai Widjaya, Merancang suatu Kontrak, cet 2, 2004, Kesaint Blanc, Bekasi.
Jan M. Otta, Teori Hukum dan Aplikasinya, 2006, Jakarta Sinar Grafika, Jakarta
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, 2008, Mandar Maju,
Yogyakarta.
Lili Rasyidi dan Putra, I. B. Wiyasa, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung, Remaja
Rosdakarya
Liliana Tedjosaputro, Etika Propesi dan propesi Hukum, 2003, Aneka Ilmu,
Semarang
Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum, cet.1, 2002, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Nico, Tanggung Jawab Notaris Selaku Pejabat Umum, 2003, CBSBL, Yogyakarta.
Paulus J.Soepratignja, Teknik Pembuatan Akta Kontrak, 2012, Cahaya Atma Pustaka,
Yogyakarta.
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum Dan Jurimetri, 1983, Ghalia
Indonesia, Semarang.
Salim HS, Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum, 2012, Rajawali Pers, Jakarta.
Santia Dewi dan R.M. Fauwas Diiradja, “Panduan Teori dan Praktek Notaris cetakan
I”, 2011, Pustaka Yustisia.
Sudarto, Hukum Pidana I, 1987/1988 Badan Penyediaan Bahan-bahan Kuliah
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang.
Soerjono dan Sri Mahudji, Perlindungan Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
1995, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Wawan Tunggal Alam, Hukum Bicara (Kasus – Kasus dalam Kehidupan Sehari –
hari), 2011, Milenia Populer, Jakarta.
Tan Thong Kie, Buku I Studi dan Serba Serbi Praktek Notariat, 2000, Ichtiar Baru
Van Hoeve, Jakarta.
Paulus J.Soepratignja, Teknik Pembuatan Akta Kontrak, Cahaya Atma Pustaka, 2012
Yogyakarta.
B. Undang-Undang
Undang-Undang Jabatan Notaris No. 30 tahun 2004
Undang-Undang Jabatan Notaris No. 2 Tahun 2014
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.01-
HT.03.01 Tahun 2006 tentang Syarat dan Tata Cara Pengangkatan, Pemindahan dan
Pemberhentian Notaris, Majelis Pengawas Notaris. Pasal 1 ayat (6)
C. Sumber-Sumber Lainnya
Tesis Ratih Tri Jayanati, Perlindungan Hukum Notaris dalam kaitannya Dengan
Akta Yang Dibuatnya Manakala Ada Sengketa Di Pengadilan Negeri (Studi
Kasus Putusan Pengadilan Negeri Pontianak No. 72/pdtg/pn.Pontioanak)
Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro, 2010, hal 63
Tesis Indah Suri Oliviarni, Tanggung Jawab Notaris Atas Akta Perubahan Yayasan,
Universitas Islam Sumatera Utara (Studi Kasus Akta Pengsesahan Berita
Acara Rapat Nomor 2 Tahun 2006 Tertanggal 13 Desember 2006) Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara medan 2009
Tesis Masdalia Pertiwi, “Tanggung Jawab Notaris Terhadap Akta Otentik yang
Berakibat Batal Demi Hukum Saat Berakhir Masa Jabatannya, MKn Unud
Bali, 2014
Didi Santoso, Tanggung Notaris dalam Pembuatan Akta yang Memuat Dua
Perbuatan Hukum, Tesis, Magister Kenotariatan, Undip, Semarang, 2000