Anda di halaman 1dari 122

ANALISIS YURIDIS KOMPARISI PENGHADAP

DALAM AKTA NOTARIS BERDASARKAN PUTUSAN


NO. 51 PK/TUN/2013

TESIS

Oleh

META PERMATA SARI


147011047/M.Kn

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS YURIDIS KOMPARISI PENGHADAP
DALAM AKTA NOTARIS BERDASARKAN PUTUSAN
NO. 51 PK/TUN/2013

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada


Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara

Oleh

META PERMATA SARI


147011047/M.Kn

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


Judul Tesis : ANALISIS YURIDIS KOMPARISI PENGHADAP
DALAM AKTA NOTARIS BERDASARKAN
PUTUSAN NO. 51 PK/TUN/2013
Nama Mahasiswa : META PERMATA SARI
Nomor Pokok : 147011047
Program Studi : KENOTARIATAN

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum)

Pembimbing Pembimbing

(Notaris Syafnil Gani, SH, MHum) (Notaris Suprayitno, SH, MKn)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH,MS,CN) (Prof.Dr.Budiman Ginting,SH,MHum)

Tanggal lulus : 18 Oktober 2016

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji pada
Tanggal : 18 Oktober 2016

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum
Anggota : 1. Notaris Syafnil Gani, SH, MHum
2. Notaris Suprayitno, SH, MKn
3. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN
4. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum

Universitas Sumatera Utara


SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : META PERMATA SARI
Nim : 147011047
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : ANALISIS YURIDIS KOMPARISI PENGHADAP
DALAM AKTA NOTARIS BERDASARKAN
PUTUSAN NO. 51 PK/TUN/2013

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri
bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena
kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi
Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas
perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan
sehat.

Medan,
Yang membuat Pernyataan

Nama : META PERMATA SARI


Nim : 147011047

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Komparisi berasal dari bahasa Belanda “Comparatie” yang berarti


“Verschijning Partijen” atau tindakan menghadap dalam hukum / dihadapan pejabat /
dihadapan pejabat umum, seperti Notaris atau Openbaar Ambtennar dan lainnya.
Komparisi berasal dari kata “Comparant” yang arti yang lebih luas yaitu komparisi
tidak hanya berupa tindakan menghadap tetapi juga mengenai Identitas Penghadap.
Dengan pengertian lain atau pandangan lain komparisi juga diartikan tindakan /
kedudukan para pihak / untuk membuat/ menandatangani akta. Penguraian komparisi
sangat penting sehingga apabila ada salah penyebutan atau penjabaran kata-kata yang
salah dalam penulisan komparisi, baik akibat kelalaian seorang Notaris, baik secara
langsung akibat kelalaian Notaris ataupun secara tidak langsung dalam hal dilakukan
orang lain/para pihak yang tidak memberikan keterangan dengan sebenarnya maka
berpengaruh kepada akta dan para pihaknya serta Notaris yang berwenang akan
diminta pertanggungjawaban baik secara pidana maupun perdata. Berdasarkan latar
belakang tersebut menarik untuk mengkaji permasalahan sebagai berikut: Bagaimana
pembuatan komparisi akta otentik pada suatu akta notaris, Bagaimana pertanggung
jawaban Notaris terhadap kesalahan komparisi dalam akta notaris ditinjau dari
putusan No. 51/PK/TUN/2013, Upaya apa yang dapat dilakukan oleh notaris untuk
menghindari kesalahan dalam membuat komparisi akta notaris.
Penelitian ini merupakan penelitiaan yuridis normatif yang bersifat
pendekatan preskriptif. Pengumpulan data diperoleh dari studi kepustakaan.
Kemudian dianalisis secara kualitatif yang memaparkan sekaligus menganalisis
terhadap permasalahan yang ada dalam hal ini digunakan metode deduktif-induktif,
yang mana akan diambil kesimpulan yang tepat.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diketahui bahwa
komparisi akta otentik terdiri dari : Identitas para penghadap dan/atau orang yang
mereka wakili, . Kedudukan yaitu bertindak untuk dirinya sendiri atau sebagai kuasa
atau penerima kuasa berdasarkan surat kuasa dan bebagai wakil atau mewakili.
Berdasarkan kasus No. 51/PK/TUN/2013, Notaris dikenakan sanksi administrasi
yang melanggar ketentuan Pasal 85 UUJN karena membuat kesalahan komparisi akta
yang menyatakan kewenangan bertindak seseorang seolah-olah berhak mewakili
suatu badan hukum sehingga dikenakan sanksi pemberhentian sementara selama 6
(enam) bulan. Membuat komparisi berdasarkan UUJN yaitu sesuai dengan Pasal 38
ayat 2 dan 3, Pasal 39, Pasal 40, Pasal 47 dan notaris harus melakukan tugasnya
sesuai dengan asas-asas perbuatan Notaris seperti asas kepastian hukum, asas
profesionalisme, asas kehati-hatian, asas kepercayaan, asas persamaan, dan asas
kepercayaan. Maka itu Notaris dalam melaksanakan tugasnya, harus berdasarkan
UUJN agar tidak terjadi kesalahan atau kelalaian yang disengaja maupun tidak
disengaja dalam membuat akta dengan lebih memperhatikan atau mengenal jelas
penghadap dan dokumen-dokumen yg dibawanya.
Kata Kunci : Komparisi, Penghadap, Akta notaris
i

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Personal appearance is derived from Dutch “Comparatie” which means


“Verschijning Partijen” or the act of appearing before law/ officials/ public official,
such as Notary or Openbaar Ambtennar and others. Personal Appearance comes
from the word ‘Comparant” which has broader meaning i.e. it does not only refer to
the act of appearing, but also regarding identity of the person appearing. In other
words or perspective, personal appearing is also defined as an act/ position of the
party involved/ to make/ sign deeds. Analyzing personal appearing is important in
order that whenever there is any misquote or mistyped in the personal appearing
writing, caused by Notary’s carelessness or indirectly caused by other people who do
not give true statement that influence the deed and all parties as well as the Notary
are authorized and going to be responsible civilly and criminally. Therefore, it is
interesting to analyze these problems; how to make personal appearance an
authentic deed in a notarial deed, how about Notary’s liability for personal
appearance error in a notarial deed reviewed from the Ruling No.51/PK/TUN/2013,
and what efforts should be made by a notary in order to prevent such error in making
person appearance in a notarial deed.
This was a judicial normative research which applied prescriptive approach.
The data collection was obtained from library study. The data were qualitatively
analyzed and explained. The research analyzes the questions by means of deductive
and inductive to draw the right conclusion.
Based on the research done, it was figured that personal appearance of an
authentic deed consists of identities of all persons appearing and/or people whom
they represented. Positions refers to act for one self or as an authority or its holder
according to the power of attorney and various representative. Based on the case No.
51PK/TUN/2013, the Notary was administratively sentenced for violating the
stipulation in Article 85 of UUJN (Laws on Notary’s Position) which in the line with
article 38, paragraphs 2 and 3, Article 39, Article 40, and Article 47 that a Notary
must perform his/her duty in accordance with the principles of Notary’s action such
as the principles of legal certainly, professionalism, conscientiousness, trustworthy,
and equalit. Therefore, a Notary has to base his/her acts on UUJN in order to
prevent any error and negligence either intentionally or unintentionally and to be
more conscientious in makin deed or to clearly know the person appearing and the
documents he/she brought.

Keywords: Personal Appearance, Person Appearing, Notarial Deed

ii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

ِ‫ﺑِﺴْـــــــﻢِ أﻟﻠﱠﮫِ أﻟﺮﱠﺣْﻤَﻦِ أﻟﺮﱠﺣِﯿْﻢ‬

Syukur Alhamdulillah diucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan nikmat hidup bagi umat manusia dan karena rahmat dan kehendak-
Nya telah dapat diselesaikan penulisan tesis ini yang berjudul ANALISIS
YURIDIS KOMPARISI PENGHADAP DALAM AKTA NOTARIS
BERDASARKAN PUTUSAN NO.51PK/TUN/2013. Shalawat dan salam tidak
lupa pula disanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
manusia dari alam kegelapan sampai ke alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Magister Kenotariatan (M.Kn) Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara.Penyusunan tesis ini tidak mungkin berhasil diselesaikan tanpa kesempatan,
bantuan, bimbingan, arahan, serta dorongan semangat dari berbagai pihak yang
diberikan oleh penulis. Untuk itu ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-
tingginya disampaikan kepada: Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH,
M.Hum., Bapak Notaris Syafnil Gani, SH, M.Hum., dan Bapak Notaris
Suprayitno, SH, M.Kn., selaku komisi pembimbing yang telah dengan tulus
ikhlas memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.
Selanjutnya ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H, M. Hum, selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan selama
menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister Kenotariatan, Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang
diberikan selama menyelesaikan pendidikan ini.
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program
Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

iii
Universitas Sumatera Utara
sekaligus dosen penguji tesis yang telah memberikan dorongan kepada penulis
untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.
4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A. SH, CN, M.Hum, selaku Sekretaris Program
Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
sekaligus dosen penguji tesis yang telah memberikan dorongan kepada penulis
untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan serta
arahan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti proses kegiatan
perkuliahan.
6. Seluruh staff/ pegawai di Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan bantuan kepada
penulis selama ini dalam menjalankan pendidikan.
7. Penghargaan setinggi-tingginya kepada Ayahanda Parmatoni, SH, dan
Ibunda tercinta Sumartini dan kakak saya Deasy Aprilla, SH dan adik saya
M. Taufik Alfiansyah untuk doa dan supportnya baik dalam bentuk materiil
maupun dalam bentuk moril, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
8. Untuk sahabat dari jaman puber sampai dewasa, Lila Apriani, S.KM, Iqa
Desky, Dr. Nandara Elena, Damira S.Pol., Pratiwi Utami, SH., Cynthia
Arsyad, SH., Fifi, Ermy Mauli, SE., dan Novitasary Insya yang telah
menjadi penyemangat saya.
9. Untuk sahabat tercinta S2 terbaik dan terfavorit Idhelia Cinry Hotmaria
Sinambela, SH (Cinry Teguh), Muhammad Taufik Atma, SH (Cintop),
Puji Indah Lestari, SH (Ajojay), Revina Gisella Kaligis, SH (Egi Hits),
dan Farida Roslika, SH (Bunbun), atas doa, dukungan, dan waktunya
karena selalu membantu menemani dan menasehati dikala suka dan duka.
10. Untuk sahabat-sahabat di Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, Elvira, SH, M.KN., Rahmat Fitrah, SH.M.KN,
serta rekan-rekan MKn USU angkatan 2014 terutama Grup C yang telah
banyak memberikan motivasi kepada penulis baik berupa masukan dan

iv
Universitas Sumatera Utara
dukungan dalam penulisan tesis ini, sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih
baik.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya
kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan.Disadari sepenuhnya
bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari segi penulisannya maupun
isinya.Hal ini karena masih kurangnya ilmu pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki, untuk itu diharapkan dengan segala kerendahan hati diharapkan kritik
dan saran dari semua pihak demi tercapainya kesempurnaan sehingga tesis ini
dapat berguna bagi pembangunan pengetahuan hukum.Amin Yaa Rabbal’alamin.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Medan, Oktober 2016


Penulis

( Meta Permata Sari)

v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Meta Permata Sari
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 14 Oktober 1991
Alamat : Jln. Luku 1 Gg. Mandor No.9
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 25 Tahun
Kewarganegaraan : Indonesia
Nama Ayah : Parmatoni, SH
Nama Ibu : Sumartini

II. PENDIDIKAN
Sekolah Dasar : SD Negeri 060933 Medan (1996-2002)
Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 10 Medan (2002-2005)
Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 1 Medan (2005-2008)
Universitas : S1 Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara (2008-2013)

Universitas : S2 Magister Kenotariatan Fakultas Hukum


Universitas Sumatera Utara (2014-2016)

vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ............................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 11
E. Keaslian Penelitian .................................................................. 11
F. Kerangka Teori dan Konsepsi.................................................. 13
1. Kerangka Teori .................................................................. 13
2. Konsepsi ............................................................................ 18
G. Metode Penelitian..................................................................... 19
1. Sifat dan Jenis Penelitian ................................................... 19
2. Sumber Data....................................................................... 20
3. Alat Pengumpulan Data ..................................................... 21
4. Analisis Data ...................................................................... 21
BAB II PEMBUATAN KOMPARISI AKTA OTENTIK .................... 22
A. Tinjauan Umum Akta Otentik.................................................. 22
1. Pengertian Akta dan Akta Otentik ..................................... 22
2. Syarat-Syarat Sah Suatu Akta ........................................... 26
3. Akta Sebagai Alat Bukti di Pengadilan.............................. 28
B. Komparisi dalam Akta Otentik ............................................... 30
1. Syarat dan Fungsi Komparisi ............................................. 32
2. Bentuk-Bentuk Komparisi ................................................. 39

vii
Universitas Sumatera Utara
BAB III PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS TERHADAP
KESALAHAN KOMPARISI AKTA NOTARIS DITINJAU
DARI PUTUSAN No. 51/PK/TUN/2013 ................................... 52

A. Pertanggungjawaban Notaris ................................................. 52


B. Pelanggaran Notaris ............................................................... 55
1. Sanksi Pertanggungjawaban Administratif..................... 55
2. Sanksi Pertanggungjawaban Perdata .............................. 61
3. Sanksi Pertanggungjawaban Pidana................................ 63
C. Posisi Kasus ............................................................................ 67
D. Analisa Kasus........................................................................... 69
BAB IV UPAYA MENGHINDARI KESALAHAN DALAM
KOMPARISI ............................................................................... 73

A. Notaris Sebagai Pejabat Umum ............................................... 73


B. Dilihat Dari Asas Legalitas. ..................................................... 77
C. Dilihat dari Asas Pelaksanaan Tugas Notaris .......................... 88
1. Asas Kepastian Hukum ...................................................... 88
2. Asas Persamaan.................................................................. 89
3. Asas Kepercayaan .............................................................. 90
4. Asas Kehati-hatian ............................................................. 91
5. Asas Profesionalisme ......................................................... 92
D. Upaya Pembinaan dan Pengawasan Notaris ............................ 92
E. Upaya Hukum Notaris Terhadap Sanksi Administrarif .......... 97
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 103
A. Kesimpulan .............................................................................. 103
B. Saran......................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 106

viii
Universitas Sumatera Utara
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Notaris merupakan pejabat umum yang diangkat oleh pemerintah untuk

membantu masyarakat dalam hal membuat akta otentik dan kewenangan lainnya

diatur oleh Undang-Undang yang ada atau timbul dalam kehidupan sehari-hari.

Profesi notaris merupakan suatu pekerjaan dengan keahlian khusus yang menuntut

pengetahuan luas, serta tanggung jawab yang berat untuk melayani kepentingan

umum dan tugas dari notaris yaitu mengatur secara tertulis hubungan-hubungan

hukum antara para pihak yang secara mufakat meminta jasa Notaris. Notaris perlu

disebut sebagai prilaku profesi yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut :

1. Memiliki integritas moral yang mantap ;

2. Harus jujur terhadap klien maupun diri sendiri ;

3. Sabar akan batas-batas kewenangannya ;

4. Tidak semata-mata berdasarkan kepentingan uang1

Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN)

menyebutkan bahwa Notaris adalah “ Pejabat Umum yang berwenang membuat akta

otentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang ini atau berdasarkan Undang- Undang lainnya. “Pejabat Umum yang

dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) UUJN harus dibaca sebagai Pejabat Publik atau

Notaris yang berwenang untuk membuat akta otentik (Pasal 15 ayat(1) UUJN) dan

1
Liliana Tedjosaputro, Etika Profesi dan profesi Hukum, ( Semarang: Aneka Ilmu,2003) hal. 93.

Universitas Sumatera Utara


2

kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) dan (3) UUJN

dan melayani kepentingan masyarakat.2

Tugas dan wewenang Notaris sangat erat hubungannya dengan perjanjian-

perjanjian, perbuatan-perbuatan dan ketetapan-ketetapan yang diharuskan oleh

peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh pihak yang

berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, yang menimbulkan hak dan

kewajiban antara para pihak, yaitu memberikan jaminan atau alat bukti terhadap

perbuatan, perjanjian dan ketetapan-ketetapan tersebut agar para pihak yang terlibat

di dalamnya mempunyai kepastian hukum.3

Dalam menjalankan jabatan Notaris harus dapat bersikap profesional dengan


dilandasi kepribadian yang luhur dengan senantiasa melakukan Undang-Undang
sekaligus menjunjung tinggi Kode Etik Notaris. Berdasarkan pasal 16 (a) Undang-
Undang Jabatan Notaris (UUJN), seorang Notaris diharapkan dapat bertindak dengan
jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait
dalam perbuatan hukum.
Adapun produk dari notaris adalah berupa akta otentik yang mempunyai
kekuatan pembuktian sempurna, seperti yang dinyatakan dalam pasal 1870
KUHPerdata “Suatu kata otentik memberikan di antara para pihak beserta ahli-ahli
warisnya atau orang-orang yang mendapat hak dari pada mereka suatu bukti yang
sempurna tentang apa yang dimuat didalamnya”.4

2
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris), PT. Rafika Aditama, Bandung, 2009, hal.51
3
M.U Sembiring, Tehnik Pembuatan Akta, Program Pendidikan Spesialis Notariat Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, 1997, hal 3
4
R. Subakti, R Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta : Pradya
Paramita, 2008), hal.475.

Universitas Sumatera Utara


3

Setiap masyarakat membutuhkan seseorang yang keterangan-keterangannya

dapat diandalkan, dapat dipercaya yang tanda serta segelnya dapat memberikan

jaminan dan bukti kuat sebagai seorang ahli yang tidak memihak dan menjadi

penasehat hukum yang tidak ada cacatnya (onkreukbaar atau unimpeachable).5

Akta otentik merupakan perjanjian antara para pihak yang mengadakan atau

mengikat mereka yang membuat, karena syarat sahnya suatu perjanjian harus

terpenuhi. Menurut Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUHPerdata), syarat sahnya perjanjian adalah :

1. Syarat Subjektif, berkaitan dengan para pihak yang melakukan suatu

perjanjian.

2. Syarat Objektif, berkaitan dengan perbuatan hukum yang dilakukan oleh para

pihak.

Semua perjanjian harus memenuhi syarat sahnya perjanjian berdasarkan Pasal

1320 KUHPerdata. Tetapi jika tidak memenuhi syarat sah perjanjian, maka akan

menimbulkan akibat hukum.6 Akta otentik pada umumnya memuat kebenaran formal

sesuai dengan apa yang diberitahukan kepada Notaris. Namun Notaris mempunyai

kewajiban untuk memasukkan bahwa apa yang termuat dalam Akta Notaris sungguh-

sungguh telah dimengerti dan sesuai dengan kehendak para pihak, yaitu dengan cara

membacakannya sehingga menjadi isi Akta Notaris menjadi jelas, serta memberikan

5
Tan Thong Kie, Buku I Studi dan Serba Serbi Praktek Notariat, (Jakarta : Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2000), hal 162
6
Habib adjie, Kebatalan dan Pembatalan akta Notarris, Refika Aditama, Bandung 2011,
hal.8.

Universitas Sumatera Utara


4

akses terhadap informasi, termasuk akses terhadap peraturan perundang-undangan

yang terkait bagi para pihak yang menandatangani Akta. Dengan demikian para pihak

dapat menentukan dengan bebas untuk menyetujui atau tidak menyetujui isi akta

Notaris yang akan ditandatanganinya.7

Penyusunan akta Notaris menggunakan bahasa Indonesia yang merupakan

bahasa kesatuan Negara Republik Indonesia. Bahasa yang dimaksud sebagaimana

ditentukan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2008 tentang

bendera, bahasa, dan lambang Negara,serta lagu kebangsaan (selanjutnya disebut

Undang-Undang Nomor 24 tahun 2009).

Pasal 27 Undang-Undang Nomor 24 tahun 2009, juga ditentukan bahwa

bahasa Indonesia wajib digunakan dalam dokumen resmi Negara antara lain surat

keputusan, surat lembaga, surat berharga, ijazah, surat keterangan, surat identitas diri,

akta jual beli, surat perjanjian, putusan pengadilan dan berbagai akta lainnya. Hal ini

ditentukan dalam UUJN bahwa akta notaris adalah akta otentik yang dibuat

dihadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan Undang-Undang.8

UUJN juga mengatur tentang pengaturan bahasa dalam akta harus

menggunakan bahasa Indonesia dan akta harus dimengerti oleh penghadap. Jika isi

yang terdapat dalam akta tidak mengerti, Notaris wajib menterjemahkan atau

menjelaskan isi dalam akta tersebut, apabila Notaris tidak dapat menterjemahkan atau

menjelaskan, akta tersebut diterjemahkan oleh seorang penerjemah resmi, akta dapat

7
Paragrap V Penjelasan UUJN
8
Harkristuti Harkrisnowo, Bahasa Indonesia sebagai Sarana Pengembangan Hukum
Nasional, Komisi Hukum NAsional. http/:www.legalitas.org/Diakses Maret 2016

Universitas Sumatera Utara


5

dibuat dengan bahasa lain yang dimengerti oleh Notaris, saksi dan pihak

mengkehendaki itu sepanjang Undang-Undang tidak menentukan yang lain.9

Akta notaris terdiri atas tiga bagian yaitu :

1. Awal akta atau yang disebut juga kepala akta

Awal akta merupakan bagian dari akta yang berisi keterangan-keterangan dari

Notaris mengenai dirinya dan orang-orang yang datang menghadap kepadanya

atau atas permintaan siapa akta dibuat.

2. Badan akta

Badan akta memuat keterangan-keterangan yang diberikan oleh para pihak dalam

akta atau keterangan-keterangan dari Notaris mengenai hal-hal yang disaksikan

atas permintaan para pihak.

3. Penutup akta

Penutup akta merupakan bagian dari akta yang memuat keterangan dari Notaris

mengenai waktu dan tempat akta dibuat, selanjutnya keterangan saksi-saksi,

dihadapan siapa akta dibuat dan diakhirnya tentang pembacaan dan

penandatanganan dari para pihak beserta para saksi dan Notaris.10

Disamping pembagian akta tersebut, dikenal juga kerangka dari akta yang ada

pada umumnya terdiri dari :

1. Judul akta

9
UUJN Nomor 2 Tahun 2014 Pasal 43
10
Tesis Indah Suri Oliviarni, Tanggung Jawab Notaris Atas Akta Perubahan Yayasan,
Universitas Islam Sumatera Utara (Studi Kasus Akta Pengsesahan Berita Acara Rapat Nomor 2 Tahun
2006 Tertanggal 13 Desember 2006) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara medan 2009. Hal
17.

Universitas Sumatera Utara


6

2. Keterangan-keterangan dari Notaris mengenai para pengahadap atau atas

permintaan siapa dibuat berita acara, atau lazim dinamakan Komparisi

3. Keterangan pedahuluan dari para penghadap atau lazim dinamakan Premis.

4. Isi akta itu sendiri, berupa syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dari

perjanjian yang disetujui oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

5. Penutup dari akta, yang bisanya didahului oleh kata-kata” demikian akta ini

dibuat” dan seterusnya.11

Komparisi berasal dari bahasa Belanda “Comparatie” yang berarti

“Verschijning Partijen” atau tindakan menghadap dalam hukum / dihadapan pejabat /

dihadapan pejabat umum, seperti Notaris atau Openbaar Ambtennar dan lainnya.

Komparisi berasal dari kata “Comparant” yang arti yang lebih luas : komparisi tidak

hanya berupa tindakan menghadap tetapi juga mengenai Identitas Penghadap.12

Dengan pengertian lain atau pandangan lain komparisi juga diartikan

tindakan/kedudukan para pihak / untuk membuat/ menandatangani akta.13

Menurut Pasal 38 ayat (3) huruf (a), UU No. 2 tahun 2014 komparisi terdapat

di badan akta yang memuat : nama lengkap, tempat dan tanggal lahir,

kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap

dan/atau orang yang mereka wakili.14Komparisi umumnya mempunyai beberapa

sapaan yaitu : Tuan, yang digunakan untuk setiap laki-laki dewasa yang belum, sudah

11
Tesis Indah Sari Olivia, Ibid.
12
Blog Arif Indra Setyadi, Komparisi Akta Notaris, di akses tanggal 24 Februari 2016.
13
Ibid.
14
UUJN No 2 Tahun 2014, Pasal 38 (3) a .

Universitas Sumatera Utara


7

menikah atau pernah menikah; Nyonya, digunakan untuk setiap wanita yang

bersuami atau pernah bersuami; Nona, digunakan untuk Perempuan yang belum

bersuami.15

Dalam membuat komparisi maka syarat subjektif, yaitu antara lain:

a. Adanya kesepakatan,

b. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukam yang tersebut dalam pasal 1320

KUHPerdata harus terpenuhi, karena jika syarat ini tidak dipenuhi dan atas

permintaan pihak-pihak tertentu, maka kontrak dapat di batalkan.

Komparisi terdiri dari :

1. Identitas para pihak yang membuat akta

2. Kedudukan para pihak dalam melakukan tindakan

3. Dasar kedudukan tersebut

4. Cakap (rechtsbekwaamheid) dan berwenang (rechtsbevoegheid) untuk melakukan

tindakan hukum (rechtshandelingen) yang akan disebutkan / dicantumkan dalam

akta

5. Para pihak memiliki hak untuk melakukan suatu tindakan yang akan dicantumkan

dalam kontrak/perjanjian.

Bentuk-bentuk komparisi antara lain meliputi :

a. Untuk diri sendiri

b. Selaku kuasa

15
Paulus J.Soepratignja, Teknik Pembuatan Akta Kontrak, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta,
2012, hal.43.

Universitas Sumatera Utara


8

c. Dalam jabatannya/kedudukan (Badan Usaha/Sosial / Pemerintahan / Badan

Keagamaan / Badan lain)

d. Menjalankan kekuasaan sebagai orang tua

e. Sebagai Wali

f. Sebagai Pengampu

g. Perwakilan Sukarela.16

Tindakan penghadap dalam komparisi dilakukan dalam 2 (dua) hal yaitu :

1. Kompararisi untuk diri sendiri

2. Komparisi bukan untuk diri sendiri

Jika penghadap tidak bertindak untuk dirinya sendiri maka, kewenangan

bertindak harus berdasarkan :

a. Kuasa lisan

b. Kuasa bawah tangan ada dua yaitu :

1. Yang dilegalisasi oleh notaris

2. Tidak dilegalisasi oleh notaris.17

Penguraian komparisi sangat penting sehingga apabila ada salah penyebutan

atau penjabaran kata-kata yang salah dalam penulisan komparisi, baik akibat

kelalaian seorang Notaris dalam membuat komparisi akta, baik secara langsung

akibat kelalaian Notaris ataupun secara tidak langsung dalam hal dilakukan orang

lain/para pihak yang tidak memberikan keterangan dengan sebenarnya maka

16
Habib Adjie, Kebatalan dan Akta Notaris, PT. Refika Aditama, Bandung 2013. hal, 44 - 45
17
Blog Arif Indra Setyadi.Op.Cit.

Universitas Sumatera Utara


9

berpengaruh kepada akta dan para pihaknya serta Notaris yang berwenang akan

diminta pertanggungjawaban baik secara pidana maupun perdata.

Berdasarkan hal tersebut, akta otentik merupakan suatu alat bukti yang

mengikat dalam proses suatu perkara di pengadilan. Mengingat HIR menganut asas

pembuktian formal, sehingga apa yang ditulis dalam akta tersebut harus dipercaya

oleh hakim, yaitu harus dianggap benar, selama ketidakbenarannya tidak dapat

dibuktikan. Akta otentik memberikan suatu bukti yang sempurna, dalam arti

disamping akta otentik tersebut sudah tidak memerlukan suatu penambahan

pembuktian. Akta otentik merupakan alat bukti yang mengikat dan sempurna”. 18

Seperti kasus dalam Putusan No. 51PK/TUN/2013 yang dimana Tergugat

adalah bernama Surya Hasan (Notaris) dan Penggugat adalah PT. Sweet

Indolampung. Duduk perkaranya adalah bahwa pada tanggal 26 Januari 2010, Daddy

Hariadi sebagai pribadi mendatangi Notaris untuk membuat Akta Pernyataan yang

berisi keterangan Daddy Hariadi yang menyatakan bahwa untuk mewakili PT. Sweet

Indolampung pada tahun 1993-1995 telah membuat dan menandatangani Surat

Permohonan Pencairan Pinjaman untuk dan atas nama PT. Sweet Indolampung yang

ditujukan kepada kreditur.

PT. Sweet Indolampung menggugat Notaris karena melakukan kesalahan

dalam komparisi akta yaitu dengan memasukkan kata “untuk dan atas nama” yang

menyatakan seolah-olah Daddy Hariadi mempunyai kapasitas sebagai Direktur

18
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indoensia, Penerbit: Liberty Yogyakarta,
1995, hal, 122.

Universitas Sumatera Utara


10

Utama atau yang berhak mewakili PT. Sweet Indolampung tersebut. Di dalam

putusan Majelis Pengawas Wilayah, Notaris dikatakan tidak bersalah, merasa tidak

puas dengan putusan tersebut PT. Sweet Indolampung melakukan upaya hukum

Banding dan dalam putusan banding ke Majelis Pengawas Pusat tersebut notaris

sebagai dikenakan sanksi administrasi yaitu pemberhentian selama 6 (enam) bulan

dan karena putusan banding tersebut, notaris melakukan upaya hukum terakhir yaitu

Peninjauan Kembali ke Pengadilan Tata Usaha Negara dan kemudian hasil putusan

dari Tata Usaha Negara mengikuti putusan dari Majelis Pengawas Pusat tesebut.

Berdasarkan latar belakang tersebut,maka tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “ANALISIS YURIDIS KOMPARISI PENGHADAP DALAM AKTA

NOTARIS BERDASARKAN STUDI KASUS PUTUSAN NO.51 PK/TUN/2013”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian pada latar belakang tersebut diatas maka terdapat

beberapa hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian, yakni :

1. Bagaimana pembuatan komparisi akta otentik pada suatu akta notaris?

2. Bagaimana pertanggung jawaban Notaris terhadap kesalahan komparisi dalam

akta notaris ditinjau dari putusan No. 51/PK/TUN/2013 ?

3. Upaya apa yang dapat dilakukan oleh untuk menghindari kesalahan dalam

membuat komparisi akta notaris ?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada topik penelitian permasalahan yang diajukan diatas, maka tujan

yang hendak dicapai pada penelitian ini adalah :

Universitas Sumatera Utara


11

1. Untuk mengetahui pembuatan komparisi akta otentik dalam akta notaris.

2. Untuk mengetahui pertanggungjawaban Notaris dari kesalahan komparisi ditinjau

dari putusan No. 51/PK/TUN/2013.

3. Untuk mengetahui cara menghindari agar tidak terjadi kesalahan dalam membuat

komparisi akta.

D. Manfaat Penelitian

Sehubungan dengan kegiatan penelitian yang dilakukan ini, maka diharapkan

dapat memberi manfaat yang baik secara teoritis maupun praktis yaitu sebagai

berikut:

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan saran dan pemikiran

bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya bidang Hukum Kenotariatan.

2. Secara praktis

Penelitian dapat diharapkan dapat memberikan masukan kepada praktisi

hukum khususnya Notaris sebagai bahan pertimbangan bagi penelusuran masalah-

masalah hukum khususnya mengenai komparisi dalam suatu akta dan juga sebagai

literatur dan bahan diskusi tentang perbuatan notaris dalam pembuatan komparisi

dalam suatu akta khsusnya dibagian komparisi penghadap dalam akta notaris.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan di lingkungan Universitas

Sumatera Utara, khusunya di lingkungan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

menunjukkan bahwa tesis ini dengan judul : “Analisis Yuridis Komparisi Penghadap

Universitas Sumatera Utara


12

dalam Akta Notaris Berdasarkan Studi Putusan No.51PK/TUN/2013” belum pernah

ada yang membahasnya sebelumnya. Akan tetapi ada beberapa yang menyangkuat

masalah akta notaris adalah :

1. Selfina (NIM. 077011079) Analisis Yuridis terhadap Akta Notaris Yang Secara

Hukum Dibatalkan.

Rumusan masalah :

a. Bagaimana tanggung jawab Notaris terhdap aktanya yang dibatalkan oleh

putusan pengadilan

b. Faktor-faktor yang menyebabkan akta otentik dapat dibatalkan dengan

putusan pengadilan.

2. Fransiskus Sinaga (NIM. 107011109), Prinsip Kemandirian Notaris Dalam

Pembuatan Akta Notaris.

Rumusan masalahnya :

a. Bagaimana tanggung jawab Notaris dalam menjunjung tinggi kemandirian

Notaris dalam pembuatan akta otentik

b. Bagaimana akibat hukum serta perlindungan hukum apabila terjadi

pelanggaran prinsip kemandirian Notaris.

3. Felix Christian Adriano (NIM. 127011174), Analisis Yuridis Degradasi Kekuatan

Pembuktian Akta Notaris Menurut Undang – Undang N0. 2 Tahun 2014.

Rumusan masalahnya :

a. Bagaimana mekanisme penetapan sanksi terhadap Notaris dalam terjadi

turunnya kekuatan pembutian akta notaris

Universitas Sumatera Utara


13

b. Bagaimana batasan tanggung jawab Notaris terhadap turunnya kekuatan

pembuktian akta Notaris.

Berdasarkan penelitian relevan diatas, tidak ada yang menyangkut dengan

penelitian yang berjudul “Analisis Yuridis Komparisi Penghadap Dalam Akta Notaris

Berdasarkan Studi Putusan No.51PK/TUN/2013”, dengan demikian penelitian ini asli

adanya dan dapat dipertanggungjawabkan kemurniannya karena belum ada yang

melakukan penelitian ini sebelumnya dan tidak ada kesamaan permasalahan maupun

pembahasan dalam penelitian ini dengan yang tesebut diatas.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori berasal dari kata “theoria” dalam bahasa latin yang berarti “perenungan”,

yang berasal dari kata “thea” dalam bahasa Yunani yang secara hakiki berarti

“realitas”.19 Pada teori menjelaskan suatu fenomena atau merupakan proses atau

produk atau aktivitas, atau merupakan suatu sistem.20

Willian J. Goode dan Paul K. Hatt menyatakan “...relationships between fact,

or ... the ordering of then in some meaningful way”yang artinya teori adalah

hubungan antara dua variabel atau lebih, yang telah di uji kebenaranya.21

Sedangkan teori hukum menurut Burggink adalah suatu keseluruhan

pernyataan yang salingkan berkaitan berkenaan dengan sistem konseptual aturan-

19
H.R Otje Salman dan Anthon F. Susanto, Theori Hukum (Mengingat, Mengumpulkan Dan
Membuka Kembali), Rafika Aditman, Bandung, 2004, hal 21.
20
Salim HS, Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), hal 1 .
21
Soerjono Soekanto, Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris, Indhill-co, Jakarta,
1990,hal.66

Universitas Sumatera Utara


14

aturan hukum dan putusan-putusan hukum, dan sistem tersebut untuk sebahagian

penting dipositifkan.22 Didalam suatu teori sedikitnya terdapat tiga unsur, yakni :

Pertama, penjelasan mengenai hubungan antara sebagai unsur dalam suatu teori.

Kedua, Teori menganut sistem deduktif, yaitu bertolak dari suatu yang umum dan

abstrak menuju suatu yang khusus atau nyata. Ketiga, Teori memberikan penjelasan

atau gejala yang dikemukannya.23

Fungsi teori dalam suatu penelitian yang dilakukan. Hukum merupakan sarana

untuk mengatur kehidupan sosial. Tujuan hukum adalah mewujudkan keadilan

(rechtsgerechtigheid) dan kepastian hukum (rechtzkerheid).24

Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dari Hans

Kelsen tentang tanggung jawab hukum dan didukung dengan teori kepastian hukum.

Satu konsep yang berhubungan dengan konsep kewajiban hukum adalah konsep

tanggung jawab hukum.Seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu

perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab atas suatu sanksi dalam

hal perbuatan yang bertentangan.25

Teori tanggung jawab hukum notaris yang diperlukan untuk menjelaskan

antara tanggung jawab notaris yang berkaitan dengan kewenangan notaris

berdasarkan UUJN yang berada dalam bidang hukum perdata.Adanya kewenangan

notaris yang diberikan oleh UUJN berkaitan dengan kebenaran materil atas akta
22
Ibid hal 53
23
Acmad Ali, Menguak Tabir Hukum : Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, PT. Gunung
Agung Tbk, Jakarta, 2002, hal 85.
24
Ibid. hal. 86
25
Hans Kelsen (Ahli bahasa oleh Somardi), Teori Umum Hukum dan Negara, Jakarta, BEE
media Indonesia, 2007, hal.81.

Universitas Sumatera Utara


15

otentiknya jika dilakukan tanpa kehati-hatian sehingga membahayakan masyarakat

atau menimbulkan kerugian baik yang dilakukan sengaja maupun tidak maka notaris

harus mempertanggung jawabkan perbuatan tersebut.26

Teori kepastian hukum merupakan salah satu penganut aliran positivisme

yang lebih melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom dalam peraturan tertulis,

sehingga kepastian hukum dalam melegalkan kepastian hak dan kepastian seorang.

Van Kan berpendapat bahwa tujuan hukum adalah menjaga setiap kepentingan

manusia agar tidak diganggu dan terjamin kepastiannya.27

Kewenangan Notaris sebagai penjabaran dari Pasal 1 angka 1 yang terdapat

dalam Pasal 15 yaitu:

1. Notaris berwenang membuat Akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian,

dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau

yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam Akta

otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan Akta, menyimpan akta

memberikan grosse, salinan dan kutipan Akta, semuanya itu disepanjang

pembuatan Akta itu juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau

orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.

2. Selain kewenangan sebagai mana dimaksud pada ayat (1), Notaris berwenang

pula:

26
Lili Rasyidi dan Putra, I. B. Wiyasa, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung, 1993, Remaja
Rosdakarya, hal. 79.
27
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, (Yogyakata : Mandar Maju,
2008), hal 74.

Universitas Sumatera Utara


16

a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat dibawah

tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;

b. membukukan surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;

c. membuat copy dari asli surat dibawah tangan berupa salinan yang membuat

uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan;

d. melakukan pengesahan kecocokan fotocopy dengan surat aslinya;

e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan Akta;

f. membuat Akta yang berkaitan dengan pertahanan; atau

g. membuat Akta risalah lelang.28

Dari batasan pengertian dan kewenangan Notaris tersebut jelas bahwa akta

yang dibuat oleh notaris adalah merupakan alat bukti otentik yang kuat.Agar akta

tersebut berfungsi sesuai tujuannya sebagai alat bukti maka akta tersebut harus

dibuktikan keontikannya sehingga akta tersebut secara yuridis dapat menjadi

kepastian hukum.

Profesi Notaris sebagai pejabat umum yang membuat akta otentik harus

diawasi oleh lembaga Majelis Pengawas yang terdapat dalam pasal 67 angka 2 UUJN

yaitu “dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

Menteri membentuk Majelis Pengawas”.29

Dalam melakukan penerapan sanksi oleh Majelis Pengawas Wilayah kepada

Notaris harus didukung oleh aturan-aturan hukum yang jelas, konsisten, dan yang

28
UUJN No. 2 tahun 2014 pasal 15(2)
29
Ibid pasal 67(2)

Universitas Sumatera Utara


17

diterbitkan oleh kekuasaan negara, Majelis Pengawas Wilayah dalam menerapkan

sanksi harus mengikuti aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten serta tunduk

dan taat kepada aturan tersebut, Majelis Pengawas Wilayah yang mandiri dan tidak

berpihak dalam menerapkan aturan-aturan hukum tersebut secara langsung sewaktu

mereka penyelesaian sengketa hukum, dan keputusan tersebut secara kongkrit

dilaksanakan.30

Penerapan sanksi oleh Majelis Pengawas Wilayah kepada notaris harus

melalui proses yang memberikan rasa keadilan hukum dan kepastian hukum bagi

penegakan terhadap jabatan notaris. Proses ini memerlukan aturan yang baku untuk

memberikan kepastian hukum bagi para pihak yang didalamnya berisikan norma-

norma hukum yang mengandung hak dan kewajiban para pihak dalam mengikuti

proses sidang di Majelis Pengawas Wilayah. Tata cara penyelidikan sampai dengan

sidang yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Wilayah terhadap pelanggaran hukum

yang dilakukan oleh notaris harus jelas.

Sebelum berlakunya UUJN, pengawasan notaris diatur dalam berbagai

peraturan sebagai berikut :31

1. Reglement op Rechterlijke Organisme en het Beleid der Justitie in Indonesia

(Lembaran Negara 1847 Nomor 57 jo Lembaran Negara 1848 Nomor 57).

2. Rechsreglement Buitengewesten ( Lembaran negara 1972 Nomor 227)

3. Peraturan Jabatan Notaris ( Lembaran Negara 1860 Nomor 3 )

30
Jan M. Otta. Teori Hukum dan Aplikasinya, (Jakarta : Sinar Grafika, 2006), hal. 45
31
Nico, Tanggung Jawab Notaris Selaku Pejabat Umum, (Yogyakarta : CBSBL, 2003),hal 62.

Universitas Sumatera Utara


18

4. Ordonantie Buitengerechtelijke Verrichtingen ( Lembaran Negara 1946 Nomor

135).

5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Susunan dan Kekuasaan

Mahkamah Agung.

6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan umum.

Selain itu terdapat juga beberapa Surat Edaran tentang Pengawasan terhadap

Notaris yang dikeluarkan oleh Mahkah Agung dan Menteri Kehakiman, yaitu :32

1. Surat Edaran Depertemen Kehakiman Republik Indonesia tanggal 17 Feberuari

1981 Nomor JHA 5/13/16 yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri di

Seluruh Indonesia.

2. Surat Edaran Menteri Kehakiman Republik Indonesia tanggal 2 Merat 1984

Nomor MA/Pemb/1392/84 yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Tinggi dan

Ketua Pengadilan Negeri di Seluruh Indonesia

3. Surat Edaran Menteri Kehakiman Republik Indonesia tanggal 1 Mei 1985 Nomor

M-24HT.03.10 Tahun 1985 Tentang Pembinaan dan Penerbitan Notaris.

2. Konsepsi

Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan

antra konsep-konsep khusus, yang akan di teliti. Sesuatu konsep bukan merupakan

gejala yang akan diteliti, akan dipandang perlu untuk menguraikan beberapa konsepsi

dari pengertian dan istilah yang digunakan sebagaimana yang terdapat di bawah ini :

32
Ibid hal. 75

Universitas Sumatera Utara


19

1. Komparisi adalah tindakan/kedudukan para pihak/untuk membuat/

menandatangani akta.33

2. Penghadap adalah orang yang menghadap Notaris dalam membuat akta.

3. Akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris menurut

bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang, akta yang dibuat

Notaris menguraikan secara otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan

penetapan yang disaksikan oleh para penghadap saksi-saksi.34

G. Metode Penelitian

1. Sifat dan Jenis Penelitian

Sifat dari penelitian ini adalah bersifat preskriftif dan terapan , ilmu yang

mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-

konsep hukum, dan norma-norma hukum. Sebagai ilmu terapan ilmu hukum

menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-rambu dalam

melaksanakan aturan hukum. Sifat prekriftif keilmuan hukum ini merupakan sesuatu

subtansial di dalam ilmu hukum. Hal ini tidak akan mungkin dapat dipelajari oleh

disiplin lain yang objeknya juga hukum.35

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif,36baik

berupa peraturan-peraturan maupun teori-teori hukum, disamping menelaah kaidah-

kaidah hukum yang berlaku dimasyarakat, sehingga dikemukakan suatu asas-asas

33
Habib Adjie, Kebatalan dan Akta Notaris PT. Refika Aditama, Op. Cit, hal, 44
34
Wawan Tunggal Alam, Hukum Bicara (Kasus – Kasus dalam Kehidupan Sehari – hari),
Milenia Populer, Jakarta, 2001, hal 85
35
MarzukiPiter Mahmud, Penelitian Hukum ,Kencana ,Jakarta, 2006.. Hal 22
36
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum Dan Jurimetri, (Semarang, Ghalia
Indonesia, 1983), hal.11

Universitas Sumatera Utara


20

hukum yang berupa dogma atau doktrin hukum yang bersifat teoritis ilmiah serta

dapat digunakan untuk menganalisa permasalahan yang dibahas,37 yang dapat

menjawab pertanyaan sesuai dengan pokok permasalahan dalam penulisan tesis ini,

yaitu mengenai “Analisis Yuridis Komparisi Penghadap Dalam Akta Notaris

Berdasarkan Studi Putusan No.51PK/TUN/2013”.

2. Sumber Data

Untuk mendapatkan sumber data yang relevan dan akurat, maka digunakan

sumber data kepustakaan yaitu meliputi:

a. Bahan hukum primer.38

Yaitu bahan yang mempunyai kekuatatan meningkat sebagai landasan utama yang

dipakai dalam rangka penelitian ini diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

b. Bahan hukum sekunder39

Yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan

dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer, seperti hasil-

hasil penelitian, hasil seminar, hasil karyadari kalangan hukum, serta dokumen-

dokumen lain yang berkaitan dengan akta yang dibuat oleh notaris.

c. Bahan hukum tertier.40

37
Soerjono dan Sri Mahudji, Perlindungan Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 13
38
Ronny Hantijib Soemitro, Op. Cit. hal. 53.
39
Ibid
40
Ibid

Universitas Sumatera Utara


21

Yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan lain-lain.

d. Akta Notaris atau akta yang dibuat oleh Notaris.

3. Alat Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dengan permasalahan yang diteliti maka

dilakukan pengumpulan data dengan Library Research (studi kepustakaan), yaitu

mempelajari dan menganalisa secara sistematika buku-buku, peraturan perundang-

undangan dan juga sumber lainnya yang berhubungan dengan materi tesis yang

berkaitan dengan tesis ini.

4. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan terlebih dahulu diadakan

pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang telah dikumpulkan (primer,

sekunder maupun tertier) untuk mengetahui validasinya. Setelah itu keseluruhan data

akan disistematiskan sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dengan tujuan untuk memperoleh

jawaban yang baik pula. Analisis data dilakukan dengan pendekatan kualitatif.

Artinya penelitian ini akan berupaya untuk memaparkan sekaligus melakukan analisis

terhadap permasalahan yang ada dengan kalimat yang sistematis untuk memperoleh

kesimpulan jawaban yang jelas dan benar.41

41
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta 1986, hal. 69.

Universitas Sumatera Utara


22

BAB II

PEMBUATAN KOMPARISI AKTA OTENTIK

A. Tinjauan Umum Akta Otentik

1. Pengertian Akta dan Akta Otentik

Menurut pendapat S. J. Fachema Andrea, akta berasal dari bahasa latin yaitu

“geschrift” yang berarti surat.42Sedangkan menurut R. Subekti dan R. Tjitro Sudibio,

kata akta berasal dari kata “acta” yang merupakan bentuk jamak dari kata “actum”,

yang berasal dari bahasa latin yang berarti perbuatan-perbuatan.43

Menurut pendapat umum, akta mempunyai dua arti yaitu :

1. Perbuatan (handling) atau perbuatan hukum (rechtshandeling)

2. Suatu tulisan yang dibuat untuk dipakai atau untuk digunakan sebagai hukum

tertentu yaitu berupa tulisan yang ditunjukkan kepada pembuktian tertentu.44

Menurut pandangan Sudikno Mertokusumo, akta adalah surat yang diberi

tanda tangan, yang memuat peristiwa-peristiwa, yang menjadi dasar dari suatu hak

atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian.45

Akta merupakan tulisan yang sengaja dibuat untuk dijadikan alat bukti. Dalam

Hukum (Acara) Perdata (Pasal 138, 165, 167 HIR, Pasal 1868 KUH perdata), alat

bukti yang sah atau yang diakui oleh hukum terdiri atas:

42
Pasal 1868 Undang – Undang Hukum Perdata
43
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Op.Cit.hal 38.
44
Tesis Masdalia Pertiwi, “Tanggung Jawab Notaris Terhadap Akta Otentik yang Berakibat
Batal Demi Hukum Saat Berakhir Masa Jabatannya, MKn Unud Bali, 2014, hal 67.
45
R. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, (Jakarta, Intermasa, 1980), hal. 29.

22

Universitas Sumatera Utara


23

a. Bukti tulisan;

b. Bukti dengan saksi-saksi;

c. Persangkaan-persangkaan;

d. Pengakuan;

e. Sumpah.46

Akta yang dibuat dihadapan atau oleh Notaris berkedudukan sebagai akta

otentik menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam UUJN, hal ini sejalan

dengan pendapat Philipus M. Handjon bahwa syarat suatu akta otentik yaitu:

a. Didalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang (bentuknya baku)

b. Dibuat oleh dan dihadapan Notaris.

Dikemukakan pula oleh Irawan Soerodjo, bahwa ada tiga (3) unsur esensilia

agar terpenuhinya syarat formal dalam akta otentik yaitu :

a. Di dalam bentuk yang ditentukan Undang-Undang

b. Dibuat dihadapan Notaris

c. Akta yang dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu

dan ditempat akta itu dibuat.47

Otentik tidaknya suatu Akta (otensitas) tidaklah cukup jika akta tersebut

dibuat oleh atau di hadapan Pejabat (Notaris) saja, namun cara membuat akta otentik

tersebut haruslah menurut ketentuan yang ditetapkan oleh Undang-Undang.48Fungsi

46
Wordpress.com, Otensititas Suatu akta Otentik, diakses 20 Juli 2016.
47
Habib Adjie, “Sekilas Dunia Notaris dan PPAT Indonesia”, Mondar maju Bandung ,
2009.hal 43
48
Paragraf V Penjelasan UUJN

Universitas Sumatera Utara


24

akta otentik dalam hal pembuktian tentunya diharapkan dapat menjelaskan secara

lengkap dalam proses pembuktian di persidangan, karena pada proses peradilan

berdasarkan hukum acara pidana, di dalamnya terdapat proses pembuktian, yang

menekankan pada alat-alat bukti yang sah menurut pasal 184 Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana (KUHAP), antara lain : Keterangan saksi; Keterangan ahli;

Surat; Petunjuk; Keterangan terdakwa.49

Menurut Pasal 1868 KUH Perdata, yang dimaksud dengan akta otentik adalah

suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang atau di

hadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat. Menurut

ketentuan pasal ini, sebuah akta dapat dikatakan otentik apabila telah memenuhi

unsur-unsur sebagai berikut, yaitu:

a. Dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang;

b. Dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum yang berwenang untuk maksud

pembuatan akta tersebut;

c. Dibuat di wilayah notaris berwenang.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pasal 1868 KUHPerdata menyatakan “akta

yang dibuat oleh atau dihadapan” menujukkan adanya 2 (dua) golongan bentuk Akta

Notaris yaitu :

1. Akta yang dibuat oleh (door) Notaris atau yang dinamakan Akta relaas atau Akta

Pejabat (ambtelijke akten). Akta relaas atau Akta Pejabat (ambtelijke Akten)

merupakan suatu akta yang memuat “relaas” atau menguraikan secara otentik
49
Mkn-Unsri, blogspot.com, diakses 26 Juni 2016

Universitas Sumatera Utara


25

suatu tindakan yang dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat didengar dan

disaksikan oleh pembuat akta itu, yakni Notaris sendiri didalam menjalankan

jabatannya untuk dituangkan dalam Akta Notaris. Akta yang dibuat sedemikian

dan yang memuat uraian dari apa yang dilihat dan disaksikan serta dialaminya itu

dinamakan Akta yang dbuat oleh ( door ) Notaris (sebagai Pejabat Umum).

2. Akta yang dibuat dihadapan (ten overstaan) Notaris atau yang dinamakan Akta

partij (partij-akten) atau disebut juga Akta para pihak.Akta partij atau akta pihak

(partij akten) merupakan berisikan suatu cerita dari apa yang terjadi karena

perbuatan yang dilakukan oleh pihak lain dihadapan Notaris, artinya yang

diterangkan atau diceritakan oleh pihak lain kepada Notaris dalam menjalankan

jabatannya dan untuk keperluan mana pihak lain itu sengaja datang dihadapan

Notaris dan memberikan keterangan itu atau melakukan perbuatan itu dihadapan

Notaris agar keterangan atau perbuatan itu dikonstair oleh Notaris didalam suatu

Akta Otentik. Akta seperti itu dinamakan Akta yang dibuat dihadapan Notaris (

ten overstaan ) atau Akta Partai/Akta para pihak.50

Perbedaan di atas sangat penting dalam kaitannya dengan pembuktian

sebaliknya terhadap isi akta. Dengan demikian terhadap kebenaran isi akta pejabat

atau akta relaas tidak dapat digugat, kecuali dengan menuduh bahwa akta tersebut

palsu. Sedangkan pada partij akta, isi akta dapat digugat tanpa menuduh

kepalsuannya dengan menyatakan bahwa keterangan dari pihak tidak benar.

50
Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, PT. Citra
Aditya Bakti: Bandung, 2007),hal 51-52.

Universitas Sumatera Utara


26

Pembuatan akta, baik relaas akta partij akta menjadi dasar utama atau inti dalam

pembuatan akta otentik yaitu harus ada keinginan atau kehendak (wilsvorming) dan

permintaan para pihak. Jika keinginan dan permintaan para pihak tidak ada maka

pejabat umum tidak akan membuat akta yang dimaksud.

Akta otentik mempunyai nilai pembuktian yang sempurna, kesempurnaan

Akta Notaris sebagai alat bukti tidak perlu dinilai atau ditafsir lain selain yang tertulis

dalam akta tersebut, sedangkan akta dibawah tangan mempunyai kekuatan

pembuktian sepanjang para pihak mengakuinya atau tidak ada penyangkalan dari

pihak lain,51 jika para pihak mengakuinya maka akta dibawah tangan mempunyai

pembuktian yang sempurna sebagai Akta otentik.52Jika salah satu pihak tidak

mengakuinya maka beban pembuktian diserahkan kepada pihak yang menyangkal

Akta tersebut dan penilaian penyangkalan atas bukti tersebut diserahkan kepada

hakim.53

2. Syarat- Syarat Sah Suatu Akta


Akta yang dibuat dihadapan atau oleh Notaris bentuknya sudah ditentukan

dalam Pasal 38 UUJN.54 Adapun unsur-unsurnya meliputi sebagai berikut :

1. Awal ( permulaan/kepala) akta

Pecantuman judul akta, nomor, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun serta nama

lengkap dan tempat kedudukan Notaris ditentukan dalam Pasal 38 ayat (2) UUJN.

51
M.Ali Budiarto, Kompilasi Kaidah Hukum Putusan Mahkamah Agung , Hukum Acara
Perdata Setengah Abad, (Jakarta: Swa Justitia, 2004), hal 145.
52
Pasal 1875 KUHPerdata
53
M. Ali Budiarto. Op. Cit. hal 136
54
Habis Adjie, “Sanksi Pedata dan Administratif terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik”,
PT. Refika Aditama, Bandung 2009, hal 49.

Universitas Sumatera Utara


27

2. Komparisi

Suatu pencantuman identitas klien/orang para penghadap/pihak yang ada

didalam akta, yang mana nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan atau

jabatan dan tempat tinggal setiap penghadap serta Nomor KTP/identitas harus jelas

3. Premise (recitals) akta

Premise/premitio (bahasa latin) sebagai pendahuluan/ditafsirkan sebagai

keterangan atau pernyataan awal dari sebuah isi akta atau juga merupakan alasan atau

latar belakang tersebut.

4. Isi/badan akta

Merupakan formulasi keinginan para pihak yang membuat akta yang

diuraikan dalam kata atau kalimat atau bahasa hukum yang dimengerti oleh para

pihak atau pihak lain yang suatu ketika membaca akta tersebut.

5. Akhir/penutup akta

Uraian tentang keharusan para notaris yang membacakan akta yang dibuat

dihadapannya kepada (para) penghadap, para saksi dan sebagainya demikian pula

uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau penterjemah akta

apabila ada. Pencantuman nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan/jabatan,

kedudukan dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta.55

Syarat materill akta diatur dalam Pasal 1320 KUHperdata56 yaitu :

55
Habib adjie, Ibid.
56
Pasal 1320 KUHPerdata

Universitas Sumatera Utara


28

1. Adanya kesepakatan dua belah pihak, maksud kata sepakat adalah kedua belah

pihak yang membuat perjanjian sepakat mengenai hal-hal yang diatur dalam

kontrak.

2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum. Ini adalah suatu azas dalam ilmu

hukum yang berarti orang yang sudah cukup umur/dewasa dan sehat pikirannya.

Menurut KUHPerdata yang termasuk dewasa adalah bagi laki-laki 21 tahun dan

perempuan 19 tahun.

3. Adanya objek dari suatu perjanjian haruslah memuat sesuatu hal/ tindakan atau

barang yang jelas

4. Adanya kuasa yang halal. Pasal 1335 KUHPerdata, suatu perjanjian yang tidak

bertentangan dengan peraturan hukum yang berlaku.

3. Akta Sebagai Alat Bukti di Pengadilan

Akta yang dibuat secara otentik dengan akta yang dibuat secara dibawah

tangan, mempunyai nilai pembuktian suatu akta meliputi :

a. Kekuatan pembuktian lahir (pihak ketiga)

Kekuatan pembuktian lahiriah artinya akta itu sendiri mempunyai kemampuan

untuk membuktikan dirinya sendiri sebagai akta otentik. Mengingat sejak awal yaitu

sejak adanya niat dari pihak (pihak-pihak) yang berkepentingan untuk membuat atau

melahirkan alat bukti, maka sejak saat mempersiapkan kehadirannya itu telah melalui

proses sesuai dan memenuhi ketentuan pasal 1868 KUHPerdata Jo Undang-Undang 2

Tahun 2014 (atau dahulu Stbl 1860 Nomor 3 Reglement of Notaris Ambt in

Universitas Sumatera Utara


29

Indonesia). Kemampuan atau kekuatan pembuktian lahiriah ini tidak ada pada

akta/surat dibawah tangan (Vide Pasal 1875 KUHPerdata).57

Penyangkalan atau pengingkaran bahwa secara lahiriah akta Notaris sebagai

akta otentik, bukan akta otentik, maka penilaian pembuktiannya harus didasarkan

kepada syarat-syarat akta Notaris sebagai akta otentik. Pembuktian semacam ini harus

dilakukan melalui upaya gugatan ke Pengadilan. Penggugat harus dapat membuktikan

bahwa secara lahiriah akta yang menjadi objek gugatan bukan akta Notaris.58

b. Kekuatan pembuktian formil

Kekuatan pembuktian formil artinya dari akta otentik itu dibuktikan bahwa

apa dinyatakan dan dicantumkan dalam akta itu adalah benar merupakan uraian

kehendak pihak-pihak yang dinyatakan dalam akta itu oleh atau dihadapan Pejabat

yang berwenang dalam menjalankan jabatannya. Dalam arti formil akta otentik

menjamin kebenaran :

1. Tanggal ;

2. Tanda tangan ;

3. Komparan, dan ;

4. Tempat akta dibuat.

c. Kekuatan pembuktian material

Kekuatan pembuktian materil artinya bahwa secara hukum ( yuridis) isi dari

akta itu telah membuktikan keberadaannya sebagai yang benar terhadap setiap orang,

57
Tesis Dewangga Bharline, “Analisis Yuridis Pertanggungjawaban Notaris Berdasarkan UU
No.30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris”, UNDIP 2009, hal 74.
58
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia ,Op. Cit. hal. 72.

Universitas Sumatera Utara


30

yang membuat atau menyuruh membuat akta itu sebagai tanda bukti terhadap dirinya

(termasuk ahli warisnya atau orang lain yang mendapat hak darinya); inilah yang

dinamakan sebagai “Preuve Preconstituee” artinya akta itu benar mempunyai

kekuatan pembuktian materiil. Kekuatan pembuktian inilah yang dimaksud dalam

Pasal 1870, 1871 dan 1875 KUHPerdata. Oleh karena itulah maka akta otentik itu

berlaku sebagai alat bukti sempurna dan mengikat pihak (pihak-pihak) yang membuat

akta itu.59 Dengan demikian siapapun yang membantah kebenaran akta otentik

sebagai alat bukti, maka ia harus membuktikan kebalikannya.

d. Tanggung jawab kepada kode etik jabatan.60

B. Komparisi Dalam Akta Otentik

Komparisi berasal dari bahasa Belanda “Comparatie” yang berarti

“Verschijning Partijen” atau tindakan menghadap dalam hukum / dihadapan pejabat /

dihadapan pejabat umum, seperti Notaris atau Openbaar Ambtennar dan lainnya.

Komparisi berasal dari kata “Comparatn” yang arti yang lebih luas yaitu komparisi

tidak hanya berupa tindakan menghadap tetapi juga mengenai Identitas Penghadap.61

Komparisi adalah uraian tentang posisi (kedudukan) seseorang menghadap

seorang Notaris, apakah ia bertindak untuk diri sendiri atau sebagai wakil orang lain

ataupun dalam kedudukan sendiri.

Menurut Lumban Tobing mendefinisikan komparisi adalah keterangan-

keterangan dari Notaris mengenai para penghadap atau atas permintaan siapa dibuat

59
G.H.S. Lumban. Peraturan Jabatan Notaris, (Jakarta: Penerbir Erlangga, 1999), hal.1.
60
Tesis Dewangga Bharline, Op. Cit.
61
Blog Arif Indra Setyadi, Komparisi Akta Notaris, di akses tanggal 24 Mei 2016.

Universitas Sumatera Utara


31

berita acara.62Orang yang menghadap dinamakan comparant (komparan) dan dalam

bahasa Indonesia diterjemahkan “penghadap” atau yang “hadir” atau “yang

menghadap”.

Para Penghadap harus dikenal atau diperkenalkan kepada Notaris, hal ini

sebagaimana tercantum dalam Pasal 39 ayat (2) UUJN yang menyebutkan sebagai

berikut “Penghadap harus dikenal oleh Notaris atau diperkenalkan kepadanya oleh 2

(dua) orang sanksi pengenal yang berumur paling sedikit 18 (delapan belas) tahun

atau telah menikah dan cakap melakukan perbuatan hukum atau diperkenalkan oleh 2

(dua) penghadap lainnya".63

Dalam perkembangan selanjutnya ternyata pemakaian istilah komparisi ini

dipakai lebih meluas sampai menjangkau ke pejabat umum yang dinamakan Notaris,

bahkan sekarang ini ada kesan seakan-akan perkataan komparisi ini khusus berlaku

sebagai istilah tekhnis hukum bagi dunia notariat.64

Dewasa ini perkataan komparisi dapat diartikan sebagai “cara bagaimana

merumuskan dengan kalimat-kalimat yang jelas dengan kualitas apa seseorang itu

menghadap Notaris agar dapat jelas diketahui siapa yang menjadi subjek hukum yang

terikat atas akibat hukum yang timbul dari perjanjian atau pernyataan yang dimuat

dalam akta tertentu”.65

62
G.H.S Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta Erlangga,1983 hal 215.
63
Pasal 39 (2) UUJN
64
M.U. Sembiring, Op. Cit. hal 29.
65
Ibid

Universitas Sumatera Utara


32

Menurut Pasal 38 ayat (3) huruf (a), UU No. 2 tahun 2014, komparisi terdapat

di dalam badan akta yang terdiri dari: nama lengkap, tempat dan tanggal lahir,

kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan

/ atau orang yang mereka wakili misalnya:

1. Dapat saja orang yang diwakili

2. Dapat juga merupakan lembaga atau bukan yang diwakili

3. Dapat juga orang karena kedudukan diwakili.66

Sapaan dalam komparisi umumnya; Tuan, digunakan untuk setiap laki-laki dewasa

yang belum, atau sudah pernah menikah; Nyonya, digunakan untuk setiap wanita

yang bersuami atau pernah bersuami; Nona, digunakan untuk Perempuan yang belum

bersuami; Wanita, untuk anak atau perempuan yang sudah berumur tetapi belum

bersuami.67

1. Syarat dan Fungsi Komparisi

Syarat sahnya suatu perikatan dilihat juga dari kitab Undang-Undang Hukum

Perdata karena syarat sahnya perjanjian dalam perikatan yang dibuat oleh Notaris

harus sesuai dengan ketentuan Pasal 1320, jika tidak memenuhi hal tersebut maka

dalam perikatan dianggap cacat hukum. UUJN cenderung kedalam Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata maka dalam membuat komparisi harus memenuhi semua

persyaratan yang terdapat dalam UUJN dengan Kitab Undang-Undang Hukum

66
UUJN No 2 Tahun 2014, Pasal 38 (3) a .
67
Paulus J.Soepratignja, Op. Cit. hal.43.

Universitas Sumatera Utara


33

Perdata. Dari kesimpulan diatas maka dalam membuat komparisi maka syarat

subjektif, yaitu:

a. Adanya kesepakatan,

b. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukam yang tersebut dalam pasal 1320

KUHPerdata harus terpenuhi, karena jika syarat ini tidak dipenuhi dan atas

permintaan pihak-pihak tertentu, maka dapat di batalkan.

Adapun komparisi terdiri dari :

a. Identitas para pihak yang membuat akta

Identitas para penghadap dan/atau orang yang mereka wakili harus memuat:

1. Nama Lengkap yaitu nama harus sesuai dengan KTP (Kartu Tanda Penduduk)

atau akta kelahiran atau identitas lainnya, tidak boleh menggunakan nama

panggilan, nama kecil nama samaran, atau inisial.

2. Tempat dan Tanggal Lahir yaitu harus sesuai dengan kebenarannya, harus

disesuaikan antara KTP dengan akta kelahiran

3. Kewarganegaraan yaitu harus sesuai dengan KTP dan dokumen lain misalnya

kartu keluarga.

4. Pekerjaan yaitu dilihat dari KTP misalnya pegawai negeri, swasta atau

mahasiswa.

5. Jabatan yaitu dilihat dari pekerjaannya, posisinya sebagai apa, misalnya seorang

Direktur, Komisaris, atau karyawan.

6. Kedudukan yaitu bekedudukan sebagai diri sendirikah atau bertindak mewakili

seseorang atau badan hukum sesuai dengan surat kuasa.

Universitas Sumatera Utara


34

7. Tempat Tinggal yaitu sesuai domisili yang ada di KTP.68

b. Kedudukan para pihak dalam melakukan tindakan yaitu sebagai berikut :

1. Untuk diri sesndiri

2. Selaku kuasa

3. Dalam jabatan/kedudukan

4. Menjalankan kekuasaan sebagai orang tua

5. Sebagai wali

6. Sebagai pengampu

7. Perwakilan sukarela

8. Mewakili orang yang sedang tidak ada ditempat (afwezeigheid).

c. Dasar kedudukan

Seseorang yang menghadap Notaris guna pembuatan akta dapat bertindak dalam

beberapa kualitas yaitu :

1. Menghadap atau bertindak untuk dirinya sendiri

Artinya dia menghadap adalah kepentingan sendiri, karena itu apa yang

dinyatakan atau dijanjikannya berdasarkan akta Notaris tersebut sungguh atas

namanya sendiri dan begitu juga akibat hukumnya adalah untuknya atau atas

tanggung jawab serta kepentingannya sendiri tanpa melibatkan pihak lain.

2. Menghadap atau bertindak untuk dan atas nama orang lain melalui lembaga

kuasa.

68
UUJN Pasal 38

Universitas Sumatera Utara


35

Artinya seseorang menghadap Notaris bukan untuk dirinya sendiri tetap atas

nama dan untuk orang lain. Karena itu akibat hukum dari perbuatan itu adalah

untuk manfaat dan atas tanggungan orang lain itu. Dasar hukum wewenang

orang yang menghadap itu mewakili orang lain tersebut adalah lembaga

pemberian kuasa.

Menurut pasal 1793 KUHPerdata maka ditinjau dari bentuknya ada 3 (tiga)

macam kuasa yaitu :

a. Kuasa yang diberikan secara lisan

b. Kuasa yang diberikan dengan surat kuasa yang diperbuat secara dibawah

tangan

c. Kuasa yang diberikan dengan surat kuasa yang diperbuat dihadapan notaris

(akta otentik).69

3. Menghadap atau bertindak dalam kedudukan

Adapun posisi kedudukan itu antara lain sebagai berikut:

a. Kedudukan sebagai orang tua mewakili anak dibawah umur atau dibawah

pengampuan

b. Direktur mewakili Perseroan Terbatas atau diwakili komisaris dan untuk

mengetahui siapa Direktur dilihat melalui anggaran dasar PT tersebut.

c.Menteri mewakili negara dalam keadaan khusus.

4. Dengan bantuan atau persetujuan, karena memerlukan persyaratan khusus,

misalnya :
69
M.U.Sembiring, Op. Cit, hal 30.

Universitas Sumatera Utara


36

a. Suami/istri yang hendak menjual harta bersama

b. Anak dibawah umur, dapat membuat perjanjian kawin. Untuk itu perlu

dibantu oleh orang yang seharusnya memberi ijin kawin

c. Direktur PT yang dalam melakukan tindakan hukum tertentu memerlukan

bantuan atau persetujuan seseorang atau dua orang komisaris sesuai dengan

ketentuan anggaran Dasar PT.

5. Lebih dari satu/peran ganda misalnya disamping bertindak”

a. Untuk diri sendri juga

b. Sebagai pemegang kuasa lainnya seperti pemegang saham.70

d. Kecakapan Bertindak dan Kewenangan Bertindak

Secara umum dibedakan antara kewenangan bertindak (handelingsbevoegd)

dan kecakapan bertindak (handelingsbekwaam). Sesuai Pasal 1 ayat (2) KUH

Perdata, sejak seorang lahir, malahan anak dalam kandungan dianggap sebagai telah

dilahirkan berkedudukan sebagai subjek hukum dan sebab itu pula memiliki

kewenangan hukum. Kewenangan bertindak dari subjek hukum untuk melakukan

tindakan hukum dapat dibatasi oleh atau melalui hukum.

e. Para pihak memiliki hak untuk melakukan suatu tindakan yang akan dicantumkan

dalam kontrak/perjanjian yaitu para pihak akan bertanggung jawab terhadap

perbuatan hukum dalam perjanjian yang dibuatnya. 71

70
Tesis Tumpal Naibaho “Pengaruh Komparisi Terhadap Kekuatan Akta Otentik Sebagai
Alat Bukti Atas Akta Yang Dibuat Oleh Pejabat Umum Ditinjau Dari Hukum Pembuktian”,FH UI,
2009, hal 42.
71
Blog Arif Indra Setyadi, Op. Cit..

Universitas Sumatera Utara


37

Komparisi mempunyai fungsi yaitu sebagai berikut :


a. Menjelaskan identitas para pihak yang membuat perjanjian/akta

b. Dalam kedudukan apa dan berdasarkan apa kedudukan yang bersangkutan

bertindak

c. Bahwa ia cakap dan berwenang melakukan tindakan hukum yang disebutkan

didalam akta dan ia mempunyai hak untuk melakukan tindakan yang dinyatakan

dalam akta.72

Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata73 adalah perbuatan dengan mana

satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Dari

peristiwa ini, timbulah suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang

disebut perikatan yang didalamnya terdapat hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Dalam hal ini, kedua belah pihak telah menyetujui untuk melakukan suatu perjanjian

tanpa adanya paksaan maupun keputusan yang hanya bersifat sebelah pihak.

Hukum perjanjian dikeluarkan dengan tujuan agar semua proses kerjasama

yang terjadi dapat berjalan dengan lancar dan untuk mengurangi resiko terjadinya

penipuan atau hal apapun yang beresiko merugikan salah satu pihak. Hukum

Perjanjian dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang saling bekerjasama, ketika

mereka sepakat untuk melakukan kerjasama dengan disertai beberapa syarat yang

telah disepakati maka pada saat itu sudah terjadi Hukum Perjanjian.

Hukum Perjanjian terbentuk dengan beberapa asas-asas perjanjian yaitu :

72
I.G. Rai Widjaya, Merancang suatu Kontrak,cet 2, Bekasi, Kesaint Blanc, 2004, hal 107.
73
Pasal 1313 KUHPerdata

Universitas Sumatera Utara


38

1. Asas Personality (kepribadian)

Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan seseorang yang akan

melakukan/membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini

dapat dilihat melalui Pasal 1315 dan 1340 KUHPerdata yang menyatakan

seseorang tidak dapat melakukan perikatan melainkan untuk dirinya sendiri dan

perjanjian hanya berlaku terhadap pihak yang berbuat. Atau perjanjian tersebut

dibuat hanya mengaitkan kedua belah pihak saja dan tidak ada pihak ketiga yang

dirugikan akibat perjanjian tersebut.74

2. Asas Iktikad Baik

Yang dimaksud dengan iktikad baik adalah hukum perjanjian tersebuat dibentuk

dengan suatu tujuan dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak yang

diharapkan disini adalah kedua belah pihak memberikan seluruh kemampuan,

usaha, dan prestasi mereka sesuai dengan yang tertera di dalam surat perjanjian.

3. Asas Konsensualitas

Bahwa suatu perjanjian dan perikatan yang timbul telah lahir sejak detik

tercapainya kesepakatan, selama para pihak dalam perjanjian tidak menentukan

lain. Maksudnya adalah perjanjian tersebut sudah dinyatakan sah oleh kedua

belah pihak dan bukan merupakan suatu perjanjian yang bersifat formalitas

belaka.

4. Perjanjian Berlaku Sebagai Undang-Undang

74
Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPerdata

Universitas Sumatera Utara


39

Maksudnya adalah perjanjian yang telah dibuat dan sudah disahkan dianggap

sebagai acuan yang mengikat kedua belah pihak untuk bertindak sesuai isi

perjanjian.

5. Kebebasan Berkontrak

Bahwa para pihak dalam suatu perjanjian bebas untuk menentukan materi/isi dari

perjanjian sepanjang tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan

kepatuhan. Azas ini tercermin jelas dalam pasal 1338 KUH Perdata yang

menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah mengikat sebagai

Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya.

Kebebasan yang dimaksud yaitu menyangkut :

a. Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian

b. Kebebasan untuk memilih dengan siapa akan melakukan perjanjian

c. Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian

d. Kebebasan untuk menentukan bentuk perjanjian

Apabila azas-azas diatas telah terpenuhi, maka hukum perjanjian dapat

dilaksanakan dengan membuat surat perjanjian yang melampirkan identitas kedua

belah pihak dan obyek perjanjian, dan dilengkapi dengan materai, apabila obyek

perjanjian menyangkut masalah seperti warisan atau jual beli tanah, maka

pengesahannya dilakukan dengan melibatkan notaris.75

2. Bentuk-Bentuk Komparisi

Pertama : bertindak untuk diri sendiri (Pasal 38 Ayat (3) UUJN)


75
Blog Nurhidayatul Fitri,” Hukum Perjanjian”, diakses 10 Juli 2016.

Universitas Sumatera Utara


40

a. Peyebutan dalam komparisi yaitu :

Tuan : laki-laki dewasa sudah beristri atau belum

Nona : perempuan dewasa belum bersuami

Nyonya : perempuan dewasa sudah bersuami, perempuan sepeninggal suami,

atau perempuan yang sudah pernah menikah

Wanita : perempuan belum bersuami, usia lanjut, punya anak/tidak.

b. Tidak menggunakan singkatan nama (Pasal 42 ayat (1)) atau identitas para pihak

harus diketahui oleh Notaris.

Contoh : Amir MA harus ditulis menjadi Amir Makmur Amin sesuai dengan

nama aslinya berdasarkan identitas sesuai KTP.

c. Pekerjaan, jabatan, kedudukan hanya diambil salah satu yang relevansi dengan

perbuatan hukum akta tersebut.

Contoh : Pekerjaan seperti Pegawai atau Wiraswasta, Jabatan misalnya

Direktur dan Kedudukan misalnya mewakili 76

Contoh kalimat komparisi bertindak untuk diri sendiri :

Nyonya Ana, lahir di Surakarta, pada tanggal 15-01-1990 (lima belas Januari seribu

sembilan ratus enam puluh), Warga Negara Indonesia, Swasta, bertempat tinggal di

Surakarta, Jalan Slamet Riyadi No.1, Rukun Tetangga 01, Rukun Warga 01,

Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Pemegang Kartu

Tanda Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan 19307270301036.

76
Ibid

Universitas Sumatera Utara


41

Dalam hal ini menurut keterangannya belum menikah sehingga dalam melakukan

perbuatan hukum dibawah ini tidak memerlukan persetujuan dari siapapun.77

Kedua : Bertindak dalam hal perwakilan atau sebagai kuasa

Pasal 1792 KUHPerdata menyebutkan pemberian kuasa adalah seseorang

memberikan kekuasaan kepada orang lain untuk dan atas namanya menyelenggarakan

suatu urusan. Penerima kuasa diberi wewenang untuk mewakili pemberi kuasa dalam

tindakan hukum yang dilakukan sebagaimana tercantum dalam surat kuasa. Surat

kuasa terdiri dari :

1. Kuasa Otentik

Contoh :

Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak berdasarkan Akta Kuasa

tanggal….., Nomor…,yang dibuat dihadapan Notaris……. Yang salinannya

bermaterai cukup diperlihatkan kepada saya Notaris dan fotocopynya dilekatkan

pada minuta akta ini.

2. Kuasa Bawah Tangan

Kuasa bawah tangan terbagi dalam 3 bagian yaitu :

a. Kuasa bawah tangan biasa

Contoh :

Tuan X, lahir di Jakarta pada tanggal 05-10-1980 (lima Oktober seribu

Sembilan ratus delapan puluh), Swasta, Warga Negara Indonesia, bertempat

77
Hadir untuk diri sendiri belum menikah

Universitas Sumatera Utara


42

tinggal di Jalan Raya No. 10, Kelurahan Hutan Kayu Kecamatan Kota Jakarta

Pusat, Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 12901908809980.

Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Nyonya

Ana, lahir di Surakarta, pada tanggal 15-01-1960 (lima belas Januari seribu

sembilan ratus enam puluh), Warga Negara Indonesia, Swasta, bertempat

tinggal di Surakarta, Jalan Slamet Riyadi No.1, Rukun Tetangga 01, Rukun

Warga 01, Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta,

Pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor 19307270301036. Demikian

berdasarkan Surat Kuasa dibawah tangan tanggal 12-02-2012 (dua belas

Februari dua ribu dua belas) bermaterai cukup yang aslinya dilekatkan pada

minuta akta ini.

b. Kuasa waarmerking yaitu suatu akta dibawah tangan yang ditandatangani oleh

para pihak untuk kemudian didaftarkan pada Notaris, karena hanya didaftarkan

maka Notaris tidak bertanggung jawab terhadap isi akta tersebut.

Contoh :

Tuan X, lahir di Jakarta pada tanggal 05-10-1980 (lima Oktober seribu

Sembilan ratus delapan puluh), Swasta, Warga Negara Indonesia, bertempat

tinggal di Jalan Raya No. 10, Kelurahan Hutan Kayu Kecamatan Kota Jakarta

Pusat, Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 12901908809980.

Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak berdasarkan surat kuasa

dibawah tangan tertanggal 01-02-2012 (satu Februari dua ribu dua belas), yang

telah diwaarmerking oleh Nita, sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris

Universitas Sumatera Utara


43

di Jakarta pada tanggal 10-03-2012 (sepuluh Maret dua ribu dua belas) nomor :

2/waar/2012. Surat tersebut bermaterai cukup dan dilekatkan pada minuta akta

ini, kuasa dari dan dengan demikian untuk dan atas nama Nyonya M, lahir di

Jakarta pada tanggal 10-10-1982 (sepuluh Oktober seribu Sembilan ratus

delapan puluh dua), swasta, Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal di Jalan

Raya No. 10, Kelurahan Hutan Kayu Kecamatan Kota Jakarta Pusat, Pemegang

Kartu Tanda Penduduk Nomor 1290190880082.78

c. Akta Legalisasi yaitu akta dibawah tangan yang dibuat oleh pihak tetapi

penandatanganannya dihadapan Notaris.

Contoh :

Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama serta sah

mewakili guna kepentingan Tuan X, lahir di Jakarta pada tanggal 05-10-1980

(lima Oktober seribu sembilan ratus delapan puluh), Swasta, Warga Negara

Indonesia, bertempat tinggal di Jalan Raya No. 10, Kelurahan Hutan Kayu

Kecamatan Kota Jakarta Pusat, Pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor

12901908809980. Demikian berdasarkan surat kuasa dibawah tangan

bermaterai cukup tanggal….yang dilegalisasi oleh saya Notaris dengan

Nomor….yang aslinya dijahitkan bertindak berdasarkan pada minuta akta ini.

3. Kuasa Legalisir

Contoh :

78
Dalam hal menjual rumah, surat persetujuan istri/suami harus dilekatkan dalam minuta akta

Universitas Sumatera Utara


44

Menurut keterangannya dalam hal ini surat kuasa dibawah tangan tanggal…..,,

yang dilegalisasi oleh saya Notaris dibawah Nomor……….bermaterai cukup yang

aslinya dijaitkan dalam minuta akta ini.

4. Kuasa Lisan

Contoh :

Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak berdasarkan kuasa lisan dan

bertanggung jawab penuh selaku kuasa untuk dan atas nama Tuan B, lahir di

Jakarta pada tanggal 05-10-1980 (lima Oktober seribu Sembilan ratus delapan

puluh), Swasta, Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal di Jalan Raya No. 10,

Kelurahan Hutan Kayu Kecamatan Kota Jakarta Pusat, Pemegang Kartu Tanda

Penduduk Nomor 12901908809980.79

Ketiga :Bertindak sebagai perwalian

Pasal 345 KUH Perdata:

Apabila salah satu dari kedua orang tua meninggal dunia, maka perwalian terhadap

anak-anak yang belum dewasa atau belum nikah, demi hukum dipangku oleh orang

tua yang hidup terlama, jika orang tua terlama hidup tidak telah dibebaskan atau

dipecat dari kekuasaan orang walinya.

Contoh :

Nyonya Santi, lahir di Medan tanggal 10-08-1980 (sepuluh Agustus seribu Sembilan

ratus delapan puluh), pegawai, bertempat tinggal di Jalan Bilal no.9, Warga Negara

79
Isnaland.blogspot.com diakes 10 Juli 2016

Universitas Sumatera Utara


45

Indonesia, Kelurahan Duren Tengah, Kecamatan Medan Timur, Pemegang Kartu

Tanda Penduduk Nomor 12765678980889, janda dari mendiang Tuan B.

Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak dalam kedudukannya sebagai ibu dan

oleh karena itu dengan sedirinya menurut Undang-Undang wali dari anaknya yang

masih dibawah umur bernama C, bertempat tinggal bersama dengan ibunya, demikian

karena ayahnya telah meninggal dunia.80

Mengingat dengan adanya Pasal 50 ayat 1 UUP No.1 Tahun 1974:

Anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan

perkawinan, yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tua, berada dibawah

kekuasaan wali. Pada dasarnya orang tua yang hidup terlama secara otomatis atau

demi hukum merupakan wali dari anaknya yang belum dewasa.

Contoh :

Nyonya Santi, lahir di Medan tanggal 10-08-1980 (sepuluh Agustus seribu Sembilan

ratus delapan puluh), pegawai, bertempat tinggal di Jalan Bilal no.9, Kelurahan Duren

Tengah, Kecamatan Medan Timur, Warga Negara Indonesia,, Pemegang Kartu Tanda

Penduduk Nomor 12765678980889.

Menurut keterangannya dalam melakukan perbuatan hukum ini bertindak selaku wali

dari anak yang belum dewasa/masih dibawah umur yang bernama Nona Bella, lahir

di Medan pada tanggal 05-07-2000 (lima Juli dua ribu), pelajar. Demikian

berdasarkan Penetapan Wali yang dikeluarkan oleh Pengadilan Agama/ Pengadilan

80
MU Sembiring, Op. Cit, hal 93

Universitas Sumatera Utara


46

Negeri …… Nomor : …… tertanggal …… , asli surat mana dilekatkan pada

minutanya akta ini.81

Perwalian Orang Tua yang Hidup Terlama

Contoh :

Nyonya Santi, lahir di Medan tanggal 10-08-1980 (sepuluh Agustus seribu Sembilan

ratus delapan puluh), pegawai, bertempat tinggal di Jalan Bilal no.9, Warga Negara

Indonesia, Kelurahan Duren Tengah, Kecamatan Medan Timur Pemegang Kartu

Tanda Penduduk Nomor 12765678980889, janda dari mendiang Tuan B.

Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak selaku orang tua yang hidup terlama

dan karenanya demi hukum selaku wali ayah/ibu dari dan oleh karena itu untuk dan

atas nama anak dibawah umur bernama Debora, lahir di Medan pada tanggal 11-02-

2005 (sebelas Februari dua ribu lima), pelajar bertempat tinggal bersama ibunya. 82

Wali Berdasarkan Wasiat83

Contoh :

Tuan Anton, lahir di Jakarta tanggal 02-05-1870 (dua Mei seribu delapan ratus tujuh

puluh), Swasta, bertempat tinggal di Jalan Kebayoran lama No,6 Jakarta Pusat,

Kelurahan Jati, Kecamatan Jatibening, Warga Negara Indonesia, pemegang Kartu

tanda Penduduk Nomor 12476802051870112.

81
Teknik pembuatan Akta, blogspot.notaril.com diakses 25 Juni 2016
82
Habib Adjie, “Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris”, Op. Cit hal 46
83
Wali Berdasarkan Wasiat

Universitas Sumatera Utara


47

Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak berdasarkan pengangkatan oleh

almarhum dengan wasiatnya yang dimuat dalam akta wasiat tertanggal 10-05-2000

(sepuluh Mei dua ribu) Nomor 56.

Keempat : Bertindak sebagai pengampu84

Nyonya Santi, lahir di Medan tanggal 10-08-1980 (sepuluh Agustus seribu Sembilan

ratus delapan puluh), pegawai, bertempat tinggal di Jalan Bilal no.9, Kelurahan Duren

Tengah, Kecamatan Medan Timur, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda

Penduduk Nomor 12765678980889.

Menurut keterangannya dalam hal ini ia bertindak sebagai pengampu (curator) dari

dan karena itu untuk dan atas nama ……….., yang telah ditaruh dibawah

pengampuan berdasarkan surat “Penetapan” Pengadilan Negeri Medan

tertanggal………dan berdasarkan surat “penetapan” tersebut penghadap telah

diangkat sebagai pengampu. Surat “Penetapan” bermaterai cukup.85

Kelima : Kepengurusan Badan Hukum

a. Tindakan Persero pengurus dari sebuah CV

Commanditaire Vennootschap (CV) atau Persekutuan Komanditer merupakan

persekutuan yang didirikan oleh dua orang atau lebih, yang mana salah satu pihak

bertindak sebagai sekutu komanditer atau sekutu pelepas uang dan sekutu lainnya

bertindak untuk melakkukan pengurusan terhadap CV (Pasal 19 Kitab Undang-

85
MU. Sembiring, Op.Cit. hal 99

Universitas Sumatera Utara


48

Undang Hukum Dagang atau KUHD). Dan penghadap dalam melakukan

perbuatan hukum adalah CV sebagai persekutuan aktif dari PT, yaitu direktur.

Contoh :

Tuan A, lahir di Medan tanggal 15-10-1970 (lima belas seribu Sembilan ratus tujuh

puluh, swasta, bertempat tinggal di jalan Luku No.16 Medan, Kelurahan Kwala

Bekala, Kecamatan Medan Johor, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda

Penduduk Nomor 1270981510701345.

Dalam hal ini bertindak selaku persero pengurus dengan jabatan sebagai Direktur dari

dan demikian sah mewakili, dan oleh karena itu untuk dan atas nama perseroan

komanditer “CV B”, berkedudukan di Medan dan berkantor di jalan Iskandar Muda

No.110, dan untuk tindakan ini telah mendapat persetujuan dari persero lainnya

sebagaimana sudah tercantum dalam persetujuan dibawah tanggal…. Sesuai dengan

pasal…, akta pendirian/anggaran dasar perseroan itu, telah dibuat dihadapan

Notaris…,Nomor….,tertanggal….86

b. Tindakan pengurus dari sebuah CV

Commanditaire Vennootschap (CV) atau Persekutuan Komanditer merupakan

persekutuan yang didirikan oleh dua orang atau lebih, yang mana salah satu pihak

bertindak sebagai sekutu komanditer atau sekutu pelepas uang dan sekutu lainnya

bertindak untuk melakkukan pengurusan terhadap CV (Pasal 19 Kitab Undang-

Undang Hukum Dagang atau KUHD). Artinya komanditer bertugas :

1. Mengurus CV
86
Habib Adjie, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, Op. Cit hal 54.

Universitas Sumatera Utara


49

2. Berhubungan dengan pihak ketiga

3. bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan.

Dalam hal ini melakukan pengurusan atau bekerja dalam perusahaan (CV) baik

dengan atau tanpa pemberian kuasa, maka berlaku pasal 21 KUHD bahwa

bertanggung jawab secarang tanggung renteng untuk keseluruhan terhadap semua

utang dan perikatan.

Contoh :

Tuan A, lahir di Medan tanggal 15-10-1970 (lima belas seribu Sembilan ratus tujuh

puluh, swasta, bertempat tinggal di jalan Luku No.16 Medan, Kelurahan Kwala

Bekala, Kecamatan Medan Johor, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda

Penduduk Nomor 1270981510701345.

Dalam hal ini bertindak selaku persero pengurus dengan jabatan sebagai Direktur dari

dan demikian sah mewakili, dan oleh karena itu untuk dan atas nama perseroan

komanditer “CV B”, berkedudukan di Medan dan berkantor di jalan Iskandar Muda

No.110, dan untuk tindakan ini telah mendapat persetujuan dari persero lainnya

sebagaimana sudah tercantum dalam persetujuan dibawah tanggal…. Sesuai dengan

pasal…, akta pendirian/anggaran dasar perseroan itu, telah dibuat dihadapan

Notaris…,Nomor….,tertanggal….

c. Kepengurusan Firma

Contoh :

Tuan A, lahir di Medan tanggal 15-10-1970 (lima belas seribu Sembilan ratus tujuh

puluh, swasta, bertempat tinggal di jalan Luku No.16 Medan, Kelurahan Kwala

Universitas Sumatera Utara


50

Bekala, Kecamatan Medan Johor, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda

Penduduk Nomor 1270981510701345.

Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak dalam kedudukannya sebagai persero

pengurus Direktur dan oleh karena itu untuk dan atas nama firma yang berkedudukan

di…., yang didirikan dengan akta tertanggal…Nomor…yang dibuat dihadapan Tuan

A, sarjana hukum, notaris di….. dan oleh karena ittu berhak melakukan perbuatan

hukum sesuai dengan ketentuan Pasal 6 anggaran dasar perseroan.87

d. Kepengurusan Perseroan Terbatas

Tuan A, lahir di Medan tanggal 15-10-1970 (lima belas seribu Sembilan ratus tujuh

puluh, swasta, bertempat tinggal di jalan Luku No.16 Medan, Kelurahan Kwala

Bekala, Kecamatan Medan Johor, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda

Penduduk Nomor 1270981510701345.

Menurut ketrangannya dalam hal ini bertindak dalam kedudukannya sebagai Direktur

yng mewakili Direksi karena itu untuk dan atas nama PT…., berkedudukan di… yang

didirikan dengan akta tertanggal…Nomor….diperbuat dihadapan Tuan b, Sarjana

Hukum, Notaris di….dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman

republic Indonesia dengaan surat penetapan tertanggal…, Nomor…., dan diumumkan

dalam “Tambahan Berita Negara republic Indonesia” tanggal….,Nomor….., dan

untuk melakukan perbuatan hukum yang disebut dalam akta ini berwenang sesuai

dengan ketentuan pasal…dari anggaran dasar perseroan tersebut.88

87
MU Sembiring, Op. Cit. hal 104
88
MU Sembiring, Op. Cit. hal 111

Universitas Sumatera Utara


51

d. Kepengurusan Yayasan

Tuan A, lahir di Medan tanggal 15-10-1970 (lima belas seribu Sembilan ratus tujuh

puluh, swasta, bertempat tinggal di jalan Luku No.16 Medan, Kelurahan Kwala

Bekala, Kecamatan Medan Johor, Warga Negara Indonesia, Pemegang Kartu Tanda

Penduduk Nomor 1270981510701345.

Dalam hal ini bertindak dalam kedudukannya sebagai ketua dari dan selaku demikian

berdasarkan ketentuan pasal…..anggaran dasarnya sah mewakili pengurus dari dan

oleh karena itu untuk dan atas nama Yayasan yang berkedudukan di ……, dan

berkantor dijalan…….,Nomor….

Universitas Sumatera Utara


52

BAB III

PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS TERHADAP KESALAHAN


KOMPARISI AKTA NOTARIS DITINJAU DARI PUTUSAN
No. 51/PK/TUN/2013

A. Pertanggung Jawaban Notaris

Menurut pasal 1365 KUHPerdata, yang dimaksud dengan perbuatan

melanggar hukum adalah perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan oleh

seseorang yang karena kesalahannya telah menimbulkan kerugian bagi orang lain.

Dalam ilmu hukum dikenal 3 (tiga) kategori dari perbuatan melawan hukum, yaitu

sebagai berikut:

a. Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan

b. Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan (tanpa unsur kesengajaan maupun

kelalaian)

c. Perbuatan melawan hukum karena kelalaian89

Konsep pertanggungjawaban ini apabila dikaitkan dengan profesi notaris,

maka notaris dapat dipertanggung jawabkan atas kesalahan dan kelalaiannya dalam

pelaksanaan tugas dan jabatannya. Notaris tidak bertanggung jawab atas isi akta yang

dibuat di hadapannya, melainkan Notaris hanya bertanggung jawab terhadap bentuk

formal akta otentik sebagaimana yang ditetapkan oleh Undang-undang.

Menurut Hans Kelsen, terdapat empat macam pertanggungjawaban, yaitu:

1. Pertanggung jawaban individu yaitu seorang individu bertanggung jawab


terhadap pelanggaran yang dilakukannya sendiri;
89
Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum, cet.1, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hal.3.

52

Universitas Sumatera Utara


53

2. Pertanggung jawaban kolektif berarti bahwa seorang individu bertanggung jawab


atas suatu pelanggaran yang dilakukan oleh orang lain;
3. Pertanggung jawaban berdasarkan kesalahan yang berarti bahwa seorang
individu bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena sengaja
dan diperkirakan dengan tujuan menimbulkan kerugian;
4. Pertanggung jawaban mutlak yang berarti bahwa seorang individu bertanggung
jawab atas pelanggaran yang dilakukannya karena tidak sengaja dan tidak
diperkirakan.90
Tanggung jawab Notaris sebagai profesi lahir dari adanya kewajiban dan

kewenangan yang diberikan kepadanya, kewajiban dan kewenangan tersebut secara

sah dan terikat mulai berlaku sejak Notaris mengucapkan sumpah jabatannya sebagai

Notaris. Sumpah yang telah diucapkan tersebutlah yang seharusnya mengontrol

segala tindakan Notaris dalam menjalankan jabatannya.

Raden Soegondo Notodisoerjo menyatakan tentang apa yang dapat

dipertanggungjawabkan oleh Notaris yaitu apabila penipuan atau tipu muslihat itu

bersumber dari Notaris sendiri. Hal tersebut dapat terjadi apabila seorang Notaris

dalam suatu transaksi peralihan hak misalnya dalam akta jual beli dengan sengaja

mencantumkan harga yang lebih rendah dari harga yang sesungguhnya.91 Sedangkan

menurut Nico membedakan tanggung jawab notaris menjadi empat macam yaitu:

1. Tanggung jawab Notaris secara perdata terhadap kebenaran materiil terhadap

akta yang dibuatnya;

2. Tanggung jawab Notaris secara pidana terhadap kebenaran materiil dalam akta

yang dibuatnya;

90
Hans Kelsen, Teori Hukum Murni, Terjemahan Raisul Mutaqien, Nuansa & Nusamedia
Bandung, 2006, hlm. 140.
91
Raden Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia suatu Penjelasan, cetakan
kedua, jakarta: RAJA Grafindo Persada, 1993. hal.229

Universitas Sumatera Utara


54

3. Tanggung Jawab Notaris berdasarkan Peraturan Jabatan Notaris terhadap

kebenaran materiil dalam akta yang dibuatnya;

4. Tanggung jawab Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya berdasarkan kode

etik notaris. 92

Abdul Ghofur Anshori menyebutkan bahwa dalam hubungannya dengan

kebenaran materil, maka tanggung jawab notaris selaku pejabat umum dibedakan

menjadi empat, yaitu :93

a. Tanggung jawab Notaris secara perdata terhadap kebenaran materil terhadap akta
yang dibuatnya.
b. Tanggung jawab Notaris secara pidana terhadap kebenaran materil dalam akta
yang dibuatnya.
c. Tanggung jawab Notaris berdasarkan Peraturan Jabatan Notaris terhadap
kebenaran materil dalam akta yang dibuatnya.

Dalam sebuah aturan hukum, pencantuman sanksi merupakan sebuah

kewajiban, hal ini dikarenakan jika sebuah peraturan hukum tidak akan dapat

ditegakkan jika pada bagian akhir tidak mencantumkan mengenai sanksi. Tidak ada

gunanya memberlakukan kaidah-kaidah hukum manakala kaidah-kaidah itu tidak

dapat dipaksakan melalui sanksi dan menegakkan kaidah-kaidah yang dimaksudkan

secara prosedural (hukum acara).94

Pertanggungjawaban dan ganti rugi dapat dibebankan kepada Notaris apabila

akta itu batal karena tidak memenuhi syarat-syarat formal dalam pembuatan akta

92
Nico, Op. Cit.
93
Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum dan Etika, UII
Press, Yogyakarta, hal 16.
94
Philipus M. Hadjon, dkk, Pemerintah Menurut Hukum (Wet-en Rechtmatig Bestuur),
Cetakan Pertama,(Surabaya: Yuridika, 1993), hal. 247.

Universitas Sumatera Utara


55

otentik. Akibatnya Notaris yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi dengan

membayar ganti kerugian, bunga dan biaya. Dalam hal ini terlebih dahulu harus

dibuktikan beberapa hal yaitu :

1. Adanya kerugian yang diderita.

2. Bahwa kerugian yang diderita itu dan pelanggaran atau kelalaian dari Notaris.

3. Bahwa pelanggaran (perbuatan) atau kelalaian itu disebabkan kesalahan yang

dapat dipertanggungjawabkan kepada Notaris yang bersangkutan.

B. Pelanggaran Notaris

1. Sanksi Pertanggungjawaban Administrastif

Secara garis besar sanksi administratif dapat dibedakan menjadi 3 (tiga)

macam yaitu :

a. Sanksi Reparatif

Sanksi ini ditujukan untuk perbaikan atas pelanggaran tata tertib hukum. Dapat

berupa penghentian perbuatan terlarang, kewajiban perubahan sikap/tindakan

sehingga tercapai keadaan semula yang ditentukan, tindakan memeperbaiki

sesuatu yang berlawanan dengan aturan. Contoh paksaan untuk berbuat sesuatu

untuk pemerintah.

b. Sanksi Punitif

Sanksi yang bersifat menghukum, sanksi hukuman tergolong dalam pembalasan,

dan tindakan preventif menimbulkan ketakutan kepada pelanggar yang sama atau

mungkin pelanggar-pelanggar lainnya. Contoh pembayaran denda kepada

pemerintah, teguran keras.

Universitas Sumatera Utara


56

c. Sanksi Regresif

Sanksi sebagai reaksi atau sesuai ketidaktaatan, dicabutnya hak atau sesuatu yang

diputuskan menurut hukum seolah-olah dikembalikan kepada keadaan hukum

yang sebenarnya sebelum keputusan diambil. Contohnya pencabutan, perubahan

atau penangguhan suatu keputusan.95

Menurut Philipus M. Hadjon terdapat beberapa kekhasan sanksi dalam hukum

Administratsi Negara yaitu:

1. Besturssdwang atau paksaan pemerintah, yang dapat diuraikan sebagai tindakan-

tindakan yang nyata dari penguasa guna mengakhiri suatu keadaan yang dilarang

oleh suatu kaidah hukum administrasi atau bila masih melakukan perbuatan yang

tidak boleh dibuat oleh masyarakat karena bertentangan dengan Undang-Undang.

2. Penarikan kembali keputusan yang menguntungkan (izin, pembayaran, subsidi),

yaitu sanksi yang digunakan untuk penarikan kembali keputusan atau ketetapan

yang menguntungkan dengan cara mengeluarkan ketetapan baru.

3. Pengenaan denda administratif, ditujukan kepada mereka yang melanggar

peraturan perundang-undangan tertentu, dan kepada si pelanggar dikenakan

sejumlah uang tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

bersangkutan, kepada pemerintah diberikan wewenang untuk menerapkan sanksi

tersebut.

95
Habib Adjie, Op. Cit. hal 106-107.

Universitas Sumatera Utara


57

4. Pengenaan uang paksa oleh pemerintah (dwangsom), ditujukan untuk menambah

hukuman yang pasti, disamping denda yang telah disebutkan dengan tegas dalam

peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.96

Jelas dari pendapat Philipus tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yang

terdapat dalam Pasal 85 UUJN merupakan sanksi administratif. Ada 5(lima) jenis

sanksi administratif menurut Pasal 85 UUJN yaitu :

a. Teguran lisan

b. Teguran tertulis

c. Pemberhentian sementara

d. Pemberhentian dengan hormat

e. Pemberhentian tidak hormat

Sanksi-sanksi tersebut berlakunya jika Notaris melanggar pasal-pasal tertentu

yang tesebut dalam Pasal 85 UUJN yaitu Notaris :

a. Melanggar ketentuan Pasal 7, Notaris dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) sejak

tanggal pengambilan sumpah/jabatan Notaris tidak :

1. Menjalankan jabatannya yang nyata

2. Menyampaikan berita acara sumpah/janji jabatan Notaris kepada menteri,

organisasi Notaris dan majelis pengawas daerah

3. Menyampaikan alamat kantor, contoh tanda tangan dan paraf serta terapan

cap/stempel jabatan Notaris berwarna merah kepada Menteri, pejabat lain

yang bertanggun jawab di bidang agrarian/pertanahan, organisasi Notaris,


96
Philipus M.Hadjon dkk, Op. Cit., hal 245

Universitas Sumatera Utara


58

ketua Pengadilan Negeri, Majelis Pengawas daerah serta Bupati atau walikota

tempat Notaris diangkat.97

b. Melanggar kewajiban Notaris sebagaimana disebut dalam ketentuan:

1. Pasal 16 ayat 1(satu) huruf a, dalam menjalankan jabatannya Notaris

bertindak jujur, tidak sesama, tidak mandiri, berpihak, dan tidak menjaga

kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum;

2. Pasal 16 ayat (1) huruf b, dalam menjalankan jabatannya notaris tidak

membuat akta dalam bentuk minuta akta dan tidak menyimpannya sebagai

bagian dari protokol Notaris;

3. Pasal 16 ayat (1) huruf c, dalam menjalankan jabatannya Notaris tidak

mengeluarkan Grosse akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta;

4. Pasal 16 ayat (1) huruf d, dalam menjalankan jabatannya Notaris tidak

memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini, kecuali

ada alasan untuk menolaknya.

5. Pasal 16 ayat (1) huruf e, dalam menjalankan jabatannya Notaris tidak

merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya dan segala

keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan sumpah/janji

jabatan, kecuali Undang-Undang menentukaan lain;

6. Pasal 16 ayat (1) huruf f, dalam menjalankan tugasnya Notaris tidak menjilid

akta;

97
Habib Adjie Op. Cit, hal 109

Universitas Sumatera Utara


59

7. Pasal 16 ayat (1) huruf g, dalam menjalankan tugasnya Notaris tidak membuat

daftar dari akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak diterimanya surat

berharga;

8. Pasal 16 ayat (1) huruf h, dalam menjalankan jabatannya, Notaris tidak

membuat daftar akta yang berkaitan dengan warisan;

9. Pasal 16 ayat (1) huruf I, dalam menjalankan jabatannya Notaris tidak

mengirimkan daftar akta sebagaimana dimaksud huruf h;

10. Pasal 16 ayat (1) hurif j, dalam menjalankan jabatannya Notaris tidak

mencatat dalam repoterium tanngal pengiriman daftar wasiat pada setiap akhir

bulan;

11. Pasal 16 ayat (1) huruf k, dalam menjalankan jabatannya Notaris tidak

mempunyai cap/stempel yang memuat lambang negara Republik Indonesia.98

c. Melanggar Pasal 17 UUJN yaitu sebagai berikut :

1. Menjalankan jabatan diluar wilayah jabatannya;


2. Meninggalkan wilayah jabatannya lebih daari 7 (tujuh) hari kerja berturut-
turut tanpa alasan yang sah;
3. Merangkap jabatan sebagai pegawai negeri;
4. Merangkap sebagai pejabat Negara;
5. Merangkap sebagai advokat;
6. Merangkap jabatan sebagai pemimpin atau pegawai badan usaha milik
Negara, badan usaha milik daerah atau badan usaha swasta;
7. Merangkap jabatan sebagai PPAT diluar wilayah Jabatan Notaris;
8. Menjadi Notaris Pengganti;
9. Melakukan perkerjaan lain yang bertentangan dengan norma-norma agama,
kesusilaan, atau kepatutan yang dapat mempenguhi kehormatan dan martabat
Jabatan Notaris.99

98
Ibid hal 109-110.
99
Pasal 17 UUJN

Universitas Sumatera Utara


60

d. Notaris dalam melaksanakan ketentuan Pasal 20, yaitu dalam membentuk

perserikatan perdata atau perserikatan Notaris telah bertindak tidak mandiri dan

ada keberpihakan dalam menjalankan jabatannya atau dalam menjalankan kantor

bersama mereka tersebut.100

e. Melanggar ketentuan Pasal 27 yaitu dalam mengajukan permohonan cuti, tidak

memenuhi syarat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 27, bahwa cuti harus

diajukan secaraa tertulis disertai penunjukkan Notaris Pennganti dan permohonan

diajukan kepada :

1. Majelis Pengawas daerah apabila tidak lebih dari 6 (enam) bulan;

2. Majelis Pengawas Wilayah apabila cuti lebih dari 6 (enam) bulan sampai

dengan 1(satu) tahunn;

3. Majelis Pengawas Pusat apabila cuti lebih dari 1(satu) tahun.101

f. Melanggar ketentuan Pasal 32 yaitu menjalankan cuti tidak menyerahkan protokol

kepada Notaris Pengganti.

g. Melanggar ketentuan Pasal 37 yaitu, tidak memberikan jasa hukum dibidang

kenotariatan secara cuma-cuma kepada orang yang tidak mampu (prodeo);

h. Melanggar ketentuan Pasal 54 yaitu, Notaris telah memberikan, memperlihatkan,

atau kutipan akta, kepada orang yang tidak berkepentingan langsung pada akta,

ahli waris, atau orang yang memperoleh hak kecuali ditentukan lain oleh

perundang-undangan.

100
Ibid
101
Ibid hal 111-112.

Universitas Sumatera Utara


61

i. Melanggar ketentuan Pasal 58, Notaris :

1. Tidak membuat daftar akta, daftar surat dibawah tangan yang disahkan, daftar
surat dibawah tangan yang dibukukan, daftar surat lain yang diwajibkan oleh
Undang-Undang;
2. Tidak setiap hari mencatat semua akta yang dibuat oleh atau dihadapannya;
3. Tidak mengeluarkan akta dalam bentuk originali yang dibuat dalam rangkap
2(dua) atau lebih pada saat yang sama, dicatat dalam daftar dengan satu nomor;
4. Tidak mencatat setiap hari surat dibawah tangan yang disahkan atau dibukukan
dengan cara yang sudah ditentukan.102
j. Melanggar ketentuan Pasal 63, yaitu bilamana Notaris :
1. Meninggal
2. Telah berakhir masa jabatannya
3. Tidak mampu secara rohani dan/atau jasmani untuk melaksanakan tugas jabatan
sebagai Notaris secara terus menerus lebih dari 3(tiga) tahun
4. Diangkat menjadi pejabat Negara
5. Pindah wilayah jabatan
6. Diberhentikan sementara
7. Diberhentikan dengan tidak hormat.
Yaitu tidak menyerahkan protokolnya paling lambat 30 (tiga) puluh hari dengan

pembuatan berita acara penyerahan protokol.103

2. Sanksi Pertanggung Jawaban Perdata

Sanksi yang diberikan yang terhadap pertanggungjawaban perdata seorang

Notaris yang melakukan perbuatan melawan hukum pembuatan akta otentik adalah

sanksi perdata. Sanksi ini berupa penggantian biaya, ganti rugi dan bunga merupakan

akibat yang akan diterima Notaris atas tuntutan para penghadap yang merasa

dirugikan atas pembuatan akta oleh Notaris. Penggantian biaya, ganti rugi atau bunga

harus didasarkan pada suatu hubungan hukum antara Notaris dengan para pihak yang

menghadap Notaris.

102
Ibid hal 111.
103
Ibid hal 113.

Universitas Sumatera Utara


62

Jika ada pihak yang merasa dirugikan sebagai akibat langsung dari suatu akta

Notaris, maka yang bersangkutan dapat menuntut secara perdata terhadap Notaris.

Menurut pendapat Abdul Kadir Muhammad dijelaskan yang menjadi tuntutan kepada

Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya yaitu: 104

a. Notaris dituntut melakukan pembuatan akta dengan baik dan benar sesuai dengan

keinginan para pihak nya.

b. Notaris harus menghasilkan akta yang sesuai dengan aturan hukum dan

kepentingan para pihak

c. Harus berdampak positif karena akta mempunyai kekuatan bukti sempurna.

Dengan demikian, tuntutan penggantian biaya, ganti rugi dan bunga terhadap

Notaris tidak berdasarkan atas penilaian atau kedudukan suatu alat bukti yang berubah

karena melanggar ketentuan-ketentuan tertentu, tetapi hanya dapat didasarkan pada

hubungan hukum yang ada atau yang terjadi antara Notaris dengan para penghadap.

Pasal 41 UU perubahan UUJN menentukan adanya sanksi perdata, jika

Notaris melakukan perbuatan melawan hukum atau pelanggaran terhadap Pasal 38,

Pasal 39, dan Pasal 40 UU perubahan atas UUJN maka akta Notaris hanya akan

mempunyai pembuktian sebagai akta di bawah tangan. Akibat dari akta Notaris yang

seperti itu, maka dapat menjadi alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk

menuntut penggantian biaya, ganti rugi dan bunga kepada Notaris.105

104
Muhammad AbdulKhadir, Hukum Perikatan, Alumni Bandung 1992,Hal 49
105
Putri A.R, Analisis Yuridis Legalitas Notaris sebagai tersangka atas akta yang dibuatnya”,
MKn USU, 2010

Universitas Sumatera Utara


63

3. Sanksi Pertanggungjawaban Pidana

Sanksi pidana merupakan ultimatum remedium, yaitu upaya terakhir, apabila

sanksi atau upaya-upaya pada cabang hukum lainnya tidak mempan atau dianggap

tidak mempan. Oleh karena itu penggunaannya harus dibatasi. Apabila masih ada

jalan lain, janganlah menggunakan hukum pidana.106

Tindak pidana yang berhubungan dengan jabatan notaris adalah tindak pidana

yang diatur dalam Pasal 263 dan Pasal 264 KUHP yang dikaitkan dengan Pasal 55

KUHP.107Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN)

tidak mengatur mengenai ketentuan pidana. UUJN hanya mengatur sanksi atas

pelanggaran yang dilakukan oleh notaris terhadap UUJN, sanksi tersebut dapat

berupa sanksi terhadap akta yang dibuatnya dan terhadap notaris. Sanksi terhadap

akta yang dibuatnya menjadikan akta yang dibuat oleh notaris turun derajatnya dari

akta otentik atau menjadi akta di bawah tangan, sedangkan untuk notaris diberikan

sanksi mulai dari teguran hingga berujung pada pemberhentian dengan tidak hormat.

Perbuatan pidana merupakan perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan

hukum, apabila melakukan pelanggaran terhadap larangan tersebut maka akan

diiukuti oleh sanksi yang berupa pidana tertentu. Dalam menjalankan jabatannya

sebagai notaris maka pidana yang dimaksudkan adalah pidana yang dilakukan oleh

notaris dalam kapasitasnya sebagai pejabat umum yang berwenang membuat akta

106
Sudarto, Hukum Pidang I, Badan Penyediaan Bahan-bahan Kuliah Fakultas Hukum Universitas
Diponegoro, (Semarang:1987/1988), hlm. 13.
107
Putri A.R op.cit hal 109.

Universitas Sumatera Utara


64

otentik yang diamanahkan oleh UUJN, bukan merupakan kapasitas pribadi atau

individu dari notaris tersebut sebagai subjek hukum.

Unsur-unsur perbuatan pidana meliputi:

a. Perbuatan (manusia)

Perbuatan merupakan tindakan dan kejadian yang ditimbulkan oleh perbuatan

tersebut, Moeljatno berpendapat yang dimaksud dengan perbuatan manusia dalam

unsur-unsur tindak pidana adalah kelakuan plus kejadian yang ditimbulkan oleh

kelakuan. Lebih lanjut beliau mengemukakan bahwa:

“dalam hukum pidana, kelakuan atau tingkah laku itu ada yang bersifat positif dan
yang negatif. Di dalam hal kelakuan yang bersifat positif dan yang negatif. Di dalam
hal kelakuan yang bersifat positif terdakwa berbuat sesuatu, sedangkan dalam hal
yang bersifat negatif seseorang tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dilakukan.
Adapun yang dimaksud dengan kelakuan adalah sikap jasmani, sebab tidak berbuat
sesuatu tidak dapat dimasukkan dalam pengertian tersebbut dan yang termasuk dalam
pengertian kelakuan tersebut terbatas hanya pada sikap jasmani yang disadari saja.”

b. Memenuhi rumusan undang-undang (syarat formil)


Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai tindak pidana apabila telah
memenuhi rumusan atau unsur-unsur yang terkandung dalam aturan tersebut. Hal ini
berasal dari adanya asas legalitas “nullum delictum nulla poena sine pravia lege
poenali”
c. Bersifat melawan hukum
Selain dua unsur di atas, untuk dapat dikategorikan sebagai suatu tindak

pidana juga harus memenuhi unsur yang ketiga yaitu unsur melawan hukum, unsur

ini merupakan unsur yang mutlak dari tindak pidana.108

108
Wardani Rizky blogspot.co.id, Tanggung Jawab Notaris ditinjau dari aspek
Perdata,pidana dan UUJN , diakses pada tanggal 20 Juli 2016.

Universitas Sumatera Utara


65

Dalam UUJN diatur bahwa ketika Notaris dalam menjalankan tugas dan

jabatannya terbukti melakukan pelanggaran, Notaris dapat dikenai atau dijatuh sanksi

berupa sanksi perdata dan administrasi. Tetapi tidak mengatur adanya sanksi pidana

terhadap Notaris, karena Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan

Notaris tidak mengatur sanksi pidana, maka apabila terjadi pelanggaran pidana

Notaris dapat dikenakan sanksi pidana yang terdapat dalam KUH Pidana, dengan

catatan bahwa pemidanaan terhadap Notaris tersebut dapat dilakukan dengan batasan,

yaitu:

1. Ada tindakan hukum dari Notaris terhadap aspek lahiriah, formal dan materil

yang sengaja, penuh kesadaran dan keinsafan, serta direncanakan bahwa akta

yang akan dibuat dihadapan Notaris atau oleh Notaris bersama-sama (sepakat)

para penghadap dijadikan dasar untuk melakukan suatu tindak pidana

2. Ada tindakan hukum dari Notaris dalam membuat akta dihadapan atau oleh

Notaris yang apabila diukur berdasarkan UUJN tidak sesuai dengan UUJN

3. Tindakan Notaris tersebut juga tidak sesuai menurut instansi yang berwenang

untuk menilai tindakan suatu Notaris, dalam hal ini Majelis Pengawas Notaris.109

Dalam perkara pidana, seorang Notaris dapat dihadapkan sebagai terdakwa,

saksi dan maupun ahli. Ada beberapa kemungkinan yang dapat menjerat seorang
109
Putri AR, Op. Cit hal 74

Universitas Sumatera Utara


66

Notaris melakukan tindak pidana dan diminta pertanggungjawaban pidana sebagai

tersangka/terdakwa. Kemungkinan-kemungkinan tersebut sebagai berikut :

a. Tanggal dalam akta tidak sesuai dengan kehadiran para pihak;

b. Para pihak tidak hadir tetapi ditulis hadir;

c. Para pihak tidak ada membubuhi tandatangan tetapi ditulis atau ada

tandatangannya;

d. Akta sebenarnya tidak dibacakan akan tetapi diterangkan telah dibacakan;

e. Luas tanah berbeda yang diterangkan oleh para pihak;

f. Notaris ikut campur tangan terhadap syarat-syarat perjanjian;

g. Dalam akta disebutkan bahwa pihak-pihak telah membayar lunas apa yang

diperjanjikan padahal sebenarnya belum lunas atau bahkan belum ada

pembayaran secara riil;

h. Pencantuman pembacaan akta yang harus dilakukan oleh Notaris sendiri padahal

sebenarnya tidak;

i. Pencantuman mengenal orang yang menghadap padahal sebenarnya tidak

mengenalnya.

Penjatuhan sanksi pidana terhadap Notaris dapat dilakukan sepanjang batasan-

batasan sebagaimana tersebut dilanggar, artinya disamping memenuhi rumusan

pelanggaran yang tersebut dalam UUJN, kode etik jabatan Notaris juga harus memenuhi

rumusan yang tersebut dalam KUHPidana. Biasanya pasal-pasal yang seiring digunakan

untuk menuntut Notaris dalam pelaksanaan tugas jabatan adalah pasal-pasal yang

mengatur mengenai tindak pidana pemalsuan surat, yaitu

Universitas Sumatera Utara


67

1. Pasal 263 yaitu membuat atau menggunakan surat palsu atau menyuruh orang

lain memakai surat palsu atau sengaja memakai surat palsu.110

2. Pasal 264 yaitu melakukan pemalsuan surat seperti akta otentik, surat atau

sertifikat utang, surat kredit, surat dagang dan sebagainya.111

3. Pasal 266 yaitu menyuruh melakukan memasukkan keterangan palsu. 112

4. Pasal 418 yaitu pejabat menerima hadiah atau janji itu berhubungan dengan

kekuasaan jabatannya.113

Berdasarkan Pasal-Pasal yang yang tertera tersebut, ternyata Notaris selaku

pejabat umum jugadapat dikenakan tuntutan pidana, baik berdasarkan Pasal-Pasal tentang

pemalsuan surat maupun Pasal-Pasal lain yang berkaitan dengan tugas jabatannya

sebagai Notaris, bahkan juga dijatuhi hukum pidana penjara asalkan saja perbuatan itu

memenuhi unsur-unsur dari perbuatan pidana yang tertuang dalam Pasal-Pasal yang

dituduhkan.114

C. Posisi Kasus

Pada tanggal 29 Maret 2010, PT. Sweet Indolampung mengajukan gugatan

untuk Notaris Surya Hasan kepada Majelis Pengawas Daerah atas dugaan

pelanggaran pelaksanaan aturan jabatan notaris. Gugatan ini diajukan karena notaris

Surya Hasan telah membuat akta pernyataan nomor 4 dan 5 tanggal 26 Januari 2010

yang komparisinya berisi tentang Daddy Hariadi membuat surat permohonan

110
Pasal 263 KUHPidana
111
Pasal 264 ayat (1) KUHPidana
112
Pasal 266 KUHPidana
113
Pasal 418 KUHPidana
114
Putri AR, Op. Cit. hal 75-76

Universitas Sumatera Utara


68

pencairan pinjaman (Disbursement Request) untuk dan atas nama PT. Sweet

Indolampung kepada PT. Marubeni U.K.P.L.C.

Notaris Surya Hasan membuat akta pernyataan ini berdasarkan dokumen

fotocopy dari Disbursement Request, dan membuat seolah-olah Daddy Hariadi

merupakan Direktur dari PT. Sweet Indolampung. Notaris Surya Hasan tidak telebih

dahulu melihat apa kewenangan serta kedudukan Daddy Hariadi di dalam PT. Sweet

Indolampung pada saat meminta untuk dibuatkan akta pernyataan permohonan

pencairan pinjaman tersebut.

Gugatan yang diajukan oleh PT. Sweet Indolampung tersebut, telah diperiksa

terlebih dahulu oleh Majelis Pengawas Daerah dan Majelis Pengawas Wilayah

sebagaimana yang tercantum dalam Berita Acara Pemeriksaan Nomor

W29/T.Pem/Not.13/2010/MPW tertanggal 10 Juni 2010 yang isinya sebagai yaitu:

1. Penggugat tidak melanggar ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

2. Majelis Pengawas Wilayah, sepakat bahwa penggugat tidak terbukti

melakukan pelanggaran sehingga bebas dari pemberian sanksi.

Berdasarkan dari Berita Acara Pemeriksaan ini, Ketua Majelis Pengawas

Wilayah mengeluarkan Keputusan Nomor W29/PSTN/Not.14/2010 MPW tertanggal

2 Juli 2010 yang bunyinya “ Majelis Pengawas Wilayah, membebaskan pemberian

sanksi kepada Notaris Surya Hasan serta putusan ini bersifat final, mengikat, dan

tidak dapat diajukan banding.” Keputusan yang dibuat oleh Majelis Pengawas

Wilayah yang menyatakan bahwa putusan ini bersifat final ini, tidak dapat diterima

Universitas Sumatera Utara


69

oleh PT. Sweet Indolampung. Oleh karena itu, pada tanggal 13 Agustus 2010 PT.

Sweet Indolampung mengajukan banding ke Majelis Pengawas Pusat. Putusan dari

proses banding ini, yaitu Majelis Pengawas Pusat menyatakan bahwa Notaris Surya

Hasan dijatuhkan sanksi terhitung sejak serah terima protokol Notaris dan

memerintahkan Notaris Hasan untuk menyerahkan protokol Notarisnya kepada

Notaris lain. Kemudian, penggugat tidak menerima putusan ini dan mengajukan

Peninjauan Kembali terhadap putusan dari Majelis Pengawas Pusat tersebut, ke

Pengadilan Tata Usaha Negara dengan Nomor Putusan 51 PK/TUN/2013. Namun,

Pengadilan Tata Usaha Negara menolak pengajuan Peninjaun Kembali dari Notaris

Surya Hasan dan Pengadilan menyatakan bahwa Notaris Surya Hasan harus

menjalani sanksi administratif yang telah dijatuhkan terhadapnya, yaitu

pemberhentian sementara selama 6 (enam ) bulan seperti yang tertera di dalam

Putusan Majelis Pengawas Pusat.

D. Analisa Kasus

Perusahaan melakukan perbuatan hukum dalam Perseroan Terbatas (PT) yang

bertindak mewakili perseroan adalah Direksi/Direktur. Hal ini dijelaskan dalam Pasal

1 ayat (5) UU No. 40 Tahun 2007 dijelaskan kedudukan Direksi yaitu:

“Direksi adalah organ persero yang berwenang yang bertanggung jawab atas

pengurusan Perseroan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan tujuan perseroan

Universitas Sumatera Utara


70

serta mewakili perseroan baik didalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan

ketentuan anggaran dasar”.115

Notaris bertindak sesuai dengan Pasal 16 dalam menjalankan kewenangannya

Notaris yang diwajibkan untuk mengenal para pihak, melakukan pecocokan

dokumen yang diperlihatkan para pihak, memahami kehendak para pihak,

membacakan akta dan sebagainya.116 Notaris dalam menjalankan tugasnya harus

menjunjung tinggi kepada peraturan perundang-undangan dan jabatan notaris. Dalam

membuat akta, seorang Notaris membuat akta Notaris harus memperhatikan UUJN

No. 2 Tahun 2014. Khususnya dalam kasus diatas Notaris harus memperhatikan Pasal

38 UUJN dan Pasal 39 ayat (1) mengenai komparisi akta. Dalam Pasal 38 ayat (3)

UUJN dikatakan bahwa badan akta terdiri dari :

a. Nama lengkap, tempat tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan,

tempat tinggal para penghadap atau mereka yang mewakilinya

b. Kedudukan bertindak penghadap

c. Isi akta yang merupakan keinginan dari para pihak

d. Identitas saksi.117

Menurut Pasal 39 ayat (1) pengahadap harus memenuhi syarat sebagai

berikut:

a. Berumur 18 tahun

b. Cakap dalam bertindak.118

115
Pasal 1 ayat (5) UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
116
Pasal 16 UUJN
117
Pasal 38 ayat(3) UUJN

Universitas Sumatera Utara


71

Apabila dalam hal yang bertindak adalah badan hukum, Notaris harus

meminta/melihat anggaran dasarnya serta perubahan anggaran dasar badan hukum

tersebut agar mengetahui seseorang tersebut berhak atau tidakkah untuk mewakili

badan hukum.

Dilihat dari pasal diatas, Notaris Surya Hasan tidak memperhatikan atau tidak

mengenal penghadapnya, seharusnya Notaris dalam membuat suatu akta harus

mengenal para penghadap dan melihat kewenangan bertindak dari penghadap

tersebut. Dalam kasus tersebut, Daddy Hariadi tidak bertindak sebagai

kewenangannya artinya dia bukan seorang yang seharusnya dalam kapasitas dalam

mewakili perusahaan, tapi kenyataan syang diperbuat oleh Daddy Hariadi adalah

kewenangan bertindak seorang Direktur seolah-olah dia sebagai mewakili dalam

perusahaan . Adapun perbuatan hukum pada PT dapat diwakili oleh orang lain harus

melalui surat kuasa seperti yang disebutkan dalam Pasal 103 UU No. 40 Tahun 2007

yang berbunyi “ Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada satu (1) orang karyawan

Perseroan atau lebih atau kepada orang atau untuk dan atas nama Perseroan

melakukan perbuatan hukum tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam surat kuasa

dan kenyataan dalam putusan ada pihak yang tidak berkewenangan dalam membuat

suatu kesepakatan atau perbuatan hukum ”.

Dalam kenyataan dalam kasus No. 51/PK/TUN/2013 tidak demikian. Daddy

Hariadi selaku penghadap membuat akta pernyataan dihadapan Notaris, Maksudnya

perbuatan hukum dalam perusahaan tidak diwakili oleh Direktur melainkan dengan
118
Pasal 39 (1) UUJN

Universitas Sumatera Utara


72

diluar daripada ketentuan UU No. 40 Tahun 2007. Dalam hal ini ada pihak lain yang

melakukan perbuatan hukum yaitu membuat akta penyataan yang berisi bahwa dia

mewakili PT. Sweet Indolampung untuk Dirbursement Request.119

Maka dari itu apabila menggunakan kalimat komparisi “untuk dan atas nama”

berarti ia bertindak mewakili PT, dan yang seharusnya dalam PT yang berhak

mewakili PT dalam perbuatan hukum hanya Direktur yang bisa mewakili kecuali

diwakilkan dengan adanya kuasa dari Direktur. Dan untuk melihat susunan organ

nya, atau berwenangkah sesorang tersebut, Notaris dapat melihat dari anggaran PT

tersebut.

Dalam putusan diatas, Notaris tidak melihat dokumen Dirbursement Request

yang asli sesuai dengan anggaran dasar PT sehingga Notaris dianggap telah lalai

dalam melakukan jabatannya dan menurut penulis, atau Notaris tidak memenuhi

keontetikan akta sehingga akta tersebut batal sendirinya dan karena melakukan

pelanggaran Notaris Surya Hasan dikenakan sanksi administratif pemberhentian

sementara 6 (enam) bulan karena unsur-unsur yang dikenakan karena Notaris Surya

Hasan adalah Pasal 85 UUJN yang menyatakan bahwa Notaris Surya Hasan

melakukan tugasnya bertindak tidak jujur, tidak mandiri, tidak sesama, berpihak atau

tidak menjaga kepentingan pihak yang melakukan perbuatan hukum dan memberikan

pelayanan atau kewenangannya tidak berdasarkan dengan UUJN No. 30 Tahun 2004

yaitu melanggar Pasal 56 ayat (3) jo Pasal 15 ayat (2) hurud d UUJN yaitu membuat

fotocopy menjadi bagian suatu akta otentik tanpa surat aslinya.


119
Dirbursement Request adalah permohonan pencairan pinjaman

Universitas Sumatera Utara


73

BAB IV

UPAYA MENGHINDARI KESALAHAN DALAM KOMPARISI

A. Notaris Sebagai Pejabat Umum

Jabatan Notaris diadakan atau kehadirannya dikehendaki oleh aturan hukum

dengan maksud untuk membantu dan melayaani masyarakat yang membutuhkan alat

bukti yang tertulis yang bersifat otentik mengenai keadaan, pristiwa atau perbuataan

hukum dan dasar. Seperti ini mereka yang diangkat sebagai Notaris harus mempunyai

semangat untuk melayani masyarakat, dan atas pelayanan tersebut masyarakat yang

telah di layani oleh Notaris sesuai dengan tugas dan jabatannya, dapat memberikan

honorarium kepada Notaris. Oleh karena itu notaris tidak berarti berarti apa-apa jika

masyarakat tidak membutuhkannya.

Dengan demikian notaris merupakan jabatan publik mempunyai kraktersitik yaitu:

a. Sebagai jabatan

UUJN merupakan unifikasi di bidang penaturan jabatan notaris, artinya satu –

satunya aturan hukum dalam bentuk undang-undang yang mengatur jabatan notaris di

Indonesia sehingga segala yang berkaitan notaris di Indonesia harus mengacu kepada

undang-undang jabatan notaris.

Jabatan notaris merupakan suatau lembaga yang diciptakan oleh Negara.

Menempatkan notaries sebagai jabatan, merupakn suatu bidang pekerjaan atau tugas

yang sengaja dibuat oleh aturan hukum untuk keperluan dan fungsi tertentu

(kewenangan tertentu) serta bersifat berkesinambungan sebagai sebagai suatu

lingkungan pekerjaan tetap.120

120
Habib Adjie, Sekilas Notaris , Op.Cit, hal 22.23

73

Universitas Sumatera Utara


74

b. Kewenangan Notaris

Tugas dan wewenang notaris erat hubungannya dengan perjanjian-perjanjian,

perbuatan-perbuatan dan ketetapan-ketetapan yang diharuskan oeleh peraturan

perundang-udangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk

dinyatakan dalam akata otentik, yang menimbulkan hak dan kewajiban antara para

pihak, yaitu memberikan jaminan atau alat bukti terhadap perbuatan, perjanjian dan

ketetapan-ketetapan tersebut agar para pihak yang terlibat di dalamnya mempunyai

kepastian hukum.121

Untuk dapat diangkat menjadi Notaris seseorang harus memenuhi

persyaratan-persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 3 UUJN, yaitu sebagai

berikut:

a. Warga Negara Indonesia;


b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. Berumur paling sedikit 27 (dua puluh tujuh) tahun;
d. Sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan dengan surat keterangan sehat dari
dokter dan psikiater;
e. Berijazah sarjana hukum dan lulusan jenjang strata dua kenotariatan;
f. Telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan
.Notaris dalam waktu paling singkat 24 (dua puluh empat) bulan berturut-turut
pada kantor Notaris atas prakarsa sendiri atau atas rekomendasi Organisasi
Notaris setelah lulus strata dua kenotariatan;
g. Tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat negara, advokat, atau tidak
sedang memangku jabatan lain yang oleh undan-undang dilarang untuk
dirangkap dengan jabatan Notaris; dan
h. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara lima (5) tahun atau lebih.122

121
M.U Sembiring, Op. Cit, hal 3
122
Pasal 3 UUJN

Universitas Sumatera Utara


75

Kewenangan utama dari notaris adalah untuk membuat akta otentik, untuk

dapat suatu akta memiliki otentisitasnya sebagai akta otentik maka harus memenuhi

ketentuan sebagai akta otentik yang diatur dalam Pasal 1868 KUH Perdata, yaitu :

a. Akta itu harus dibuat oleh (door) atau di hadapan (tenberstaan) seorang pejabat
b. umum, yang berarti akta-akta notaris yang isinya mengenai perbuatan,
perjanjiandan ketetapan harus menjadikan notaris sebagai pejabat umum;
c. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang,
makadalam hal suatu akta dibuat tetapi tidak memenuhi syarat ini maka akta
tersebut
d. kehilangan otentisitasnya dan hanya mempunyai kekuatan sebagai akta di bawah
Pejabat umum oleh atau di hadapan siapa akta tersebut dibuat, harus mempunyai
wewenang untuk membuat akta tersebut, sebab seorang notaris hanya dapat
melakukan atau menjalankan jabatannya di dalam daerah hukum yang telah
ditentukan baginya. Jika notaris membuat akta yang berada di luar daerah hukum
jabatannya maka akta yang dibuatnya menjadi tidak sah.

Notaris mempunyai 4 (empat) kewenangan sehubungan dengan

pembuatanakta, yaitu :

a. Notaris harus berwenang sepanjang yang menyangkut akta yang dibuatnya.


Tidak setiap pejabat umum dapat membuat akta akan tetapi seorang pejabat
umum hanya dapat membuat akta tertentu yang ditugaskan atau dikecualikan
kepadanya berdasarkan peraturan perundang-undangan;
b. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai orang-orang untukkepentingan
siapa akta tersebut dibuat.Seorang notaris tidak berwenang untuk membuat akta
yang ditujukan kepada notaris sendiri, istrinya/suaminya, atau orang lain yang
mempunyai hubungan kekeluargaan dengan notaris baik karena perkawinan
maupun hubungan darah dalam garis keturunan lurus kebawah dan/atau ke atas
tanpa batas, serta garis keturunan ke samping derajat ke tiga, serta menjadi pihak
untuk untuk diri sendiri maupun dalam suatu kedudukan ataupun perantaraan
kuasa, hal tersebut untuk mencegah terjadinya tindakan memihak dan
penyalahgunaan jabatan;
c. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai tempat, dimana akta itu dibuat.
Bagi setiap notaris ditentukan daerah hukumnya (daerah jabatannya) dan hanya
di dalam daerah yang ditentukan notaris berwenang untuk membuat akta otentik
sedangkan akta yang dibuat di luar daerah jabatannya maka aktanya menjadi
tidak sah ;
d. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai waktu pembuat akta itu. Sebab
notaris tidak berwenang untuk membuat akta apabila notaries masih cuti atau

Universitas Sumatera Utara


76

telah dipecat dari jabatannya serta sebelum melaksanakan sumpah jabatan notaris
tidak berwenang untuk membuat akta.123

Notaris merupakan suatu profesi, oleh karena itu perlu adanya kode etik

profesi untuk mengatur tingkah laku dan prilaku Notaris dalam pelaksanaan tugas

jabatannya selain Undang-Undang jabatan Notaris yang menjadi pedoman Notaris

dalam melaksanakan tugas jabatannya. Dalam melaksanakan tugas jabatannya

seorang Notaris harus berpegang teguh pada kode etik jabatn Notaris, karena tanpa itu

harkat dan martabat profesionalisme akan hilang sama sekali.124

Etika sangat perlu dalam setiap profesi khususnya profesi hukum, etika ini

berguna sebagai rambu-rambu bagi setiap profesi hukum dalam berperilaku dalam

menjalankan tugasnya .Kode etik profesi yang baik adalah yang mencerminkan nilai

moral anggota kelompok profesi sendiri dan pihak yang membutuhkan pelayanan

profesi yang bersangkutan.125

Etika profesi hukum ini memang selayaknya diberikan kepada calon

penyandang profesi hukum sedini mugkin. Seperti yang dinyatakan oleh Franz

Magnis Suseno, etika profesi baru dapat ditegakkan apabila ada 3 ciri moralitas yang

utama, yaitu :

a. Berani berbuat dengan bertekad bertindak sesuai dengan tuntutan profesi;

b. Sadar akan kewajibannya;

123
Didi Santoso, Tanggung Notaris dalam Pembuatan Akta yang Memuat Dua Perbuatan
Hukum, Tesis, Magister Kenotariatan, Undip, Semarang, 2000, hal 42-43.
124
Suhrawardi K. Lubis. Etika Profesi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1993, hal.35.
125
Tesis Hana Yustianna Yusuf, “Pembacaan Akta Notaris Sebagai Syarat Otensititas Akta
”FH UI,2012. Hal 19.

Universitas Sumatera Utara


77

c. Memiliki idealisme yang tinggi.

Notaris harus mempunyai kesadaran bahwa tidaklah cukup hanya memiliki

kesadaran mengenai fungsi Notaris serta keterampilan teoritis dan teknis di bidang

profesi, akan tetapi yang utama adalah untuk mempertahankan sepenuhnya

kepribadian Notaris. Seorang Notaris harus menyadari bahwa pendidikan

pengetahuan adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan bagi keahlian, akan tetapi

pengenalan mengenai sifat-sifat dan hubungan-hubungan manusia tidak pula kurang

pentingnya. Kepercayaan terhadap Notaris tidak hanya dipupuk oleh keahliannya

akan tetapi jua integritasnya, kepribadian dan sikap Notaris yang bersangkutan.126

B. Dilihat Dari Asas Legalitas

Kata ”komparisi” diambil dari kata Belanda ”comparitie,” yang ditiru dari

perkataan Perancis ” comparution” yang berarti ” tindakan menghadap dalam hukum

atau didepan seorang notaris atau pejabat umum lain. Dalam dunia notariat perkataan

”komparisi” mengandung arti yang lebih luas. Komparisi tidak hanya persoalan

apakah orang yang menghadap itu mempunyai kecakapan bertindak

(rechtsbekwaam), tetapi juga apakah dia mempunyai hak untuk melakukan tindakan

(rechtsbevoegd) mengenai soal yang dinyatakan (geconstateerd) dalam surat akta.127

Komparisi (comparitie: verschijning van partijen, menghadap) merupakan

bagian suatu akta yang menyebutkan nama-nama para pihak yang membuat

perjanjian, lengkap dengan penyebutan pekerjaan dan identitas serta tempat tinggal

126
Hanna Yustiana, Op. Cit.
127
Tan Thong Kie, Op. Cit.hal 50.

Universitas Sumatera Utara


78

yang bersangkutan. Identitas di sini bukan dalam arti jati diri yang menyebutkan ciri-

ciri khusus seseorang, melainkan mengenai pekerjaan, tempat tinggal dan biasanya

juga mencakup kewenangan para pihak sehingga yang bersangkutan berhak

melakukan tindakan hukum sebagaimana dinyatakan dalam akta.128

Komparisi adalah uraian tentang posisi (kedudukan) seseorang yang

menghadap seorang notaris, apakah dia bertindak untuk diri sendiri atau sebagai

wakil orang lain ataupun dalam suatu kedudukan tertentu. Kemudian Lumban Tobing

mendefinisikan komparisi adalah keterangan - keterangan dari notaris mengenai para

penghadap atau atas permintaan siapa dibuat berita-acara129

Komparisi terletak pada bagian badan akta, hal ini dapat dilihat dari Pasal 38

ayat (3) Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN), yang dimuat setelah judul dan

awal akta, yang mengandung identitas para pihak atau pembuat perjanjian, termasuk

uraian yang dapat menunjukkan bahwa yang bersangkutan mempunyai kecakapan

(rechtsbekwaamheid) serta kewenangan (rechtshandelingen) sebagaimana dinyatakan

dalam akta.

Jadi, komparisi mengandung beberapa fungsi, yaitu:

a. menjelaskan identitas para pihak yang membuat perjanjian/akta;

b. dalam kedudukan apa dan berdasarkan apa kedudukan yang bersangkutan

bertindak;

128
Widjaya, op. cit., hal. 105.
129
Lumban Tobing, op. cit., hal. 215

Universitas Sumatera Utara


79

c. bahwa ia cakap dan berwenang melakukan tindakan hukum yang disebutkan di

dalam akta; dan ia mempunyai hak untuk melakukan tindakan yang dinyatakan

dalam akta.130

Pembuat akta adalah orang atau para pihak yang menyatakan/berjanji tentang

sesuatu di dalam akta. Paling tidak komparisinya mencakup identitas, wewenang dan

dasar hukum dari wewenang tersebut.

a. Identitas

Identitas para penghadap dan/atau orang yang mereka wakili harusmemuat:

1. Nama Lengkap;

2. Tempat dan Tanggal Lahir;

3. Kewarganegaraan;

4. Pekerjaan;

5. Jabatan;

6. Kedudukan;

7. Tempat Tinggal.

b. Kedudukan

Pembuat akta atau yang bersangkutan dapat bertindak:

1. Bertindak untuk dirinya sendiri;

Bertindak untuk diri sendiri yakni apabila ia dalam akta yang bersangkutan

dengan jalan menandatanganinya, memberikan suatu keterangan atau apabila

dalam akta itu dinyatakan adanya suatu perbuatan hukum yang dilakukannya
130
Widjaya, op. cit., hal. 107

Universitas Sumatera Utara


80

untuk diri sendiri dan untuk mana ia telah menghendaki akta itu menjadi

buktinya atau apabila dalam akta itu dinyatakan, bahwa ia ada meminta untuk

dibuatkan akta itu bagi kepentingannya sendiri dan bahwa untuk diri sendiri tidak

perlu keterangan apapun.

2. Sebagai kuasa atau penerima kuasa berdasarkan surat kuasa. Jadi, ia bertindak

untuk dan atas nama orang ataupun badan hukum; Untuk menjadi pihak (partij)

dalam suatu akta tidak diharuskan, bahwa yang bersangkutan harus hadir sendiri

dihadapan notaris, akan tetapi untuk itu seorang dapat mewakilkan dirinya

dengan perantaraan orang lain, baik dengan kuasa tertulis maupun dengan kuasa

lisan. Dalam hal yang demikian, maka yang mewakili (gemachtigde) itu adalah

pihak (partij) dalam kedudukan selaku kuasa (in hoedanigheid), sedang orang

yang diwakilinya itu adalah pihak (partij) melalui atau dengan perantaraan kuasa

(door gemachtigde).131

Sebagai wakil atau mewakili, yaitu bertindak untuk dan atas nama yang

diwakili berdasarkan peraturan atau perundang-undangan, misalnya:

a) Wali mewakili anak di bawah umur atau pengampu bagi orang yang dibawah

pengampuan

b) Direktur mewakili Perseroan Terbatas atau diwakili komisaris.

c) Menteri mewakili negara dalam keadaan khusus

d) Dengan bantuan atau persetujuan , karena memang memerlukan persyaratan

khusus, misalnya:
131
Lumban Tobing, Op. Cit., hal. 149.

Universitas Sumatera Utara


81

a. Suami/isteri, yang hendak menjual harta bersama. Untuk itu diperlukan

bantuan atau persetujuan si suami atau si isteri. Anak di bawah umur, dapat

membuat perjanjian kawin. Untuk itu perlu dibantu oleh orang yang

seharusnya memberi ijin kawin.

b. Direktur Perseroan Terbatas yang dalam melakukan tindakan hukum tertentu

memerlukan bantuan atau persetujuan seorang atau dua orang Komisaris

Perseroan. Tentunya hal ini sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam

Anggaran Dasar Perseroan tersebut. Lebih dari satu status/peran ganda,

misalnya disamping bertindak:

c. Untuk diri sendiri, juga Sebagai pemegang kuasa atau lainnya, misalnya

selaku pemegang saham.

c. Kecakapan Bertindak dan Kewenangan Bertindak

Secara umum dibedakan antara kewenangan bertindak (handelingsbevoegd)

dan kecakapan bertindak (handelingsbekwaam). Sesuai Pasal 1 ayat (2) KUH

Perdata, sejak seorang lahir, malahan anak dalam kandungan dianggap sebagai telah

dilahirkan berkedudukan sebagai subjek hukum dan sebab itu pula memiliki

kewenangan hukum. Kewenangan bertindak dari subjek hukum untuk melakukan

tindakan hukum dapat dibatasi oleh atau melalui hukum.

Setiap orang dianggap cakap melakukan perbuatan hukum, tetapi kebebasan

ini dibatasi pula oleh daya kerja hukum objektif. Adalah hukum yang membatasi dan

menetapkan batasan bagi kecakapan bertindak.

Universitas Sumatera Utara


82

Komparisi mempunyai fungsi identifikasi dan bertujuan menghindarkan para

pihak satu dengan yang lain dari terjadinya kesalahan orang. Penulisaan komparisi

harus memnuhi tata cara yang telah ditentukan oleh Undang-Undang dimana

memerlukan pemahaman kehati- hatian, ketelitian, kecermatan yang baik dalam

proses pembuatannya, Karena komparisilah yang menentukan sah atau tidaknya suatu

akta. Penulisan komparisi suatu akta beraaneka ragam bentuknya tergantung dari

pihak yang menghadap dan perjanjian pa yang dibuat oleh para pihak.132

Notaris dalam mebuat akta tidak boleh membuat kesaalahan, karena tugas

jabatannya hanya mengkonstaatair apa yang diberikan kepadanya, apa yang dilihat

dan dialaminya saja dan nmencatat daalam akta. Hal ini benar tetapi dalan

kenyataannya masih adaa notaries yang melalukan kesalahan seperti kesalahn

penulisan atau penggunaan kalimat dalam akta. Ini sering disebabkan tidak kehati –

hatian seorang notaries terhadapa dokumen beserta bukti yang ditunjukkan oleh para

pihak dalam akta atau kurang cermat dalam menerapkan syarat ketentuan yang

berlaku dalam membuat akta menurut aturan UUJN.

Oleh para Sarjana diartikan sebagai tindakan penghadap dalam perbuatan

hukum. Orang yang melakukan perbuatan hukum harus memenuhi syarat yang

ditentukan dalam hukum, yaitu:

a. Kecakapan

b. Kemampuan

c. Kewenangan

132
Santia Dewi dan R.M. Fauwas Diiradja, “panduan teori dan praktek notaries cetakan I”,
Pustaka Yustisia,2011, hal 58

Universitas Sumatera Utara


83

Untuk melakukan perbuatan hukum dan dapat bertanggung jawab secara

hukum.Peraturan-Peraturan Yang Berkaitan Khusus Dengan Komparisi :

a. Pasal 38 yang berbunyi :

(1)Setiap Akta terdiri atas:


a. awal Akta atau kepala Akta;
b. badan Akta; dan
c. akhir atau penutup Akta.
(2)Awal Akta atau kepala Akta memuat:
a. judul Akta;
b. nomor Akta;
c. jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun; dan
d. nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris.
(3)Badan Akta memuat:
a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan,
jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan/atau orang yang
mereka wakili;
b. keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap;
c. isi Akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang
berkepentingan; dan
d. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan,
kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.
(4)Akhir atau penutup Akta memuat:
a. uraian tentang pembacaan Akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
ayat (1) huruf m atau Pasal 16 ayat (7);
b. uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau
penerjemahan Akta jika ada;
c. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan,
dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi Akta; dan
d. uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam pembuatan
Akta atau uraian tentang adanya perubahan yang dapat berupa
penambahan, pencoretan, atau penggantian serta jumlah perubahannya.
(5)Akta Notaris Penggantidan Pejabat Sementara Notaris,selain memuat
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), juga
memuat nomor dan tanggal penetapan pengangkatan, serta pejabat yang
mengangkatnya.

Pasal 39 UUJN yang berbunyi :

(1) Penghadap harus memenuhi syarat sebagai berikut:


a. paling rendah berumur 18 (delapan belas) tahun atau telah menikah; dan

Universitas Sumatera Utara


84

b. cakap melakukan perbuatan hukum.


(2) Penghadap harus dikenal oleh Notaris atau diperkenalkan kepadanya oleh 2 (dua)
orang saksi pengenal yang berumur paling rendah 18 (delapan belas) tahun atau
telah menikah dan cakap melakukan perbuatan hukum atau diperkenalkan oleh 2
(dua) penghadap lainnya.

Pengenalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan secara tegas dalam Akta.

Pasal 40 UUJN

(1) Setiap Akta yang dibacakan oleh Notaris dihadiri paling sedikit 2 (dua) orang
saksi, kecuali peraturan perundang-undangan menentukan lain.
(2) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. paling rendahberumur 18 (delapan belas) tahun atau sebelumnya telah
menikah;
b. cakap melakukan perbuatan hukum;
c. mengerti bahasa yang digunakan dalam Akta;
d. dapat membubuhkan tanda tangan dan paraf; dan
e. tidak mempunyai hubungan perkawinan atau hubungan darah dalam garis
lurus ke atas atau ke bawah tanpa pembatasan derajat dan garis ke samping
sampai dengan derajat ketiga dengan Notaris atau para pihak.
(3) Saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dikenal oleh Notaris atau
diperkenalkan kepada Notaris atau diterangkan tentang identitas dan
kewenangannya kepada Notaris oleh penghadap.
(4) Pengenalan atau pernyataan tentang identitas dan kewenangan saksi dinyatakan
secara tegas dalam Akta.

Pasal 47 UUJN

a) Surat kuasa otentik atau surat lainnya yang menjadi dasar kewenangan pembuatan
akta yang dikeluarkan dalam bentuk originali atau surat kuasa dibawah tangan
wajib dilekatkan pada minuta akta.
b) Surat kuasa otentik yang dibuat dalam bentuk minuta akta tersebut tetap
merupakan akta otentik
c) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak wajib dilakukam apabila
surat kuasa telah dilekatkan pada akta yang dibuat dihadapan Notaris yang sama
dan hal tersebut dinyatakan dalam akta.133

133
Pasal 47 UUJN No. 30 Tahun 2004

Universitas Sumatera Utara


85

Akta Notaris adalah akta otentik, suatu tulisan yang sengaja dibuat untuk

membuktikan suatu peristiwa atau hubungan hukum tertentu. Sebagai suatu akta

yang otentik, yang dibuat dalam bentuk yang sudah ditentukan oleh Undang-Undang

(Pasal 38 UUJN), dibuat di hadapan pejabat-pejabat (pegawai umum) yang diberi

wewenang dan di tempat di mana akta tersebut dibuat. Maka akta notaris itu

memberikan kekuatan pembuktian yang lengkap dan sempurna bagi para pihak yang

membuatnya. Kesempurnaan akta notaris sebagai alat bukti, maka akta tersebut harus

dilihat apa adanya, tidak perlu dinilai atau ditafsirkan lain, selain yang tertulis dalam

akta tersebut.

Akta notaris merupakan perjanjian para pihak yang mengikat mereka yang

membuatnya, oleh karena itu syarat-syarat sahnya perjanjian harus dipenuhi. Pasal

1320 KUHPerdata yang mengatur tentang syarat sahnya perjanjian, ada syarat

subyektif yaitu syarat yang berkaitan dengan subjek yang mengadakan atau membuat

perjanjian, yang terdiri dari kata sepakat dan cakap bertindak untuk melakukan suatu

perbuatan hukum, dan syarat obyektif yaitu syarat yang berkaitan dengan perjanjian

itu sendiri atau berkaitan dengan objek yang dijadikan perbuatan hukum oleh para

pihak, yang terdiri dari suatu hal tertentu dan sebab yang tidak dilarang.134

Akibat hukum tertentu jika syarat subyektif tidak terpenuhi maka perjanjian

dapat dibatalkan sepanjang sepanjang ada permintaan oleh orang-orang tertentu atau

yang berkepentingan. Syarat obyektif ini jika tidak dipenuhi, maka perjanjian batal

demi hukum, tanpa perlu ada permintaan dari para pihak, dengan demikian perjanjian
134
Habib Adjie,Op. Cit. hlm. 37.

Universitas Sumatera Utara


86

dianggap tidak pernah ada dan tidak mengikat siapa pun. Syarat subyektif perjanjian

dicantumkan dalam akta notaris dalam awal akta dan syarat obyektif dicantumkan

dalam Badan Akta sebagai isi akta, Isi akta merupakan perwujudan dari Pasal 1338

KUHPerdata mengenai kebebasan berkontrak dan memberikan kepastian dan

perlindungan hukum kepada para pihak mengenai perjanjian yang dibuatnya. Dengan

demikian, jika dalam awal akta, terutama syarat-syarat para pihak yang menghadap

notaris tidak memenuhi syarat subyektif, maka atas permintaan orang tertentu

tersebut dapat dibatalkan. Jika dalam isi akta tidak memenuhi syarat objektif, maka

dianggap membatalkan seluruh badan akta, termasuk membatalkan syarat objektif.

Syarat subjektif ditempatkan sebagai sebagai bagian dari awal akta, dengan alasan

meskipun syarat subyektif tidak dipenuhi sepenjang tidak ada pengajuan pembatalan

dengan cara gugatan dari orang-orang tertentu, maka isi akta yang berisi syarat

objektif tetap mengikat para pihak, hal ini berbeda jika syarat objektif tidak dipenuhi,

maka akta dianggap tidak pernah ada. 135

Pasal yang berkaitan dengan komparisi yaitu Pasal 393 Bw Jo Pasal 370 BW

yang berbunyi “wali tidak boleh meminjam uang untuk kepentingan anak belum

dewasa, juga tidak boleh mengasingkan atau menggadaikan barang-barang tak

brgerak, pula tidak boleh menjual atau memindahtangankan surat-surat utang Negara,

piutang-piutang dan andil-andil, tanpa memperoleh kuasa untuk itu dari Pengadilan

Negeri, Pengadilan Negeri tidak akan memberikan kuasa ini, kecuali atas dasar

keperluan yang mutalak atau bila jelas bermanfaat dan setelah mendengar atau
135
Ibid

Universitas Sumatera Utara


87

memanggil dengan sah keluarga semenda atau sedarah anak belum dewasa dan wali

pengawas.

ATAU jo Pasal 370 :

Kewajiban wali pengawas adalah mewakili kepentingan anak belum dewasa,

bila kepentingan ini bertentangan dengan kepentingan wali tanpa mengurangi

kewajiban-kewajiban khusus, yang dibebankan kepada Balai Harta Peninggalan

dalam surat instruksinya pada waktu Balai harta Peninggalan itu diperintahkan

memangku perwalian pengawas.Dengan ancaman hukuman mengganti biaya,

kerugian dan bunga, wali pengawas wajib memaksa wali untuk membuat daftar atau

perincian barang-barang harta peninggalan dalam segala warisan yang jatuh ke

tangan anak belum dewasa.

Didalam hukum pidana, salah satu asas dalam hukum pidana adalah asas

kesalahan merupakan suatu yang fundamental, karena asas tersebut meresap dalam

hampir semua ajaran-ajaran penting hukum pidana.Dilihat dari bentuknya, kesalahan

itu dibagi menjadi dua yaitu kesengajaan dan kealpaan.136

Sebagai pejabat umum Notaris harus bertanggung jawab terhadap akta yang

dibuatnya sehingga apabila terjadi masalah, maka dapat dipertanyakan apakah akibat

kesalahan notaris atau pihak penghadap yang tidak jujur.

Pasal-pasal pidana yang dapat muncul dalam pelaksanaan tugas/jabatan Notaris

antara lain :

a. Pasal tentang pemalsuan yaitu pasal 263 dan 264 KUHP

b. Pasal tentang penggelapan yaitu pasal 372 dan 374 KUHP

136
Notary.my.id, diakses 28 juli 2016.

Universitas Sumatera Utara


88

c. Pasal tentang memberikan keterangan palsu dibawah sumpah sebagaimana diatur

dalam Pasal 242K UHP.137

Dalam hal tersebut jika dalam peran notaris sangat penting maka notaris harus

seusai delam membuat akta dan memperhatikan semua dokumen dan sesuai dengan

ketentuan lain seperti kebiasaan yang dilakukan di masyarakat pada umumnya, jika

tidak maka bukan sanksi admunistarasi saja yang akan di dapat oleh seorang notaris

melainkan sanksi moral terhadap perbuatannnya.

Undang-Undang lain yang berhubungan dengan komparisi adalah :UU

No.1/1974 Dan PP No.9/1975 Yaitu Pasal 31 Dan Pasal 36 danUU No.13/1985

Tentang Aturan Bea Materai.138

C. Dilihat dari Asas Pelaksanaan Tugas Notaris

1. Asas Kepastian Hukum

Indonesia merupakan negara hukum dimana negara hukum bertujuan untuk

menjamin bahwa kepastian hukum terwujud dalam masyarakat. Hukum bertujuan

untuk mewujudkan kepastian dalam hubungan antara manusia, yaitu menjamin

prediktabilitas, dan juga bertujuan untuk mencegah bahwa hak yang terkuat yang

berlaku.

Menurut Abdullah Choliq, Implementasi asas kepastian hukum ini menuntut

dipenuhinya hal-hal sebagai berikut :

137
Ibid
138
Tri mulhayati.blogspot.co.id,” Bentuk dan sifat akta” diakses 28 Juli 2016

Universitas Sumatera Utara


89

1. Syarat legalitas dan konstitusionalitas, tindakan pemerintah dan pejabatnya


bertumpu pada perundang-undangan dalam kerangka konstitusi.
2. Syarat Undang-Undang menetapkan berbagai perangkat aturan tentang cara
pemerintah dan para pejabatnya melakukan tindakan.
3. Syarat perundang-undangan hanya mengikat warga masyarakat setelah
diundangkan dan tidak berlaku surut (Non Retroaktif).
4. Asas peradilan bebas terjaminnya obyektifitas, imparsialitas, adil dan manusiawi.

Persoalan kepastian hukum bukan lagi semata-mata menjadi tanggung jawab

negara seorang. Kepastian hukum itu harus menjadi nilai bagi setiap pihak dalam

sendi kehidupan, di luar peranan negara itu sendiri dalam penerapan hukum legislasi

maupun yudikasi. Setiap orang atau pihak tidak diperkenankan untuk bersikap atau

bertindak semena-mena.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, notaris dalam menjalankan tugas

jabatannya wajib berpedoman secara normatif kepada aturan hukum yang berkaitan

dengan segala tindakan yang akan diambil untuk kemudian dituangkan dalam akta.

Bertindak berdasarkan aturan hukum yang berlaku tentunya akan memberikan

kepastian kepada para pihak, bahwa akta yang dibuat di hadapan atau oleh notaris

telah sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, sehingga jika terjadi

permasalahan,akta notaris dapat dijadikan pedoman oleh para pihak.139

2. Asas Persamaan

Sesuai dengan perkembangan zaman, institusi Notaris telah menjadi bagian

dari masyarakat Indonesia dengan lahirnya UUJN semakin meneguhkan institusi

Notaris. Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat tidak membeda-bedakan

139
Putri AR, “,hal 29

Universitas Sumatera Utara


90

satu dengan yang lainnya berdasarkan keadaan sosial ekonomi atau alasan lainnya.

Alasan-alasan seperti ini tidak dibenarkan untuk dilakukan oleh Notaris dalam

melayani masyarakat, hanya alasan hukum yang dapat dijadikan dasar bahwa Notaris

dapat tidak memberikan jasa kepada yang menghadap Notaris. Bahkan dalam

keadaan tertentu Notaris wajib memberikan jasa hukum di bidang kenotariatan secara

Cuma-Cuma kepada yang tidak mampu (Pasal 37 UUJN).140

3. Asas Kepercayaan

Jabatan Notaris merupakan jabatan kepercayaan yang harus selaras dengan

mereka yang menjalankan tugas jabatan Notaris sebagai orang yang dapatdipercaya.

Notaris sebagai jabatan kepercayaan, wajib untuk menyimpan rahasia mengenai akta

yang dibuatnya dan keterangan/pernyataan para pihak yang diperoleh dalam

pembuatan akta, kecuali undang-undang memerintahkannya untuk membuka rahasia

dan memberikan keterangan/pernyataan tersebut kepadapihak yang memintanya.

Antara Jabatan Notaris dan Pejabatnya (yangmenjalankan tugas Jabatan Notaris)

harus sejalan bagaikan dua sisi mata uangyang tidak dapat dipisahkan. 141

Salah satu bentuk Notari sebagai jabatan kepercayaan, maka Notaris

mempunyai kewajiban untuk merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang

dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan

sumpah/ janji jabatan kecuali undang-undang menentukan lain (pasal 16 ayat 1 huruf

f UUJN). Berkaitan dengan Pasal 16 ayat (1) huruf f UUJN merupakan kelengkapan

140
Habib Adjie, Op. Cit, hal 76
141
Habib Adjie, “Saksi perdata dan Administrasi….” Op. Cit. hal 83.

Universitas Sumatera Utara


91

kepada Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya sebagai Kewajiban Ingkar

Notaris.142

4. Asas Kehati-Hatian

Asas kehati-hatian ini merupakan penerapan dari Pasal 16 ayat (1) huruf a,

antara lain dalam menjalankan tugas jabatannya notaris wajib bertindak seksama.

Pelaksanaan asas kecermatan wajib dilakukan dalam pembuatan akta dengan :66

a. Melakukan pengenalan terhadap penghadap berdasarkan identitasnya yang

diperlihatkan kepada notaris.

b. Menanyakan, kemudian mendengarkan dan mencermati keinginan atau kehendak

para pihak tersebut.

c. Memeriksa bukti surat yang berkaitan dengan keinginan atau kehendak para

pihak tersebut.

d. Memberikan saran dan membuat kerangka akta untuk memenuhi keinginan atau

kehendak para pihak tersebut.

e. Memenuhi segala teknik administratif pembuatan akta notaris, seperti

pembacaan, penandatanganan, memberikan salinan dan pemberkasan untuk

minuta.

f. Melakukan kewajiban lain yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas jabatan

notaris.

Notaris mempunyai peranan untuk menentukan suatu tindakan dapat

dituangkan dalam bentuk akta atau tidak. Sebelum sampai pada keputusan seperti ini,

142
Ibid

Universitas Sumatera Utara


92

notaris harus mempertimbangkan dan melihat semua dokumen yang diperlihatkan

kepada notaris, meneliti semua bukti yang diperlihatkan kepadanya, mendengarkan

keterangan atau pernyataan para pihak. Keputusan tersebut harus didasarkan pada

alasan hukum yang harus dijelaskan kepada para pihak. Pertimbangan tersebut harus

memperhatikan semua aspek hukum termasuk masalah hukum yang akan timbul

dikemudian hari. Selain itu, setiap akta yang dibuat di hadapan atau oleh notaris harus

mempunyai alasan dan fakta yang mendukung untuk akta yang bersangkutan atau ada

pertimbangan hukum yang harus dijelaskan kepada para pihak/penghadap.143

5. Asas Profesionalisme

Dalam Pasal 16 ayat (1) huruf d, Notaris wajib memberikan pelayanan sesuai

dengan ketentuan dalam UUJN, kecuali ada alasan untuk menolaknya. Asas ini

mengutamakan keahlian (keilmuan) Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya,

berdasarkan UUJN dan kode etik Notaris. Tindakan professional Notaris dalam

menjalankan tugas jabatannya diwujudkan dalam melayani masyarakat dan akta yang

dibuat dihadapan oleh Notaris.

D. Upaya Pembinaan dan Pengawasan Notaris

Menurut pendapat Sujamto, yang dimaksud dengan pengawasan adalah segala

usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya

143
Habib Adjie, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia (Kumpulan Tulisan
Tentang Notaris dan PPAT), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009, hal 108

Universitas Sumatera Utara


93

tentang pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sudah sesuai dengan yang

semestinya atau tidak.144

Salah satu dasar hukum yang mengatur tentang pengawasan terhadap Notaris

dalam menjalankan tugas dan jabatannya adalah Pasal 1 butir 6 Undang-Undang

Jabatan Notaris, menyatakan bahwa Majelis Pengawas adalah suatu badan yang

mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk rnelaksanakan pembinaan dan

pengawasan terhadap Notaris.

Undang-undang jabatan Notaris telah memberikan suatu prosedur khusus

dalam penegakan hukum terhadap Notaris perlindungan hukum terhadap Notaris

dituangkan dalam Pasal 66 Undang-Undang Jabatan Notaris yang menetapkan,

bahwa untuk proses peradilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim dengan

persetujuan Majelis Pengawas Daerah berwenang untuk mengambil fotokopi minuta

akta dan atau surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta atau protokol Notaris

dalam penyimpanan dengan Persetujuan Majelis Pengawas Daerah (MPD).

Kemudian MPD melaksanakan rapat pleno dan hasil rapat tersebut dapat dijadikan

penyidik sebagai dasar melakukan pemanggilan.

Untuk menindak Notaris nakal seharusnya UU Jabatan Notaris memuat

ketentuan pidana khusus bagi Notaris jika melanggar jabatan. Baik itu pidananya

berupa denda, kurungan atau penjara sebab Notaris bertugas membuat akta. Dengan

akta itu, Notaris bisa menyebabkan seseorang hilang hak. Apabila hak orang hilang,

144
Sujamto, Aspek Aspek-aspek Pengawasan Di Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 1993),
Hal. 53

Universitas Sumatera Utara


94

otomatis masyarakat akan dirugikan karena itu perilaku Notaris perlu diawasi. Sesuai

dengan Pasal 70 ayat 1 UUJN majelis pengawas berwenang menyelenggarakan

sidang untuk memeriksa dan mengambil keputusan atas dugaan pelanggaran kode

etik.

Berdasarkan ketentuan tersebut harus diartikan bahwa sebagaimana Majelis

Pengawas Notaris merupakan organ penegak hukum yang satu-satunya berwenang

menentukan ada atau tidaknya kesalahan dalam pelanggaran profesi jabatan Notaris.

Peranan Majelis Pengawas Notaris untuk memberikan jaminan kepastian hukum bagi

Notaris sebagai suatu profesi dari campur tangan pihak manapun termasuk

pengadilan dalam menentukan kesalahan Notaris dalam menjalankan jabatannya.145

Menurut Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor. 2 Tahun 2004 Tentang

Jabatan Notaris, Majelis Pengawas Notaris merupakan suatu badan yang memiliki

wewenang dan untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris.146

Pengawasan yang dilakukan oleh Majelis tidak hanya pelaksanaan tugas

jabatan Notaris agas sesuai dengan ketentuan UUJN, tapi juga Kode Etik Notaris dan

tindak-tanduk atau perilaku kehidupan Notaris yang dapat mencederai keluhuran

martabat jabatan Notaris. Dalam pengawasan Majelis Pengawas (Pasal 67 ayat (5)

145
Tesis Ratih Tri Jayanati, Perlindungan Hukum Notaris dalamkaitannya Dengan Akta
YangDibuatnya Manakala Ada Sengketa Di Pengadilan Negeri(Studi Kasus Putusan Pengadilan
Negeri Pontianak No. 72/pdtg/pn.Pontioanak) Program Studi Magister Kenotariatan Universitas
Diponegoro, 2010, hal 63
146
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.01-
HT.03.01 Tahun 2006 tentang Syarat dan Tata Cara Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian
Notaris, Majelis Pengawas Notaris. Pasal 1 ayat (6)

Universitas Sumatera Utara


95

UUJN), hal ini menunjukan sangat luas ruang lingkup pengawasan yang dilakukan

oleh Majelis Pengawas.147

Dalam melaksanakan tugasnya Majelis Pengawas ini terdiri atas 3 (tiga)

Majelis yang berjenjang yaitu :148

1. Majelis Pengawas Pusat, yang dibentuk dan berkedudukan di Ibukota negara;

2. Majelis Pengawas Wilayah, yang dibentuk dan berkedudukan di provinsi;

3. Majelis Pengawas Daerah, yang dibentuk dan berkedudukan di kabupaten atau

kota.

Menurut Pasal 70 UUJN kewenangan Majelis Pengawas Daerah Notaris,

meliputi:

1. Menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran Kode


Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan jabatan Notaris;
2. Melakukan pemeriksaan terhadap Protokol Notaris secara berkala 1 (satu) kali
dalam waktu 1 (satu) tahun atau pada setiap waktu yang dianggap perlu;
3. Memberikan ijin cuti sampai dengan waktu 6 (enam) bulan;
4. Menetapkan Notaris Pengganti dengan memperhatikan usul Notaris yang
bersangkutan;
5. Menentukan tempat penyimpanan Protokol Notaris yang pada saat serah terima
Protokol Notaris, Notaris telah berumur 25 (dua puluh lima ) tahun atau lebih;
6. Menunjuk Notaris yang akan bertindak sebagai pemegang sementara Protokol
Notaris yang diangkat ebagai Pejabat Negara;
7. Menerima laporan dari masyarakatmengenai adanya dugaan pelanggaran Kode
Etik Notaris atau pelanggaran ketentuan dalam Undang-Undang Nomor. 30
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris;
8. Menyampaikan laporan pada Nomor 1 (satu) sampai dengan nomor 7 (tujuh)
kepada Majelis Pengawas Wilayah Notaris.149
Menurut Pasal 71, Majelis Pengawas Daerah Notaris berwenang:

147
Ibid, Habib Adjie, Sanksi Perdata dan…. Hal. 144-145
148
Pasal 67 ayat (5) UUJN
149
UUJN No. 2 Tahun 2014 Pasal 70

Universitas Sumatera Utara


96

1. Mencatat dalam buku daftar yang termasuk dalam Protokol Notaris dengan
menyebutkan tanggal pemeriksaan, jumlah Akta serta jumlah surat di bawah
tangan yang disahkan dan yang dibuat sejak tanggal pemeriksaan terakhir;
2. Membuat berita acara pemeriksaan dan menyampaikannya kepada Majelis
Pengawas Wilayah Notaris, dengan tembusan kepada Notaris yang bersangkutan,
Organisasi Notaris dan Majelis pengawas Pusat;
3. Merahasiakan isi akta dan hasil pemeriksaan;
4. Menerima salinan yang telah disahkan dari daftar akta dan daftar lain dari
Notaris yang merahasiakannya;
5. Memeriksa laporan masyarakat terhadap Notaris dan menyampaikan hasil
pemeriksaan tersebut kepada Majelis Pengawas Wilayah Notaris dalam waktu 30
(tiga puluh) hari, dengan tembusan kepada pihak yang melaporkan, Notaris
terlapor, Majelis Pengawas Pusat dan Organisasi Notaris.
Menurut Pasal 73 ayat (1) UUJN diatur juga mengenai wewenang MPD yang

berkaitan dengan :

a. Menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil keputusan atas


laporan masyarakat yang disampaikan melalui MPW;
b. Memanggil Notaris terlapor untuk dilakukan pemeriksaan atas laporan
sebagaimana dimaksud pada huruf a;
c. Memberikan izin cuti lebih dari 6 (enam) bulan sampai 1 (satu) tahun;
d. Memeriksa dan memutus atas keputusanMPD yang memberikan sanksi berupa
teguran lisan atau tertulis;
e. Mengusulkan pemberian sanksi terhadap Notaris kepada MPP berupa :
(1)Pemberhentian sementara 3 (tiga) bulan sampai dengan 6 (enam) bulan, atau
(2) Pemberhentian dengan tidak hormat.
f. Membuat berita acara atas setiap keputusan penjatuhan sanksi sebagaimana
dimaksud pada huruf e dan huruf f. 150

Menurut Pasal 73 ayat (2) UUJN, Keputusan MPW sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf e bersifat final, dan terhadap setiap keputusan penjatuhan sanksi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dan huruf f dibuatkan berita acara (Pasal

73 Ayat (3) UUJN). 151

150
Pasal 72 ayat (1) UUJN
151
Ibid ayat (2)

Universitas Sumatera Utara


97

Dalam Pasal 77 UUJN diatur mengenai wewenang MPP yang berkaitan

dengan :

a. Menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil keputusan dalam


tingkat banding terhadap penjatuhan sanksi dan penolakan cuti;
b. Memanggil Notaris terlapor untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada huruf a;
c. Menjatuhkan sanksi pemberhentian sementara;
d. Mengusulkan pemberian sanksi berupa pemberhentian dengan tidak hormat
kepada Menteri.152

E. Upaya Hukum Notaris Terhadap Sanksi Administrarif

Majelis Pengawas juga diberi wewenang untuk menyelenggarakan sidang

adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris (Pasal 70 huruf a UUJN). Pemberian

wewenang seperti itu telah memberikan wewenang yang sangat besar kepada Majelis

Pengawas. Bahwa Kode Etik Notaris merupakan pengaturan yang berlaku untuk

anggota organisasi Notaris, jika terjadi pelanggaran atas Kode Etik Notaris tersebut,

maka organisasi Notaris melalui Dewan Kehormatan Notaris (Daerah, Wilayah, dan

Pusat) berkewajiban untuk memeriksa Notaris tersebut dan menyelenggarakan sidang

pemeriksaan atas pelanggaran tersebut. Jika terbukti, Dewan Kehormatan Notaris

dapat memberikan sanksi atas keanggotaan yang bersangkutan pada organisasi

jabatan Notaris.

Adanya pemberian wewenang seperti itu kepada Majelis Pengawas Notaris,

merupakan suatu bentuk pengambilalihan wewenang dari Dewan Kehormatan

Notaris. Pelanggaran atas Kode Etik harus diperiksa oleh Dewan Kehormatan Notaris

sendiri tidak perlu diberikan kepada Majelis Pengawas, sehingga jika Majelis

152
Pasal 77 UUJN

Universitas Sumatera Utara


98

Pengawas menerima laporan telah terjadi pelanggaran Kode Etik Notaris, sangat tepat

jika laporan seperti itu diteruskan kepada Dewan Kehormatan Notaris, untuk

diperiksa dan diberikan sanksi oleh Dewan Kehormatan Notaris atau dalam hal ini

Majelis Pengawas harus memilah dan memilih laporan yang menjadi kewenangannya

dan laporan yang menjadi kewenangan Dewan Kehormatan Notaris. Kehormatan

organisasi Notaris, salah satunya yaitu dapat mengontrol perilaku para anggotanya

sendiri dan memberikan sanksi kepada yang terbukti melanggar.153 Pengawasan

berupa tindak tanduk atau perilaku Notaris tidak mudah untuk diberi batasan. Sebagai

contoh Pasal 9 ayat (1) huruf c UUJN menegaskan salah satu alasan Notaris

diberhentikan sementara dari jabatannya, yaitu melakukan perbuatan tercela.

Penjelasan pasal tersebut memberikan batasan bahwa yang dimaksud dengan

perbuatan tercela adalah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma

agama, norma kesusilaan,dan norma adat.

Pasal 12 huruf c UUJN menegaskan bahwa salah satu alasan Notaris

diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya oleh Menteri atas usul Majelis

Pengawas Pusat yaitu melakukan perbuatan yang merendahkan kehormatan dan

martabat jabatan Notaris. Penjelasan pasal tersebut memberikan batasan bahwa yang

dimaksud dengan “perbuatan yang merendahkan kehormatan dan martabat” misalnya

berjudi, mabuk, menyalahgunakan narkoba, dan berzina.154 Perilaku atau tindak

153
Ibid.
154
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


99

tanduk Notaris yang berada dalam ruang lingkup pengawasan Majelis Pengawas di

luar pengawasan tugas pelaksanaan tugas jabatan Notaris, dengan batasan:155

a. Melakukan perbuatan tercela yang bertentangan dengan norma agama, norma

kesusilaan, dan norma adat.

b. Melakukan perbuatan yang merendahkan kehormatan dan martabat jabatan

c. Notaris, misalnya berjudi, mabuk, menyalahgunakan narkoba, dan berzina.

Pemeriksaan Notaris oleh Majelis Pengawas Notaris

Pasal 70 huruf b UUJN dan Pasal 16 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004,

menentukan MPD berwenang melakukan pemeriksaan terhadap Protokol Notaris

secara berkala 1 (satu) kali dalam (satu) tahun atau setiap waktu yang dianggap perlu.

Majelis atau Tim Pemerikasa dengan tugas seperti ini hanya ada pada MPD saja,

yang merupakan tugas pemeriksaan rutin atau setiap waktu yang diperlukan, dan

langsung dilakukan di kantor Notaris yang bersangkutan. Tim Pemeriksa ini sifatnya

insidentil (untuk pemerikasaan tahunan atau sewaktu-waktu) saja, dibentuk oleh

Majelis Pengawas Daerah jika diperlukan.156

Pemeriksaan yang dilakukan Tim Pemerikasa meliputi pemerikasaan:157

1. Kantor Notaris (alamat dan kondisi fisik kantor);

2. Surat Pengangkatan sebagai Notaris;

3. Berita Acara sumpah jabatan Notaris;

4. Surat keterangan izin cuti Notaris;

155
Ibid. Hal. 146
156
Ibid
157
Ibid

Universitas Sumatera Utara


100

5. Sertifikat cuti Notaris;

6. Protokol Notaris yang terdiri dari:

a. Minuta akta;
b. Buku daftar akta atau repertorium;
c. Buku khusus untuk mendaftarkan surat dibawah tangan yang disahkan tanda
tangannya dan surat dibawah tangan yang dibukukan;
d. Buku daftar nama penghadap atau klapper dari daftar akta dan daftar surat
dibawah tangan yang disahkan;
e. Buku daftar protes;
f. Buku daftar wasiat;
g. Buku daftar lain yang harus disimpan oleh Notaris berdasarkan ketentuan
perudang-undangan.
7. Keadaan arsip;

8. Keadaan penyimpanan akta (penjilidan dan keamanannya);

9. Laporan bulanan pengiriman salinan yang disahkan dari daftar akta, daftar surat

dibawah tangan yang disahkan, dan daftar durat dibawah tanagn yangdibukukan;

10. Uji petik terhadap akta;

11. Penyerahan protokol berumur 25 tahun atau lebih;

12. Jumlah pegawai yang terdiri atas:

a. Sarjana;dan

b. Non sarjana

13. Sarana kantor, antara lain:

a. Komputer;

b. Meja;

c. Lemari

d. Kursi tamu;

e. Mesin tik;

Universitas Sumatera Utara


101

f. Filling cabinet;

g. Pesawat telepon/faksimili/internet.

14. Penilaian pemeriksaan; dan

15. Waktu dan tanggal pemerikasaan.

Pasal 20 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004, menentukan bahwa pemerikasaan

terhadap Notaris dilakukan juga oleh Majelis Pemeriksa (Daerah, Wilayah dan

Pusat), yang sifatnya insidentil saja, dengan kewenangan memeriksa menerima

laporan yang diterima dari masyarakat atau dari sesama Notaris (Pasal 20 ayat (2)

Peraturan Menteri).158

Instansi utama yang melakukan pengawasan dan pemerikasaan terhadap

Notaris, yaitu Majelis Pengawas. Untuk kepentingan tertentu Majelis Pengawas

membentuk Tim Pemeriksa dan Majelis Pemeriksa (Daerah, Wilayah dan Pusat).

Dengan demikian ada 3 (tiga) institusi dengan tugas melakukan pengawasan dan

pemeriksaan terhadap Notaris dengan kewenangan masing-masing, yaitu:159

1. Majelis Pengawas (Daerah, Wilayah dan Pusat); dengan kewenanganmelakukan

pengawasan terhadap pelaksanaan tugas jabatan Notaris danKode Etik Notaris

dan tindak tanduk atau perilaku kehidupan Notaris.

2. Tim Pemeriksa; dengan kewenangan melakukan pemeriksaan terhadapProtokol

secara berkala 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau setiap waktuyang dianggap

perlu.

158
Ibid hal 148
159
Ibid

Universitas Sumatera Utara


102

3. Majelis Pemeriksa (Daerah, Wilayah dan Pusat), dengan kewenangan

untukmemeriksa menerima laporan yang diterima dari masyarakat atau darisesama

Notaris.

Pengaturan pengawasan dan pemeriksaan seperti itu memperpanjang rantai


pengawasan dan pemeriksaan dengan keharusan Majelis Pengawas untuk membentuk
Tim Pemeriksa dan Majelis Pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan tertentu. Lebih
baik yang melakukan pengawasan dan pemeriksaan Notaris yaitu Majelis Pengawas
saja dengan segala kewenangan yang ada menurut UUJN dan Peraturan Menteri
tersebut.160

160
Ibid

Universitas Sumatera Utara


103

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Orang yang melakukan perbuatan hukum harus memenuhi syarat yang ditentukan

dalam hukum, yaitu kecakapan, kemampuan dan kewenangan.

Komparisi akta otentik terdiri dari identitas para penghadap dan/atau orang yang

mereka wakili harus memuat nama lengkap, tempat dan tanggal lahir,

kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan/kedudukan dan tempat tinggal, Kedudukan

Pembuat akta atau yang bersangkutan dapat bertindak untuk dirinya sendiri yaitu

bertindak untuk diri sendiri yakni apabila ia dalam akta yang bersangkutan

dengan jalan menandatanganinya, memberikan suatu keterangan atau apabila

dalam akta itu dinyatakan adaya suatu perbuatan hukum yang dilakukannya

untuk diri sendiri dan untuk mana ia telah menghendaki akta itu menjadi

buktinya atau apabila dalam akta itu dinyatakan, bahwa ia ada meminta untuk

dibuatkan akta itu bagi kepentingannya sendiri dan sebagai kuasa atau penerima

kuasa berdasarkan surat kuasa. Jadi, ia bertindak untuk dan atas nama orang

ataupun badan hukum dan sebagai wakil atau mewakili, yaitu bertindak untuk

dan atas nama yang diwakili berdasarkan peraturan atau perundang-undangan,

misalnya wali mewakili anak di bawah umur atau pengampu bagi orang yang

dibawah pengampuan, Direktur mewakili Perseroan Terbatas atau diwakili

103

Universitas Sumatera Utara


104

komisaris, Menteri mewakili negara dalam keadaan khusus, dan dengan bantuan

atau persetujuan.

2. Notaris apabila melakukan pelanggaran dapat dikenakan sanksi administrasi,

sanksi perdata maupun sanksi pidana. Dalam perdata apabila notaris melakukan

pelanggaran akan dikenakan sanksi biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris

sesuai dengan Pasal 41 UUJN, sedangkan sanksi administrasi apabila Notaris

melanggar Pasal 85 UUJN yang mengakibatkan teguran lisan, teguran tulisan,

pemberhentian sementara, pemberhentian tidak hormat dan pemberhentian

hormat. Dan dalam sanksi pidana apabila melanggar pasal 263 dan 264

KUHPidana. Dan dalam kasus No. 51/PK/TUN/2013, Notaris surya Hasan

(tergugat) dikenakan sanksi administrasi yang melanggar ketentuan Pasal 85

UUJN karena membuat kesalahan komparisi akta yang menyatakan kewenangan

bertindak seseorang seolah-olah berhak mewakili suatu badan hukum sehingga

dikenakan sanksi pemberhentian sementara selama 6 (enam) bulan.

3. Membuat komparisi berdasarkan UUJN yaitu sesuai dengan Pasal 38 ayat 2 dan

3, Pasal 39, Pasal 40, Pasal 47, Pasal 393 Bw Jo Pasal 370 BW, UU No.1/1974

Dan PP No.9/1975 Yaitu Pasal 31 Dan Ps 36, UU No.13/1985 Tentang Aturan

Bea Materai, dan Peraturan hukum lainnya dan dalam melakukan tugas

jabatannya sesuai dengan asas-asas perbuatan Notaris seperti asas kepastian

hukum, asas profesionalisme, asas kehati-hatian, asas kepercayaan, asas

persamaan, dan asas kepercayaan.

Universitas Sumatera Utara


105

B. Saran

1. Perlu adanya prinsip kehati-hatian seorang Notaris dalam melaksanakan

tugasnya, harus berdasarkan UUJN agar tidak terjadi kesalahan atau kelalaian

yang disengaja maupun tidak disengaja dalam membuat akta dengan lebih

memperhatikan atau mengenal jelas penghadap dan dokumen-dokumen yg

dibawanya.

2. Agar Notaris Surya Hasan dalam putusan No. 51/PK/TUN/2013 tidak

mengulangi kesalahannya kembali dan lebih profesional terhadap jabatan dan

kode etik notaris dan harus mengetahui peraturan perundang-undangan lain

seperti UU PT No. 40 Tahun 2007.

3. Perlu ditingkatkan lagi Tugas Majelis Pengawas Notaris agat tidak adanya

ketidakadilan putusan antara Notaris dengan Pihak lain (bukan Notaris)

Universitas Sumatera Utara


106

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdul Ghofur Anshori, Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum dan


Etika, UII Press, Yogyakarta

Acmad Ali, Menguak Tabir Hukum : Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, 2002,
PT. Gunung Agung Tbk, Jakarta,

Azizah, Hukum Perseroan Terbatas, 2016, Setara Press, Malang


Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan Terbatas berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007,
2013, Permata Aksara, Jakarta

Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun
2004 Tentang Jabatan Notaris), 2009, PT. Rafika Aditama, Bandung.

__________, “Sekilas Dunia Notaris dan PPAT Indonesia”, 2009, Mondar maju,
Bandung

__________, “Sanksi Perdata dan Administratif terhadap Notaris Sebagai Pejabat


Publik”, 2009, PT. Refika Aditama, Bandung

__________, Meneropong Khazanah Notaris dan PPAT Indonesia (Kumpulan


Tulisan Tentang Notaris dan PPAT), 2009, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

__________, Kebatalan dan Pembatalan akta Notaris, 2011, Refika Aditama,


Bandung

__________, Kebatalan dan Akta Notaris, 2013, PT. Refika Aditama, Bandung
G.H.S. Lumban, Peraturan Jabatan Notaris, 1983, Erlangga, Jakarta.

__________, Peraturan Jabatan Notaris, 1999, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hans Kelsen (Ahli bahasa oleh Somardi), Teori Umum Hukum dan Negara, 2007,
BEE media Indonesia, Jakarta.

____________, Teori Hukum Murni, 2006, Terjemahan Raisul Mutaqien, Nuansa &
Nusamedia, Bandung.

106

Universitas Sumatera Utara


107

Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, 2007,


PT. Citra Aditya Bakti: Bandung.

H.R Otje Salman dan Anthon F. Susanto, Theori Hukum (Mengingat, Mengumpulkan
Dan Membuka Kembali), 2004, Rafika Aditman, Bandung.

I.G. Rai Widjaya, Merancang suatu Kontrak, cet 2, 2004, Kesaint Blanc, Bekasi.
Jan M. Otta, Teori Hukum dan Aplikasinya, 2006, Jakarta Sinar Grafika, Jakarta
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, 2008, Mandar Maju,
Yogyakarta.

Lili Rasyidi dan Putra, I. B. Wiyasa, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung, Remaja
Rosdakarya

Liliana Tedjosaputro, Etika Propesi dan propesi Hukum, 2003, Aneka Ilmu,
Semarang

Marzuki, Piter Mahmud, Penelitian Hukum, 2006, Kencana, Jakarta.


M.Ali Budiarto, Kompilasi Kaidah Hukum Putusan Mahkamah Agung , Hukum
Acara Perdata Setengah Abad, 2004, Swa Justitia, Jakarta.

M.U Sembiring, Tehnik Pembuatan Akta, 1997, Program Pendidikan Spesialis


Notariat Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum, cet.1, 2002, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Nico, Tanggung Jawab Notaris Selaku Pejabat Umum, 2003, CBSBL, Yogyakarta.
Paulus J.Soepratignja, Teknik Pembuatan Akta Kontrak, 2012, Cahaya Atma Pustaka,
Yogyakarta.

Philipus M. Hadjon, dkk, Pemerintah Menurut Hukum (Wet-en Rechtmatig Bestuur),


Cetakan Pertama, 1993, Yuridika, Surabaya.
Raden Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia suatu Penjelasan,
cetakan kedua, 1993, RAJA Grafindo Persada, Jakarta.

R. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, 1980, Intermasa, Jakarta.


R. Subekti, R Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, 2008, Pradya
Paramita, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


108

Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum Dan Jurimetri, 1983, Ghalia
Indonesia, Semarang.
Salim HS, Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum, 2012, Rajawali Pers, Jakarta.
Santia Dewi dan R.M. Fauwas Diiradja, “Panduan Teori dan Praktek Notaris cetakan
I”, 2011, Pustaka Yustisia.
Sudarto, Hukum Pidana I, 1987/1988 Badan Penyediaan Bahan-bahan Kuliah
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang.

Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indoensia, 1995, Penerbit: Liberty


Yogyakarta.

Suhrawardi K, Lubis. Etika Profesi Hukum, 1993, Sinar Grafika, Jakarta.


Sujamto, Aspek Aspek-aspek Pengawasan Di Indonesia, 1993, Sinar Grafika, Jakarta
Soerjono Soekanto, Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris, 1990, Indhill-
co, Jakarta.

Soerjono dan Sri Mahudji, Perlindungan Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
1995, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Wawan Tunggal Alam, Hukum Bicara (Kasus – Kasus dalam Kehidupan Sehari –
hari), 2011, Milenia Populer, Jakarta.

Tan Thong Kie, Buku I Studi dan Serba Serbi Praktek Notariat, 2000, Ichtiar Baru
Van Hoeve, Jakarta.

Paulus J.Soepratignja, Teknik Pembuatan Akta Kontrak, Cahaya Atma Pustaka, 2012
Yogyakarta.
B. Undang-Undang
Undang-Undang Jabatan Notaris No. 30 tahun 2004
Undang-Undang Jabatan Notaris No. 2 Tahun 2014
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.01-
HT.03.01 Tahun 2006 tentang Syarat dan Tata Cara Pengangkatan, Pemindahan dan
Pemberhentian Notaris, Majelis Pengawas Notaris. Pasal 1 ayat (6)

Universitas Sumatera Utara


109

C. Sumber-Sumber Lainnya

Tesis Ratih Tri Jayanati, Perlindungan Hukum Notaris dalam kaitannya Dengan
Akta Yang Dibuatnya Manakala Ada Sengketa Di Pengadilan Negeri (Studi
Kasus Putusan Pengadilan Negeri Pontianak No. 72/pdtg/pn.Pontioanak)
Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro, 2010, hal 63
Tesis Indah Suri Oliviarni, Tanggung Jawab Notaris Atas Akta Perubahan Yayasan,
Universitas Islam Sumatera Utara (Studi Kasus Akta Pengsesahan Berita
Acara Rapat Nomor 2 Tahun 2006 Tertanggal 13 Desember 2006) Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara medan 2009
Tesis Masdalia Pertiwi, “Tanggung Jawab Notaris Terhadap Akta Otentik yang
Berakibat Batal Demi Hukum Saat Berakhir Masa Jabatannya, MKn Unud
Bali, 2014
Didi Santoso, Tanggung Notaris dalam Pembuatan Akta yang Memuat Dua
Perbuatan Hukum, Tesis, Magister Kenotariatan, Undip, Semarang, 2000

Tesis Dewangga Bharline, “Analisis Yuridis Pertanggungjawaban Notaris


Berdasarkan UU No.30 tahun 2004 Tentang Jabatan Notaries”, UNDIP
2009,
Tesis Tumpal Naibaho “Pengaruh Komparisi Terhadap Kekuatan Akta Otentik
Sebagai Alat Bukti Atas Akta Yang Dibuat Oleh Pejabat Umum Ditinjau Dari
Hukum Pembuktian”,FH UI, 2009
Tesis Hana Yustianna Yusuf, “Pembacaan Akta Notaris Sebagai Syarat Otensititas
Akta ”FH UI,2012.
Blog Arif Indra Setyadi, Komparis Akta Notaris
Wordpress.com. Otensititas Suatu akta Otentik
Mkn-Unsri.blogspot.com
Komisi Hukum NAsional. http/:www.legalitas.org/
Blog Nurhidayatul Fitri,” Hukum Perjanjian”
Academia.edu.com , “Bentuk Komparisi”
Isnaland.blogspot.com

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai