Anda di halaman 1dari 22

Geometrik Jalan Raya

Modul Ke - 05 (Alinyeman Horisontal)


by :Yasruddin

Program Studi Teknik Sipil - Fakultas Teknik - Universitas Lambung Mangkurat


Alinyemen Horisontal
• Alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal dan dikenal
juga sebutan situasi jalan atau trace jalan. Alinyeman horisontal terdiri dari garis-garis
lurus yang dihubungkan dengan garis-garis lengkung dan garis lengkung terdiri dari
busur lingkaran ditambah dengan busur peralihan atau hanya terdiri dari busur
lingkaran saja (Silvia Sukirman, 1994)
• Ketentuan umum yang biasa dijadikan sebagai acuan perencanaan geometrik jalan,
khususnya alinyemen horizontal adalah sebagai berikut:
1. Alinyemen sebaiknya sependek dan selangsung mungkin tapi serasi dengan keadaan
topography (mengikuti kontur yang ada) namun juga jangan terlalu berkelok-kelok
trasenya ( tikungan diusahakan seminimal mungkin).
2. Jari-jari tikungan yang digunakan diusahakan lebih besar dari jari-jari minimum (batas
standar).
3. Alinyemen sebaiknya konsisten, jangan memberikan perubahan yang tiba-tiba
(misalnya tikungan tajam diakhir bagian lurus).
4. Perencanaan Alinyemen Horizontal sebaiknya dikoordinasikan dengan Alinyemen
Vertikal (untuk menghindarkan penampilan yang buruk).

2
Superelevasi Maksimum, emaks
Superelevasi yang umum digunakan di Indonesia:
1. Jalan antar kota: emaks = 10%
2. Jalan perkotaan: emaks = 6%
3. Daerah perumahan (urban built-up areas) biasanya tidak menggunakan
superelevasi (emin = 0)
4. Untuk perencanaan jalan tol, dengan perkerasan beton digunakan 8%.

3
Jari-jari Minimum & Panjang Lurus Maksimum
VR (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20

Jari-jari Minimum Rmin (m) 600 370 210 110 80 50 30 15

Jari-jari Minimum Tanpa Lengkung 2500 1500 900 500 350 250 130 60
Peralihan (m)
Jari-jari Minimum Tanpa 5000 2000 1250 700 - - - -
Superelevasi (m)
Fungsi Panjang Bagian Lurus Maksimum (m)

Datar Bukit Pegunungan


Arteri 3000 2500 2000
Kolektor 2000 1750 1500

4
Hubungan Kecepatan Rencana VS Lengkung Horizontal

5
Proses Umum Perancangan Tikungan

Jari-jari Tikungan

Pemilihan Jenis Tikungan

Perhitungan Komponen-komponen
Tikungan

T*), E*) dan R tidak


yang dihasilkan sesuai kriteria
Sesuaikan R
?

ya

Jari-jari (R) desain

*) Untuk tikungan lingkaran, T dan E  Tc dan Ec


Untuk tikungan dengan spiral, T dan E  Ts dan Es

6
Jenis Lengkung Horizontal
Simple Circular Curve (FC-Full Circle)

1
Tc = 𝑅 tan 𝛥
2
𝛥
Lc = 0 2𝜋𝑅
360
1
Ec = Tc tan 𝛥
4
atau
1
Ec = Tc tan 𝛥
4

8
Circular Curve with Spiral (S-C-S)
Ls 360
s 
2R 2
 c    2 s
c
Lc  2R
360
p  p* Ls
k  k *Ls
Ts  R  p  tan(0.5)  k
Es 
R  p  R
cos0.5
Ltotal  Lc  2 Ls
Xc  k  R sin s
Yc  p  R(1  cos s)

9
Full Spiral Curve (S-S)
s  0 . 5
4Rs
Ls 
360
p  p* Ls
k  k *Ls
Ts  R  p  tan(0.5)  k
Es 
R  p
R
cos0.5
Lt ot al  2 Ls

Xc  k  R sin s
Yc  p  R(1  cos s)

10
Faktor p* dan k*

11
Efek Visual pada Bentuk Spiral di Tikungan

Perubahan bentuk
yang tiba-tiba dari
lurus dan lengkung
dan pada lengkung
dengan jari-jari
kecil

Perubahan yang
tidak tiba-tiba dari
bentuk lurus ke
lengkung

12
Diagram Superelevasi untuk Tikungan S-C-S
TS SC CS ST

Pot. 2

e%
Pot. 1

2%

0%

2%

Pot. 3
e%

Pot. 4 Ls
Ls Lc

2% e%
2% 2% 0% 2% 2%
e%

Pot. 1 Pot. 2 Pot. 3


Pot. 4

13
Diagram Superelevasi untuk Tikungan S-S

Pot. 4
2% 2% 0% 2%
TS SCS ST

Pot. 3

Pot. 1 Pot. 2
Pot. 2

e%

Pot. 1

2%
2%
0%
2% e%

2%
e%

Pot. 3
Ls Ls e%
Pot. 4

14
Diagram Superelevasi untuk Tikungan F-C
Pot. 4

2% 2% TC CT
Pot. 3

Pot. 1
Pot. 2

0% 2%

Pot. 1
2%
Pot. 2
0%
0,67%
2% 2%

Pot. 3

2%

2%

1/3 Ls'
Lc 2/3 Ls'
2/3 Ls' 1/3 Ls'
Pot. 4

15
Stationing
 Suatu titik D dengan Sta. D : 1+234,567 menunjukkan
bahwa jarak titik D dari titik awal acuan adalah:
◦ satu kilometer, dan
◦ dua ratus tiga puluh empat meter lima ratus enam puluh tujuh
milimeter.
 Tujuan penggunaan stationing adalah
◦ sebagai tanda atau lokasi titik-titik penting, seperti titik awal,
simpang, titik penting tikungan, titik awal jembatan, titik akhir,
dan sebagainya.
◦ Digunakan sebagai acuan jarak.

16
Stationing

Tikungan 1 o Jarak A-PI1=d1, PI1-PI2=d2 dan PI2-D=d3


1
o A = titik awal dan D = titik akhir
o TS – SC = CS – ST = Ls
1 1 o SC – CS = Lc
d1 1 1 d2 o TS – PI = Ts

A
D

Stasioning:
o Sta A = 1+234,567
o Sta TS1= Sta A + d1– Ts1
o Sta SC1 = Sta TS1 + Ls1
o Sta CS1 = Sta SC1 + Lc1
o Sta ST1 = Sta CS1 + Ls1 Tikungan 2

17
Tikungan Gabungan
 Tikungan gabungan adalah dua atau lebih tikungan pada alinyemen horizontal yang
bersebelahan.
 Menurut Bina Marga (1997), jenis tikungan gabungan dibedakan menjadi Tikungan
Gabungan Searah yaitu gabungan dua atau lebih tikungan dengan arah putar yang sama
tetapi dengan jari-jari yang berbeda dan Tikungan Gabungan Balik Arah yaitu
gabungan dua tikungan dengan arah putar yang berbeda.

Tikungan gabungan searah Tikungan gabungan berbalik arah


(Sumber : Badan Standarisasi Nasional 2004) (Sumber : Badan Standarisasi Nasional 2004)
Tikungan Gabungan
• Penggunaan tikungan gabungan dipertimbangkan berdasarkan
perbandingan R1 dan R2, dimana diasumsikan bahwa R1 adalah jari-jari
tikungan yang lebih besar. Setiap tikungan gabungan harus disisipi bagian
lurus yang memiliki kemiringan normal dengan ketentuan sebagai berikut :

tikungan gabungan searah harus dihindarkan

tikungan gabungan harus dilengkapi bagian yang lurus atau clothoide


sepanjang paling tidak 20 meter
Tikungan Gabungan
• Setiap tikungan gabungan balik arah harus dilengkapi dengan bagian lurus
diatara kedua tikungan tersebut sepanjang paling tidak 30 meter

Tikungan gabungan searah dengan sisipan bagian Tikungan gabungan berbalik arah dengan sisipan
lurus minimum sepanjang 20 meter bagian lurus minimum sepanjang 30 meter
(Sumber : Badan Standarisasi Nasional 2004) (Sumber : Badan Standarisasi Nasional 2004)
Tikungan Gabungan
TERIMA KASIH

22

Anda mungkin juga menyukai