Anda di halaman 1dari 9

JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)

Vol. 3 No. 1 - Maret 2020


ISSN 2579-7239 (Printed), ISSN 2580-0523 (Online)

KNOWLEDGE, ATTITUDE, PRACTICE (KAP) DOKTER GIGI PADA


PEMILIHAN DAN PEMAKAIAN RESIN KOMPOSIT
DI SURAKARTA DAN SUKOHARJO

Morita Sari1*, Monica Ekania Ghaisani1

1
Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK
Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang konservasi gigi terus meningkat dan berpengaruh
terhadap sikap dan tindakan yang dilakukan oleh dokter gigi khususnya terhadap pemilihan bahan
tambalan resin komposit. Dokter gigi memiliki pengetahuan, sikap, dan tindakan yang berbeda di setiap
daerah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan Knowledge, Attitude, and Practice
(KAP) dokter gigi pada pemilihan dan pemakaian bahan tumpatan resin komposit di Surakarta dan
Sukoharjo, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan kuisioner
sebagai instrument penelitian. Purposive random sampling diterapkan dan di dapatkan total 84 sampel
terdistribusi merata antara Surakarta dan Sukoharjo. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dan
Mann-Whitney test (nilai p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik wilayah Surakarta dan
Sukoharjo skor tertinggi adalah Knowledge, diikuti oleh Practice dan terendah adalah Attitude. Hasil uji
Mann Whitney test menunjukkan bahwa perbedaan yang signifikan antara Surakarta dan Sukoharjo
terhadap pemilihan dan pemakaian bahan resin komposit terletak pada Practice (p=0.019). Perbandingan
KAP dokter gigi terhadap pemilihan dan pemakaian bahan resin komposit antara Surakarta dan Sukoharjo
tidak menunjukkan perbedaan pada Knowledge dan Attitude, namun ada perbedaan dalam Practice di
I P T
CR
pemakaian dan pemilihan bahan tumpatan resin komposit.
Kata kunci: Dokter Gigi, KAP, Resin komposit, Sukoharjo, Surakarta,
U S
M AN
TE D ABSTRACT
The vast growing Knowledge in dental material science influences the Attitude and Practice from dental

E P
practitioner, especially the Attitude of utilization and selection for composite resin. Dentist basically has
C
AC
different Knowledge, Attitude and Practice when they Practice in different geographical area. The
purpose of this study is to compare Knowledge, Attitude and Practice (KAP) from a dentist at Surakarta
and Sukoharjo, Middle Java in relation with the utilization and selection of composite resin. This study
using cross sectional study with KAP questionnaire as research instrument. Purposive random sampling
was applied to get 84 sample which equally distributed in Surakarta and Sukoharjo. Statistical analysis
using chi-square and Mann- Whitney test ( p< 0.05). Result from this study shows that both Surakarta and
Sukoharjo had highest median scoring for Knowledge following next Practice and Attitude is the lowest.
From Mann-Whitneytest the significant differences between Surakarta and Sukoharjo is in Practice (p=
0.019). The comparison of Knowledge and Attitude between Surakarta and Sukoharjo do not show
significant different but there is difference in Practice for the utilization and selection of composite resin.
Keywords: Composite resin, Dentist, KAP, Sukoharjo, Surakarta

------------------------------------------------------------------
*) Penulis Korespondensi
E-mail: morita.sari@ums.ac.id
Jl. Kebangkitan Nasional No. 101 Penumping,
Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
Submisi : Oktober 2019; Revisi : Desember 2019;
Penerimaan Januari 2020

20
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)
Vol. 3 No. 1 - Maret 2020
ISSN 2579-7239 (Printed), ISSN 2580-0523 (Online)

PENDAHULUAN karakteristiknya, tidak memiliki rasa, tidak


Permasalahan kesehatan gigi dan berbau, tidak toksik dan tidak mengiritasi
mulut yang paling banyak ditemukan di jaringan mulut (sifat biologis). Sifat fisik yaitu
masyarakat adalah gigi berlubang atau karies. memiliki kekuatan dan kepegasan serta tahan
Karies merupakan suatu penyakit jaringan terhadap tekanan gigit atau kunyah, tekanan
keras gigi yaitu email, dentin, dan sementum benturan serta keausan berlebih yang dapat
yang disebabkan oleh aktivitas suatu terjadi pada rongga mulut. Sifat estetis yaitu
mikroorganisme atau jasad renik dalam bahan komposit menunjukkan translusensi
memfermentasikan karbohidrat menjadi zat atau transparan sehingga cocok dengan
asam yang berakibat terjadinya penurunan pH penampilan jaringan mulut yang
saliva.[1],[2],[3] Karies yang mengalami digantikannya.[7] Hal ini yang menjadi alasan
perluasan dan menyebabkan kematian pulpa, dokter gigi memilih bahan restorasi resin
maka diperlukan penanganan berupa restorasi komposit dari pada bahan restorasi lainnya
atau tumpatan. Restorasi yaitu suatu tindakan untuk perawatan restorasi.Bahan komposit
perawatan dengan pengambilan jaringan keras modern mengandung sejumlah komponen
gigi yang mengalami karies dengan yaitu matriks resin, partikel pengisi anorganik,
meletakkan bahan restorasi pada karies gigi coupling (silane) yang diperlukan untuk
yang sudah dibersihkan. Prosedur restorasi memberikan ikatan antara bahan pengisi
gigi tidak hanya membuang jaringan karies anorganik dan matriks resin, serta aktivator
tetapi juga memperbaiki fungsi gigi tersebut inisiator yang diperlukan untuk polimerisasi
dan bertujuan untuk mencegah terjadinya resi.[8] Saat ini resin komposit yang terdapat di
karies kembali.[4] Seiring berkembangnya pasaran dapat digolongkan berdasarkan
teknologi di kedokteran gigi, bahan restorasi

I P T
partikelnya menjadi empat yaitu resin
komposit konvensional, mikrofil, hibrid dan

CR
mengalami kemajuan dalam segi estetis,
kekerasan, dan kekuatan bahan terhadap nanohibrid.
tekanan pengunyahan serta kekuatan adhesi
U S Pengaplikasian resin komposit pada

AN
bahan terhadap struktur gigi.[3] Banyak pasien restorasi, setiap dokter gigi memiliki

M
mengutamakan fungsi pengunyahan dan lebih
D
pengetahuan, sikap, dan tindakan yang
berbeda. Penelitian mengenai pengetahuan,

TE
memperhatikan penampilan giginya.[5]
sikap dan tindakan menjelaskan bagaimana

C P
Kebutuhan pasien untuk mendapatkan hasil

E
perawatan gigi yang memenuhi syarat estetik pengetahuan dokter gigi mengenai bahan

AC
ini menjadi pertimbangan dalam pemakaian tumpatan resin komposit, bagaimana sikap
bahan restorasi yang dipilih oleh dokter gigi dokter gigi, dan juga bagaimana tindakan
sehingga bahan-bahan seperti porselen, dokter gigi.[9] Menurut Bloom, ranah perilaku
kompomer, dan komposit sangat diminati.[6] terdiri atas kognitif, afektif dan psikomotor
Resin komposit adalah bahan restorasi atau dalam bentuk yang lebih operasional
yang paling sering di gunakan oleh dokter gigi dapat di ukur dengan Knowledge
karena keunggulannya yaitu lebih estetik, (pengetahuan), Attitude (sikap) dan Practice
lebih baik dalam mempertahankan struktur (tindakan).Pengetahuan merupakan domain
gigi (conservative approach), dapat menutup yang sangat penting dalam membentuk
margin restorasi karena bahan bonding dapat tindakan seseorang. Perilaku yang didasari
berikatan dengan struktur gigi dan oleh pengetahuan akan lebih melekat dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh
memperkuat sisa struktur gigi, radiopak, pengetahuan.[10] Penggunaan resin komposit
mudah dalam mengevaluasi kontur.[1] Bahan pada perawatan restorasi, dokter gigi harus
restorasi resin komposit relatif mudah memiliki pengetahuan dasar mengenai
dimanipulasi sehingga sangat membantu kandungan resin komposit, teknik
dokter gigi dalam melakukan perawatan gigi pengaplikasian, maupun kelebihan dan
berlubang dan memberikan hasil yang kekurangan dari bahan resin komposit. Hal ini
memuaskan. Dokter gigi banyak menggunakan bertujuan agar bahan restorasi dapat di
bahan restorasi resin komposit karena sifat dan apklikasikan dokter gigi secara tepat dan
benar. Apabila seseorang memiliki
21
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)
Vol. 3 No. 1 - Maret 2020
ISSN 2579-7239 (Printed), ISSN 2580-0523 (Online)

pengetahuan yang baik maka sikap dan wilayahnya 46.67 Ha dengan penggunaan
tindakannya akan berbanding lurus dengan lahan pertanian masih tinggi, sedangkan kota
pengetahuannya.[11] Sikap merupakan Surakarta mempunyai 5 kecamatan dan luas
kecenderungan untuk bertindak dan wilayah 44.04 Ha dengan penggunaan lahan
berpersepsi. Sikap adalah respons tertutup maksimal untuk pemukiman, industri, jasa dan
seseorang terhadap stimulus atau objek perusahaan. Hal tersebut berdampak pada
tertentu yang melibatkan faktor pendapat dan perkembangan perekonomian di masyakarat,
emosi.[10] Sikap dari dokter gigi sebelum sehingga upah minimum di kota Surakarta
memilih dan memakai bahan restorasi resin lebih besar di bandingkan kota Sukoharjo.
komposit haruslah mengetahui sifat, Upah Minimum akan berdampak pada
karakteristik, dan cara pengaplikasian pada penyerapan tenaga kerja yang kemudian akan
gigi anterior atau posterior.Tindakan memengaruhi kesejahteraan masyarakat.[14]
merupakan realisasi dari pengetahuan dan Upah minimum yang semakin tinggi akan
sikap yang menjadi suatu perubahan nyata. memengaruhi daya beli dan daya bayar
Tindakan juga merupakan respon seseorang masyarakat,[15] sehingga dokter gigi dengan
terhadap stimulus dalam bentuk nyata atau upah minumum yang tinggi mempunyai daya
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut beli dan daya bayar yang tinggi pula terhadap
sudah jelas dalam bentuk tindakan atau produk yang digunakan.
praktek yang dengan mudah dapat diamati Berdasarkan latar belakang diatas
atau dilihat oleh orang lain.[12] yang menjadi permasalahan di penelitian ini
Menurut World Health Organization adalah bagaimana perbandingan Knowledge,
(WHO) kegiatan pengumpulan data pada studi Attitude, Practice dokter gigi pada pemakaian
KAP dilakukan secara lisan dengan cara
interview atau wawancara terstruktur.[13] Pada
I P T
dan pemilihan bahan tumpatan resin komposit
di wilayah Surakarta dan Sukoharjo, Jawa
penelitian ini pengumpulan data dilakukan
dengan pengisian angket atau kuesioner karena
U S CR
Tengah. Tujuan penelitian mengetahui
bagaimana Knowledge, Attitude, and Practice

AN
lebih efektif secara waktu yang dibutuhkan. (KAP) dokter gigi pada pemakaian dan

penyusunannya, yaitu
D M
Pada pembuatan kuesioner KAP terdapat cara
pertama
pemilihan bahan tumpatan resin komposit di
dua wilayah praktek yang berbeda yaitu di

E P TE
mengidentifikasi domain subjek pembelajaran
yang akan di lakukan, kedua persiapan
wilayah Surakarta dan Sukoharjo, Jawa
Tengah.

AC C
pertanyaan secara bertahap, ketiga validasi
dari pertanyaan untuk menilai kemudahan
pemahaman.[9] Penyebaran kuesioner
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian
mengenai pemakaian dan pemilihan bahan observasional analitik dengan cross sectional
tumpatan resin komposit pada dokter gigi yang study design dan menggunakan KAP survey
akan di lakukan pada wilayah Surakarta dan sebagai instrument penelitian dengan skoring
Sukoharjo karena masih terbatasnya penelitian sebagai penilaian. Validasi kuisioner
mengenai Knowledge, Attitude, dan Practice menggunakan product common test dilakukan
di kedua wilayah tersebut. Padahal saat ini sebelum penyebaran. Waktu penelitian adalah
profesi dokter gigi sudah semakin berkembang dua bulan yaitu Januari 2017 sampai dengan
ditandai dengan meningkatnya jumlah dokter Februari 2017 di wilayah Surakarta dan
gigi dan perkembangan ilmu kedokteran gigi. Sukoharjo, Jawa Tengah. Ethical clearance
Jumlah dokter gigi yang meningkat dapat dari komisi etik Fakultas Kedokteran
meningkatkan pelayanan terhadap upaya Universitas Muhammadiyah Surakarta.
peningkatan kesehatan gigi dan mulut Sampel sebanyak 84 dokter gigi yang
masyarakat. Hal lainnya yang menjadi alasan berpraktek mandiri di wilayah Surakarta dan
yaitu cakupan kemudahan ruang lingkup Sukoharjo. Uji statistik menggunakan chi-
penulis dengan kedua wilayah yang akan di square dan Mann-Whitney test.
lakukan penelitian. Secara geografis menurut
Badan Pusat Statistik pada tahun 2014, kota
Sukoharjo mempunyai 12 kecamatan dan luas
22
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)
Vol. 3 No. 1 - Maret 2020
ISSN 2579-7239 (Printed), ISSN 2580-0523 (Online)

HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN


Distribusi responden berdasarkan Hasil penelitian mengenai Knowledge
lokasi praktek Surakarta berjumlah 42, dokter gigi yang terdapat di wilayah Surakarta
responden yang berpraktek di Sukoharjo dan Sukoharjo dalam pemilihan dan pemakaian
berjumlah 42, dan total dari keseluruhan bahan tumpatan resin komposit menunjukkan
dokter gigi umum berjumlah 84. Skoring hasil rata rata skor (mean) sebanyak 9.00
Knowledge dokter gigi di Surakarta untuk wilayah Surakarta dan 8.36 untuk
mempunyai kategori baik sebanyak 35 wilayah Sukoharjo. Perolehan rata rata yang
responden, kategori cukup sebanyak 7 tinggi pada Knowledge kemungkinan
responden, sedangkan Sukoharjo 30 responden disebabkan oleh keaktifan dokter gigi untuk
berkategori baik, dan cukup sebanyak 12 mendapatkan informasi mengenai bahan
responden. Skoring Attitude dokter gigi di tumpatan resin komposit, baik melalui
Surakarta mempunyai kategori baik sebanyak pendidikan, seminar-seminar ilmiah, hands on
30 responden, kategori cukup sebanyak 20 yang diikuti oleh dokter gigi di kedua wilayah
responden, dan kategori kurang 2 responden tersebut. Penemuan juga ini dibuktikan dari
sedangkan Sukoharjo 11 responden hasil penelitian oleh Amin tahun 2014
berkategori baik, dan cukup sebanyak 30 mengenai tingkat pengetahuan, pelatihan
responden, dan kategori kurang 1 responden. intensif yang secara rutin seperti seminar dan
Skoring Practice dokter gigi di Surakarta hands on dapat meningkatkan kemampuan
mempunyai kategori baik sebanyak 34, dokter gigi. Sebagai tambahan, memang
kategori cukup sebanyak 8 responden, terdapat perbedaan pengetahuan seseorang
sedangkan Sukoharjo 30 responden sebelum dan sesudah mengikuti seminar.
berkategori baik, dan cukup sebanyak 12
responden (Tabel 1).
I P T
Tabel 2. Hasil Uji Mann-Whitney test untuk Survei

CR
KAP responden di Surakarta (SKA) dan Sukoharjo
Tabel 1. Frekuensi persentase kategori skor (SKH)

U S
AN
Knowledge, Attitude, and Practice dokter gigi di STATISTIK
Surakarta (SKA) dan Sukoharjo (SKH). Lokasi Mean Median Modus SD Z P

Lokasi Baik
Kategori

E
Cukup Kurang
D M K
praktek
SKA 8,79 9,00 10 2,130
score
1,700
value
0,089

EPT
SKH 8,36 9,00 9 1,411
praktek (8-10 ( 4-7 ( 0-3 A SKA 7,17 7,00 9 2,011 1,722 0,085
SKH 6,57 7,00 7 1,399
K

A A C C
SKA
SKH
SKA
benar)
83,3%
71,4%
47,6%
benar)
16,6%
28,5%
47,6%
benar)
0%
0%
4,76%
P SKA
SKH
8,69
8,05
9,00
8,00
10
9
1,423
1,447
2,344 0,019

Faktor lain dapat berasal dari media


SKH 26,1% 71,4% 0,23% massa seperti jurnal-jurnal ilmiah, majalah
P SKA 80,9% 19,0% 0%
kedokteran gigi, media internet dan promosi-
SKH 71,4% 28,5% 0% promosi bahan tumpatan resin komposit juga
mempengaruhi pengetahuan dokter gigi
Tabel 2 menunjukkan untuk apabila dokter gigi mempunyai minat baca
Knowledge tidak ada perbedaan antara yang tinggi. Dokter gigi juga dalam
Surakarta dan Sukoharjo (p value 0.089) pendidikan formal mendapatkan materi
dengan median skoring Knowledge sama-sama mengenai resin komposit dari sumber yang
tinggi. Attitude juga tidak ada perbedaan sama seperti text book dan jurnal-jurnal ilmiah
antara Surakarta dan Sukoharjo (p value yang di akses oleh kebanyakan Institusi
0.085) dengan median skoring Attitude sama- Pendidikan Kedokteran Gigi (IPKG). Pada
sama rendah. Perbedaan terlihat pada Practice penelitian ini hampir semua responden berasal
di mana median skoring Practice untuk dari IPKG yang sama dengan pendidikan
Surakarta adalah 9 sedang untuk Sukoharjo 8. setara.
Hal tersebut menghasilkan p value < 0.05 Dokter gigi yang mempunyai
(0.019) yang menunjukkan adanya perbedaan pengalaman lebih dan telah berpraktek
signifikan. bertahun-tahun dalam kesehariannya

23
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)
Vol. 3 No. 1 - Maret 2020
ISSN 2579-7239 (Printed), ISSN 2580-0523 (Online)

menggunakan resin komposit juga secara hasil rata rata skor (mean) sebanyak 7,17
langsung mendapat informasi terbaru untuk wilayah Surakarta dan 6,57 untuk
mengenai bahan tumpatan resin komposit. wilayah Sukoharjo. Dokter gigi sebagian besar
Data yang diperoleh tersebut sesuai dengan memilih menggunakan bahan tumpatan resin
pendapat ahli yaitu Notoatmodjo, dimana komposit daripada menggunakan bahan
pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh tumpatan yang lain. Kesadaran dokter gigi
berbagai faktor yaitu tingkat pendidikan, dalam pemilihan bahan tumpatan yang tepat
informasi/media massa, lingkungan, usia, penting untuk keberhasilan perawatan
pengalaman, dan sosial budaya dan restorasi gigi dibuktikan pada tingginya
ekonomi.[10] perolehan total skor 9 pada kuesioner
Kota Surakarta mempunyai peluang sebanyak 8 dokter gigi pada wilayah
untuk diadakan acara-acara seperti seminar, Surakarta, sedangkan Sukoharjo perolehan
konferensi, pertemuan, hands on dan lain total skor 7 pada kuesioner sebanyak 16
sebagainya dibandingkan kota Sukoharjo. Hal dokter gigi. Dokter gigi memilih
ini sesuai dengan, (1) kriteria aksesibilitas menggunakan bahan tumpatan resin komposit
yang mencakup waktu tempuh, ketersediaan karena kualitas bahan resin komposit semakin
transportasi, dan kondisi jalan, (2) kriteria berkembang, kekuatan bahan tersebut terhadap
fasilitas akomodasi yang mencakup tekanan pengunyahan semakin tinggi,
ketersediaan fasilitas food and beverages, memiliki warna yang sama dengan gigi
fasilitas menginap, dan keamanan lokasi, (3) sehingga dapat digunakan sebagai bahan
kriteria fasilitas meeting atau konferensi yang tumpatan pada gigi posterior dan anterior.
mencakup sarana dan prasarana konferensi dan Pencapaian estetik yang bagus merupakan
layout ruang konferensi, (4) kriteria informasi
yang mencakup pengalaman konferensi di
I P T
kelebihan utama dari resin komposit.[17],[18]
Bahan restorasi resin komposit relatif mudah
lokasi yang sama sebelumnya, profil lokasi
konferensi, dan adanya customer service, dan
U S CR
dimanipulasi sehingga sangat membantu
dokter gigi dalam melakukan perawatan gigi

AN
(5) kriteria lingkungan konferensi yang berlubang dan memberikan hasil yang

D M
mencakup kesesuaian lingkungan dengan jenis
konferensi, ketersediaan fasilitas umum, dan
memuaskan. Resin komposit digunakan
sebagai restorasi pada pasien yang

E P TE
lingkungan sekitar konferensi yang atraktif.[16]
Alasan tersebut yang menjadikan kota
memerlukan estetik dan yang alergi atau
sensitif terhadap logam.[3]

AC C
Surakarta mendapatkan informasi lebih cepat
dibandingkan kota Sukoharjo.
Perbedaan Knowledge dokter gigi
Badan Pusat Statistik mencatat bahwa
Kota Sukoharjo mempunyai 12 kecamatan dan
luas wilayahnya 46.67 Ha dengan penggunaan
mengenai pemakaian dan pemilihan resin lahan pertanian masih tinggi, sedangkan kota
komposit di Surakarta dan Sukoharjo jika di Surakarta mempunyai 5 kecamatan dan luas
lihat dari P value yaitu 0,089 (P value> 0.05), wilayah 44.04 Ha dengan penggunaan lahan
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaaan maksimal untuk pemukiman, industri, jasa dan
yang signifikan antara pengetahuan dokter perusahaan. Hal tersebut berdampak pada
gigi di Surakarta dan Sukoharjo. Dokter gigi perkembangan perekonomian di masyakarat,
di kedua wilayah tersebut mempunyai sehingga upah minimum di kota Surakarta
pengetahuan yang hampir sama di karenakan lebih besar di bandingkan kota Sukoharjo.
keaktifan memperoleh informasi, pengalaman Upah minimum akan berdampak pada
kerja, dan pendidikan yang di dapat sama penyerapan tenaga kerja yang kemudian akan
mengenai materi kedokteran gigi. memengaruhi kesejahteraan masyarakat.[14]
Sikap (Attitude) dalam penelitian ini Upah minimum yang semakin tinggi akan
adalah respon dari dokter gigi pada pemilihan memengaruhi daya beli dan daya bayar pada
dan penggunaan bahan tumpatan resin masyarakat,[15] sehingga dokter gigi
komposit. Penelitian mengenai Attitude dokter mempunyai daya beli dan daya bayar yang
gigi yang terdapat di wilayah Surakarta dan tinggi pula terhadap produk yang digunakan
Sukoharjo pada pemilihan dan penggunaan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan
bahan tumpatan resin komposit menunjukkan konsumen. Pada tahun 2016, upah minimum
24
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)
Vol. 3 No. 1 - Maret 2020
ISSN 2579-7239 (Printed), ISSN 2580-0523 (Online)

kota Sukoharjo Rp 1.396.000,00 sedangkan Hasil tersebut menunjukkan tingginya rata-rata


upah minimum kota Surakarta Rp tindakan dokter gigi dalam memilih dan
1.418.000,00. Maka, penduduk di wilayah menggunakan bahan tumpatan resin komposit
Surakarta mempunyai daya beli dan daya di kedua wilayah tersebut dibandingkan
bayar tinggi sesuai upah minimumnya. Hal ini penggunaan dengan bahan tumpatan yang lain.
menyebabkan rata rata skor (mean) Attitude di Resin komposit diperkenalkan sebagai
Surakarta lebih tinggi dibandingkan bahan restorasi sewarna dengan gigi sekitar 40
Sukoharjo. tahun yang lalu.[20] Perkembangan bahan
Kondisi geografis kota Surakarta dan restorasi kedokteran gigi (resin komposit)
Sukoharjo, memengaruhi persebaran dokter dimulai pada akhir tahun 1950-an dan awal
gigi di wilayah tersebut. Data profil kesehatan 1960an. Sebuah kemajuan besar telah dibuat
kabupaten Sukoharjo tercatat persebaran ketika Dr. L. Bowen (1962) memperkenalkan
dokter gigi yang tidak merata pada setiap resin komposit pertama kali.[21] Penggunaan
kecamatan dengan total keseluruhan 51 dokter restorasi resin komposit pada beberapa tahun
gigi pada tahun 2014 dan diwilayah Surakarta terakhir telah meningkat karena tuntutan
tercatat 78 dokter gigi yang menjadi anggota pasien yang lebih tinggi untuk perawatan
PDGI Surakarta. estetik dan biokompatibilitas yang lebih
Perbedaan Attitude dokter gigi baik.[22] Pada penelitian Gilmour, pada tahun
mengenai pemakaian dan pemilihan resin 2007menunjukkan bahwa 61% dokter gigi
komposit di Surakarta dan Sukoharjo tidak menyatakan penggunaan amalgam berkurang
menunjukkan perbedaan jika di lihat dari P sejak 5 tahun terakhir, 75% menyatakan
value yaitu 0.085 tidak terdapat perbedaan penggunaan resin komposit posterior
yang tinggi di karenakan faktor yang
mempengaruhi perbedaan dokter gigi antara
I P T
meningkat.[23] Penelitian yang dilakukan oleh
Burke, pada tahun 2003 juga menunjukkan
Surakarta dan Sukoharjo hampir sama dalam
bersikap atau merespon bahan tumpatan resin
U S CR
penggunaan bahan amalgam menurun
dibandingkan bahan resin komposit dalam

AN
komposit. Faktor-faktor tersebut yaitu, waktu 5 tahun terakhir dan faktor yang
Pengalaman pribadi dan interaksi dengan
orang lain. Dokter gigi saat mengikuti
D M mempengaruhi pemilihan bahan.[24] Terdapat
perbedaan yang signifikan antara Practice

E P TE
seminar-seminar atau pertemuan-pertemuan
dimungkinkan adanya interaksi antara sesama
dokter gigi mengenai pemakaian dan
pemilihan resin komposit di Surakarta dan

AC C
dokter gigi lainnya. Oleh karena itu, dengan
adanya pengaruh dari orang lain maka akan
membentuk sikap yang baru.[19]
Sukoharjo, jika di lihat dari P value 0.019.
Perbedaan ini dikarenakan kurangnya
permintaan pasien di wilayah Sukoharjo
Tindakan (Practice) merupakan realisasi mengenai pemakaian bahan tumpatan resin
dari pengetahuan dan sikap yang menjadi komposit. Kurangnya perhatian akan estetik
suatu perubahan nyata. Tindakan juga pada kondisi gigi masyarakat wilayah
merupakan respon seseorang terhadap Sukoharjo didukung dengan kondisi finansial
stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka. masyarakat yang rendah dibandingkan di
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas wilayah Surakarta. Hal ini sesuai dengan
dalam bentuk tindakan atau praktek yang Burke yang mengatakan bahwa pemilihan
dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh bahan tumpatan oleh dokter gigi dipengaruhi
orang lain.[13] Hasil skoring mengenai Practice permintaan estetik pasien, permintaan pasien
yang terdiri dari pertanyaan penyediaan terhadap bahan tumpatan tertentu, kondisi
berbagai macam resin komposit, finansial pasien.[24] Pendapat yang sama
pengkombinasian warna resin komposit, dan mengenai pemilihan bahan restorasi
teknik pengaplikasian resin komposit. Dokter dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu karies
gigi yang terdapat di wilayah Surakarta dan gigi, pengetahuan dan kemampuan klinis
Sukoharjo dalam memilih bahan tumpatan seorang dokter gigi, serta permintaan
resin komposit menunjukkan hasil rata rata pasien.[25] Penelitian tersebut juga
skor (mean) sebanyak 8.69 untuk wilayah menunjukkan 100% responden menyatakan
Surakarta dan 8.05 untuk wilayah Sukoharjo. indikasi klinis merupakan faktor yang paling
25
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)
Vol. 3 No. 1 - Maret 2020
ISSN 2579-7239 (Printed), ISSN 2580-0523 (Online)

mempengaruhi terhadap pemilihan bahan Faktor yang memengaruhi perbedaan


material, 99% permintaan estetik pasien, 95% dokter gigi dalam tindakan yaitu, pengetahuan,
permintaan pasien dan 92% karena kondisi sikap, motivasi, dan lingkungan.[30] Rendahnya
finansial pasien. pengetahuan akan mempengaruhi perilaku
Resin komposit diklasifikasikan seseorang yang akan berdampak kepada sikap
berdasarkan karakteristik dari pengisinya, dan tindakan yang mencermikan kondisi.[31]
yaitu makrofiller, mikrofiller, hybrid, Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan
microhybrid dan nanofiller.[26] Resin komposit dokter gigi memperoleh pengalaman dan
nanofiller saat ini sering digunakan, nanofiller pengetahuan baik secara langsung maupun
telah dikembangkan dengan tujuan tidak langsung. Adanya lingkungan
menggabungkan kelebihan dari resin komposit pengalaman yang baik tersebut akan timbul
hybrid dan mikrofiller dalam bahan restorasi kesan yang sangat mendalam dan membekas
yang sama.[27] Resin komposit nanofiller dalam emosi kejiwaannya sehingga akan
menunjukkan sifat mekanik yang sangat baik. diterapkan oleh dokter gigi untuk melakukan
Partikel pengisi pada resin komposit nano tindakan kepada pasiennya.[31]
memiliki kombinasi yang unik antara
nanopartikel individual dan nanocluster yang KESIMPULAN
akan mengurangi jumlah ruang interstisial Berdasarkan penelitian mengenai
antar partikel bahan pengisi sehingga dapat perbandingan Knowledge, Attitude, and
meningkatkan sifat fisik dan hasil poles yang Practice dokter gigi mengenai pemakaian dan
lebih baik bila dibandingkan dengan resin pemilihan bahan tumpatan resin komposit di
komposit lain.[28] Penelitian ini menunjukkan wilayah Surakarta dan Sukoharjo, maka dapat
disimpulkan tidak ada perbedaan Knowledge
bahwa dokter gigi di Surakarta dan Sukoharjo
lebih banyak menggunakan bahan tumpatan
I P T
mengenai pemilihan dan pemakaian bahan
resin komposit nanofiller. Dokter gigi di
Surakarta tercatat dari 42 dokter gigi,
U S CR
tumpatan resin komposit antara dokter gigi di
Surakarta dan Sukoharjo, tidak terdapat

AN
sebanyak 38 dokter gigi mengaplikasikan perbedaan Attitude dokter gigi mengenai

D M
menggunakan resin komposit nanofiller lebih
bagus daripada resin komposit jenis lain,
pemilihan dan pemakaian resin komposit di
Surakarta dan Sukoharjo, terdapat perbedaan

E P TE
sedangkan Sukoharjo 36 dokter gigi yang
mengaplikasikan resin komposit nanofiller.
Practice dokter gigi mengenai pemakaian dan
pemilihan resin komposit di Surakarta dan

AC C
Saat ini tidak ada satupun bahan
tumpatan direk yang ideal, suatu bahan
tumpatan direk hanya dapat memberikan hasil
Sukoharjo. Hasil survei Knowledge, Attitude,
and Practice dokter gigi mengenai pemakaian
dan pemilihan resin komposit lebih tinggi di
yang optimal jika digunakan sesuai wilayah Surakarta di bandingkan wilayah
indikasinya serta dimanipulasi dengan cara Sukoharjo.
yang benar. Dokter gigi memiliki peranan
penting dalam pemilihan bahan tumpatan DAFTAR PUSTAKA
direk. Indikasi penggunaan bahan tumpatan, 1. Bakar, Abu, 2013, Kedokteran Gigi Klinis,
sifat-sifat bahan tumpatan, keunggulan dan 3th ed. Yogyakarta, CV. Quantum Sinergis
kelemahan masing-masing bahan tumpatan Media, Hal 149.
direk, serta kemampuan klinis seorang dokter 2. Kidd, E.A.M., Bechal, S.J., 2002, Dasar-
gigi merupakan faktor yang penting dalam Dasar Karies Penyakit dan
pemilihan bahan tumpatan yang akan Penanggulangannya, Jakarta, Buku
digunakan hal tersebut harus diketahui dan Kedokteran EGC, Hal 145-146.
dimiliki oleh seorang dokter gigi.[29] Penelitian 3. Sajow, P., Rattu, A.J.M., Wicaksono, D.A.,
para ahli sebelumnya juga menunjukkan Sam, 2011, Gambaran Penggunaan Bahan
pemilihan bahan tumpatan yang akan Restorasi Resin Komposit di Balai
digunakan memiliki faktor faktor yang harus Pengobatan Rumah Sakit Gigi dan Mulut
diperhatikan dalam memilih bahan tumpat Universitas Sam Ratulangi Tahun 2011 –
yang akan digunakan. 2012 [Internet]. Unsrat: ejournal; [cited
2017 Jan 21]. Available from Netlibrary:
26
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)
Vol. 3 No. 1 - Maret 2020
ISSN 2579-7239 (Printed), ISSN 2580-0523 (Online)

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi Pengembangan Industri Nasional, Vol 29:


/article/view/3231 555-563.
4. Ford, Pitt T. R., 1993, Restorasi Gigi, 2nd 16. Studevant, C.M., Barton, R.E., Sockwell,
ed. Jakarta, Buku Kedokteran EGC, Hal 65 C.L., 2006, Strickland WD. The art and
5. Heymann, H.O., Swift, E.J., Ritter, A.V., science of operative dentistry, 5th ed,
2013, Sturdevant’s Art and Science of Missouri, Mosby Company, Hal 177.
Operative Dentistry, 6th ed. Canada, Book 17. Richard, E. Walton, Mahmoud
AID Internasional, Hal 216-222. Torabinejad, 2003, Prinsip dan Ilmu
6. Kugel, G., Ferrari, M., 2003, The Science Praktik Endodonsia, Jakarta, EGC
of Bonding from First to Sixth Generation. Indonesia,. 34-35
Journal America Dent Assoc., 13: 20-25 18. Azwar, S., 2008, Sikap Manusia Teori dan
7. Anusavice, K.J., 2003, Buku Ajar Ilmu Pengukurannya. Yogyakarta, Liberty, Hal
Bahan Kedokteran Gigi, 10th ed. Jakarta, 12
Buku Kedokteran EGC, Hal 40-43, 227- 19. Rusmayati, Aulia., Erlita, Isyana., Nahzi,
248. M.Y.I., 2017, Perbedaan Perubahan Warna
8. Sari, G.G.P., Nahzi, M.Y.I., 2016, Resin Komposit Nanofiller yang Dipoles
Kebocoran Mikro Akibat Efek Suhu dan tidak Dipoles pada Perendaman
Terhadap Pengerutan Komposit Larutan Teh Hijau. Dentino Jurnal
Nanohybrid. Dentino Jurnal Kedokteran Kedokteran Gigi, 2(1): 72 – 77.
Gigi. 2: 108–112. 20. Rama, R.K., Alla, R.K., Shammas, M.,
9. Kaliyaperumal, K., 2004, Guideline for 2013, Dental Composites - a versatile
Conducting a Knowledge , Attitude and restorative material: an overview. Indian
Practice (KAP) Study,
Ophthalmology, Vol 4: 7–9.
Community
T
Journal of Dental Sciences, Vol 5:111-115.

I P
21. Heshmat, H., Gangkar, M.H., Arjomand,
10. Notoatmodjo, S., 2010, Ilmu Perilaku
Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta, Hal 32
U S CR
M.E., 2014, Color stability of three
composite resins following accelerated

AN
11. Smyth, E., Caamano, F., Fernández- artificial aging: an invitro study. The

D M
Riveiro, P., 2007, Oral health Knowledge,
Attitudes and Practice in 12-year-old
Journal of Islamic Dental Association of
IRAN (JIDA), Vol 1: 9-14.

E P TE
schoolchildren. Medicina Oral, Patologia
Oral Y Cirugia Bucal. Vol 8: E614–E620
22. Gilmour, A.S., Vieira, L.C., Araujo, Elito,
2007, Direct Composite Resin Practitioner

AC C
12. Heta, F.V.N., Adhani, R., Yuniarrahmah,
E., 2016, Hubungan Tingkat Pengetahuan,
Ketersediaan Fasilitas, dan Dorongan
in the UK to the use of Composite
Materials in Posterior Teeth. British Dental
Journal, Vol 202: 1-32
Petugas Kesehatan terhadap Tindakan 23. Burke, F.J., McHugh, S., Widstrom, E.,
Masyarakat untuk Menambal Gigi. Dentino Forss, H., Hall, C., 2003, Amalgam and
Jurnal Kedokteran Gigi, Vol 1: 52-56 Composite use in UK general dental
13. Sulistiawati, Rini, 2012, Pengaruh Upah Practice in 2001, British Dent J., Vol 194:
Minimum terhadap Penyerapan Tenaga 613-8.
Kerja dan Kesejahteraan Masyarakat di 24. Kamrizadeh, A., Ayatollahi, M.R., Shirazi,
Provinsi di Indonesia. Jurnal EKSOS, Vol H.A., 2014, Mechanical properties of a
3: 195-211. dental nanocomposite in moist media
14. Danil, Mahyu, 2013, Pengaruh Pendapatan determined by Nano-Scale measurement.
Terhadap Tingkat Konsumsipada Pegawai International Journal of Materials,
Negeri Sipil Di Kantor Bupatikabupaten Mechanics and Manufacturing, Vol 1: 67-
Bireuen. Jurnal ekonomika Universitas 72.
Almuslim Bireuen – Aceh, Vol 7: 33-42 25. Mubarak, 2007, Promosi Kesehatan,
15. Rukmi, H.S., Adianto, H., Utama, M.R., Yogyakarta, Graha, Hal 17-19.
2013, Pemilihan Tempat Konferensi 26. Permatasari, R., Usman, M., 2008,
Nasional dengan Menggunakan Metode Penutupan Diastema dengan Menggunakan
Analytical Hierarchy Process. Riset Komposit Nanofiller. Indonesian Journal
Multidisiplin untuk Menunjang of Dentistry, Vol 3: 239-146.
27
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi)
Vol. 3 No. 1 - Maret 2020
ISSN 2579-7239 (Printed), ISSN 2580-0523 (Online)

27. Amin, Z.H., 2014, Pengetahuan Dan


Tindakan Dokter Gigi Dalam Memilih 30. Wawan, 2011, Teori dan Pengukuran
Bahan Tumpatan Direk untuk Gigi Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Posterior pada Praktik Dokter Gigi Umum Manusia, Yogyakarta, Nuha Medika, Hal
Di Kota Medan. [Internet]. USU Medan : 11.
Departemen Ilmu Konservasi Gigi; [cited 31. Wahab, S.A., Adhani, Rosihan., Widodo,
2017 Feb 19]. Available from Netlibrary: 2017, Perbandingan Karakteristik
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/ Pengguna Gigi Tiruan yang dibuat di
123456789/46217/Cover.pdf?sequence=6&
Dokter Gigi dengan Tukang Gigi di
isAllowed=y
28. El Magd, D.M.A., Fahmy, O.I., Taher,
Banjarmasin (Tinjauan terhadap
H.E.M., 2012, In situ investigation on color Pengetahuan dan Biaya Pembuatan Gigi
change of resincomposite restoratives cured Tiruan), Dentino Jurnal Kedokteran Gigi,
by two different curing units. Journal of Vol 1(1): 50-55.
American Science, Vol 6: 708-715.
29. Makhija, S.K., Gordan, V.V., Gilbert, G.H.,
2011, Practitioner, patient and carious
lesion characteristics associated with type
of restorative material. The Journal of the
American Dental Association, Vol 6: 622-
632.

I P T
U S CR
M AN
TE D
C E P
AC

28

Anda mungkin juga menyukai