Anda di halaman 1dari 16

BAB II

STRUKTUR KRISTAL

SUB-CPMK :

Mendeskripsikan
keperiodikan dari unit sell,
rotasi sel serta menjelaskan
sistim kristal dan tipe
kristal.

Indikator:
1. Menjelaskan tentang unit sel.
2. Menentukan rapat massa dari sebuah atom
3. Mendeskripsikan operasi simetri

Struktur Kristal Page 2


A. PENDAHULUAN
Bahan padat dapat diklasifikasikan berdasarkan keteraturan susunan atom-atom atau ion-
ion penyusunnya. Bahan yang tersusun oleh deretan atom-atom yang teratur letaknya
dan berulang (periodik) disebut bahan kristal. Dikatakan bahwa bahan kristal mempunyai
keteraturan atom berjangkauan panjang. Sebaliknya, zat padat yang tidak memiliki keteraturan
demikian disebut bahan amorf atau bukan-kristal. Bahan kristal, untuk yang selanjutnya cukup
disebut kristal (saja), dapat dibentuk dari larutan, lelehan, uap, atau gabungan dari ketiganya. Bila
proses pertumbuhannya lambat, atom-atom atau pertikel penyusun zat padat dapat menata diri
selama proses tersebut untuk mrenempati posisi yang sedemikian sehingga energi potensialnya
minimum. Keadaan ini cenderung membentuk susunan yang teratur dan juga berulang pada arah
tiga dimensi, sehingga terbentuklah keteraturan susunan atom dalam jangkauan yang jauh, inilah
yang mencirikan keadaan kristal.

B. KEPERIODIKAN KRISTAL
1. Titik kisi
Gambar 2.1 mengilustrasikan ide dari keperiodikan kristal. Atom berada pada posisi
seimbang dalam suatu bidang. Dua jenis atom dilambangkan oleh • ●, membentuk suatu grup atom
yang disebut basis, yang berulang secara periodik dalam kristal. Sepanjang garis atas atom
terduplikasi dengan jarak yang sama dengan replikanya. Setiap replika memiliki orientasi yang
sama. Untuk menggambarkan struktur kristal, posisi atom seimbang ditentukan terlebih dahulu.
Selanjutnya ditentukan jarak antara atom dan jarak antara atom dan antara basis. Jarak antara atom
●dengan atom ● dan atom • dengan atom • disebut panjang kisi.

Gambar 2.1. Struktur kristal


Struktur Kristal Page 3
2. Kisi dan Basis
Gambar 2.2 menunjukkan dua vektor pergeseran, a dan b dari titik kisi A ketika kisi atom
tetangganya. Vektor ini disebut vektor dasar translasi kisi. Vektor dasar ini menjadi penentu dasar
bagi penentuan posisi titik kisi lain dalam kristal. Untuk kristal dalam bidang penentuan posisi kisi
lain ditentukan dengan persamaan n1a + n2b, dimana n1 dan n2 adalah bilangan asli (positif,
negatif dan nol). Sebagai contoh, posisi titik kisi B diberikan oleh 3a.
Untuk kristal dalam 3 dimensi dibutuhkan 3 vektor dasar translasi a, b, c. Untuk
menentukan posisi titik kisi lain relatif terhadap A digunakan persamaan n1a + n2b + n3c. Apabila
pada penentuan posisi translasi ini harga dari n adalah 1, maka vektor translasi yang digunakan
disebut vektor translasi primitif. Untuk menentukan vektor primitif translasi ini digunakan dimulai
dengan menentukan jarak terdekat terhadap atom acuan dan memberi nama a. Selanjutnya vektor
b ditentukan dengan mencari terdekat yang lain dengan atom yang berbeda yang tidak sejajar
dengan vektor a, dan memberi nama vektor b. Vektor c ditentukan dengan mencari jarak terdekat
ke titik kisi lain yang tidak terletak pada bidang a dan b. Jika titik kisi acuan berada pada basis lain
maka persamaan yang selanjutnya digunakan untuk menentukan posisi titik kisi lain relatif
terhadap titik kisi acuan adalah n1a + n2b + pi, dimana lebel i menunjukkan posisi basis yang akan
ditentukan.

y B C D E

C
α
a x

Gambar 2.2. Vektor kisi suatu kristal

Struktur Kristal Page 4


3. Unit Sel
Gambar 2.3 menunjukkan ilustrasi kristal dalam 3 dimensi vektor translasi dasar
pembentuknya adalah a,b dan c .

Ruangan yang dibentuk oleh vektor dasar


translasi yang paling kecil disebut unit sel. Sebuah
kristal merupakan koleksi dari unit sel. Unit sel
merupakan basis dari suatu kristal. Unit sel yang
paling kecil disebut unit sel primitif, yang dibentuk
oleh kisi primitif.

Gambar 2.3. a. Kisi Kristal Platinum

Variabel pada unit sel ada enam buah yaitu panjang dari unit sel yang direpresentasikan
oleh tiga vektor (a, b, dan c) dan tiga independen sudut antara dua vektor (α, β, and γ), seperti pada
gambar 2.3 dimana:
α adalah sudut antara b dan c
β adalah sudut antara c dan a
γ adalah sudut antara a dan b
Jika atom-atom terletak pada tiap sudut persegi panjang, terpisah sejauh vektor kisi primitif
maka yang termasuk dalam basis hanyalah satu. Atom yang lain termasuk ke dalam basis unit sel
lain. Saat kita menentukan jumlah atom per unit sel kita harus mengikutkan seluruh atom yang ada
dalam unit sel tetapi dengan perhitungan satu per delapan, satu per empat atau setengah dari
masing-masing. Volume dari unit sel dapat ditentukan berdasarkan vektor dasar translasi
pembentuknya. Untuk bentuk unit sel seperti pada gambar 2.4, volumenya deberikan oleh
persamaan : τ =|𝑐. (𝑎𝑥𝑏)|
Karena masing-masing unit sel mengandung distribusi atom yang sama, maka kerapatan
massa dari kristal diberikan oleh persamaan :
ρ=M/τ
Dimana, M adalah massa total dari unit sel.
τ = volume unit sel
ρ= rapat massa

Struktur Kristal Page 5


Gambar 2.4. Menentukan volume unit sel

Contoh Soal
uiuhoihjiooi

Unit sel dari Zinc memiliki dasar berbentuk rhombus dengan panjang sisi a=2,66 Ao, dan sudut
apit dalamnya γ = 60o. Sisi lain yang berbentuk persegi tegak lurus terhadap dasar dan panjang
c = 4,95 Ao. Terdapat dua atom zinc dalam satu unit sel. Tentukanlah volume sel dan rapat
massa dari zinc.

Penyelesaian

Volume sel, τ =|𝑐. (𝑎𝑥𝑏)| = c x a2 x sin γ


= 4,95 x 10-10 x(2,66x10-10)2 sin 600
= 3,03 x 10-29 m3
Massa atom zinc = 65,68
Maka massa zinc dalam garam = 65,68/6,022 x 1023 = 1,086 x 10-22 gr karena terdapat 2 atom
Zinc dalam satu unit sel, maka
ρ =2 x 1,086 x10-25/3,03x10-29 = 7,13 x 103 kg/m3

Struktur Kristal Page 6


C. SIMETRI KRISTAL
Simetri merupakan salah satu sifat dari kristal yang dapat digunakan untuk membedakan
satu sistim kristal dengan lainnya. Simetri adalah operasi transformasi untuk memberikan sesuatu
yang mirip dengan yang beroperasi. Banyaknya unsur-unsur simetri yang terdapat pada kristal
dapat untuk menentukan suatu kristal itu termasuk dalam kelas mana. Unsur-unsur simetri suatu
kristal dapat dibedakan atas 3 yaitu bidang simetri, sumbu simetri, dan titik pusat simetri.

Bidang simetri merupakan bidang pencerminan atau pengertiannya adalah bidang yang
menembus titik pusat kristal dan membagi dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu
merupakan pencerminan dari bagian yang lain. Bidang simetri dapat dibedakan menjadi bidang
simetri pokok (axial) menunjukkan bidang yang melalui dua sumbu utama pada kristal, dan bidang
simetri intermedier yaitu bidang simetri yang hanya melalui sebuah sumbu utama kristal.

Sumbu simetri adalah sumbu kristal dimana bila kristal diputar 360º pada sumbu tersebut,
pada kedudukan-kedudukan tertentu memberikan bentuk yang sama seperti sebelum diadakan
pemutaran. Sumbu simetri dapat dibedakan atas :
1. Sumbu simetri biasa (gyre), apabila kita putar sebuah kristal melalui sumbu simetri maka
akan terdapat keadaan dimana terdapat gambaran yang sama seperti sebelum diadakan
pemutaran. Sumbu mempunyai nilai bila terdapat gambaran sama pada pemutaran sebesar
sudut tertentu (360º/n). Pada bidang-bidang kristal, n hanya mempunyai nilai 2, 3, 4, dan 6.
Sehingga pada kristal hanya dapat dilakukan dalam pemutaran sebesar sudut 180º, 120º, 90º,
dan 60º. Bila terdapat sumbu simetri bernilai 2 karena jika kristal diputar dengan sudut 180º
memberikan gambaran seperti keadaan semula dinamakan digyre, bila sumbu simetri
bernilai 3 karena jika kristal diputar dengan sudut 120º memberikan gambaran seperti
keadaan semula dinamakan trigyre, bila sumbu simetri bernilai 4 karena jika kristal diputar
dengan sudut 90º memberikan gambaran seperti keadaan semula dinamakan tetragyre, dan
bila sumbu simetri bernilai 6 karena jika kristal diputar dengan sudut 60º memberikan
gambaran seperti keadaan semula dinamakan hexagyre.
2. Sumbu simetri cermin putar, didapatkan dari suatu pemutaran yang dikombinasikan dengan
sebuah pencerminan melalui bidang cermin yang tegak lurus terhadap sumbu tersebut.
Secara teoritis dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu: digyroida, trigyroida,
tetragryyroida dan hexagyroida.

Struktur Kristal Page 7


3. Sumbu simetri inversi putar merupakan kombinasi dari pemutaran melalui sebuah sumbu
dan inversi melalui sebuah titik pada sumbu tersebut yaitu titik pusat inversi juga disebut
titik pusat simetri. Untuk pemberian simbol dinyatakan dengan memberikan garis di atas
nilai sumbu. Ada 5 macam kemungkinan inversi putar ini, yaitu diperoleh dengan pemutaran
sebesar 360º dan sebuah inversi, dengan pemutaran sebesar 180º dan sebuah inversi, dengan
pemutaran sebesar 120º dan sebuah inversi, dengan pemutaran sebesar 90º dan diikuti
inversi, kombinasi pemutaran sebesar 60º dan inversi.
Suatu kristal dikatakan memiliki pusat simetri apabila setiap titik pada permukaan kristal
memiliki satu titik yang identik pada sisi yang berseberangan dan berjarak sama dari titik pusat.
Titik pusat simetri atau C merupakan suatu titik pusat kristal melalui suatu garis dapat dilukis
sedemikian rupa sehingga pada sisi yang satu dengan yang lain pada jarak yang sama terdapat
gambaran yang sama. Titik ini biasanya berimpit dengan titik pusat kristal. Belum tentu suatu pusat
kristal merupakan titik pusat simetri (C).
Dalam menggambarkan kristal sepenuhnya, ada beberapa aspek yang harus
dipertimbangkan yakni, parameter kisi yang memberikan rincian tentang bingkai dari sel satuan,
kisi Bravais yang membatasi bagaimana atom ditempatkan dalam titik kisi atau sisi atau bidang
atau pusat dan space grup yang menggabungkan kisi Bravais. Operasi simetri dapat dibagi atas:

1. Simetri Rotasi
Simetri rotasi menunjukkan bahwa kisi tetap berada pada posisi awalnya apabila kristal
telah diputar dengan sudut α. Dalam hal ini besar sudut merupakan bilangan genap dari hasil
pembagian 2π/n, dimana n adalah bilangan bulat. (n; 1, 2, 3, 4, 5 dan 6). Rotasi kisi sebesar α
digambarkan pada gambar 3. Sumbu rotasi tegak lutus terhadap bidang dan ditandai dengan x.
Sebuah titik kisi, pada titik A sebelum rotasi menjadi A’ setelah rotasi. Sebelum rotasi
dilaksanakan telah terdapat sebuah kisi pada titik A’. Setiap rotasi dilaksanakan posisi tiap kisi
selalu seperti berada pada posisi awal.
Untuk menentukan peluang terjadinya simetri rotasi pada kristal adalah sebagai berikut.
Misalkan A dan B adalah titik kisi, dan sudut α sebagai sudut yang diijinkan. Berarti A’ dan B’
adalah titik kisi juga. Panjang kisi kristal adalah a. Sehingga :
A’B’ = PQ + 2a cos α
Qa = pa + 2a cos α
Cos α = (qa – pa)/ 2a=(q-p)/2 = n/2

Struktur Kristal Page 8


Dengan n adalah bilangan bulat. Sehingga peluang terjadinya simetri rotasi ini terjadi hanya
apabila harga α = 0, 600, 900, 1200 dan 1800.

Gambar 2.5 Simetri rotasi pada Kristal dengan order rotasi 2-fold, 3-fold dan 4-fold.

2. Simetri cermin
Cermin tegak lurus terhadap bidang kertas yang digambarkan oleh garis. Setiap titik kisi
dapat dipasangkan dengan bayangannya. Jika titik kisi dapat dipasangkan seperti hal di atas maka
kisi dinamakan sama dengan bayangannya. Bidang simetri membelah objek padat menjadi dua
bagian sedemikian rupa sehingga satu bagian merupakan bayangan bagi bagian lainnya.

Gambar 2.6. Simetri cermin pada kristal

3. Simetri inversi
Jika kristal memiliki pusat simetri pada titik asal, selanjutnya titik kisi yang berjarak r dari
titik asal memiliki titik kisi yang lain pada jarak –r dari titik asal. Demikian juga untuk distribusi
atom yang berjarak r dari titik asal juga akan memiliki distribusi yang sama pada jarak –r dari titik
asal.

Struktur Kristal Page 9


D. KISI BRAVAIS

Gambar 2.5 Gambar lattice Kristal.


Ada tujuh buah unit sel yang mungkin untuk semua jenis kristal. Ketujuh unit sel disebut
tujuh kristal sistem yang terdiri dari: Cubic system, Tetragonal system, Orthorhombic system,
Monoclinic system, Triclinic system, Hexagonal system, dan . Rhombohedral system.

Tabel 3.1. Tujuh sistim kristal dan empat belas type kisi kristal dalam 3 dimensi
No Sistim Unit sel & Sudut Kisi Bravais
I Kubik a=b=c P(Primitif)
α=β=γ=π/2 I(Body Centered)
F(Face Centered)
II Tetragonal a=b≠ 𝑐 P (Primitif)
a=β=γ=π/2 I(Body Centered)
III Orthorombik A≠ 𝑏 ≠ 𝑐 P(Primitif)
a=β=γ=π/2 C(Base centered)
I(Body Centered)
F(Face Centered)
IV Monoklinik a≠ 𝑏 ≠ 𝑐 P(Primitif)
a=β=π/2≠ 𝛾 I(Body Centered)
V Triklinik A≠ 𝑏 ≠ 𝑐 P(Primitif)
α≠β≠γ ≠π/2
VI Hexagonal A=b≠ 𝑐 P(Primitif)
a=β=π/2, 𝛾 = 2𝜋/3
VII Trigonal A=b=c P(Primitif)
a=β=γ≠π/2

Struktur Kristal Page 10


Dalam ruang tiga dimensi : terdapat 7 sistem kristal dengan 14 tipe kisi yang berbeda.
Pelukisan sistem ini didasarkan bahwa sisi dasar dibentuk oleh vektor kisi a dan b dengan sudut
apitnya adalah γ. Bidang yang tegak lurus terhadap bidang alas dibentuk oleh vektor c . Sudut yang
dibentuk oleh vektor b dan c disebut β dan sudut yang dibentuk oleh vektor kisi a dan c disebut α.
Seperti yang ditunjukkan oleh gambar 4. Jika titik kisi berada hanya pada setiap pojok, maka kristal
dikatakan sel primitif, dan dilambangkan dengan p. Jika titik kisi berada pada setiap pojok
ditambah dengan sebuah titik kisi pada diagonal ruangnya maka sel disebut body center
dilambangkan dengan I. Jika pada setiap pojok dan pada setiap diagonal bidang sisi terdapat titik
kisi maka sel disebut face center, dilambangkan dengan F. Dan apabila pada diagonal dasar dan
atapnya terdapat titik kisi ditambah dengan titik pada setiap pojoknya maka sel disebut base center,
dilambangkan dengan C. Gambar 2.5 merupakan contoh untuk masing-masing tipe kisi pada
Kristal sistim kisi kubik.

1. Sistem kisi kubik


Sistim ini juga disebut system regular. Jumlah sumbu kristalnya 3 dan saling tegak lurus
satu dengan yang lainnya. Masing-masing sumbu mempunyai panjang kisi yang sama. Type kristal
dalam hal ini adalah simpel kubik (P), body center (I) dan face center kubik (F). Pada sistem simpel
̂ b = a𝑦̂ dan c = a𝑧̂. Panjang kisi dari
kubik, jika panjang rusuk kubus adalah a, maka a = a𝑥,
sistem ini adalah a. Pada sistim ini terdapat sebuah atom pada masing-masing sudut kubus. Untuk
1 1 1
body center, a = 𝑎(𝑥̂ + 𝑦̂ - 𝑧̂ ), b = 𝑎(−𝑥̂ + 𝑦̂ + 𝑧̂), dan c = 𝑎(𝑥̂ − 𝑦̂ + 𝑧̂) . Panjang
2 2 2

kisi dari sistim ini adalah a/√2. Pada sistim ini terdapat sebuah atom pada masing-masing sudut
1 1
kubus, dan terdapat satu atom pada pusat kubus. Untuk face center, a = 𝑎(𝑥̂ + 𝑦̂ ), b= 𝑎(𝑦̂
2 2
1
+ 𝑧̂), dan c=2 𝑎(𝑥̂ + 𝑧̂). Pada sistim ini terdapat sebuah atom pada masing-masing sudut kubus,

dan terdapat sebuah atom pada perpotongan diagonal masing-masing permukaan sisi kubus.
Panjang kisi pada sistim ini adalah a/√3 . Dalam sistim ini hubungan antara panjang kisi yang satu
dengan yang lainnya adalah: [𝑎 = 𝑏 = 𝑐 ], [𝛼 = 𝛽 = 𝛾 = 𝜋/2].

2. Sistem titik tetragonal


Sistim ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a
dan b mempunyai satuan panjang yang sama, sedangkan sumbu c berbeda, bisa lebih panjang atau

Struktur Kristal Page 11


lebih pendek. Pada sistim ini, terdapat dua type kristal, primitif dan body center. Jika panjang
rusuk alas tetragonal adalah a, dan tingginya adalah c maka pada sel primitif a=𝑎𝑥̂ , b=a𝑦̂ dan c
1 1
= c 𝑧̂. Panjang kisi dari sistem ini adalah a. Untuk body center, a = 𝑎(𝑥̂ + 𝑦̂ )-2 𝑐𝑧̂ , b=
2
1 1 1 1
𝑎(−𝑥̂ + 𝑦̂ )+ 2 𝑐𝑧̂), c=2 𝑎(𝑥̂ − 𝑦̂ )+ 2 𝑐𝑧̂. Dalam sistim ini hubungan antara panjang kisi
2

yang satu dengan yang lainnya adalah: [𝑎 = 𝑏 ≠ 𝑐 ]; [á = 𝛽 = 𝛾 = 𝜋/2 ].

3. Sistim kisi Ortohorombik


Sistim ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Ketiga
sumbu Kristal tersebut mempunyai panjang yang berbeda. Type kristal pada sistim orthorombik
adalah primitif, body center, face center dan bace center. Dalam sistim ini hubungan antara panjang
𝜋
kisi yang satu dengan yang lainnya adalah:[𝑎 ≠ 𝑏 ≠ 𝑐 ], [𝛼 = 𝛽 = 𝛾 = ]. Panjang sumbu Kristal
2

memenuhi a < b < c. Sumbu a disebut sumbu brakia, sumbu b disebut sumbu makro dan sumbu c
disebut sumbu vertical. Sistem Kristal ini memiliki pusat simetri yang merupakan titik pertemuan
antara bidang dan sumbu simetri. Sistem Kristal ini juga mempunyai tiga bidang simetri, karena
jika bangun tersebut dibagi oleh sumbu simetri akan menghasilkan dua bagian yang sama
besarnya.

4. Sistem kisi Monoklinik


Monoklinik artinya mempunyai hanya satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang
dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu b, b tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu
c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu umumnya tidak sama panjangnya, sumbu c
yang paling panjang dan sumbu b yang paling pendek. Dalam sistim ini hubungan antara panjang
kisi yang satu dengan yang lainnya adalah: Monoklinik ; [𝑎 ≠ 𝑏 ≠ 𝑐 ]; [𝛼 = 𝛽 = 𝜋/2 ≠ 𝛾 ].

5. Sistim kisi triklinik


Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan lainnya tidak saling tegak lurus.
Demikian juga masing-masing panjang sumbu tidak sama, yang saling berpotongan pada sisi
miringnya. Dalam sistim ini hubungan antara panjang kisi yang satu dengan yang lainnya adalah:
[𝑎 ≠ 𝑏 ≠ 𝑐 ]; [𝛼 = 𝛽 ≠ 𝛾 ≠ 𝜋/2].

Struktur Kristal Page 12


6. Sistim kisi hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu simetri, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu
lainnya. Sumbu a, b, dan d memiliki panjang yang sama dan masing-masing membentuk sudut
120o. Sedangkan sumbu c biasanya lebih panjang dari sumbu lainnya.

Gambar 2.5 Ke tujuh sistim Kristal

7. Sistim kisi trigonal


Sistem ini mempunyai nama lain Rhombohedral. Dan beberapa ahli memasukkan system ini
kedalam system Kristal Hexagonal. Trigonal mempunyai dasar segienam, kemudian dibentuk
segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya. Ke tujuh sistim
kristal tersebut dapat digambarkan seperti pada tabel 2.1 dan gambar 2.5

Struktur Kristal Page 13


1. Posisi, Arah dan Bidang Kristal
Notasi yang khusus digunakan untuk menentukan titik dalam sebuah unit sel, arah
sepanjang sumbuh melalui titik-titik kisi, dan bidang pada sel.

a. Posisi dalam sel


 Tentukan koordinat titik yang dimaksud. (Misalnya P=2a 1,5b 3c).
1
 Hilangkan a,b dan c, maka titik P dinyatakan sebagai P=21 2 3 ( tanpa koma dan tanpa

kurung).

b. Arah vektor
Dinyatakan dengan 3 bilangan u v w, yang ditentukan sebagai berikut :
 Pindahkan vektor ke titik 0
 Proyeksikan ujung vektor pada sumbu
 Buang a,b dan c

c. Orientasi Bidang
Penentuan vektor posisi dalam kristal
*Buang a, b, dan c : 323
111
*Balikkan :3 2 3

*Kalikan dengan KPT :232


Indeks Miller bidang adalah (hkl) = (232)

RINGKASAN
1. Bahan yang tersusun oleh deretan atom-atom yang teratur letaknya dan berulang (periodik)
disebut bahan kristal. sedangkan zat padat yang tidak memiliki keteraturan demikian disebut
bahan amorf atau bukan-kristal.
2. Untuk
Struktur susunan atom ●• , jarak antara atom ●dengan atom ● dan atom • dengan Page
Kristal atom14

disebut panjang kisi.
3. Ruangan yang dibentuk oleh vektor dasar translasi yang paling kecil disebut unit sel.
7. Simetri adalah operasi transformasi untuk memberikan sesuatu yang mirip dengan yang
beroperasi.
8. Unsur-unsur simetri suatu kristal dapat dibedakan atas 3 yaitu bidang simetri, sumbu simetri,
dan titik pusat simetri.
9. Simetri rotasi menunjukkan bahwa kisi tetap berada pada posisi awalnya apabila kristal telah
diputar dengan sudut α.
10. Panjang kisi kristal adalah a. Sehingga :

A’B’ = PQ + 2a cos α
Qa = pa + 2a cos α
Cos α = (qa – pa)/ 2a=(q-p)/2 = n/2
Dengan n adalah bilangan bulat.
11. Simetri Cermin tegak lurus terhadap bidang kertas yang digambarkan oleh garis. Setiap titik
kisi dapat dipasangkan dengan bayangannya.
12. Simetri inversi digambarkan Jika kristal memiliki pusat simetri pada titik asal, selanjutnya
titik kisi yang berjarak r dari titik asal memiliki titik kisi yang lain pada jarak –r dari titik asal.
13. Sistim kristal dan empat belas type kisi kristal dalam 3 dimensi:
No Sistim Unit sel & Sudut Kisi Bravais
I Kubik a=b=c P(Primitif)

Struktur Kristal Page 15


α=β=γ=π/2 I(Body Centered)
F(Face Centered)
II Tetragonal a=b≠ 𝑐 P (Primitif)
a=β=γ=π/2 I(Body Centered)
III Orthorombik A≠ 𝑏 ≠ 𝑐 P(Primitif)
a=β=γ=π/2 C(Base centered)
I(Body Centered)
F(Face Centered)
IV Monoklinik a≠ 𝑏 ≠ 𝑐 P(Primitif)
a=β=π/2≠ 𝛾 I(Body Centered)
V Triklinik A≠ 𝑏 ≠ 𝑐 P(Primitif)
α≠β≠γ ≠π/2
VI Hexagonal A=b≠ 𝑐 P(Primitif)
a=β=π/2, 𝛾 = 2𝜋/3
VII Trigonal A=b=c P(Primitif)
a=β=γ≠π/2

RINGKASAN ̂ b = a𝑦̂ dan c =


14. Pada system kisi kubik, jika panjang rusuk kubus adalah a, maka a = a𝑥,
1
a𝑧̂. Panjang kisi dari sistem ini adalah a. Untuk body center, a = 𝑎(𝑥̂ + 𝑦̂ - 𝑧̂ ), b =
2
1 1
𝑎(−𝑥̂ + 𝑦̂ + 𝑧̂), dan c =2 𝑎(𝑥̂ − 𝑦̂ + 𝑧̂) . Panjang kisi dari sistim ini adalah a/√2. Untuk
2
1 1 1
face center, a = 2 𝑎(𝑥̂ + 𝑦̂ ), b= 2 𝑎(𝑦̂ + 𝑧̂), dan c=2 𝑎(𝑥̂ + 𝑧̂). Panjang kisi pada sistim

ini adalah a/√3 .


15. Pada system titik tetragonal, Jika panjang rusuk alas tetragonal adalah a, dan tingginya adalah
c maka pada sel primitif a=𝑎𝑥̂ , b=a𝑦̂ dan c = c 𝑧̂. Panjang kisi dari sistem ini adalah a.
1 1 1 1 1
Untuk body center, a = 𝑎(𝑥̂ + 𝑦̂ )- 𝑐𝑧̂ , b= 𝑎(−𝑥̂ + 𝑦̂ )+ 𝑐𝑧̂), c= 𝑎(𝑥̂ − 𝑦̂
2 2 2 2 2
1
)+ 2 𝑐𝑧̂.

Struktur Kristal Page 16


Struktur Kristal Page 17

Anda mungkin juga menyukai