Anda di halaman 1dari 136

Fasilitasi yang Efektif

Buku Pegangan Fasilitator

Local Governance Support Program


Training and Participation
2009

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 1


Fasilitasi yang Efektif – Buku Pegangan Fasilitator
Buku lain pada Seri Teknologi pelatihan ini:
1. Metode-metode Dasar Fasilitasi - Panduan Fasilitator
2. Mendesain Kegiatan Interaktif - Buku Pegangan Fasilitator
3. Permainan Kreatif untuk Kegiatan/Pelatihan Partisipatif - Referensi
Fasilitator
4. Menyiapkan Kegiatan/Pelatihan Partisipatif - Referensi Fasilitator

Tentang LGSP

Local Governance Support Program (LGSP) memberikan bantuan teknis guna mendukung
kedua sisi dalam tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) di Indonesia. Bagi
pemerintah daerah, LGSP membantu meningkatkan kompetensi pemerintah dalam
melaksanakan tugas-tugas pokok di bidang perencanaan dan penganggaran yang terintegrasi,
meningkatkan kemampuan dalam memberikan pelayanan yang lebih baik serta mengelola
sumber daya. Bagi DPRD dan organisasi masyarakat, LGSP memberi bantuan untuk
memperkuat kapasitas mereka agar dapat melakukan peran-peran perwakilan, pengawasan
dan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan.

LGSP bekerja di lebih dari 60 kabupaten dan kota di sembilan provinsi di Indonesia: Nanggroe
Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sulawesi Selatan dan Papua Barat.

Buku ini terwujud berkat bantuan yang diberikan oleh United States Agency for
International Development (USAID) berdasarkan kontrak dengan RTI International nomor
497-M-00-05-00017-00, mengenai pelaksanaan Local Governance Support Program (LGSP)
di Indonesia. Pendapat yang tertuang di dalam laporan ini tidak mencerminkan pendapat
dari USAID.

Program LGSP dilaksanakan atas kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional


(BAPPENAS), Departemen Dalam Negeri, Departemen Keuangan, pemerintah daerah dan
organisasi masyarakat dalam wilayah provinsi mitra LGSP. Program LGSP didanai oleh USAID
dan dilaksanakan oleh RTI International berkolaborasi dengan International City/County
Management Association (ICMA), Democracy International (DI), Computer Assisted
Development Incorporated (CADI) dan Indonesia Media Law and Policy Centre (IMLPC).
Program dilaksanakan mulai 1 Maret 2005 dan berakhir 30 September 2009.

Untuk informasi lebih lanjut tentang LGSP silakan hubungi:


Local Governance Support Program Telepon : +62 (21) 515 1755
Bursa Efek Indonesia, Gedung 1, Lantai 29 Fax : +62 (21) 515 1752
Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53 Email : info@lgsp.or.id
Jakarta 12190 Website : www.lgsp.or.id

Dicetak di Indonesia.

Publikasi ini didanai oleh USAID. Sebagian atau seluruh isi buku ini, termasuk ilustrasinya, boleh
diperbanyak, direproduksi atau diubah dengan syarat disebarkan secara gratis.

ii2 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Tim Pengembang:

Penulis: Bahtiar Fitanto, Soetopo, Justanti Salilo, Yoenarsih Nazar, Dyah Indrapati Maro
Pengayaan materi: Fahmi Rizal
Desain dan perwajahan: Machmud Ha,
Ilustrator: Bondan, Bahtiar Fitanto, Iriawan
Pemeriksa sampel buku dan ketikan: Fitri Handayani, Harum Sekartaji
Pemeriksa desain: Richard Pedler, Sugeng Raharjo
Foto-foto: Koleksi LGSP
Dukungan administratif dan pemeriksa ketikan: Elisabeth Yunita Ekasari

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator iii


3
iv
4 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator
Abstract
This book provides guidance for participants in effective facilitation training courses and
can also be used by anyone wishing to become an effective facilitator.

Practical tips are provided on basic participation methods and the principles and theory
behind these methods are also discussed. The methods introduced here were developed,
piloted, and implemented in LGSP partner districts, helping to enrich the content of this
manual.

The three aims of this book are (i) to introduce the basic principles of facilitation, (ii) to
show how facilitation relates to the learning process, and (iii) to introduce three basic
participatory methods and how to apply them. Topics include the following:

• Self portrait (knowing the level of one’s facilitation skills as well as


one’s personality)
• Basic knowledge for a facilitator (learning theory, learning styles, pedagogical and
andragogical models, managing creativity)
• Roles of a facilitator
• Basic skills of a facilitator (including how to conduct discussions)
• Workshop method (how to build a consensus)
• Managing group dynamics
• Action planning method (how to develop a plan)
• Useful tips for a facilitator

Since facilitation is a dynamic skill that evolves over time, readers of this book are expected
to develop their own methods and techniques for effective facilitation.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator v5


Abstraksi

Buku panduan ini disusun sebagai buku pegangan bagi peserta pelatihan Fasilitasi yang
Efektif, dan juga dapat dimanfaatkan oleh siapapun yang ingin menjadi fasilitator. Isi buku ini
diharapkan dapat membantu para fasilitator atau calon fasilitator agar dapat menjadi fasilitator
yang efektif.

Disamping berisi petunjuk praktis tentang cara menggunakan metode-metode dasar


partisipasi, buku ini juga menyajikan prinsip dan teori yang mendasarinya. Metode-metode
yang diperkenalkan telah dikembangkan, diuji cobakan, dan diterapkan di beberapa daerah
mitra LGSP. Hasilnya, ditambah dengan hasil studi literatur, telah memperkaya panduan ini.

Tujuan dibuatnya panduan ini adalah agar fasilitator dan calon fasilitator dapat mengetahui
prinsip dasar fasilitasi. Antara lain berkaitan dengan proses belajar, metode dasar partisipatif,
dan bagaimana mempraktekkannya. Secara detil topik-topik yang ada meliputi:

• Potret diri (mengetahui kemampuan sebagai fasilitator dan sebagai pribadi)


• Pengetahuan dasar bagi fasilitator (teori belajar, gaya belajar, membedakan
pendekatan pedagogi dangan andragogi, mengelola kreativitas)
• Peran dan sikap fasilitator
• Keterampilan dasar fasilitator (termasuk keterampilan memandu disksusi)
• Metode membangun konsensus (lokakarya)
• Mengelola dinamika kelompok
• Metode membuat perencanaan
• Beberapa tips untuk fasilitator

Fasilitasi merupakan ilmu yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Karenanya pemakai
buku ini diharapkan juga dapat mengembangkan teknik dan metode fasilitasinya sendiri.
iii

vi
6 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator
Daftar Isi

ABSTRACT .………………………………………………………... v

ABSTRAKSI…………………………………………………………. vi

DAFTAR ISI ...……………………………………………………..... vii

KATA PENGANTAR ...…………………........…………………….. viii

Bab 1 Potret Diri .................................................................................................. 1

Bab 2 Teori Dasar Pembelajaran bagi Bagi Fasilitator…...……............. 17

Bab 3 Manajemen Kreativitas dan Pengetahuan ....................................... 31

Bab 4 Peran Dan Sikap Fasilitator ............................................…................. 37

Bab 5 Keterampilan Dasar Fasilitator ............................................................ 53

Bab 6 Membangun Konsensus ........................................................................ 61

Bab 7 Mengelola Dinamika Kelompok . ......................................................... 67

Bab 8 Merancang Aksi Bersama .................................................................... 77

Bab 9 Menutup Kegiatan ................................................................................... 93

Bab 10 Tips Bagi Fasilitator ................................................................................. 99

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator vii


7
Kata Pengantar
Local Governance Support Program (LGSP) merupakan sebuah program
bantuan bagi pemerintah Republik Indonesia yang diberikan oleh United States
Agency for International Development (USAID). Program tersebut mencakup
bantuan teknis di bidang perencanaan partisipatif, penganggaran berbasis kinerja,
peningkatan pelayanan publik, dan penguatan DPRD serta masyarakat sipil. Dalam
kerangka tersebut LGSP bekerjasama dengan mitra-mitra dari pemerintah daerah,
DPRD, media dan organisasi masyarakat, yang tersebar di Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Papua Barat.

Dimulainya desentralisasi tahun 2001, sebagai pengejawantahan reformasi,


merupakan perwujudan dari komitmen Indonesia menuju pemerintahan daerah
yang demokratis dan pembangunan yang berkelanjutan. Dikeluarkannya Undang-
Undang tentang Pemerintahan Daerah menjadi penanda terbukanya kesempatan
luas bagi kreasi pembangunan daerah dan partisipasi warga yang lebih besar
dalam tata kelola pemerintahan. Sejak awal penerapan kebijakan tersebut,
masyarakat dan pemerintah daerah telah menjawab dengan antusias dan
kreativitas yang luar biasa melalui interaksi dalam pertemuan-pertemuan yang
dilaksanakan secara partisipatif, hingga menghasilkan capaian dan inovasi yang
luar biasa pula.

Sebagai bentuk dukungan dari Program Local Governance Strengthening, guna


mewujudkan pelaksanaan proses pemerintahan yang partisipatif selama hampir
empat tahun (2006-2009),Tim Training and Publications (TP) LGSP telah
melaksanakan program pelatihan fasilitator di lebih dari 60 kabupaten dan kota
di daerah LGSP untuk mengembangkan dan meningkatkan kapasitas para mitra
di daerah dalam memfasilitasi proses-proses pertemuan dengan lebih partisipatif.
Metode dan prinsip-prinsip dasar partisipasi yang disebarkan melalui berbagai
pelatihan dan bantuan teknis tersebut telah didokumentasikan dalam buku ini.
Dengan demikian kami berharap lebih banyak lagi pihak yang dapat
memanfaatkannya dan penyebaran virus-virus partisipasi ini bisa menjadi lebih
luas lagi.

Perkenankan kami untuk menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada mitra-mitra konsultan dan perguruan tinggi sebagai service providers, para
mitra dari pemerintah daerah, DPRD serta LSM sebagai strategic partners di
lapangan dan para tenaga ahli yang telah melaksanakan program ini. Kami berharap
program seperti ini akan sukses di masa yang akan datang.

Juni 2009

Judith Edstrom Yoenarsih Nazar


Chief of Party Training and Participation Advisor
USAID-LGSP USAID-LGSP
RTI International RTI International

viii
8 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator
BAB 1
Potret Diri

Pada bab ini Anda akan menemukan:


• Apa yang dimaksud dengan potret diri.
• Mengapa potret diri ini diperlukan dan
apa pada diri kita yang dipotret.
• Bagaimana potret Anda sebagai seorang
fasilitator.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 1


2 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator
Potret Diri

Apakah Potret Diri?


Sebagai seorang fasilitator, Anda mempunyai
senjata paling ampuh dan sangat berpengaruh
yang selalu Anda bawa kemanapun Anda
pergi, yakni diri Anda. Seorang fasilitator perlu
mengenali dirinya dengan lebih baik agar
dapat menggunakan dirinya dengan efektif
untuk kemajuan orang lain. Begitu juga Anda, perlu melihat potret diri
Anda sebagai fasilitator dengan seksama.

Mengenali diri Anda berarti: pertama, mengenali berbagai aspek dari diri
Anda, seperti nilai-nilai, kepercayaan, kebutuhan, cara pandang, pengalaman,
dan kemampuan Anda; kedua, memahami bagaimana semua itu
mempengaruhi fasilitasi Anda. Setiap aspek itu berpengaruh pada sikap
dan perilaku seorang fasilitator, yaitu fasilitator yang efektif.

Nilai-nilai adalah apa yang dianggap penting oleh kebanyakan orang


(Weaver & Farrell, 1999). Fasilitator yang efektif mementingkan kerja sama.
Mereka menghargai orang dan perbedaan-perbedaan di antara mereka.
Fasilitator mengutamakan hal-hal yang membantu orang lain dan
membangun hubungan baik agar pekerjaan dapat diselesaikan. Mereka yang
memfasilitasi dengan mengabaikan nilai-nilai ini besar kemungkinan akan
membuat frustrasi dirinya sendiri dan orang-orang yang bekerja
bersamanya.

Kepercayaan adalah apa yang betul menurut kebanyakan orang.


Fasilitator yang efektif percaya bahwa ia berperan sebagai pendukung. Tugas “Sebuah nama
membangun
fasilitator adalah membantu agar kelompok yang ia fasilitasi menjadi bintang. identitas, sekaligus
Fasilitator percaya bahwa orang akan berfungsi sebaik-baiknya bila mereka mempromosikan
komitmen dan
memanfaatkan perbedaan-perbedaan individual mereka sebagai aset kohesi di antara
ketimbang sebagai beban. Fasilitator yang efektif bagi sebuah kelompok anggota tim.”
juga harus memahami dengan jelas apa tugasnya agar ia dapat berkiprah (Richard Hackman,
dengan baik. penulis)

Kebutuhan adalah apa yang diperlukan orang untuk dapat bertahan.


Setiap orang mempunyai kebutuhan yang ia harap akan dapat dipenuhi
oleh kelompoknya (seperti penghargaan, pencapaian, interaksi sosial).
Adakalanya kelompok dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini,
adakalanya tidak. Sebagai seorang fasilitator, Anda perlu menyampaikan
kepada kelompok, apa yang Anda butuhkan dari mereka selama Anda

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 3


Potret Diri

memfasilitasi mereka. Sebaliknya, sebagai fasilitator Andapun perlu tahu


apa harapan dan kebutuhan mereka. Bila ada kebutuhan yang tak terpenuhi
dan fasilitator tidak menyadarinya, ketidakpuasan itu bisa menjadi “api dalam
sekam” yang bisa mengganggu proses dan kerja kelompok. Untuk
menghindari kekecewaan kedua pihak, penyampaian harapan dan
kebutuhan ini sebaiknya dilakukan di awal kegiatan. Biasanya ini menjadi
bagian dari proses penyepakatan kontrak belajar dengan peserta.

Perspektif adalah sudut pandang yang digunakan dalam memahami


kelompok. Sudut pandang fasilitator merupakan hasil perkawinan antara
nilai-nilai dan kepercayaannya dengan pengalaman dan pembelajarannya.
Perspektif seorang fasilitator sangat besar pengaruhnya pada pengertian
yang ia tarik ketika mengobservasi interaksi kelompok. Pengertian yang
berbeda akan mengarah pada tindakan yang berbeda pula bagi sang
fasilitator.

Pengalaman adalah serangkaian kegiatan yang pernah diikuti, atau kejadian


yang pernah dialami. Kegiatan atau kejadian ini sangat beragam, mulai dari
kesuksesan besar sampai pengalaman terpahit. Kegiatan atau kejadian yang
pernah dilalui setiap orang akan sangat berpengaruh pada cara ia
memfasilitasi. Fasilitator akan ingat pendekatan mana yang biasanya ia
gunakan dan berhasil, dan mana pula yang tidak. Mungkin ada cara-cara
tertentu yang sangat sering ia pakai, dan sebaliknya, cara-cara lain yang
jarang ia gunakan.

Kemampuan adalah apa yang dapat dilakukan oleh seseorang.


Kemampuan seorang fasilitator menyangkut tiga aspek: (1) kemampuan
menggunakan cara pandangnya untuk menggali berbagai informasi penting
dari interaksi kelompok; (2) kemampuan mengartikan atau memaknai
informasi ini dengan tepat, dan (3) kemampuan bertindak untuk membawa
“Sangat penting hasil pekerjaan kelompok ke tahap lebih lanjut. Fasilitator yang benar-benar
memadukan kekuatan
dan kelemahan dalam mengenal dirinya sendiri akan bertindak sebagai barometer bagi
satu ikatan jaringan kelompoknya. Perasaannya akan mampu membaca situasi dengan cepat. Ia
yang utuh.”
akan tahu kapan kelompok mulai bosan, lelah atau bersemangat, bahkan
(Mark Granovetter, marah.
jurnalis )

4 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Potret Diri

Mengapa Perlu Potret Diri?


Refleksi diri menjadi menu pertama dalam
setiap pelatihan fasilitator karena tiga
alasan:

Pertama, LGSP percaya penyegaran dan


penyempurnaan metode dan pendekatan
dalam memfasilitasi merupakan hal yang
mutlak agar seorang fasilitator yang
sekaligus juga pemimpin terhindar dari
rutinitas dan situasi yang monoton.
Dengan melakukan refleksi terhadap
kemampuan memfasilitasi, kita akan selalu
mawas diri dan semakin menghargai
potensi yang kita miliki. Melalui proses
berbagi pengalaman selama pelatihan, kita
akan mendapatkan inspirasi untuk
memperkaya dan melakukan terobosan
baru dalam dunia fasilitasi yang kita geluti.

Kedua, Anda adalah orang yang sudah


berpengalaman dalam dunia fasilitasi. Pengetahuan dan pengalaman Anda
menjadi masukan yang sangat berharga dan menjadi bahan dasar utama
dalam proses membuat diri Anda menjadi fasilitator yang lebih efektif.

Ketiga, seorang fasilitator pasti memiliki karakter dan keunikan masing-


masing, yang berbeda dari fasilitator lain. Ada yang sudah menyadari tapi
belum mengetahui cara menjadikan karakternya itu sebagai aset yang hebat.
Pemotretan diri ini akan membantu Anda mengetahui bagaimana diri
“Nikmati hidup Anda
Anda sesungguhnya sebagai pemimpin dan fasilitator, apa keunggulan Anda, sendiri tanpa
dan bagaimana Anda dapat bermanfaat bagi orang banyak. membandingkan-
nya dengan orang lain”

Ada dua bentuk potret diri yang dibahas dalam buku ini, yakni potret (Marquis de
Condorcet)
individu dan potret kelompok. Pembahasan mengenai potret individu
berfokus pada diri Anda sebagai pemimpin sekaligus fasilitator, sedangkan
pembahasan mengenai potret kelompok fokusnya adalah kelompok yang
Anda pimpin/fasilitasi.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 5


Potret Diri

Potret Individu
Dalam memotret diri Anda sebagai individu, ada tiga hal yang
menjadi fokus pemotretan:
Pertama, jati diri atau kepribadian Anda.
Kedua, kompetensi dan keterampilan Anda memfasilitasi.
Ketiga, pengalaman Anda memfasilitasi kegiatan.

Bagaimana melakukannya?

Memotret Jati Diri


Untuk memotret jati diri atau kepribadian bisa digunakan banyak cara,
seperti dengan wawancara, simulasi langsung, rekaman simulasi, dan berbagai
bentuk tes tertulis. Yang paling banyak digunakan orang adalah cara terakhir.
Ini metode yang kebanyakan dikembangkan oleh para psikolog. Tes
kepribadian tertulis ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang menggali berbagai
aspek dan dimensi kepribadian seseorang.

Dewasa ini banyak instrumen dapat digunakan untuk mengetahui tipe


kepribadian, dan dapat ditemukan di berbagai situs di internet, seperti
www.personaldna.com,www.humanmetrics.com, www.sac.its.ac.id,
ww.personalitypathways.com, dan banyak lagi lainnya. Salah satu yang sering
digunakan adalah yang dikembangkan oleh Isabel Briggs Myers dan Katharina
Cook Briggs pada 1943, dikenal dengan nama Myers and Brigg Type Indicators
(MBTI). Pada dasarnya ada 4 dimensi kepribadian yang diteropong oleh
MBTI, yaitu:
1. Keterbukaan: apakah seseorang itu tipe ekstrovert (disingkat E)
atau introvert (disingkat I).
“Upaya yang 2. Cara pikir: apakah ia berpikir dengan logika (thinking , disingkat T)
diperlukan untuk
membuat kesan pertama atau dengan perasaan (feeling, disingkat F).
yang baik jauh lebih 3. Cara pandang: apakah ia mengandalkan indera (sensory, disingkat
kecil dibandingkan
upaya yang diperlukan S) atau iNtuisi (intuitive, disingkat N).
untuk memperbaiki 4. Cara mengambil keputusan: apakah ia orang yang lebih suka
kesan yang tidak baik”
mengamati atau mengikuti proses (perceiving, disingkat P), atau lebih
(D.A. Benton) cenderung cepat menjatuhkan keputusan (judging, disingkat J).

Kombinasi keempat aspek itu membentuk kepribadian yang unik. Di


Lampiran 1 dapat Anda lihat contoh instrumen tes MBTI yang
menggambarkan keempat aspek itu. Silakan cek, apa tipe kepribadian Anda.

6 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Potret Diri

Memotret Kompetensi dan


Keterampilan Fasilitasi
Dalam pelatihan fasilitator, ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
memotret kompetensi dan keterampilan memfasilitasi, di antaranya:

Per tama, melakukan pemotretan secara aktif, yaitu dengan


mempraktekkan fasilitasi langsung dalam sebuah proses singkat dan meminta
peserta lainnya untuk mengomentari. Dengan cara ini potret yang dihasilkan
adalah gambaran dari sudut pandang sesama peserta yang merasakan
langsung bagaimana temannya memfasilitasi mereka. Bila nanti Anda akan
melatih fasilitator-fasilitator baru, cara kedua ini sangat dianjurkan.

Kedua, merekam proses fasilitasi dalam video dan menganalisisnya bersama


para peserta. Dengan cara ini, pandangan kedua pihak, fasilitator dan peserta, “Dengan menyadari
terhadap kemampuan fasilitasi si fasilitator dapat diperoleh sekaligus. Jika potensi diri dan
kepercayaan diri,
perekaman gambar dan suara dilakukan dengan benar, video dapat menjadi seseorang dapat
alat yang ampuh untuk memperlihatkan dengan jujur bagaimana sikap dan mengubah dunia”
keterampilan seseorang ketika memfasilitasi. (Dalai Lama)

Kemungkinan ketiga adalah memotret secara pasif, yakni dengan mengisi


semacam kuesioner yang berisi penilaian kemampuan diri di bidang fasilitas.
Dengan cara ini yang diperoleh adalah pandangan pribadi terhadap
kemampuan diri sendiri.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 7


Potret Diri

Di Lampiran 2 terdapat contoh intsrumen yang dapat digunakan untuk


memotret kompetensi dan keterampilan fasilitasi seseorang secara pasif
ini. Pertanyaan-pertanyaannya dapat dikembangkan, atau juga
disederhanakan sesuai dengan kebutuhan.

Memotret Pengalaman
Pengalaman memfasilitasi kelompok dapat dipotret melalui saling berbagi
dengan pemimpin/fasilitator lain dan menceritakan pengalaman masing-
masing lalu menyimpulkannya bersama. Proses ini adalah bagian dari metode
PRA (Participatory Reflection and Action), yang pada awalnya dikenal sebagai
metode Participatory Rural Appraisal.

Pada mulanya proses ini dimaksudkan untuk memberi peluang kepada


masyarakat di pedesaan untuk mengevaluasi keadaan mereka sendiri,
menganalisis, membuat perencanaan, melaksanakan rencana dan melakukan
monitoring dan evaluasi sendiri. Dalam perkembangannya, mereka yang
biasa melakukan proses ini menemukan bahwa metode seperti ini
sebetulnya memberi peluang bagi pesertanya untuk saling belajar dari
sesama, sehingga prosesnya kemudian diberi nama Participatory Learning
and Action (PLA).

Pada dasarnya, untuk memotret pengalaman memfasilitasi ini, Anda


menggabungkan dua potret pertama (tipe kepribadian dan kompetensi
sebagai fasilitator) dengan apa yang terjadi di lapangan ketika Anda
memfasilitasi. Karena sifatnya berbagi pengalaman, maka bentuk potretnya
adalah kumpulan dari berbagai pelajaran berharga yang Anda dan teman-
teman Anda peroleh selama ini dalam memfasilitasi. Mozaik pengalaman ini
dapat Anda bangun dengan menanyakan berbagai aspek dari pengalaman
memfasilitasi.

“Peluang-peluang untuk
Beberapa contoh pertanyaan untuk memotret pengalaman memfasilitasi
membantu orang lain ini dapat Anda lihat di Lampiran 3. Aspek-aspek yang dinilai disitu hanyalah
dibatasi oleh kemauan
kita untuk melayani”
beberapa contoh. Silakan kembangkan instrumen tersebut dengan
menanyakan hal-hal yang muncul dari pengalaman nyata Anda selama ini.
(Hermine Hartley)

8 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Potret Diri

Potret Kelompok
Bila dalam potret individu tadi kaitannya
adalah pada potret diri Anda, maka dalam
potret kelompok yang kita bahas adalah
gambaran bagaimana kapasitas kelompok
yang Anda pimpin/fasilitasi secara ko-
lektif. Seni memfasilitasi sesungguhnya
bermula dari kepercayaan bahwa peserta
sesungguhnya tahu lebih banyak dari
yang mereka pikir mereka ketahui. Fungsi
seorang pelatih yang fasilitatif adalah
menyentuh pengetahuan mereka yang
tersembunyi melalui pertanyaan-
pertanyaan yang menggali, meminta
kejelasan atau menggiring, sehingga dapat
membantu mereka menata kembali
pikiran-pikiran dan informasi yang
mereka miliki, menangkap esensi suatu
pengetahuan baru dan mengemasnya.
Pengalaman belajar atau bekerja dalam
organisasi yang didesain dengan cermat
akan dapat membuat peserta merasakan
nikmatnya menemukan hal-hal baru
secara kolektif ini.

Umum diketahui bahwa anggota kelompok, peserta pertemuan, atau peserta


belajar menginginkan adanya jawaban segera; diberitahu bagaimana caranya
agar mereka bisa langsung menerapkan. Itu hal yang lumrah. Kita semua
memang menginginkan jawaban yang gampang dan segera. Namun fasilitasi
yang efektif seyogyanya membimbing peserta untuk mengeksplorasi sendiri “Kepercayaan mutlak
dibutuhkan kelompok
pengetahuan dan pengalaman mereka. Dengan demikian, secara perlahan agar lebih bersemangat
mereka membangun model mental yang siap menghadapi dan memecahkan dan emosional dalam
mencapai produktivitas
masalah di masa depan. Meskipun jalan keluar yang cepat kadang berguna, tertinggi”
mendorong peserta didik untuk menemukan jalan keluar sendiri dalam
(Vanessa Druskat, fasilitator)
memecahkan masalah akan memperkuat kemampuan mereka mengenali
dan memahami pilihan keputusan yang mereka buat, dan memperkuat
rasa percaya diri mereka, perasaan bahwa mereka dapat melakukan apa
yang Anda ajarkan.

Potret kelompok dapat diperoleh melalui dua cara: pertama, memotret


gaya belajar mereka; kedua, memotret kapasitas kolektifnya

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 9


Potret Diri

Memotret Gaya Belajar


Pemotretan terhadap gaya belajar kelompok juga penting Anda lakukan
agar dapat memahami bagaimana gaya belajar mereka sehingga Anda dapat
menyesuaikannya dengan cara Anda menjalankan fasilitasi. Untuk
mengetahui bagaimana saja gaya belajar kelompok dan memahami perbedaan
gaya belajar di antara sesama mereka, mintalah mereka melengkapi
kuesioner yang terdapat di lampiran 4, lalu hitung dan pelajari hasilnya
bersama mereka.

Ingat, tidak ada gaya belajar yang benar atau lebih baik dari yang lain. Intinya
adalah bahwa setiap orang belajar dengan gaya berbeda. Berbagai macam
gaya belajar akan terlihat dalam bab-bab pelatihan. Agar pelatihan berjalan
efektif, sebaiknya rancangan pelatihan mampu mengakomodasi beragam
gaya yang berbeda. Sayangnya, pelatih seringkali cenderung hanya
menggunakan gaya belajar yang mereka sukai. Sah-sah saja jika pelatih hanya
menggunakan gaya yang “nyaman” baginya, namun seorang pelatih yang
efektif akan mampu mengadaptasi gaya belajar mereka untuk memenuhi
kebutuhan semua peserta.
“Betapa seringnya
kata-kata yang salah
penggunaannya
menimbulkan pikiran
Memotret Kapasitas Kolektif
sesat”
Potret kapasitas kelompok secara kolektif dapat diperoleh melalui tiga
(Herbert Spencer)
langkah sederhana berikut ini:
1. Mempelajari sebuah skenario yang mengandung pertanyaan, persoal-
an, atau tantangan yang telah disiapkan sebelumnya.
2. Berbagi pengalaman antara sesama peserta.
3. Menunjukkan atau memperlihatkan perbedaan-perbedaan yang akan
memperkaya pengertian atau pemikiran kelompok.

10 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Potret Diri

Contoh
Langkah 1: Memberi skenario: Berikan kasus yang menantang terkait
dengan topik pelatihan. Buat skenario yang ceritanya dekat dengan
keseharian mereka. Umpamanya, untuk bidang fasilitasi, cerita tentang
proses pertemuan multistakeholder. Untuk bidang bisnis, umpamanya
suasana di sebuah rapat direksi. Jelaskan siapa tokohnya, dialog dan interaksi
yang terjadi untuk menambahkan efek dramatisnya. Contoh skenario:

Seorang fasilitator berdiri di depan ruang pertemuan, siap untuk memulai


sebuah lokakarya. Peserta sudah duduk di meja mereka, sibuk bicara sendiri.
Sang fasilitator memulai acara dengan,“Selamat pagi, Bapak/Ibu!”. Beberapa
peserta menjawab, tapi yang lainnya tidak peduli. “Selamat pagi, Bapak/Ibu
sekalian!, “si fasilitator mengulangi, dan menekankan kata “sekalian”. Yang
masih ngobrol tetap saja ngobrol, beberapa hanya melirik sejenak ke arahnya.
Fasilitator lalu meminta peserta membuka buku panduan lokakarya, halaman
15. Beberapa mematuhi perintahnya, sementara yang lain masih terus ngobrol.
Apa menurut Anda yang harus ia lakukan?

Langkah 2: Berbagi pengalaman sebelumnya. Setelah setiap orang mendapat


kesempatan mempelajari skenario, tanyakan apakah mereka pernah
mengalami hal itu sebelumnya, dan apa yang mereka lakukan. Umpamanya:

• Siapa di antara teman-teman yang pernah melihat orang lain mengalami


hal seperti itu?
• Apakah teman-teman sendiri malah pernah mengalaminya?
• Apakah sikap seperti itu lumrah? Biasa ditemukan?
• Dalam kondisi seperti apa keadaan itu terjadi?
• Kalau dari pengalaman teman-teman sendiri, apa yang biasanya teman
“Agar mudah
teman lakukan untuk memulai lokakarya? berbicara dengan
orang, Anda harus
Langkah 3: Tunjukkan perbedaan. Begitu setiap orang memahami situasi di benar-benar yakin
bahwa Anda atau
skenario dan berbagi pengalaman tentang apa yang mereka biasanya lakukan mereka adalah orang
pada situasi yang sama, lanjutkan bertanya untuk mempertajam pemahaman. yang menarik. Dan
bahkan meyakini hal
Metode diskusi menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat ORIK ini saja tidaklah
(Obyektif, Reflektif, Interpretatif, dan Keputusan) akan sangat sesuai untuk mudah”

keperluan ini. Berikan pertanyaan yang akan memperjelas pemikiran peserta, (Mignon McLaughlin)
bahkan mungkin mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru. Dengan
memberikan pertanyaan tambahan, Anda mendukung, menantang, dan
memperkuat apa yang sudah mereka ketahui atau lakukan. Contoh
pertanyaan yang dimaksud antara lain:

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 11


Potret Diri

Untuk tingkat obyektif:


• Apa kejadiannya?
• Di mana terjadinya?
• Siapa saja yang menjadi peserta ketika itu?
• Apa yang Anda harapkan sebagai hasil lokakarya?
• Di saat memulai lokakarya, pesan apa yang ingin Anda sampaikan
yang berkaitan dengan pembelajaran dan partisipasi?

Untuk tingkat reflektif:


• Apa kejadian paling memalukan yang pernah Anda lihat dialami
fasilitator lain yang mirip dengan kasus di skenario?
• Apa contoh peristiwa paling mengesalkan yang pernah Anda alami
sendiri ketika memulai suatu proses?

Untuk tingkat interpretatif:


• Bagaimana pengalaman dan hal-hal yang pernah dilakukan peserta
pertemuan yang Anda fasilitasi, dapat mendukung tujuan Anda
tersebut?
• Menurut Anda, apa yang mestinya dilakukan seorang fasilitator untuk
menarik minat peserta pada menit-menit pertama acara lokakarya?

Untuk tingkat keputusan:


• Apa yang akan Anda lakukan berbeda, jika diminta memfasilitasi lagi
kegiatan yang sama di tempat lain?

Nah, cara pemotretan mana yang akan Anda gunakan untuk lebih mengenal
diri Anda dan kelompok yang Anda pimpin/fasilitasi? Selamat memotret.

“Pertanyaan yang
Kenali Diri Anda
sebenarnya bagi tiap
orang dalam hidupnya
bukannya apa yang telah
Lebih Dalam
diperolehnya, melainkan
apa yang telah Menguasai ilmu fasilitasi dan mengantisipasi
diperbuatnya”
faktor-faktor yang menentukan
(Thomas Carlyle) keberhasilan proses fasilitasi tidak
menjamin Anda mampu menjalankan tugas
sebagai fasilitator dengan efektif. Ada
beberapa bidang kompetensi yang harus
Anda kuasai agar bisa menjadi pelatih yang
efektif, yaitu:

12 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Potret Diri

• Yang pertama dan terpenting, para profesional yang bergerak di bidang


pelatihan dan kefasilitasian harus memiliki orientasi bisnis. Mereka harus
mementingkan adanya peningkatan kinerja pada kelompok yang di-
fasilitasinya dan fokus pada outcome bisnis fasilitasi mereka.

• Para profesional yang bergerak di bidang pelatihan harus mampu melihat


dan mengakui bahwa pelatihan bukanlah solusi yang tepat untuk suatu
masalah.

• Agar berhasil di berbagai lingkungan yang berbeda, para pelatih harus


segera mampu menyesuaikan diri dalam berkomunikasi dengan orang
lain dan beradaptasi dengan beragam golongan, budaya dan situasi.

• Mereka yang bertanggungjawab untuk melatih orang lain dalam sebuah


lokakarya/pelatihan harus mengembangkan dan menguasai beragam
keterampilan melatih. Pelatih profesional yang sejati menghabiskan
seluruh hidupnya memperbaiki hasil karyanya dan menyempurnakan
keterampilannya, mempelajari metode-metode baru, dan terus me-
mantau perkembangan berbagai tren, konsep, dan aplikasi terkini yang
terjadi di lapangan.

Selama bertahun-tahun, penelitian di bidang pendidikan telah


mengidentifikasi karakteristik personal dan profesional serta hal-hal khusus
yang terkait dengan pengajaran yang baik. Hal-hal khusus tersebut dapat
juga dijabarkan lebih lanjut. Di Lampiran 4 terdapat daftar yang dapat Anda
gunakan untuk mengidentifikasi karakteristik yang diperlukan dalam peran
Anda sebagai seorang fasilitator. Berilah tanda cek - √ - pada bagian yang
paling menggambarkan diri Anda.

Daftar tersebut adalah alat untuk mengetahui kompetensi mana yang telah
Anda miliki. Seperti Anda lihat, itu hanyalah sebuah daftar. Untuk bisa
menjadi pelatih sekaligus fasilitator yang efektif dan terus menerus
meningkatkan diri, menguasai kompetensi pada daftar itu saja belumlah
“Koordinasi
cukup. Sesungguhnya kita memulainya dengan bertanya pada diri sendiri: didapat dari
“Siapa sesungguhnya saya sebagai seorang pelatih yang fasilitatif?” dan latihan terus
menerus.”
“Bagaimana tindakan saya dapat mencerminkan sikap dan kepercayaan
saya?”. Pertanyaan-pertanyaan semacam itu sesungguhnya telah (Ivan Steiner)
menyentuh inti kecerdasan emosional.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 13


Potret Diri

Dengan kecerdasan emosional, kita akan senantiasa sadar akan pikiran


dan perasaan kita yang terdalam selama memimpin proses kegiatan. Dengan
mendengarkan suara hati, kita akan mampu secara terus menerus membaca
suasana dan tanggap atas tanda-tanda verbal dan non verbal yang
diperlihatkan peserta sebagai wujud dari perasaan mereka. Jika sebagai
pelatih yang fasilitatif kita memiliki kecerdasan emosional, kita akan terhindar
dari sifat tak peduli dan menjauhi tindakan yang mekanis dan merobot.
Mengapa? Karena kita melihat peserta kita dengan mata hati, bukan sekedar
dengan mata kepala. Semakin mampu kita mengelola pikiran-pikiran terdalam
dan perasaan kita, semakin hadir kita untuk memfasilitasi proses suatu
kegiatan.

Kenali Hati Mereka


Begitu kita mampu mengenali bagian terdalam dari diri kita sendiri, maka
terbukalah jalan bagi kita untuk lebih mengenal perasaan peserta. Dulu
orang beranggapan bahwa agar seorang pelatih dapat merebut hati peserta,
ia haruslah merengkuhnya dulu secara intelektual. Kini sebaliknya, kita
percaya bahwa untuk dapat merebut hati peserta, kita harus dapat
menyentuh perasaannya, memenangkan hatinya lebih dulu.

Untuk dapat melibatkan perasaan peserta, kita perlu mengenali lebih dulu
berbagai dimensi kecerdasan emosional. Daniel Goleman dalam bukunya
Emotional Intelligence mengatakan bahwa kecerdasan emosional
sesungguhnya lebih tinggi dari kecerdasan intelektual. Kecerdasan
emosional mempunyai 5 dimensi:
• Tahu diri: menyadari perasaan kita sendiri.
• Kontrol diri: mengontrol perasaan kita sendiri.
• Empati: melihat dan mengenali perasaan orang lain.
• Keterampilan sosial: membangun hubungan dan memfasilitasi
“Kepemimpinan interaksi.
adalah hal membuat
orang melihat Anda • Motivasi diri: mampu memotivasi diri sendiri.
dan memperoleh
keyakinan, bagaimana
Anda bereaksi, jika Bagaimana menerapkan kelimanya ketika kita berusaha mengenal peserta
Anda tekendali, maka kita?
mereka terkendali”

(Tom Laudry) Tahu Diri


Beri peluang pada peserta untuk merenung, memahami konflik-konflik
internal dalam dirinya, mengenali dan memilah-milah perasaannya sendiri.
Ingatkan mereka untuk fokus pada pemikirannya sendiri. Rob Abernathy
dan Mark Reardon menyebutnya metacognition. Ajak peserta mendengarkan
pemikirannya sendiri dan belajar dari situ.

14 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Potret Diri

Kontrol Diri
Pertama, kontrollah terlebih dahulu perasaan Anda sendiri. Bagi Anda dan
peserta Anda, ini berarti mempertajam kemampuan mengontrol kebiasaan
yang impulsif, menunda terima kasih, dan menginterupsi perasaan yang
sedang bergejolak.

Empati
Artinya belajar berada di pihak orang lain, berpikir seperti mereka, dan
menjalankan peran mereka. Strategi yang akan dapat mengikat antara lain
menafsirkan tanda-tanda (bahasa) non verbal, serta mengenali dan
membedakan perasaan-perasaan orang lain.

Keterampilan Sosial
Sebagai seorang fasilitator proses belajar, Anda perlu memberi contoh
kepemimpinan yang aktif dan sukses dalam mencapai tujuan.
Memperlihatkan persahabatan sejati dan mendengarkan secara efektif.
Aspek kunci pada keterampilan sosial ini adalah kemampuan mengelola
konflik kapanpun ia muncul.

Motivasi Diri
Tugas lain seorang fasilitator adalah membangkitkan motivasi diri, tidak
hanya dirinya sendiri, tetapi dan terlebih lagi, motivasi diri kelompok yang
ia fasilitasi. Bersama peserta Anda dapat memulainya dengan menyepakati
tujuan-tujuan pelatihan yang dapat dicapai. Caranya dengan menganalisis
tugas-tugas yang akan dikerjakan selama pelatihan dan memecahnya menjadi
bagian-bagian yang dapat dikerjakan (doable). Apa tugas Anda sebagai
fasilitator proses, apa pula tugas mereka sebagai peserta.

“Teman yang baik


selalu memberitahu
bahwa kita spesial...
dan apa alasannya”

(Patti Stemple)

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 15


16 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator
BAB 2
Teori Dasar Pembelajaran

Pada bab ini Anda akan menemukan:


• Mengapa fasilitator perlu mengetahui teori belajar.
• Bagaimana proses belajar yang berdasarkan
kemampuan otak (brain-based learning).
• Bagaimana pula proses belajar yang berdasarkan
keterhubungan atau konteks (contextual learning).
• Pendekatan dan gaya belajar.
• Hubungan gaya belajar, metode dan hasil belajar.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 17


Teori Dasar Pembelajaran

Mengapa Perlu
Seorang fasilitator mempunyai tugas utama
membantu sebuah kelompok meningkatkan
efektivitasnya dengan cara menyempurnakan
proses dan struktur pertemuan pada kelompok
itu. Proses artinya bagaimana kelompok bekerja
bersama. Termasuk di dalamnya bagaimana
masing-masing anggotanya berinteraksi satu
sama lain, bagaimana mereka mengidentifikasi
dan memecahkan persoalan, bagaimana mereka
membuat keputusan-keputusan, dan bagaimana
mereka menangani konflik. Struktur maksudnya
bagaimana proses interaksi anggota kelompok
itu berlangsung.

Untuk melaksanakan semua itu, seorang fasilitator perlu memiliki


pengetahuan dasar mengenai beberapa hal yang berkaitan erat dengan
proses dan struktur dalam kelompok. Anggota kelompok berinteraksi
dan saling belajar, maka fasilitator perlu tahu tentang teori belajar, tentang
berbagai gaya belajar. Seorang fasilitator juga perlu tahu kiat agar kelompok
yang difasilitasinya terus mengikuti proses kelompok dengan bergairah,
maka ia pun perlu tahu bagaimana mengelola kreativitas.

Hingga saat ini, pernahkah kita coba mengenali organ penting yang selama
ini membantu kita bekerja? Sebuah organ yang dapat mengkoordinasikan
segala tindak tanduk kita? Kita semua tahu, organ tersebut adalah otak,
namun sayangnya tidak banyak yang mencoba membuka misterinya.
Digunakan, tetapi luput dari perawatan dan usaha pengembangan.
“Visimu akan menjadi
jelas bila kau mau
melihat ke dalam Sesi ini akan berusaha mengupas hal tersebut untuk menjadikan seseorang
hatimu. Siapa yang lebih optimal dalam proses pembelajaran.
melihat keluar akan
berrmimpi. Mereka
yang melihat ke dalam
terbangkitkan”
Otak dan Pembelajaran
(Carl Jung)
Otak berkembang seiring dengan perkembangan peradaban dan evolusi
manusia. Strukturnya yang berlapis dengan jelas menunjukkan hal tersebut.
Mulai dari bagian terdalam dan paling tua yakni bagian ‘reptilia’ dan bergerak
keluar melalui sistem lymbic menuju neokoteks, di mana perilaku rasional
berada.

Otak kita sendiri berkembang dan berubah dari waktu ke waktu, dengan
sel-sel saraf yang mati dan terbentuk kembali, sistem jaringan yang

18 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Teori Dasar Pembelajaran

dihancurkan dan dibangun kembali. Otak memilih dan memperkuat atau


memperlemah jaringan-jaringan tertentu untuk membangun stuktur syaraf
kompleks yang menentukan cara berpkir kita. Kemudian kita membentuk
kembali “model” neural ini melalui pengalaman, pendidikan dan pelatihan.

Anak yang baru lahir memiliki kapasitas fundamental, namun belum


sempurna untuk memahami berbagi sinyal yang mungkin dihasilkan dari
instruksi genetis. Pengalaman berikutnya bekerja pada dasar genetik. Tugas
mendesak pertama bagi anak-anak adalah mengembangkan dengan cepat
kapasitasnya dalam memahami berbagai sinyal membingungkan dari
lingkungannya. Dalam dua tahun pertama hidupnya, sebagian besar anak
tampak mengembangkan kemampuan ini.

Proses yang terlibat adalah memahami dari mana datangnya stimulus dan
kemudian mengkategorikan sinyal tersebut ke dalam beberapa kasus khusus
dari pola-pola yang lebih umum. Campuran bayangan dan warna dikenali
sebagai bola, wajah di dekat bayi dikenali sebagai ibu. Anak-anak mampu
membentuk model yang holistik tanpa terhambat dalam detilnya.
Kategorisasi adalah kuncinya. Pengalaman-pengalaman ini juga
dipertahankan dalam bentuk memori pola-pola kompleks yang tersebar
di seluruh otak dan tidak bersifat representasional, melainkan dibangkitkan
oleh pola-pola lain dan oleh stimuli eksternal.

Dengan semakin kayanya dunia internal dalam benak anak, maka dunia
eksternal perlahan berkurang. Model-model yang dikembangkan otak
menggantikan sinyal input dari sumber-sumber eksternal. Saat menghadapi
pengalaman baru, otak mengaktifkan suatu aktivitas syaraf yang kompleks
atau “model mental” yang paling menyerupai. Kita bisa merasakan kehadiran
model-model tersebut ketika kita mengungkapkan penyesalan atas
kebiasaan yang ada kalanya membentuk kehidupan kita sebagai orang
dewasa.

Dengan kata lain, berkembangnya model mental adalah garis batas antara
masa kanak-kanak dan kedewasaan. Kita terus tumbuh dengan dunia yang “Kita mesti
kita kenal, yang dapat dipandang sebagai ilusi yang bersahabat. Bersahabat belajar melihat
dunia yang baru”
karena ia membantu kita untuk berkembang secara efisien, sekalipun hal
itu merupakan ilusi. (Albert Einstein)

Kita dapat memahami model mental kita dengan melihat dari mana model-
model tersebut berasal. Ada perdebatan panjang mengenai pengaruh alam
(nature) versus pengaruh perkembangan (nurture) dalam pembentukan
cara berpikir kita. Sekarang ini tampak semakin kuat bahwa alam, dalam
bentuk genetik, memainkan peran penting dalam menentukan siapa kita.
Banyak kemampuan dasar otak, seperti bahasa, tampak ditentukan sejak
kelahiran berdasarkan sifat genetik yang kita warisi.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 19


Teori Dasar Pembelajaran

Jelas bahwa kita dilahirkan dengan perangkat keras dan jaringan fisik yang
mempengaruhi cara kita melihat dunia. Genetik tampaknya memberikan
basis fundamental mengenai siapa kita dan apa yang dapat kita lakukan,
dan kemudian pengalaman memainkan peranan besar dalam membentuk
kemampuan ini, memperkuat dan memperlemah bagian yang lainnya.
Sejumlah faktor pengembangan (nurture) membentuk ulang model mental
kita, termasuk pendidikan, pelatihan, pengaruh orang lain, penghargaan dan
insentif serta pengalaman pribadi.

Isi Otak Kanan dan Kiri

“Perubahan yang
paling bermakna dalam
hidup adalah
Otak kita luar biasa. Di dalam otak terdapat 100 milyar sel, masing-masing
perubahan sikap. berhubungan dan berkomunikasi dengan 10.000 sel-sel lainnya. Mereka
Sikap yang benar akan
menghasilkan tindakan
bersama membentuk jaringan kompleks beberapa quadrillion
yang benar.” (1.000.000.000.000.000) penghubung yang menuntun cara kita bicara,
makan, bernafas, dan bergerak.
(William J. Johnston)

James Watson, peraih Hadiah Nobel karena membantu penemuan DNA,


menggambarkan otak manusia sebagai “benda paling kompleks yang kita
temukan di alam semesta ini.” Meski otak begitu kompleks, bentuk luarnya
sederhana dan simetris. Banyak ilmuwan sejak lama telah mengikuti Garis
Syaraf Mason Dixon membagi otak dalam dua wilayah. Dan perkembangan
berikutnya menegaskan bahwa dua wilayah otak itu terpisah namun tak
sama.

20 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Teori Dasar Pembelajaran

Menurut teori, bagian kiri merupakan bagian yang penting, bagian yang
membuat kita sebagai manusia. Otak kanan bagian pelengkap - merupakan
sisa-sisa perkembangan awal manusia. Wilayah kiri berisi rasional, analitis
dan logis. Intinya semua yang kita pandang layak dalam otak.Wilayah kanan
sifatnya diam, tidak logis dan instingtif - suatu jejak yang ditinggalkan alam
untuk mengingatkan bahwa manusia sudah berkembang.

Dahulu kala pada zaman Hippocrates, para dokter meyakini bahwa otak
kiri, karena ukurannya yang sama, dianggap tempat kediaman hati dan
merupakan bagian yang esensial. Dan pada tahun 1800-an, ilmuwan mulai
mengumpulkan bukti-bukti mendukung pandangan tersebut. Tahun 1860-
an, ahli syaraf Perancis, Paul Broca, menemukan bahwa bagian otak kiri
mengendalikan kemampuan berbahasa.

Sepuluh tahun kemudian, Carl Wernicke, seorang ahli syaraf dari Jerman
menemukan hal yang serupa, yakni kemampuan untuk memahami bahasa.
Penemuan tersebut mendukung lahirnya silogisme yang sesuai dan
meyakinkan. Bahasalah yang membedakan manusia dari binatang. Bahasa
menghuni otak kiri. Oleh karena itu otak kiri-lah yang membuat kita sebagai
manusia.

Hingga tahun 1950, Roger W. Sperry mengubah pandangan kita tentang


otak dan diri sendiri. Sperry mempelajari seorang pasien yang menderita
serangan epileptik sehingga corpus collosum-nya harus diambil, yakni suatu
bundel berisi 300 juta serabut syaraf yang menghubungkan kedua wilayah
otak.

Dalam serangkaian eksperimen tersebut, Sperry menemukan bahwa


pandangan selama ini tidak benar adanya. Memang otak kita terpisah dua
bagian, namun wilayah otak minor atau subordinat yang selama ini kita
anggap buta huruf dan cacat mental, dan bahkan dianggap tak ada oleh
beberapa tokoh, ternyata merupakan bagian superior dalam menjalankan “Orang-orang yang
tugas mental tertentu. tak bisa mengubah
pikirannya tak akan
mengubah apapun.”
Dengan kata lain, otak kanan bukannya kurang penting dibanding otak kiri,
(George Bernard Shaw)
melainkan hanya berbeda. Terlihat ada dua cara berpikir, terletak dalam
tatanan yang terpisah di wilayah kiri dan kanan otak. Otak kiri berpikir
runtun, sangat hebat dalam menganalisis dan menata kata. Otak kanan
berpikir holistik, cepat mengenali pola-pola, dan mampu menafsirkan
ekspresi non verbal dan emosi. Manusia sesungguhnya mempunyai dua
cara berpikir. Riset ini menghasilkan hadiah nobel di bidang kedokteran
bagi Sperry.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 21


Teori Dasar Pembelajaran

Pemahaman tentang hal ini sangat penting bagi seorang fasilitator, karena
fasilitator tidak hanya akan mengolah pengetahuan dan analisis tetapi harus
sekaligus menguasai pilihan kata, bahasa non verbal dan emosi. Pengetahuan
ini akan sangat berguna dalam dunia kefasilitasian.

Bukan Seperti
Tombol ‘On and Off’
Kedua wilayah otak tidak bekerja seperti tombol “on” dan “off ”, yang satu
segera mati bila yang lain dinyalakan. Kedua belahan memainkan peran hampir
dalam segala hal yang kita lakukan. Kita bisa mengatakan bahwa wilayah
otak tertentu lebih aktif dibandingkan yang lain jika melakukan fungsi tertentu,
namun kita tidak bisa mengatakan bahwa fungsi tersebut terikat pada
wilayah tertentu.

Para ahli bersepakat bahwa kedua wilayah otak pendekatannya berbeda


dalam menuntun tindakan, pemahaman dan respon kita terhadap sebuah
kejadian. Perbedaan tersebut pada akhirnya, menentukan sikap kita dalam
menjalani kehidupan pribadi dan profesional kita.
Setelah lebih dari tiga dekade penelitian wilayah otak, pada akhirnya
penemuan-penemuan tersebut dapat dirangkum ke dalam empat
perbedaan kunci.

• Otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh; otak kanan


mengontrol sisi kiri

Hal ini dapat dengan jelas kita lihat pada kejadian stroke. Stroke yang
menyerang bagian otak kanan seseorang, maka akan menyebabkan
seseorang sulit menggerakkan bagian tubuh sisi kiri, demikian pula stroke
“Otak bukanlah yang otak kiri akan menyebabkan kelumpuhan bagian tubuh sisi kanan.
terutama, tapi apa yang
memandunya –
karakter, hati, kualitas Umumnya 90% populasi bersifat ‘tangan kanan’. Itu berarti 90% populasi
kebaikan, dan ide-ide otak kiri mereka yang mengontrol bagian penting seperti menulis, makan
progresif.”
dan menggerakkan mouse komputer. Keadaan kontralateral terjadi tidak
(Fyodor Dostoyevsky, hanya jika kita menuliskan nama atau menyepak bola, tetapi juga jika
novelis Rusia)
menggerakkan mata atau kepala.

• Otak kiri bersifat rentetan, otak kanan simultan

Otak kiri khususnya, ahli dalam serentetan kejadian dimana unsur-


unsurnya muncul satu sesudah yang lain dan mengontrol rentetan
kelakuan. Rentetan fungsi yang dikerjakan otak kiri antara lain aktivitas
verbal, seperti berbicara, memahami pembicaraan orang lain, membaca

22 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Teori Dasar Pembelajaran

dan menulis. Sebaliknya otak kanan tidak berjalan dalam rentetan tertata
A-B-C-D-E. Talenta uniknya adalah kemampuan untuk menafsirkan
sesuatu secara simultan. Sisi kanan otak kita ini “ahli” dalam melihat
banyak hal sekaligus; dalam melihat semua bagian dari suatu benda
geometris dan menangkap bentuknya, atau dalam melihat semua unsur
suatu situasi, dan memahami maksudnya. Hal ini membuat otak kanan
secara khusus berguna dalam menafsirkan wajah-wajah. Dan hal itu
memberi manusia keuntungan komparatif melebihi komputer.

• Spesialisasi otak kiri dalam teks, otak kanan dalam konteks

Kebanyakan bahasa berasal dari otak kiri (ini benar untuk 95% orang
tangan kanan dan 70% untuk tangan kiri). Sisanya, 8% populasi,
pembedaan kerja bahasa jauh lebih kompleks. Namun otak kanan tidak
meletakkan tanggung jawab sepenuhnya kepada otak kiri. Melainkan,
kedua sisi melakukan fungsi yang saling melengkapi.

Untuk menyederhanakannya, otak kiri menangani apa yang dikatakan;


sedangkan otak kanan fokus pada bagaimana sesuatu itu dikatakan:
bahasa non verbal, petunjuk emosional yang disampaikan melalui
tatapan, ekspresi wajah dan intonasi.

Perbedaan antara otak kiri dan otak kanan lebih kompleks dibandingkan
perbedaan antara kata verbal dan non verbal, petunjuk emosional yang
disampaikan. Perbedaan teks/konteks, yang berasal dari Robert
Ornstein, diterapkan semakin luas. Misalnya, bahasa-bahasa tertentu
sangat tergantung pada konteks.

• Otak kiri menganalisis detil, otak kanan membuat sintesa


gambaran menyeluruh

Secara umum otak kiri terlibat dalam menganalisis informasi, sebaliknya


“Jika hatiku mampu
otak kanan spesialisasinya adalah sintesis, khususnya ahli dalam berpikir, dapatkah
menyatukan unsur-unsur terpisah sehingga sesuatu dapat dipahami otakku merasakan
sesuatu?”
secara keseluruhan.
(Van Morrison)
Analisis dan sintesis tersebut merupakan dua cara mendasar untuk
memahami informasi. Kita bisa memilah keseluruhan dalam komponen-
komponen. Atau kita juga dapat menyatukan komponen-komponen
tersebut dalam suatu kesatuan yang utuh. Keduanya merupakan hal
dasar pemikiran manusia, namun keduanya merupakan kerja bagian
otak yang berbeda. Otak kiri menangkap detil, tetapi hanya otak kanan
yang bisa menangkap gambar secara keseluruhan.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 23


Teori Dasar Pembelajaran

Pembelajaran Kontekstual
Setelah era pembelajaran berbasis kemampuan otak, selanjutnya
berkembang pula apa yang disebut sebagai pembelajaran berbasis
kontekstual. Pembelajaran ini dilandasi oleh filosofi bahwa seorang
pembelajar akan mau dan mampu menyerap materi pelajaran jika ia dapat
menangkap makna dari pembelajaran tersebut. Dengan kata lain, ia dapat
melihat hubungan hal yang dipelajarinya dengan kenyataan sehari-hari
dalam kehidupannya.

Pada hakekatnya pembelajaran konstektual dapat diringkas menjadi tiga


“Kita lahir untuk kata, yaitu makna, bermakna dan dibermaknakan. Dalam proses belajar, orang
memaknai, bukan untuk belajar dari mengalami sendiri, lalu mengkonstruksi pengetahuan, dan
kesenangan. Kecuali,
jika kesenangan memberi makna pada pengetahuan itu (merefleksikannya). Pemaknaan atas
tersebut masuk ke pengetahuan baru itu ia hubungkan dengan kenyataan. Transfer belajar
wilayah pemaknaan”
barulah terjadi ketika si pembelajar mengetahui makna dari apa yang ia
(Jacob Nedleman) pelajari dan menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang
diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.

24 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Teori Dasar Pembelajaran

Pada pembelajaran konstektual, beberapa strategi yang dapat ditempuh


antara lain: pertama, pembelajaran berbasis problem (persoalan nyata);
kedua, menggunakan konteks atau lingkungan belajar yang beragam; ketiga,
mempertimbangkan kebhinnekaan peserta belajar ; keempat,
memberdayakan peserta untuk belajar mandiri; kelima, belajar melalui
kolaborasi; keenam, menggunakan penilaian autentik; dan ketujuh, mengejar
standar unggul untuk peningkatan daya saing.

Pendekatan dan Gaya Belajar


Pedagogi
Kita telah mengenal model pembelajaran pedagogi yang mendominasi dunia
pendidikan dan pelatihan selama berabad-abad. Karena hal tersebut telah “Belajar adalah
menjadi standar, orang biasanya menggunakan pendekatan tersebut jika mengubah perilaku.
Anda belum
mereka diminta untuk mengajar atau melatih orang lain. Model pedagogi belajar apapun hingga
berpegang pada beberapa asumsi berikut ini: Anda dapat mengambil
tindakan dan
menggunakannya”
• Pengajar/guru bertanggungjawab atas proses pembelajaran,
(Don Shula dan
termasuk apa dan bagaimana peserta/siswa belajar. Peran peserta/ Ken Blanchard)
siswa menjadi pasif.
• Karena peserta/siswa kurang memiliki pengalaman dan pengajar/guru
dianggap ahli - “sang guru”, menjadi tanggung jawab pengajar untuk
memberikan ilmunya kepada peserta/siswa. Hal ini berarti
membanjiri peserta dengan informasi melalu cara-cara tradisional
seperti ceramah, buku pelajaran, panduan, dan video yang
digunakan oleh para “ahli” untuk membagi pengetahuan dan
pengalaman mereka.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 25


Teori Dasar Pembelajaran

• Kita termotivasi untuk belajar karena hal tersebut “harus” jika


ingin lulus tes, naik ke tingkat yang lebih tinggi, atau memperoleh
ijasah.
• Belajar adalah pemberian informasi secara terpusat. Guru
“mengulas materi” sehingga para peserta/siswa dapat menyerap
informasi yang diberikan dalam urutan logis tertentu.
• Motivasi belajar lebih banyak datang dari luar. Tekanan dari pihak-
pihak yang lebih berkuasa dan ketakutan akan akibat negatif
menjadi pendorong bagi pelajar. Pada intinya, guru mengendalikan
pembelajaran melalui pemberian penghargaan dan penerapan
disiplin.

Hingga saat ini, model pembelajaran pedagogi ini masih banyak digunakan
orang; tidak hanya di dunia pendidikan formal (sekolah, kuliah), tetapi juga
dalam pendidikan non formal dan pelatihan-pelatihan.

“Entah dalam
percakapan berdua atau
dalam kelompok,
Andragogi
jika Anda menguasai
seluruh pembicaraan,
Anda, membosankan
Pelatihan biasanya dikaitkan dengan pendidikan bagi orang dewasa, dan
bagi orang lain!” untuk melaksanakannya orang menerapkan model pembelajaran bagi orang
dewasa (andragogi). Model ini mempercayai bahwa orang dewasa
(Helen Gurley Brown)
mempunyai berbagai kebiasaan dalam belajar. Oleh karena itu seorang
pelatih perlu memperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan
kebiasaan orang dewasa belajar:

• Gaya Belajar. Orang belajar dengan cara atau gaya yang berbeda.
Ada yang lebih suka mendengarkan, ada yang lebih suka
menggunakan gambar, dengan mengikuti instruksi, dan sebagian

26 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Teori Dasar Pembelajaran

orang membutuhkan peragaan. Gaya belajar berkaitan dengan


pendekatan seseorang dalam belajar dan cara orang tersebut
bereaksi terhadap apa yang dipelajarinya. Ada beberapa acuan yang
bisa digunakan untuk menilai gaya belajar sesorang. David Kolb dalam
bukunya Learning Style Inventory (1981) menggunakan proses
penilaian diri (self-assessment) untuk meningkatkan kesadaran
bahwa orang memiliki cara belajar yang berbeda sehingga kepekaan
untuk merancang dan melaksanakan pelatihan yang sesuai bagi
semua gaya belajar sangatlah penting.

• Memahami gaya belajar peserta. Ada berbagai sudut pandang yang


digunakan orang untuk mengenali cara belajar seseorang. Di bagian
awal buku ini (Potret Diri) telah dibahas salah satu sudut pandang,
yang melihat adanya 4 golongan besar tipe pembelajar (perasa,
pengamat, pemikir, pekerja). Keempat kategori itu sebetulnya
tergambarkan juga dalam bentuk lain pada tes kepribadian MBTI
(perasa = Feeling; pengamat = Perceiving; pemikir = Thinking, dan
pekerja = Judging). Sudut pandang lain adalah dari kaca mata
Howard Gardner, yang dalam bukunya Frames of Mind (1993)
menyebutkan ada 8 cara orang belajar. Menurut Gardner, setiap
orang memiliki kedelapan kecerdasan itu dan dapat
memanfaatkannya dengan produktif. Hanya saja, pada setiap orang
ada kecerdasan tertentu yang lebih menonjol. Pandangan ini populer
dengan sebutan multiple intelligences. Kedelapan kecerdasan yang
ia maksudkan adalah kecerdasan visual-ruang, verbal-linguistik,
interpersonal, musikal-irama, naturalis, fisik-kinestetik, intrapersonal,
dan logika-matematis.
·
• Memahami cara penerimaan. Selain memahami gaya belajar, seorang
pelatih yang efektif harus mampu memahami beragam cara
penerimaan yang berbeda. Menurut M. B. James dan M.W. Galbraith
(1985), peserta belajar juga mempunyai preferensi dalam hal cara
menerima dan mencerna informasi:
“Orang belajar sedikit
dari kesuksesan tapi
Visual Video, slide, grafik, foto, peragaan, metode dan media belajar banyak dari
kegagalan.”
yang menciptakan kesempatan bagi peserta untuk
merasakan pengalaman belajar menggunakan mata. (Pepatah Arab)

Cetak Teks; latihan menggunakan kertas dan pensil, kata


yang tertulis.
Pendengaran Ceramah, rekaman audio, metode-metode yang
memungkinkan peserta untuk sekedar mendengar-
kan dan menerima informasi melalui telinga

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 27


Teori Dasar Pembelajaran

Interaktif Diskusi kelompok, sesi tanya-jawab, cara-cara yang


membuat peserta berkesempatan bicara dan
terlibat dalam pertukaran ide, pendapat, dan reaksi
dengan peserta lain.
Taktil Praktek langsung, penyusunan model, metode-
metode yang mengharuskan peserta menyentuh
benda (obyek) atau menyusunnya
Kinestetik Bermain peran, permainan dan kegiatan fisik, cara-
cara yang memerlukan keterampilan psikomotor
dan bergerak dari satu tempat ke tempat lain.

Hubungan Gaya Belajar, Metode,


dan Hasil Belajar
Lebih duapuluh empat abad yang lalu, Confusius mengatakan :
Apa yang saya dengar, saya lupa.
Apa yang saya lihat, saya ingat.
Apa yang saya kerjakan, saya pahami.

Ketiga pernyataan itu menggambarkan dengan sangat jelas betapa


pembelajaran yang aktif sangat dibutuhkan. Mel Silberman dalam bukunya
Active Training (1998) mengembangkan pernyataan Confusius itu menjadi
5 prinsip pembelajaran aktif :

Ketika saya dengar, saya lupa.


Ketika saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit.
Ketika saya dengar, lihat, tanya atau bahas dengan orang lain, saya
mulai mengerti.

Ketika saya dengar, lihat, bahas, dan lakukan, saya mendapat


pengetahuan dan keterampilan.
Ketika saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.
“Semua yang ada
di dunia adalah
laboratorium untuk Kelima prinsip itu dikembangkan dan diyakini oleh Silberman, setelah banyak
menggali pikiran.” orang yang mempopulerkan pembelajaran aktif menemukan bahwa berbagai
(Martin H. Fischer) cara pengajaran dapat mempengaruhi tingkat daya ingat (retensi) :

Kuliah/mengajar 5%
Membaca 10%
Audiovisual 20%
Demonstrasi/peragaan 30%
Diskusi 50%
Praktek/mengerjakan 75%
Mengajar orang lain 90%

28 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Teori Dasar Pembelajaran

Temuan ini sejalan dengan temuan Albert Mehrabian pada tahun 1967,
bahwa hanya 7% dari suatu pesan yang dapat diterima dengan baik bila
disampaikan dengan kata-kata, 38% oleh cara menyampaikannya dan 55%
oleh raut muka dan bahasa tubuh. Mengapa kebanyakan orang dewasa
cenderung lupa apa yang mereka dengar? Karena perbandingan antara
jumlah kata-kata yang diucapkan seorang pelatih tidak seimbang dengan
jumlah kata-kata yang mampu ditangkap peserta. Kebanyakan pelatih
mengucapkan antara 200 sampai 300 kata per menit, sementara pesertanya,
bila berkonsentrasi penuh, hanya mampu menangkap 50 sampai 100 kata
permenit, atau setengah dari kata-kata yang diucapkan pelatih. Itu karena
mereka memikirkan banyak hal ketika sedang mendengarkan si pelatih.

Jadi, sungguh sulit untuk mengikuti pelatih yang senang ngoceh. Bahkan
meskipun materinya menarik, sulit berkonsentrasi untuk rentang waktu
yang lama. Sebuah hasil studi menunjukkan bahwa mahasiswa di ruang
kuliah tidak memperhatikan sebanyak 40% dari jam kuliah (Pollio, 1984).
Lebih jauh lagi, meskipun mahasiswa dapat mengingat 70% dari apa yang ia
dengar pada 10 menit pertama, mereka hanya dapat mengingat 20% dari
10 menit terakhir (McKeachie, 1986). David dan Roger Johnson bersama
Karl Smith mengemukakan beberapa masalah yang dapat ditemui bila
metode kuliah digunakan tanpa jeda (Johnson, Johnson, and Smith, 1991):

• Perhatian khalayak menurun dari menit ke menit.


• Metode kuliah saja hanya cocok untuk pembelajar yang punya
gaya belajar mendengar (auditory learner).
• Metode kuliah cenderung hanya membantu mempelajari informasi
faktual saja dengan tingkat pembelajaran yang rendah.
• Metode ini mengasumsikan bahwa semua peserta membutuhkan
informasi yang sama pada waktu yang sama.
• Orang cenderung tidak menyukainya.

Bila kita kaitkan filosofi Confusius dengan pandangan Howard Gardner


“Sesungguhnya, kamu
(8 kecerdasan) dan M.B. James dan M.W. Galbraith (6 cara menerima dan belajar setiap hari, jika,
mencerna informasi), serta temuan David dan Roger Johnson dengan Karl kamu mau
Smith tentang metode kuliah, dapat disimpulkan bahwa semakin bervariasi memperhatikannya.”

cara (metode) dan sarana (media) yang kita gunakan dalam proses (Roy LeBlond)
pembelajaran, akan semakin banyak aspek kecerdasan yang dapat kita
sentuh, dan akan semakin gencarlah terjadi rangsangan di dalam otak yang
akan membuat orang menjadi lebih kreatif. Bila Anda ingin menjadi fasilitator
yang membantu peserta menjadi kreatif, pertanyaan-pertanyaan berikut
perlu Anda jawab:

1. Peserta pelatihan yang memiliki kecerdasan visual-ruang berpikir


dengan gambar dan visual. Bagaimana saya dapat merangsang indera

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 29


Teori Dasar Pembelajaran

lihat mereka? Bagaimana saya akan memanfaatkan warna, lukisan, alat


peraga, dan imajinasi untuk merangsang ide-ide mereka?
2. Peserta dengan kecerdasan verbal-linguistik berpikir dengan kata-
kata. Bagaimana saya dapat menggunakan bahasa, tulisan maupun lisan,
untuk merangsang pikiran mereka? Bagaimana saya dapat
memanfaatkan cerita, diskusi, debat, dan percakapan untuk membantu
mereka memahami suatu informasi?
3. Peserta dengan kecerdasan interpersonal berpikir dengan cara
berkomunikasi dengan orang lain. Bagaimana saya akan mengikat mereka
dalam interaksi dan komunikasi inter-personal untuk menyampaikan
sesuatu? Bagaimana saya akan menggunakan simulasi kelompok, berbagi
pandangan, dan kerja sama di antara sesama peserta untuk memperkuat
proses belajar mereka?
4. Peserta dengan tipe musikal-irama berpikir dalam suara, irama dan
nada-nada. Bagaimana saya bisa menyertakan nada, irama, dan berbagai
bunyi untuk menyampaikan informasi penting?
5. Peserta bertipe naturalis punya kekuatan dalam mengenal bentuk
dan pola yang ada di alam. Bagaimana saya bisa menggunakan berbagai
produk, benda dan proses alam untuk memperkaya pengalaman belajar
mereka?
6. Peserta dengan kecerdasan fisik-kinestetik berpikir melalui gerak dan
sensasi fisik. Bagaimana saya dapat memanfaatkan gerakan fisik untuk
memudahkan mereka mengingat sesuatu? Bagaimana simulasi dan
latihan langsung dapat membantu memudahkan proses belajar
mereka?
7. Peserta bertipe intrapersonal berpikir melalui perasaan dan intuisi.
Bagaimana saya dapat menyentuh aspek emosi dan refleksi diri mereka
untuk membantu pikiran-pikiran mereka yang tersimpan dalam bisa
muncul ke permukaan?
8. Tipe logis-matematis berpikir secara konseptual dan punya kelebihan
dalam melihat hubungan-hubungan serta mengenali pola. Bagaimana
saya bisa menggabungkan pendekatan yang induktif dan deduktif, dan
pengenalan terhadap pola-pola yang abstrak? Bagaimana pula saya dapat
menyertakan angka-angka, penghitungan, logika dan berpikir kritis, untuk
“Saya selalu siap membantu mereka belajar?
untuk belajar, pun
begitu saya tidak
terlalu suka Akhirnya, bagaimana Anda menghadapi kenyataan ini sebagai seorang
diajari.” pelatih? Dan bagaimana Anda akan membantu calon fasilitator yang Anda
latih untuk tidak menggurui? Kita bahas di bagian selanjutnya.
(Winston Churchill)

30 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


BAB 3
Manajemen Kreativitas
dan Pengetahuan

Pada bab ini Anda akan menemukan:


• Apa maksud manajemen kreativitas.
• Beda kreativitas dengan inovasi.
• 2 hal yang membelenggu kreativitas
• Mengapa fasilitator perlu mengelola
pengetahuan.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 31


Manajemen Kreativitas dan Pengetahuan

Manajemen
Kreativitas

Sebagai seorang fasili- tator


sudah pasti Anda bekerja
bersama sekumpulan orang
dengan latar belakang berbeda-
beda. Ada kalanya Anda
memfasilitasi tema yang sama
untuk kelompok berbeda atau
sebaliknya, tema berbeda untuk
kelompok yang sama. Membuat
sebuah proses fasilitasi berhasil
dalam artian mencapai apa yang
ingin dicapai oleh kelompok
tentulah tak sulit bagi seorang
fasilitator berpengalaman seperti Anda. Namun, sebagai seorang agen
perubahan, Anda pasti menyadari bahwa keberhasilan fasilitasi tidak
sekedar dari tercapainya tujuan fasilitasi tersebut. Yang paling penting
adalah bagaimana para peserta fasilitasi mendapat insight dari proses
tersebut dan ‘pencerahan’ tersebut bersifat menetap. Lantas bagaimana
caranya menjadi seorang fasilitator yang seperti itu? Kuncinya adalah
kreativitas dan inovasi. Hal berikutnya yang penting Anda ketahui adalah
bagaimana mengelola pengetahuan yang Anda dapat dari pengalaman itu.

Apa beda kreativitas dengan inovasi?


Kreativitas adalah proses melahirkan ide atau gagasan. Proses ini
“Anak-anak
perlu dididik,
merupakan perpaduan dari motivasi, waktu, usaha dan pengetahuan.
tapi mereka Sementara Inovasi seringkali diartikan sebagai ide yang aplikatif dan tindakan
juga harus yang mendatangkan hasil. Kreativitas adalah produk berpikir divergen,
dibiarkan mendidik
diri sendiri.” sedangkan inovasi adalah hasil dari berpikir konvergen. Atau sederhananya,
kreativitas untuk menciptakan sesuatu yang baru, sedangkan inovasi
(Abbé Dimnet,
Art of Thinking, menciptakan hal yang berbeda dari yang sebelumnya sudah ada.
1928)

Kreativitas saja, dalam artian penciptaan ide-ide baru, tidaklah mencukupi.


Yang kita butuhkan adalah inovasi yaitu bagaimana caranya menerjemahkan
sebuah ide (entah itu ide lama atau baru) ke dalam sebuah tindakan. Inovasi
lahir dari gabungan pengetahuan yang sudah ada dan pengembangan
pengetahuan yang baru.

32 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Manajemen Kreativitas dan Pengetahuan

Belenggu Kreativitas dan Inovasi


Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa kreativitas adalah sesuatu yang
inheren, yang ada di diri setiap manusia. Bahkan kebutuhan untuk berkreasi
(need to create) adalah daya hidup yang mendorong umat manusia bertahan
di dunia ini. Bila demikian, mengapa tak banyak hal kreatif yang terjadi?
Mengapa saya tidak sekreatif itu? Jawabannya, selama kita masih memiliki
belenggu yang mengikat pola pikir kita, selama itu pula kita tak akan bisa
menjadi kreatif, apalagi inovatif.

Belenggu 1. Paradigma

Paradigma terdiri dari ekstraksi teori, prinsip, dan nilai-nilai yang kita miliki
yang sudah terinternalisasi sedemikian rupa sehingga ada kalanya kita tidak
menyadari bahwa kita memilikinya. Paradigma inilah yang merupakan
infrastruktur yang menentukan pola pikir dan cara kita memandang dunia.
Di sisi lain, paradigma berfungsi sebagai ‘sistem kekebalan’ yang
memusnahkan pikiran atau ide yang dapat mengganggu sistem nilai kita.
Yang menjadi masalah adalah bila paradigma kita terlalu kaku sehingga ia
akan memusnahkan semua ide-ide yang baru dan berbeda.

Belenggu 2. Absolut dan tak tergantikan

Model Berpikir adalah ‘alat’ yang kita gunakan untuk membuat prediksi,
menjadi acuan kita bertindak dan memahami dunia. Satu model cocok
untuk menyelesaikan satu masalah, sementara model lain menjawab hal
yang berbeda. Kita seringkali terjebak bahwa masalah A hanya bisa dijawab
dengan B. Sementara B sama sekali tidak bisa digunakan untuk
menyelesaikan C. Padahal, di dunia yang selalu berubah ini, bisa jadi B bukan
solusi yang paling tepat untuk A. Atau bahkan B bisa digunakan untuk
menyelesaikan A dan C sekaligus. Tidak ada satu hal pun yang absolut dan
tak tergantikan. Kita selalu bisa menemukan solusi yang lebih tepat, lebih
efektif untuk satu hal. Kita pun akan bisa menjawab lebih banyak pertanyaan “Kreativitas adalah
keberanian untuk
jika kita mau membebaskan diri dari belenggu bahwa hanya ada satu jawaban melepaskan diri dari
yang pasti untuk satu masalah. kepastian”

(Erich Fromm)
Belenggu 3. Takut

Perasaan takut adalah hal yang paling sering membelenggu kreativitas.


Perasaan takut salah dan takut gagal membuat kita seringkali memilih untuk
menggunakan cara-cara ‘aman’ yang sudah pernah kita lakukan dan berhasil.
Cobalah berpikir seperti kanak-kanak. Dunia ini adalah sebuah permainan.
Sesuatu yang mengasyikkan dan tidak perlu takut karenanya.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 33


Manajemen Kreativitas dan Pengetahuan

Kini, Anda sudah mengenali belenggu-belenggu yang membatasi daya


kreativitas Anda. Dengan mengenal belenggu-belenggu tersebut, diharapkan
Anda dapat lebih mudah mengatasinya dan membebaskan kreativitas Anda.
Satu hal yang harus Anda ingat, semakin sering Anda menggunakan
kreativitas Anda, semakin tajam pula ide-ide yang akan muncul.

“Kunci sukses adalah


mengambil risiko
memikirkan ide-ide
non-konvensional. Mengelola Pengetahuan
Konvensi adalah musuh
kemajuan”
Pengetahuan yang kita miliki bukanlah sesuatu yang ajeg dan kaku. Setiap
(Trevor Baylis, penemu) kali kita berpikir, kita akan mendapatkan satu pengetahuan baru. Bila
pengetahuan ini kita aplikasikan ke dunia nyata, maka kita akan mendapat
pengetahuan yang lebih tajam atau justru sesuatu yang baru sama sekali.
Pengetahuan selalu beradaptasi, bertransformasi dan terus menerus
berubah. Misalnya, kita tahu bahwa bunga adalah cikal bakal buah, dan
buah itu bisa dimakan. Dengan pikiran kreatif kita bertanya bisakah bunga
dimakan? Dari pengalaman memakan bunga kita mendapat pengetahuan
baru: ada bunga yang enak dimakan, ada pula yang tidak. Pengalaman

34 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Manajemen Kreativitas dan Pengetahuan

selanjutnya mempertajam pengetahuan kita: bunga yang enak dimakan


antara lain bunga pisang, bunga turi dll.

Pengetahuan yang Anda miliki hanya akan menjadi sesuatu yang berarti
bila Anda mampu memberikan konteks. Pemberian konteks yang berbeda,
lagi-lagi dengan memanfaatkan kreativitas dan inovasi, akan menyajikan
pemahaman yang berbeda pula dari pengetahuan tersebut. Misalnya,
pengetahuan akan bunga-bunga yang enak dimakan akan membawa kita
ke pilihan lain dari sayur untuk teman makan nasi. Pemahaman terhadap
pengetahuan pada akhirnya akan mewujudkan wisdom (kebijaksanaan).
Ketika itulah Anda akan menjadi seseorang yang berbeda dari orang-orang
lainnya karena Anda mampu menarik esensi dari sebuah pengetahuan dan
menerjemahkannya menjadi satu pengetahuan baru.
Perubahan baru akan terjadi jika kita memanfaatkan pengetahuan yang
kita punya. Atau dengan kata lain mengelola pengetahuan.

Selain kreativitas dan inovasi, cara lain untuk mengelola pengetahuan kita “Peluang akan
adalah dengan mengkomunikasikannya kepada pihak lain. Membagikan menggandakan diri jika
diraih. Akan mati jika
pengetahuan yang kita miliki ke orang lain akan membuat kita menemukan diabaikan. Hidup adalah
sesuatu yang baru dari pengetahuan itu. Dialog yang terjadi antara pemberi sebuah garis peluang
dan penerima pengetahuan akan memperkaya pengetahuan awal kita. panjang.”

Karena pengetahuan kita terus menerus berubah, maka pengelolaan (John Wicker)
pengetahuan bersifat nurturing. Organik dan bukan mekanistis. Artinya,
semakin sering kita membuka diri, beradaptasi dengan perubahan dan
memberi makna baru dari pengetahuan kita, maka lingkar pengetahuan
kitapun akan semakin besar.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 35


36 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator
BAB 4
Peran dan Sikap Fasilitator

Pada bab ini Anda akan menemukan:


• Hubungan fasilitator dengan pembangunan.
• Arti dan tingkatan fasilitasi.
• Peran dan tanggung jawab fasilitator.
• Fasilitator sebagai penggugah sistem sosial.
• Sikap dasar fasilitator.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 37


Peran dan Sikap Fasilitator

Peran Fasilitasi
Dunia fasilitasi menjadi kian mengemuka
belakangan ini seiring dengan
berkembangnya era otonomi daerah.
Proses pembangunan dengan semangat
partisipasi melatarbelakangi semakin
berkembangnya proses-proses yang
melibatkan masyarakat di dalamnya.
Dalam kerangka tersebut peran
fasilitator menjadi salah satu hal yang
cukup mengemuka. Dan karenanya
fasilitator kemudian menjadi sebuah
profesi pilihan yang cukup menjanjikan
masa depan bagi sebagian orang.

Pemberdayaan Masyarakat dan


Mitos Pembangunan
Dalam ranah pemberdayaan masyarakat, Chambers (dalam Nasution, 1998)
menyatakan bahwa terdapat dua pola budaya dari luar sistem masyarakat
(community system) yang akan melahirkan bias atau persepsi yang salah
terhadap sistem dan komponen-komponen sistem masyarakat yang
diharapkan menjadi intended beneficiaries dari program pengembangan
masyarakat (community development programs). Kedua pola budaya tersebut
“Pengetahuan adalah adalah: (1) pola budaya negatif ilmuwan yang melakukan kajian-kajian kritis
sekumpulan fakta,
kebijaksanaan adalah
yang sepertinya tidak terbatasi oleh waktu; dan (2) pola budaya positif
cara untuk para agen pembangunan (baik pemerintah maupun non-pemerintah) yang
menyederhana-
kannya.”
umumnya terbatasi oleh waktu dan harapan terhadap hasil nyata yang
cepat kelihatan.
(Martin Fischer)
Pola budaya yang pertama umumnya cenderung melihat persoalan
kemasyarakatan sebagai permasalahan yang njlimet (rumit) dan seringkali
terjebak pada keadaan tidak mampu memberikan saran secara konkret
bagi pembangunan masyarakat. Sedangkan pola budaya kedua, lebih
memandang persoalan masyarakat sebagai fenomena lingkungan sekitar

38 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Peran dan Sikap Fasilitator

yang mudah diatasi secara teknis semata. Sehingga pendekatan yang


dilakukan adalah seringkali pendekatan proyek pembangunan dan bantuan
sosial-materi belaka.

Kedua pola pendekatan budaya ini tidak selalu berhasil melahirkan pola
pendekatan yang terpadu di antara keduanya. Masing-masing pola budaya
tersebut hanya menunjukkan sisi persepsional mereka saja terhadap
masyarakat, bukan berdasarkan pada realitas yang terjadi pada masyarakat.
Kenjlimetan pola budaya yang pertama dan ketergesaan pola kedua
seringkali tidak dapat menjawab persoalan dinamika masyarakat. Kedua
pola budaya ini kemudian melahirkan bias dalam pembangunan.
Zaltman dan Duncan (dalam Nasution, 1998) menyebut kedua bias
tersebut sebagai bias rasional (rasionalistic bias) dan bias teknokrasi
(technocratic bias). Rasionalistic bias adalah bias yang terjadi karena para
ilmuwan merasa bahwa tugas yang mereka emban hanya sebatas
memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang perlu dilakukan
oleh masyarakat. Para ilmuwan ini yakin bahwa secara otomatis masyarakat
akan melakukan informasinya karena sangat logis. Bias ini mencerminkan
kenaifan pandangan sebagian ilmuwan dan agen pembangunan tentang
sistem kepercayaan dan sistem nilai masyarakat tentang perubahan.
Sedangkan technocratic bias adalah bias yang lahir sebagai akibat keyakinan
sebagian ilmuwan dan agen pembangunan bahwa anggota masyarakat pasti
dapat mengimplementasikan berbagai gagasan perubahan yang didesain
oleh ilmuwan atau agen pembangunan.

“Taburlah pikiran,
petiklah perbuatan,
taburlah perbuatan,
petiklah kebiasaan,
taburlah kebiasaan,
petiklah watak, taburlah
watak, petiklah
keuntungan”

(Anonim)

Bias ini seringkali menjadi suatu persimpangan jalan antara persepsi ilmuwan
atau agen pembangunan yang meyakini masyarakat harus mengikuti
rekomendasinya sebagai suatu hal yang logis dengan persepsi masyarakat

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 39


Peran dan Sikap Fasilitator

tentang perubahan dimasa depan. Karenanya, seringkali pada akhirnya


ditempuh jalan pintas untuk mengatasi persimpangan yang terjadi. Jalan
pintas yang diambil tersebut pada umumnya didasarkan pada mitos-mitos
tentang pemberdayaan masyarakat dengan pondasi berbagai bias-bias di
atas. Jelas bahwa mitos bukanlah realitas yang terjadi dalam masyarakat.
Karenanya hampir bisa dipastikan pembangunan masyarakat yang dilakukan
akan menemui kegagalan dalam memberdayakan masyarakat itu sendiri
karena tidak dibangun di atas realitas.

Dengan dasar filosofi semacam ini, maka jelas sekali bahwa konsep
community-based development sangat menekankan pada peran serta
masyarakat, baik pada tataran perencanaan pembangunan sampai dengan
tahap implementasinya. Hanya dengan mendudukkan masyarakat sebagai
subyek pembangunan maka akan terciptalah apa yang disebut sebagai
development for society (pembangunan untuk masyarakat) dan bukannya
society for development (masyarakat untuk pembangunan) seperti yang
selama ini kita rasakan terhadap pembangunan.
Atas dasar pijak hal tersebut, maka kemudian menyeruaklah peran fasilitator
sebagai sebuah tantangan yang dibutuhkan untuk mempertemukan
berbagai perbedaan pandangan secara damai. Peran fasilitator menjadi
penting manakala semakin banyak orang yang membutuhkan mengambil
keputusan secara berkelompok atau secara bersama-sama harus
merencanakan, membuat inovasi, implementasi dan berbagi tanggung jawab.
Fasilitatorlah yang memiliki tanggungjawab untuk mengerahkan energi yang
luar biasa tersebut untuk membuat sesuatu yang tidak mungkin mereka
putuskan sendirian.

Apa itu Fasilitator?


“Rakyat perlu Fasilitasi adalah membuat lebih mudah atau tidak terlalu sulit.
dibangkitkan untuk
menjadi bagian dari Fasilitator adalah orang yang membuat kerja kelompok menjadi lebih
evolusi kreatif. Dalam mudah karena kemampuannya dalam menstrukturkan dan memandu
prosesnya, mereka perlu
mengenali apa yang partisipasi anggota-anggota kelompok. Pada umumnya fasilitator bekerja
mereka tidak tahu dan dalam sebuah pertemuan atau diskusi. Akan tetapi seorang fasilitator juga
semua berusaha untuk
membantunya” dapat bekerja di luar pertemuan. Tetapi pada prinsipnya seorang fasilitator
harus mengambil peran netral (dengan banyak bertanya dan banyak
(Willis Harman )
mendengarkan) ketika membantu sebuah kelompok atau pertemuan.
Fasilitator juga seringkali disebut sebagai pemudah cara, dimana seorang
fasilitator berperan membantu proses kelompok melalui suatu proses
pembelajaran dan komunikasi yang berkesan untuk mencapai konsensus
kelompok.

40 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Peran dan Sikap Fasilitator

Carl Rogers (1983) dalam bukunya Freedom to Learn, menjelaskan bahwa


perkataan fasilitasi diambil dari bahasa Latin facilis. Arti dari kata ini adalah
’untuk mempermudah’. Sedangkan Trevor Bently (1994) menyebutkan
fasilitasi sebagai menawarkan atau menyediakan peluang pembelajaran.
Dengan demikian, seorang fasilitator diharapkan dapat memberikan
dorongan semangat kepada kelompok. Dalam hal ini, peserta diskusi
diharapkan dapat mengaplikasikan fakta, mengutarakan pendapat sendiri
dan memanfaatkan ide secara bebas serta tidak diarahkan oleh orang atau
kelompok lain.

Secara umum, beberapa kata kunci yang bisa dikaitkan dengan dunia
fasilitator adalah:
1. Untuk memudahkan
2. Untuk bebas dari kesulitan dan hambatan
3. Untuk mengurangi beban tugas yang sulit
4. Untuk menyenangkan
5. Untuk menggalakkan
6. Membantu supaya menjadi yang terdepan
7. Pemudah cara

Fasilitasi adalah pertemuan sekelompok orang yang menghadirkan


fasilitator sebagai perancang dan pengelola proses kelompok agar kelompok
dapat mencapai tujuannya. Sebuah fasilitasi juga bisa berarti sebuah “Apa yang diinginkan
rakyat sangatlah
pertemuan antara dua orang fasilitator dan satu orang lain yang menerima sederhana, mereka ingin
bantuan dan panduan dalam prosesnya. mendapatkan apa yang
telah dijanjikan.”

Kelompok adalah kumpulan individu-individu yang karena alasan-alasan (Barbara Jordan)


tertentu memutuskan untuk bersama. Waktu hidup kelompok ada yang
pendek ada pula yang panjang dan bentuknya ada yang sesuai dengan
rencana awal tapi ada juga yang terbentuk dalam perjalanan proses.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 41


Peran dan Sikap Fasilitator

Tim (team) adalah sejenis kelompok yang anggota dan pimpinannya sangat
dekat dalam bekerja sama mencapai hasil kesepakatan yang menguntungkan.
Kata ‘tim’ berimplikasi pada kemandirian dan sinergi; tim juga bisa
dibayangkan seperti kelompok yang berfungsi dengan sangat baik. Dalam
situasi pencapaian tujuan dan tugas sebagai sebuah kelompok, sebuah
tim dapat berubah menjadi satu unit kohesif dan mampu memperbaiki
keahlian anggota timnya.

Dalam memfasilitasi kelompok, fasilitator bisa bertindak sebagai pemimpin


ataupun narasumber dimana diperlukan. Fasilitator akan melakukan
pekerjaannya dengan melebur beraktivitas bersama kelompoknya. Dengan
keahliannya, seorang fasilitator akan menuntun, mengajak, memimpin dan
membantu kelompok dengan sepenuh hati, sedemikian sehingga setiap
anggota kelompok merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut.
Kelompok akan merasa terbantu dengan kehadiran fasilitator dan mudah
untuk bekerjasama.

Fasilitasi yang baik merupakan suatu keadaan dimana fasilitator dapat


membantu kelompok menjadi lebih efektif dan efisien dalam mencapai
konsensus. Kelompok yang dibantu fasilitator harus mampu berinteraksi
dengan aktif, berkesan dan mampu membuat keputusan secara bijaksana.

Fasilitator akan menggerakkan anggota kelompok untuk dapat saling


menerima pendapat satu dengan yang lain, termasuk dirinya sendiri, kecuali
dalam mengambil sebuah keputusan kelompok. Fasilitator tidak
menggunakan kekuasaannya dalam mengambil keputusan kelompok.
Fasilitator juga tidak campur tangan saat kelompok berproses untuk
mengambil keputusan atau menyelesaikan masalah. Dengan begini
sebenarnya fasilitator membantu kelompok agar menjadi lebih efektif dan
efisien.

Fasilitator harus menjaga untuk tidak campur tangan dalam proses


pengambilan keputusan kelompok. Campur tangan disini bermakna ‘masuk
ke dalam suatu sistem interaksi yang sedang dijalankan’ dengan tujuan
“Berpikirlah seperti membantu sistem itu (Argyris, 1970, Overcoming Organizational Defense:
orang bijak, tetapi Facilitating Organizational Learning).
berkomunikasilah
dengan bahasa
rakyat” Keahlian fasilitasi dewasa ini telah menjadi alat komunikasi yang sangat
(William Butler Yeats)
penting, terutama bagi kelompok-kelompok atau tim yang memerlukan
untuk membuat sebuah keputusan atau kesepakatan bersama serta
memerlukan setiap masukan, dukungan, kreativitas dan kolaborasi.

42 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Peran dan Sikap Fasilitator

Fasilitasi adalah Ilmu


Sekaligus Seni
Seorang fasilitator bekerja dengan
mengaplikasikan satu set keahlian spesifik
dan metode, teknologi kelompok, digabung
dengan perhatian cermat dan sensitivitas
pada orang lain. Dengan cara itu, maka
seorang fasilitator akan membawa
kelompok pada penampilan terbaiknya.

Keahlian fasilitator meramu teknologi


kelompok dengan gaya pribadinya, diselingi
dengan kreativitas dan energi, maka akan
menciptakan sebuah seni fasilitasi. Dengan
hal semacam ini, maka kelompok yang
difasilitasi akan dapat beroperasi dengan
fleksibilitas dan kreativitas maksimum
dalam batasan yang realistik.

Tingkatan Fasilitasi
Ada tiga tahapan perkembangan fasilitator secara umum. Semakin tinggi
tingkatannya, akan semakin rumit tugas yang diembannya. Bisanya dibedakan
menjadi: 1) Fasilitator pertemuan; 2) Fasilitator kelompok/tim; 3) Fasilitator
organisasi/sistem.

Pada tingkatan dasar, atau fasilitator pertemuan, peran fasilitator lebih banyak
berguna untuk mengarahkan sebuah diskusi atau pertemuan. Pada tahapan
selanjutnya, fasilitator pada tingkat kelompok/tim diperlukan untuk bekerja
dengan tim yang sudah berjalan, tim-tim mandiri, dan tim proyek lintas “Seorang fasilitator
fungsi. Sedangkan pada tingkatan berikutnya, yaitu fasilitator organisasi, tidak hanya
membutuhkan
memiliki keahlian yang tinggi, berpengalaman dalam memfasilitasi berbagai seperangkat metode dan
pertemuan, mengerti secara benar topik-topik yang menjadi bahasan dan teknik, tetapi
kultur yang dihadapi oleh sebuah organisasi. Fasilitator pada tingkatan ini pemahaman tentang
bagaimana dan mengapa
seringkali menghasilkan gagasan-gagasan besar perubahan kelompok. dia melakukan itu.”

(Roger Schwarz)

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 43


Peran dan Sikap Fasilitator

Sumber: Materi pelatihan Vibrant Facilitation - INSPIRIT 2006

Tim memerlukan fasilitator untuk pertemuan-pertemuan mereka, sama


pentingnya dengan pengajaran dan pelatihan kerjasama tim. Memfasilitasi
sebuah kelompok membutuhkan pengetahuan bagaimana sebuah tim
membangun diri dari waktu ke waktu dan kemampuan untuk mengajar
dan mendemonstrasikan pada tim proses dan metode kelompok. Di banyak
kelompok atau organisasi, pemimpin tim biasanya juga berperan sebagai
fasilitator tim pada saat yang bersamaan.

Peran fasilitator tidak hanya dibutuhkan dalam kelompok masyarakat


ataupun dalam pertemuan yang melibatkan banyak orang dengan latar
belakang yang berbeda. Bahkan bagi sebuah perusahaan dan organisasi,
yang harus mendengarkan masukan-masukan klien, supplier dan pihak-pihak
lain yang terkait dengan pekerjaan atau bisnis mereka. Dan itu artinya,
akan dibutuhkan banyak pertemuan-pertemuan, tatap muka, kerjasama tim
dengan orang-orang yang beragam serta dari berbagai tingkatan manajemen.
Dalam kelompok dengan beragam anggota semacam ini, maka peran
“Sebagai fasilitator,
Anda harus pasti
fasilitator akan sangat dibutuhkan. Yakni, seseorang yang bisa mengelola
dapat membangun pertemuan, mengantarkan diskusi, dan memindahkan orang dari diskusi
kesatuan tim, bukan ke konsensus.
kompromi tim”

(Irving Janis)

44 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Peran dan Sikap Fasilitator

Fasilitasi dan Kepemimpinan


Sebuah fasilitasi yang efektif akan membuat kerja kelompok menjadi lebih
mudah. Seorang fasilitator tidak hanya membantu untuk mendiskusikan
sebuah isu, tetapi juga harus memandu kelompok untuk merancang dan
mencapai hasil-hasil yang belum teridentifikasi sebelumnya. Anggota
kelompok hendaknya didorong untuk merasa terlibat dan berguna dalam
sebuah pertemuan, bukannya merasa membuang-buang waktu hanya untuk
sebuah pertemuan. Salah satu ciri fasilitasi yang efektif bisa dilihat pada
keterlibatan anggota secara aktif dan adanya perasaan memiliki dan berguna,
metode-metode fasilitasi dapat digunakan secara tepat, dan hasil-hasil
terukur yang dapat dicapai serta berkontribusi pada kemajuan kelompok.

Fasilitator harus berhati-hati agar tidak mudah menyalahkan peserta


pertemuan akan kegagalan hasil sebuah pertemuan, ataupun juga mudah
mencela hasil-hasil yang dicapai dalam sebuah pertemuan. Bagaimanapun
juga, tanggungjawab terpenting yang diemban seorang fasilitator adalah
menghormati kebebasan berpendapat dalam kelompok, seraya
mengingatkan keuntungan dan kerugian yang akan mereka raih dari hasil
keputusan yang diambil. Perlu untuk selalu mengingat bahwa tanggung
jawab fasilitator adalah mengantarkan kelompok untuk mencapai tujuannya
dengan menggunakan metode yang berkualitas.

Fasilitator memimpin kelompok dengan memberikan kelompok alat dan


metode untuk menolong anggota kelompok belajar produktif secara
bersama-sama. Seorang fasilitator, bagaimanapun juga bukanlah orang yang
akan menentukan visi dan kehendak kelompok, karena sebenarnya hal
tersebut adalah peran seorang pemimpin. Dalam bekerja, seorang fasilitator
bersikap netral terhadap visi dan misi yang dipegang kelompok.

Fasilitator haruslah selalu mengingatkan peserta agar mereka tidak “Adalah tidak benar
menganggapnya sebagai seorang pemimpin, mengajarkan pada kelompok bahwa apa yang
berguna itu indah, ia
untuk tidak bergantung padanya. Fasilitator harus melepaskan kehendak adalah keindahan yang
mempengaruhi keputusan dan keinginan untuk dilihat sebagai “sang ahli”. berguna. Keindahan
dapat meningkatkan
Mengapa begitu? Karena anggota kelompok dalam sebuah proses tersebut cara hidup dan berpikir
sedang meningkatkan keterampilan mereka dalam mengambil keputusan orang-orang”
dan memecahkan masalah dalam kelompok. Para fasilitator memang (Anna Castelli Ferrieri,
mempengaruhi kesuksesan kelompok, tetapi tidak pada substansi pekerjaan desainer furniture)
kelompok, mereka hanya terlibat dalam panduan proses, keterampilan
kelompok dan struktur. Fasilitator memang mengambil resiko, seperti juga
seorang pemimpin, tetapi hanya di arena proses kelompok terjadi.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 45


Peran dan Sikap Fasilitator

Pemimpin yang dapat berperan sebagai fasilitator meramu perannya sebagai


pemimpin visioner dan pengatur dengan pemimpin yang mendengarkan
dan memberdayakan. Sebagai pemimpin yang fasilitatif, dia akan selalu
melibatkan pengikutnya semaksimal mungkin dalam pembentukan visi dan
misi, serta membangun sebuah tim yang kohesif. Dari sisi ini, fasilitasi tidak
bisa dipisahkan dari pendekatan kepemimpinan.

Nilai-nilai Dasar Partisipasi


Secara umum ada 4 nilai yang perlu diperhatikan fasilitator:

Partisipasi Penuh
Kadang-kadang ada sebagian orang yang tidak mengatakan apa yang mereka
pikirkan sesungguhnya. Seringkali terjadi proses editing sebelum seseorang
mengungkapkan pendapatnya. Fasilitator harus berhati-hati terhadap hal-
hal seperti ini, dan seorang fasilitator harus dapat membantu orang yang
mengalaminya agar dia dapat mengungkapkan hal yang dipikirkannya secara
terbuka dan menjaga pendapatnya agar tidak mendapatkan serangan
pendapat yang prematur dari peserta diskusi.

Kesepahaman Mutual
Kelompok tidak akan dapat mencapai pemikiran yang terbaik bila tidak
ada saling mengerti antara satu dengan yang lain. Seorang fasilitator harus
membantu kelompok untuk menyadari produktivitas tim dibangun atas
dasar kesepahaman yang saling menguntungkan.

“Kita membantu orang


menjadi lebih baik,
dengan begitu kita
akan menciptakan
dunia yang lebih baik
pula.”

(Eva Burrows)

46 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Peran dan Sikap Fasilitator

Solusi Inklusif
Banyak orang yang terjebak dengan cara berpikir konvensional, di mana
dalam memecahkan masalah dan memecahkan konflik cenderung masih
memilih salah satu atau dua usulan dari peserta. Fasilitator berpengalaman
harus tahu bagaimana mengelola kelompok agar menemukan ide-ide yang
inovatif. Fasilitator harus memahami mekanisme membangun kesepakatan
yang berkelanjutan. Ketika kelompok menemukan ide-ide baru yang inovatif
tersebut, maka kadang mereka akan memiliki harapan yang lebih baik akan
efektivitas kelompok.

Berbagi Tanggungjawab
Banyak hal yang menjadi penyebab kegagalan pertemuan yang melibatkan
banyak pihak. Salah satunya, peserta mendominasi pertemuan. Seorang
fasilitator memiliki kesempatan dan bertanggungjawab mengajari anggota
kelompok cara mendesain dan mengelola sharing yang efektif, pemecahan
masalah dan proses pengambilan keputusan. Ingatkan kerugian jika memiliki
agenda yang buruk dan ketidakjelasan tujuan pertemuan.

Peran Fasilitator
Fasilitasi berasal dari kata “facile” yang berarti “mudah”. To facile berarti
“membuat sesuatu menjadi lebih mudah”. Peran fasilitator, membuat
kelompok sukses mencapai tujuan dengan cara-cara mudah dan proses
kelompok yang efektif. Fasilitator akan menganjurkan anggota kelompok
menggunakan metode yang paling efektif dalam menyelesaikan tugas, dengan
tetap memberi waktu kepada ide atau alternatif lain. Fasilitator
menempatkan dirinya sebagai seorang pemandu, pembantu dan katalisator
untuk membantu kelompok menyelesaikan pekerjaannya

“Pastikan Anda
mengukur dan
memberi penghargaan
pada perilaku-
perilaku yang tepat.”

(Steven Kerr)

Sumber: Materi pelatihan Vibrant Facilitation - INSPIRIT 2006

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 47


Peran dan Sikap Fasilitator

Fasilitator adalah manajer proses kelompok. Fasilitator berperan dalam


mengelola proses dan bersikap netral terhadap isi diskusi. Proses bagaimana
anggota kelompok bekerja bersama, bagaimana anggota berinteraksi satu
sama lain, bagaimana keputusan dibuat dan bagaimana seluruh anggota
hadir. Perlu dicatat bahwa proses dan isi selalu hadir setiap waktu dalam
kerja-kerja kelompok. Fasilitator harus memandu dan mengelola proses
supaya kelompok dapat memfokuskan energi dan kreativitas mereka pada
isi atau materi pembicaraan.

Untuk memandu proses, fasilitator akan menggunakan berbagai metode.


Secara umum, ada beberapa peran yang bisa diemban oleh fasilitator, yaitu:

√ Substantively Neutral. Netral disini bukan berarti tidak memiliki opini


dalam proses diskusi kelompok. Jelas hal tersebut tidak humanis dan
realistis. Hal ini berarti bahwa saat memfasilitasi diskusi, maka seorang
fasilitator harus menyisihkan terlebih dahulu opini pribadinya sehingga
anggota diskusi kelompok tidak hanya mengiyakan opini kita.
Konsekuensinya, fasilitator tidak bisa mempengaruhi keputusan
kelompok. Fasilitator dapat membantu kelompok dengan cara
memberikan energi melalui panduan pertanyaan efektif dan percakapan
yang produktif.

√ Third Party. Fasilitator perlu menjadi pihak ketiga agar bisa tetap netral
dalam memandu sebuah proses diskusi. Bila kita juga anggota kelompok
atau sang pemimpin, biasanya kita pun akan diminta untuk memberikan
pendapat. Padahal sesungguhnya, saat kita diminta untuk memfasilitasi,
maka kita harus menjadi pihak yang tidak berkepentingan terhadap
keputusan yang diambil kelompok.

√ Process Expert. Seorang fasilitator memang content-neutral tetapi ia


juga ahli proses dan advokasi. Sebagai seorang ahli proses, fasilitator
haruslah memahami kebiasaan, proses dan struktur untuk memberikan
“Orang yang menabur kontribusi terhadap penyelesaian masalah dan pembuatan keputusan
keramah-tamahan, berkualitas, dan tentu saja fasilitator harus tahu kontribusi masing-
menuai pertemanan, dan
orang yang menanamkan masing bagian untuk membuat sebuah proses yang efektif.
kebaikan,
mengumpulkan
cinta”.

(Needles and Friends)


Tanggung Jawab Fasilitator
Fasilitator yang efektif memiliki tanggungjawab:
• Selalu netral atas isi atau materi pertemuan;
• Merancang partisipasi;
• Memastikan keseimbangan partisipasi;

48 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Peran dan Sikap Fasilitator

• Mendorong dialog di antara peserta;


• Menyediakan struktur dan proses untuk kerja kelompok;
• Mendorong perbedaan pandangan ke arah yang positif;
• Mendengarkan secara aktif dan mendorong peserta yang lain untuk
melakukan hal yang sama;
• Mencatat, mengorganisir dan meringkas masukan dari anggota;
• Mendorong kelompok untuk mengevaluasi sendiri perkembangan dan
kemajuan kerja;
• Melindungi anggota kelompok dan idenya dari serangan atau pengabaian
perhatian;
• Meyakinkan bahwa kelompok itu kumpulan pengetahuan, pengalaman
dan kreativitas. Gunakan metode dan teknik fasilitasi untuk menggali
sumberdaya ini.

Menciptakan Perubahan
di Mana Saja
Fasilitator dan pemimpin dituntut untuk memiliki cita rasa kemanusiaan
dan spirit dalam organisasi. Dengan proses partisipatif yang dirancangnya,
seorang fasilitator mampu mendorong kelompok untuk aktif berkreasi
dan berinovasi. Peran ini tidak hanya terbatas pada ruangan pelatihan saja.
Melainkan juga dapat dimainkan dalam kehidupan sehari-hari.

Fasilitator sebagai Mediator


Masyarakat seringkali tidak membedakan istilah fasilitator dan mediator.
Namun bila dirunut dari asal katanya, terlihat sekali perbedaannya. Mediate
berasal dari bahasa latin yang berarti “to come between”, sedangkan Facilitate
juga berasal dari bahasa Latin yang berarti “to make easy”. Dalam konteks
ini, tentu saja pemudah cara berarti menjadikan kelompok menjadi lebih
efektif. Namun, adakalanya fasilitator juga diperlukan sebagai mediator. Baik
itu pada saat awal proses fasilitasi, saat memfasilitasi, maupun pada saat
terjadi konflik.
“Sahabat kita
menunjukkan apa yang
Fasilitator sebagai Evaluator dapat kita lakukan, musuh
Dalam sebuah proses fasilitasi, seorang fasilitator dituntut untuk kita mengajarkan apa
yang harus kita lakukan.”
membangun keterbukaan dan kelancaran berkomunikasi dengan anggota
kelompok. Adakalanya fasilitator juga diminta untuk memberikan evaluasi (Goethe)
terhadap kelompok yang difasilitasinya. Yang penting menjadi catatan adalah,
sebaiknya fasilitator tidak membuat sebuah keputusan ataupun
kesepakatan dengan pihak lain tanpa melalui keterbukaan dengan kelompok
yang difasilitasinya. Hal ini penting bagi kepercayaan kelompok terhadap
fasilitator.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 49


Peran dan Sikap Fasilitator

Fasilitator sebagai Content Expert


Fasilitator dapat dimungkinkan menjadi seorang content expert atau
information resource, bila memang dibutuhkan oleh kelompok. Adakalanya
kelompok membutuhkan lebih banyak informasi dan pengetahuan baru.
Atau memerlukan seseorang untuk meluruskan arah diskusi. Dalam hal
menjadi narasumber, dengan syarat meminta ijin terlebih dahulu pada
kelompok yang difasilitasinya.

Jika dengan kreativitas dan inovasi kelompok dapat dibangun oleh fasilitasi,
maka dengan sendirinya fasilitator mampu menciptakan berbagai
perubahan dengan menggunakan alat, metode, teknik dan keterampilan
yang dikuasainya. Kemampuan ini sangat penting dan bermanfaat ketika
fasilitator berada dalam situasi seperti di Indonesia sekarang ini. Fasilitasi
dapat membantu perorangan atau kelompok untuk merencanakan sesuatu
dan memecahkan masalah.

Maka, dapat dibayangkan seandainya, kemampuan fasilitasi akan semakin


banyak tersebar, Anda akan dapat bayangkan betapa banyak ide dan inovasi
baru yang akan keluar pada berbagai pertemuan. Akan semakin banyak
terobosan terhadap berbagai macam kebuntuan ide. Hal ini tentu saja
akan mendorong terjadinya berbagai perubahan sosial, karena
sesungguhnya, fasilitator juga adalah ‘agen perubahan’.

Fasilitator sebagai Penggugah Sistem Sosial


Pada tataran yang lebih kompleks, seorang fasilitator akan berfungsi sebagai
penggugah sistem sosial. Di tataran ini, fasilitator berfikir dan bertindak
dalam kerangka sistem (system thinking), dan memfasilitasi terjadinya
“Dunia perubahan dengan menggunakan pendekatan yang apresiatif (appreciative
sesungguhnya
sedang di inquiry).
persimpangan jalan.
Kita menghadapi
banyak problem System thinking penting untuk memahami elemen-elemen dan relasi dalam
rumit yang sebuah sistem, meletakkan diri kita sebagai bagian dari sebuah kesatuan,
membutuhkan solusi
lebih dari sekadar yang menyadari bahwa kesatuan ini mampu mengubah sistem melalui
sumberdaya fisik pergerakan-pergerakan yang dilakukan. Jadi, bukannya mengeluhkan
dan perhitungan
keuangan.” bagaimana sistem membelenggu kita, melainkan memandang bagaimana
keterkaitan satu elemen dengan elemen lain dalam sebuah sistem. Satu
(Michael Gorbachev,
pencetus gerakan
gerakan perubahan di satu elemen tentu akan ikut mempengaruhi elemen-
Glasnot dan elemen lainnya. Besar kecilnya atau cepat lambatnya sistem menemukan
Perestroika)
titik immobilitas baru tergantung pada kemampuan kita dalam menggugah
sistem tersebut. Bagaimana caranya?

Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah mengubah cara berpikir
kita, karena sesungguhnya realita sosial itu ciptaaan otak kita. Jika kita

50 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Peran dan Sikap Fasilitator

mengubah cara berpikir, maka realitas sosial pun berubah. Seorang fasilitator
akan membuat perbedaan manakala ia sadar sedang membantu sistem
untuk mengelola perubahannya sendiri. Sebagai sistem, mereka hanya bisa
diusik dan digugah. Tanpa usikan berarti, mereka akan selalu berada di
zona nyaman alias comfort zone.

Bagaimana cara mengusik atau menggugahnya? Dengan menggunakan cara


yang nyaman, yang tidak akan menimbulkan penolakan, Appreciative Inquiry
membantu kita memberikan pertanyaan-pertanyaan positif kepada sistem
untuk keluar dari belenggu kompleksitas baik sistem eksternal maupun
sistem internal.

Menurut ahli neuroscience, “kata” bisa membantu sekaligus mengganggu


cara kita melihat dunia. Bila kita mendengar kata-kata “Jangan pikirkan
kemiskinan di Indonesia”, kita justru otomatis berpikir tentang kemiskinan.
Karena itu dalam model berpikir dalam sistem, orang banyak menggunakan
metafora dalam menjelaskan semua hal tentang kehidupan, organisasi
maupun dunia. Dalam Appreciative Inquiry hal ini disebut sebagai Poetic
Principle. Apa saja bisa menjadi puitis, selalu ada kaitannya, dan kita bisa
melakukan apa saja sesuai dengan pilihan kita.

Jadi, perkembangan dari dunia fasilitasi termuktahir sekarang ini adalah


mendudukkan appreciative intelligence dan system theory sebagai landasan
membantu perubahan sosial yang lebih inovatif. Dan, kita dapat
menyebutnya sebagai appreciative thinking.

Sikap Dasar Fasilitator


Sikap seseorang menjadi kombinasi dari nilai yang dianut, keyakinan, opini,
pendidikan dan pengalaman masa lalu yang membentuknya. Sikap
ditunjukkan dengan beragam cara, antara lain lewat pendapat, kata-kata,
nada suara, bahasa tubuh, raut muka dan perilaku dalam kelompok.
“Jika ada orang
Ada beberapa sikap dasar yang harus dimiliki oleh seorang fasilitator. berbicara,
Mengapa sikap dasar ini penting? Karena, setiap fasilitator pastilah dengarkanlah
selengkapnya.
menghadapi berbagai kelompok dengan latar belakang yang beragam. Kebanyakan orang
Karenanya, setiap fasilitator haruslah memiliki beberapa sikap dasar berikut. tidak pernah
mendengarkan”

Minat (Ernest Hemingway)


Cobalah Anda merenung sejenak, bagaimana bila Anda dengan sangat
antusias bercerita kepada orang lain, sedangkan ternyata orang tersebut
tidak terlalu mempedulikan? Kecil sekali kemungkinannya Anda ingin
bertemu dengan dia lagi. Orang lain akan lebih merasa nyaman dan percaya
diri bercerita dan berpendapat, bila Anda juga memberikan perhatian yang

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 51


Peran dan Sikap Fasilitator

sesuai. Mereka akan merasa diperhatikan bila Anda juga memberikan


kepedulian yang sesuai, seperti misalnya kehidupan mereka, jadi janganlah
hanya memberikan perhatian terbatas kepada aspek-aspek yang hanya
berkaitan dengan Anda.

Empati
Sebagai fasilitator, Anda haruslah mampu menempatkan diri dalam situasi
yang dihadapi orang lain guna memahami perspektif yang mereka miliki
terhadap isu-isu tertentu. Empati menjadi sangat penting ketika kita bekerja
dengan komunitas untuk bisa mengerti keragaman kondisi, situasi dan
kepentingan mereka. Hal ini terkadang sulit untuk dilakukan, karena kita
harus bebas dari persepsi orang lain dan harus bekerja keras untuk
menempatkan diri kita dalam posisi tertentu.

Tantangan terbesar dalam hal ini, bila Anda memfasilitasi sebuah kelompok,
maka Anda harus bisa berempati kepada banyak orang secara bersama-
sama. Tetapi bila Anda bisa mengembangkan sikap ini, maka ganjarannya
adalah orang akan lebih percaya kepada Anda dan karenanya mereka juga
akan responsif.Yang sulit adalah bersikap empati dengan menjaga kenetralan.

Berpikir Positif
Hal ini berarti bahwa apapun pendapat, pandangan, perilaku, jender ataupun
latar belakang seseorang, Anda harus selalu menghormati keunikan setiap
individu dan menghargai potensi yang dimilikinya. Anda harus menerima
orang lain apa adanya ketika Anda memfasilitasi. Bila dapat menghargai
perbedaan-perbedaan ini, maka Anda akan mampu memfasilitasi mereka.

Percaya pada Kelompok


Hal ini berarti sebagai fasilitator Anda harus mempercayai potensi kelompok
yang Anda fasilitasi untuk mempunyai kemampuan dalam menemukan jalan
atau solusi atas permasalahannya sendiri. Hal ini berarti bahwa apapun
komposisi kelompok itu, Anda selalu percaya bahwa jawaban atas
permasalahan adalah ada pada kelompok itu sendiri. Sebagai fasilitator Anda
“Masing-masing
tinggal mendorong proses bagi kelompok tersebut untuk menemukan
orang harus permasalahannya sendiri.
mengayuh dengan
dayung yang
dimilikinya”
Tentu keempat sikap tersebut hanyalah sebagian dari berbagai sikap yang
harus dimiliki oleh seorang fasilitator. Tetapi, bila Anda bisa menguasai
(Pepatah Inggris) keempat sikap dasar yang esensial tersebut, Anda sudah memiliki sikap
dasar untuk memfasilitasi sebuah kelompok. Jika sikap Anda tidak
mendukung, maka Anda sendiri pasti juga akan mengahadapi kesulitan.

52 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Keterampilan dan Sikap Fasilitator

BAB 5
Keterampilan Dasar
Fasilitator

Pada bab ini Anda akan menemukan:


Berbagai keterampilan dasar sekaligus seni yang
perlu dikuasai oleh fasilitator, meliputi seni bertanya,
menggali lebih dalam, membuat ikhtisar, mengaitkan
pernyataan dengan komentar, mengamati, dan seni
menyimak

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 53


Keterampilan Dasar Fasilitator

Keterampilan Dasar Fasilitator


Dalam banyak hal seringkali seorang fasilitator masih memaksakan
pandangannya terhadap kelompok yang difasilitasinya. Hal ini seringkali
terjadi karena fasilitator merasa lebih banyak memiliki pengalaman daripada
kelompok yang difasilitasinya dikarenakan pengalaman memfasilitasinya di masa
lampau dengan berbagai permasalahan serupa.

Fasilitator hendaknya menyadari bahwa seringkali kelompok yang difasilitasi


terdiri dari orang-orang yang jauh berpengalaman. Pada saat seperti ini
cara pandang kita sebaiknya dikesampingkan. Lebih penting bagi fasilitator
untuk mengeksplorasi ide-ide mereka dan tetap netral dalam memandu
proses kelompok untuk menemukan solusi bersama. Sebagai fasilitator
hendaknya kita menyadari bahwa tugas yang kita emban lebih banyak
mengeksplorasi dengan melontarkan berbagai pertanyaan menganalisis untuk
menemukenali permasalahan kelompok yang sebenarnya, ketimbang
memberikan banyak pandangan-pandangan pribadi.

“systems thinking
didasarkan pada
pertukaran
fundamental dari
dunia sebagai sebuah
mesin menjadi dunia
sebagai sebuah sistem
yang hidup.”

(Fritjof Capra)

Seni Bertanya: ORIK


Dalam memfasilitasi, kita sebaiknya tidak tergoda untuk memberikan
pendapat terhadap suatu masalah yang sedang dibahas dengan peserta.
Kita perlu mengetahui pandangan mereka terhadap hal yang sedang dibahas.
Sebagai titik awal kita bisa menggunakan beberapa pertanyaan untuk merinci
lebih jauh masalah yang sedang dibahas itu, dan secara perlahan mendorong
mereka untuk menganalisis masalah tersebut. Bagaimana caranya?

54 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Keterampilan Dasar Fasilitator

Cara yang paling ampuh adalah dengan memberikan serangkaian


pertanyaan secara bertingkat yang sifatnya menggali. Cara ini dikenal sebagai
metode ORIK (singkatan dari Obyektif, Reflektif, Interpretatif, dan
Keputusan). Ini merupakan cara bertanya dengan mengajukan pertanyaan
yang kesulitannya bertingkat.

O - Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat obyektif


dimaksudkan untuk menanyakan hal-hal yang
nyata, menggali fakta atau data, dan biasanya
berkaitan dengan indera. Pertanyaan-pertanyaan
pada tingkat ini biasanyanya dimulai dengan Apa...,
Siapa…, Berapa…, Dimana…,

R - Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat reflektif


dimaksudkan untuk menggali emosi atau perasaan
lawan bicara. Gunanya ditanyakan adalah untuk
membuat lawan bicara merasa kita peduli padanya.
Contohnya, Bagian mana yang paling Anda sukai
dari…..,

I - Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat


interpretatif dimaksudkan untuk menggali
pemahaman, pandangan, dan analisis lawan bicara
kita terhadap hal yang sedang dibicarakan. Kita
dapat menggalinya dengan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana
kalau…; Apa yang mungkin terjadi bila…;
Seandainya….; Bagaimana kira-kira….

K - Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat


keputusan dimaksudkan untuk menyimpulkan “Sifat alami manusia
yang terutama adalah
pembicaraan. Biasanya dimulai dengan kata-kata ingin dihargai”
seperti: Jadi; setelah ini….; Kalau begitu kemana ….,
(William James)

Yang penting kita pastikan adalah ketika bertanya kita tidak memasukkan
gagasan-gagasan sendiri. Umpamanya, “Menurut saya, menggunakan X adalah
cara terbaik. Bagaimana menurut Anda?”. Bila Anda melakukan hal itu, maka
yang Anda lakukan namanya bukan lagi memfasilitasi, tetapi mem”fasipulasi”
(pura-pura memfasilitasi, pada hal sebetulnya memanipulasi).

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 55


Keterampilan Dasar Fasilitator

Seni Menggali Lebih Dalam (Probing)


Teknik ini merupakan salah satu keterampilan yang wajib dimiliki oleh
seorang fasilitator. Teknik ini digunakan untuk menggali lebih dalam lagi
dan menjaga agar orang-orang yang berdiskusi untuk tetap berbicara. Di
samping itu, teknik probing ini sangat diperlukan untuk menghindarkan
diskusi dari kemacetan.

Teknik ini akan menunjukkan perbedaan positif di antara kegiatan fasilitasi


pada tingkat kualitas dan kedalaman. Seperti misalnya pada saat kelompok
terjebak pada kemacetan atau diskusi yang semakin melebar maka teknik
probing ini dapat digunakan untuk memindahkan diskusi kepada hal-hal
yang lebih detil dan spesifik.

Beberapa cara probing untuk membantu kelompok antara lain:


• Mencari akar masalah;
• Mencerahkan anggota kelompok yang lain;
• Mengeksplorasi perhatian atau gagasan;
• Mendorong anggota kelompok untuk mengeksplorasi gagasan
secara lebih mendalam dan untuk menolong proses berpikir mereka
sendiri;
• Membuka kelompok agar lebih jujur membagi informasi dan perhatian;
• Menaikkan tingkat kepercayaan dalam kelompok;
• Membongkar fakta-fakta kunci yang belum keluar;
• Meningkatkan kreativitas dan berpikir positif.

Komunikasi non verbal juga dapat dilakukan untuk melakukan probing,


yaitu antara lain dengan menganggukkan kepala, menjaga kontak mata
langsung, dan tetap berdiam diri untuk beberapa saat. Cara-cara ini
digunakan untuk menggali lebih dalam lagi pendapat peserta.
“Hadiah terbesar
sebagai manusia
adalah, Teknik verbal juga dilakukan untuk hal yang sama, misalnya dapat
kita memiliki kekuatan menggunakan kalimat sederhana, “O ya?” atau “Hmm…”, tetapi juga bisa
empati.”
(Meryl Streep) saja pertanyaan atau permintaan langsung, seperti “Kenapa begitu?”, “Bisa
diberikan contoh?”

Namun Anda harus menggunakan probing ini secara selektif sebagai


pembuka jalan saja. Terlalu banyak melakukan probing yang tidak tepat
justru akan menimbulkan beberapa hal yang seharusnya dihindari, antara
lain: anggota kelompok merasa diinterograsi; anggota kelompok lain merasa
menjadi kurang diperhatikan karena terlalu banyak probing pada salah satu
orang; kehilangan netralitas (terutama bila memiliki agenda tersembunyi);

56 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Keterampilan Dasar Fasilitator

dan probing dapat membuat berputar-putar pada satu tempat saja, tidak
bisa kemana-mana.

Seni Membuat Ikhtisar (Parafrase)


Ini teknik mengulang pendapat dengan menggunakan bahasa Anda sendiri.
Parafrase sangat berguna untuk memeriksa pemahaman seseorang. Ketika
fasilitator mengulang kalimat-kalimat si pembicara, peserta yang lain juga
akan saling memeriksa pemahaman mereka atas pendapat peserta yang
mengajukan pendapat. Jika Anda salah menangkap pesan yang dimaksud,
maka Anda dapat langsung melakukan perbaikan terhadap kesalahpahaman
tersebut. Contoh kalimat parafrase tersebut adalah,“Baik, Supri. Kalau tidak
salah Anda tadi mengatakan…”.

Anda dapat menggunakan teknik ini untuk menaikkan kesepahaman dalam


kelompok, tetapi jangan sampai menggunakan teknik ini untuk memasukkan
opini Anda sendiri. Juga, hindari kesan bahwa Anda berusaha untuk
memperbaiki atau menambahkan apa yang telah dikatakan oleh peserta
diskusi. Dalam bahasa yang sederhana, parafrase digunakan sebagai
penghormatan terhadap orang yang berpendapat, dan sebagai fasilitator
Anda mendengar langsung dan menghargai apa yang diungkapkan peserta
tersebut.

Parafrase paling tepat digunakan untuk membantu kalimat-kalimat peserta


yang tidak jelas, terlalu abstrak, konsep tidak terang, atau mempunyai terlalu
banyak ide. Dalam beberapa kasus, seni membuat ikhstisar ini tidak perlu
dilakukan terutama jika Anda sudah mencatat input anggota di flip chart
atau white board. Hindari memparafrase setiap input orang. Teknik terbaik
yang bisa dilakukan adalah mendengar secara aktif dan merekam kata-kata
kunci dari pembicara.
“Hanya ada satu cara
menjadi pembicara yang
Beberapa hal yang perlu dipegang sebagai dasar melakukan parafrase antara baik, belajarlah
lain: parafrase hanya untuk memeriksa pemahaman; jangan menggunakan mendengarkan”

parafrase untuk memperbaiki kalimat-kalimat pembicara; hindari menambah (Christopher Morley)


atau mengubah apa yang dikatakan pembicara; jika mungkin gunakan kata-
kata si pembicara setepat mungkin; dan parafrase digunakan ketika Anda
pikir ada anggota kelompok yang tidak mendengar apa yang dikatakan si
pembicara.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 57


Keterampilan Dasar Fasilitator

Seni Mengaitkan Pernyataan


dan Komentar
Teknik ini seringkali disebut dengan teknik referencing back, yaitu teknik
untuk mengkait-kaitkan pernyataan peserta dengan pernyataan peserta
yang lain sebelumnya. Ketika peserta pertemuan mengemukakan sebuah
pendapat yang mirip dengan komentar yang telah dikatakan sebelumnya,
Anda bisa mengatakan, “Ini mungkin masih berkaitan dengan pernyataan
yang dikatakan Andri tadi. Andri bagaimana pendapat Anda?”.

Referencing back mendorong anggota untuk mengetahui dan membangun


di atas salah satu ide yang lain. Teknik ini juga mendorong partisipan untuk
mendengarkan satu sama lain. Di samping itu, teknik ini dapat digunakan
untuk tidak setuju dan menunjuk perbedaan yang ada di antara pendapat-
pendapat peserta. Kadangkala peserta mengulang pembicaraan yang telah
ada karena mereka tidak mendengar pendapat yang telah muncul
sebelumnya atau ingin mengungkapkan ide tersebut dengan cara yang
lain. Dengan mengungkapkan apa yang telah diungkapkan peserta
sebelumnya, maka sebenarnya forum pertemuan telah didorong untuk
lebih teliti dan menyimak pendapat-pendapat yang telah muncul
sebelumnya. Para peserta didorong untuk mendengar lebih teliti dan
mengkait-kaitkan komentar-komentar mereka dengan peserta lain.

Keuntungan lain yang dapat Anda peroleh dari menerapkan referencing


back adalah, menunjukkan perhatian Anda kepada setiap komentar yang
muncul dari peserta. Di samping itu tentu saja hal ini membuktikan bahwa
Anda mendengarkan dan menyimak secara aktif setiap pendapat yang
muncul. Kadangkala banyak fasilitator atau peserta yang mengabaikan
komentar orang lain dan menganggapnya sebagai sebuah komentar yang
tidak pernah diungkapkan.
“ Seseorang dinilai
dari pertanyaan yang
diajukannya, bukan Teknik referencing back juga teknik yang bagus untuk menyeimbangkan
dari jawabannya.”
partisipasi. Sebagai fasilitator Anda dapat memilih pendapat dari peserta
(Voltaire) yang sangat pendiam atau seseorang yang berada dalam posisi yang tidak
berkuasa dalam organisasi. Hal ini adalah sebagai cara Anda untuk memberi
respek dan penghargaan karena telah membagi gagasan.

Seni Mengamati (Observing)


Teknik observasi atau pengamatan adalah kemampuan untuk mengamati
apa yang sedang terjadi tanpa menghakimi tanda-tanda non verbal seseorang
dan kelompok secara obyektif. Hal ini terjadi karena seringkali orang lebih
mudah mengembalikan kata-kata dibandingkan dengan perilaku kita. Sebagai

58 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Keterampilan Dasar Fasilitator

fasilitator, pengamatan memberikan peluang bagi Anda untuk mengetahui


apa yang dipikirkan orang lain tidak hanya dari apa yang dikatakan, tetapi
juga dari perilakunya. Karena sebenarnya perilaku non verbal dapat
mengungkapkan sesuatu pesan secara cukup kuat.

Anda bisa mengecek berbagai pendapat bukan hanya pada apa yang
dikatakan melainkan juga pada bahasa non verbalnya karena seringkali
pendapat juga dipengaruhi oleh bagaimana cara pendapat tersebut
diungkapkan. Misalnya untuk tataran individu, Anda dapat mengecek pada
intonasi suara, gaya komunikasi, ekspresi muka, kontak mata, gerakan tubuh,
dan postur tubuh. Sedangkan pada tingkatan kelompok Anda dapat
mengecek beberapa hal berikut: Siapa mengatakan apa? Siapa melakukan
apa? Siapa melihat siapa ketika mengatakan sesuatu? Siapa menghindari
terjadinya kontak mata? Siapa duduk di dekat siapa? Bagaimana tingkat
energi kelompok? Bagaimana tingkat minat kelompok?

Pengamatan yang baik akan membantu Anda untuk mendapatkan gambaran


tentang perasaan dan sikap para peserta serta memantau dinamika, proses
dan partisipasi kelompok. Karena itu sangat penting bagi seorang fasilitator
untuk mengembangkan keterampilan mengamati jenis-jenis komunikasi
non-verbal. Sebaiknya Anda melakukannya dalam waktu yang singkat tanpa
diketahui oleh peserta lain.

Seni Menyimak
Banyak fasilitator melewatkan substansi komunikasi “dua arah”, yang
sejatinya sangat penting dalam meningkatkan kesepahaman antara berbagai
pihak. Keterampilan menyimak adalah keterampilan kunci seorang fasilitator.
Hal ini sangat penting bagi seorang fasilitator karena cara Anda menyimak
akan mempunyai arti yang sangat penting bagi orang yang berbicara dan
“Proses kritik
membantu meningkatkan kualitas komunikasi antara Anda dan orang itu. harus dimulai
Di samping itu, fasilitator juga bertanggungjawab untuk meningkatkan dengan pujian dan
penghargaan yang
kualitas komunikasi dalam kelompok dan membantu anggota kelompok jujur”
untuk saling menyimak dengan lebih baik.
(Dale Carnegie)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyimak antara lain adalah:

• Tunjukkan empati dan minat. Artinya, Anda sedang menyimak.


Gunakan bahasa tubuh Anda sebagai pesan bahwa Anda sedang
memperhatikan dan mencoba memahami apa yang mereka pikirkan.
Perhatikan kata-katanya yang utama, jangan banyak bicara untuk
menjelaskan opini Anda sendiri, biarkan mereka bebas

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 59


Keterampilan Dasar Fasilitator

menyampaikan gagasan yang ada di pikiran. Berikan dukungan secara


penuh dengan memberikan fokus perhatian kepada orang tersebut
dengan cara menganggukkan kepala ataupun dengan kata-kata
dukungan. Jangan menyela!

• Menyimaklah dengan aktif. Menyimak bukan berarti Anda harus


pasif. Anda harus aktif untuk menangkap seluruh pesan yang ingin
disampaikan oleh peserta yang berpendapat. Misalnya dengan
memperhatikan bentuk tubuh, raut muka dan pilihan bahasa yang
digunakan. Gunakan teknik parafrase untuk memastikan bahwa
Anda paham.

• Menyimak dengan baik lebih sulit dari dugaan kita. Hal ini terjadi
karena banyak hal yang ternyata menyebabkan kita menjadi sulit
untuk menyimak. Misalnya, karena proses kita berpikir lebih cepat
daripada orang berbicara, maka kadang-kadang pada saat seseorang
belum selesai berbicara mereka telah menggunakan kemampuannya
untuk berpikir ha lain. Atau misalnya, mendadak emosi dan terbakar
amarahnya saat mendengar orang lain berpendapat, mendengar
dengan melamun, menyimak dengan telinga terbuka tetapi pikiran
tertutup, menganggap isu-isu yang diungkapkan terlalu berat
sehingga bias dan menyimak dengan serta merta menggoyang
keyakinan orang lain.

60 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


BAB 6
Membangun Konsensus

Pada bab ini Anda akan menemukan:


• Metode yang paling efektif untuk membangun
konsensus.
• Keunggulannya.
• Langkah-langkahnya.
• Sekilas sejarahnya.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 61


Membangun Konsensus

Metode Lokakarya
untuk Membangun Konsensus
Pernahkah Anda melihat sebuah kelompok yang lesu, tidak ada kegiatan
apapun, tak berenergi, dan tak punya ide-ide kreatif? Atau sebaliknya, sebuah
kelompok dengan energi yang tak terbatas dan kaya dengan ide-ide kreatif
tapi tidak termanfaatkan dengan baik, sehingga tidak ada keputusan yang
disetujui semua anggota kelompok? Kita juga pernah melihat situasi dimana
terjadi diskusi yang tidak terarah untuk mendapatkan keputusan-
keputusan praktis, atau anggota kelompok mempertanyakan keputusan
yang telah dibuat, atau lebih parah lagi, diskusi berlangsung alot karena
keterbatasan pengetahuan kelompok.

Dalam situasi-situasi seperti itu, diperlukan metode yang tepat untuk


membangun partisipasi setiap peserta dalam kelompok untuk mencapai
tujuan, metode yang memungkinkan kelompok untuk menyaring ide-ide
yang mengarah ke pencapaian tujuan bersama, metode yang akan
menghasilkan konsensus praktis. Metode yang dimaksud adalah metode
lokakarya. Lokakarya di sini maksudnya bukanlah sebuah kegiatan, tetapi
nama sebuah metode. Nama lain yang juga biasa digunakan untuk ini adalah
urun rembug, atau curah pendapat (brainstorming).

“Jika cerita
menghampirimu, rawatlah
mereka. Dan, belajarlah
melepaskannya jika
mereka perlu. Kadang-
kadang, seseorang lebih
butuh cerita ketimbang
makanan.”

(Barry Lopez,
penulis Arctic Dreams)

Metode lokakarya memberi kita proses yang:


• Memungkinkan semua anggota kelompok untuk ikut serta dan
berpartisipasi
• Membangkitkan kreativitas dan energi dalam waktu yang SINGKAT
• Menyaring pemikiran terintegrasi bersama
• Membangun konsensus kelompok dengan praktis

62 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Membangun Konsensus

• Memfasilitasi formulasi penyelesaian yang inovatif dan kreatif


terhadap masalah dan isu.
• Menanamkan kepada kelompok rasa ikut memiliki dan tanggung
jawab yang kuat.

Metode lokakarya berjalan menyerupai cara kita mengatur tugas-tugas


yang harus kita selesaikan pada satu hari kerja. Sebagaimana orang
kebanyakan, pada saat sampai ke kantor kita bertanya pada diri kita sendiri
apa yang harus kita selesaikan hari ini. Yang pertama-tama kita lakukan saat
kita sampai ke kantor adalah membuat daftar apa yang harus kita kerjakan,
biasanya daftar acak berisi tugas-tugas ringan dan atau berat.

Langkah selanjutnya adalah memilah-milah daftar ini dan mengelompokkan


tugas-tugas yang mirip, siapa yang harus ditelepon, rapat dan konsultasi
yang harus dihadiri, memo-memo dan surat-surat yang harus dibuat dan
laporan-laporan proyek yang harus diselesaikan. Setelah daftar “tugas” awal
telah dikelompokkan, kemudian kita evaluasi mana yang harus
diprioritaskan pada hari itu. Dengan prioritas yang telah dibuat untuk hari
itu, maka akan menjadi lebih mudah bagi kita untuk memiliki hari yang
produktif. Jika ada tugas lain yang harus dikerjakan, pastikan bahwa tugas-
tugas prioritas tidak akan dikalahkan dan malah mengerjakan tugas yang
berada dalam kelompok ‘kurang’ prioritas pada daftar “tugas” hari itu.

Proses pengorganisasian tugas sehari-hari dapat juga diterapkan pada


proses berpikir kelompok. Kelompok mungkin akan memulai dengan
mendefinisikan apa yang perlu dilakukan. Ide dan saran dapat diperoleh
dari anggota kelompok, yang dapat mereka atur dan prioritaskan secara
langsung sebagai respon terhadap apapun yang telah mereka tentukan.
Metode lokakarya-lah yang akan membantu proses ini terlaksana.

Alur Proses Metode Lokakarya “Perkataan yang baik


mungkin pendek dan
mudah diucapkan, tetapi
gaungnya tidak pernah
Metode lokakarya adalah sebuah proses berdiskusi membahas suatu topik berakhir”
untuk mencapai konsensus. Sebelum diskusi dimulai, tentukan dulu
(Ibu Teresa)
tujuannya. Lalu pimpinlah proses diskusi. Ada lima langkah yang perlu
dijalani untuk mengajak kelompok mencapai kesepakatan dengan cara yang
tepat.

Langkah 1 - Konteks
• Sampaikanlah latar belakang diskusi. Apa topik yang akan dibahas.
• Berikan sebuah pertanyaan kunci untuk dijawab peserta. Jelaskan
maksud pertanyaan, untuk memastikan agar jawaban yang mereka
berikan tepat.
• Minta semua peserta berpartisipasi.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 63


Membangun Konsensus

Langkah 2 – Sumbang Saran


Langkah ini terdiri dari 3 tahap:
a. Kerja individu: Minta peserta menjawab pertanyaan kunci sendiri-
sendiri lebih dulu. Setiap orang menyiapkan 2 - 3 jawaban.
b. Diskusi kelompok kecil: Minta mereka membentuk kelompok tiga-
tiga orang. Cara yang paling mudah adalah dengan mengumpulkan 3
peserta yang saling berdekatan. Minta setiap anggota kelompok
menyampaikan jawaban masing-masing kepada kelompoknya, lalu
mintalah mereka memilih 4-5 jawaban sebagai hasil kesepakatan
kelompok.
Bagikan kartu-kartu metaplan. Jelaskan bahwa setiap kelompok akan
diminta menuliskan 5 jawaban terbaik kelompok di kartu, dengan
syarat:
• Satu kartu berisi satu jawaban.
• Jawaban itu haruslah spesifik.
• Menggunakan paling banyak 7 kata.
• Tulisan haruslah besar, sehingga bila ditempelkan di depan kelas,
bisa terbaca oleh semua peserta.
Setiap syarat itu sudah disiapkan di kartu metaplan, dan ditempelkan
untuk mengingatkan mereka. Setelah itu, barulah setiap kelompok
diminta menuliskan 5 jawaban terbaik kelompok.
c. Diskusi pleno: Kumpulkan kartu-kartu dari setiap kelompok. Lalu
kembalikan kelompok tiga-tiga orang itu menjadi kelompok besar
(pleno). Bacakan satu persatu kartu-kartu yang Anda kumpulkan untuk
memastikan jawaban-jawaban itu telah memenuhi kelima syarat tadi.
Bila sudah memenuhi, pampangkan secara acak di depan kelas. Bila
ada kartu yang tidak jelas maksudnya, minta penjelasan kepada
kelompok yang bersangkutan. Bila ada yang tidak memenuhi syarat
penulisan di atas, minta kelompoknya membetulkannya.
“Jika tahu cara
menyimak yang baik,
Anda akan mendapat
Langkah 3 - Pengelompokan
keuntungan meskipun
dari mereka yang
Mintalah peserta mengidentifikasi kartu-kartu yang mempunyai maksud
berbicara buruk.” yang sama, dan kelompokkan kartu-kartu itu.
(Plutarch)
Langkah 4 - Penjudulan
Minta peserta memberi judul setiap kelompok kartu. Judul itu hendaklah
menggambarkan atau mewakili hal-hal yang tertulis di masing-masing
kelompok kartu. Dengan kata lain, menjadi topik kelompok jawaban yang
tertulis di kartu-kartu itu. Mulailah dengan kelompok yang jumlah kartunya
paling banyak. Kemudian mintalah mereka melengkapi judul-judul atau
topik-topik itu menjadi rumusan yang lengkap untuk menjawab pertanyaan
kunci di langkah awal (konteks).

64 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Membangun Konsensus

Langkah 5 - Refleksi
• Minta peserta melihat semua jawaban, dan memastikan bahwa jawaban
jawaban itu telah menjawab pertanyaan kunci.
• Tanyakan apakah ada kemungkinan jawaban yang perlu disempurnakan,
atau jawaban lain yang perlu ditambahkan. Bila ada, minta mereka
menambahkannya.
• Pastikan bahwa semua pesera telah setuju dengan semua jawaban itu.
• Tekankan bahwa inilah konsensus mereka terhadap pertanyaan kunci.
• Tanyakan bagaimana perasaan mereka setelah melalui proses ini.

Sejarah
Metode lokakarya ini pertama kali ditemukan oleh Walt Disney, produser
film-film animasi terkenal. Di dunia perfilman dikenal istilah “storyboard”
yakni gambaran suatu adegan yang digambarkan pada kartu-kartu dan
dilengkapi dengan text dialog atau narasi. Awalnya bermula ketika Disney
menyusun gambar-gambar animasi yang begitu banyak dari para
penggambarnya. Dia menempelkannya di dinding, mengelompokkan yang
saling berhubungan, sehingga terlihat pekerjaan-pekerjaan mana yang sudah
selesai dan mana yang belum tuntas. Pekerjaan memilah dan menyusun
itu oleh Disney dinamakan storyboarding.

Belakangan, Institute of Cultural Affairs di Amerika menggunakannya sebagai


salah satu metode dalam teknologi partisipasi, dan menamakannya workshop
method. Metode storyboard atau lokakarya ini menjadi populer di antara
para penulis film, para editor, dan sutradara, dan kini tidak terbatas pada
dunia seniman saja. Metode ini telah digunakan untuk membangun misi,
mengembangkan cerita-cerita sukses (best practices), dan merencanakan
suatu perubahan. Di Indonesia dua proyek USAID (Civil Society
Strengthening Program/CSSP dan Local Governance Support Program/LGSP)
“Waktu yang lewat dan
menyebarkan metode-metode dalam teknologi partisipasi ini, salah satunya kata yang terucap, tak
adalah metode workshop, yang namanya kemudian di-Indonesia-kan menjadi dapat ditarik kembali.”
metode lokakarya.
(Thomas Fuller)

Metode storyboard atau lokakarya adalah salah satu teknik yang paling baik
untuk memecahkan suatu masalah yang kompleks, dan merupakan suatu
metode sumbang saran yang terstruktur, praktis dan efisien untuk
merumuskan solusi yang kelihatannya pelik. Tidak ada teknik perencanaan
lain yang menyajikan fleksibilitas seperti ini. Cara ini sangat ideal untuk
berbagi ide dan konsep, kemudian melemparkannya kepada publik untuk
menjadi sebuah pembahasan, dan menjadi suatu kekuatan perumusan
pemecahan masalah secara bersama. Metode ini juga menawarkan format
yang fleksibel dan mudah dimodifikasi.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 65


Membangun Konsensus

Kekuatan dari metode storyboard adalah bahwa ia mendorong partisipasi


penuh, dan menempatkan keseluruhan susunan/urutan proyek, kebijakan
atau visi perusahaan, pandangan atau rencana kerja yang jelas pada setiap
orang. Rob Abernathy dan Mark Reardon mengalami bahwa sesi sumbang
saran yang tidak menggunakan metode storyboard, dengan 14 peserta, dan
dalam tempo 60 menit, menghasilkan kira-kira 40-45 jawaban/respon
peserta. Pada ukuran dan waktu yang sama, dengan menggunakan metode
storyboard ternyata dapat menghasilkan 150-300 jawaban/respon peserta.
Pengalaman kedua ahli ini pada sesi sumbang saran tersebut adalah, bahwa
sepertiga dari jumlah peserta menghasilkan 80% respon sepertiga
memberikan respons 20% saja, dan sisanya sebagai pengamat.

Berikut ini beberapa hal yang perlu Anda perhatikan bila menggunakan
metode ini:
• Tidak ada bias.
• Ciptakan suasana yang tidak formal dan menyenangkan.
• Pimpinlah diskusi untuk menyatukan energi kreativitas kelompok.
• Lakukan feedback yang positif.
• Pelihara proses agar tetap bergerak dan hidup.
• Berikanlah pertanyaan-pertanyaan yang jelas.
• Beri semangat kepada kelompok untuk mengelola proses
storyboard ini.
• Ciptakan rasa ingin tahu.

Kita sering dihadapkan pada kejutan, mengapa sebuah prosedur yang


sederhana dapat menghasilkan satu solusi yang efektif dari sebuah isu
yang kompleks. Ada sebuah fleksibilitas terkandung pada sebuah
“Fasilitator tidak perlu
kesederhanaan. Hanya butuh satu sesi untuk meyakinkan peserta terhadap
memahami desainer lebih kekayaan metode storyboard atau lokakarya ini. Kekuatan yang harus
baik, mereka perlu disatukan mampu merangsang dan meningkatkan produktivitas peserta.
menjadi desainer.”

(Roger Martin,
dekan Rotman School of
Management)

66 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


BAB 7
Mengelola
Dinamika Kelompok

Pada bab ini Anda akan menemukan:


• Bagaimana proses perkembangan kelompok.
• Berbagai perilaku dan karakter dalam
kelompok.
• Kapan sebuah kelompok dikatakan efektif.
• Berbagai tantangan dalam dinamika kelompok.
• Proses pengambilan keputusan dalam setiap
kelompok.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 67


Mengelola Dinamika Kelompok

Proses Perkembangan Kelompok


Perkembangan setiap kelompok tidak selalu sama antara yang satu dengan
yang lain, begitu juga dinamikanya. Namun ada tahap-tahap tertentu yang
biasanya dilalui setiap kelompok ketika berproses. Sebagai seorang fasilitator,
Anda perlu mengetahui tahap-tahap perkembangan kelompok ini agar Anda
dapat menentukan pendekatan dan metode yang tepat dalam memfasilitasi
mereka. Tahap-tahap yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Forming
Tahap orang berkumpul dan membentuk sebuah kelompok. Mungkin ada
yang mengikuti pertemuan karena penugasan. Mungkin ada beberapa
peserta yang masih diliputi perasaan keraguan dan was-was. Apakah saya
akan bisa cocok dengan yang lain? Sebagai fasilitator Anda harus dapat
memastikan agar mereka merasa nyaman. Berikan perhatian secara khusus
kepada peserta. Beri waktu kepada mereka untuk saling berkenalan dan
Anda juga bisa gunakan permainan atau icebreaker.

Informing
Tahap penjelasan di mana anggota kelompok diberi penjelasan tentang
tujuan dari tugas yang akan dilakukan. Ada interaksi antar anggota karena
mereka sadar bahwa mereka menuju pada tujuan yang sama. Sebagai
fasilitator Anda dapat mencari titik pijak yang sama, dan membentuk
sendiri visi, misi serta tujuan kelompok. Gunakan kegiatan-kegiatan
pengenalan dan agenda yang jelas.

Storming
“Tindakan
adalah buah
pengetahuan.”
Pada tahapan ini adalah dimulainya membangun peran di antara masing-
masing peserta. Tahapan ini adalah sebuah fase yang sangat penting karena
(Thomas sangat mungkin dalam tahapan ini akan terjadi tarik menarik, uji coba dan
Fuller)
bahkan terjadinya konflik. Benturan antar pribadi sangat mungkin akan
terjadi, bahkan benturan dengan pemimpin kelompok. Sebagai fasilitator
Anda harus memberikan dukungan kepada seluruh kelompok. Kembangkan
dan gunakan teknik-teknik fasilitasi serta ingatkan peserta akan tujuan dan
norma-norma kelompok. Usahakan terjadinya keterbukaan dan keinginan
untuk mengatasi konflik.

Norming
Tahapan ini adalah fase stabilisasi dimana aturan, ritual, dan prosedur
ditetapkan dan diterima. Identitas peran disepakati bersama dan tercipta

68 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Mengelola Dinamika Kelompok

suasana kebersamaan. Jalan menuju kemajuan disetujui bersama. Sebagai


fasilitator Anda harus memberikan bantuan dalam menghaluskan proses.
Jika diperlukan, perbaiki atau sesuaikan norma dan serahkan kembali
tanggung jawab kepada kelompok.

Mourning
Transforming
Forming

Informing Performing

Storming Norming

Mourning
Anda telah memasuki tahap akhir. Dalam tahapan ini tugas sudah selesai
dikerjakan, dan tujuan utama pembentukan kelompok sudah terpenuhi.
Siklus kehidupan kelompok secara resmi sudah berakhir. Ada rasa sedih
dan anggota mulai memikirkan tugas lain. Sebagai fasilitator Anda perlu
untuk mempersiapkan peserta agar bisa menghadapi transisi dari “Kebaikan yang
semakin
pembentukan kelompok menuju bubarnya kelompok. Pastikan bahwa ada dikomunikasikan akan
semacam ritual perpisahan, baik secara individu maupun sebagai kelompok. semakin bertumbuh
Gunakan beberapa metode umpan balik akhir. dengan melimpah”.

(John Milton)
Transforming
Pada tahap ini tim menjadi dinamis dan tidak statis karena pembentukan
kelompok sudah terjadi dan mulai ada perubahan baik di masing-masing
anggota maupun pada kelompok secara keseluruhan. Sebagai fasilitator
Anda dapat menunjukkan dukungan dan rasa percaya pada kelompok.
Hargai perubahan yang terjadi dengan memberikan pujian tetapi jaga agar
tidak berlebihan.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 69


Mengelola Dinamika Kelompok

Setiap Kelompok Selalu Memiliki


Dinamika Sendiri
Fasilitator sebaiknya dapat berperan sebagai penyeimbang (balancing) agar
dinamika kelompok dapat mencapai hasil yang diinginkan (performing). Untuk
membuat dinamika kelompok seimbang, fasilitator perlu melakukan kombinasi
berbagai teknik fasilitasi seperti menyimak, mengamati, bertanya, probing,
menyimpulkan, mengelola perbedaan pendapat, memberikan semangat
(encouraging) dan lain-lain. Beberapa kiat yang dapat membantu fasilitator
membangun kelompok antara lain adalah belajar memahami sebanyak
mungkin karakter dan sifat-sifat individu ketika ia menjadi anggota kelompok,
membentuk kelompok diskusi yang benar-benar kecil dan memungkinkan
semua menyumbangkan pikiran dengan aman dan jangan malu meminta
bantuan orang di luar kelompok jika memang diperlukan.

Paling penting adalah manfaatkan pendukung Anda! Berikut ini adalah


beberapa contoh perilaku konstruktif dan ciri-cirinya.

“Cerita adalah salah


satu alat dasar yang
ditemukan pikiran
manusia, tujuannya
untuk memahami.
Tidak ada komunitas
yang tidak bercerita”

(Ursula LeGuin)

70 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Mengelola Dinamika Kelompok

Anda juga perlu mengenali berbagai karakter peserta dan bagaimana


melakukan intervensi terhadapnya. Berikut ini beberapa contoh

“Cintailah
kebenaran, dan
manfaatkanlah
kesalahan”

(Voltaire)

Efektivitas Kelompok
Sebagai fasilitator Anda diharapkan selalu bisa memantau proses efektivitas
kelompok, mengidentifikasi faktor-faktor dan elemen apa yang bisa
membantu proses kelompok untuk menjadi lebih efektif, dan memastikan
saat-saat dimana diperlukan untuk melakukan intervensi. Anda bisa
memulainya dengan mengidentifikasi tiga kriteria efektivitas kelompok
(Hackman dalam Schwarz, 2002):

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 71


Mengelola Dinamika Kelompok

• Performance: pelayanan yang diberikan oleh seorang fasilitator untuk


membantu kelompok memenuhi penilaian standar kinerja yang
diharapkan oleh kelompok yang menerima, menggunakan ataupun
melakukan kajian terhadap hal tersebut.
• Process: proses dan struktur yang digunakan dalam memfasilitasi
kelompok memungkinkan untuk terjadinya kerjasama dan saling belajar
di antara anggota kelompok.
• Personal: pengalaman dalam dinamika kelompok berkontribusi dalam
perkembangan dan kecakapan menjadi anggota kelompok.

Ketiga faktor diatas memberikan kontribusi terhadap efektivitas kelompok,


baik dari segi proses, struktur maupun konteks kelompok. Secara umum,
efektivitas kelompok dapat digambarkan dalam bentuk diagram di halaman
berikut.

“Anda tidak akan dapat


mengubah realitas
dengan memeranginya.
Lebih baik menciptakan Gambar: Model Efektivitas Kelompok (Schwarz et.al., 2005)
model baru untuk
menggusur yang lama .” Fasilitator mempunyai tugas yang berat untuk meningkatkan efektivitas
kelompok. Fasilitator harus mampu masuk dalam perkembangan dinamika
(R. Buckminster Fuller)
kelompok, termasuk didalam perubahan proses, struktur dan konteks
kelompok. Selain itu, fasilitator juga harus menumbuhkan tanggung jawab
dan akuntabilitas dalam proses berbagi dan berdiskusi di kelompok.

Tantangan bagi Individual, Kelompok


dan Organisasi
Tiap fasilitator pasti selalu menghadapi berbagai hal baru dan tantangan
dalam menjalankan pekerjaannya. Berbagai hal ini akan memperkaya

72 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Mengelola Dinamika Kelompok

pengalamannya dalam dunia kefasilitasian. Menjadi sebuah keharusan yang


tak terhindarkan bagi fasilitator untuk mampu mengatasi berbagai tantangan
tersebut dengan membuat sebuah proses yang memungkinkan terjadinya
interaksi kelompok. Beberapa tantangan tersebut dapat dibedakan menjadi
tantangan individual ataupun tantangan kelompok/organisasi.
Hal ini digambarkan dalam tabel dibawah ini:

“Tak ada gunanya


meratapi ‘mestinya bisa
begini’. Gantilah air mata
dengan keringat untuk
membuatnya bisa begitu.”

(Denis Waitley)

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 73


Mengelola Dinamika Kelompok

Teori Permata
Sebagai seorang fasilitator, Anda juga perlu mengetahui bagaimana dinamika
proses pengambilan keputusan dalam kelompok. Para peserta pertemuan
biasanya mempunyai tujuan, keinginan dan pendapat yang berbeda-beda,
dan semuanya berupaya mencapai tujuan terbaiknya, terutama saat harus
memecahkan perkara sulit. Dalam keadaan seperti itu, proses pengambilan
keputusan akan berlangsung sangat dinamis.

Banyak fasilitator yang meremehkan keadaan seperti itu, dan menganggap


enteng situasi dimana masalah yang sulit harus dipecahkan. Akibatnya,
kelompok seringkali berdiskusi dengan “cara biasa”, dan hasilnyapun akan
biasa-biasa saja. Ide atau solusi yang dihasilkan kedengaran cukup
memuaskan pada saat diskusi, tetapi kemudian gagal diimplementasikan
karena sebetulnya yang dicapai adalah hasil yang semu, atau yang “yaaah...,
begitulah..”. Untuk memandu proses dalam situasi seperti itu, seorang
fasilitator hendaknya memahami Teori Permata.

Teori Permata menggambarkan proses pengambilan keputusan dalam


kelompok, yang digambarkan dalam tiga zona berpikir, yakni zona divergen
(berpikir terbuka), zona sulit (berargumentasi), dan zona konvergen
(berpikir mengerucut).Teori ini dikembangkan oleh Sam Kaner, Lenny Lind,
Catherine Toldi, Sarah Fisk, dan Duane Berger dalam buku mereka Facilitator’s
Guide to Participatory Decision Making (2007).

”Cinta tak lain dari


sumber kekuatan tanpa
bendungan bisa
mengubah,
menghancurkan atau
meniadakan,
membangun atau
menggalang.”

(Pramoedya Ananta
Toer,
Bumi Manusia )

Gambar: Proses Pembuatan Keputusan Kelompok (diadaptasi dari Kaner, Lind,


Toldi, Fisk, and Berger, 2007)

74 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Mengelola Dinamika Kelompok

Tiga Zona Penting


Zona divergen adalah tahap di mana anggota kelompok saling berbagi
pendapat. Tugas fasilitator di tahap ini adalah menggali ide atau gagasan
peserta sebanyak-banyaknya, dan untuk itu perlu menggunakan metode
yang sesuai, seperti curah pendapat (brainstorming) atau peta pikiran.

Zona sulit adalah saat ketika peserta berbeda pendapat dan


berargumentasi. Suasana diskusi di tahap ini bisa menjadi ramai, juga bisa
membingungkan.Tugas fasilitator pada tahap ini adalah mendukung anggota
kelompok untuk saling berbagi dan mungkin melakukan modifikasi
perspektif mereka agar bisa saling memahami. Cara paling mudah untuk
membantu kelompok saling memahami perspektif masing-masing adalah
dengan membuat mereka merasakan berada dalam posisi orang lain. Ini
dapat dilakukan, misalnya, dengan mendorong mereka untuk bertanya
langsung dan mendengarkan jawaban yang disampaikan.

Di zona konvergen, gagasan dikerucutkan dan dipilah-pilah, serta


diputuskan. Tugas utama Anda sebagai fasilitator adalah membantu
kelompok melakukan eksplorasi alternatif dan membuat sintesis yang
menjadi solusi yang dapat diterima semua orang. Ini kedengarannya jauh
lebih mudah dari kenyataan.

Penjelasan lebih lengkap mengenai teori ini dapat Anda lihat di modul
Mendesain Kegiatan Interaktif. Dengan memahami teori ini, Anda akan
dapat memastikan kelompok yang Anda pimpin atau fasilitasi akan berhasil
mencapai tujuan terbaiknya.

“Kelemahan terbesar kita


adalah mudah menyerah.
Cara yang pasti untuk
berhasil adalah mencoba
sekali lagi”

(Thomas Edison)

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 75


76 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator
BAB 8
Merancang Aksi Bersama

Pada bab ini Anda akan menemukan:


• Cara yang efektif dalam merancang sebuah
kegiatan secara partisipatif menggunakan
pendekatan apresiatif.
• Contoh sebuah rencana yang dirancang dengan
cara yang disarankan.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 77


Merancang Aksi Bersama

Merancang Aksi Bersama


Pernahkah Anda menghadiri pertemuan perencanaan yang setelahnya
membuat Anda bertanya-tanya siapa yang akan melakukan semua tugas
yang telah diidentifikasi dan dikelompokkan? Setelah rencana
diformulasikan, sering kali terjadi ketidakjelasan tentang siapa yang akan
melakukan apa. Lebih parah lagi, mereka yang sudah melakukan banyak
tugas masih harus ditambahi pekerjaan lain, bahkan sering terjadi setelah
semuanya diucapkan dan dilakukan, kita tidak tahu apa yang terjadi dengan
rancangan utama yang telah diformulasikan. Dalam situasi seperti ini, yang
kurang adalah metode yang tepat untuk membangun partisipasi dan rasa
memiliki dari setiap anggota kelompok dalam rencana yang realistis dan
praktis dengan maksud untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai.

Merancang Aksi Bersama (Action Planning) memberi kita proses yang:


• Memungkinkan semua anggota kelompok untuk berpartisipasi dan
ikut memberikan kontribusi
• Membuat rencana kegiatan yang realistik dan dapat dilakukan dalam
waktu yang relatif SINGKAT.
• Menyaring pemikiran yang terintegrasi, dengan menggunakan
proses rasional dan intuitif.
• Membangun konsensus kelompok secara praktis
• Menanamkan rasa ikut memiliki yang kuat pada kelompok.
• Menentukan pusat tanggungjawab dari berbagai aspek rencana.
• Memungkinkan kelompok dengan mudah mengetahui unsur dalam
mempertimbangan alokasi target dan sumber daya.
• Menerjemahkan output-nya kedalam panduan monitoring praktis
untuk kemajuan (progress) pelaksanaannya.

Merancang Aksi Bersama (Action Planning) dimulai dari pendekatan yang


sangat praktis untuk menghasilkan action plan. Metode ini membawa
“Cara terbaik untuk kelompok untuk menjawab tiga pertanyaan mudah:
memprediksi masa
depan ialah dengan • Kemana kita akan pergi?,
menciptakannya.” • Dimanakah kita?,
(Peter F. Drucker) • Bagaimana kita bisa sampai ke sana?.

Banyak perencanaan kegiatan dilakukan untuk langsung menjawab


pertanyaan ketiga, dengan sedikit pertimbangan pada pertanyaan pertama
dan kedua. Tanpa kejelasan bersama dalam kelompok tentang kemana
tujuan kelompok, anggota individu akan cenderung memiliki konsepsi yang
beragam tentang kemenangan dan keberhasilan. Hal ini akan mempengaruhi
cara mereka memberikan kontribusi pada proses perencanaan, dan pasti
akan mempengaruhi bagaimana masing-masing bertindak dalam pelaksanaan

78 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Merancang Aksi Bersama

aktual rencana tersebut. Akhirnya, karena adanya konsepsi yang beragam


atas kemenangan dan keberhasilan ini, ketika rencana telah dilaksanakan
sepenuhnya, akan masih ada rasa frustasi karena tidak semua yang
diharapkan setiap anggota kelompok terlaksana. Orang kemudian akan
beranda-andai jika ada kesempatan untuk membahas harapan dan
pandangan tentang kemenangan dan keberhasilan.

Di sisi lain, rencana kegiatan yang lain gagal untuk mempertimbang-kan


sepenuhnya situasi kelompok perencanaan saat ini, yaitu kekhawatiran
dan tanggung jawab berjalan, beban kerja saat ini, dan hambatan dan
keterbatasan sumber daya. Jika situasi saat ini tidak dipertimbangkan dengan
benar dalam suatu kegiatan perencanaan, rencana akan cenderung tidak
realistis - orang hanya akan terbebani pekerjaan yang secara realistis tidak
bisa mereka tangani, sumber-sumber yang ada seringkali diperkirakan terlalu
tinggi dan biasanya rencana diharapkan menghasilkan sesuatu diluar batas
yang bisa dicapai.

Dan ketika semua sudah diucapkan dan dilakukan, perasaan frustasi


mungkin akan menyebar. Lebih parah lagi, konsepsi kemenangan yang sudah
ditetapkan bisa jadi tidak terwujud. Ini semua dapat dihindari jika ada
pengertian dan pertimbangan yang tepat terhadap keterbatasan,
ketidakleluasaan, dan berbagai kemungkinan akan situasi seperti ini.

Merancang Aksi Bersama (Action Planning) memper-timbangkan ketiga


pertanyaan - ke mana tujuan kita, dimanakah kita, dan bagaimana kita bisa
sampai ke sana - maka metode ini memberikan arahan untuk menghasilkan
“Sekarang ini, kita
rencana yang praktis, realistis dan bisa diterapkan. Merancang Aksi Bersama berhadapan dengan
(Action Planning) adalah sebuah proses tujuh tahap yang membimbing sebuah perubahan
dalam alam yang
kelompok dalam perjalannya menuju pengembangan rencana yang realistis berubah. Kita secara
dan bisa dilakukan dalam menyelenggarakan suatu kegiatan atau acara. konstan menghadapi
munculnya kenyataan-
Merancang Aksi Bersama (Action Planning) sangat cocok untuk kenyataan baru dan
merencanakan sebuah acara atau kegiatan dalam rentang waktu antara 3 transformasi masif
– 12 bulan, dan akan sangat efektif untuk: yang memanggil
perubahan seluruh
sistem.”
• Memperkuat rasa kepemilikan dalam kegiatan yang direncanakan,
(Banathy, 1994)
• Membangkitkan komitmen individual dan kolektif terhadap
keberhasilan
kegiatan,
• Mengenali tanggungjawab dan akuntabilitas semua anggota kelompok,
• Memutuskan alokasi sumber-sumber daya untuk kegiatan yang
direncanakan.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 79


Merancang Aksi Bersama

Interaksi dinamis yang dimungkinkan oleh prosedur tahap demi tahap


dari perencanaan (Action Planning) merupakan pengalaman yang memotifasi,
memuaskan, dan bahkan berdaya guna, tidak hanya dalam konteks
menyusun rencana kegiatan, dan mungkin yang lebih penting, dalam konteks
kegiatan-kegiatan yang berhasil dilaksanakan.

Gambaran Proses
Merancang Aksi Bersama
Tetapkan Tujuan
Hal pertama yang harus dilakukan dalam menerapkan Merancang Aksi
Bersama adalah menetapkan tujuan: Apa yang ingin dicapai melalui diskusi
yang akan dilakukan menggunakan metode ini? Tujuan ini dirumuskan dari
sudut rasional (karsa) dan eksperiensial (rasa).
Tujuan rasional mencakup:

• Apa yang perlu diketahui, dipahami atau diputuskan oleh kelompok.


• Pengalaman atau isu bersama apa yang perlu dipertimbangkan dengan
seksama oleh kelompok.

Tujuan eksperiensial mencakup:

• Apa yang Anda inginkan untuk dialami oleh kelompok selama proses
diskusi. Kegembiraankah? Rasa ingin tahukah?
• Apresiasi dari beragam perspektif, perbedaan pendapat.
Kesepakatan bersama dibalik semua keragaman yang ada.

Perlu diingat bahwa kejelasan tujuan kegiatan akan membantu Anda untuk
benar-benar siap memfasilitasi workshop perencanaan (action planning).

“Kita hidup dalam Tahap 1 – Konteks


sebuah samudra
kata-kata, tetapi
seperti seekor ikan Pastikan adanya iklim yang terbuka dalam kelompok, sehingga peserta dapat
di dalam air, kita langsung saling melihat wajah peserta lain. Pastikan bahwa tidak ada gangguan,
sering kali tidak
menyadarinya” bahkan sebelum sesi dimulai. Sambut peserta dan undang kontribusi
mereka, lalu minta mereka merumuskan konteks atau latar belakang dari
(Stuart Chase)
kegiatan yang akan mereka rencanakan dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan ini:
• Apa kegiatan yang akan diadakan?
• Mengapa perlu diadakan?,
• Kapan akan diadakan?
• Dimana akan diadakan?

80 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Merancang Aksi Bersama

• Siapa saja yang akan terlibat (siapa pesertanya, siapa yang menjadi
pelaksananya)?
• Apa asumsi para pelaksana ini (peserta pelatihan Anda) tentang hal-hal
yang akan mempengaruhi pelaksanaannya nanti?

Dalam proses perencanaan (action planning) ini, setiap peserta hendaklah


dirangsang untuk berpartisipasi aktif. Caranya adalah dengan meminta
mereka bergiliran memfasilitasi tahap-tahap selanjutnya, setelah latar
belakang ini mereka pahami. Dalam proses ini, fungsi Anda adalah sebagai
pemandu saja. Terakhir, sepakati dengan para fasilitator baru atau fasilitator
praktek ini waktu yang mereka sanggupi untuk menyelesaikan tugas
memfasilitasi proses selanjutnya dari membuat perencanaan ini. Lalu
serahkan proses selanjutnya kepada para fasilitator praktek.

Tahap 2 – Lingkar Keberhasilan


Mintalah kelompok menjelaskan, apa yang mereka inginkan sebagai tujuan
akhir kegiatan yang direncanakan ini. Dengan kata lain, apa aspirasi mereka.
Kemudian tanyakan apa yang mereka bayangkan sebagai hasilnya (results),
yakni tanda-tanda atau indikator bila kegiatan ini dikatakan berhasil. Minta
mereka membayangkan hari setelah kegiatan, dan tanyakan apa yang mereka
ingin lihat, rasakan, dengar dan pikirkan oleh orang yang seharusnya
mendapat manfaat dari kegiatan tersebut. Tuliskanlah semua jawaban
kelompok atas pertanyaan tersebut pada kertas flip chart. Tulislah dengan
kalimat pendek-pendek. Lingkar keberhasilan merupakan kesempatan bagi
kelompok untuk menyepakati dan merumuskan dengan jelas definisi
keberhasilan kegiatan tersebut. Dalam bahasa perencanaan, tahap ini
disebut juga tahap perumusan tujuan.

Perlu dicatat bahwa pada akhir tahap ini, Anda hendaklah berhasil
membuat kelompok sangat bersemangat dan termotivasi. Jika tidak, mungkin
akan sulit bagi mereka untuk menyelesaikan langkah-langkah selanjutnya
dari sesi perencanaan ini. Untuk itu, rumusan indikator keberhasilan ini
“Sepanjang hidup, saya
dapat Anda tuliskan dengan cara yang membangkitkan semangat, seperti tidak pernah secuil pun
dalam lingkaran cahaya, dalam awan dan sebagainya. Gunakanlah cara-cara belajar dari mereka yang
yang kreatif. setuju pada saya.”

(Dudley Field Malone)

Semua peserta hadir.


Semua peserta hadir.
Materi selesai dicetak,
Materi selesai dicetak.
Semua peserta dapat Semua peserta dapat giliran
giliran praktek. praktek.
Peserta memuji Peserta memuji tempat
tempat dan konsumsi dan konsumsi

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 81


Merancang Aksi Bersama

Tahap 3 – Kenyataan Saat Ini


Pada tahap ini, biasanya kenyataan saat ini dianalisis melalui kacamata SWOT
(strength/kekuatan, weakness/kelemahan, opportunity/peluang, dan threat/
ancaman). Dengan berkembangnya ilmu fasilitasi dan pendekatan dalam
perencanaan, membahas SWOT mulai pelan-pelan ditinggalkan, dan orang
beralih ke pendekatan baru yang populer disebut SOAR (strength/kekuatan,
opportunity/peluang, aspirations/keinginan, dan results/hasil). Mengapa
demikian? Karena diskusi membahas kelemahan dan ancaman (serta
masalah) dipercaya sering membangkitkan energi negatif, sedangkan diskusi
membahas hal-hal yang positif (kekuatan, peluang) lebih menimbulkan
energi positif.

Di tahap 2, ketika Anda memandu proses perumusan indikator keberhasilan,


peserta Anda telah merumuskan A (aspirations/keinginan/tujuan akhir), dan
R (results/indikator keberhasilannya). Jadi pada tahap ini Anda tinggal meminta
peserta mengidentifikasi hal-hal positif pada S (strengths/kekuatan), dan O
(opportunities/peluang).

Kekuatan: Apa yang telah mereka capai sejauh ini, dan apa kekuatan
yang mereka miliki sehingga berhasil meraih pencapaian tersebut. Ini semua
adalah aset yang dapat mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan kegiatan
yang baru saja dirumuskan tadi.
Peluang: Apa saja peluang yang ada di luar diri atau kelompok mereka,
yang akan memungkinkan mereka mencapai tujuan itu.

Agar lebih mudah diingat, hubungan keempat unsur SOAR ini sebaiknya
digambarkan karena gambar lebih mudah diingat. Umpamanya seperi di
bawah ini.

“Sifat alami manusia


yang terutama adalah
ingin dihargai”

(William James)

82 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Merancang Aksi Bersama

Tahap 4 – Komitmen
Pada tahap ini, mintalah peserta Anda melihat kembali tujuan yang ingin
mereka capai melalui keberhasilan kegiatan yang direncanakan ini (Lingkar
Keberhasilan) dan analisis mereka terhadap kekuatan dan peluang yang
ada itu. Berdasarkan kedua hal itu, tanyakanlah apa komitmen mereka,
atau apa yang bersedia mereka berikan pada kegiatan tersebut, dalam
rangka memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada itu, untuk mencapai
tujuan di dalam lingkar keberhasilan.

Catatlah semua pernyataan peserta pada kertas flip chart. Mintalah


kelompok merangkai pernyataan-pernyataan individual menjadi sebuah
komitmen atau janji kelompok yang menyatu, yang akan mengikat kelompok
satu sama lain untuk mencapai keberhasilan kegiatan yang direncanakan.
“Awas”, jangan sampai memberi peluang pada kelompok untuk menarik
kembali pernyataan atau janji yang telah mereka jadikan komitmen. Setelah
janji mereka tersusun, sebaiknya mintalah kelompok untuk
menandatangani pernyataan tersebut, yang menandakan kontrak kelompok
terhadap dirinya sendiri.

Tahap 5 – Lokakarya Menentukan Kegiatan


Kunci
Gunakanlah metode lokakarya untuk menjawab pertanyaan berikut:

Dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang telah dibahas


tadi, apa saja yang perlu Anda lakukan, agar kegiatan yang
direncanakan itu berhasil dan indikatornya terwujud?

Penjelasan lengkap cara melakukan metode lokakarya terdapat di halaman “Berbuat apapaun lebih
62-65. Ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan dalam melokakarya- baik dari pada tidak
berbuat apa-apa
kan penentuan kegiatan kunci ini, antara lain: sama sekali”.

(Norman Vincent Peale)


Pada langkah konteks:
o Pertanyaan kunci hendaklah selalu ditulis. Bisa di kertas flip chart,
bisa juga disorotkan ke layar dari komputer.
o Anda tidak perlu terlalu lama membahas latar belakang kegiatan
pada langkah konteks metode lokakarya ini, karena latar belakang
kegiatan sudah dibahas lengkap di tahap sebelumnya. Langsung
saja ke pertanyaan kunci.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 83


Merancang Aksi Bersama

Pada langkah sumbang saran:


o Jangan lupa mengingatkan peserta pada syarat-syarat mengisi kartu
metaplan. Tampilkan kembali kartu-kartu yang berisi syarat-syarat
itu.
o Tambahkan dua syarat lagi, yaitu:
- Harus menggunakan kata kerja (karena pertanyaannya “Apa
yang perlu dilakukan”).
- Tidak boleh ada jawaban yang bunyinya membentuk panitia.
Mengapa begitu? Karena mereka diasumsikan adalah panitia
yang sedang merencanakan kegiatan itu.
Pada langkah penjudulan:
Tanyakanlah kepada kelompok apakah menurut mereka semua tugas
yang telah mencakup semua yang dibutuhkan untuk membuat kegiatan
berjalan dengan baik. Tanyakan kepada anggota kelompok apakah ada
tugas-tugas yang spesifik yang tidak secara eksplisit tercantum. Bila
ada, minta mereka menuliskannya di kartu ide baru, supaya ide tersebut
tidak hilang, dan tanyakan di gugus kegiatan mana tugas yang
ditambahkan tersebut sebaiknya dimasukkan.
Pada langkah refleksi:
Di tahap ini, yang perlu Anda lakukan adalah memastikan bahwa semua
kegiatan yang diidentifikasi itu sudah menjawab pertanyaan kunci, dan
membuat indikator keberhasilan bisa dicapai. Bila masih ada kegiatan
yang dirasa peserta masih perlu ditambahkan, mintalah mereka
menambahkannya.

Tahap 6 – Penjadwalan dan Penugasan


Yang Anda lakukan di tahap ini adalah:

• Meminta semua peserta memilih sendiri kegiatan-kegiatan yang akan


“Dunia tidak terlalu ia kerjakan, bukan ditunjuk atau menunjuk orang lain. Caranya
perlu diinformasikan, adalah dengan meminta setiap orang menuliskan nama masing-
tetapi perlu
diingatkan”. masing pada secarik kertas, lalu maju ke depan kelas
menempelkannya pada gugus pekerjaan dimana mereka merasa
(Hannah More)
akan bisa memberikan kontribusi optimal. Dengan begitu akan
terbentuk tim kerja untuk setiap gugus pekerjaan.

• Pastikan bahwa paling tidak ada dua orang dalam setiap tim kerja.
Bila ada tim yang jumlah anggotanya terlalu sedikit sementara jenis/
bobot pekerjaannya banyak/berat, mintalah anggota tim kerja lain
untuk secara suka rela pindah ke tim yang kekurangan anggota ini,
yakni dengan memindahkan namanya sendiri ke tim tersebut. Jangan

84 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Merancang Aksi Bersama

sampai terjadi anggota kelompok memindah-mindahkan nama


orang lain ke kelompok tugas tertentu. Tapi mereka boleh
meyakinkan peserta lain untuk masuk ke dalam kelompok tugas
tertentu. Ingatlah bahwa semua harus dilakukan secara suka rela.
Kalau masih ada kelompok tugas yang tidak ada anggotanya, tanya
kembali kepada kelompok untuk mempertimbangkan apakah
kelompok tugas ini penting untuk kegiatan yang direncanakan.
Biasanya ini akan berhasil karena kelompok akan akan menemukan
cara memilih tugas-tugas kerjanya

• Beritahukan kepada peserta bahwa selanjutnya mereka akan


bekerja dalam tim-tim kerja yang baru saja terbentuk. Persilakan
wakil setiap tim kerja untuk maju ke papan dan mengambil kartu-
kartu ide (kegiatan) timnya.

• Minta setiap kelompok/tim kerja untuk menyusun pekerjaan-


pekerjaan dalam gugus tugas masing-masing secara berurut, dan
mengidentifikasi mana di antara tugas-tugas tim yang mereka anggap
sebagai kegiatan ‘perdana’, ‘lanjutan’, dan ‘pamungkas’. Anda bisa
meminta mereka untuk menuliskan kegiatan-kegiatan ‘perdana’ dan
’pamungkas’ pada kertas berwarna untuk memudahkan mereka
membedakannya.

• Minta setiap tim memasukkan rencana kerja masing-masing ke


kalender seperti di bawah ini.

“Bertindaklah dengan
tujuan, semangat,
keyakinan, keahlian, dan
kecerdasan, sampai
semua hal ini masuk di
alam bawah sadar Anda”.

(Brian Tracy)

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 85


Merancang Aksi Bersama

Dalam pleno, mintalah wakil dari setiap tim kerja melaporkan kalender
kegiatan mereka dengan meriah. Umpamanya dengan menambahkan
gambar-gambar lucu, dan semua anggota tim meneriakkan slogan/
moto tim.

Setelah semua tim kerja melapor, koordinasikan seluruh kegiatan semua


tim kerja dengan cara:

- Meminta semua kelompok melihat kegiatan-kegiatan yang telah


diatur oleh tim kerja. Tanyakan apakah semua kegiatan kunci
setiap tim telah disusun dengan urutan/kronologi yang logis.
Lakukan perubahan jika perlu.
- Meminta kelompok untuk membandingkan kalender kegiatan
masing-masing tim. Ini akan membuat diskusi menjadi lebih
menarik, karena apa yang Anda coba lakukan untuk membantu
kelompok adalah membuat kegiatan-kegiatan tim-tim kerja
terkoordinasi dengan baik.
- Ketika semua tim kerja sudah selesai melaporkan kegiatan masing-
masing, tanyakan pada kelompok apakah ada kegiatan-kegiatan
umum yang perlu ditambahkan ke dalam kalender, misalnya (tidak
terbatas pada) rapat-rapat koordinasi para ketua tim kerja. Bila
ada, tambahkan ke dalam kalender.

Tahap 7 - Refleksi
Setelah kalender kegiatan selesai, beri waktu pada kelompok untuk
mengamatinya secara menyeluruh, dan tanyakan apakah dengan rencana
yang sudah ada ini, kegiatan yang dimaksud dapat diwujudkan. Pada tahap
ini, ada baiknya untuk menghubungkannya kembali dengan indikator-
indikator pada Lingkar Keberhasilan, untuk memeriksa apakah semua
indikator sudah tercakup dalam rencana yang baru mereka buat. Untuk
“Masa depan adalah
milik mereka yang ini Anda bisa menggunakan ORIK.
percaya pada
keindahan
mimpinya”. Berikut ini contoh sebuah rencana yang dibuat mengikuti langkah-langkah
Merancang Aksi Bersama ini.
(Eleanor Roosevelt)

86 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Merancang Aksi Bersama

Contoh Rancangan Kegiatan (Action Planning)


TOPIK:
Workshop Perencanaan (Action Planning) Hutan Damai

Tujuan rasional:
Untuk melihat tahapan-tahapan kegiatan yang diperlukan selama setahun
dalam program pengelolaan sumber daya hutan/dataran tinggi di Damai.

Tujuan eksperiensial:
Untuk membuat Kelompok Kerja Teknis merasa bahwa mereka adalah
bagian dari “Tim Lingkungan Pemenang” (The Winning Environmental Team).

Tahap 1: Konteks

Gambaran Kegiatan:
Apa : Penyusunan rencana untuk Sektor Kehutanan Dataran
Tinggi Damai
Kapan : September 1996 sampai Agustus 1997
Dimana : Masyarakat tanah tinggi yang ditargetkan di kota-kota
pilihan di Damai
Mengapa : Perlindungan dan pemeliharaan sumber-sumber hutan
yang tersisa
Bagaimana : Melalui kolaborasi LG-NGO yang lebih fungsional dalam
pengelolaan sumberdaya hutan berbasiskan masyarakat
Oleh Siapa : Unit pemerintah daerah, bekerjasama dengan para
pemangku kepentingan utama dalam komunitas, misalnya;
NGO dan LG
“Apapun yang Anda
Asumsi : Tersedianya dana Rp.100.000.000 dalam APBD lakukan, atau yang Anda
Provinsi, tersedianya dana Reboisasi dari Pemerintah Pusat impikan dapat Anda
lakukan, mulailah.
sebesar Rp. 250.000.000 Keberanian memiliki
kejeniusan, kekuatan, dan
keajaiban di dalamnya”,
Tahap 2: Lingkar Keberhasilan
(Johann Goethe)
Kegiatan ini dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan komitmen para
pejabat dan staf Pemda, LSM mitra dan masyarakat untuk melindungi dan
memelihara sumber-sumber hutan Damai yang tersisa. Tujuan akhir
(aspiration): Perencanaan pengelolaan hutan dataran tinggi Damai yang
inklusif melibatkan semua pihak terkait.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 87


Merancang Aksi Bersama

Indikator keberhasilan (results):


o Kolaborasi Pemda-LSM menguat.
o Sekurang-kurangnya 4 dari 5 dari kota di dataran tinggi Damai
memiliki rencana pelestarian lingkungan yang terintegrasi.
o Pengelolaan sumberdaya berdasarkan komunitas.
o Adanya program pemeliharaan keanekaragaman hayati.

Tahap 3: Kenyataan saat ini

Kekuatan (Strengths)
o Kepemimpinan provinsi yang aktif dan dinamis
o Transparansi para pemimpin
o Komitmen personal para pelaku utama
o Kolaborasi Pemda LSM
o Staf terlatih dalam pengolahan lingkungan
Peluang (Opportunities)
o Sumber-sumber hutan Damai yang kaya dan luas
o Peningkatan kualitas pengelolaan daerah resapan air
o Peluang hidup untuk Bihotanos
o Potensi Eco-tourism
o Damai sebagai penerima penghargaan dalam bidang lingkungan
hidup

Tahap 4: Komitmen

Kita semua akan mengimplementasikan rencana pelestarian lingkungan


yang inovatif dan berbasiskan masyarakat secara efektif dalam periode
satu tahun.
“Sahabat yang
paling baik adalah Tahap 5: Menentukan Kegiatan Kunci
yang menghasilkan
sesuatu yang paling Pertanyaan yang diberikan: “Apa saja kegiatan-kegiatan kunci yang perlu
baik dalam diri saya” dilakukan kemitraan Pemda-LSM dalam setahun mendatang untuk
(Henry Ford) melindungi dan memelihara sumber-sumber hutan Damai?”

Hasil dari diskusi kelompok terumuskan sebagai berikut:


9 Inventarisasi sumber daya terhadap Pengelolaan Sumber Daya
Pesisir Berbasis Masyarakat (PSPBM).
9 Merencanakan kerangka kerja pengelolaan lingkungan untuk
Damai.
9 Inventarisasi flora dan fauna.

88 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Merancang Aksi Bersama

9 Melakukan penilaian sumberdaya.


9 Membuat rencana PSPBM.
9 Mengembangkan perangkat bagi inventarisasi sumberdaya
9 Mengadakan kegiatan Info, Pendidikan dan Komunikasi.
9 Melaksanakan pendidikan dan pelatihan mengenai lingkungan.
9 Merencanakan workshop pada tingkat pemerintah daerah.
9 Dorongan informasi yang kuat, misalnya; eco-caravan.
9 Menyiapkan poster-poster.
9 Mengatur kampanye kelompok/kota inti.
9 Membuat dan menegakkan kebijakan-kebijakan ramah lingkungan.
9 Membuat kebijakan/peraturan tentang lingkungan.
9 Pemda menandatangani komitmen publik untuk melindungi
lingkungan.
9 Mengorganisasikan kelompok-kelompok lobby untuk reformasi
lingkungan.
9 Mendorong Pemda-Pemda untuk menyisihkan dana.
9 Mempromosikan praktek-praktek pertanian yang berke-
sinambungan.
9 Membuat hutan mini setiap kecamatan.
9 Mempromosikan penggunaan pupuk organik.
9 Mengembangkan modul untuk melatih para petani dalam pertanian
yang berkesinambungan.
9 Mengadopsi pertanian tepi laut; GARAM.
9 Memperkuat Koordinasi dan Kemitraan Multisektoral.
9 Membentuk Dewan Sumber Daya Alam dan Lingkungan (DSAL)
pada tingkat kota.
9 Membangun konstituensi pertemuan-pertemuan konsultatif yang
periodik.
9 Melembagakan badan-badan koordinasi lingkungan. “Tingkat wacana
politis, sosial, dan
9 Mendorong kesepakatan tripartit. komersial kita
saat ini begitu rendah
Tahap 6: Kalender dan Tugas sehingga sudah
saatnya
untuk mencoba
Hasil diskusi pleno terumuskan beberapa program, diantaranya: memperbaiki
peradaban dari bawah
¾ Mengadakan kegiatan informasi, pendidikan dan komunikasi ke atas”.
inventarisasi sumberdaya terhadap PSPBM. (John Leo)
¾ Membuat dan menegakkan kebijakan-kebijakan ramah lingkungan.
¾ Mempromosikan praktek-praktek pertanian yang berkesi-
nambungan.
¾ Memperkuat koordinasi dan kemitraan multisektoral.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 89


Merancang Aksi Bersama

Kegiatan
9 Eco-caravan keliling Damai.
9 Mengadakan workshop perencanaan.
9 Menginventarisasi kebijakan dan peraturan lingkungan dataran
tinggi yang ada.
9 Menyusun modul pelatihan tentang pertanian yang
berkesinambungan.
9 Mengorganisasikan badan multisektoral.

2008 Kuartal Pertama (Jan-Mar)


9 Membuat rencana komunikasi.
9 Mengembangkan alat untuk inventarisasi dan penilaian.
9 Penyusunan kebijakan.
9 Serangkaian training tentang praktek pertanian yang
berkesinambungan.
9 Menyusun daftar kelompok lingkungan yang aktif di PSPBM.

2008 Kuartal ke-2 (Apr-Jun)


9 Mengembangkan materi informasi dan promosi.
9 Melatih sekelompok peneliti lingkungan.
9 Monitor pelaksanaan kebijakan.
9 Menyiapkan tanah pertanian, contoh; memantapkan pembangunan.
9 Komitmen dengan konstituen.

2008 Kuartal ke-3 (Jul-Sep)


9 Melakukan kampanye info kota.
9 Pembuatan data analisis dan laporan.
9 Advokasi untuk reformasi kebijakan lahan model setiap kecamatan.
“Sukses tidak berarti 9 Workshop action planning.
tanpa kegagalan;
sukses berarti
pencapaian tujuan 2008 Kuartal Ke-4 (Okt-Des)
akhir; berarti menang
perang, bukannya 9 Workshop pelatihan komunikasi.
menang tiap laga” 9 Membentuk pengumpulan data dan tim riset.
(Edwin C. Bliss) 9 Membuat daftar peraturan dan kebijakan lingkungan yang dimiliki
Pemda.
9 Mengorganisasikan kelas petani.
9 Mengadakan konsultasi multisektoral.

Keberhasilan yang dicapai

90 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Merancang Aksi Bersama

o Poster/slogan kampanye lingkungan ditempatkan per kecamatan.


o Presentasi tentang rencana PSPBM berdasarkan data.
o Semua kebijakan lingkungan dipadukan dan dilembagakan.
o Keberadaan model tanah pertanian.
o Rencana multi sektoral bagi diterapkannya manajemen hutan
ditempat.

Anggota Tim
Dian, Joko, Baldi, Vera , Rudi, Indri, Manto,Yusi
Romi, Edi, Lando Roni, Parto, Neneng
Alex, Odi

Tahap 7: Refleksi

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan:


9 Apa pendapat Anda tentang rencana yang telah kita buat?
9 Adakah kegiatan yang perlu kita tambahkan? Bila ada, apa saja?
9 Apa langkah-langkah kita selanjutnya?
9 Bagaimana kita akan menjalankannya?
Dalam menetapkan kegiatan:
9 Tegaskan dan jelaskan acara atau kegiatan yang akan direncanakan.
9 Uraikan proses dan perkiraan waktunya.
9 Undang partisipasi peserta.

“Anda tidak akan


menemukan makna hidup
di balik batu dan ditulis
oleh seseorang.
Andaikan menemukannya
dengan memberikan arti
dari dalam diri anda
sendiiri.”:

(Dr. Robert Firestone,


penulis)

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 91


92 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator
BAB 9
Menutup Kegiatan

Pada bab ini Anda akan menemukan:


• Mengapa perlu ada cara khusus untuk
menutup sebuah kegiatan.
• Apa saja yang disarankan dilakukan dalam
acara penutupan tersebut.
• Contoh instrumen evaluasi kegiatan.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 93


Menutup Kegiatan

Tujuan Penutupan
Secara sederhana, penutupan adalah kegiatan mengakhiri sesuatu dan
melihat nilainya, dan membantu individu-individu yang terlibat di dalamnya
melihat sejauh mana mereka telah melaluinya dan bagaimana proses yang
telah mereka lalui itu dilaksanakan.

Ketika kita bertanya kepada para peserta mengapa kita perlu melakukan
penutupan dalam sebuah pelatihan, beberapa jawaban mereka tergambar
seperti di bawah ini:

Gambaran di atas memperlihatkan beberapa tujuan diadakannya acara


penutupan sebuah pelatihan, antara lain:
1. Untuk mengukur sejauh mana tujuan pelatihan telah tercapai.
2. Untuk melihat hal-hal lain yang mungkin diperoleh juga oleh peserta.
“Jangan pernah percaya 3. Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan proses pelatihan
bahwa segelintir orang
yang peduli
yang telah berlangsung.
tidak dapat mengubah 4. Untuk mengetahui bagaimana pelatihan seperti ini dapat dilakukan
dunia. Karena, dengan lebih baik di masa datang.
sesungguhnya ,
merekalah yang telah 5. Untuk memberikan kesan yang mendalam, sehingga peserta akan
melakukannya” selalu mengingat pelatihan ini.
(Margaret Mead)
Jelaskanlah kepada peserta Anda mengapa penutupan ini perlu ada, dan
kemaslah sehingga berkesan bagi seluruh peserta pelatihan.

94 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Menutup Kegiatan

Mengevaluasi Kegiatan
Evaluasi kegiatan dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Pilihlah yang
sesuai dengan situasi dan kondisi Anda. Di bawah ini beberapa contoh
yang dapat Anda perkaya atau modifikasi. Dalam setiap kegiatan lakukanlah
sekurang-kurangnya dua diantaranya, yakni evaluasi pencapaian harapan,
dan salah satu evaluasi yang lainnya.

Evaluasi Pencapaian Harapan


Untuk melihat sejauh mana harapan peserta dari pelatihan ini telah tercapai,
tampilkanlah kembali catatan harapan ataupun pohon harapan mereka
yang dibuat pada sesi pertama di hari pertama. Ceklah satu persatu
harapan-harapan itu, apakah sudah tercapai atau belum. Beri tanda yang
sudah tercapai.

Bila di hari pertama Anda menggunakan pohon harapan, Anda dapat


memodifikasi pengecekan pencapaian ini dengan cara memetik buah-buah
bertuliskan harapan-harapan yang mereka anggap sudah terpenuhi, dan
memasukkannya ke dalam keranjang (bisa berupa gambar keranjang, bisa
juga berupa keranjang betulan. Istilahnya, Anda memanen buah harapan
bersama peserta.

Silahkan ciptakan cara yang lebih seru yang khas gaya Anda.

Evaluasi dengan ORIK


“Saya percaya, tujuan utama hidup kita mencari kebahagiaan.” Ini adalah
bentuk evaluasi dengan menggunakan metode diskusi, menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang disusun menurut urutan ORIK.
Contoh pertanyaan yang dapat Anda ajukan:
“Kesehatan emosi
1. Apa hal-hal baru yang Anda dapatkan dari pelatihan ini? merupakan pusat dari
menang bersama orang
2. Apa yang paling menarik bagi Anda selama pelatihan ini? lain”.
3. Apa yang perlu disempurnakan bila akan diadakan pelatihan seperti (John C. Maxwell)
ini lagi di masa datang?
4. Apa perbedaan penyelenggaraan pelatihan ini dengan cara Anda
biasanya melaksanakan pelatihan sebelum ini?
5. Apa yang akan Anda lakukan dalam waktu dekat untuk menerapkan
apa yang Anda peroleh dari pelatihan ini?
6. Apa saran dan komentar Anda yang lain?

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 95


Menutup Kegiatan

Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan itu satu demi satu, catatlah jawaban


peserta di flip chart. Bisa juga langsung direkam di komputer secara langsung
dan ditayangkan sambil petugas mengetikkannya.

Evaluasi tertulis
Ini adalah cara yang paling lazim digunakan. Ada beragam bentuk instrumen
untuk melaksanakan evaluasi tertulis ini, tergantung pada aspek apa saja
yang Anda inginkan untuk dievaluasi peserta. Di bawah ini salah satu
kemungkinan bentuknya. Silahkan Anda kembangkan sesuai dengan
kebutuhan dan selera Anda.

LEMBAR EVALUASI

“Pertanyaan yang
sebenarnya bagi tiap
orang dalam hidupnya
bukannya apa yang
telah diperolehnya, Skor :
melainkan apa yang 5 = sangat baik; 4 = baik; 3 = sedang; 2 = kurang baik; 1 = buruk
telah diperbuatnya”

(Thomas Carlyle)

Memberikan penghargaan
Peserta pelatihan Anda telah melalui serangkaian proses dan telah banyak
saling berbagi pandangan dan pengalaman, yang hampir dapat dipastikan,
telah memperkaya proses pelatihan yang Anda pimpin. Untuk itu mereka
berhak mendapatkan penghargaan.

96 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Menutup Kegiatan

Penghargaan bagi yang paling...


Ciptakanlah berbagai kategori yang dapat diberikan kepada peserta-peserta
yang menonjol performanya. Umpamanya, peserta paling suka membantu,
paling rajin memberikan solusi konstruktif, paling ramah, paling lucu, paling
disiplin, dan paling-paling yang lainnya. Sediakan hadiah untuk mereka.
Hadiah ini dapat berkisar dari bentuk yang paling sederhana (seperti
permen, alat tulis) sampai ke yang cukup canggih (seperti buku terlaris).

Penghargaan dari dan untuk peserta


Berikut ini contoh bentuk acara pemberian penghargaan dari peserta untuk
peserta berupa penganugerahan sertifikat, yang dibuat meriah. Caranya:
1. Bagikan formulir sertifikat bergambar kepada masing-masing
peserta dan minta mereka menuliskan nama masing-masing pada
serifikat.
2. Minta setiap orang memberikan sertifikatnya kepada orang ke-
tiga atau ke-empat yang berada di kanan atau kirinya (arahnya
harus sama untuk setiap orang – bila ke kiri, semua juga harus
memberikannya ke sebelah kiri).
3. Minta mereka melihat nama pada sertifikat yang mereka pegang,
dan menuliskan dengan singkat satu kelebihan teman yang namanya
tertulis di situ sebagai fasilitator.
4. Ulangi proses ini 2-3 kali lagi untuk menambah hal yang positif
dari si pemilik sertifikat.
5. Lanjutkan dengan proses yang sama 2-3 kali lagi, kali ini untuk
mencatat hal-hal yang bisa ditingkatkan pada teman ini. Ingatkan
peserta untuk mengisikan hanya satu hal di setiap putaran.
6. Pilih salah satu perserta, minta ia memanggil temannya yang “Sembilan puluh
namanya tertera di sertifikat yang dipegangnya. Minta ia persen dari mereka
yang gagal
membacakan salah satu hal yang paling menarik yang tertulis di sebenarnya belum
sertifikat itu, dan satu hal yang bisa ditingkatkan pada temannya kalah. Mereka
itu. Lalu persilahkan ia menyerahkan sertifikat kepada yang punya. hanya menyerah
saja”.
7. Peserta yang telah menerima sertifikat kemudian memanggil nama (Paul J. Meyer)
peserta yang sertifikatnya ada padanya, membacakan satu hal yang
menarik dan satu yang masih dapat disempurnakan pada temannya
ini, lalu menyerahkan sertifikatnya. Begitu seterusnya sampai semua
peserta telah menerima sertifikatnya.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 97


Menutup Kegiatan

Menutup dengan Meriah


Save the best for last, istilah orang-orang Barat, untuk mengungkapkan
pentingnya kita memberikan sesuatu yang menarik dan berkesan di bagian
akhir. Inipun berlaku bagi kegiatan pelatihan Anda. Mengapa? Karena bila
menit-menit terakhir sangat berkesan bagi peserta, mereka akan pulang
dengan hati berbunga dan semangat tinggi. Diharapkan suasana bahagia
seperti itu akan menggerakkan hati mereka untuk menerapkan apa yang
baru saja mereka terima dalam pelatihan Anda di tempatnya nanti.

Apa yang dapat kita lakukan untuk memeriahkan menit-menit terakhir


bersama peserta? Bisa Anda kembangkan sendiri, bisa juga Anda serahkan
kepada mereka. Banyak yang dapat Anda lakukan bila akan memikirkannya
sendiri, diantaranya:

• Menyanyi, menari, bermusik, atau seni pertunjukan lainnya,


bersama.
• Saling bertukar cendera mata.
• Saling bertukar lukisan diri.

Bila Anda memutuskan menyerahkan acara paling akhir ini kepada peserta,
mintalah mereka membuat sesuatu yang berkesan.Anda akan takjub melihat
betapa kreatifnya peserta Anda. Anda cukup menyediakan saja sarana dan
peralatan yang diperlukan, seperti kertas aneka rupa, spidol dan crayon
warna-warni, alat musik atau balon.

98 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


BAB 10
Tips Bagi Fasilitator

Pada bab ini Anda akan menemukan:


Beberapa tips bagi seorang fasilitator, meliputi:
• Pentingnya mendorong peserta untuk
mandiri.
• Ciri kegiatan partisipatif,
• Jenis-jenis permainan untuk pembelajaran.
• Ciri sesi yang efektif.
• Teknik menggunakan flip chart.
• Koreografi bagi fasilitator.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 99


Tips Bagi Fasilitator

Ingatkan, Bukan Selamatkan


Dalam upaya untuk membantu atau mempermudah suatu proses dalam
kelompok, sebagai pelatih kita terkadang cenderung terburu-buru, atau
bicara terlalu cepat. Niatnya sih baik, ingin agar peserta kita berhasil, dan
untuk itu kita siap membantu. Namun terkadang niat baik itu menghalangi
kesempatan bagi mereka untuk berpikir. Bahkan mungkin merenggut otak
mereka dari proses belajar yang dahsyat. Jadi, apa yang seharusnya kita
lakukan? Sebagai pelatih yang fasilitatif, tugas kita hanya mengingatkan,
bukannya menyelamatkan. Bertanya, bukannya menjawab. Bagaimana
caranya?

Bila anda sudah selesai menjelaskan materi pelatihan atau pelajaran dan
peserta mulai mengerjakan latihannya, mundurlah dulu sejenak. Tahan diri
untuk tidak merespon, tidak menengahi, atau tidak tergesa-gesa
mengintervensi. Beri mereka kesempatan untuk aktif dan nyaman dengan
tugasnya itu. Biasanya, dalam pelatihan-pelatihan, orang sudah biasa dibantu.
Karena itu, mungkin saja ada satu-dua peserta yang mengacungkan tangan
minta Anda bantu. Atau mungkin salah satu kelompok terlihat bertentangan
dengan kelompok lain. Bila ini terjadi, biarkan saja dulu. Jangan langsung
turun tangan. Katakan atau perlihatkan Anda masih harus menyiapkan
sesuatu dan akan bersama mereka sebentar lagi, dan biarkan mereka
memecahkan sendiri dulu persoalan mereka. Pada saat itulah, ketika peserta
mencoba mengatasi sendiri masalah tersebut, sesungguhnya proses
berpikir mereka terjadi, dan menjadi baik.

Ciri Kegiatan Partisipatif


Jika Anda ingin mengetahui apakah pelatihan Anda cukup efektif dan
partisipatif atau tidak, periksalah apakah kegiatan itu memenuhi kriteria
berikut ini:
“Sejuta lilin dapat
dinyalakan dari 1. Memenuhi harapan peserta.
satu api.”
2. Yang hadir memenuhi syarat untuk menjadi fasilitator.
(Joseph O’Conor) 3. Tujuan kegiatan dan sesi-sesinya jelas dan diketahui bersama.
4. Prosesnya mudah diikuti, dan dipahami peserta dengan jelas.
5. Alokasi waktu yang cukup untuk setiap sesi.
6. Metode yang digunakan sesuai dengan tingkat kesulitan teknis.
7. Anda sendiri sebagai pelatih yang fasilitatif terampil memandu seluruh
proses.
8. Perlengkapan dan materi cukup.

100 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Tips Bagi Fasilitator

Adakah kriteria lain yang Anda rasa perlu dimasukkan? Silahkan


ditambahkan.

Permainan untuk Pembelajaran


(Learning Games)
Bermain tak hanya sekedar bermain. Fasilitasi menggunakan permainan
sebagai sarana belajar agar tujuan proses tercapai. Pelajari tipe-tipe
permainan agar tak salah.

Ketika kita kecil, tak ada hari yang kita lewatkan tanpa bermain.Tidak hanya
kegembiraan yang kita dapat, ada banyak pelajaran yang kita petik dari
‘sekedar’ bermain. Kini kami mengajak Anda untuk bermain yang bukan
main-main. Bermain yang ini adalah bentuk lain dari belajar. Belajar dengan
cara ini akan membuat hati kita terbuka dan memudahkan kita untuk
mengambil hikmah dari permainan itu. Permainan atau games yang biasa
dilakukan dalam sebuah proses fasilitasi terdiri dari beberapa macam, yaitu:

a. Icebreaker
b. Energizer
c. Learning Games

Ice Breaker
Seperti juga namanya, ice breaker bertujuan untuk memecah kebekuan
yang terjadi di antara para peserta. Bisa jadi karena para peserta belum
saling mengenal atau karena pertemuan baru saja dimulai. Ada aneka
macam permainan yang bisa digunakan untuk ice breaker, yang penting “Saya percaya,
permainan tersebut bisa membuat setiap peserta mendapat kesempatan tujuan utama hidup
kita mencari
untuk berinteraksi dengan peserta-peserta lainnya. Permainan dapat yang kebahagiaan.
bersifat fun, riang, dengan menggunakan gerak dan lagu sebagai media, seperti Kita semua mencari
sesuatu yang lebih
misalnya permainan “Apa Kabar?”. Bisa pula menggunakan permainan yang baik
bersifat kontemplatif, misalnya “Pilih Kartumu” yang meminta peserta untuk dalam hidup.”
mengambil kartu yang mereka sukai dan menceritakan kepada kelompok (Dalai Lama)
mengapa kartu tersebut ‘memanggilnya’. Fasilitator dapat bergabung dengan
peserta mengikuti permainan agar kepercayaan peserta terhadap fasilitator
bertambah.

Energizer
Energizer adalah permainan yang bersifat membangkitkan semangat atau
meningkatkan suasana hati para peserta, terutama diberikan ketika peserta
terlihat sudah menurun semangatnya karena lelah atau karena suasana
hati mulai menurun. Energizer biasa diberikan di antara sesi atau setelah

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 101


Tips Bagi Fasilitator

makan siang ketika peserta tampak sudah mulai kelelahan. Bila dirasa perlu,
energizer juga bisa diberikan di tengah-tengah sesi. Karena tujuannya untuk
membangkitkan semangat dan suasana hati peserta, maka permainan untuk
energizer biasanya dipilih permainan yang melibatkan panca indra
(sensorik), dinamis dan fun. Permainan “Samurai” atau “Transfer Stick” adalah
sebagian dari permainan yang bisa digunakan sebagai energizer.

Learning Games
Dalam pengajaran orang dewasa metafora memegang peranan penting.
Learning games adalah permainan yang dilakukan untuk mengantarkan
peserta untuk memahami materi yang diantarkan dalam sesi tersebut.
Permainan yang digunakan bisa berupa permainan kognitif (berpikir) yang
serius ataupun fun, yang penting peserta dapat mengambil hikmah dari
permainan tersebut sesuai dengan materi sesi.

Banyak fasilitator bingung memilih permainan apa yang tepat untuk


mengantarkan sebuah sesi. Permainan apapun bisa saja tepat asalkan
permainan tersebut dapat menggali kata-kata kunci dari sesi yang akan
diantarkan. Misalnya, “Transfer Stick” sesuai untuk diberikan sebagai learning
game jika yang hendak digali adalah kerja sama, kepercayaan dan
kesinambungan kerja.

Perhatikan …
a. Instruksi. Utarakan aturan permainan dengan singkat dan jelas. Jangan
memulai bila masih ada peserta yang belum mengerti. Untuk itu hapalkan
instruksi sebelum proses fasilitasi dimulai. Kalau perlu berlatihlah dengan
beberapa teman sebagai peserta agar Anda bisa menemukan rangkaian
instruksi yang jelas dan mudah dimengerti.
“Sebagai anggota
tim pencipta dari
evolusi kita sendiri,
b. Pilih yang sesuai. Faktor budaya di satu tempat harus diperhatikan
kita masih bisa bila hendak memilih games. Jangan sampai peserta enggan melakukan
memilih pindah ke
era baru dunia
karena permainan tersebut bertentangan dengan budaya dan
partnership.” keyakinannya. Misalnya, di Aceh, permainan “transfer stick” dimodifikasi
dengan mengelompokkan peserta sesuai dengan jenis kelaminnya.
(Riane Eisler,
1987, The Chalice and
the Blade) c. Have fun! Karena ini adalah permainan, maka sebagai fasilitator Anda
diharuskan untuk bisa menularkan atmosfer bermain pada peserta. Jika
Anda saja tidak enjoy, bagaimana peserta bisa yakin kalau permainan ini
menyenangkan?

102 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Tips Bagi Fasilitator

Rahasia Keberhasilan Sesi


Ketika mengantarkan sesi, ada dua hal yang bisa membuat sesi Anda menjadi
lebih bermakna untuk peserta fasilitasi. Refleksi dan Reframing
(Pembingkaian Ulang). Dua hal ini perlu dikuasai oleh fasilitator agar proses
fasilitasi berjalan dengan lancar.

Refleksi

Apa yang membedakan permainan yang digunakan pada fasilitasi dengan


permainan yang lain? Jawabannya adalah refleksi. Refleksi adalah proses
dimana fasilitator meminta para peserta untuk mengutarakan pelajaran
apa yang didapatnya dari sebuah permainan. Refleksi pula yang menjadi
jembatan antara permainan dengan materi sesi yang akan diantarkan.
Biasanya refleksi berlangsung selama 5-10 menit. Namun untuk tujuan
pembelajaran tertentu proses refleksi bisa jauh lebih lama dari itu.
Tidak semua permainan yang dilakukan diambil refleksinya.
Yang harus diperhatikan ketika Refleksi:

a. Kuasai permainan
Fasilitator harus tahu betul apa saja yang bisa digali dari permainan
tersebut. Ia juga harus sudah tahu kata kunci dari sesi yang akan
diantarkan. Dari situ fasilitator bisa dengan mudah memandu refleksi
peserta fasilitasi.

b. Kuasai teknik verbal


Kemampuan bertanya dan menggali yang dimiliki sang fasilitator sangat
menentukan kualitas refleksi permainan

c. Pahami teknik nonverbal


Bahasa tubuh seseorang dapat diterjemahkan oleh orang lain secara
“Sahabat saya adalah
berbeda. Hati-hati dengan bahasa tubuh Anda. yang membicarakan
kebaikan saya di
belakang punggung
d. Peserta yang paling penting saya”
Karena inilah saatnya peserta menggali apa yang dipelajarinya dari
(Thomas Fuller)
permainan tersebut baik sebagai individu maupun sebagai kelompok,
maka fasilitator harus bisa menahan diri untuk tidak memberikan
komentar yang bersifat menggurui.

Apa yang harus ditanyakan?

1. Apa yang Anda rasakan ketika melakukan permainan itu?


2. Apa yang terjadi?

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 103


Tips Bagi Fasilitator

3. Apa yang bisa Anda petik dari permainan tadi?


4. Bila dikaitkan dengan keseharian Anda di kantor, hikmah apa
yang Anda dapat dari permainan tersebut?
5. Dan lain-lain
Agar Refleksi berjalan dengan efektif, maka fasilitator haruslah:
• Mengamati proses permainan dengan seksama. Amati bahasa
tubuh peserta ketika sedang bermain dan pada saat refleksi.
• Tidak menghakimi. Fasilitator bisa jadi tidak mengucapkan
komentar negatif selama proses refleksi. Namun bahasa tubuhnya
bisa jadi tidak sesuai dengan sikap verbalnya.
• Menyimak dengan baik
• Mau menerima dan memahami pandangan orang lain
• Perhatikan ‘yang tersirat’ dan ‘yang tersurat’ dari semua
komentar peserta
• Ajukan pertanyaan kepada peserta, bukan membuat pernyataan

Reframing (Pembingkaian Ulang)

Inilah saatnya fasilitator membingkai ulang pemikiran para peserta. Reframing


dilakukan setelah refleksi. Isinya bisa berupa kesimpulan dari refleksi
permainan tadi, bisa pula berisikan ‘pelurusan’ dari hikmah yang didapat
peserta. Ada kalanya pembingkaian ulang berisikan materi yang hendak
diantarkan. Umumnya reframing hanya berlangsung 5-10 menit, namun
untuk tujuan pembelajaran yang lebih spesifik bisa berlangsung lebih lama
dari itu. Bila terkait dengan materi, maka pemberian bingkai ulang bisa
dilakukan oleh narasumber. Jangan lupa untuk selalu mengaitkan komentar
peserta di dalam proses refleksi dengan materi bingkai ulang. Pada dasarnya
Pembingkaian Ulang dilakukan agar peserta dapat melihat masalah yang
mereka hadapi dengan sudut pandang yang lain. Makna sesuatu tergantung
dari bingkai persepsi yang kita miliki. Bila bingkai tersebut berubah, maka
berubah pula maknanya. Bila maknanya berubah maka berubah pula
“Hidup yang bahagia
adalah sekumpulan respon seseorang terhadap hal tersebut.
kenangan yang
menyenangkan”
Teknik Presentasi
(Denis Waitley)
Bingkai ulang yang terkait dengan materi tertentu biasanya dilakukan dengan
cara presentasi. Entah dengan menggunakan komputer atau dengan
metode lain yang lebih kreatif. Apapun pilihan metodenya, maka hal-hal
berikut ini harus diperhatikan ketika membuat presentasi.
1. Mulailah dari akhir. Selalu ungkapkan tujuan sesi di awal

2. Isi lebih penting dari penampilan presentasi. Jadi kuasai betul apa
yang hendak Anda sampaikan.

104 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Tips Bagi Fasilitator

3. Sampaikan presentasi dengan singkat, padat dan lugas.

4. Ceritakan jangan hapalkan. Paparkan materi dengan gaya bercerita.


Materi yang Anda sampaikan akan terasa lebih hidup dan mengena.

Gunakan Analog, Lupakan Digital

Bagi Anda yang tidak memiliki akses ke peralatan komputer, tidak mampu
atau “gaptek”, tidak perlu berkecil hati melihat fasilitator lain atau
narasumber menggunakan penyampaian digital dengan program PowerPoint
atau Keynote, proyektor visual, dan layar besar di tengah ruangan. Sekarang
ini, malah ada banyak fasilitator yang bosan menggunakan peralatan
teknologi seperti itu atau mengalami hambatan ketika akan melakukannya
di daerah-daerah pelosok yang tuna listrik. Mereka kemudian lebih banyak
menggunakan alat belajar yang paling populer, kertas plano dan papan flip
chart.

Penggunaan lembaran kertas besar dan spidol berwarna dapat sangat


indah dan sangat sederhana untuk menyampaikan ide Anda atau merekam
gagasan-gagasan yang lain. Seorang fasilitator kelas dunia menceritakan,
mereka pernah melakukan sesi brainstorming dengan menempelkan “post-
it” lebar di tembok. Para peserta menulis atau menggambar ide mereka,
termasuk coretan-coretan ketika mereka saling berargumentasi dan
berdiskusi. Memang kelihatan kacau, tapi itu sebuah kekacauan yang baik.
Di akhir sesi, tembok-tembok penuh dengan “post-its” besar-besar.

Cara Efektif
Menggunakan Flip Chart
Supaya penggunaan flip chart Anda hidup dan bertenaga, ada 13 hal penting
yang perlu diperhatikan ketika menggunakannya.

1. Periksalah lebih dulu flip chart dan kertas plano. Jangan


gunakan papan flip chart yang tidak kukuh kaki-kakinya (bergoyang),
penjepit yang tak kuat mencengkram tumpukan kertas, atau papan
alas lebih kecil dibandingkan kertas plano.
2. Mudah dirobek. Pastikan kertas plano mudah dilepaskan atau
dirobek dari penjepit kertas.
3. Spidol khusus. Gunakan spidol khusus (berbasis air) untuk
kertas, bukan spidol permanen atau white board. Juga, pillih spidol
yang beraroma tidak terlalu menyengat.
4. Jangan gunakan spidol warna kuning, merah, pink dan
oranye. Warna-warna ini akan menyulitkan pembaca karena samar

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 105


Tips Bagi Fasilitator

dan tidak jelas. Jangan gunakan terlalu banyak warna. Cukup satu
warna gelap dan satu warna aksen.
5. Siapkan sebelumnya. Menciptakan gambar yang menarik minat
pendengar di flip chart memakan waktu yang lebih lama dari yang
Anda bayangkan. Pastikan Anda punya cukup waktu untuk
memeriksa ulang lembaran-lembaran penyampaian Anda dan
melakukan perubahan atau koreksi sebelum penyampaian dimulai.
Dengan cara begini, hadirin pertemuan tidak perlu menunggu terlalu
lama.
6. Halaman pertama kosong. Halaman pertama sebaiknya
dibiarkan kosong atau menjadi “halaman judul”, misalnya subyek
presentasi Anda. Dengan cara ini, halaman pertama Anda tidak akan
terlalu mengganggu hadirin.
7. Tulis kata kunci materi selanjutnya dengan pensil. Hadirin
tidak akan bisa melihatnya. Menulis kata kunci topik selanjutnya di
bagian bawah kertas akan membantu Anda agar dapat membuat
jembatan pengantar yang tepat dan pantas.

8. Ukuran huruf besar. Gunakan huruf-huruf yang besar (bukan


kapital) sehingga peserta pertemuan dapat membaca tulisan Anda.
Paling tidak, tinggi setiap huruf 5 cm.

9. Tidak menutupi pandangan. Pada saat menulis di lembaran flip


chart, usahakan Anda tidak menutupi pandangan hadirin, berdiri di
sisi papan, sehingga mereka dapat melihat dengan jelas apa yang
sedang Anda kerjakan.

10. Pastikan tulisan bersih dan jelas. Jika tulisan tangan Anda sulit
dibaca, mintalah bantuan pada orang lain untuk menuliskan materi
penyampaian di bawah arahan Anda.

11. Hemat. Anda tidak perlu mengganti kertas flip chart dan
“Anda dapat coba menggambar/menulis ulang hanya karena kesalahan kecil. Gunakan
memaksa makhluk hidup
seperti mesin, tapi
cairan penutup untuk kesalahan minim atau tempelkan potongan
mereka tidak akan kertas plano untuk kesalahan yang lebih besar.
menjadi mesin.”

(Elisabet Sahtouris) 12. Halaman antara. Selalu selipkan halaman kosong, di antara setiap
lembar yang telah disiapkan. Cara itu membuat Anda dapat
menuliskan detil-detil tambahan atau jadi tempat
mendokumentasikan komentar-komentar hadirin tanpa harus
repot-repot membuka banyak halaman untuk mendapatkan bagian
yang kosong.

13. Kesimpulan. Pastikan Anda menyiapkan kesimpulan di akhir flip


chart. Anda dapat membaliknya di akhir penyampaian Anda dan
menyimpulkan apa saja yang telah Anda katakan.

106 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Tips Bagi Fasilitator

Akhirnya, jangan lupa, memfasilitasi proses belajar orang lain sangat


berkaitan dengan segala sesuatu yang menyangkut hubungan antara
manusia, antara Anda dengan peserta Anda. Juga terkait dengan
kemampuan Anda memimpin dan mengarahkan mereka menuju tujuan
yang diinginkan.

Koreografi bagi Fasilitator


Penampilan seorang pelatih di depan peserta akan sangat menentukan
efektivitas penyajian proses belajar-mengajar. Dengan melakukan koreografi
panggung yang efektif akan memudahkan peserta dalam memusatkan
perhatian tanpa di ganggu oleh hal-hal kecil seperti penggunaan media
ataupun cara manggung yang kurang tepat. Berikut ini beberapa tips
koreografi yang berguna bagi pelatih dalam menyajikan materi pembelajaran.

1. Penggunaan metaplan:
Metaplan atau kertas warna-warni yang digunakan dan dipotong-potong
empat persegi sangat efektif digunanakan untuk metode-metode
parisipatif misalnya ‘Membangun Konsensus” atau ‘Rencana Aksi’, atau
materi lainnya yang dapat memakai metaplan. Dalam penggunaannya jika
di lakukan secara benar akan sangat efektif, misalnya:

• Digunakan untuk menjelaskan materi yang di tulis secara singkat


dalam bentuk kata-kata kunci.

• Sambil menjelaskan dapat diletakkan satu demi satu secara berurut.


Urutannya sebaiknya yang awal diletakkan paling akhir, dan
sebaliknya. Bagian yang ditulis menghadap fasilitator, sehingga
memudahkan kita menariknya dari belakang satu demi satu sambil
menjelaskan.
• Selotip di letakkan di bagain tengah atas. Hal ini dimaksudkan agar
“Mari kita bernyanyi
memudahkan kita memindah-mindahkan sesuai kebutuhan. sepanjang jalan; maka
jalannya tidak akan
terasa membosankan”.
• Meletakkan metaplan sebaiknya di atas kertas flip chart agar ketika
selesai menjelaskan dapat memindahkannya di tempat lain yang (Virgil)
dapat di baca-baca oleh peserta selama pelatihan berlangsung.

• Posisi berdiri juga harus diperhatikan; yaitu posisi tetap menghadap


peserta, jari telunjuk dimasukkan kedalam selotip (sebelumnya
sudah di persiapkan dalam bentuk gulungan). Sambil menjelaskan,
fasilitator menarik satu persatu metaplan satu persatu. Ingat tubuh
tetap menghadap peserta, sehingga tidak terkesan kita

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 107


Tips Bagi Fasilitator

membelakangi peserta. Kita dapat melakukannya walaupun kita


harus bergeser ke kanan atau ke kiri.

2. Penggunaan selotip
Menggunakan selotip sebaiknya yang terbuat dari kertas agar mudah
merobeknya. Perhatikan cara menggulungnya agar jangan terlalu kecil
juga tidak terlalu besar. Yang terpenting cukup leluasa untuk
memasukkan jari tangan. Hal ini agar memudahkan fasilitator melakukan
proses penjelaskan dengan mulus.

3. Spidol (alat tulis)


Alat tulis spidol sangat umum dipakai dalam pelatihan-pelatihan atau
pertemuan-pertemuan. Yang tidak umum adalah menggunakan spidol
yang berwarna-warni. Akan sangat berbeda jika kita menggunakan
spidol berwarna dengan hanya satu warna saja. Otak akan lebih
terkesan menangkap warna-warna yang bervariasi dan cerah.
Menggunakan alat tulis (spidol) dengan warna yang bervariasi akan
lebih memudahkan otak menangkap pesan, dan tidak membosankan
dibandingkan dengan memakai hanya satu warna saja.

Selamat memfasilitasi.

“Metafora adalah darah


penunjang seluruh seni”

(Twyla Tharp)

108 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Lampiran

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 109


Lampiran 1

Lampiran 1
TES KEPRIBADIAN MBTI

Bacalah pernyataan-pernyataan di bawah ini, dan tuliskan nilai diri Anda


di kolom sebelah kanan, dengan ketentuan berikut ini :
0 = bukan kepribadian saya.
1 = sedikit mirip dengan saya
2 = sama persis dengan kepribadian saya.
Kemudian jumlahkan nilai Anda pada setiap tabel.
EXTROVERT (E)

INTROVERT (I)

110 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Lampiran 1

SENSORIK (S)

INTUITIF (N)

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 111


Lampiran 1

PEMIKIR/THINKING (T)

PERASA/FEELING (F)

112 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Lampiran 1

KEPRIBADIAN PEMBUAT KEPUTUSAN/JUDGING (J)

KEPRIBADIAN PENGAMAT/PERCEIVING (P)

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 113


Lampiran 1

Periksalah sekarang setiap halaman, dan tandai tipe kepribadian mana yang
jumlah nilainya lebih tinggi. Umpamanya, untuk aspek keterbukaan,
ekstravert atau introvert (E atau I). Untuk aspek cara pikir, lebih tinggi
thinking atau feeling (T atau F). Begitu seterusnya untuk keempat aspek
tersebut. Lalu gabungkan keempat huruf yang nilainya lebih tinggi pada
setiap aspek itu. Akan ada 16 kemungkinan kombinasi, seperti di bawah ini.
David West Keirsey menggabungkan 2 aspek dari sudut temperamen
(dicetak dengan warna biru), dan membuat 4 kategori besar: NF - idealis;
NT – rasional, SJ - penolong; dan SP - seniman.

Yang manakah Anda?

Bila kebetulan jumlah nilai Anda untuk salah satu atau beberapa aspek
sama, tuliskan keduanya (E dan I, atau P dan J). Lalu pasangkan masing-
masing dengan tiga yang lainnya. Berarti Anda mempunyai dua atau lebih
tipe kepribadian.

114 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Lampiran 2

Lampiran 2
Extrovert (E) dan Introvert (I)
Daftar di bawah ini merupakan paduan kata-kata yang mengambar-
kan ciri-ciri utama kepribadian Extrovert dan Introvert.
Anda paling mirip dengan yang mana?

MENGENAL
TIPE KEPRIBADIAN Extrovert Introvert
Senang berinteraksi Senang menyendiri
mbti
Senang berkelompok Senang berduaan saja
Bertindak atau bicara Berpikir dulu baru
dulu baru berpikir bicara atau bertindak
Penuh energi Menyimpan energi
Fokus keluar Fokus ke dalam
Cerewet Pendiam
Senang variasi dan Senang fokus pada
suasana hidup satu hal
Terbuka Tertutup
Berpikir sambil bicara Berpikir sendiri
Senang diskusi Senang melakukan
Apa kepribadian refleksi
Anda? Mengenal
ciri-ciri kepribadian
diri sendiri dan
orang lain bisa Dalam konteks ini, kepribadian Extrovert tidak
membantu berarti cerewet dan Introvert tidak berarti
memperbaiki relasi pemalu. Kedua kata tersebut menggambarkan
kita dengan apakah seseorang mendapat energi dari dunia
orang lain luar atau dunia di dalam dirinya.

Orang Extrovert biasanya terbuka, bersemangat, biasanya cekatan dan


senang mendapat banyak perhatian. Untuk mengenal dunia, mereka harus
mengalaminya. Mereka cenderung bertindak, berdiskusi, memproses
sesuatu secara lisan, kemudian mengambil tindakan lagi. Seringkali mereka
berpikir sambil bicara dan cenderung mudah bicara dengan siapa saja.
Mereka mendapat energi dari interaksi dengan orang lain, dan menjadi
lelah jika harus sendirian. Extrovert lebih suka melihat dunia di luar dirinya
dan mendapat energi dari interaksi orang, hal-hal, dan kegiatan di dunia
luar.

Orang Introvert biasanya sering menahan diri dan tertutup. Mereka


membutuhkan lebih banyak waktu dengan dirinya sendiri dan cenderung
menyimpan energi. Mereka ingin mengenal dunia sebelum mengalaminya,
dan sering berpikir dan refleksi sebelum bertindak atau bicara. Berinteraksi
dengan terlalu banyak orang melelahkan mereka. Untuk mendapat energi,
mereka perlu menyendiri atau menyepi. Introvert lebih suka fokus ke
dalam dan mendapat energi dari dunia gagasan dan pikiran di dalam diri
mereka sendiri.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 115


Lampiran 2

Jika orang Introvert dan Extrovert berinteraksi, perbedaan preferensi


mereka sering menjadi sumber ketegangan dan konflik. Bagi orang Extrovert,
orang Introvert kelihatan sombong, membosankan, dan tidak perhatian.
Diamnya orang Introvert bisa membuat orang Extrovert menjadi gila !
Sebaliknya bagi orang Introvert, orang Extrovert kelihatan sangat agresif,
terlalu banyak bicara dan suka memaksakan kehendak. Kecerewetan orang
Extrovert bisa membuat orang Introvert jadi gila !

Seperti halnya dengan preferensi manapun juga, orang harus memberikan


ruang untuk perbedaan tanpa berasumsi bahwa perilaku orang lain itu
salah karena tidak sesuai dengan kepribadian mereka sendiri. Introvert
sering merasa tertekan untuk mengikuti standar-standar perilaku Extrovert
karena perilaku pendiam dan keinginan untuk menyendiri dianggap perilaku
anti-sosial. Memahami kebutuhan orang introvert akan ketenangan dan
kebutuhan Extrovert akan berinteraksi dengan orang lain sangat penting.
Tanpa pemahaman ini, sangat sulit untuk mengembangkan suatu relasi yang
tidak saling mengkritik.
Bergaul dengan Extrovert Bergaul dengan Introvert
Hargai kemampuan mereka untuk Hargai kebutuhan mereka untuk
memulai suatu kegiatan atau menyendiri.
pembicaraan. Hargai kebutuhan mereka untuk
Berikan banyak pengakuan dan tidak selalu terbuka.
perhatian. Berikan mereka waktu untuk
Dengarkan mereka bicara agar berpikir dan mencari jalan
mereka bisa menjelaskan keluarnya sendiri.
gagasannya. Usahakan untuk berpikir dulu
Bergaul-lah dengan mereka. sebelum bicara.
Pahami kebutuhan mereka untuk Temani mereka meskipun tanpa
punya banyak teman, tidak Anda harus berbicara.
saja. Jangan memaksa mereka untuk
bergaul dengan banyak orang.
Usulan bagi Extrovert
• Berlatihlah memproses pikiran Usulan bagi Introvert
dan perasaan Anda secara • Jangan merasa bersalah jika
tertulis atau lewat meditasi, ingin sendirian atau kesunyian.
bukan lewat bicara. • Belajarlah untuk bernegosiasi
• Usahakan untuk sadar dan tidak dengan kawan atau keluarga,
terlalu banyak bicara. Ingatlah kapan harus bersama-sama dan
untuk memperhatikan apakah kapan anda bisa punya waktu
orang tertarik atau tidak dengan untuk sendiri.
apa yang anda katakan. • Daripada menunggu diajak
• Pastikan bahwa anda mempunyai kawan, keluarga atau kerabat
waktu banyak untuk bersama untuk melakukan sesuatu,
dengan orang lain. Jangan terlalu usahakan untuk sekali-kali
lama menyendiri jika anda mengambil inisiatif dan
Extrovert. mengajak mereka.
• Jangan tergantung pada teman • Tantanglah diri anda untuk
Introvert untuk kebutuhan bicara dihadapan kelom- pok.
pergaulan anda.

116 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Lampiran 2

• Jika perlu energi, bergaul lah Ingatkan diri anda bahwa pikiran dan
dengan dunia luar. Kalau tidak pendapat anda juga penting dan
ada teman untuk berpergian, berharga.
carilah tempat atau kegiatan • Daripada selalu memikirkan satu
yang ramai. masalah sendiri saja, sekali-kali
• Ambil waktu untuk berpikir berusahalah untuk berbagi dengan
dan mempertimbangkan pilihan orang lain.
secara lebih mendalam sebelum • Kalau pergi ke sebuah acara yang
mengambil tindakan. ramai, usahakan untuk setidaknya
• Usahakan mengenal diri anda, membawa satu kawan akrab yang bisa
lakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung anda.
anda sukai yang tidak harus • Usahakan untuk lebih ekspresif dan
melibatkan orang lain memberikan pujian kepada orang lain
(membaca, melukis, menulis, (terutama Extrovert).
dst).
APAKAH ANDA SEORANG
PEMIKIR?
Ingat !
Perasaan seorang pemikir tidak selalu
tampak. Sebaliknya seorang perasa
tidak selalu mengungkapkan
logikanya. Kedua karakter ini sama-
Karakter Pemikir
sama mampu mengunakan akal
sehatnya. Keduanya hanya bereda • Suka menganalisis masalah
dalam proses mengambil keputusan: • Objektif dan meyakinkan dengan akalnya
logika vs. nilai-nilai. Bila kedua cara • Terus terang
melihat proses pengambilan • Nilai-nilai keahlian
keputusan bias dipadukan, kedua tiap • Menentukan semua hal pakai kepalanya
orang ini bisa saling melengkapi. • Nilai-nilai keadilan
• Tidak sensitive
Bagaimana bekerja dengan • Pintar mengkritik orang
Pemikir • Jarang memasukkan ke dalam hati
• Hargai analisis mereka yang Tegas
dalam dan kemampuan tetap
Karakter Perasa
tenang.
• Bertanyalah tentang informasi • Simpati dengan masalah orang lain
atau nasehat tentang sesuatu • Meyakinkan dengan nilai-nilai kebaikan
yang ia tahu. • Tidah terus terang
• Jangan paksa ia berbicara soal • Nilai-nilai perkawanan
hati dan perasaannya. • Menentukan sesuatu dengan hatinya
• Bertanyalah tentang apa yang ia • Nilai-nilai keharmonisan
pikirkan ketimbang apa yang ia • Terlalu berperasaan
rasakan. • Senang menghargai orang atau sesuatu
• Ijinkan ia mengkritik keadaan atau • Sering mengaitkan semua hal sebagai
orang tanpa menjadi reaktif atau masalah pribadi dalam hati
defensif.
Berhati lembut
• Tunjukkan ketidaksetujuan Anda
tanpa khawatir bertindak tidak
sopan.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 117


Lampiran 2

Bagaimana bekerja dengan Perasa


• Biarkan ia tahu bahwa anda menghargai kehangatannya.
• Hargai kemampuannya menunjukkan perasaannya.
• Jangan maki-maki kepadanya atau menilainya sebagai orang yang tidak
masuk akal.
• Berbicaralah dari hati ke hati dan tekankan pada hal-hal yang anda setujui.
• Jangan katakan kepadanya bahwa dia terlalu sensitif atau berperasaan.
• Dengarkan hal-hal yang menjadi kepeduliannya.

Usulan bagi Pemikir


• Pikiran dampak yang dirasakan orang lain ketika memberikan umpan balik.
Mulailah dengan hal-hal positif, dan usahakan menyampaikan pendapat anda
dengan cara yang enak didengar. Misalnya, “Warna itu bagus, tetapi
kelihatannya kemejamu agak longgar di bagian bahu,” daripada “ Kemeja itu
jelek sekali dipakai kamu. “
• Hati-hati ketika memberikan kritikan yang menurut anda konstruktif. Anda
mungkin merasa membantu orang lain, tetapi orang itu mungkin akan merasa
anda selalu mengoreksinya.
• Ketika bergaul dengan tipe perasa, hindari mengambil sikap berseberangan
sekedar untuk berdebat soal hal-hal kecil. Mereka tidak suka perdebatan
dan menciptakan jarak.
• Belajarlah lebih sering memberikan pujian, dorongan, dan apresiasi.
Ungkapkan perasaan anda dan sekali-kali bersikap manis.
• Belajarlah meminta maaf. Sekali-kali kalah berdebat juga tidak apa-apa. Jadikan
“Saya minya maaf” dan “Anda benar”. Bagian dari perbendaharaan bahasa
Anda.
• Untuk meningkatkan kemampuan perasa belajarlah tentang psikologi,
counseling, jadilah relawan kegiatan kemanusiaan.
• Agar lebih peka terhadap perasaan Anda maupun orang lain, perhatikan
bahwa tubuh mereka atau rasakan sensasi tubuh Anda sendiri.
• Pertimbangkan perasaan orang lain ketika merencanakan sesuatu sebelum
Anda membuat keputusan.

Usulan bagi Perasa


• Belajarlah meminta apa yang anda inginkan. Hindari mengatakan “tidak apa
apa’ atau “terserah Anda saja”.
• Berbicaralah ketika Anda merasa diperlakukan tidak adil atau dimanfaatkan
orang lain. Belajarlah negoisasi, membuat batasan, dan berbicara langsung.
• Hindari kebiasaan berbicara terlalu banyak tentang perasaan Andaterutama
ketika berbicara dengan pemikir.
• Usahakan melihat pilihan secara objektif dan betul-betul
mempertimbangkan sesuatu sebelum mengambil keputusan.
• Carilah lingkungan kerja yang nyaman, bersahabat, dan kooperatif.

• Belajarlah mengesampingkan perasaan Anda


• Untuk mengembangkan kemampuan pemikir, belajarlah tentang statistik,

118 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Lampiran 2

ekonomi, ilmu-ilmu sains atau logika. Belajarlah bermain catur atau kartu.

SENSORIK (S) dan


INTUITIF(N) Kepribadian Sensorik
Kaum sensorik cenderung
Kemampuan melihat dan termotivasi
menangkap informasi dari panca
oleh prinsip-prinsip etik atau moral.
inderanya: apa yang ia lihat, dengar, Ciri-cirinya:
sentuh, cium, dari dunia nyata. Kaum • Lebih suka pada fakta-fakta dan
intuitif juga mengunakan kelima panca informasi kongkret
indera tetapi ia lebih menonjol • Lebih tertarik pada hal-hal yang
mengunakan indera keenamnya. bersifat aktual
Kelompok ini selalu melihat sesuatu • Lebih tertarik pada hal-hal khusus
melampaui apa yang dilihat oleh mata. • Lebih praktis dan realistik
• Fokus pada hari ini
Bagaimana bergaul dengan kaum • Lebih suka pada nilai-nilai umum
Sensorik ? • Bersifat pragmatis
• Percaya pada pengalaman masa lalu
• Hargai bagaimana mereka
• Cenderung ingin sesuatu dengan
menyelesaikan sesuatu dengan cara
apa adanya
yang lebih realistik, kongkrit, dan
praktis.
• Kepribadian iNtuitif Kepribadian Intuitif
Kemampuan melihat sesuatu
kemampuan melihat sesuatu tanpa
tanpa harus melihatnya atau bias harus melihatnya atau biasa tahu
tahu sesuatu dengan instingnya. sesuatu dengan instingnya
Ciri-cirinya:
Ciri-cirinya: • Lebih suka pada informasi bersifat
• Lebih suka pada informasi yang abstrak
bersifat abstrak • Lebih tertarik pada sesuatu yang
• Lebih tertarik pada sesuatu yang mungkin
mungkin • Lebih fokus pada hal-hal besar
• Lebih fokus pada hal-hal besar • Lebih inspiratif & imajinatif
• Lebih inspiratif dan imajinatif • Fokus pada pada masa depan
• Fokus pada masa depan • Lebih suka pada nilai-nilai inovasi
• Lebih suka pada nilai-nilai • Senang berspekulasi
pembaruan atau inovasi • Percaya pada daya imajinasinya
• Cenderung ngin mencoba hal2 baru

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 119


Lampiran 2

• Senang berspekulasi Bagaimana bergaul denga kaum


• Percaya pada daya imajinasinya iNtuitif ?
Cenderung ingin mencoba hal-hal
• Hargai cara berpikir mereka
baru
yang menemukan hal-hal baru,
• Saat berkomunikasi dengan
ide-ide orosinil mereka, dan
mereka, tegas pada fakta dan isu-
kemampuan menyelesaikan
isu nyata.
masalah secara kreatif.
• Gunakan contoh-contoh konkrit.
• Jangan bebani dengan hal-hal
• Usahakan berbicara eksplisit.
yang bersifat faktual atau dengan
• Tekankan segi-segi praktis dari ide
hal-hal rinci.
yang Anda sampaikan jika ingin ide
• Dengarkan mereka ketika
itu diterima olehnya.
sedang mempertimbangkan
• Ketika menjelaskan sesuatu,
konsep-konsep dan peluang-
jelaskan tahap demi tahap.
peluang baru, dan jika perlu ikut
• Ikuti kegemaran mereka akan
pada fantasi mereka.
kegiatan-kegiatan yang melibatkan
• Percaya pada kemampuan
seluruh panca indera seperti olah
mereka mendapatkan informasi
raga, kerajinan tangan, berkebun
lewat imajinasi dan naluri. Jangan
dan lain-lain.
selalu bertanya “mengapa” atau
“bagaimana”.
Usulan bagi kaum Sensorik
• Jangan berdebat tentang hal-hal rinci ketika berdiskusi, terutama ketika
berhadapan dengan kaum intuitif.
• Luangkan waktu untuk melihat apa yang ada dibalik yang terlihat dan
membayangkan peluang-peluang yang mungkin untuk menyelesaikan atau
mengubah suatu situasi. Usahakan menahan diri dari kebiasaan secara
otomatis mengesampingkan ide-ide yang kelihatannya tidak praktis.
• Cobalah mendengar apa yang mungkin tidak masuk akal atau seakan-akan
ke khayalan. Mainkan imajinasi Anda.
• Belajarlah menghargai cara lain untuk tahu sesuatu termasuk lewat naluri,
fantasi, mimpi, dan imjinasi.
• Kembangkan intuisi Anda dengan cara menulis kreatif, membaca buku-
buku filsafat, fenomena kewajiban, mistik. Berdiskusilah tentang makna hidup.

Usulan bagi kaun iNtuitif


• Bersikaplah terbuka ketika menerima umpan balik terhadap ide-ide Anda
ketika dilihat dari segi-segi praktis, kemungkinan-kemungkinannya atau
kelemahannya.
• Usahakan tidak selalu hidup di masa depan. Latihlah diri Anda untuk berada
dalam situasi nyata sekarang.
• Rencanakan sebuah proyek pribadi dan paksa diri Anda untuk menuliskan
langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan sebelum mulai bekerja.
Tingkatkan kemampuan sensorik Anda dengan ikut kursus masak, melakukan
prakarya, olah raga, berkebun, memperbaiki rumah; usahakan fokus pada
sensasi fisik dan lingkungan sekitar Anda.
Perhatikan bagaimana sesuatu terlihat, terdengar, berasa, berbau. Sekali-
kali biarkan panca indera Anda bermain.

120 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Lampiran 2

PERCEIVING (P) dan


Kepribadian Penghakim
JUDGING (J)
Kata penghakim bukan berarti ia • Mencari ketetapan
menghakimi. Orang yang • Percaya pada struktur
berkarakter penghakim memiliki • Rencanakan semua hal
kesukaan memutuskan sesuatu • Senang ketertiban
secepat mungkin. Ia senang hidup • kerja dulu main nanti
pada dunia yang serba teratur. • Senang menyelesaikan pekerjaan
Bukan berarti ia suka mengambil • Berorientasi pada tujuan
keputusan, ia tidak suka segala • Lebih rapi
sesuatu menjadi tidak pasti dan • Senang segalanya teratur dan
tidak ada keputusan. Komitmen berketetapan
dilihat sebagai sesuatu yang final
dan tidak bisa berbuah.

Sebaliknya orang pembebas/pengamat lebih senang memperoleh informasi


sebanyak-banyak sebelum mengambil keputusan. Pilihan keputusan bisa
ia pegang selama mungkin. Pembebas/pengamat bukan berarti ia memahami
segala sesuatu dengan cepat dan jelas. Tetapi sang pembebas/pengamat
senang segala sesuatu tidak terencana dan menunggu sesuatu yang menarik.
Komitmen dilihat sebagai sesuatu yang bisa berubah.
Bagaimana bekerja dengan Kepribadian Pembebas
Penghakim • Mencari keterbukaan
• Akui kemampuannya menjadi
• Percaya pada alur atau proses
orang yang rapi dan efisien dalam
mengambil keputusan dan • Beradaptasi dengan apa yang
menyelesaikan pekerjaannya. terjadi
• Senang fleksibilitas
• Hargai kebutuhan tentang rencana • Bermain sekarang, kerja nanti
sesuatu hal. Coba setuju dengan
• Senang memulai sesuatu yang
tata waktu yang ia punya.
baru
• Bila membuat perencanaan • Berorientasi pada proses
dengan mereka, hargai komitmen • Santai-santai saja
Anda dan tunjukkan Anda bisa
• Senang yang terbuka dan spontan
tepat waktu.

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 121


Lampiran 2

Orang penghakim senang kerapian Usulan bagi Pembebas


dan kebersihan. Jangan tinggalkan • Hargai tenggat waktu, hargai janji
kotoran di tempat yang ia suka. dan komitmen Anda. Sadari
dampaknya pada orang lain jika
Bagaimana bekerja dengan Anda tiba-tiba membatalkan janji
Pembebas atau terlambat datang.
• Hargai ia sebagai orang yang • Cari pekerjaan yang mendukung
fleksibel dan santai. spontanitas dan fleksibilitas.
• Bila keputusan diperlukan, • Jika bergaul dengan Penghakim,
biarkan mereka bertanya tentang pastikan Anda memberinya ruang
pilihan-pilihan. Dorong ambil baginya untuk hidup terstruktur.
keputusan bila ia sudah • Sadari bahwa kadang-kadang
memutuskan sesuatu hal. Penghakim akan stres kalau
• Jangan paksakan jadwal dan menghadapi rencana yang tidak
komitmen yang ketat. jelas atau kejutan.
• Biarkan mereka tahu bila sesuatu
yang penting harus segera
diputuskan

Usulan bagi Penghakim


• Usahakan sabar ketika
berhadapan dengan orang yang
membutuhkan lebih banyak
waktu daripada Anda untuk
memutuskan sesuatu.
• Berhentilah “melakukan”.
Luangkan waktu untuk istirahat.
Biarkan yang terjadi terjadilah.
• Hati-hati agar tidak membuat
keputusan terlalu cepat.
Mengubah keputusan juga boleh.
• Jangan memaksakan kebutuhan
Anda mencari kepastian kepada
orang lain! Bagi Pembebas,
rencana atau waktu yang kaku
membuat mereka stres.
• Bukalah diri untuk melakukan
beberapa hal secara spontan.
Buatlah jadwal untuk melakukan
hal-hal yang tidak terjadwal.

122 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator


Lampiran 3

Lampiran 3
KOMPETENSI FASILITATOR

Bagaimana Anda menilai diri Anda sebagai fasilitator? Berikanlah penilaian


dengan angka yang paling mencerminkan Anda di kolom paling kanan.

1 = Itu sama sekali bukan saya 2 = Kadang-kadang saya seperti itu


3 = Sering saya begitu 4 = Itu persis saya

Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator 123


Lampiran 3

Lampiran 4
KOMPETENSI PENDUKUNG BAGI FASILITATOR

Berikanlah tanda cek (√ ) pada bagian yang Anda rasa paling menggambarkan
diri Anda.

124 Fasilitasi yang Efektif Buku Pegangan Fasilitator

Anda mungkin juga menyukai