Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

MAKALAH GLOBALISASI DAN PRESPEKTIF TRANSKULTURAL

DISUSUN OLEH :

NAMA : ANTONETA KORA


NPM : 12114201190023
KELAS : F

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULATAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU


TAHAUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya yang berjudul “Globalisasi dan Prespektif Transkultura”
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh lebih dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen, yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTA ISI.............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................
1.3 Tujuan.................................................................................................................................
BAB III PENDAHULUAN.................................................................................................
2.1 Pengertian Transkultural..................................................................................................
2.2 Konsep Transkultural........................................................................................................
2.3 Peran dan Fungsi Transkultural........................................................................................
2.4 Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural.......................................
2.5 Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya......................................................................
2.6 Beberapa Instrumen Budaya..........................................................................................
2.7 Keunggulan Bahasa Indonesia dengan Keanekaragaman..............................................
2.8 Faktor Penyebab Budaya................................................................................................
2.9 Dampak dari Keanekaragaman yang Dimiliki Bangsa Indonesiaan...............................
1.10 Peran Masyarakat dalam Menjaga Keanekaragaman Budaya.......................................
BAB III PENUTUP............................................................................................................
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................
4.2 Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


seiring berkembangnya zaman di era globalisasi saat ini, peningkatan jumlah
penduduk populasi maupun variasinya. Keadaan ini kemungkinan adanya multikultural
atau variasi kultur pada setiap wilayah. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan yang berkualitas pun semakin tinggi. Hari ini menuntut setiap tenaga kesehatan
profesional termasuk perawat untuk mengetahui dan bertindak setepat mungkin dengan
perspektif global dan medis bagaimana perawat pasien dengan berbagai macam latar
kultur atau budaya yang berbeda dari berbagai tempat di dunia dengan memperhatikan
namun tetap pada tujuan utama yaitu memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas.
Penanganan pasien dengan latar belakang budaya disebut dengan transkultural nursing.
Transcultural nursing adalah suatu daerah/budaya keilmuan budaya pada proses
belajar dan praktik keperawatan yang fokusnya memandang perbedaan dan kesamaan di
antara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, Dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau kehutanan budaya pada manusia ( Leininger, 2002).
Proses keperawatan transkultural diaplikasikan untuk mengurangi konflik perbedaan
budaya atau lintas budaya antara perawat sebagai profesional dan pasien.
Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah Kaniscahayaan yang ada di
bumi Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak pulau. Keanekaragaman atau yang
sering disebut dengan multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan
pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan
yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam
budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai,
sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut. Keanekaragaman bangsa
Indonesia dilatarbelakangi oleh jumlah suku-suku bangsa Indonesia yang sangat banyak,
dimana setiap suku bangsa tersebut mempunyai ciri atau karakter tersendiri, baik dalam
aspek sosial maupun budaya. Suatu semboyan yang sejak dahulu dikenal dan melekat
dengan jati diri bangsa Indonesia adalah “Bhinneka Tunggal Ika”, semboyan tersebut
terukir kokoh dalam cengkraman Burung Garuda yang merupakan lambang bangsa
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika menunjukkan bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa yang heterogen yaitu bangsa yang mempunyai keanekaragaman,
baik dalam aspek suku bangsa, budaya, ras dan agama.
Sudah berlangsung cukup lama. Tanpa adanya persatuan dan kesatuan visi dan misi
dari seluruh bangsa Indonesia mustahil kita dapat keluar dari krisis tersebut. Kebhinekaan
berupa sifat nyata bangsa Indonesia yang sering kita banggakan namun sekaligus juga
sering kita perhatikan. Hal ini dikarenakan mengatur masyarakat yang heterogen jauh
lebih sulit dibandingkan dengan mengatur masyarakat homogen. Masyarakat yang
heterogen tentu mempunyai cita-cita, keinginan dan harapan yang jauh lebih bervariasi
dibandingkan dengan masyarakat homogen. Kebhinekaan dapat menjadi tantangan atau
ancaman, karena dengan adanya kebhinekaan tersebut mudah membuat orang menjadi
berbeda pendapat yang pada akhirnya dapat lepas kendali, memiliki rasa kedaerahan atau
kesukuan yang sewaktu-waktu bisa menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi atau
persatuan dan kesatuan bangsa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan transkultural ?
2. Bagaimana konsep dari transkultural ?
3. Bagaimana saja peran dan fungsi transkultural ?
4. Bagaimana konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan transkultural ?
5. Bagaimana cara melakukan pengkajian asuhan keperawatan budaya ?
6. Apa saja instrumen pengkajian budaya ?
7. Apa saja keunggulan bangsa Indonesia dengan keanekaragamannya ?
8. Apa saja faktor penyebab keragaman budaya ?
9. Apa saja dampak dari keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia ?
10. Bagaimana peran masyarakat dalam menjaga keragaman budaya ?

1.3 Tujuan
adapun tujuan dari pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
mengetahui indikasi-indikasi yang dapat menyebabkan diperlukan tindakan sectio caeser.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Transkultural
Bila ditinjau dari makna kata, transkultural berasal dari kata trans dan culture,
trans berarti alur perpindahan, jalan lintas atau penghubung, sedangkan culture berarti
budaya. Menurut kamus besar bahasa Indonesia; trans berarti melintang, menembus,
melintas dan melalui. Culture berarti kebudayaan, cara pemeliharaan, kepercayaan, nilai-
nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan pada
generasi berikutnya, sedangkan cultural berarti sesuatu yang berkaitan dengan
kebudayaan. Jadi, transkultural dapat diartikan sebagai pertemuan kedua nilai-nilai budaya
yang berbeda melalui proses interaksi sosial. Transcultural nursing merupakan suatu area
kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya.
Menurut Leininger (1991).

2.2 Konsep Transkultural


Kanizer Barabara (1983) dalam bukunya yang berjudul Fundamentalis Of
Nursing Concep and Procedures mengatakan bahwa konsep keperawatan adalah tindakan
perawatan yang merupakan konfigurasi dan ilmu kesehatan guns n i r a w yang meliputi
pengetahuan ilmu humanistic , philosopi perawatan, praktik klinis keperawatan,
komunikasi dan ilmu sosial. Konsep ini ingin memberikan penegasan bahwa sifat
seseorang manusia yang menjadi target pelayanan dalam perawatan adalah bersifat bio,
psiko, sosial, spiritual. Oleh karenanya, tindakan perawatan harus didasarkan pada
tindakan yang komferhensif sekaligus holistik.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata
sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma, adat istiadat yang
menjadi acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain. Pola kehidupan yang
berlangsung lama dalam suatu tempat, selalu diulangi, membuat manusia terikat dalam
proses yang dijalaninya. Keberlangsungan terus-menerus dan lama merupakan proses
internalisasi dari suatu nilai-nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter, pola pikir,
pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan
intervensi keperawatan (cultural nursing approach).

2.3 Peran Dan Fungsi Transkultural


Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu. Oleh sebab itu,
penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat. Misalnya
kebiasaan hidup sehari-hari, seperti tidur, makan, pekerjaan, pergaulan sosial dan lain-lain.
Kultur juga terbagi dalam subkultural. Subkultural adalah kelompok pada suatu kultur
yang tidak seluruhnya menganut pandangan kelompok kultur yang lebih besar atau
memberi makna yang berbeda. Nilai-nilai budaya timur, menyebabkan sulitnya wanita
yang hamil mendapat pelayanan dari dokter pria. Dalam beberapa keadaan, lebih mudah
menerima pelayanan kesehatan dari dokter wanita dan bidan. Hal ini menunjukkan bahwa
budaya timur masih kental dengan hal-hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun-tahun terakhir ini, makin ditekankan pentingnya pengaruh kultur
terhadap pelayanan perawatan. Perawatan transkultural merupakan bidang yang relatif
baru di berfokus pada studi perbandingan nilai-nilai dan praktik budaya tentang kesehatan
dan hubungan dengan perawatannya. Leininger (1991) mengatakan bahwa transkultural
nursing merupakan suatu area kejadian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun
kesamaan nilai-nilai budaya.
Menurut Dr.Madelini Leininger, studi praktik pelayanan kesehatan transkultural
adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan
dengan kesehatannya. Leininger berpendapat, kombinasi pengetahuan tentang pola
praktek transkultural dan kemajuan teknologi dan menyebabkan makin sempurnanya
pelayanan keperawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur.

2.4 Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural


Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada saat ini,
termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin tinggi.
Dengan adanya kalau globalisasi, dan kesehatan gimana perpindahan penduduk antar
negara menyebabkan adanya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan. Sehingga,
perawat tidak hanya dituntut untuk bisa berkembang dari masa lalu, seperti kebudayaan
klien, latar belakang dan lain sebagainya.
Menurut J.N Giger dan Davidhizer konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan ada
beberapa, antara lain :
1. Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta
memberi petunjuk dalam berpikir, bertindak dan mengambil keputusan.
2. Cultural
Seseorang yang memiliki pertentanan antara dua individu dari budaya, gaya hidup,
dan hukum hidup. Contohnya, Didin adalah anak yang dilahirkan pada pasangan suku
Sunda dan Batak.
3. Diversity
Diversity atau keragaman budaya adalah suatu bentuk yang ideal dari asuhan
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya individu,
kepercayaan dan kepercayaan, dan tindakan.
4. Etnosentris
Prespsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah Yang
terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain.
5. Ras
6. Cultural shock
suatu keadaan yang dialami klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa
mengalami disorientasi.
7. Diskriminasi
perbedaan perlakuan individu atau kelompok berdasarkan ras, etnik, jenis kelamin,
social, dan lain sebagainya
8. Sterotyping
tanggapan suatu individu atau kelompok bahwa semua anggota dari kelompok budaya
adalah sama. Seperti, perawat beranggapan bahwa semua orang Indonesia menyukai
nasi.
9. Assimilaton
Suatu proses individu untuk membangun identitas kebudayaannya, sehingga akan
menghilangkan budaya kelompoknya dan memperoleh budaya baru.
10. Prejudice
adalah prasangka buruk atau beranggapan bahwa para pemimpin lebih suka untuk
menghukum terlebih dahulu suatu anggota.
paradigma transkultural nursing (Leininger 1985), adalah cara pandang, keyakinan,
nilai-nilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai latar belakang budaya,
terhadap 4 konsep sentral keperawatan yaitu :
1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan
norma- norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan
pilihan.
2. Sehat
kesehatan adalah keseluruhan aktivitas yang memiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga
dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas
sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin
mempertahankan keadaan sehat dan rentang sehat sakit yang adaptif
3. Lingkungan
Lingkungan diidentifikasikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu
totalitas kehidupan di mana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terhadap
tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah
lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah khatulistiwa.
Penggunaan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang
hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan
sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi
individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam
lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di
lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol
yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,
riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
4. Keperawatan
asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budaynya.
Asuhan keperawatan ditunjukkan meme mendirikan individu sesuai dengan budaya
klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomdasi/negosiasi budaya dan
mengubah/mengganti budaya klien.

2.5 Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya


Perawat dalam menjalankan tugasnya sering menghadapi klien yang memiliki
latar belakang etnik, budaya, dan agama yang berbeda. Untuk menghadapi situasi ini
penting bagi perawat untuk memahami bahwa klien memiliki pandangan dan interprestasi
mengenai penyakit dan kesehatan yang berbeda. Pandangan tersebut didasarkan pada
keyakinan sosial budaya klien.
Perawat harus sensitif dan waspada terhadap keunikan warisan budaya dan tradisi
kesehatan klien dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dari latar belakang
kebudayaan yang berbeda. Perawat harus mengkaji dan mendengarkan dengan cermat
tentang konsistensi warisan budaya klien. Pengkajian tentang budaya klien merupakan
pengkajian yang sistematik dan komprehensif dari nilai-nilai pelayanan budaya,
kepercayaan, dan praktik individual, keluarga, komunitas. Tujuan pengkajian budaya
adalah untuk mendapatkan informasi yang signifikan dari klien sehingga perawat dapat
menerapkan kesamaan budaya (Leininger dan MC Farland, 2002).
Perawat dalam melakukan pengkajian terhadap kebudayaan klien dimulai dari
menentukan warisan kultural budaya klien, latar belakang organisasi sosial, dan
ketrampilan bahasa serta menanyakan penyakit atau Masalah untuk mengetahui klien
mendapatkan pengobatan rakyat secara ilmiah maupun masagisoreligius atau kata rumah,
suliti untuk mencegah dan mengatasi penyakit. Hal ini dilakukan untuk pemenuhan
komponen pengkajian budaya untuk menyediakan informasi yang berguna dalam
mengumpulkan data kebudayaan klien. Model matahari terbit dari Leininger
menggambarkan keberagaman budaya dalam kehidupan sehari-hari dan membantu
melaksanakan pengkajian budaya yang dilakukan secara komprehensif. Model ini
beranggapan bawa nilai-nilai pelayanan budaya, kepercayaan, dan masyarakat, kontes
lingkungan bahasa dan riwayat etik atau peristiwa bersejarah dari kelompok tertentu
(Potter and Perry, Fundamental Keperawatan Ed 7, 187).
Tahapan pekerjaan budaya dimulai dari mengetahui perubahan demografik
populasi pada lingkungan praktik komunitas yang disebut dengan data sensus, data sensus
didapatkan dari data sensus lokal dan regional serta laporan pelayanan kesehatan. Langkah
berikutnya perawatan menggunakan teknik wawancara yang terbuka, dan konteks untuk
mendorong klien menceritakan nilai-nilai, kepercayaan, dan praktik dalam warisan
budayanya (Spradley, 1979). Dalam melaksanakan pengkajian budaya seorang perawat
menjalin hubungan dengan klien dan memiliki keterampilan dalam berkomunikasi,
pengkajian budaya yang komprehensif kebutuhan ketrampilan, waktu hingga persiapan
Dane antisipasi sangat diperlukan.

2.6 Beberapa Instrumen Pengkajian Budaya


Pada adad ke-21 ini, tuntutan terhadap asuhan keperawatan samakin besar, tak
hanya asuhan keperawatan yang melihat sisi medisnya saja, tetapi juga melihat dari sisi
budaya, jika melihat dari sisi budaya ini termasuk ilmu keperawatan yang memasuki level
midle theory range, yaitu teori trans kultural nursing.
Transkultural nursing adalah suatu daerah/wilayah keilmuan budaya pada proses
belajar dan praktik keperawatan yang fokusnya memandang perbedaan atau diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sahat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau kehutuan budaya manusia (Leininger, 2002)
Transkultural nursing merupakan tahapan yang sama dengan proses keperawatan, antara
lain pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Pengkajian dalam
Transkultural nursing memiliki instrumen atau komponen tersendiri antara lain : warisan,
sejarah etnik, variasi biologis, religius, dan kepercayaan, organisasi sosial, komunikasi,
watik, kepercayaan dan prakteknya, serta pengalaman sebagai tenaga profesional.
Warisan budaya dan sejarah etnik sering membawa pada nilai-nilai dan norma
yang berlaku pada suatu istiadat ras, klien, atau dalam hal ini dapat dikaji tentang persepsi
sahat dan sakit menurut budaya klien, keikutsertaan cara-cara budaya dalam proses
perawatan. Relijius dan kepercayaan ini adalah faktor yang sangat mempengaruhi karena
membawa motivasi tersendiri untuk mendapatkan kebenaran di atas segalanya, kajian
religius dapat meliputi agama yang dianut, sudut pandang pasien terhadap penyebab
penyakit, proses penyembuhannya serta sisi positif agama pasien yang dapat membantu
proses kesembuhannya, variasi biologis, perbedaan biologis antara anggota kelompok
kultur, seperti struktur dan bentuk tubuh, warna kulit, fariasi enzimatik dan genetik,
kerentanan terhadap penyakit, variasi nutrisi. Pengkajian organisasi mengcu pada unit
keluarga dan kelompok sosial, dimanakah dilihat tentang keadaan sosial memacu pada
unit keluarga dan kelompok sosial, dimana dilihat tentang keadaan sosial seperti ekonomi,
pergaulan sosial. Sedangkan pada kelompok sosial klien dapat dilihat sejarah lingkungan
dan kondisi lingkungan.
komunikasi adalah hal terpenting dalam pelaksanaan proses asuhan keperawatan,
ketidakberhasilan komunikasi dapat menghambat proses diagnosis dan tindakan serta
dapat membawa pada hasil yang tgis. Dalam hal ini perawat harus dapat melihat bahasa
yang digunakan pasien secara verbal maupun non verbal. Ruang personal menunjukkan
sikap klien yang harus ditanggapi oleh perawat secara sensitive, sehingga tidak
menimbulkan rasa ketidaknyamanan pasien. Bukan hanya mengenai ruang personal yang
harus menjadi pertimbangan tetapi juga mengenai waktu, orientasi waktu berbeda-beda
dalam setiap etik ada yang memprioritaskan pada saat ini ada juga yang sangat menantang.
Perbedaan orientasi waktu ini akan membawa pada perencanaan asuhan jangka panjang.
Keyakinan perawatan klien juga menjadi faktor kajian, di sini perawat harus melihat
bagaimana keyakinan dan praktik pengobatan tradisional yang dipercayai pasien dalam
proses penyembuhannya apakah dapat membantu atau memperparah penyakitnya, dan
faktor kajian terakhir yang mempengaruhi adalah pelayanan profesional perawatan ini
sendiri dalam menanggapi atau dalam memberi asuhan keperawatan itu.

2.7 Keunggulan Bahasa Indonesia dengan Keanekaragamannya


Keunggulan bahasa Indonesia dengan keanekaragamannya keragaman budaya di
Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipengaruhi keberadaannya. Dalam konteks
pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok suku bangsa, masyarakat
Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah. Kebudayaan daerah ini bersifat
kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok suku bangsa
yang ada di daerah tersebut. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga
mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah
ragam dan jenis kebudayaan yang ada di Indonesia.
Berkembang dan meluasnya agama-agama besar Indonesia juga turut mendukung
perkembangan kebudayaan Indonesia yang pada akhirnya mencerminkan kebudayaan
agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat
keanekaragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang sangat tinggi. Tidak saja
keanekaragaman budaya kelompok sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya
dalam konteks peradaban, tradisional hingga ke modern, dan kewilayahannya.
Keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan suatu keunggulan jika
dibandingkan dengan negara lainnya, karena potret kebudayaannya lengkap dan
bervariasi. Dan yang tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakat
Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai
sejak dalu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok suku
bangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di dunia.
Berlabuhnya kapal-kapal Portugis di Banten pada abad pertengahan misalnya telah
membuka diri Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu.
Hubungan antar pedagang Gujarat dan pesisir Jawa juga memberikan arti yang penting
dalam membangun interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia. Singgungan-
singgungan peradaban ini pada dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia
dalam berinteraksi dengan perbedaan. Di sisi yang lain bangsa Indonesia juga mampu
menelisik dan mengembangkan budaya lokal di tengah-tengah singgungan antar
peradaban itu.
Secara ringkas, keunggulan-keunggulan dari keanekaragaman bangsa Indonesia,
antara lain :
a. Keanekaragaman kebudayaan sangat menarik dan dapat dijadikan objek
pariwisata.
b. Keanekaragaman budaya daerah dapat membantu meningkatkan
pengembangan kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila, sesuai Tap
MPR No. II tahun 1998, yang berbunyi : kebudayaan nasional yang
berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa Indonesia
dan merupakan keseluruhan daya upaya Indonesia untuk mengembangkan
harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan
wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam bidang kebudayaan
bangsa
c. Tertanamnya sikap untuk saling menghormati dan menghargai antar suku
yang berbeda.
d. Indonesia memiliki bahasa daerah terbanyak di dunia (ada lebih dari 746
bahasa daerah).
e. Bahasa Indonesia memiliki keanekaragaman suku, agama dan budaya yang
terdapat dalam kehidupan masyarakatnya, dan keragaman tersebut dapat kita
satukan dalam satu kesatuan Bhinneka Tunggal Ika.

2.8 Faktor Penyebab Keragaman Budaya


Masyarakat Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar lebih dari 13
ribu pulau. Setiap suku bangsa memiliki identitas sosial, politik, dan budaya yang berbeda-
beda, seperti bahasa, adat istiadat serta tradisi, sistem kepercayaan dan sebagainya.
Dengan identitas yang berbeda-beda ini, kita dapat mengatakan bahwa Indonesia memiliki
kebudayaan lokal yang sangat beragam.
Ada beberapa faktor antara lain :
a. Keberagaman suku bangsa
b. Keberagaman bahasa dan dialek
c. Keberagaman agama
d. Keberagaman seni dan budaya
e. Faktor pembentukan budaya
f. Faktor perubahan budaya
2.9 Dampak dari Keanekaragaman yang Dimiliki Bangsa Indonesia
Keanekaragaman suku, budaya, ras dan agama yang ada pada diri bangsa
Indonesia merupakan keunggulan sekaligus tantangan. Tantangan-tantangan yang muncul
akibat keanekaragaman bangsa Indonesia tersebut antara lain :
a. Konflik
konflik adalah proses sosial disosiatif yang dapat menyebabkan perpecahan dalam
masyarakat karena ketidaklarasan dan ketidakseimbangan dalam suatu hubungan
masyarakat. Berdasarkan tingkatannya konflik dapat dibagi menjadi konflik horisontal
dan vertikal.
1) Konflik Horisontal
konflik horisontal adalah konflik yang terjadi antara kelompok-kelompok sosial
yang sifatnya sederajat. Konflik sosial horisontal dapat berupa konflik antar suku,
antar ras, agama, maupun konflik antar golongan.
 Konflik antar suku
Konflik antar suku pada umumnya disebabkan oleh primordialisme yang
berkembang menjadi etnosentrisme. Contoh : konflik antara suku Dayak
dan suku Madura yang terjadi di Sampit, konflik antara suku-suku kecil di
Papua.
 Konflik antar ras
Konflik antar ras pada umumnya disebabkan oleh primordialisme yang
berkembang menjadi stereotipe, contoh : kekerasan terhadap etnis
Tionghoa pada Mei 1998, termasuk pemerkosaan dan pembunuhan
terhadap lebih dari 100 wanita etnis Tionghoa.
 Konflik agama
Konflik masalah agama pada umumnya disebabkan oleh primordialisme
yang berkembang menjadi fanatisme. Konflik agama dapat berupa konflik
internal umat beragama misalnya konflik antar golongan pemeluk Islam
murni dengan golongan Ahmadiyah, maupun konflik antar umat beragama
(Katolik eksternal) misalnya konflik masyarakat Ambon pemeluk Islam
dengan masyarakat Ambon pemeluk Kristen.
 Konflik antar golongan
Konflik antar golongan pada umumnya disebabkan oleh semangat in group
yang kuat sehingga dengan kelompok out group akan menimbulkan
antipati. Contoh : peristiwa kudatuli, dimana ada konflik antar pendukung
partai PDI versi Megawati Soekarno Putri dan pedagang Partai PDI versi
lainnya.
2) Konflik vertikal konflik
Vertikal adalah konflik yang terjadi antara lapisan-lapisan di dalam masyarakat.
Contoh konflik vertikal :
 Konflik antar kelas atas dengan kelas bawah, konflik antara kelas atas
dengan kelas bawah dapat berupa konflik kolektif dan individual. Konflik
kolektif misalnya konflik antara buruh dengan pemimpin perusahaan untuk
menuntut kenaikan gaji. Konflik individual misalnya konflik antara
pembantu dengan majikan yang berakibat pada kekerasan.
 Konflik antara pemerintah pusat dengan daerah, misalnya pemberontakan
dan gerakan sporadis seperti OPM, GAM, dll. Selain selain itu konflik
vertikal bisa diterjemahkan sebagai konflik antar pihak yang berkuasa dan
penentangnya, misalnya kasus penculikan aktivis '98, yang merupakan
kasus pelanggaran HAM tidak pernah sesuai sampai saat ini.
 Konflik antara orang tua dan anak, konflik antara orang tua dan anak akan
menimbulkan hambatan dalam sosialisasi nilai dan norma dan terkadang
menimbulkan kenakalan remaja.
b. Integrasi Karena Keterpaksaan (Coersif)
Integrasi karena keterpaksaan terjadi karena suatu ketergantungan dan mau tidak mau
antar lapisan masyarakat harus saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhan. Namun
dalam integrasi yang terjadi karena paksaan biasanya ada upaya antarkelompok untuk
mendominasi satu sama lain. Indonesia merupakan negara multikultural yang terdiri dari
bermacam-macam etnis, ras, agama, dan suku bangsa yang masing-masing membawa
bendera primordialismenya masing-masing. Apabila masing-masing kelompok tidak bisa
saling menghargai dan mengurangi etnosentrisme, stereotipe, dan fanatisme maka akan
menimbulkan konflik SARA. Integrasi karena keterpaksaan dilihat dari segi historis juga
dapat dicontohkan pada masa feodal. Dimana antara golongan pemerintah kolonial,
golongan Asia Timur, golongan kerabat kerajaan, dan Bumiputera hidup dalam suatu
wilayah namun tidak dapat membaur. Terdapat batas-batas yang tegas dan adanya upaya
dari pemerintah kolonial untuk terus menerus mendominasi dan menjajah. Contoh lain
integrasi karena keterpaksaan (Coersif) Dalam kehidupan sehari-hari terjadi pada saat
demonstrasi atau ujuk rasa yang ricuh, kemudian polisi akan memberikan peningkatan
dengan gas air mata dengan tujuan mengatur para demonstrasi untuk menyampaikan
aspirasi Secara tertib sesuai hukum.
c. Desintegrasi
Desintegrasi adalah suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada bagian bagian dari
suatu kesatuan masyarakat. Desintegrasi atau kesenjangan merupakan akibat dari adanya
pembangunan dimana kelas atas mempengaruhi pembangunan yang berperan sebagai
subjek sekaligus objek pembangunan, namun di sisi lain kelas tengah dan bawah hanya
berperan sebagai objek pembangunan. Akibat kelas tengah dan bawah akan mengalami
eksplorasi dan diskriminasi di bidang sosial, ekonomi, dan politik. Kesenjangan inilah
yang akan mempengaruhi pola hidup dan pola hubungan antar kelompok.
2.10 Peran Masyarakat dalam Menjaga Keragaman Budaya
Peran masyarakat dalam menjaga keragaman dan keselarasan budaya antara lain
sebagai berikut :
 Mengembangkan sikap saling menghargai terhadap nilai-nilai dan norma sosial yang
berbeda-beda dari anggota masyarakat, tidak meningkatkan kelompok, ras, etnik atau
kelompok agamanya.
 Meningkatkan sikap primordialisme terutama yang menjurus pada sikap
etnosentrisme dan ekstrimisme (berlebih-lebihan)
 Menegakkan supremasi hukum yang artinya suatu peraturan formal harus berlaku
pada semua warga negara tanpa memandang kehidupan sosial, ras, etnik, dan agama
yang berikan anut.
 Mengembangkan rasa nasionalisme terutama melalui penghayatan wawasan
berbangsa dan bernegara namun menghindari sikap chaivismiame yang akan
mengarah pada sikap ekstrem dan menutup diri akan perbedaan yang ada dalam
masyarakat.
 Menyelesaikan semua konflik dengan cara yang akomodatif melalui mediasi,
kompromi dan ajudikasi.
 Mengembangkan kesadaran sosial. Contoh konkretnya adalah di Bali sedangkan
digalakkannya program Ajeg Bali guna mempertahankan kebudayaan di dalam
kehidupan masyarakat Bali yang semakin lama terlihat makin memudar.
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai
keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya, karena Indonesia mempunyai potret
kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Kebhinekaan gelap menjadi kekayaan khusus
bagi bangsa Indonesia yang amat menarik, bagi bangsa Indonesia sendiri ataupun bagi
bangsa-bangsa lain yang dapat menambah devisa melalui kunjungan wisata atau
kunjungan lainnya. Keanekaragaman suku, budaya, ras dan agama yang ada pada diri
bangsa Indonesia merupakan keunggulan sekaligus tantangan. Tantangan-tantangan yang
muncul akibat keanekaragaman bangsa Indonesia tersebut antara lain terjadinya konflik,
integrasi karena keterpaksaan dan disintegrasi. Untuk menghadapi tantangan sebagai
dampak keanekaragaman yang memiliki bangsa Indonesia, dapat dilakukan dengan upaya
integrasi dan menambahkan nilai-nilai Pancasila yang merupakan ideologi yang menjadi
dasar hidup kenegaraan.
4.1 Saran.
Perbedaan merupakan keniscayaan yang mesti dan harus diterima oleh semua
orang dalam kehidupannya. Fakta menunjukkan bahwa manusia memang makhluk unik
dan khas. Keunikan dan kekhasan ini dalam konteks bernegara, berbangsa, dan
bermasyarakat akan menimbulkan keragaman tatanan sosial dan kebudayaan.
Keanekaragaman ini ditunjukkan oleh Indonesia antara lain terdiri atas beragam etnis,
agama, dan bahasa, keanekaragaman ini perlu dikelola secara serius dan sungguh-sungguh
dalam suatu bentuk tatanan nilai yang dapat dibagi bersama. Oleh karena itu,
keanekaragaman yang ada dalam masyarakat Indonesia sungguh merupakan tantangan
yang menuntut upaya sungguh-sungguh dalam bentuk transformasi kesadaran
multikultural. Suatu kesadaran yang diarahkan pada identitas nasional, integrasi sosial, dan
kesadaran menempatkan agama untuk kesatuan bangsa. Dengan demikian, kesatuan
Indonesia dapat ditegakkan sejalan dengan semangat kebersamaan yang terkandung dalam
semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”.
DAFTAR PUSTAKA

Kozier, B., Erb, G., Berman, A.J., &Snyeder. (2004). Fundamentals of Nursing :
Concepts, process, and practices, 7 th Ed. New Jersey : person Education, Inc.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2009). Fundamentals of Nursing : Concepts, proses, and
Prectice. 7th Ed. St. Louis, MI: Elservier Mosby.
Afifah, Efy. “Ringkasan Meteri keragaman budaya dan perspektif transkultural
dalam keperawatan”.
Abdre, M dan Boyle, J,S (1995), Transkultural Concepts in Nursing care

Anda mungkin juga menyukai