Anda di halaman 1dari 39

KELAS ON LINE

IMPLEMENTASI CLINICAL RISK MANAGEMENT


DI RUMAH SAKIT
12 – 13 JANUARI 2021

MANAJEMEN RISIKO KLINIS


PADA PELAYANAN
ANESTESI & BEDAH
Dr Djoni Darmadjaja,SpB,MARS.
Dr Djoni Darmadjaja, SpB,MARS,FISQua
HP 08129146524
Palembang 22 Juni 1953
kapuyux@gmail.com
APA SAJA
RISIKO KLINIS
PADA PELAYANAN ANESTESI & BEDAH
RISIKO DI Semua isu yang
dapat
berdampak
Semua isu yang
dapat dapat
berdampak

RUMAH SAKIT Risiko Klinis


terhadap
pencapaian
pelayanan
pasien yang
Risiko
Nonklinis /
Corporate Risk
terhadap
tercapainya tugas
pokok dan
kewajiban hukum
bermutu, aman dari RS sebagai
dan efektif. korporasi
Manajemen Risiko Klinis

Kegiatan mengidentifikasi, mengevaluasi, dan


mengurangi risiko yang dilakukan terhadap
aktifitas klinis yg bisa mengakibatkan cidera pada
pasien dan risiko kerugian tehadap organisasi.
Manajemen risiko klinis adalah tentang meminimalkan risiko dan
bahaya bagi pasien dengan:

1) Mengidentifikasi apa yang bisa dan akan terjadi kesalahan dalam


pelayanan/asuhan
2) Memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya
3) Belajar dari kejadian buruk dan hasil yang buruk
4) Memastikan tindakan diambil untuk mencegah terulangnya
kembali
5) Menempatkan sistem untuk mengurangi risiko
Proses Manajemen Risiko

BANGUN KONTEKS

KOMUNIKASI DAN KONSULTASI


IDENTIFIKASI RISIKO

MONITOR DAN REVIEW


ANALISA RISIKO

ASESMEN RISIKO

EVALUASI RISIKO

KELOLA RISIKO

RISK REGISTER

7
Identifikasi Risiko di RS

PROAKTIF REAKTIF

• Pelaporan Insiden
• IR Unit Kerja • Investigasi
• IR Rumah Sakit • RCA
• Register Risiko RS • Rekomendasi
• Tindak Lanjut
• Evaluasi
IDENTIFIKASI RISIKO KLINIS
PADA PELAYANAN ANESTESI & BEDAH
DI RUMAH SAKIT
Save surgery Asesmen
Procedure Keluar RR
Site Marking Monitoring kriteria
Penjadwalan Sign in Pasien Sign Out
operasi

Asesmen Time Out Lap Transfer ke


operasi
Pra Bedah/ ruangan
Anestesi Pemantauan Rencana Kriteria
Indikasi/kriteria mutu anestesi Asuhan penjemput/
Masuk ICU pasca pengantar
pasien
bedah
DILAKUKAN PADA
PADA UNIT KERJA
UNIT KERJA
ANESTESI
IDENTIFIKASI KAMAR BEDAH

RISIKO
PELAYANAN ADA RISIKO KLINIS ADA RISIKO KLINIS
PELAYANAN TINDAKAN
ANESTESI & ANESTESI ANESTESI
BEDAH
ADA RISIKO KLINIS ADA RISIKO KLINIS
PELAYANAN TINDAKAN
BEDAH PEMBEDAHAN
FASE PRA PELAYANAN :

• EVALUASI PRA ANESTESI TIDAK ADEKWAT


• PENUNDAAN TINDAKAN ANESTESI
RISIKO KLINIS
FASE PELAYANAN :
PELAYANAN
ANESTESI • PELAYANAN OLEH STAF YG SUBSTANDAR
• PELAYANAN TIDAK SESUAI PPK

FASE PASCA PELAYANAN

• PELAYANAN RUANG PULIH SUBSTANDAR


• DISHARGE DINI DARI RUANG PULIH
• FASE PRA PELAYANAN :
EVALUASI PRA BEDAH TIDAK ADEKWAT
PENUNDAAN TINDAKAN BEDAH
RISIKO KLINIS • FASE PELAYANAN :
PELAYANAN OLEH STAF YG SUBSTANDAR
PELAYANAN PELAYANAN TIDAK SESUAI PPK
BEDAH • FASE PASCA PELAYANAN
PERAWATAN LUKA OPERASI
DISCHARGE PLANNING TIDAK ADEKWAT
• GIGI RONTOK PASCA INTUBASI
• KEGAGALAN INTUBASI
• ASPIRASI CAIRAN LAMBUNG AKIBAT
RISIKO KLINIS REGURGITASI
• ARITMIA JANTUNG REAKSI THD OBAT
TINDAKAN OBAT ANESTESI
• HENTI NAFAS ATAU HENTI JANTUNG
ANESTESI • INFEKSI SALURAN NAFAS PASCA ANESTESI
• SAKIT KEPALA PASCA TINDAKAN SPINAL
• KELUMPUHAN PASCA TINDAKAN SPINAL
SALAH IDENTITAS PASIEN

SALAH SISI TINDAKAN PEMBEDAHAN


RISIKO KLINIS PERDARAHAN HEBAT

TINDAKAN CIDERA ORGAN

KEGAGALAN MENYELESAIKAN TINDAKAN BEDAH


PEMBEDAHAN KETINGGALAN KASA DALAM LAPANGAN OPERASI

KETINGGALAN INSTRUMEN DALAM RONGGA ABDOMEN

TUMPAHAN CAIRAN INFEKSIUS RONGGA USUS KE RONGGA ABDOMEN

INFEKSI LUKA OPERASI


ASESMEN RISIKO KLINIS
PADA PELAYANAN PEMBEDAHAN
DI RUMAH SAKIT
S
A
L
A ANALISA RISIKO/ MATRIKS GRADING
H Potencial Concequences / Impact
Likelihood /
Insignificant Minor Moderate Major Catastropic
I Probability
D 1 2 3 4 5
E Almost certain Moderate Moderate High Extreme Extreme
N (Tiap mgg /bln)
T 5
I
Likely (Bebrp x /thn) Moderate Moderate High Extreme Extreme
T 4
A
S Posible (1-2 thn/x) Low Moderate High Extreme Extreme
3
P Unlikely (2-5 thn/x) Low Low Moderate High Extreme
A 2
S
I Rare (>5 thn/x) Low Low Moderate high Extreme
E 1
N
RISK REGISTER KAMAR BEDAH

PROBABILITY RISK IMPACT CURRENT SYSTEM/ SCORE


PREPAREDNESS
POTENSIAL RISK/PROBLEM
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
SALAH IDENTITAS PASIEN 2 4 1 8
SALAH SISI PEMBEDAHAN 1 4 2 8
PERDARAHAN HEBAT 2 4 2 16
CIDERA ORGAN 2 4 2 16
GAGAL MENYELESAIKAN OPERASI 1 3 1 3
KETINGGALAN KASA DI LAPANGAN OPERASI 2 3 1 6
KETINGGALAN INSTRUMEN DALAM RONGGA PERUT 1 2 1 2
TUMPAHAN CAIRAN USUS KE SKOR RISIKO
RONGGA PERUT = Dampak X Probabilitas
2 X Kesiapan
3 sistim 2 12

18
G
I
G
I ANALISA RISIKO/ MATRIKS GRADING
Potencial Concequences / Impact
R Likelihood /
Insignificant Minor Moderate Major Catastropic
O Probability
N 1 2 3 4 5
T Almost certain Moderate Moderate High Extreme Extreme
O (Tiap mgg /bln)
K 5
Likely (Bebrp x /thn) Moderate Moderate High Extreme Extreme
P 4
A
S Posible (1-2 thn/x) Low Moderate High Extreme Extreme
C 3
A Unlikely (2-5 thn/x) Low Low Moderate High Extreme
I 2
N
T Rare (>5 thn/x) Low Low Moderate high Extreme
U 1
B
RISK REGISTER TINDAKAN ANESTESI

PROBABILITY RISK IMPACT CURRENT SYSTEM/ SCORE


PREPAREDNESS
POTENSIAL RISK/PROBLEM
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
GIGI RONTOK PASCA INTUBASI 2 2 1 4
KESULITAN INTUBASI 1 3 1 3
ASPIRASI CAIRAN LAMBUNG 2 4 1 8
ARITMIA JANTUNG REAKSI THD OBAT 2 4 2 16
ANEST
HENTI NAFAS ATAU HENTI JANTUNG 1 5 1 5
ISPA PASCA ANESTESI 2 3 1 6
SAKIT KEPALA PASCA SPINAL ANALGESI 1 2 1 2
SKOR RISIKO
PARAPLEGIA PASCA SPINAL ANALGESIA = Dampak X Probabilitas
1 X4 Kesiapan sistim 2 8

20
Analisis Risiko FMEA RCA
di RS
Risk • Rendah
Priority • Moderat
• Tinggi
Number
• Ekstrim
1. PERDARAHAN HEBAT
2. CIDERA ORGAN
RANGKING 3. TUMPAHAN CAIRAN USUS
4. SALAH SISI PEMBEDAHAN
RISIKO 5. SALAH IDENTITAS PASIEN
BEDAH 6. KETINGGALAN KASA.
RANGKING 1.
2.
ARYTHMIA
HENTI NAFAS/HENTI

RISIKO 3.
4.
JANTUNG
ASPIRASI CAIRAN LAMBUNG
PARAPLEGIA PASCA SPINAL

ANESTESI 5.
6.
ISPA PASCA INTUBASI
KESULITAN INTUBASI
PENGELOLAAN RISIKO
KLINIS
PELAYANAN ANESTESI &
BEDAH
Risk avoidance:
Menghindar dari kejadian atau bahaya yang mungkin terjadi
yang akan menimbulkan tanggung jawab organisasi.
BERBAGAI Risk control:
MODUS Penanganan risiko dengan menggunakan metode yang
bertujuan meniadakan mengecilkan kemungkinan terjadinya
PENGELOLAAN KTD (yaitu mencegah kerugian) dan meniadakan, mereduksi,
atau meminimalkan kerusakan pada individu dan kerugian
finansial yang berat apabila terjadi (yaitu reduksi kerugian).
RISIKO Risk financing:
Menganalisa biaya terkait dengan risiko yang bisa dihitung
dan menanggung biayanya.
RISK TRANSFER
Mengalihkan tanggung jawab atau beban
kerugian pada pihak lain melalui cara hukum
BERBAGAI , perjanjian, asuransi atau cara lain. Risk
transfer juga dapat berupa pengalihan risiko
MODUS fisik atau bagiannya.
RISK RETENTION
PENGELOLAAN Menerima tanggung jawab atas risiko
RISIKO kerugian baik secara sengaja maupun tidak
sengaja, atau beban biaya terkait risiko yang
terjadi pada organisasi.
UPAYA KONTROL RISIKO :
MENGECILKAN
PROBABILITAS KEJADIAN
MEMPERKUAT SISTEM/
KESIAPSIAGAAN
BAGAIMANA HUBUNGAN RISIKO DENGAN AKREDITASI RS

BILA SATU SAJA STANDAR DALAM


AKREDITASI RS TAK DIJALANKAN
MELAKSANAKAN
AKREDITASI RS
OLEH RS SNARS EDISI 1.1
SUDAH MENYEDIAKAN
HAKEKATNYA RS BERISIKO
ADALAH HAL HAL YANG
HARUS DILAKUKAN
MANAJEMEN
RISIKO OLEH RS
• KEMUNGKINAN TERJADI INSIDEN
KESELAMATAN PASIEN
• KEMUNGKINAN DITUNTUT PASIEN
KARS
MENJALANKAN STANDAR AKREDITASI RS
MERUPAKAN
UPAYA MENGECILKAN PROBABILITAS
&
MENINGKATKAN SISTEM KESIAGAAN
Pengumpulan Analisis
data klinis data --> Dx
❖ Darurat
Site marking
Lab, Rad ❖ Operatif Asesmen pra
Asesmen Rencana → Dx praoperasi bedah
& anestesi Sign Sign
awal asuhan in out
Seragam SPO Yandok Pasca
Integrasi Askep bedah

Pelayanan fokus pasien: MULTI


S PROFESI - ASUHAN – EDUKASI

Time out
Asesmen Risiko Implementasi Pemulihan
nyeri jatuh Rencana Anestesi
Risiko asuhan Transfer
malnutrisi
Informed
consent Bedah

HPK MKE SKP MIRM PPI


Asesmen awal Informed consent

31
• Ada regulasi RS yang mengatur pelayanan
anestesi, sedasi moderat dan dalam seragam di
seluruh RS (lihat PAP 1 EP 1) dan berada dibawah
tanggung jawab seorang dokter anestesi sesuai
peraturan perundang-undangan. (R)
• Ada bukti monitoring dan evaluasi pelaksanaan
STANDAR BAB asesmen pra sedasi dan pra anestesi. (D,W)
PAB 2.1 • Ada bukti monitoring dan evaluasi proses
monitoring status fisiologis selama anestesi.
(D,W)
• Ada bukti monitoring dan evaluasi proses
monitoring, proses pemulihan anestesi dan
sedasi dalam. (D,W)
• Asemen pra anestesi dilakukan untuk setiap
pasien yang akan operasi (Lihat AP.1) (D,W)
• Hasil asesmen didokumentasikan dalam rekam
medis pasien.(D,W)
• Asemen pra induksi dilakukan untuk setiap
pasien sebelum dilakukan induksi. (D,W)
STANDAR BAB
• Hasil asesmen didokumentasikan dalam rekam
PAB 4 & 4.1 & 5 medis pasien. (D,W)
• Ada regulasi tentang pelayanan anestesi setiap
pasien direncanakan dan didokumentasikan (R)
• Obat-obat anestesi, dosis dan rute serta teknik
anestesi didokumentasikan di rekam medis
pasien. (D,W)
Ada regulasi tentang asuhan setiap pasien bedah
direncanakan berdasar informasi dari hasil asesmen (R)
STANDAR
BAB PAB 7 Diagnosis pra operasi dan rencana operasi dicatat di
rekam medik pasien oleh dokter penanggung jawab
pelayanan (DPJP) sebelum operasi dimulai (D,W)

Hasil asesmen yang digunakan untuk menentukan


rencana operasi dicatat oleh dokter penanggung jawab
pelayanan (DPJP) di rekam medis pasien sebelum
operasi dimulai (Lihat juga, AP.1.2.1; AP 1.3.1) (D,W)
• Rumah sakit menetapkan jenis pelayanan bedah
yang dapat dilaksanakan. (R)
• Ruang operasi memenuhi persyaratan tentang
pengaturan zona berdasarkan tingkat sterilitas
ruangan sesuai peraturan perundang-undangan.
STANDAR BAB (O,W)
PAB 8 • Ruang operasi memenuhi persyaratan tentang
alur masuk barang-barang steril harus terpisah
dari alur keluar barang dan pakaian kotor. (O,W)
• Ruang operasi memenuhi persyaratan koridor
steril dipisahkan/tidak boleh bersilangan alurnya
dengan koridor kotor. (OW)
• Ada regulasi tentang hak pasien untuk mendapatkan informasi tentang kondisi,
diagnosis pasti, rencana asuhan dan dapat berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan serta diberitahu tentang hasil asuhan termasuk kemungkinan hasil
yang tidak terduga. (R)
• Pasien diberi informasi tentang kondisi klinis mereka dan diagnosis pasti (lihat
juga MKE 9 EP 1). (D,W)
• Pasien diberi informasi tentang rencana asuhan dan tindakan yang akan

STANDAR dilakukan dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan (lihat juga MKE 9 EP
1). (D,W)
• Bila “persetujuan tindakan kedokteran” (informed consent) diperlukan maka
BAB HPK 2.1 pasien/keluarga dijelaskan tentang rencana tindakan tersebut (lihat juga MKE 9
EP 4, PAB 5.1 dan PAB 7.1). (D,W)
• Pasien dijelaskan dan memahami tentang hasil yang diharapkan dari proses
asuhan dan pengobatan (lihat juga MKE 9 EP 2, ARK 2.1 EP 2 dan PAP 2.4). (D,W)
• Pasien dijelaskan dan memahami bila terjadi kemungkinan hasil yang tidak
terduga (lihat juga PAP.2.4 EP 2). (D,W)
• Pasien dan keluarga dijelaskan dan memahami tentang haknya dalam
berpartisipasi membuat keputusan terkait asuhan jika diinginkan (lihat juga ARK
2.1 EP 4 dan MKE 9 EP 5). (W)
MESKIPUN TINDAKAN ANESTESI & BEDAH
TERGOLONG BERISIKO TINGGI
TETAP DAPAT DILAKUKAN
DENGAN AMAN

HARAPAN KITA SEMUA


SEKIAN
&
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai