Tesis
EVA HARIANI
NIM:
137041145
TESIS
Oleh
EVA HARIANI
NIM:
137041145
Akut (LLA)
: Eva Hariani
Menyctujui:
De
ABSTRAK
Latar belakang: Leukemia akut merupakan penyakit keganasan sel punca
hematopoietik yang ditandai proliferasi abnormal sel immatur dan sel leukemik
yang menekan produksi sel-sel darah normal dan menginfiltrasi secara difus ke
organ lain termasuk kulit. Kelainan hemostasis yang dapat terjadi pada leukemia
akut dapat berupa trombositopenia dan neutropenia. Bentuk kelainan kulit pada
leukemia sangat beragam, yang dapat diakibatkan oleh patogenesis leukemia itu
sendiri atau kondisi lain yang berhubungan misalnya pengobatan. Penyebab jelas
kelainan kulit ini tidak selalu diketahui, karena banyaknya faktor yang dapat
menjadi penyebab.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara jumlah trombosit dan neutrofil dengan
kelainan kulit pada pasien leukemia limfositik akut (LLA) dan leukemia
mielositik akut (LMA) anak.
Pasien dan metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional
dengan rancangan potong lintang terhadap 51 orang anak yang telah didiagnosis
leukemia akut (LLA dan LMA) di rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan
periode April - September 2018. Subyek penelitian menjalani anamnesis,
pemeriksaan dermatologis dan pencatatan hasil laboratorium trombosit dan
neutrofil.
Hasil: Distribusi sampel menurut usia terbanyak pada kelompok usia 0 – 5 tahun
yaitu 20 orang (39,2%), dan menurut jenis kelamin terbanyak adalah perempuan
yaitu 26 orang (51,0%). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara jumlah
trombosit dan neutrofil dengan kejadian kelainan kulit pada leukemia akut anak
dengan masing-masing nilai p yaitu 0,692 dan 0,814. Tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara jumlah trombosit dan neutrofil dengan kejadian kelainan
kulit pada leukemia akut anak dengan nilai masing-masing nilai p yaitu 0,490 dan
0,803.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah trombosit
dan neutrofil pasien leukemia akut anak dengan kelainan kulit.
Kata kunci: leukemia akut, trombosit, neutrofil, kelainan kulit
ABSTRACT
Background: Acute leukemia is a hematopoietic stem cell malignant disease,
with abnormal proliferation of leukemic and immature cells that suppress the
production of normal blood cell and extensively invade peripheral tissues organs
including skin. Homeostatic abnormalities that occur in leukemia e.g.
thrombocytopenia and neutropenia. Various cutaneous manifestations can be
observed in leukemia, resulting from malignant process or other condition such as
medication. Etiology is usually unkown, because many factors are responsible for
this cutaneous manifestations.
Objective: To determine association between thrombocyte and neutrophyl count
with cutaneous manifestations in children with Acute Lymphocytic Leukemia and
Acute Myelocytic Leukemia.
Patients and method: This is an observational analytical cross sectional study
involving 51 children with acute leukemia (ALL and AML) were hospitalized in
RSUP H. Adam Malik Medan during April – September 2018. Interview,
dermatology examination and recording thrombocyte and neutrophil count were
performed to the subjects.
Result: Children with Acute Leukemia in this study most of them were girls
(51.0%), age between 0 – 5 years old (39.2%). There was no significant
differences between thrombocyte and neutrophyl count with cutaneous
manifestations in children with acute leukemia (p value 0.692 and 0.814). There
was no significant association between thrombocyte and neutrophyl count with
cutaneous manifestations in children with acute leukemia (p value 0.490 and
0.803).
Conclusion: There is no significant association between thrombocyte and
neutrophyl count with cutaneous manifestations in children with acute leukemia.
Keywords: acute leukemia, thrombocyte, neutrophyl, cutaneous manifestation
KATA PENGANTAR
Saya menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan tesis ini. Kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, izinkanlah saya untuk
menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan,
kekhilafan dan kekurangan yang telah saya lakukan selama proses penyusunan
tesis dan selama saya menjalani pendidikan. Semoga segala bantuan, dorongan
dan petunjuk yang telah diberikan kepada saya selama menjalani pendidikan,
kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Eva Hariani
DAFTAR ISI
ABTRAK.......................................................................................................i
ABSTRACT...................................................................................................ii
KATA PENGANTAR…...............................................................................iii
DAFTAR ISI…..............................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR….................................................................................x
DAFTAR TABEL..........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN...............................................................................xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang….........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah…....................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian….....................................................................6
1.3.1 Tujuan umum................................................................6
1.3.2 Tujuan khusus...............................................................6
1.4 Manfaat Penelitian…...................................................................7
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................57
LAMPIRAN 1................................................................................................63
LAMPIRAN 2................................................................................................65
LAMPIRAN 3................................................................................................66
LAMPIRAN 4................................................................................................69
LAMPIRAN 5................................................................................................71
LAMPIRAN 6................................................................................................73
LAMPIRAN 7................................................................................................77
LAMPIRAN 8................................................................................................78
DAFTAR GAMBAR
xi
xii
xiii
PENDAHULUA
kanker. Kanker merupakan masalah kesehatan yang umum di dunia pada saat ini,
dan bertanggung jawab atas lebih dari 10% kematian di seluruh dunia. Salah
akumulasi leukosit abnormal dalam sumsum tulang dan sel darah. Sel-sel
limpa, kelenjar getah bening, meningens, otak, kulit, ginggiva dan testis).
neoplastik dari sel-sel organ hemopoetik, yang terjadi sebagai akibat mutasi
somatik sel punca yang akan membentuk suatu kelompok sel leukemia.2
anak yaitu 30% dari semua insidensi kanker pada anak dibawah umur 15 tahun
pada negara industri. Yayasan Onkologi Anak Indonesia tahun 2009 menyatakan,
sebanyak 30% hingga 40% dari insidensi kanker pada anak merupakan pasien
Pada populasi anak yang terjadi pada umumnya adalah leukemia akut
yaitu Leukemia Limfositik Akut (LLA) dan Leukemia Mielositik Akut (LMA)
dimana Leukemia Limfositik Akut (LLA) pada anak 5 kali lebih sering terjadi
dibandingkan dengan Leukemia Mielositik Akut (LMA). Data yang diperoleh dari
penelitian Simamora (2009) menyatakan, dari tahun 2004 sampai 2009 terdapat
162 anak yang merupakan pasien leukemia yang rawat inap di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, dimana 141 anak adalah pasien Leukemia
Limfositik Akut (LLA) dan 4 anak adalah pasien Leukemia Mielositik Kronis
(LMK).5,6
demam, lemah, letih dan pucat. Anemia dapat menyebabkan pucat, mudah lelah,
mudah memar dan perdarahan lainnya. Menurut Lanzskowsky, 92% pasien LLA
leukemia kutis, dan pada tahun 1889, Ebstein membuat laporan yang baik
mengenai gambaran manifestasi klinis mukosa dan kulit pada leukemia akut.
seperti makula, papul, nodul, plak dan tumor, termasuk kloroma, dapat
leukemia dari korium superfisial sampai lapisan lemak subkutan. Yang termasuk
erupsi kulit non spesifik antara lain, pruritus, prurigo, purpura, herpes zoster,
ektima gangrenosum. Pada erupsi kulit non spesifik, secara mikroskopis tidak
bergabung menjadi satu yang disebut dengan reaksi “id” atau leukemid. Reaksi
leukemid secara klinis terlihat mirip dengan erupsi kulit non spesifik, dan secara
erupsi kulit pada leukemia terlihat setelah diagnosis leukemia ditegakkan, namun
Leukemia Limfositik Akut (LLA) dan Limfositik Limfoma (LL) anak usia kurang
dari 15 tahun, berupa papul atau nodul berwarna coklat kemerahan sampai dengan
keunguan tanpa dijumpai ekskoriasi atau ulserasi yang simptomatis. Ukuran lesi
antara 0,5 cm – 6,5 cm dimana lokasi lesi yang paling sering dijumpai adalah
(35%), multipapular (24%), plak (24%), makula (12%) dan eritroderma (6%) dan
jamur, virus maupun bakteri. Pada pasien leukemia infeksi jamur biasanya terjadi
akibat neutropenia yang berat dan lama. Menurut Mays et al pada pasien-pasien
klinis yang sama dengan individu imunokompeten. Penyebab yang paling sering
dijumpai antara lain Aspergillus, Fusarium, Mucor, dan Rhizopus spp. Sedangkan
infeksi virus pada pasien keganasan, paling sering disebabkan oleh virus varisela
zoster yaitu herpes zoster. Infeksi virus varisela zoster pada pasien keganasan
dalam bentuk yang lebih berat. Infeksi bakteri pada anak-anak imunokompromais
Microbacterium dari isolasi infeksi kulit dan jaringan ikat pada anak-anak yang
diamati oleh Dubreuilh pada tahun 1905. Sedangkan lesi spesifik yang paling
sering ditemukan pada leukemia mielositik berupa tumor, yang jarang mengalami
regresi spontan ataupun mengalami ulserasi. Menurut penelitian retrospektif oleh
Boccara et al, adanya keterlibatan kulit pada pasien leukemia paling sering
Selain itu manifestasi kelainan kulit pada leukemia dapat sebagai akibat
Sampai saat ini literatur mengenai manifestasi kulit pada leukemia masih
leukemia dengan menifestasi kelainan kulit pada leukemia akut terutama pada
anak usia kurang dari 15 tahun jarang dilakukan. Sehingga peneliti ingin
dengan gambaran kelainan kulit pada pasien leukemia akut anak. Penelitian ini
juga penting sebagai langkah awal untuk melanjutkaan penelitian terhadap faktor
yang berhubungan dengan kelainan kulit pada pasien anak dengan leukemia
limfositik akut (LLA) dan leukemia mielositik akut (LMA). Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan menjadi rumah sakit yang tepat untuk melakukan
penelitian karena Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan
pada pasien leukemia limfositik akut (LLA) dan leukemia mielositik akut
(LMA) anak?
kelainan kulit pada pasien leukemia limfositik akut (LLA) dan leukemia
(LLA) dan leukemia mielositik akut (LMA) anak dengan kelainan kulit
(LLA) dan leukemia mielositik akut (LMA) anak dengan kelainan kulit
pada pasien leukemia limfositik akut (LLA) dan leukemia mielositik akut
(LMA) anak.
1.4.3 Masyarakat
adanya kelainan kulit pada pasien anak dengan leukemia akut (LLA dan
selanjutnya.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
dan adanya peningkatan jumlah sel darah putih (leukosit). Leukemia atau kanker
darah merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang
ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi adanya sel-sel
abnormal dalam darah tepi. Pada leukemia ada gangguan dalam pengaturan sel
leukosit. Leukosit dalam darah berproliferasi secara tidak teratur dan tidak
terkendali dan fungsinya pun menjadi tidak normal. Keganasan hematologik ini
adalah akibat dari proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada
kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia
Leukemia ditandai dengan adanya sel darah putih yang immature pada
darah tepi dan infiltrasinya secara difus ke sumsum tulang, hepar, limpa, kelenjar
2.2 Epidemiologi
ditemukan pada anak kulit putih dibandingkan kulit hitam. Perbandingan jenis
kelamin laki-laki dan perempuan adalah 1,15 untuk leukemia limfoblastik akut
(LLA) dan mendekati 1 untuk leukemia mieloblastik akut (LMA). Puncak usia
leukemia akut pada anak memiliki rentang waktu yang bervariasi. Puncak
antara lingkungan, genetik, dan faktor risiko lain. Penyakit ini tidak memiliki
limfoid atau sel progenitor mieloid berdiferensiasi dan menua. Pemicu yang
meupakan ciri khas kelainan genetik pada leukemia. Banyak pasien leukemia
penyimpangan genetik yang dapat diamati. Untuk saat ini, penetapan beberapa
MYH11.17,21
tua dalam perkembangan leukemia anak masih belum jelas. Paparan bahan
kimia dari pekerjaan orang tua, terutama ayah, awalnya diduga sebagai
paparan dari pekerjaan orang tua terhadap pelarut, pestisida, logam, cat atau
b. Polusi udara
hubungan antara risiko kejadian leukemia anak dengan ayah ataupun ibu yang
Paparan beberapa agen kimia seperti pelarut dalam rumah tangga dan pestisida
e. Faktor diet
f. Kerentanan genetik
genetik yang sangat penetran sampai yang kurang penetran telah terbukti
(MPO), gen resisten obat (MDR1) juga telah terbukti berperan pada kejadian
leukemia anak. Risiko leukemia anak meningkat pada kembar identik dan
g. Infeksi
Pada awal abad ke 19, muncul teori yang mendukung bahwa agen infeksi
terlibat dalam proses onkogenis leukemia pada anak. Alasan utamanya karena
kejadian infeksi pada anak yaitu pada usia 2-5 tahun. Selain itu, penemuan
2.4 Diagnosis
lebih baik dapat dilakukan dengan fetoskopi dan pemeriksaan darah umbilikalis.
pewarnaan Wright-Giemsa.25-27
perjalanan penyakit yang cepat sekali memburuk, namun hal ini juga sulit
diprediksi. Pada beberapa bayi dengan leukemia gejala klinis ditemukan segera
setelah lahir dan tidak lama kemudia berakhir dengan kematian, dan pada bayi-
bayi leukemia lainnya lahir dalam kondisi normal namun gejala klinis atau
Gejala klinis leukemia akut yang sering ditemukan yaitu demam, lemah,
letih dan pucat. Efek hematologi sebagai pengaruh dari invasi sel leukemik pada
sumsum tulang juga dapat menimbulkan gejala klinis pada pasien leukemia akut.
Kondisi anemia menimbulkan gejala pucat, mudah lelah, takikardi, dispnea dan
intrakranial). Sedangkan manifestasi klinis yang dapat timbul dari invasi sistem
merah gelap. Infiltrasi nodul pada kulit (leukemia kutis, bayi “blueberry muffin”)
leukemia mielositik akut. Nodul kulit dengan warna bervariasi, mulai dari warna
kebiruan, ungu, coklat sampai merah, ditemukan pada bayi-bayi yang lahir
meninggal dengan penyakit ini, dan merupakan tanda pada setengah dari neonatus
dengan leukemia terutama leukemia mielositik akut. Leukemia kutis bisa saja
menjadi tanda awal menifestasi klinis leukemia dan mungkin saja mendahului
gejala klinis leukemia lainnya paling tidak empat bulan sebelumnya. Manifestasi
kulit lain pada leukemia, bisa ditemukan ptekie multipel, ekimosis yang
Pada kelompok pasien leukemia yang berada pada usia neonatus akhir atau
bayi, gejala dan tanda klinis leukemia lebih samar; misalnya bayi mungkin
perdarahan, diare, atau secara umum “gagal tumbuh” yang lebih ringan. Sepsis
dari sel darah. Pada pasien dengan leukemia, akan ditemukan sel darah putih yang
sangat banyak dibandingkan sel darah merah dan platelet yang sedikit. Aspirasi
sumsum tulang dan biopsi dilakukan secara bersamaan. Aspirasi sumsum tulang
dan biopsi ini dilakukan untuk mendiagnosis leukemia dan diulangi kembali untuk
apakah ada sel leukemia pada CSF. Pada anak dengan leukemia, lumbal pungsi
limfe penting untuk mendiagnosis limfoma. Pada anak dengan leukemia hal ini
jarang dilakukan.16,26,27
abnormal dari sistem hematopoietik ke sumsum tulang, darah dan organ lainnya.
bahwa transformasi sel pada LMA dapat terjadi di berbagai tempat pada jalur
gugus sel tertentu (clone) dengan akibat dapat terjadi berbagai jenis sel leukemia.
Misalnya transformasi leukemia terjadi pada sel induk pluripoten, yang akan
mengenai eritrosit dan trombosit, atau terjadi pada gugus sel induk yang
ditunjukkan adanya kekurangan produksi sel darah yang normal sehingga terjadi
tidak menunjukkan leukemia, tetapi ada perubahan morfologi yang jelas. Kondisi
ini sering mengarah pada sindroma mieloplastik (MDS). Biasanya sumsum tulang
menujukkan hiperseluler, kadang-kadang hipoplastik yang kemudian berkembang
trombositopenia dan leukositosis. Kadar hemoglobin sekitar 7,0 sampai 8,5 g/dL,
limfositik akut, adalah neoplasma ganas dari sel-sel prekursor limfosit, atau
ditemukan pada anak dan kanker yang paling sering menyebabkan kematian
organomegali (pembesaran organ dalam) dan kegagalan organ. Gejala LLA antara
lain memar atau perdarahan akibat trombositopenia, pucat dan lesu akibat anemia,
dan terjadinya infeksi akibat neutropenia. Pada anak bisa ditemukan gejala sulit
sering ditemukan ketimbang pada LMA. Infiltasi sel-sel leukemia bisa ditemukan
pada hati, limfa, kelenjar getah bening dan miastinum. Walaupun semua sistem
organ dapat terlibat, ketika sel-sel leukemia masuk ke peredaran darah perifer,
kelenjar getah bening, limfa, hati, sistem saraf pusat dan kulit, merupakan tempat
sumsum tulang merupakan hal yang penting dalam penegakan diagnosis LLA.
Pada kebanyakan kasus apusan darah tepi dan sumsum tulang menunjukkan
sebagian besar LLA mempunyai homogenitas pada fenotip permukaan sel blas
dari setiap pasien. Hal ini memberi dugaan bahwa populasi sel leukemia itu
Leukemia yang termasuk dalam kelompok ini adalah leukemia yang tidak
khas atau leukemia yang tidak bisa dikelompokkan kedalam dua kelompok
sumsum tulang, ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi
adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi. Pada pemeriksaan darah lengkap pasien
leukemia didapatkan anemia, kelainan jumlah hitung jenis leukosit dan
trombositopenia.2
diameter 12-15m, dengan inti yang terdiri atas 2-5 lobus. Neutrofil berfungsi
penting dalam reaksi inflamasi akut. Hubungan antara keganasan dan inflamasi
pertama kali diutarakan oleh Rudolf Virchow pada awal tahun 1863.7,28
(0,5-3 m) yang disintesis di sumsum tulang dan distimulasi oleh hormon
menempel pada lesi dinding pembuluh darah dan memproduksi faktor-faktor yang
yang abnormal yang disebut sel leukemia atau sel blast leukemia. Sel-sel
abnormal ini tidak dapat memproduksi sel-sel darah putih yang normal. Sel-sel
darah ini terus membelah diri sehingga lebih banyak lagi sel-sel leukemia yang
terdapat di sumsum tulang sehingga menyebabkan penurunan sel darah merah, sel
adalah kemoterapi dan terapi radiasi. Obat kemoterapi yang diberikan sesuai
diberikan adalah tipe kemoterapi induksi dan konsolidasi serta beberapa jenis obat
adanya potensi infeksi, metastase atau infiltrasi sel kanker pada kulit dan
kulit spesifik dan non spesifik. Walaupun kelainan kulit ini biasanya ditemukan
belum diketahui dengan pasti, sebagaimana apa yang menyebabkan infiltrasi sel-
sel leukemia berada pada area tertentu di kulit. Telah dikemukakan sebelumnya
cedera atau inflamasi. Hal ini didasarkan pada pengamatannya pada 8% kasus
Lesi biasanya berbentuk papul, nodul ataupun plak, berukuran kecil dan berwarna
merah, biru atau ungu. Manifestasi klinis yang jarang ditemukan berupa satu jenis
lesi makula eritematosa, lepuh atau ulserasi, ataupun kombinasi ketiganya. Papul
atau nodul dapat bergabung membentuk plak yang teraba jelas. Plak sering
ditemukan di wajah, dengan ciri khas lesi berwarna keunguan dan kemerahan,
akut, leukemia mielositik kronis stadium akhir dan kadang-kadang sebagai tanda
yang mendahului penyakit tersebut selama satu tahun sebelumnya. Selain itu,
pada literatur mengenai leukemia kutis pernah pula dilaporkan lesi erupsi yang
leukemia ini juga dapat ditemukan pada kelainan kulit non spesifik leukemia dan
penyakit kulit lain. Sel-sel leukemia pernah ditemukan pada lesi herpes simpleks,
Manifestasi kulit non spesifik merupakan kelainan kulit yang lebih sering
ditemukan pada leukemia. Kelainan kulit ini berhubungan dengan leukemia baik
oleh karena abnormalitas dari hematopoiesis ataupun tanda keganasan pada kulit.
seperti herpes zoster generalisata, furunkulosis dan abses fungal. Kelainan kulit
adalah palor dan purpura. Palor umumnya ditemukan pada leukemia yang
berat. Trombositopenia yang berat pada leukemia limfositik biasanya
Namun lesi pada mukosa mulut hampir tidak pernah ditemukan pada
c. Eritema multiforme
Lesi bentuk papul yang gatal biasanya ditemukan pada regio pretibialis,
e. Herpes zoster
besar oleh karena gangguan mekanisme daya tahan tubuh, terutama sel T.
Selain itu, pemberian agen imuno supresif dan terapi radiasi terhadap
herpes zoster. Herpes zoster muncul pada 25% anak yang menderita
yang berkelompok dengan dasar eritematosa pada batas mukosa dan kulit
akut. Area yang paling sering terkena infeksi bakteri ataupun jamur adalah
jamur biasanya terjadi akibat neutropenia yang berat dan lama. Menurut
lain Aspergillus, Fusarium, Mucor, dan Rhizopus spp. Infeksi bakteri pada
kulit dan jaringan ikat pada anak-anak yang sedang menjalani pengobatan
8,12-14,46,47
kanker.
h. Eritroderma
i. Pruritus
j. Urtikaria
Sebuah laporan kasus pasien leukemia limfositik akut anak usia 10 tahun
eritematosa pada kedua lutut dan dorsum pedis. Urtikaria kronis dan
k. Hiperpigmentasi
Erupsi kulit pada leukemia dapat juga diakibatkan oleh agen kemoterapi
dan kondisi imunosupresi yang berat. Berikut beberapa manifestasi kulit non
spesifik pada pasien leukemia akut (LLA dan LMA), yang dapat disebabkan agen
a. Mukositis
Eritema dan sensasi terbakar ini diawali dengan erosi atau ulserasi pada
bibir dan orofaring satu sampai lima hari sebelumnya. Agen kemoterapi
fluorourasil. 40,48
b. Alopesia
Sel-sel bulbus rambut membelah dengan cepat, dan juga sensitif terhadap
agen sitotoksik. Kerentanan ini terutama pada fase anagen. Alopesia yang
c. Hiperpigmentasi
d. Hipersensitifitas
e. Eritema
plantar dan eritema toksik pada telapak tangan dan kaki. Secara klinis
telapak tangan dan kaki serta dapat meluas ke punggung kaki maupun
manifestasi kulit ini yaitu dapat sembuh sendiri dan menyembuh dengan
g. Sindroma Sweet
dengan demam, leukositosis dengan neutrofilia dan lesi kulit plak eritema
darah, tumor padat, penyakit imunologi dan inflamasi. Pada pasien kanker,
2.8.3 Reaksi id
dan non spesifik yang kadang-kadang secara tidak disadari bergabung menjadi
satu. Reaksi leukemid secara klinis mirip dengan erupsi kulit non spesifik dan
LEUKEMIA
Gangguan Hematopoiesis
Trombositopenia Neutropenia Leukopenia - Lekositosis
Pengobatan
Kemoterapi Radiasi BMT
Kombinasi
GEJALAKLINIS
Hepar Limpa
Hepatomegali Splenomegali KULIT
KGB
Limfadenopati
Non Spesifik
- Palor
- Purpura
- Lesi mukosa mulut
- Eritema multiforme
- Infeksi jamur,
virus, bakteri
- Eritroderma
- Pruritus
- Urtikaria
- Hiperpigmentasi
- Alopesia
- Mukositis
- Hipersensitifitas
- Reaksi terhadap
radiasi
- Sindroma Sweet
BAB 3
METODE PENELITIAN
2018.
Kesehatan Anak dan SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP
32
Universitas Sumatera Utara
33
Kesehatan Anak RSUP H. Adam Malik pada bulan April 2018 hingga
September 2018.
e : presisi
consecutive sampling. Data yang akan digunakan adalah data sekunder dari
rekam medis.
3.7.2 Variabel terikat : kelainan kulit pada pasien leukemia akut (LLA dan
LMA) anak.
3.8.1 Usia
bawah.
lengkap.
(>550x103/L).54
Adalah jumlah hitung jenis neutrofil absolut pada aliran darah perifer.
Adalah semua bentuk lesi primer atau sekunder yang dijumpai pada
uji Chi Square. Jika uji Chi Square tidak memenuhi syarat maka akan
jumlah trombosit dan neutrofil dengan kelainan pada kulit digunakan uji
frekuensi.
3.12 Etika Penelitian
BAB 4
Pada penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan pada 51 orang pasien anak
dengan leukemia limfositik akut (LLA) dan leukemia mielositik akut (LMA).
dan pencatatan data laboratorium jumlah trombosit dan neutrofil. Data-data yang
distribusi kelopok usia, jenis kelamin dan kelainan kulit berdasarkan tipe
39
Universitas Sumatera Utara
40
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa usia pasien anak dengan
leukemia akut terbanyak pada kelompok usia 0 - 5 tahun yaitu sebanyak 20 orang
(39,2%). Dan berdasarkan tipe leukemianya, pasien anak dengan LLA terbanyak
pada kelompok usia 0 - 5 tahun yaitu 20 orang (44,4%) dan pasien anak dengan
LMA pada kelompok usia 6 - 10 tahun sama banyak dengan kelompok usia 11 –
15 tahun yaitu masing-masing 3 orang (50%). Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa
rerata usia pasien ALL anak adalah 6,87 tahun dengan usia termuda adalah 1
tahun dan usia tertua adalah 15 tahun, sedangkan pasien LMA anak rerata usianya
adalah 10,50 tahun dengan usia termuda adalah 7 tahun dan usia tertua adalah 13
tahun.
anak dibawah usia 15 tahun. Pada kelompok usia ini LLA ditemukan 5 kali lebih
banyak dibanding LMA. Hal ini disebabkan LLA lebih sering terjadi pada tahun
pertama kehidupan sedangkan LMA lebih sering terjadi pada orang dewasa. Di
Inggris 42,8% pasien LMA berusia lebih dari 65 tahun dan jarang ditemukan
berusia kurang dari 40 tahun.55 Puncak kejadian LLA pada usia 2 – 5 tahun,
2007 terbanyak pada kelompok usia < 15 tahun (70,4%). Pada penelitian
Sulastriana di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 sampai 2012, anak yang
menderita leukemia akut dengan jenis LLA terbesar pada usia 0-4 tahun dengan
proporsi 50 orang (36,8%) dan terendah usia 10-14 tahun dengan proporsi 40
orang (29,4%). Anak yang menderita leukemia akut dengan jenis LMA lebih
10-14 tahun dengan proporsi 11 orang (28,9%).53 Sejalan dengan penelitian oleh
Petridou et al pada tahun 2010 yang mendapatkan bahwa anak penderita leukemia
lebih kecil pada usia > 10 tahun yaitu 229 orang (18,8%) di Yunani; 171 orang
Moskow.56
Leukemia akut pada anak mencapai 97% dari semua leukemia pada anak.
Ditinjau dari usia, menurut penelitian Pinontoan et al yang merujuk pada data
penderita LLA yang berusia enam bulan sampai enam tahun sama jumlahnya
dengan penderita yang berusia tujuh tahun sampai 13 tahun sebanyak 22 orang
ditemukan usia pasien anak yang menderita leukemia akut berkisar antara empat
leukemia
kelamin penderita leukemia akut anak, jenis kelamin perempuan berjumlah lebih
26 orang (51,0%), dan laki-laki sebanyak 25 orang (49,0%). Dan jenis kelamin
subyek berdasarkan tipe leukemia, didapatkan bahwa penderita LLA lebih banyak
penderita LMA lebih banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak empat
orang (66,7%).
Angka kejadian leukemia pada anak di beberapa negara sedikit lebih tinggi
Epidemiology and End Result) pada usia 1-4 tahun, angka kejadian leukemia pada
anak laki-laki 0,9/1000 orang, sedikit lebih tinggi dari anak perempuan yaitu
lebih besar dari pada perempuan, terutama terjadi setelah usia pertama kehidupan.
Proporsi tersebut menjadi lebih dominan pada usia 6-15 tahun. Pada keseluruhan
kelompok umur, perbandingan laki-laki dan wanita pada LLA adalah 1,15.57
Antara lain, penelitian oleh Dores et al, mendapatkan bahwa penderita leukemia
akut lebih banyak berjenis kelamin laki-laki. Dan berdasarkan tipe leukemianya,
Dores et al mendapatkan bahwa baik pada LLA maupun pada LMA ditemukan
lebih banyak pasien berjenis kelamin laki-laki, dengan perbandingan laki-laki dan
perempuan pada LMA 1,48 dan pada LLA 1,14.31,58 Penelitian Snodgrass et al juga
kasus leukemia limfoblastik akut berjenis kelamin laki-laki dengan nilai rasio
dengan tipe LLA lebih besar terjadi pada laki-laki dengan proporsi 73 orang
(53,7%) dan lebih kecil terjadi pada perempuan dengan proporsi 63 orang
(46,3%). Anak yang menderita leukemia akut dengan tipe LMA memiliki
perbandingan yang sama antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan, masing-
4.2 Jumlah trombosit pada pasien leukemia akut (LLA dan LMA) anak
Tabel 4.4 Perbedaan jumlah trombosit pada leukemia akut anak dengan
Kelainan
Mean Median SD Min Max p
kulit
Ada 157.952,00 78.000,00 158.091,77 4.000,00 408.000,00
0,692
Tidak ada 113.538,46 68.500,00 106.795,59 4.000,00 363.000,00
leukemia akut anak dengan kelainan kulit lebih tinggi, yaitu sebesar 157.957,00 +
158.091,77 /L bila dibandingkan dengan kelompok leukemia akut anak tanpa
kelainan kulit yaitu sebesar 113.538,46 + 106.795,59 /L. Berdasarkan hasil uji
trombosit dengan kejadian kelainan kulit pada leukemia akut anak. Dari tabel 4.4
didapatkan juga bahwa jumlah trombosit minimal pada kedua kelompok leukemia
akut anak baik dengan kelainan kulit maupun tanpa kelainan kulit, memiliki nilai
yang sama yaitu 4.000/L. Jumlah trombosit maksimal pada kelompok leukemia
akut anak dengan kelainan kulit lebih tinggi yaitu 408.000/L dan kelompok
ditemukan adalah perdarahan pada kulit berupa ptekie, purpura atau ekimosis
yaitu terjadi pada 40-70% penderita leukemia akut pada saat didiagnosis. 62
Penelitian oleh Simbolon et al pada pasien anak dengan LLA mendapatkan bahwa
jumlah trombosit minimal kelompok usia 1 – 9 tahun adalah 1000/L dan jumlah
usia > 10 tahun adalah 3.000/L dan jumlah trombosit maksimal 146.000/L.63
dengan LLA muncul bila trombosit <50.000/L, walaupun perdarahan dapat pula
signifikan antara jumlah trombosit pasien LMA dengan leukemia kutis dengan
pasien LMA tanpa leukemia kutis. Nilai tengah trombosit pada kelompok pasien
LMA dengan leukemia kutis adalah 51.000/L dan nilai tengah trombosit pada
Tabel 4.5 Hubungan jumlah trombosit pasien leukemia akut anak dengan
kelainan kulit
Kelainan Kulit
Trombosit p
Ada Tidak ada Total
Trombositopenia 15 45,5% 18 54,5% 33 100,0%
Normal 10 55,6% 8 44,4% 18 100,0% 0,490
Trombositosis 0 0% 0 0% 0 100,0%
Pada tabel 4.5 didapatkan bahwa pada kedua kelompok pasien leukemia
akut anak dengan kelainan kulit dan tanpa kelainan kulit, lebih banyak memiliki
(54,5%) tidak ditemukan adanya kelainan kulit. Dari 18 orang dengan jumlah
(44,4%) tidak ditemukan adanya kelainan kulit. Dan tidak ditemukan nilai
imatur yang menekan produksi sel-sel darah normal dan menginvasi beberapa
jaringan termasuk kulit. Salah satu komplikasi dari leukemia akut adalah
Menurut Foss et al, perubahan jumlah trombosit ditemukan pada beberapa bentuk
keganasan termasuk beberapa tipe leukemia akut. Dimana sel-sel leukemia dan
dibandingkan lokasi lain yaitu sebanyak 14 orang (70%) dengan jumlah rata-rata
Tabel 4.6 Perbedaan jumlah neutrofil pasien leukemia akut anak dengan
leukemia akut anak tanpa kelainan kulit lebih tinggi, yaitu sebesar 8,30 + 23,25
x103/L bila dibandingkan dengan kelompok leukemia akut anak dengan kelainan
kulit yaitu sebesar 4,17 + 6,75 x103/L. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan
tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara jumlah neutrofil dengan kejadian
kelainan kulit pada leukemia akut anak. Pada penelitian ini didapatkan juga bahwa
jumlah neutrofil minimal pada kelompok leukemia akut anak dengan kelainan
kulit yaitu 0,05 x103/L dan nilai maksimalnya 30,11 x103/L, sedangkan pada
kelompok leukemia akut anak tanpa kelainan kulit nilai neutrofil minimal yaitu
sel sumsum tulang yang berlebihan dan tidak terkontrol, menyebabkan kegagalan
kami hanya menilai ada tidaknya infeksi pada kulit dan mukosa. Menurut
leukemia limfoblastik akut adalah paru-paru, HEENT (head, ear, eyes, nose,
mendapatkan nilai ANC (Absolute Neutrophil Count) rata-rata adalah 312 ± 267
mm3, berdasarkan tipe leukemianya didapatkan nilai rata-rata ANC pada LLA 247
± 287 mm3 dan pada LMA 331 ± 262 mm3.69 Pada penelitian Kazmi et al
Sweet adalah 0,8 x103/L dengan nilai minimal 0,1 x103/L dan nilai maksimal 45
x103/L.50
Tabel 4.7 Hubungan jumlah neutrofil pasien leukemia akut anak dengan
kelainan kulit
Kelainan Kulit
Neutrofil Ada Tidak ada Total p
Neutropenia 8 38,1% 13 61,9% 21 100,0%
Normal 14 63,6% 8 36,4% 22 100,0% 0,803
Neutrofilia 3 37,5% 5 62,5% 8 100,0%
Pada tabel 4.7 didapatkan bahwa pada pasien leukemia akut anak dengan
kelainan kulit lebih banyak memiliki jumlah neutrofil normal yaitu 14 orang
(63,6%) dan pasien leukemia akut anak tanpa kelainan kulit, lebih banyak
akut anak.
Semakin rendah jumlah neutrofil absolut maka semakin tinggi risiko seseorang
untuk terkena infeksi. Pada saat didiagnosis pasien leukemia akut memiliki gejala-
gejala yang tidak spesifik. Demam akibat leukemia akut itu sendiri ataupun akibat
mendapatkan bahwa 24 orang (5,4% ) mengalami infeksi pada kulit dan jaringan
ikat.71 Geyer et al melaporkan infeksi jamur yang luas pada lidah dan abses
mendapatkan lebih banyak pasien LLA anak yang memiliki profil hematologi
orang (10%) termasuk kelompok neutrofilia. 50 Menurut Yilmaz et al, pada pasien
lebih banyak tidak mengalami kelainan kulit yaitu 26 orang (51%), dan yang
akut, anak penderita LLA lebih banyak mengalami kelainan kulit yaitu sebanyak
23 orang (51,1%), sedangkan anak penderita LMA lebih banyak yang tidak
Penyebab jelas kelainan kulit ini tidak selalu diketahui, karena banyaknya faktor
yang dapat menjadi penyebab. Bentuk kelainan kulit pada leukemia sangat
beragam, yang dapat diakibatkan oleh patogenesis leukemia itu sendiri atau
Wolley et al, terdapat peningkatan status gizi secara bermakna pada anak dengan
leukemia limfositik akut selama pengobatan, hal ini diduga sebagai salah satu
jangka panjang. Pasien biasanya mudah mengalami infeksi selama fase induksi.
Namun pada penelitian Ariawati et al hanya ditemukan 2 orang yang mengalami
infeksi.73
Gambaran klinis yang dapat ditemukan pada leukemia akut antara lain
perdarahan kulit, infeksi dan gejala akibat infiltrasi sel leukemik pada kulit.
al, lesi kulit spesifik pada LMA ditemukan hanya 14 orang (2,9 - 3,7%).47
Menurut Penelitian oleh Sepp et al lesi kulit pada seluruh tipe leukemia akut
sering tidak spesifik, yaitu pruritus, purpura, beberapa reaksi intoleransi dan
infeksi. 50% pasien leukemia akut tipe LMA yang memiliki lesi kulit
LMA) anak
Tipe Leukemia
Kelainan Kulit LLA LMA Total
n % n % n %
Purpura 9 30,0 2 50 11 32,4
Alopesia 5 16,7 0 0 5 14,7
Pitiriasis alba 2 6,7 0 0 2 5,9
Prurigo 2 6,7 0 0 2 5,9
Akne 2 6,7 0 0 2 5,9
Miliaria 2 6,7 0 0 2 5,9
Hiperpigmentasi 2 6,7 1 25 2 5,9
Striae 1 3,3 0 0 1 2,9
Dermatitis atopi 1 3,3 0 0 1 2,9
Ekimosis 0 0 1 25 1 2,9
Insect bite 1 3,3 0 0 1 2,9
Xerosis kutis 1 3,3 0 0 1 2,9
Intertrigo 1 3,3 0 0 1 2,9
Cheilitis 1 3,3 0 0 1 2,9
Menurut tabel 4.9 pada penelitian ini kelainan kulit yang paling banyak
ditemukan pada kedua tipe leukemia akut adalah purpura yaitu 11 orang (32,4%)
kulit pada leukemia sangat luas, angka kejadian dan histopatologinya juga
menyebabkan kelainan kulit non spesifik termasuk ptekie, purpura, ekimosis dan
20
infeksi kulit. Gejala kelainan kulit pada leukemia dibagi menjadi kelainan kulit
spesifik dan non spesifik berdasarkan kriteria klinis dan histopatologisnya. Namun
penelitian ini tidak membedakan apakah kelainan kulit yang ditemukan termasuk
kelainan kulit spesifik atau non spesifik. Kelainan kulit non spesifik pada
abses fungal. Sedangkan kelainan kulit paraneoplastik yang dapat muncul antara
gigitan binatang.6,41
berupa ptekie/purpura.57 Penelitian oleh Bakhshi et al pada 222 orang anak dengan
mengalami kelainan kulit berupa infeksi kulit. 71 Menurut Costello et al, kelainan
kulit non spesifik pada leukemia antara lain pruritus, prurigo, urtikaria, lesi kulit
mengenai reaksi kulit terhadap kemoterapi kelainan kulit yang didapati adalah
mukositis, alopesia, reaksi hipersensitivitas, hiperpigmentasi, folikulitis dan
onikodistrofi.48
55
BAB V
5.1 Kesimpulan
limfositik akut (LLA) dan leukemia mielositik akut (LMA) anak, dengan
mielositik akut (LMA) anak dengan kelainan kulit dan tanpa kelainan
kulit.
2. Rerata jumlah trombosit pada leukemia akut anak dengan kelainan kulit
kulit.
3. Rerata jumlah neutrofil pada leukemia akut anak dengan kelainan kulit
kulit.
55
5.2 Saran
lebih lengkap, misalnya biopsi kulit pada kelainan kulit tertentu untuk
1. Khan KS, Wojdyla D, Say L, Gulmezylu AM, Look PFAV. WHO Analysis
of Causes of Maternal Death: A Systemic Review. Lancet 2006; 367:1066-
74.
2. Permono B, Ugrasena IDG. Leukemia Akut. In: Permono B, Sutaryo,
Ugrasena IDG, Windiastuti E, Abdulsalam M, editors. Buku Ajar
Hematologi-onkologi Anak. 4th edition. Badan penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia; 2012.p.236-47.
3. Gatot HD, Widiastuti E, Enggar S. Yayasan Onkologi Anak Indonesia.
International Childhood Cancer Day 2009. Buletin Onkologi Anak
Indonesia 2009; November:4-5.
4. Belson M, Kingsley B, Holmes A. Risk Factors For Acute Leukemia In
Children: A Review. Environment Health Perspect 2007; 115(1):138-45.
5. Simamora I. Karakteristik Penderita Leukemia Rawat Inap di RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2004-2007 [skripsi]. Medan: Universittas
Sumatera Utara; 2009.
6. Grunwald MR, McDonnel MH, Induru R, Gerber JM. Cutaneous
Manifestations in Leukemia Patients. Journal Seminars in Oncology
2016;43(3):359-65. DOI: 10.1053/j.seminoncol.2016.02.020
7. Lanzkowsky P. Leukemias. In: Lanzkowsky, editor. Manual of Pediatric
Hematology and Oncology. United states Elsevier; 2011.p.546-77.
8. Costello MJ, Canizares O, Montague M, Buncke CM. Cutaneous
Manifestations of Myelogenous Leukemia. AMA archives of dermatology
2015:605-13.
9. Archer NM, Vrooman LM. Leukemia and Lymphoma. In: Rahbar R,
Galindo CR, Meara JG, Smith ER, Atayde AR, editors. Pediatric Head and
Neck Tumor. Springer New York; 2014.p.211-9.
10. Marchetti MA, Pulitzer MP, Myskowski PL, Dusza AW, Lunning MA,
Horwitz SM, Moskowitz AJ, et al. Cutaneous Manifestations of Human T-
cell Lymphotrophic Virus Type-1-associated Adult T-cell
Leukemia/Lymphoma: A Single-center, Retrospective Study. Journal of
American academy of dermatology 2014:1-9.
DOI:10.1016/j.jaad.2014.10.006.
11. Boccara O, Blanche S, Prost YD, Brousse N, Bodemer C, Fraitag S.
Cutaneous Hematologic Disorder in Children. Pediatr Blood Cancer
2012;58:226-32.
12. Mays SR, Bogle MA, Bodey GP. Cuteneous fungal infections in the
oncology patient. American journal of clinical dermatology 2006; 7(1): 31-
43.
13. Tyring S, Belanger R, Bezwoda W, Ljungman P, Bown R, Saltznan RL.
Famciclovir versus acyclovir for the treatment of localized dermatomal
ferpes zoster in immunocompromised patients. Journal Cancer Investigation
2001; 19(1): 13-22.
14. Addreson EE, Boudreaux JW, Hayden RT. Infection caused by coryneform
bacteria in pediatric oncology pastients. The pediatric infectious disease
journal 2008; 27(2): 136-41.
15. Guillot B, Bessis D, Dereure O. Mucocutaneous side effects of
antineoplastic chemotherapy. Expert Opinion Drug Saf. 2004; 3(6): 579-87.
16. Buffler PA, Kwan ML, Reynolds P, Urayana KY. Environmental
carcinogenesis: Environmental and Genetic Risk Factors for Childhood
Leukemia: Appraising the Evidence. Cancer Investigation 2005;1:60-75.
DOI: 10.1081.CNV-200046402.
17. Graves M. Infection, Immune Responses And The Aetiology Of Childhood
Leukaemia. Nature Reviews Cancer 2006;6:193-203.
18. Carrol W, Bhatla T. Acute Lympphoblastic Leukemia. In: Lanzkowsky P.
Lipton JM, Fish JD, editors. Lanzkowsky’s Manual of Pediatric Hematology
and Oncology. 6th edition. London: Elsevier; 2016.p.367-89.
19. Redner A, Kessel R. Acute Myeloid Leukemia. In: Lanzkowsky P. Lipton
JM, Fish JD, editors. Lanzkowsky’s Manual of Pediatric Hematology and
Oncology. 6th edition. London: Elsevier; 2016.p.390-406
20. Watson KMT, Mufti G, Salisbury JR, duVivier AWP, Creamer D. Spectrum
of Clinical Presentation, Treatment and Prognosis in a Series of Eight
Patients with Leukemia Cutis. Clinical and Experimental Dermatology
2006;31:218-21. DOI: 10.1111/j.1365-2230.2005.02022.x.
21. Creutzig U, Kutny M, Schlenk RF. Acute Myelogenous Leukemia. In:
Bleyer A, editors. Cancer in Adolescents and Young Adults, Pediatrics
Oncology. Hannover: Springer International Publishing; 2017.p.135-49.
DOI: 10.1007/978-3-319-33679-4_6.
22. Oliveira MSP, Koifman S, Vasconcelos GM, Emerenciano GM, Novaes
CDO. Development and perspective of current Brazilian Studies on The
Epidemiology of Childhood Leukemia. Elsevier jurnal of Blood Cells,
Molecules and Diseases 2009;42:121-5.
23. Metayer C, Milne E, Clavel J, Rivard CI, Petridou E, Taylor M, et al. The
Childhood Leukemia International Consortium. Elsevier The International
of Cancer Epidemiology, Detection and Prevention 2013;523:1-12. DOI:
10.1016/j.canep.2012.12.011
24. Isaacs H. Review: Fetal and Neonatal Leukemia. Journal of Pediatric
Hematology/Oncology 2003;25(5):348-61.
25. Lee JP, Birnstein E, Masiello D, Yang D, Yang AS. Gender and Ethnic
Differences in Chronic Myelogenous Leukemia Prognosis and Treatment
Response: A Single Institution Retrospective Study. Journal of Hematology
and Oncology 2009;2(30):1-8.
26. Head D, Thompson MA. Diagnosis and Classification of The Acute
Myeloid Leukemias (With Discussion of The Role of The Myeloidysplastic
Syndromes in AML Pathogenesis). In: Estey AH, Faderl SH, Kantarjian
HM, editors. Hematologic Malignancies: Acute Leukemias. Springer Berlin
Heidelberg New York; 2008.p.21-46.
27. Arber DA, Orazi A, Hasserjian R, Thiele J, Borowitz MJ, Beau MML, et al.
The 2016 revision to the World Health Organization (WHO) Clasification of
Myeloid Neoplasms and Acute Leukemia. American Society of Hematology
2016;1:1-45. DOI: 10.1162/blood-2016-03-643544.
28. Pinontoan E, Mantik M, Rampengan N. Pengaruh Kemoterapi Terhadap
Profil Hematologi Pada Penderita Leukemia Limfoblastik Akut. Journal E
Clinic 2013; 1(2):1-6.
29. Vardiman JW, Thiele J, Arber DA, Brunning RD, Borowitz MJ Porwit A, et
al. The 2008 revision to the World Health Organization (WHO)
Clasification of Myeloid Neoplasms and Acute Leukemia: Rationale and
Important Changes. Blood Journal 2009;11(5):937-51.DOI:10.1182/blood-
2009-03-209262.
30. Foucher ES, Stiller C, Lacour B, Kaatsch P. International Classification of
Childhood Cancer Third Edition. Wiley journal American Cancer Society
2005;103(7):1457-67. DOI: 10.1002/cncr.20910.
31. Dores GM, Devesa SS, Curtis RE, Linet MS, Morton LM. Acute Leukemia
Incidence and Patient Survival Among Children and Adults in The United
States, 2001-2007. Blood Journal 2011;1:1-33. DOI:10.1182/blood-2011-
040347872.
32. Dohner H, Weisdorf DJ, Bloomfield CD. Acute Myeloid Leukemia. New
England Journal of Medicine 2015;373:1136-52. DOI: 10.1056/NEJMra
1406184.
33. Wartenberg D, Groves FD, Adelman AS. Acute Lymphoblastic Leukemia:
Epidemiology and Etiology. In: Estey AH, Faderl SH, Kantarjian HM,
editors. Hematologic Malignancies: Acute Leukemias. Springer Berlin
Heidelberg New York; 2008.p.77-93.
34. Hunger SP, Mullighan CG. Acute Lymphoblastic Leukemia in Children.
New England Journal of Medicine 2015;373:1541-52. DOI:
10.1056/NEJMra 1400972.
35. Bhojwani D, Yang JJ, Pui CH. Biology of Childhood Acute Lymphoblastic
Leukemia. Pediatr Clin North Am 2015; 62(1): 47-60. DOI:
10.1016/j.pcl.2014.09.004.
36. Larson RA, Anastasi J. Acute Lymphoblastic Leukemia: Clinical
Presentation, Diagnosis and Classification. In: Estey AH, Faderl SH,
Kantarjian HM, editors. Hematologic Malignancies: Acute Leukemias.
Springer Berlin Heidelberg New York; 2008.p.109-18.
37. Albitar M, Giles FJ, Kantarjian. Diagnosis of Acute Lymphoblastic
Leukemia. In: Estey AH, Faderl SH, Kantarjian HM, editors. Hematologic
Malignancies: Acute Leukemias. Springer Berlin Heidelberg New York;
2008.p.119-30.
38. Mathew RA, Bennet JM, Liu JJ, Komrokji RS, Lancet JE, Naghashpour M,
Messina JL, et al. Cutaneous Manifestations in CMML: Indication of
Disease Acceleration or Transformation to AML nad Review of The
Literature. Leukemia Research 2012;36:72-80. DOI:
10.1016/j.leukres.2011.05.003.
39. Annesley CE, Brown P. Novel Agents for The Treatment of Childhood
Acute Leukemia. Therapeutic Advances in Hematology 2015; 6(2): 61-79.
40. Huang V, Anadkat. Dermatologic Manifestations of Cytotoxic Therapy.
Wiley Periodicals Inc. Dermatologic Therapy 2011; 2011: 401-10.
41. Wagner G, Fenchel K, Back W, Schulz A, Sachse MM. Leukemia Cutis –
Epidemiology, Clinical Presentation, and Differential Diagnoses. JDDG.
2012;10:27-36. DOI: 10.1111/j.1610-0387.2011.07842.x.
42. Plaza JA, Confere NI, Gibson LE, Colgan M, Davis DMR, Pittelkow MR,
Colgan J. Unusual Cutaneous Manifestations of B-cell Chronic Lymphocitic
Leukemia. American Academy of Dermatology 2009; 60(5): 772-80. DOI:
10.1016/j.jaad.200812.047.
43. Hurley MY, Ghahramani GK, Frisch S, Armbrecht ES, Lind AC, Nguyen
TT et al. Cutaneous Myeloid Sarcoma: Natural History and Biology of An
Uncommon Manifestation of Acute Myeloid Leukemia. Acta dermato
Venereologica 2013; 93: 319-24. DOI: 10.2340/00015555-1458.
44. Karalis A, Tischkowitz M, Millington GWM. Dermatological
Manifestations of Inherited Cancer Syndromes in Children. British
Association of Dermatologists 2011; 164:245-56. DOI: 10.1111/j.1365-
2133.2010.10100.x.
45. Styczynski J, Reusser P, Einsele H, Camara RDL, Cordonnier C, Ward KN,
Ljungman P, Engelhard D. Management of HSV, VZV and EBV infections
in patients with hematological malignancies and after SCT: Guidelines from
the second European Conference on Infection in Leukemia. Bone marrow
transplantation 2009; 43: 757-70.
46. AlHerz W, Nanda A. Skin manifestations in primary immunodeficient
children. Pediatric dermatology 2011; 28(5): 494-501.
47. Agis H, Weltermann A, Fonatsch C, Haas O, Mitterbauer G, Mullauer L et
al. A Comparative Study on Dermographic, Hematological, and Cytogenetic
Findings and Prognosis in Acute Myeloid Leukemia With and Without
Leukemia Cutis. Ann Hematol 2002; 81:90-5. DOI: 10.1007/s00277-
001412-9.
48. Koppel RA, Boh EE. Cutaneous Reactions to Chemotherapeutic Agents.
The American Journal of The Medical Sciences 2001; 321(5): 327-35.
49. Dean M, Eric C, Mary E, Nancy E. Bullous Acral Erythema Secondary to
High Dose Methotrexate. Journal of Pediatric Hematology/Oncology 2002;
24(3): 240.
50. Kazmi SM, Pemmaraju N, Patel KP, Cohen PR, Daver N, Tran KM, et al.
Characteristics of Sweet Syndrome in Patients With Acute Myeloid
Leukemia. Clinical lymphoma, Myeloma and Leukemia 2015; 15(6): 358-
63. DOI: 10.1016/j.clml.2014.12.00
51. Chan MP. Neutrophilic Panniculitis, Algoritmic Approach to a
Heterogenous Group of Disorders. Arch Pathol Lab Med 2014; 138: 1337-
43.
52. Chan MP, Duncan LM, Nazarian RM. Subcutaneous Sweet Syndrome in
The Setting of Myeloid Disorders: A Case series and Review of The
Literature. Journal of American Academy of Dermatology 2013; 68(6):
1006-15.
53. Sulastriana, Muda S, Jemadi. Karakteristik anak yang menderita leukemia
akut rawat inap di RSUP H. Adam Malik tahun 2011-2012 [skripsi] Medan:
Universitas Sumatera Utara; 2014.
54. Bates I. Reference Ranges and Normal Values. In: Bain BJ, Bates I, Laftan
MA, editors. Dacie and Lewis Practical Haematology. Twelfth edition.
Elsevier London; 2017.p.8-17.
55. Deshjer B, Lubbert M. Acute Myeloid Leukemia: Epidemiology and
Etiology. In: Estey AH, Faderl SH, Kantarjian HM, editors. Hematologic
Malignancies: Acute Leukemias. Springer Berlin Heidelberg New York;
2008.p.47-55.
56. Petridou ET, Dimitrova N, Eser S, Kachanov D, Karakilinc H,
Varfolomeeva H, Belechri M, et al. Childhood Leukemia and Lymphoma:
Time and Factors Affecting Survival in Five Southern and Easthern
European Cancer Registries. Cancer Causes Control 2013; 24: 1111-1118.
DOI: 10.1007/s10552-013-0188-y.
57. Widiaskara IM, Permono P, Ugrasena IDG, Ratwita M. Luaran Pengobatan
Fase Induksi Pasien Leukemia Limfoblastik Akut pada Anak di Rumah
Sakit Umum Dr. Sutomo Surabaya. Sari Pediatri 2010; 12(2): 128-134.
58. Dores GM, Devesa SS, Curtis RE, Linet MS, Morton LM. Acute Leukemia
Incidence and Patient Survival Among Children and Adults In The United
States, 2001-2007. Blood Journal 2012; 119(1): 34-43.
59. Snodgrass R, Nguyen LT, Guo M, Vaska M, Nugler C, Kolvear FR.
Incidence of Acute Lymphocytic Leukemia in Calgary, Alberta, Canada: A
Retrospective Cohort Study. BMC Research Notes 2018; 11(104): 1-4.
60. Tehuteru ES. Gambaran Tingkat Remisi pada Leukemia Limfoblastik Akut
setelah Fase Induksi di Bangsal Kanker Anak RS Kanker “Dharmais”.
Indonesian Journal of Cancer 2011; 5(4): 159-162.
61. Stephanie. Hubungan Status Hematologi Sebagai Faktor Prognostik dengan
Masa Remisi pada Pasien Anak Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) di
RSUP H. Adam Malik tahun 2009-2014 [skripsi] Medan: Universitas
Sumatera Utara; 2015.
62. Rofinda ZD. Kelainan Hemostasis pada Leukemia. Jurnal Kesehatan
Andalas 2012; 1(2): 68-74.
63. Simbolon O, Yulistiani, Ugrasena IDG, Qibtiyah M. Analysis of Induction
Phase Glucocorticoid Use on Adrenal Supression in Pediatris Patients With
Acute Lymphoblastic Leukemia. Folia Medica Indonesiana 2016; 52: 7-13.
64. Qian Xu, Jun LW. Platelet Changes in Acute Leukemia. Cell Biochem
Biophys Springer 2013; 1-7. DOI: 10.1007/S12013-013-9648-y.
65. Foss B, Bruserud O. Platelet Function and Clinical Effects in Acute
Myelogenous Leukemia. Thrombosis and Haemostasis 2008; 99(1): 27-37.
DOI: 10.1160/TH07-04-0240
66. Geyer JT, Lee S. Acute Leukemia. In: Wekster BB, Schecter GP, Ely SA,
editors. Wintrobe’s Atlas of Clinical Hematology. Second edition. Wolter
Klumer New York; 2018.p.334-434.
67. Ahadillah TN. Perbandingan Profil Hematologi pada Pasien Anak Leukemia
Limfoblastik Akut (LLA) Sebelum dan Sesudah Fase Induksi Kemoterapi di
RSUP H. Adam Malik Maret 2011 – Maret 2015 [skripsi] Medan:
Universitas Sumatera Utara; 2016.
68. Psaila B, Bussel JB, Frelinger AL, Babula B, Linden MD, Li Y, Barnard
MR et al. Differences in platelet function in patients with acute myeloid
leukemia and myelodysplasia compared to equally thrombocytopenic
patients with immune thrombocytopenia. Journal of Thrombosis and
Haemostasis 2011; 9: 2302 – 2310. DOI: 10.1111/j.1538-
7836.2011.04506.x
69. Yilmaz S, Oren H, Demircioglu F, Irken G. Assesment of Febrile
Neutropenia Episodes in Children with Acute Leukemia Treated with BFM
Protocols. Pediatric Hematology and Oncology 2008; 25: 195 – 204. DOI :
10.1080/08880010801938231
70. Bansal D, Totadri S, Pandhi BS. Common Hematological Disorders in
Children. Indian Journal Pediatrics 2013; 81(1): 41-50. DOI:
10.1007/s12098-013-1159-8
71. Bakhshi S, Padmanjali KS, Arya LS. Infection in Childhood Acute
Lymphoblastic Leukemia: An Analysis of 222 Febrile Neutropenic
Episodes. Pediatric Hematology and Oncology 2008; 25: 385 – 392. DOI :
10.1080/ 08880010802106564
72. Wolley NGA, Gunawan S, Warouw SM. Perubahan Status Gizi Anak
dengan Leukemia Limfobastik Akut Selama Pengobatan. Jornal e-Clinic
2016; 4(1): 1 – 8.
73. Ariawati K, Windiastuti E, Gatot D. Toksisitas Kemoterapi Leukemia
Limfoblastikm Akut Pada Fase Induksi dan Profilaksis Sususnan Saraf Pusat
dengan Metotreksat 1 gram. Sari Pediatri 2007; 9(4): 252 – 8.
74. Sepp N, Radaszkiewicz, Meijer CJLM, Smolle J, Seewann, Fritsch P, Kerl
H. Specific Skin Manifestation in Acute Leukemia with Monocytic
Differentition. A Morphologic and Immunohistochemical Study of 11
Cases. Cancer journal 1993; 71(1): 124 – 132.
LAMPIRAN 1
Selamat pagi/siang,
Perkenalkan nama saya dr. Eva Hariani. Saat ini saya sedang menjalani
Sumatera Utara yang sedang saya jalani, saya melakukan penelitian dengan judul
Pada Pasien Leukemia Limfositik Akut (LLA) Dan Leukemia Mielositik Akut
(LMA) Anak”
jumlah trombosit dan neutrofil dengan kelainan kulit pada pasien leukemia
kepada masyarakat mengenai adanya manifestasi kelainan kulit pada anak dengan
leukemia akut dan sebagai masukan bagi petugas kesehatan agar dapat
Penelitian ini akan saya lakukan pada pasien leukemia akut (LLA dan
Jika Bapak/Ibu bersedia anak Bapak/Ibu ikut serta dalam penelitian ini,
maka saya akan melakukan tanya jawab terhadap Bapak/Ibu selaku orang tuanya
untuk mengetahui identitas pribadi anak Bapak/Ibu secara lebih lengkap, keadaan
Peserta penelitian tidak akan dikutip biaya apapun dalam penelitian ini.
Terima kasih.
Medan, 2018
Peneliti
(INFORMED CONSENT)
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Dengan ini menyatakan secara sukarela SETUJU untuk ikut serta dalam
sebelumnya. Apabila dikemudian hari saya mengundurkan diri dari penelitian ini,
Demikian surat pernyataan ini saya buat, agar dapat dipergunakan bila
diperlukan.
Medan, 2018
Peserta penelitian/Wali
( )
LAMPIRAN 3
STATUS PENELITIAN
Tanggal pemeriksaan :
IDENTITAS
Nama :
Alamat :
Nomor telpon :
2. Perempuan
3. Melayu 4. Minangkabau
5. Tionghoa 6. Lainnya
5. Budha
2. SD/ sederajat
3. SMP/ sederajat
ANAMNESIS
Keluhan utama :
( ) adik
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalisata
Keadaan umum :
Tinggi Badan :
Frekuensi nadi :
Suhu :
Frekuensi pernapasan :
Keadaan spesifik
Kepala :
Leher :
Toraks :
Abdomen :
Genitalia :
Ekstremitas :
Status
dermatologikus
Lokalisasi :
PEMERIKSAAN LABORATORlUM:
DIAGNOSIS BANDING :
DIAGNOSIS KERJA :
PENATALAKSANAAN :
PROGNOSIS
• Quo ad vitam
• Quo ad functionam
• Quo ad sanationam
Keterangan:
kelainankulit
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada 25 49.0 49.0 49.0
tidak ada 26 51.0 51.0 100.0
Total 51 100.0 100.0
Tipe leukemia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ALL 45 88.2 88.2 88.2
AML 6 11.8 11.8 100.0
Total 51 100.0 100.0
jeniskelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 25 49.0 49.0 49.0
perempuan 26 51.0 51.0 100.0
Total 51 100.0 100.0
kelainankulit
ada tidak ada Total
trombosit_grp2 1.00 Count 15 18 33
% within trombosit_grp2 45.5% 54.5% 100.0%
2.00 Count 10 8 18
% within trombosit_grp2 55.6% 44.4% 100.0%
Total Count 25 26 51
% within trombosit_grp2 49.0% 51.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .476a 1 .490
Continuity Correctionb .157 1 .692
Likelihood Ratio .476 1 .490
Fisher's Exact Test .565 .346
Linear-by-Linear Association
.466 1 .495
N of Valid Cases 51
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.82.
b. Computed only for a 2x2 table
Crosstab
kelainankulit
ada tidak ada Total
neutrofil_grp neutropenia Count 8 13 21
% within neutrofil_grp 38.1% 61.9% 100.0%
Normal Count 14 8 22
% within neutrofil_grp 63.6% 36.4% 100.0%
neutrofilia Count 3 5 8
% within neutrofil_grp 37.5% 62.5% 100.0%
Total Count 25 26 51
% within neutrofil_grp 49.0% 51.0% 100.0%
Test Statisticsa
neutrofil_grp trombosit_grp
Absolute .180 .000
Positive .180 .000
Negative -.072 .000
Kolmogorov-Smirnov Z .643 .000
Asymp. Sig. (2-tailed) .803 1.000
a. Grouping Variable: kelainankulit
Test Statisticsa
trombosit neutrofil
Mann-Whitney U 304.000 312.500
Wilcoxon W 655.000 663.500
Z -.396 -.236
Asymp. Sig. (2-tailed) .692 .814
a. Grouping Variable: kelainankulit
LAMPIRAN 7
Data Pribadi
Pendidikan Formal