OLEH :
Tasya Ardiani
111 2020 2100
PEMBIMBING :
Dr. dr. Sri Vitayani, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV
SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya serta salam dan shalawat kepada
dan kritik dari berbagai pihak akhirnya Referat dan Laporan Kasus ini dapat
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
Kasus ini. Saya berharap sekiranya Referat dan Laporan Kasus ini dapat
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
dengan nekrosis dan pelepasan epidermis yang luas. Kedua penyakit ini
mirip dalam hal gejala klinis dan histopatologik, faktor risiko, serta penyebab
dan patogenesis, sehingga saat ini digolongkan dalam proses yang identik
Angka kematian SSJ dan NET cukup tinggi, dari data yang ada, angka
kematian pada kasus SSJ sekitar 1-5% dan pada kasus NET 25-35%.
Berkaitan dengan tingginya angka kematian kasus SSJ dan NET, dibutuhkan
(SCORTEN). 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
langka, akut, dan mengancam jiwa yang ditandai dengan kematian keratinosit
2.2 Epidemiologi
sebanyak dua sampai tujuh juta kasus per tahun. Nekrolisis epidermal toksik
dapat terjadi pada berbagai usia, tetapi lebih sering terjadi pada usia di atas
sindrom Stevens-Johnson dan NET, dan 35% dari kejadian ini berhubungan
tersebut juga menunjukan bahwa kelompok usia terbanyak pasien SSJ ialah
26–36 tahun, SSJ-NET Overlap <37 tahun dan NET pada kelompok usia >37
tahun. 4, 5
2.3 Etiologi
dicurigai. 6
a. Allopurinol
b. Lamortrigin
d. Karbamazepin
e. Nevirapine
g. Fenobarbital
h. Fenitoin
untuk SSJ/NET:
a. Sefalosporin
b. Makrolida
c. Kuinolon
d. Tetrasiklin
a. Beta-blocker
b. ACE inhibitor
f. Insulin
2.4 Patomekanisme
NK dan sel limfosit T COB+ yang spesifik terhadap obat penyebab. Berbagai
sitokin terlibat dalam pathogenesis penyakit ini , yaitu : IL-6, TNF-a, IFN-y, IL-
Urutan yang tepat dari molekul dan seluler peristiwa tidak sepenuhnya
sel, termasuk natural killer T cells (NKT) dan obat spesifik limfosit T CD8+
pada lesi awal; monosit dan makrofag dan granulosit juga termasuk.
dengan nekrolisis epidermal. Namun, hal ini diterima secara umum bahwa
sitotoksik spesifik dan nonspesifik sel terlalu sedikit di dalam lesi untuk
sel, terutama faktor nekrosis antitumor (TNF) dan soluble Fas ligand (Fas-L).
Dalam dekade terakhir, telah diterima secara luas bahwa Fas-L menginduksi
Protein sitolitik granulysin hadir dalam cairan blister pasien dengan nekrolisis
epidermal pada konsentrasi yang jauh lebih tinggi daripada perforin, granzim
B, atau Fas-L. Pada konsentrasi seperti itu hanya granulysin, dan pada
berkembang dan biasanya secara khusus ditujukan terhadap bentuk asli obat
langsung dan tidak langsung melalui perekrutan sel-sel lain yang melepaskan
soluble death mediators , yang utama adalah granulysin dan mungkin juga IL-
15. Kemajuan ini dalam memahami langkah-langkah terakhir dari titik reaksi
tidak spesifik seperti sakit tenggorokan, pilek, batuk, sakit kepala, demam,
dan malaise sebelum mukokutan lesi dalam 1 sampai 3 hari. Kemudian diikuti
oleh munculnya makula eritematosa dan atipikal target kulit yang mungkin
menyatu dan yang terjadi bula. Mata dengan rasa terbakar atau perih, nyeri
baik pertama oleh selaput lendir atau keterlibatan kulit, tetapi beberapa kasus
mungkin dimulai dengan yang spesifik lesi pada kulit dan mukosa. Apapun
pelepasan epidermal. 7
atas, dan bagian proksimal dari tungkai. Bagian distal lengan serta kaki relatif
terhindar, tetapi letusan dapat dengan cepat meluas ke seluruh tubuh dalam
beberapa hari dan bahkan dalam beberapa jam. Lesi kulit awal adalah
berbentuk, yang semakin menyatu. Lesi target atipikal dengan pusat gelap
yang sudah terlepas (misalnya lecet atau erosi) atau kulit yang dapat terlepas
(Nikolsky positif). 6, 7
2.5 Diagnosis
a. Anamnesis
obat pada kulit yang terbuka (erosi, eskoriasi, ulkus) atau mukosa.
(segera, beberapa saat atau jam atau hari atau hingga 8 minggu).
Identifikasi faktor pencetus lain: infeksi (Mycoplasma pneumoniae,
8
virus) imunisasi, dan transplantasi sumsum tulang belakang.
Ruam
Demam
Batuk
Artralgia
Myalgia
Rinitis
Sakit kepala
Anoreksia
pada tubuh dan wajah, menyisakan kulit kepala. Nyeri pada lokasi lesi
mendahului lesi kulit dalam 1-3 hari. Membran mukosa yang paling
hipoksemia. 9
gastrointestinal difus. 9
b. Pemeriksaan Fisik
Gambar 3.1 A, Erupsi dini dimana tampak makula merah kehitaman eritematosa
(lesi target atipikal datar) yang semakin menyatu dan menunjukkan pelepasan
epidermis. B, Presentasi awal dengan vesikel dan lepuh. Perhatikan warna
kehitaman atap blister, sangat menunjukkan nekrosis epidermis. C, Erupsi lanjutan.
Lepuh dan detasemen epidermis telah menyebabkan erosi konfluen. D, Nekrolisis
epidermal besar yang ditandai dengan area erosif besar yang mengingatkan pada
rasa panas. 6
Tanda Nikolsky positif terlihat ketika penerapan sedikit tekanan
ulkus mirip aftosa yang dangkal. Krusta hemoragik pada bibir adalah
c. Pemeriksaan Penunjang
darah, kadar elektrolit, albumin dan protein darah, fungsi ginjal, fungsi
terjadi, baik akibat NET itu sendiri atau bakteremia, seperti halnya
killer, yang kembali normal dalam 7-10 hari. Studi koagulasi mungkin
eksantema makulopapular. 7
Anak-anak berada pada risiko yang lebih besar karena sistem ginjal
Fixed Drug Eruption (FDE) adalah reaksi obat umum yang ditandai
dengan plak berbatas tegas, bulat atau oval, merah hingga keunguan
tepat, varian klinis FDE bulosa umum (GBFDE) jarang terjadi dan
infeksi virus akut dan merkuri. Sensibilitas uji tempel pada AGEP lebih
tinggi daripada reaksi obat lain seperti sindrom Stevens-Johnson
(SSJ) atau NET (58% positif pada AGEP vs. 24% positif pada
SSJ/NET). 13
mukosa dengan lesi khas pada target yang dipicu oleh rangsangan
2.8 Penatalaksanaan
nyawa yang membutuhkan tatalaksana yang optimal berupa: deteksi dini dan
khusus. 7
a. Non Medikamentosa: 7
ketidaksimbangan elektrolit.
b. Medikamentosa: 6, 7, 8
Prinsip :
(HAIs).
Topikal :
Prancis untuk EN, dosis awal dari 3 mg CyA per kilogram berat
angka mortalitas.
2.9 Komplikasi
2.10 Prognosis
mengetahui prognosis pasien NET sejak awal, para klinisi akan mengetahui
pasien NET. Semakin tinggi nilai SCORTEN semakin tinggi risiko mortalitas
pasien tersebut. 2
Tabel 3.1 SCORTEN: Prognosis Scoring System for Patients with Epidermal
Necrolysis. 6
2 12.1
3 35.8
4 58.3
5 90
BAB III
KESIMPULAN
toksik masih belum jelas. Namun, faktor obat-obatan adalah etiologi yang
diikuti dengan bula. Bula yang pecah dapat membentuk erosi hemoragik
aftosa yang dangkal. Tatalaksana yang optimal berupa deteksi dini dan
pengobatan spesifik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gunawan E, Wibawa AS, Suling PL, Niode NJ, Sam U. 2017. Kasus
Biomedik. p 9:52–7.
Venereol. p. 28:68–76.
Elsevier Inc.
[Updated 2021 Aug 1]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing.
JA. 2021. Severe Generalized Bullous Fixed Drug Eruption Treated with
13(1). p. 154–63.
13. De, A., Das, S., Sarda, A., Pal, D., & Biswas, P. 2018. Acute Generalised
15. DiBiagio JR, Lloyd MC. 2021. Dermatology Internet. Twenty Sec. Vol. 01,