Anda di halaman 1dari 9

1.

PENALARAN MATEMATIKA

“…Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu supaya kamu berfikir” (Al-


Baqarah: 219)

Tujuan Pembelajaran

1. Mahasiswa mampu menentukan pola dari suatu barisan bilangan.


2. Mahasiswa mampu menerapkan langkah-langkah induksi matematika.

Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah bukti atau pembuktian untuk
mengetahui kebenaran suatu pernyataan. Misalnya pernyataan bahwa angka kemiskinan berkaitan
erat dengan tingkat pendidikan. Pernyataan ini dapat diterima apabila tersedia bukti yang logis
yang dapat diterima nalar manusia.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata nalar berarti “akal budi” atau “aktivitas yang
memungkinkan seseorang berpikir logis”. Sedangkan kata penalaran berarti “proses mental dalam
mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip”. Secara sederhana dapat dirangkum
bahwa penalaran (reasoning) adalah berpikir logis. Dalam matematika, penalaran dapat
didefinisikan secara lebih khusus yaitu proses berpikir secara logis dan sistematis sehingga
menghasilkan kesimpulan yang tepat. Di dalam bab ini dibahas topik-topik yang berkaitan dengan
penalaran matematika yaitu pola bilangan dan induksi matematika.

1.1 Pola Bilangan


Kemampuan membaca pola merupakan salah satu kemampuan penting dalam matematika. Di
dalam Kurikulum 2013, kemampuan mengenal pola bilangan diajarkan sejak kelas 1 SD dengan
tujuan agar siswa mampu membuat pola bilangan dan memprediksi pola dari suatu barisan
bilangan. Dalam ujian-ujian seperti psikotes juga banyak ditemui soal-soal yang berkaitan dengan
pola bilangan. Berikut ini contoh soal pola bilangan.
Tentukanlah 3 suku berikutnya dari barisan-barisan berikut ini.

a. 2 4 6 8 .... .... ....


b. 1 4 9 16 .... .... ....
c. 1 8 27 64 .... .... ....
d. 3 5 9 17 33 .... .... ....

Dapatkah Anda menemukan pola bilangan pada barisan-barisan di atas? Barisan a berpola +2;
barisan b adalah kuadrat bilangan asli; barisan c adalah pangkat 3 bilangan asli; dan barisan d
berpola +2, +4, +8, +16, dan seterusnya.

Beberapa barisan dapat ditebak dengan mudah polanya sehingga mudah ditentukan rumus
suku ke-n nya. Contohnya barisan a, b, dan c. Untuk barisan b, cukup mudah dilihat bahwa rumus
suku ke-n nya adalah Un = n2. Begitu juga dengan barisan c, dapat ditentukan dengan mudah bahwa
rumus suku ke-n nya adalah Un = n3. Namun ada juga barisan bilangan yang tidak mudah untuk
ditentukan rumus suku ke-n nya. Contohnya barisan d. Untuk barisan-barisan bilangan seperti ini,
dapat diterapkan cara trial and error (coba-coba) sampai akhirnya ditemukan rumus suku ke-n
nya.

Kemampuan membaca pola dapat diasah melalui latihan. Penguasaan matematika dasar
seperti operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan bulat merupakan
modal dasar yang dapat membantu meningkatkan kemampuan membaca pola.

Contoh Soal

1. Tono adalah pegawai di sebuah supermarket. Ia sedang menyusun kaleng-kaleng minuman


mengikuti pola tertentu sehingga menyerupai piramida. Tingkat paling atas terdiri atas 1
kaleng, tingkat berikutnya 3 kaleng, berikutnya lagi 5 kaleng, dan seterusnya. Apabila
terdapat 16 tingkat, berapa banyak kaleng yang ia gunakan untuk membentuk piramida
tersebut?

Jawab
Banyak seluruh kaleng yang digunakan Tono dapat ditulis sebagai penjumlahan banyak
kaleng yang ada pada tiap tingkat. Karena terdapat 16 tingkat, berarti penjumlahan ini
terdiri atas 16 suku, yaitu u1 + u2 + u3 + ... + u16.
Dari soal telah diketahui bahwa u1 = 1, u2 = 3, dan u3 = 5. Ini merupakan barisan bilangan
ganjil. Berapakah nilai u16?
Untuk memudahkan menemukan rumus suku ke-n, dapat dibuat tabel bantuan agar terlihat
pola barisannya.
Suku ke- Nilai
1 1
2 3
3 5
4 7
⋮ ⋮
n 2n – 1

Rumus suku ke-n adalah 2n – 1, jadi suku ke-16 = 2(16) –1=31.


Jadi jumlah seluruh kaleng adalah:
1 + 3 + 5 + 7 + ... + 31.
Berapa hasil dari penjumlahan di atas?
Salah satu cara menghitungnya adalah dengan memasangkan suku ke-1 dengan
suku ke-16 yaitu 1 + 31, suku ke-2 dengan suku ke-15 yaitu 3 + 29, suku ke-3 dengan suku
ke-14 yaitu 5 + 27, dan seterusnya sehingga diperoleh 8 pasang yang hasil penjumlahannya
masing-masing 32. Maka jumlah seluruhnya = 8 x 32 = 256. Jadi banyak kaleng yang
digunakan Tono ada 256 buah.

2. Temukanlah rumus menghitung hasil penjumlahan n bilangan asli pertama.

Jawab
Soal ini dapat dijawab dengan memulai dari penjumlahan 1 bilangan asli pertama, lalu
penjumlahan 2 bilangan asli pertama, lalu penjumlahan 3 bilangan asli pertama, dan
seterusnya sehingga pada akhirnya didapatkan rumus untuk penjumlahan n bilangan asli
pertama.
Penjumlahan 1 bilangan asli pertama adalah 1.

Penjumlahan 2 bilangan asli pertama adalah 1 + 2 = 3.

Penjumlahan 3 bilangan asli pertama adalah 1 + 2 + 3 = 6.

Penjumlahan 4 bilangan asli pertama adalah 1 + 2 + 3 + 4 = 10.

Bagaimana dengan hasil penjumlahan 10 bilangan asli pertama?

1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 10 = ...?

Dengan cara seperti pada no.1 yaitu memasangkan suku pertama dengan suku ke-10, suku
kedua dengan suku ke-9, suku ketiga dengan suku ke-8, dan seterusnya sebagai berikut.

1+ 2+ 3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 10

Diperoleh 5 pasang yang masing-masing jumlahnya 11. Jadi jumlah seluruhnya adalah 5 x
11 = 55.

Bagaimana dengan hasil penjumlahan 100 bilangan asli pertama?

1 + 2 + 3 + 4 + 5 + ... + 100 = ....?

Dengan cara yang sama seperti di atas, yaitu memasangkan suku pertama dengan suku
terakhir, suku kedua dengan suku kedua terakhir, suku ketiga dengan suku ketiga terakhir
dan seterusnya sebagai berikut.

1 + 2 + 3 + 4 + ... + 97 + 98 + 99 + 100

diperoleh 50 pasang yang masing-masing jumlahnya 101. Jadi jumlah seluruhnya = 50 x


101 = 5050.
Bagaimana dengan hasil penjumlahan n bilangan asli pertama?

1 + 2 + 3 + ... + n = ....?

Perhatikan bahwa 1 + 2 + 3 +…+ n dapat ditulis sebagai:

1 + 2 + 3 +…+ (n–2) + (n–1) + n.

Terdapat n buah suku pada penjumlahan di atas. Sama seperti cara sebelumnya, yaitu
apabila suku pertama dipasangkan dengan suku terakhir, suku kedua dipasangkan dengan
suku terakhir kedua, dan seterusnya seperti berikut ini

1 + 2 + 3 + … + (n – 2) + (n – 1) + n

1
diperoleh 2 𝑛 pasang yang masing-masing jumlahnya = n + 1.

1
Jadi jumlah seluruhnya = 2 𝑛 (𝑛 + 1).

Maka jawaban untuk pertanyaan “Berapakah hasil penjumlahan dari n bilangan asli
1
pertama?” adalah 𝑛 (𝑛 + 1).
2

1.2 Penalaran Induktif


Untuk memahami makna penalaran induktif, perhatikan contoh-contoh berikut ini.

Contoh

Ambil 5 bilangan asli secara acak kemudian ikuti 7 langkah berikut dan isikan hasilnya ke dalam
tabel di bawah ini.

1. Pilih suatu bilangan asli.


2. Tambahkan 3.
3. Kalikan dengan 2.
4. Kurangi dengan 4.
5. Bagi dengan 2.
6. Kurangi dengan bilangan yang telah dipilih di langkah 1 tadi.
7. Sebutkan hasilnya.
Langkah Bilangan 1 Bilangan 2 Bilangan 3 Bilangan 4 Bilangan 5
1
2
3
4
5
6
7

Perhatikan apakah hasilnya sama untuk kelima bilangan asli di atas?

Apakah hasil yang sama hanya berlaku untuk kelima bilangan asli yang telah dipilih?

Bagaimana hasilnya apabila diambil bilangan riil lainnya seperti bilangan negatif? Pecahan?
Bentuk akar?

Apa kesimpulan yang dapat diambil?

2(𝑥+3)−4
Kesimpulannya adalah: untuk semua bilangan riil x, berlaku − 𝑥 = 1.
2

Di dalam matematika, proses berfikir untuk sampai pada kesimpulan seperti di atas
dinamakan penalaran induktif. Yaitu pembuktian dengan cara memberikan contoh sebanyak-
banyaknya sehingga pernyataan tersebut dapat digeneralisasikan untuk suatu semesta
pembicaraan. Dengan kata lain, penalaran induktif adalah proses menjeneralisasikan prinsip umum
berdasarkan fakta-fakta khusus.

Pada penalaran induktif, contoh yang diambil harus cukup banyak dan mewakili semesta
pembicaraan untuk dapat ditarik suatu kesimpulan. Apabila contoh yang diambil tidak cukup
banyak maka tidak cukup alasan untuk menyimpulkan kebenaran suatu pernyataan. Seperti pada
contoh di atas, apabila hanya diambil bilangan-bilangan asli, maka tidak cukup alasan untuk
menyimpulkan bahwa pernyataan tersebut berlaku untuk semua bilangan riil.
Kebenaran suatu pernyataan baru dapat diterima apabila pernyataan tersebut berlaku untuk
semua semesta pembicaraannya. Sebagai contoh, pernyataan ‘Hasil penjumlahan 2 bilangan prima
adalah bilangan genap’. Pernyataan ini benar untuk hampir semua bilangan prima, contohnya 3 +
5 = 8; 5 + 7 = 12; 11 + 13 = 24; dan seterusnya. Namun pernyataan tersebut tidak benar untuk
bilangan prima 2, contohnya 2 + 3 = 5 yaitu hasilnya bilangan ganjil. Contoh ini disebut sebagai
contoh penyangkal (counter example). Karena terdapat contoh penyangkal, maka pernyataan
‘Hasil penjumlahan 2 bilangan prima adalah bilangan genap’ tidak dapat diterima.

Apabila suatu pernyataan tidak dapat dibuktikan kebenarannya pada semesta


pembicaraannya, tetapi juga tidak dapat ditunjukkan kesalahannya melalui contoh penyangkal,
maka pernyataan tersebut disebut sebagai dugaan (conjectures).

Induksi Matematika

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, penalaran induktif merupakan proses menjeneralisasikan


prinsip umum berdasarkan fakta-fakta khusus. Pembuktian secara induktif dilakukan dengan
memberikan contoh khusus sebanyak-banyaknya sampai akhirnya dapat diambil kesimpulan
secara umum. Cara pembuktian seperti ini dapat diringkas dengan menerapkan langkah-langkah
induksi matematika. Pada induksi matematika, cukup ditunjukkan bahwa jika suatu pernyataan
p(n) bernilai benar untuk n = 1, maka pernyataan tersebut juga benar untuk n yang lebih besar dari
1.

Langkah-langkah pembuktian dengan induksi matematika adalah sebagai berikut.

Misalkan p(n) adalah suatu pernyataan yang akan dibuktikan kebenarannya untuk suatu semesta
pembicaraan.

Langkah 1: tunjukkan bahwa p(1) benar.

Langkah 2: diasumsikan bahwa p(n) benar untuk semua n, lalu tunjukkan bahwa p(n + 1) benar.

Apabila langkah 1 dan 2 terbukti, maka dapat disimpulkan bahwa p(n) benar untuk setiap nilai n
pada semesta pembicaraan.
Contoh

Buktikanlah bahwa hasil penjumlahan n bilangan ganjil positif pertama adalah n2.

Jawab

Pernyataan di soal dapat ditulis sebagai berikut.

Suku ke-1 + suku ke-2 + ... + suku ke-n = n2

Mula-mula perlu ditemukan rumus suku ke-n.

Suku ke-1 adalah 1.

Suku ke-2 adalah 3.

Suku ke-3 adalah 5.

Suku ke-4 adalah 7.

Suku ke-5 adalah 9, dan seterusnya.

Dari sini didapatkan pola barisan bilangan ganjil.

Rumus suku ke-n pada barisan bilangan ganjil adalah (2n – 1).

Oleh karena itu, pernyataan di soal dapat dinyatakan sebagai:

1 + 3 + 5 + 7 + 9 + ... + (2n – 1) = n2.

Pembuktian kebenaran pernyataan di atas dengan induksi matematika adalah sebagai


berikut.
Langkah 1: Akan dibuktikan bahwa pernyataan tersebut benar untuk n=1.
Untuk n = 1, jumlah 1 bilangan ganjil positif pertama adalah
1 = 12 .
1 = 1.
Ruas kiri sama dengan ruas kanan, maka terbukti p(1) benar.
Langkah 2: diasumsikan p(n) benar, yaitu benar bahwa untuk semua n, 1 + 3 + 5 + 7 + 9 + … +
(2n – 1) = n2. Maka akan ditunjukkan bahwa p(n + 1) juga benar, yaitu
1+3+5+7+9 +…+ (2n–1) + (2(n+1) – 1) = (n + 1)2

n2 + 2n + 1 = n2 + 2n + 1
Diperoleh ruas kiri sama dengan ruas kanan, jadi terbukti p(n + 1) benar.
Langkah 1 dan 2 terbukti, maka disimpulkan bahwa hasil penjumlahan n bilangan ganjil positif
pertama adalah n2.

1.3 Penalaran Deduktif


Penalaran deduktif atau pembuktian secara deduktif adalah pembuktian dengan menunjukkan
bahwa suatu pernyataan berlaku umum untuk semua nilai pada semesta pembicaraannya. Berbeda
dengan penalaran induktif yang dimulai dengan fakta-fakta khusus lalu dijeneralisasikan untuk
semua anggota semesta pembicaraan, penalaran deduktif dimulai dengan variabel yang mewakili
seluruh semesta pembicaraan.

Contoh

Buktikanlah kebenaran pernyataan “Hasil kali bilangan ganjil dan bilangan genap adalah
bilangan genap”.

Jawab

Pembuktian secara induktif dilakukan dengan mengambil contoh sebanyak-banyaknya, misalnya


2 x 1 = 2; –3 x 4 = –12; 0 x –5 = 0; dan seterusnya. Akan didapatkan hasilnya berupa bilangan
genap.

Pembuktian secara deduktif dilakukan dengan menggunakan bentuk umum dari bilangan
genap yaitu 2n dan bentuk umum bilangan ganjil yaitu 2n + 1, untuk n ∈ Z. Jadi perkalian bilangan
genap dan ganjil dapat dijabarkan sebagai berikut.

2n x (2n+1) = 4n2+2n= 2(2n2+n)

Karena (2n2 + n) ∈ Z, maka menurut definisi, 2(2n2 + n) adalah bilangan genap. Oleh karena itu,
pernyataan “Hasil kali bilangan ganjil dan bilangan genap adalah bilangan genap” dapat diterima.

Anda mungkin juga menyukai