Dokumen - Tips Dekanter Fix
Dokumen - Tips Dekanter Fix
DEKANTER
( D-01 )
Tugas : Memisahkan produk cair keluar neutralizer menjadi fase atas dan fase
bawah sebanyak 10.721,8984 kg/jam.
Alat : Tangki silinder horizontal
Kondisi operasi :
Suhu : 40oC
Tekanan : 1 atm
Fase atas
Umpan
Fase bawah
Gambar 1. Sekema arus dalam dekanter
Berdasarkan informasi yang ada di table 8.21 buku Properties of gases and
liquid, diperoleh data untuk komponen – komponen tersebut sebagai berikut:
Tabel 3. Identifikasi grup dalam komponen
Selanjutnya dihitung nilai ri, qi, фi, ѳi, dan li yang digunakan untuk menghitung
koefisien aktivitas combinatorial. Persamaan yang digunakan adalah:
r i=v j . R j (5)
q i=v j . Q j (6)
r i xi
∅ i= (7)
∑ r j xj
j
qi xi
θi = (8)
∑ qj x j
j
Molekul ri qi фi ѳi li Ln γiC
C6H6 3,1878 2,4 0,3901 0,3890 1,7512 -0,0032
Sebelum dihitung interaksi antar grup secara keseluruhan, perlu diketahui pula
interaksi antar grup dalam molekul sejenis. Persamaan yang digunakan adalah:
θm ψ km
[
ln Γ k =Q k 1−ln
(∑ θm ψ mk)−∑
m m ∑ θn ψ nm
n
] (12)
Molekul Grup Main No. Sec No. Xsec no(i) Ѳsec no(i) Γ sec no(i)
C6H6 ACH 3 10 0 0 0
H2O H2O 7 17 0 0 0
C6H5Cl ACH 3 10 5/6 5/7 0,0231
ACCl 25 54 1/6 2/7 0,0298
Setelah terhitung interaksi antargrup dalam molekul maka dihitung interaksi
antargrup keseluruhan dan juga koefisien aktifitas residual
Sec no. Xi Ѳi Γi
10 0,9013 0,8069 0,0149
17 0,0053 0,0167 3,9990
54 0,00 0,1764 1,1318
ln γ i=ln γ Ci + ln γ iR (14)
Berdasarkan informasi yang ada di table 8.21 buku Properties of gases and
liquid, diperoleh data untuk komponen – komponen tersebut sebagai berikut:
Selanjutnya dihitung nilai ri, qi, фi, ѳi, dan li yang digunakan untuk
menghitung koefisien aktivitas combinatorial. Persamaan yang digunakan adalah:
r i=v j . R j (5)
q i=v j . Q j (6)
r i xi
∅ i= (7)
∑ r j xj
j
qi xi
θi = (8)
∑ qj x j
j
C ∅i θi ∅i
ln γ i =ln + 5 qi ln + l i− ∑ x j l j (10)
xi ∅i xi j
Molekul ri qi фi ѳi li Ln γiC
C6H6 3,1878 2,4 0,0609 0,0327 1,7512 1,9486
H2O 0,92 1,4 0,8477 0,8477 -2,3200 0,0152
C6H5Cl 3,8127 2,844 0,0914 0,0914 2,0308 2,1765
Sebelum dihitung interaksi antar grup secara keseluruhan, perlu diketahui pula
interaksi antar grup dalam molekul sejenis. Persamaan yang digunakan adalah:
θm ψ km
[
ln Γ k =Qk 1−ln
(∑ θm ψ mk)−∑
m m ∑ θn ψ nm
n
] (12)
Molekul Grup Main No. Sec No. Xsec no(i) Ѳsec no(i) Γ sec no(i)
C6H6 ACH 3 10 0 0 0
H2O H2O 7 17 0 0 0
C6H5Cl ACH 3 10 5/6 5/7 0,0231
ACCl 25 54 1/6 2/7 0,0298
Sec no. Xi Ѳi Γi
10 0,1988 0,0668 0,6812
17 0,7809 0,9188 1,1646
54 0,0203 0,0144 2,3461
ln γ i=ln γ Ci + ln γ iR (14)
Seperti yang sudah dijelaskan di awal, kesesuain pembagian fase dicek dengan
persamaan ( 2 ) dan ( 3 ), sehingga diperoleh hasil.
Tabel 16. Data komposisi fase atas dan fase bawah dekanter
Dari hasil perhitungan densitas dan viskositas campuran, diperoleh densitas dan
viskositas fase atas sebesar 1045,5693 kg/m3 dan 0,6442 cp. Sedangkan untuk fase
bawah densitas dan viskositasnya sebesar 1.196,4160 kg/m3 dan 0,7975 cp. Laju alir
volumetris fase atas dan fase bawah sebesar 0,002706 m3/s dan 0,000432 m3/s
Ѳ Keterangan
< 0,3 Fase atas selalu terdispersi
0,3 – 0,5 Fase atas dapat terdispersi
0,5 – 2,0 Sulit terjadi pemisahan
2,0 – 3,3 Fase bawah dapat terdispersi
>3,3 Fase bawah selalu terdispersi
0,3
kg
1045,5693 3 .0,7975cP
θ=
3
9,7422m / jam
3
.
( m
1,5543 m / jam 1196,4155 kg .0,6442 cP
m3
)
Ѳ = 6,4179
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa fase bawah akan selalu terdispersi.
AL
R
h
AH
A L =π R2− A H (23)
Dari hasil perhitungan diperoleh luas penampang fase bawah sebesar 0,2258 m 2
dan luas penampang fase atas sebesar 0,9048 m2.
1 0,1200 m .2,5078 m2
t c=
2 m3
0,00043
s
tc = 348,5666 s
Sebagai acuan, sebaiknya coalescence time dijaga pada waktu di atas 2. Pada
dekanter ini coalesensce timenya sebesar 348,5666s atau sekitar 5,8094 menit
sehingga dimensi yang digunakan pada dekanter ini sudah terpenuhi dari sisi
coalescence time.
0,2953m
P=2.0,6000 m . arccos ( 0,6001m )
P = 1,2678 m
4.0,9048 m 2
D L=
1+2 π .0,6000 m−1,2678 m
DL = 1,0208 m
kg m
1045,5693 .0,0030 .1,0208 m
m 3
s
ℜ=
0,6442 x 0,001 Pa . s
Re = 4.955,4503
Re Efek
< 5.000 Tidak terjadi gangguan
5.000 – 20.000 Adanya sedikit olakan dalam dekanter
20.000 – 50.000 Akan ada olakan yang sangat
mengganggu
> 50.000 Pemisahan tidak berhasil dijalankan
Dari hasil perhitungn diperoleh bilangan reynold untuk outlet fase atas sebesar
4.955,4503 dan untuk outlet fase gas sebesar 1.120,3068 sehingga dapat disimpulkan
tidak terjadi gangguan di dalam dekanter.
4 Q total
D¿ =
√ 3,14 v
(30)
4.0,1 .0,9048 m2
Dout =
√ 3,14
Dout = 0,3395 m
Untuk pipa keluar fase atas diperoleh diameter keluar sebesar 0,3395 m. Jika
digunakan diameter ini maka dimungkinkan terjadinya olakan di aliran keluar
dikarenakan ukuran pipa pengeluaran yang terlalu besar. Oleh karena hal itu
diperlukan adanya baffle di bawah lubang pengeluaran sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya olakan di dalam dekanter. Diasumsikan baffle berjarak 4 in
dari lubang pengeluaran. Sehingga ketinggian baffle dari pusak dekanter dapat
dihitung :
h=R−4∈¿ (32)
h = 0,6001 m – 0,1060 m
h = 0,4985 m
Luas area baffle dapat dihitung dengan persamaan :
π r2 h
A=
2 ()
−h √ r 2−h2−r 2 arcssin
r
(33)
π 0,6001 m2 0,6001
A=
2
−0,6001 m √( 0,6001m)2−(0,4985m)2−0,6001 m2 arcssin (
0,4985 )
A = 0,4985 m2
Baffle atas
Karena baffle yang digunakan adalah baffle dengan opean area at each end,
maka luas keseluruhannya adalah
A baffle = 2 x A
A baffle = 2 x 0,0458 m2
A baffle = 0,0916 m2
Diameter untuk pipa pengeluaran dihitung ulang dengan luasan fase atas
adalah luasan dari baffle, sehingga :
4.0,1 . A
Dout =
√ 3,14
(34)
4.0,1 .0,0916 m2
Dout =
√ 3,14
Dout = 0,08468 m
Diambil diameter standard untuk pipa NPS 3 dengan diameter luar sebesar
0,0889 m Sch 40.
Lebar baffle = 4 x diameter keluar
Lebar baffle = 4 x 0,08468 m
Lebar baffle = 0,33872 m
4.0,1 .0,2258 m2
Dout =
√ 3,14
Dout = 0,1696 m
Untuk pipa keluar fase atas diperoleh diameter keluar sebesar 0,1696 m. Jika
digunakan diameter ini maka dimungkinkan terjadinya vortex dan olakan di aliran
keluar dikarenakan ukuran pipa pengeluaran yang terlalu besar. Oleh karena hal itu
diperlukan adanya baffle di bawah lubang pengeluaran sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya olakan di dalam dekanter. Diasumsikan baffle berjarak 2 in
dari lubang pengeluaran. Sehingga ketinggian baffle dari pusak dekanter dapat
dihitung
h=R−2∈¿ (36)
h = 0,6001 m – 0,0508 m
h = 0,5493 m
Luas area baffle dapat dihitung dengan persamaan :
π r2 h
A=
2 ()
−h √ r 2−h2−r 2 arcssin
r
(37)
π 0,6001 m2 0,6001
A=
2
−0,6001 m √( 0,6001m)2−(0,5493m)2−0,6001 m 2 arcssin (
0,5493 )
A = 0,0162 m2
Baffle bawah
4.0,1 .0,0324 m2
Dout =
√ 3,14
Dout = 0,06878 m
Diambil diameter standard untuk pipa NPS 2,5 dengan diameter luar sebesar
0,0730 m Sch 40.
Lebar baffle = 4 x diameter keluar
Lebar baffle = 4 x 0,06878 m
Lebar baffle = 0,27512 m
e=
( 136.886,31
m )
(1,2002 m)
2
+ 4 mm
N N
(
2 ( 0,85 ) 1,25 ×10
m ) (
8
− 136.886 .31
2
m ) 2
e=2,0590 mm
Sehingga tebal standard yang dipilih sudah sesuai yaitu untuk SCH STD sebesar
9,525 mm.
Perancangan Head
Torispherical Head
Pi Rc C s
e= (43)
2 fJ + Pi (C s−0,2)
Data-data yang digunakan antara lain:
Pi = 136.886,3140 Pa
f = 1,25 x 108 N/m2
J = 0,85#
Untuk menghindari buckling, maka Rk/Rc ≥ 0,06. Diambil sebuah asumsi
bahwa nilai Rk/Rc = 0,06. Crown radius tidak boleh lebih besar daripada diameter
tangki silinder. Diambil sebuah asumsi bahwa nilai crown radius sama dengan
diameter internal tangki silinder.
Rc = Di = 0,9970 m
1
C s= (3+ √ R c /R k ) (44)
4
1
C s= (3+ √ 1/0,06)
4
C s=1,7706
e=
( 136.886,31
m )
(1,2001 m)(1,7706)
2
N N
(
2 1,25 ×10
m
8
) (
(0,85)+ 136.886,31
2
m )2
(1,7706−0,2)
e=3,3675 mm
e=0,1326∈¿
Diambil tebal standard 0,1875 in.
e=
( 121590
m )
(3,41 m)(1,7706)
2
N N
(
2 1,50 ×10
m
8
) (
(0,85)+ 121590
2
m )2
(1,7706−0,2)
e=2,4661 ×10−3 m
e=2,4661 mm
e=0,0971∈¿
Diambil tebal standard 0,1875 in.
OD
b B
OA
sf icr A
t ID
r
a
Ringkasan Dekanter
Daftar simbol
A luas penampang dekanter,m2
AH luas fase bawah, m2
AI luas interface, m2
AL luar fase atas, m2
Cs stress concentration factor
D diameter dekanter, m
DH diameter ekuivalen fase bawah, m
DL diameter ekuivalen fase atas, m
Dout diameter pipa pengeluaran, m
e tebal, mm
F design factor, N/m2
HD tebal interface, m
I lebar lapisan interface, m
J joint factor
Ki koefisien kesetimbangan
L panjang dekanter, m
P tekanan, atm
QC laju alir voumetris fase kontinu, m3/s
QD laju alir voumetris fase terdispersi, m3/s
QH laju alir voumetris fase bawah, m3/s
qi parameter komponen murni
QL laju alir voumetris fase atas, m3/s
R jari – jari dekanter, m
Rc crown radius, m
Re bilangan Reynold
ri parameter komponen murni
Rk knuckle radius, m
tc coalescence time, s
u kecepatan settling droplet, m/s
xi fraksi mol komponen di fase
zi fraksi mol komponen di umpan
γi koefisien aktivitas komponen
Γi koefisien aktivitas grup
μC viskositas fase kontinu, cp
μD viskositas fase terdispersi, cp
ρC densitas fase kontinu, kg/m3
ρD densitas fase terdispersi, kg/m3
ψi =fraksi segmen
ѳi fraksi area