Anda di halaman 1dari 75

PENDIDIKAN MORAL PANCASILA

Oleh:

MAR’ATUS SHOLIHAH (07040320129)


MOHAMMAD ABRAR (07040320131)
MUHAMMAD MIRZA RACHMAN (07020320059)
MUCHLISH RIZA ANSORI (07030320102)
NURIYAH FARADISAL JINAN (07020320072)

Dosen Pengampu:
DR. H. M. ISMAIL MA. SI

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2020

i
DAFTAR IS

A. Latar belakang...................................................................................................1
B. Pengertian Pendidikan Moral Pancasila............................................................3
C. Tujuan Pendidikan Moral Pancasila................................................................13
D. Manfaat Pendidikan Moral Pancasila.............................................................13
E. Konsep Pendidikan Moral Pancasila...............................................................15
F. Pendidikan Moral Pancasila Dari Masa Ke Masa...........................................18
G. Peran Pancasila sebagai Pedoman Pendidikan Moral.....................................25
H. Contoh dan Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari....................................28

RINGKASAN........................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................46

ii
PENDIDIKAN MORAL PANCASILA

A. LATAR BELAKANG

Pancasila adalah ideologi sekaligus dasar flsafat bagi negara


Indonesia. Secara epistimologi kata Pancasila ini terdiri dari dua kata dari
Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
seluruh rakyat. Pancasila merupakan sebuah rumusan yang diambil dari
nilai-nilai kebaikan serta kemanusiaan yang bersifat universal. Pancasila
tidak memihak pada salah satu agama atau suku tertentu serta didalamnya
terkandung semangat leluhur.

Etika dan moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di


Indonesia dapat digali dari Pancasila yang merupakan dasar negara. Etika dan
moral berbangsa dan bernegara perlu dianggap sebagai etika terapan karena
aturan normatif yang bersifat umum, diterapkan secara khusus sesuai dengan
kekhususan dan kekhasan bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai
etika khusus, etika dan moral berbangsa merupakan kontekstualisasi aturan
moral umum dalam situasi konkret. Moral dalam bahasa latin adalah
Moralitas yaitu istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya
dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki
moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai
positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus
dimiliki oleh manusia.

Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber


interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan
nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta
menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki
moral yang baik, begitu juga sebaliknya.

1
Dewasa ini kualitas moral bangsa Indonesia semakin merosot,
kriminalitas terjadi dimana-mana, semaik kurangnya toleransi antar umat
bergama, perbuatan curang dalam kegiatan berpolitik, dan meningkatnya
cybercrime merupakan salah satu bukti bahwa saat ini bangsa Indonesia
sedang mengalami krisis moral. Ada berapa faktor mendasar yang
mempengaruhi menurunnya moral bangsa Indonesia. Faktor pertama adalah
faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam dan salah satu contohnya
adalah masyarakat Indonesia susah sekali untuk mengimplementaskan
manusia yang memiliki moral yang baik. Memang pendidikan mengenai
penanaman nilai-nilai moral sudah ditanamkan sejak dari kecil melalui
pembelajaran di bangku sekolah maupun dalam keluarga. Namun nyatanya
yang kita temui saat ini berbanding terbalik dengan apa yang diharapkan.
Salah satu faktor utama penyebab efektifnya pembelajaran serta
pendidikan mengenai nilai-nilai moral adalah siswa tidak diajarkan untuk
berfikir secara kritis atau dapat disebut dengan HOTS. Dengan kata lain
siswa hanya memiliki peran sebagai pendengar saja, prosen pembelajaran
seperti ini membuat siswa tidak terlatih untuk bersikap kritis dan aktif
dalam mengkaji pengetahuan serta pemahaman tentang moral. HOTS
adalah kemampuan berpikir yang mencakup pemikiran kritis, logis, efktif,
reflektif, metakognitif, dan kreatif (Nisa & Siswono, n.d.) Jika saja
penerapan cara berpikir HOTS diterapkan sedari dulu pada instansi
pendidikan yang ada di Indonesia, maka hal ini tentunya dipercaya akan
mengubah pola pikir generasi muda bahkan seluruh masyarakayt Indonesia.
Nilai moral dan karakter siswa di Indonesia saat ini mengalami
penurunan yang sangat drastis. Dibuktikan dengan banyaknya kasus tidakan
asusila yang melibatkan siawa dan siswi di Indonesia. Dengan membiasakan
siswa untuk berpikir secara kritis khususnya dalam mengkaji nilai-nilai
moral Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, pelajar Indonesia
akan semakin naik level dalam memahami dan memaknai nilai-nilai moral
yang sesungguhnya. Berbagai persoalan dan kerusakan yang ada saat ini
sesungguhnya disebabkan oleh kondisi moral dan etika masyarakat yang kini
sudah mengalami kemerosotan. Kemerosotan moral etika bangsa Indonesia ini

2
terlihat jelas melalui seringnya kita jumpai persoalan demi persoalan bangsa
yang semakin hari semakin meningkat. Mulai dari kasus kekerasan,
ketidakadilan sosial, serta isu-isu SARA. Hal yang lebih meprihatinkan adalah
kemerosotan moral yang terjadi nyatanya telah menjalar kesemua lapisan
masyarakat tidak terkecuali dengan anak muda bangsa Indonesia.
Kehidupan anak muda saat ini yang dikenal dengan sebutan generasi milenial
sangat memprihatinkan dan terbialng sangat jauh dari kata bermoral.
Maraknya penggunaan narkoba serta minuman keras dikalangan
anak muda seakan-akan tidak dapat terhitung banyaknya ditambah dengan
prespsi bahwa seks bebas dan night clubing adalah hal yang lumrah
dilakukan oleh anak muda jaman sekarang. Hal ini merupakan urgensi
bagi moralitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk memperbaiki
moral kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila dapat dijadikan dasar
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara agar semakin baik dalam segi
moralitas. Krisis moral dalam suatu negara merupakan hulu dari semua
masalah di sejumlah negara Moralitas memegang kunci dalam mengatasi
krisis moral. Indikator kemajuan bangsa
Pada dewasa ini pendidikan moral pancasila belum efektif dan
teraktualisasi secara nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti
di Era Orde lama , Orde Barudan Reformasi masih banyak dijumpai
pendidikan moral pancasila yang kurang pelaksanaannya dalam kehidupan
bernegara.Dalam kurun satu dekade ini, bangsa Indonesia mengalami
kemunduran moral yang sangat hebat, ditandai dengan tingginya angka
freesex atau seks bebas di kalangan remaja, maraknya penggunaan obat-
obatan terlarang, seringnya terjadi bentrokan antar warga, antar pelajar,
mahasiswa dengan aparat, dan lainnya yang biasanya didasari hal-hal sepele,
semakin banyaknya kasus korupsi yang terungkap ke permukaan juga
menunjukan degradasi moral tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat biasa,
tetapi juga terjadi pada para pejabat yang seharusnya menjadi pengayom dan
teladan bagi warganya.Pendidikan berkarakter moral adalah kunci untuk
perbaikan sosial dan kemajuan peradaban bangsa yang menjunjung tinggi
integritas nilai dan kemanusiaan. Harapan dari pendidikan berkarakter moral

3
adalah tercapainya keseimbangan antara pengetahuan dan moral. Model
pendidikan moral adalah cara berpikir mengenai proses caring, judging dan
acting dalam konteks pendidikan. Suatu model meliputi teori atau sudut
pandang mengenai bagaimana manusia berkembang secara moral dan
mengenai sejumlah strategi atau prinsip untuk membantu perkembangan
moral. Dengan demikian suatu model dapat membantu untuk memahami dan
melakukan pendidikan moral.Tetapi pada dewasa ini pendidikan moral
pancasila belum efektif dan teraktualisasi secara nyata dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, seperti di Era Orde lama , Orde Barudan Reformasi
masih banyak dijumpai pendidikan moral pancasila yang kurang
pelaksanaannya dalam kehidupan bernegara.

B. Pengertian Pendidikan Moral Pancasila


a. Pengertian Pendidikan
Secara Etimologi kata pendidikan berasal dari bahasa Romawi
yaitu educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual. Secara
terminologi pendidikan merupakan proses pengubahan atau perkembangan
sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.1 Sedangkan
menurut Soegarda Poerbakawatja, pendidikan adalah usaha dasar yang
dilakukan manusia untuk membawa anak didik ke tingkat dewasa dalam arti
mampu memikul tanggungjawab moral.2
Menurut Omar Muhammad Al-Thouny al-Syaibani, pendidikan
merupakan suatu usaha untuk mengubah tingkah laku individu dalam
kehidupan pribadinya sebagai bagian dari kehidupan pribadinya sebagai
bagian dari kehidupan masyarakat dan kehidupan alam semesta.3
Definisi pendidikan menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana

1
Tirtaraharja, Umar, S.L La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta:Rineka
Cipta,2005)hlm 13
2
Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedia Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1981), 257.
3
Novem Nugroho, Pendidikan Moral Menurut John Locke Perspektif Pendidikan Agama
Islam, 11

4
untuk mewujudkan suasan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan
negara.4
Jadi pendidikan merupakan usaha manusia dari pribadi atau orang
lain dalam rangka mengembangkan memperbaiki diri manusia tersebut untuk
menjadi manusia yang lebih bernilai.

b. Pengertian Moral
Kata moral berasal dari kata bahasa latin mos atau mores yang
memiliki makna kebiasaan, kelakuan, kesusilaan.5 Istilah lain yang sama
dengan moral adalah etika dan akhlak. Etika berasal dari kata ethiek
(Belanda), ethics (Inggris), dan ethos (Yunani) yang berarti kebiasaan,
kelakuan. Dalam bahasa Arab kata “moral” berarti budi pekerti adalah sama
dengan kta “Akhlak”, sedagkan dalam bahasa Indonesia kata moral dikenal
denganarti kesusilaan.
Istilah moral seringkali digunakan secara beragntian dengan etika.
Kata moral atau Etika digunakan untuk menunjukkan suatu perilaku baik atau
buruk, sopan santun dan kesesuaiannya dengan nilai-ilai kehidupan.6 Dr. J.
Verkuyl mengatakan: “Dalam pemakaian di kalangan ilmu pengetahuan kata
etika itu telah mendapat arti yang lebih dalam daripada kata moral. Istilah
moral biasanya dipergunakan untuk memberikan penilaian atau predikat
terhadap tingkah laku manusia. Karena itu utuk memahami pengertian moral
sangat erat kaitannya dengan etika. Etika adalah suatu ilmu cabang filsafat
yang obyeknya adalah tingkah laku manusia ditinjau dari nilai baik dan
buruknya.

4
Ibid., 3.
5
A. Gunawan Setiardja, Dialektika Hukum dan Moral dalam Membangun Masyarakat
Indonesia. (Yogyakarta:kanius 1990), 90.
6
Novem Nugroho, Pendidikan Moral Menurut John Locke Perspektif Pendidikan Agama
Islam, 13.

5
Sedangkan menurut istilah adalah ajaran baik buruk tentang perbuatan dan
kelakuan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.7 Berikut ini beberapa pengertian moral dari berbagai pandangan:

a. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata moral berarti ajaran
tentang baik buruk yanag diterima umum mengenai perbuatan, sikap ,
kewajiban, dan sebagainya.8

b. Menurut Prof. Dr. N. Driyarkara S.J dalam bukunya Percikan Filsafat


dikatakan “Moral atau kesusilaan” adalah nilai yang sebenarnya bagi
manusia. Dengan kata lain moral atau kesusilaan adalah kesempurnaan
sebagai manusia atau kesusilaan adalah tuntutan kodrat manusia.9

c. Menurut Drs. D. A. Wila Huky B.A. mengatakan kita dapat memahami


moral dengan tiga cara:10

1) Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan diri


pada kesadaran, bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang
baik sesuai dengan nilai dan norms yang berlakau dalam
lingkungannya.
2) Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup, dengan
warna dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di
dalam lingkungan tertentu.
3) Moral adalah ajaran tentang tingkah laku hidup yang baikberdasarkan
pandangan hidup atau agama tertentu.

7
Elly M. Setiadi, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Gamedia
pustaka Utama, 2005), 160.
8
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet.1. (Jakarta: Balai Pustaka,1989), 595
Bambang Daroeso, Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila, (Semarang: CV.
9

Aneka Ilmu, 1989), 22.


10
Ibid., 9.

6
d. Menurut Prof. Dr. P. J. Bouman yang mengatakan bahwa “moral adalah
suatu perbuatan atau tingkah laku manusia timbul karena adanya
interaksi antar individu-indvidu didalam pergaulan

Dari beberapa pandangan mengenai pengertian moral, dapat dilihat


bahwa moral penting dalam kehidupan manusia yang berhubungan
dengan baik buruk terhadap tingkah laku manusia. Tingkah laku ini
mendasarkan diri pada norma-noma yang berlaku dalam masyarakat.
Seseorang dikatakan bermoral, bilama orang tersebut bertingkah laku
sesuai dengan norma-norma yang terdapat dalam masyarakat, baik
apakah itu norma agama, norma hukum dan sebagainya.

Dengan demikian moral atau kesusilaan adalah keseluruhan norma


yang mengatur tingkah laku manusia di masyarakat untuk melaksanakan
perbuatan-perbuatan yang baik dan benar. Perlu diingat baik dan benar
menurut seseorang, tidak pasti baik dan benar menurut orang lain.
Karena itulah diperlukan adanya prinsip-prinsip kesusilaan/moral yang
dapat berlaku umum, yang telah diakui kebaikan dan kebenarannya oleh
semua orang. Jadi jelas, moral dipakai untuk memberikan penilaian atau
predikat terhadap tingkah laku seseorang.

Sedangkan syarat untuk menjadi manusia bermoral adalah


memenuhi salah satu ketentuan kodrat yaitu adanya kehendak baik.
Kehendak yang baik ini mensyaratkan adanya tingkah laku dan tujuan
yang baik pula. Jadi predikat moral mensyaratkan adanya kebaikan yang
berkesinambungan, mulai munculnya kehendak baik sampai dengan
tingkah laku dalam mencapai tujuan yang baik pula. Oleh karena itu
orang yang bertindak atau bertingkah laku baik kadang-kadang belum
dapat diebut orang yang bermoral.
Pendidikan moral merupakan suatu aktifitas yang harus dilatih dan
mungkin dipaksakan bagi setiap orang sejak dini untuk menjadikan
manuisa yang baik dan mempunyai tingkat kesadaran moralitas yang

7
tinggi dalam mewujudkan tujuan-tujuan sosial. Disamping bersifat sosial
pendidikan moral haruslah bersifat rasional.11
Dengan pengertian diatas maka kajian tentang pendidikan moral
bukan sekedar kajian tentang bagaimana mengajarkan norma moral
tentang membedakan nilai-nilai keutamaan dan nilai-nilai keburukan,
namun lebih dari itu merupakan kajian tentang bagaiman moralitas
manusia dikembangkan untuk mencapai moralitas yang baik dalam
segala situasi kehidupan. Pendidikan moral sendiri menyangkut aspek
dari pada watak seseorang yang berkembang secara sistematis dan
harmonis yang sesuai dengan perkembangannya melalui pendidikan yang
ia dapat. Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan, prinsip-
prinsip yang benar, baik, terpuji, dan mulia. Moral dapat berupa
kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat kehidupan
masyarakat, negara dan bangsa. Sebagaimana nilai dan norma, moral pun
dapat dibedakan seperti moral ketuhanan atau agama, moral filsafat,
moral etika, moral hukum, moral ilmu, dan sebagainya.

Nilai, norma, dan moral secara bersama mengatur kehidupan


masyarakat dalam berbagai aspeknya. Nilai-nilai pancasila adalah nilai
moral. Oleh karena itu nilai pancasila juga dapat di wujudkan ke dalam
norma-norma moral (etik). Norma-norma etik tersebut selanjutnya dapat
digunakan sebagai pedoman/acuan dalam bersikap dan bertingkah laku
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.12 Pelaksanaan norma moral
yang merupakan perwujudna dari nilai etik itu, tergantung pada
manusianya. Penilaian moral dari perbuatan manusia itu meliputi semua
aspek kehidupan, dalam hal ini hubungan manusia terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, terhadap diri sendiri, terhadap masyarakat maupun terhadap
alam. Tetapi tidak semua perbuatan manusia mendapatkan penilaian
moral. Perbuatan manusia dinilai secara moral apabila perbuatan tersebut

Ibid., 6.
11

Fredohedi.Blogspot[ CITATION Kae14 \l 1033 ][ CITATION ZSN97 \l 1033 ][ CITATION war17 \l


12

1033 ][ CITATION bam \l 1033 ].com, Pendidikan Moral Pancasila Pada Masa Orde Lama,
Orde Baru, dan Reformasi

8
didasarkan pada kesadaran moral. Dalam kesadaran moral tingkah laku
atau perbuatan itu dilaksanakan secara sukarela tanpa paksaan dan keluar
dari diri pribadi.
Perkembangan kesadaran moral adalah bertahap. Manusia sejak
lahir mempunyai potensi moral yang merupakan peralatan hidup sebagai
makhluk sosial. Potensi moral tersebut tumbuh dan berkembang dalam
hubungan pergaulan dengan sesama manusia alam dan masyarakatnya.
Akhirnya terbentuklah kesadaran moral yang bertahap. Jika kita
membicarakan mengenai moral maka kita akan menemukan bahwa
hukum juga tidak jauh beda dengan moral jika dilihat dari tujuannya.
Kalau tujuan hukum adalah mengatur tingkah laku dan tata tertib
masyarakat dalam bermasyarakat dengan aturan hukum yang berlaku,
moral mempunyai tujuan mengatur tingkah laku manusia sebagai
manusia. Tingkah laku ini meliputi hubungan manusia dengan Tuhan
Ynag Maha Esa, dengan sesama manusia, dengan masyarakat dan dengan
alam semesta.

c. Pengertian Pancasila
Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang
resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 agustus 1945. 13 Menurut
[ CITATION Suw93 \l 1033 ][ CITATION Toy97 \l 1033 ][ CITATION Ish75 \l 1033 ]
[ CITATION dar78 \l 1033 ][ CITATION Ahm83 \l 1033 ][ CITATION Tuk \l 1033 ]
[ CITATION 24c20 \l 1033 ] Presiden Soeharto Pancasila merupakan lima dasar
yang merupakan satu totalitas dan satu kebulatan tunggal, yang tiap-tiap
sila selalu mengandung keempat sila lainnya. Tiap sila tidak boleh
dilepaskan dan dipertentangkan dari sila yang lain.14

Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2014), 1


13

Z.S. Nainggolan, Pandangan Cendekiawan Musilim: Tentang Moral Pancasila, Moral


14

Barat dan Moral Islam (Jakarta: Kalam Mulia,1997), 166.

9
1. Pengertian Pancasila secara Etimologis
Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman Majapahit pada abad
XIV, yaitu terdapat di dalam buku Negara Kertagama karangan Prapanca
dan buku Sutasoma karangan Tantular dalam bahasa Sansekerta (bahasa
brahmana India). Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta berarti lima sendi
atau secara harfiah disebut “dasar yang memiliki lima unsur”. 15 Pendidikan
pancasila menurut Budha merupakan lima aturan (larangan) atau five
moral principles yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh para penganut
biasa atau alam. Pancasila yang berisi lima larangan atau pantangan itu
menurut isi lengkap nya adalah sebagai berikut:

1. Panatipada veramani sikhapadam samadiyani artinya “jangan


mencabut nyawa mahluk hidup” atau dilarang membunuh.
2. Dinna dana veramani sikhapadam samadiyani artinya “janganlah
mengambil barang yang tidak di berikan” maksudnya dilarang
mencuri.
3. Kameshu micchacara veramani sikhapadam samadiyani artinya
“jangan lah berhubungan kelamin” yang maksudnya dilarang
berzinah.
4. Musawada veramani sikhapadam samadiyani artinya “janganlah
berkata palsu” atau dilarang berdusta.
5. Sura meraya masjja pamada tikana veramani artinya “janganlah
meminum minuman yang menghilangkan pikiran” yang maksudnya
dilarang minum-minuman keras.
Setelah majapahit runtuh dan agama islam mulai tersebar
keseluruh Indonesia maka sisa-sisa pengaruh ajaran moral budha
(pancasila) masih di kenal di dalam masyarakat jawa, yang di sebut
dengan “lima larangan” atau “lima pantangan” moralitas yaitu di larang :
1. Mateni, artinya membunuh
2. Maling, artinya mencuri
3. Madon, artinya berzina

Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2014), 12


15

10
4. Mabok, artinya minum-minuman keras atau menghisap candu
5. Main, artinya berjudi
Semua huruf dari ajaran moral tersebut diawali dengan huruf “M”
atau dalam bahasa jawa disebut “Ma”, oleh karena itu lima prinsip moral
tersebut “Ma lima” atau “M 5” yaitu lima larangan.16

2. Pengertian Pancasila secara Historis


Secara Historis proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam
sidang BPUPKI pertama, dr. Radjiman Widyodiningrat mengajukan
suatu masalah, khususnya akan dibahas pada sidang tersebut, masalah
tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara Indonesia yang
akan dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang
pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam sidang tersebut, Ir. Soekarno
berpidato secara lisan (tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar negara
Indonesia. Kemudian untuk memberi nama istilah dasar negara tersebut
Soekarno memberikan nama “Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini
menurut Soekarno atas saran dari salah seorang temannya yaitu seorang
ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan
Kemerdekaannya, kemudia keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945
disahkanlah Undang-Undang Dasar 1945 termasuk Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 dimana termuat isi rumusan lima prinsip sebagai
satu dasar negara yang diberi nama Pancasila. Sejak saat itulah perkataan
Pancasila telah menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah umum.
Walaupun dalam alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
tidak termuat istilah “Pancasila” namun yang dimaksudkan Dasar Negara
Republik Indonesia adalah disebut dengan istilah “Pancasila”. Hal ini
didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam rangka pembentukan
calon rumusan dasar negara yang kemudian secara spontan diterima oleh
peserta sidang tersebut secara bulat. Demikianlah riwayat singkat

Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2014), 13


16

11
Pancasila baik dari segi istilahnya maupun proses perumusannya sampai
menjadi dasar negara yang sah sebagaimana terdapat dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945.17

3. Pengertian Pancasila secara Terminologis


Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 agustus 1945 itu telah
melahirkan negara Republik Indonesia. Untuk melengkapi alat-alat
perlengkapan negara sebagaimana lazimnya negara-negara yang
merdeka, maka panitia persiapan kemerdekaan indonesia (PPKI) segera
mengadakan sidang. Dalam sidangnya tanggal 18 agustus 1945 telah
berhasil mengesahkan UUD 1945 dan pasal-pasal UUD 1945 yang berisi
37 ayat pasal 2 ayat.
Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat
alinea tersebut tercantum rumusan pamcasila sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan /perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Rumusan pancasila sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 inilah yang secara konstusional sah dan benar
sebagai dasar negara Republik indonesia, yang disahkan oleh PPKI yang
mewakili seluruh rakyat indonesia.18
Secara historis, Pancasila merupakan pandangan hidup
bangsa yang nilai-nilainya sudah ada sebelum secara yuridis bangsa
Indonesia membentuk negara. Bangsa indonesia secara historis
ditakdirkan oleh Tuhan Yang Maha Esa berkembang melalui proses dan
menemukan bentuknya sebagai bangsa dengan jati dirinya sendiri.19 Oleh

Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2014), 14


17

Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2014), 16-17.


18

Ibid., 10.
19

12
karena itu, melalui proses sejarah yang cukup panjang akhirnya nilai-
nilai Pancasila disepakati oleh tokoh-tokoh bangsa Indonesia untuk
dijadikan dasar dalam mendirikan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.20
Sejak disahkan secara konstitusional pada 18 Agustus 1945,
Pancasila merupakan dasar (falsafah) negara, pandangan hidup, ideologi
nasional, dan pemersatu dalam perikehidupan kebangsaan dan
kenegaraan Indonesia. Pancasila adalah dasar statis yang mempersatukan
sekaligus bintang penuntun yang dinamis yang mengarahkan bangsa
dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itu, Pancasila merupakan jati diri
bangsa, kepribadian, moralitas, dan haluan keselamatan bangsa.21
Kedudukan dan fungsi pancasila bila mana kita kaji secara ilmiah
memiliki pengertian yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar
Negara, sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai ideologi bangsa dan
Negara, sebagai kepribadian bangsa bahkan dalam proses terjadinya
terdapat berbagai macam terminologi yang harus kita deskripsikan secara
objektif.22
Pancasila diperlukan untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari kepada pesrerta didik. Pendidikan Pancasila bertujuan untk
menghasilkan peserta didik yang berperilaku:23
1) Memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang bertanggung
jawab sesuai dengan hati nuraninya.
2) Memiliki kemampuan untk mengenali masalah hidup dan
kesejahteraan serta cara-cara pemecahannya.
3) Mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu
pengetahuan teknologi dan seini.

Warsono, Waspodo Tjipto Subroto dkk., Pendidikan Pancasila. (Surabaya: UNESA


20

UNIVERSITY PRESS, 2017). 24.


Latif, 2011: 41. Lihat pula pada Warsono, Waspodo Tjipto Subroto dkk., Pendidikan
21

Pancasila. (Surabaya: UNESA UNIVERSITY PRESS, 2017). 24.


Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2014), 16
22

Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2014), 7


23

13
4) Memiliki kemampuan untuk memaknai peristiwa sejarah dan nilai-
nilai budaya untuk menggalang persatuan Indonesia.
4. Pengertian Pancasila menurut para tokoh
1) Notonegoro : Menurut notonegoro pancasila adalah dasar falsafah
negara indonesia, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi negara yang
diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa indonesia sebagai dasar
pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta sebagai pertahanan
bangsa dan negara indonesia.
2) Muhammad Yamin: Pancasila berasal dari kata panca yang berarti
lima dan sila yang berarti sendi, asas, dasar atau peraturan tingkah
laku yang penting dan baik. dengan demikian pancasila merupakan
lima dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku
yang penting dan baik.
3) I.R Soekarno: Pancasila adalah isi jiwa bangsa indonesia yang turun
temurun yang sekian abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan
barat. dengan demikian, pancasila tidak saja falsafah negara. tetapi
lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa indonesia
4) Panitia Lima: Pancasila adala lima asas yang merupakan ideologi
negara. Kelima sila itu merupakan kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Hubungan antara lima asa erat sekali,
berangkaian, dan tidak berdiri sendiri.
Pada suatu objek pembahasan pancasila akan kita jumpai berbagai
macam penekanan. Seperti halnya pendidikan moral yang berdasar
padanya. Oleh karena itu untuk memahami pancasila secara keseluruhan
kita juga perlu mengkaji nilai nilai moral yang terkandung didalamnya.
Oleh karena itu untuk memahami pancasila secara kronologis baik
menyangkut perumusannya maupun peristilahannya.

d. Moral Pancasila
Setelah membahas mengenai Moral kami juga menuliskan
beberapa pernyataan mengenai moral Pancasila. Moral Pancasila adalah

14
moral yang didasarkan pada pancasila, yang rumusan resminya tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945. Moral Pancasila bersumber pada Pancasila,
maka perlu diketahui terlebih dahulu adanya hubungan kausalitas antara
moral dan Pancasila. Untuk memperoleh pengertian itu diperlukan
pengertian tentang isi dan makna dalam sila-sila Pancasila yang
merupakan perwujudan langsung untuk menjelaskan pengertian moral
Pancasila. Berikut ini merupakan sedikit penjabaran mengenai isi dan
makna sila-sila pancasila:

a. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa


1. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan.
3. Saling menghormati antar pemeluk agama sehingga terbina
kerukunan hidup.
4. Tidak memaksaan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

b. Sila kedua: kemanusiaan yang adil dan beradab.


1. Mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban antara sesama
manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Bangsa indonesia merasa dirinya bagian dari seluruh umat
manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerja sama dengan bangsa lain.

15
c. Sila ke tiga: persatuan indonesia
1. Menempatkan persatuan, kesatuan dan keselamatan bangsa dan
negara.
2. Cinta tanah air da bangsa.
3. Bangsa sebagai bangsa indonesia dan bertanah air indonesia.
4. Bangsa sebagai bangsa indonesia dan bertanah air indonesia.
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang
ber-Bhinneka Tunggal Ika.

d. Sila ke empat: kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan


dalam permusyawaratan perwakilan.
1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
4. Dengan iktikad baik dan rasa tanbbung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
5. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan
secara moral manusia sserta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

e. Sila ke lima: keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.


1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong-
royogan.
2. Bersikap adil.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

16
4. Menghormati hak-hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak bersifat boros.
8. Tidak bergaya hidup mewah.
9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan orang lain.
10. Suka bekerja keras.
11. Menghargai karya orang lain.
12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan
keadilan sosial.
Dari uraian di atas, maka sikap dan tingkah laku yang sesuai dan
layak dengan butir-butir ekaprasetya pancakarsa, adalah moral pancasila.24.
Bagi bangsa Indonesia moral pancasila diwujudkan dengan norma hukum
dan norma ral atau susila. Hal ini terdapat dalam Ketetapan MPR No.
II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
Moral Pancasila identik dengan penghayatan dan pengamalan pancasila
sebagai pedoman bermoral. Sumber tertib hukum atau sumber dari segala
segala sumber hukum Republik Indonesia adalah pandangan hidup,
kesadaran dan cita-cita mengenai kemerdekaan individu dan bangsa, peri-
kemanusiaan, keadilan sosial, cita-cita moral dan tujuan negara mengenai
keidupa kemasyarakatan dan keagamaan yang berasal dari nurani manusia.
Pandangan hidup, kesadaran dan cita- cita moral yang luhur maupun
hukum yang meiputi suasana kejiwaan serta watak dari bangsa Indonesia
itu pada tanggal 18 agustus 1945 telah dimurnikan dan dipadatkan mnjadi
dasar negara Republik Indonesia yakni Pancasila. Pendidikan Moral
Pancasila merupakan Program pendidikan dan berlangsung dalam suatu
proses pendidikan pula. Karena itu Pendidikan Moral Pancasila bukan
suatu proses pengajaran yang merupakan pengalihan pengetahuan saja,
tetapi juga menyangkut usaha sadar tentang pembentukan kepribadian,
pembentukan sikap/mental dan mengarah kepada tingkah laku perbuatan
dari seseorang warga negara Indonesia yang berdasar pada Pancasila.
Bambang Daroeso, Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila, (Semarang: CV.
24

ANEKA ILMU), 84–85.

17
Berikut ini merupakan pengertian Pendidikan Moral Pancasila menurut
beberapa tokoh:

a. Pengertian pendidikan moral pancasila menurut Suseno (1998) adalah


ukuran baik-buruknya seseorang, baik sebagai pribadi maupun sebagai
warga masyarakat, dan warga negara.
b. Menurut Ouska dan Whellan (1997), pengertian moral adalah suatu
tuntutan prilaku yang baik yang dimiliki individu sebagai moralitas,
yang tercermin dalam pemikiran/konsep, sikap dan tingkah
laku. Sedangkan moral pancasila adalah Tingkah laku atau sikap yang
menyangkut baik buruknya perbuatan manusia yang sesuai dengan
Nilai- Nilai yang terkandung didalam Pancasila.
c. Pendidikan moral pancasila menurut Darmadi (2009) adalah Sikap
saling menghargai antar manusia dan menghormati sebagai manusia
yang bermoral dan beretika sesuai dengan pancasila.
d. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam
jwabannya kepada Komisi IX DPR Republik Indonesia tanggal 11
februari 1982 mengatakan bahwa Pendidikan Moral Pancasila adalah
salah satu bidang studi dalam sistem pendidikan Pancasila yang
merupakan usaha sadar untuk membentuk kepribadian dan
mengembangkan kemampuan warganegara Indonesia dengan cara
mengalihkan pengetahuan pemahaman tentang Pancasila, membentuk
sikap dan perilaku yang dijiwai oleh Pancasila, dan menanmkan
ketermpilan untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila.
e. Pendidikan Moral Pancasila (PMP) merupakan jalur perwujudan
ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang pedoman penghayatan dan
pengamalan pancasila. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978 tentang
garis-garis besar haluan Negara dalam usaha membangun manusia
seutuhnya. Manusia indonesia seutuhnya adalah manusia yang
beriman dan taqwa pada Tuhan Yang Mahaesa dan memperlihatkan
Sikap dan berbudi luhur.

18
f. Dari Dra. Endang Daroeni Asdi dan Drs. Sri Soeprapto Wirodiningrat
mengatakan bahwa pendidikan moral pancasila adalah suatu usaha
untuk membimbing perkembangan kepribadian masing-masing warga
negara indonesia menuju terbentuknya kepribadian bangsa yang
bersumber kepada pancasila. Yang dimaksud dengan kepribadian
bangsa adalah ciri-ciri khas bangsa, baik lahir mapun batin dalam
hubungannya dengan pengamalan pancasila dalam bidang kenegaraan,
politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan serta dalam
hubungannya dengan bangsa-bangsa lain.
g. Pendidikan moral pancasila merupakan jalur pendidikan atau
pemasyarakatan pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila
melalui jalur sekolah. Hal ini dapat diketahui dari ketetapan MPR
no.II/MPR/1983 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Yang
Menetapkan Bahwa “pendidikan nasional perlu diperluas dan
ditingkatkan usaha-usaha penghayatan dan pengamalan pancasila oleh
seluruh rakyat indonesia”. Pendidikan pancasila termasuk pendidikan
pelaksanaan pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila (P-4),
Pendidikan moral pancasila serta unsur-unsur yang dapat meneruskan
dan mengembangkan jiwa, semangat dan nilai-nilai 1945 kepada
generasi muda harus semakin ditingkatkan dalam kurikulum sekolah,
mulai dari TK Sampai perguruan tinggi baik negri maupun swasta,
dan dilingkungan masyarakat.25

C. Tujuan Pendidikan Moral Pancasila

Tujuan Pendidikan Moral Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan


tujuan nasional diantaranya meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian serta mempertebal semangat kebangsaan. Terdapat beberapa
pendapat secara khusus mengenai tujuan Pendidikan Moral Pancasila, antara
lain:
Bambang Daroeso, Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila, (Semarang: CV.
25

ANEKA ILMU), 42-47.

19
a. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tujuan Pendidikan Moral
Pancasila adalah:
1. Memberikan pengertian, pengetahuan dan pemahaman yang benar
tentang Pancasila sebagaimana terdapat dalam Pembukaan UUD 1945
2. Menanamkan nilai-nilai Pancasila dan pola berfikir yang sesuai
dengan Pancasila dan UUD 1945, sehingga tumbuh keyakinan
motivasidan kehendak untuk senantiasa sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila dan UUD 1945.
3. Menambahkan ketrampilan warga negara Indonesia untuk selalu
mempertahankan dan melestarikan Pancasila dan UUD 1945.

b. Menurut Rektor IKIP Malang Drs. Rosidan Ma mengatakan bahwa


tujuan Pendidikan Moral Pancasila adalah menekankan terbinanya anak
didik akan kepekaan mereka sebagai warga negara dalam hubungannya
dengan negara. Hal ini meliputi kedisiplinan mereka kepada negaranya,
baik sebagai warga negara yang patuh terhadap aturan maupun yang
bertanggung jawab akan kesejahteraan masyarakat bangsanya.Pendidikan
moral pancasila ini sangat penting dilaksanakan dan diterapkan
dikalangan remaja supaya generasi muda bisa bermoral dan beretika baik
sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung didalam Pancasila sebagai
ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia.26

D. Manfaat Pendidikan Moral Pancasila

1. Menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila


Pancasila merupakan ideologi landasan negara kita. Segala
perbuatan yang kita lakukan, bahkan hingga aturan perundang-undangan
pun mengacu pada nilai dari Pancasila itu sendiri. Dengan demikian, bisa
disimpulkan bahwa Pancasial merupakan salah satu landasan paling luhur
yang ada di Negara kita. Karena itu, pendidikan pancasila sangat penting
Bambang Daroeso, Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila, (Semarang: CV.
26

ANEKA ILMU), 52-53.

20
diberikan, terutama pada mereka yang masih usia anak-anak. Agar mereka
mengerti dan juga memahami nilai luhur dari Pancasila bagi kehidupan
bermasyarakat dan juga kehidupan bernegara.

2. Membantu memahami arti sebenarnya dari Pancasila


Pancasila merupakan ideologi, yang berarti masih ada kemungkinan
banyak orang yang belum memahami arti sebenarnya secara mendalam dari
Pancasila, diperlukan pendidikan pancasila di berbagai jenjang pendidikan,
mulai dari sekolah dasar hingga tingkat universitas. Hal ini tidak lain adalah
agar kita sebagai warga Negara Indonesia yang baik memahami betul apa
arti sebenarnya dari Pancasial, sebaga landasan ideology bangsa.

3. Membantu individu untuk mencintai Negara Indonesia


Ada pepatah yang berbunyi tak kenal maka tak sayang. Dalam
kehidupan bernegara, hal ini dapat dikaitkan dengan hubungan antara
manfaat pendidikan pancasila dan kewarganegaraan Indonesia itu sendiri.
Bagi mereka yang tidak dapat mengenal pancasila dengan baik, maka
mereka tidak akan mencintai Indonesia. Karena untuk mencintai Indonesia,
maka paling tidak kita juga harus mencintai landasan ideologis yang
membentuk Indonesia. Dengan adanya pendidikan pancasila ini, maka kita
akan dapat mencintai Negara Indonesia. Dengan mempelajasi pancasila,
maka secara tidak langsung kita akan mengenal Indonesia, dari dasarnya.

4. Berprilaku Nasionalis
Agar individu dapat berperilaku sesuai dengan isi dari butir-butir
pancasila, sesuai namanya memilki 5 sila yang berbeda-beda. Masing-
masing dari kelima sila tersebut memilIki butir-butir sila tersendiri, yang
merupakan ekstraksi atau penjabaran dari setiap sila yang terdapat pada
pancasila. Manfaat pendidikan pancasila maka diharapkan, siapa saja yang
menempuh pendidikan pancasila dapat berperilaku sesuai dengan apa yang
ditulis melalui butir-butir pancasila tersebut.

21
5. Agar Individu dapat mengamalkan Pancasila di segala situasi
Masih dari perilaku, pendidikan pancasila dapat membantu warga
Negara Indonesia dalam mengamalkan segala macam nilai, butir dan juga
perilaku yang sejalan dengan pancasila. Nilai dan butir-butir yang
terkandung dalam pancasila merupakan hal yang baik terutama dalam
kehidupan berbangsa dan juga bernegara. Hal ini membuat individu sebagai
warga negara yang baik wajib, akan mengamalkan berbagai macam nilai-
nilai luhur dari pancasila.

6. Sebagai pedoman menjadi warga Negara yang baik


Pancasila tak ubahnya merupakan suatu buku pedoman. Buku
pedoman ini merupakan buku pedoman yang berisi 5 poin penting atau yang
kita kenal dengan nama lima sila, yang berisi bagaimana cara agar kita dapat
menjadi warga Negara yang baik. Bagaimana kita dapat menjadi warga
negara yang baik dan berguna bagi masyarakat, apabila kita tidak pernah
belajar mengenai pedoman menjadi warga Negara yang baik. Tentunya hal
ini terdapat pada manfaat pendidikan pancasila, yang tentunya dapat kita
peroleh melalui pendidikan pancasila.

7. Untuk memahami ideologi bangsa Indonesia


Dari awal sudah dijelaskan bahwa pancasila merupakan landasan
ideologi dari Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI. Ideologi
sendiri merupakan suatu ide atau gagasan yang terbentuk untuk melandasi
atau menyelesaikan suatu masalah. Dalam hal ini pancasila berfungsi
sebagai landasan ideologis Negara Indonesia. Dengan adanya pendidikan
pancasila, maka kita sebagai warga negara akan memahami mengenai
ideologi dan juga dasar-dasar Negara Indonesia dengan baik.

8. Membangun karakter warga negara yang bermartabat


Pancasila merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi
Indonesia dan juga warga negaranya. Hal ini disebabkan karena pancasila

22
sendiri selain merupakan landasan ideologis bagi Negara, juga merupakan
cerminan karakteristik dari masyarakat Indonesia itu sendiri. Maka dari itu,
manfaat pendidikan pancasila sangatlah penting, karena melalui pendidikan
pancasila, dapat terbangun karakter dari masyarakat Indonesia yang baik,
bermartabat dan juga berintegritas dalam melakukan kehidupan berbangsa
dan juga bernegara.

9. Mewujudkan kehidupan bermoral dalam kehidupan


Moral merupakan hal yang sulit diperoleh. Kita bisa mewujudkan
kehidupan bermoral dalam kehidupan kita sehari-hari, salah satunya adalah
dengan cara memahami nilai dari pancasila, yang kita pelajari dalam
pendidikan pancasila.

E. Konsep Pendidikan Moral Pancasila


Pendidikan Moral pada tiap-tiap negara berbeda satu dengan lainnya.
Dengan negara yang menjadikan agama sebagai hukum dasarnya maka
pendidikan moral bersumber pada agama yang berlaku di negara itu.
Pembentukan moral warganegara dan bangsa negara yang bersangkutan
dilakukan menurut norma-norma agama tersebut melalui pendidikan agama.
Agama memang merupakan sumber moral. Bagi negara yang tidak memakai
agama sebagai hukum dasarnya, pendidikan moral didasarkan pada hukum
dasar dan nilai-nilai yang terkandung dalam hukum dasar itu. Dengan
pendidikan Civics dibinalah warganegara yang lebih baik dalam suatu
masyarakat yang demokratis.

Bagai bangsa indonesia pendidikan moral sudah dikenala sejak lama,


malahan sebelum bangsa Indonesia menyatakan kemerdekannya. Pendidikan
moral didasarkan pada pandangan hidup bangasa Indonesia sendiri, yang
dalam pepatah dikatakan “tak lekang karena panas dan tak lapuk karena
hujan”. Penjajahan bangsa asing terhadap bangsa Indonesia tidak menghapus
dasar pendidikan moral itu. Dasar pendidikan moral pada saat itu terletak
pada religi, adat-istiadat dan kebudayaaan merupakan asal mula bahan

23
Pancasila dasar Republik Indonesia. Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia telah memurnikan dan memandatkan pandangan hidup bangsa
Indonesia itu menjadi dasar negara pada tanggal 18 agustus 1945 dalam
Pembukaan Undang Undang Dasar 1945. Pendidikan moral dan pendidikan
religi telah ada pada bangsa Indonesia meskipun bentuknya tidak seperti
sekarang ini. Pendidikan moral bersumber pada religi, adat istiadat dan
kebiasaan yang dalam tata kehidupan masyarakat itu. Dalam tata kehidupan
masyarakat Indonesia, melalui beberapa pepatah, lagu dan cerita-cerita telah
dikenalkan kesadaran keagamaan, kesadaran kekeluargaan, kesadaran untuk
bermusyawarah , kesadaran bekerja secara gotong-royong dan kesadaran
untuk tenggang rasa atau toleransi. Kesadaran itu telah ada berabad-abad
lamanya. Dengan demikian konsep hidup bermoral bagi bangsa Indonesia
yang berintikan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan
suatu kenyataan bagi masyarakat Indonesia sejak berabad-abad yang lalu.

Seperti telah diuraikan diatas, bahwa pendidikan moral telah ada pada
masyarakat Indonesia. Dengan pendidikan moral masyarakat menghendaki
agar anggotanya memahami, mengamalkan dan melestarikan nilai-nilai yang
telah menjadi kesepakatan bersama masyarakat itu. Pancasila merupakan
moral Pancasila sebagai moral bangsa itu dapat dimiliki atau menjadi moral
perseorangan, sehingga manusia Indonesia sebagai pendukung Pancasila
mempunyai sikap dan tingkah laku yang sesuai dengam sila-sila Pancasila.
Sikap dan tingkah laku ini adalah:

1. Sikap dan tingkah laku manusia Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Sikap dan tingkah laku manusia Indonesia terhadap kemanusiaan yang adil
dan beradab (sesama manusia).
3. Sikap dan tingkah laku manusia Indonesia terhadap persatuan Indonesia
( terhadap nusa, bangsa dan bendera Indonesia).
4. Sikap dan tingkah laku manusia Indonesia terhadap kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau
perwakilan ( terhadap pemerintahan Indonesia).

24
5. Sikap dan tingkah laku manusia Indonesia terhadap keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia (terhadap sosial budaya Indonesia).

Untuk kepentingan tersebut haruslah ada proses internalisai nilai-nilai


yang terkandung dalam Pancasila kepada manusia Indonesia sebagai
pendukung Pancasila. Proses internalisasi nilai itu dapat dilakukan dengan
pendidikan, imitasi, latihan dan suri tauladan. Disinilah pendidikan moral
pancasila sebagai salah satu cara dalam proses Internalisasi nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila, sehingga nilai-nilai tersebut menjadi bagian
milik manusia Indonesia.Mengenai pendidikan moral di Indonesia setelah
proklamasi kemerdekaan tanggal 17 agustus 1945 dilaksanakan dalam:
a. Pelajaran budi pekerti yang dilaksanakan di sekolah-sekolah dasar dan
menengah pertama atau atas. Pada mata pelajaran tersebut konsep, dasar
dan materinya tidak jelas.disamping itu ada mata pelajaran Agama.
b. Pendidikan Civics yang pelaksanaannya diintegrasikan dengan mata
pelajaran Tata Negara. Baru pada tahun 1957 Pendidikan Civics
merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri dengan nama
kewarganegaraan. Kewarganegaraan Negara dan Pendidikan Kewargaan
Negara. Untuk mengetahui bahwa pendidikan Civiks merupaka pendidikan
moral, ditegaskan dalam tujuan kurikulum tahun 1960 yang mengatakan
“membina, menanamkan, mengembangkan, dan memelihara jiwa dan
moral yang baik berdasarkan Pancasila.

Pendidikan Moral Pancasila sebagai pembelajaran, mempunyai


kedudukan strategis dalam membina sikap dan tingkah laku warga negara
sehingga sesuai dengan Pancasila atau dengan kata lain bermoral Pancasila.
Dalam mengampu Pendidikan Moral Pancasila perlu diperhatikan prinsip-
prinsip sebagai berikut:
1. Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup Bangsa Indonesia,
sila-silanya yang dirumuskan dalam pembukaan Undang Undang Dasar
1945 merupakan suatu totalitas, tersusun secara sistemis.

25
2. Pancasila, Pembukaan UUD dan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan
kriteria, ukuran dan syarat-syarat yang obyektif dalam mengampu
Pendidikan Moral Pancasila
3. Moral Pancasila identik dengan penghayatan dan pengamalan Pancasila
yang berjumlah tiga puluh enam butir itu, diberikan secara bulat dan utuh
pada satu jenjang sekolah dengan titik berat yang berbeda pada satu atau
lebih butir, pada setiap kelas mengingat tigkat kemampuan anak didik
yang berbeda.
4. Sila-sila Pancasila merupakan tujuan kurikuler, sedangkan Tujuan
intruksional umum adalah tiga puluh enam butir Ekaprasetya Pancakarsa
(Moral Pancasila)
5. Obyek Pendidikan Moral Pancasila adalah Manusia Indonesia Seutuhnya
(anak didik/warganegara) dengan:
a. Delapan sasaran bina:
1. Manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Manusia yang cerdas.
3. Manusia yang terampil.
4. Manusia yang berbudi pekerti luhur.
5. Manusia yang memiliki kepribadian kuat.
6. Manusia yang tebal semangat kebangsaannya.
7. Manusia yang mampu membangun diriya sendiri.
8. Manusia yang bertanggung jawab atas pembangunan bangsanya.
b. Sasaran akhir, bahwa anak didik/manusia Indonesia menghayati dan
mengamalkan Pancasila, sehingga tingkah lakunya sesuai dan layak
dengan sila-sila Pancasila (bermoral Pancasila). Dengan tingkah laku
yang sesuai dan layak dengan sila-sila Pancasila, Manusia Indonesia
mempunyai sikap hidup Manusia Pancasila. Sikap hidup Manusia
Pancasila adalah:
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Kepentingan pribadinya diletakkan dalam kerangka kesadaran
kewajibannya sebagai makhluk sosial dalam kehidupan
bermasyarakat.

26
c. Kewajibannya terhadap masyarakat dirasakan lebih besar dari
kepentingan pribadinya.
6. Materi utama Pendidikan Moral Pancasila adalah Undang Undang Dasar
1945. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila serta Garis-Garis
Besar Haluan Negara. Materi ini didalam kelas merupakan suatu kebulatan
dalam bentuk sub pokok bahasan yang dijabarkan dari Tujuan Kurikuler,
Tujuan Instruksional Umum dan Pokok Bahasan.
7. Aspek moral, aspek yuridis konstitusional dan aspek sejarah perjuangan
bagsa merupakan aspek yang utama dalam Pendidikan Moral Pancasila.
adalah aspek utama dalam Pendidikan Moral Pancasila
8. Pendidikan Moral Pancasila adalah pendidikan nilai-nilai.
9. Kegiatan kurikuler di sekolah dan kegiatan Pendidikan Lingkungan
merupakan media untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila
sebagaimana yang dirumuskan dalam Ketetapan MPR. No. II/MPR/1978.

Demikian konsep dan dasar Pendidikan Moral Pancasila dengan


Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara sebagai dasar penentu
pendidikan moral Pancasila. Karena Pancasila adalah konsep dasar mengenai
kehidupan yang dicita-citakan bangsa Indonesia, didalamnya terkandung
fikiran yang terdalam dan gagasan sesuatu bangsa mengenai wujud kehidupan
yang dianggap baik. Moral sesuatu masyarakat dan warganya didasarkan
pada nilai-nilai yang terkandung dalam pandangan hidup bangsa yang
bersangkutan, agar terwujud konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-
citakan.27

F. Pendidikan Moral Pancasila Dari Masa Ke Masa

a. Pendidikan Moral Pancasila pada Zaman Kerajaan

Bambang Daroeso, Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila, (Semarang: CV.
27

ANEKA ILMU), 53-59.

27
1. Zaman Kerajaan Kutai Kartanegara merupakan kerajaan hindu tertua
di Indonesia yakni tahun 400 Masehi. Pada masa itu telah terdapat
beberapa sistem seperti Pancasila misalnya, kita telah mengenal dan
menemukan nilai-nilai seperti nilai sosial politik, dan ketuhanan
dalam bentuk kerajaan, kenduri dan sedekah kepada para Brahmana.
Hal ini terkait dengan nilai-nilai integrasi sosial, kebersamaan, serta
nilai ketuhanan.28

2. Zaman Kerajaan Tarumanegara


Sekitar tahun 400-500 Masehi berdiri kerajaan Hindu lainnya yaitu
kerajaan Tarumanegara dengan rajanya Purnawarman. Kerajaan
tersebut sudah membuktikan bahwa nilai-nilai Pancasila sudah ada di
masa kerajaan meskipun belum resmi dinamai dicetus sebagai
Pancasila.29

3. Zaman Kerajaan Sriwijaya juga telah mengenalkan nilai-nilai maupun


pandangan-pandangan tentang dasar kesatuan, yakni kerajaan. Nilai-
nilai ini mengeksplisitkan serta memberi bahan-bahan material
terhadap nilai-nilai pancasila, seperti nilai persatuan yang tidak
terpisahkan dengan nilai ke-Tuhanan. Dalam hal ini, raja dianggap
merupakan pusat kekuasaan dan kekuatan religius yang berusaha
mempertahankan kewibawaannya terhadap para datu (raja-raja kecil).
Selain itu selama masa kekuasaan Sriwijaya, nilai-nilai
kemasyarakatan dan ekonomi juga telah mengemuka dan terjalin satu
sama lain dengan nilai internasionalisme dalam bentuk hubungan
dagang yang terentang dari pedalaman sampai ke negeri-negeri
seberang lautan pelabuhan kerajaan dan selat Malaka yang diamankan
oleh para nomad laut yang menjadi bagian dari birokrasi pemerintahan
Sriwijaya.30
28
Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2000), 29.
29
Ikkadekkariasa.blogspot.com, implementasi nilai luhur pancasila pada masa kerajaan,
1
30
Suwarno, Pancasila Budaya Bangsa Indonesia, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), 20-21.

28
4. Zaman Kerajaan-kerajaan sebelum Majapahit. Sebelum kerajaan
Majapahit muncul sebagai suatu kerajaan yang memancangkan nilai-
nilai nasionalisme, telah muncul kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan
Jawa Timur secara silih berganti. Kerajaan Kalingga pada abad ke VII,
Sanjaya pada abad ke VIII yang ikut membantu membangun Candi
Kalasan untuk Dewa Tara dan sebuah Wihara untuk Pendeta Budha
didirikan di Jawa Tengah bersama dengan Dinasti Syailendra (abad ke
VII dan IX). Refleksi puncak budaya dari Jawa Tengah dalam periode
kerajaan-kerajaan tersebut adalah dengan dibangunnya Candi
Borobudur (candi agama Budha pada abad ke IX) dan Candi
Prambanan (Candi agama Hindu pada abad ke X) sehingga
pembangunan candi-candi tersebut menunjukkan fakta bahwa dahulu
bangsa Indonesia telah mengembangkan toleransi beragama dan sikap
humanisme dalam pergaulan antar manusia hingga sampai pada India.
Selain Kerajaan di Jawa Tengah, di Jawa Timur juga muncul Kerajaan
Isana (pada abad ke IX), Darmawangsa (abad ke X), demikian juga
Kerajaan Airlangga (abad ke XI), Raja Airlangga membuat bangunan
keagamaan dan asrama, dan raja ini memiliki sikap toleransi dalam
kehidupan beragama. Agama yang diakui oleh kerajaan adalah agama
Budha, agama Wisnu dan agama Syiwa yang hidup berdampingan
secara damai.31 Menurut prasasti Kelagen, Raja Airlangga telah
mengadakan hubungan dagang dan bekerjasama dengan Benggala,
Chola dan Champa. Hal ini menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan.
Demikian pula airlangga mengalami penggemblengan lahir dan batin
di hutan dan tahun 1019 para pengikutnya, rakyat dan para Brahmana
bermusyawarah dan memutuskan untuk memohon Airlangga bersedia
menjadi raja, meneruskan tradisi istana sebagai nilai-nilai sila keempat.
Pada tahun 1037, Raja Airlangga memerintahkan untuk membuat

Toyibin, Pendidikan Pancasila, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 26.


31

29
tanggul dan waduk demi kesejahteraan pertanian rakyat, dan hal ini
merupakan nilai-nilai sila kelima.32

Bahkan pada zaman Airlangga, lambang Negara Indonesia


yang makna didalamnya juga melambangkan sila-sila Pancasila,
digambarkan dengan Burung Garuda dan seloka Bhinneka Tunggal
Ika. Burung garuda adalah kekayaan satwa nusantara sebagai salah
satu jenis burung bahkan terdapat secara luas di tanah bangsa
serumpun dan memiliki kesamaan kebudayaan yaitu madagaskar dan
malagsi, dan satwa itu dahulu diistilahkan dengan nama Vurumahery
yang berarti burung sakti. Garuda adalah termasuk jenis burung yang
besar dan kuat, yang melambangkan suatu bangsa (Indonesia) yang
besar dan kuat serta sebagai seekor satwa, burung garuda mampu
terbang tinggi dan hal ini melukiskan cita-cita bangsa Indonesia
ditengah-tengah masyarakat Internasional.33

5. Zaman Kerajaan Majapahit


Pada masa kerajaan ini, kita mengenal Sumpah Palapa Patih Gajah
Mada: Tidak akan berhenti bekerja sebelum nusantara bersatu.
Dibawah pemerintahan Prabu Hayam Wuruk, Gajah Mada telah
berhasil mengintegrasikan nusantara. Semboyan dan istilah-istilah
seperti Bhinneka Tunggal Ika, Nusantara dan Pancasila sudah ada
pada periode ini. Tiga istilah ini konon telah terdapat dan termuat
dalam kakawin Nagarakertagama karangan empu Prapanca dan buku
Sutasoma karangan empu Tantular, meski dengan pengertian dan
pemaknaan sedikit berbeda. Sebagai contoh, dalam buku tersebut
istilah Pancasila disamping mempunyai arti “berbatu sendi yang lima”
(dalam bahasa Sansekerta), juga mempunyai arti “pelaksanaan
kesusilaan yang lima” (Pancasila Krama), yaitu:
 Tidak boleh melakukan kekerasan

Ibid., 28-29.
32

Ismaun, Problematika Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia, (Bandung: CV.


33

Yulianti, 1975), 119.

30
 Tidak boleh mencuri
 Tidak boleh berjiwa dengki
 Tidak boleh berbohong
 Tidak boleh mabuk minuman keras34

Atau semboyan Bangsa kita Bhinneka Tunggal Ika


sebenarnya juga telah ada di kitab Nagarakertagama yang berbunyi
Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua yang berarti
“meskipun agama-agama itu kelihatan berbeda bentuk, namun pada
hakekatnya satu jua”.35 Dari zaman Majapahit ini kita bisa memetik
nilai-nilai seperti persatuan dalam keberbedaan. Dengan wilayah yang
sangat luas, yakni seluruh nusantara, Majapahit telah memberi ilham
persatuan nusantara menjadi persatuan Indonesia. Ia juga telah
memberi contoh bagaimana Indonesia mengusahakan keadilan sosial
bagi masyarakat, yakni menuju keadaan negara berdaulat, bersatu dan
berwilayah nusantara, mencapai kehidupan yang “gemah ripah loh
jinawi, tata tentrem, kerta raharja”.36

Setelah kekuasaan raja-raja dikerajaan diatas mulai surut, di


daerah-daerah lain muncul kerajaab-kerajaan. Kerajaan hindu lainnya
tersebut diantaranya, Kerajaan Mataram, Kerajaan Medang, Kerajaan
Kediri, Kerajaan Singosari dan masih banyak lagi. Secara keseluruhan
pengamalan sila-sila Pancasila pada masa kerajaan Hindu Budha
antara lain:
a) Pengamalan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa telah terbukti dari
rukunnya umat agam hindu dan Budha yang hidup secara
berdampingan. Empu Tantular mnulis buku yang didalmnya
terdapat sloka persatuan nasional “Bhineka Tunggal Ika Tan Hana
Darmodihardjo, Orientasi Singkat Pancasila, (Jakarta: PT. Gita Karya, 1978), 6.
34

Achamd Fauzi, Pancasila Ditinjau Dari Segi Yuridis Konstitusional dan


35

Segi Filosofis, (Malang: Lembaga Penerbitan UB, 1983), 17.


Darmodihardjo dkk, Santiaji Pancasila Edisi Revisi, (Surabaya: Usaha Nasional, 1991),
36

21.

31
Mangrua” yang artinya walaupun berbeda-beda namun tetap satu
jua dan tidak ada agam yang memiliki tujuan yang berbeda.
b) Pengamalan Sila Kemanusiaan telah terbuktidari hubungan raja
Hayam Wuruk dengan kerajaan asing.
c) Pengamalan sila Persatuan Indonesia terbukti dari keutuhan suatu
kerajaan. Sumpah Palapa merupakan contohnya. Gajah Mada
menuturkan pada siding Ratu dan Menteri pada tahun 1331 yang
bertujuan mempersatukan seluruh nusantara.
d)Sila Kerakyatan dapat dilihat dari sistem kerajaan Majapahit.
Menurut prasasti Brumbung dalam kerajaan Majapahit “Gotong
royong pada masyarakat menumbuhkan adat musyawarah untuk
mufakat untuk menyelesaikan masalah.
e) Sila Keadilan social terlihat dari adanya kesejahteraan dan
kemakmuran pada rakyat-rakyat di setiap kerajaan. Setelah itu
muncul kerajaan-kerajaan Islam antara lain: Kerajaan Samudera
Pasai, Demak, Pajang Aceh, Mataram, Cirebon, Banten, Gowa-
Tallo, Ternate dan Tidore

6. Pada masa kerajaan islam, Islam sebagai agama baru telah dipeluk oleh
banyak kerajaan-kerajaan di Nusantara. Tentu agama baru ini telah
banyak memberi sumbang bagi terbentuknya pandangan dunia baru
bagi masyarakat Nusantara. Dengan karakter Egaliter, yakni menampik
stratifikasi kasta di masa lalu, islam telah memberi daya dorong
terbentuknya masyarakat religius baru dengan penekanan pada nilai-
nilai kesamaan yang merupakan hak yang melekat pada diri manusia.
Konsep kesatuan ummah juga telah menyorongkan konsep baru
bernama persatuan. Dengan kesamaan identitas agama mereka,
kerajaan-kerajaan di nusantara seperti Kerajaan Samudra Pasai di
Sumatera, Kesultanan Islam Aceh, Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang,
Kesultanan Mataram, Kerajaan Banten, Kerajaan Ternate, Kerajaan
Tidore, Bacan, Kerajaan Jailolo dan Kerajaan Gowa Makassar, serta
lainnya semakin intensif untuk menjalin kerjasama mereka dalam

32
mengusir penjajah Belanda yang telah merebut hak kekuasaan sosial,
teritori, ekonomi, maupun politik di wilayah masing-masing. Selain
telah mengajarkan dan memperkaya paham keyakinan dan
kepercayaan akan adanya Tuhan yang Maha Esa, yakni sebuah
identitas sebagai bangsa yang religius, Islam seperti dipeluk oleh
berbagai kerajaan-kerajaan tersebut telah menjadi bibit persemaian
persatuan Indonesia di nusantara ini dan juga menjadi daya dorong
perlawanan yang gigih dari bangsa Indonesia melawan penjajah
Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda.37 Jadi pada dasarnya nilai-nilai
luhur Pancasila telah melekat di jiwa bangsa Indonesia sejak masa
kerajaan.

 Pendidikan moral Pancasila pada masa penjajahan


Setelah Majapahit runtuh pada permulaan abad ke XVI maka
berkembanglah agama islam dengan pesatnya di Indonesia. Bersamaan
dengan itu berkembang pulalah kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan
Demak dan lain sebagainya serta mulai lah berdatangan orang-orang
Eropa di nusantara. Mereka itu antara lain orang-orang Portugis yang
kemudian diikuti oleh orang-orang Spanyol yang ingin mencari pusat
tanaman rempah-rempah.38 Malaka menjadi jembatan dan pintu gerbang
masuknya pengaruh Eropa ke Indonesia. Malaka sebagai pusat
perdagangan internasional kuno pada waktu itu mampu menjaring
pedagang dari berbagai bangsa untuk berinteraksi seperti bangsa Arab,
Cina, India, Asia Tenggara dan Eropa pada abad ke-16.39
Pada masa penjajahan Jepang, Jepang akan menyatakan bahwa
Hindia timur akan diberi kemerdekaan setelah tercapainya kemenangan
dalam perang Asia Timur Raya. Dan Jepang membentuk Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dengan

Fauzi, Pancasila Ditinjau Dari Segi Yuriditis Konstitusional dan Segi Filosofis, (Malang:
37

Lembaga Penerbitan UB). 22.

Kaelan, Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2000), 25.


38

Warsono, Waspodo Tjipto Subroto dkk., Pendidikan Pancasila. (Surabaya: UNESA


39

UNIVERSITY PRESS, 2017). 54.

33
diketuai olehDR. K.R.T. Radjiman Widyeodiningrat yag beranggotalkan
60 orang. Pada masa inilah Pancasila mulai terbentuk melalui beberapa
pendapat mengenai asas-sas dalam Pancasila hiingga terumusnya
Pancasila yang pada saat itu telah ditetapkan sebagai lima dasar Negara
Indonesia.40

 Pendidikan moral Pancasila pada era Orde Lama


Di era Orde lama pendidikan moral pancasila belum sepenuhnya
bisa dilaksanakan karena dilihat dari segi keadaan negara indonesia yang
baru saja merdeka dan masih memerlukan banyak bantuan terutama
dibidang pendidikan moral Pancasila, Pendidikan moral pancasila pada
masa orde lama sudah cukup baik karena Ir. Soekarno ingin pendidikan
moral yang berbasis nilai nilai dari Pancasila itu dilakukan oleh rakyat
Indonesia. Maka dari itu presiden soekarno bercita-cita mengembangkan
pendidikan moral Pancasila sebagai suatu pelajaran yang bisa membuat
rakyat Indonesia pada khususnya bisa mempunyai ajaran moral baik dan
etika yang baik supaya rakyat Indonesia menjadi masyarakat yang
bermoral dan beretika Pancasila sebagaimana cita-cita bangsa Indonesia
untuk menjadi bangsa yang besar dan bermartabat.41 

Dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara, nilai


Pancasila merupakan standar hidup bangsa yang berideologi Pancasila.
Nilai ini sudah pernah dikemas dan disosialisasikan melalui P4
(Pedoman, Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila), dan dianjurkan
disekolah-sekolah sebagaimana telah dibahas di muka. Anda hendaknya
sadar bahwa secara historis, nilai Pancasila digali dari puncak-puncak
kebudayaan, nilai agama, dan adat istiadat bangsa Indonesia sendiri,
bukan dikulak dari negara lain. Nilai ini sudah ada sejak bangsa
Indonesia lahir. Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika Pancasila

Ikkadekkariasa.blogspot.com, implementasi nilai luhur pancasila pada masa kerajaan,


40

3.
Fredohedi.Blogspot.com, Pendidikan Moral Pancasila Pada Masa Orde Lama, Orde
41

Baru, dan Reformasi

34
mendapat predikat sebagai jiwa bangsa. Nilai Pancasila yang digali dari
bumi Indonesia sendiri merupakan pandangan hidup/panutan hidaup
bangsa Indonesia. Kemudian, ditingkatkan kembali menjadi Dasar
Negara yang secara yuridis formal ditetapkan pada tanggal 18 Agustus
1945, yaitu sehari setelah Indonesia merdeka. Secara spesifik, nilai
Pancasila telah tercermin dalam norma seperti norma agama, kesusilaan,
kesopanan, kebiasaan, serta norma hukum. Dengan demikian, nilai
Pancasila secara individu hendaknya dimaknai sebagai cermin perilaku
hidup sehari-hari yang terwujud dalam cara bersikap dan dalam cara
bertindak. Menurut suseno (1998) pendidikan pada masa orde lama, pada
pemeritahan orla ingin pendidikan moral pancasila menjadi pedoman
tingkah laku masyarakat supaya menjadi pribadi yang bermoral
pancasila.

 Pendidikan Moral Pancasila pada masa Orde Baru.


            Orde baru muncul dengan tekad untuk melaksanakan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Semangat tersebut muncul
berdasarkan pengalaman sejarah dari pemerintahan sebelumnya yang
telah menyimpang dari Pancasila serta UUD 1945 demi kepentingan
kekuasaan. Akan tetapi, yang terjadi sebenarnya adalah tidak jauh
berbeda dengan apa yang terjadi pada masa orde lama, yaitu Pancasila
tetap pada posisinya sebagai alat pembenar rezim otoritarian baru di
bawah Soeharto. Selama periode Orde baru, pendidikan sebagai
instrumen pembentukan Karakter warga negara nampak wujudnya dalam
standar-standartisasi karakter warganegara. Standartisasi yang
menrcerminkan kebajikan-kebajikan (warga negara) yang disalurkan
dalam mata pelajaran PMP ( Pendidikan Moral Pancasila). Akibat dari
model pendidikan kewararganegaraan yang menonjolkan kepentingan
rezim malah mata pelajaran PMP  menjadi sangat tidak menarik,
fomalistik, dan proses pembelajaran tidak banyak melahirkan
kemampuan siswa untuk berpikir kritis terhadap sistem politik
pemerintahnya.

35
GBHN 1973 menyebut perlunya "Kurikulum di semua tingkat
pendidikan yang berisikan Pendidikan Moral Pancasila....". Apabila
dicermati, nampak jelas bahwa Pancasila ditafsirkan dalam masing-
masing pokok-pokok bahasan dan bahan pengajaran dengan nuansa
Kurikulum 1968 sampai dengan  berubahnya  menjadi Pendidikan
Pancasila dan kewarganegaraan pada Kurikulum 1994. Menurut Darji
Darmodiharjo (1980), Pendidikan Moral Pada era Orde Baru Orde baru
ingin menciptkaan bangsa yang tertib bermoral serta berhubungan supaya
menjadi bangsa yang kuat dan sejahtera, yang sesuai dengan UU yang
berlaku dan sesuai dengan Nilai-Nilai Pancasila. Jadi pada masa orde
baru, pendidikan moral pancasila lebih ditekankan untuk membuat
masyarakat Indonesia lebih tertib bermoral supaya menjadi bangsa yang
kuat dan bermoral Pancasila.42

 Pendidikan Moral Pancasila di Era Reformasi.


Ditahun 1999 setelah terjadinya pergantian antara era orde baru
menjadi reformasi keadaan pendidikan pada saat itu kurang baik maka
pemerintah mengambil tindakan cepat untuk mengatasi itu supaya moral
bangsa indonesia tidak luntur karena terjadinya pergantian masa orde
baru ke reformasi maka pada era reformasi pendidikan moral Pancasila
cenderung mengacu pada nilai moralnya saja, sehingga pendidikan moral
Pancasila pada saat itu cukup berkembang dengan baik karena
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang undangan. Keadaan
pendidikan moral Pancasila pada masa reformasi lebih ditekankan pada
nilai moral yang mengacu pada nilai nilai yang terkandung didalam
pancasila, sebagaimana pendidikan moral itu berguna bagi bangsa dan
negara.(Margono, 2012) jadi pada Pendidikan moral pada masa reformasi
lebih ditekankan pada nilai moralnya, sehingga masyarakat bisa lebih

Fredohedi.Blogspot.com, Pendidikan Moral Pancasila Pada Masa Orde Lama, Orde


42

Baru, dan Reformasi

36
memahami  etika bermoral yang baik dan beasaskan sesuai dengan nilai
nilai yang terkandung dalam pancasila.43

Pada masa reformasi, Pendidikan Moral Pancasila memang


cukup berkembang seperti halnya pada masa orde baru. Namun
dikarenakan perbedaan prinsip yang diterapkan, menimbulkan banyak
persimpangan-persimpangan yang terjadi pada masa itu. Jika dilihat dari
realita yang dikaitkan dengan Penghayatan dan Pengamalan Moral
Pancasila pada masa orde baru, ajaran moral sangat diperhatikan dan
ditekankan pada masyarakat untuk membentuk suatu kepribadian yang
baik. Berbeda halnya dengan masa reformasi yang hanya
mengedepankan pendidikan moral tanpa adanya penghayatan dan
pengamalan dalam kehidupan sehari-hari.

 Pendidikan Moral Pancasila di Era Pasca Reformasi


Di era ini terdapat banyak keprihatinan yang dirasakan tentang
makna Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia. Salah satunya
Pancasila sebagai pedoman moral menjadi tersisihkan. Dalam pidato-
pidato resmi, para pejabat menjadi phobia dan malu untuk mengucapkan
Pancasila. Anak-anak sekolah tidak lagi mengenal bunyi dan urutan
Pancasila, apalagi nilai-nilai moral yang terkandung dalam Pancasila.
Bahkan kampus-kampus yang notabene mengacu pada para cendekiawan
pun berkembang kecenderungan untuk menafikkan Pancasila.

Samsuri (2006) mengomentari dan membandingkan tentang


Pancasila pada rezim Soeharto dan sekarang sebagai berikut “sungguh
aneh, Pancasila yang selama rezim Soeharto berkuasa selalu menjadi
pemanis pidato-pidato, ceramah-ceramah, panduan moral dan sebagainya,
tetapi setelah rezim tersebut runtuh, Pancasila menjadi Impoten, tidak
memiliki keperkasaan, tidak memiliki kemuliaan, disisihkan dan
disingkirkan dalam kehidupan sehari-hari”. Kenyataannya memang

Ibid., 23.
43

37
demikian, sangat terasa sekali bahwa semenjak pasca reformasi terdapat
beberapa keprihatinan yang dirasakan tentang makna Pancasila bagi
bangsa dan negara Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika
mengawali pidatonya pada peringatan Hari Lahirnya Pancasila,
menyatakan “kita harus memulai dialog kita ini dengan mengajukan
beberapa pertanyaan kritis. Mengapa kita harus bicara kembali tentang
Pancasila ? ini merupakan pertanyaan fundamental yang harus kita jawab
bersama. Kita merasakan dalam 8 tahun terakhir ini ditengah-tengah gerak
reformasi dan demokratisasi yang berlangsung di negeri kita, terkadang
kita kurang berani untuk mengucapkan pancasila”.

Sebaliknya pancasila justru sangat dikagumi oleh tokoh-tokoh di


luar negri. Dr.iz,mufti, seorang intelektual dan pejabat tinggi arab saudi
sangat memuji pancasila. Ia menyatakan pancasila telah menjadi bingkai
persatuan bangsa indonesia. Namun sayang, di era reformasi dan pasca
reformasi pancasila yang saya kagumi dipersoalkan oleh sejumlah anak
bangsa. Saat terjadi krisis yang mengakibatkan keterpurukan dihampir
semua kehidupan, pancasila dijadikan kambing hitam.44

G. Peran Pancasila sebagai Pedoman Pendidikan Moral


Pendidikan pancasila mempunyai peran penting dalam membentuk
masyarakat yang berkualitas serta mewujudkan masyarakat yang taat akan
nilai dan norma.
A. Dasar pemikiran pendidikan Pancasila
Era globalisasi menuntut adanya berbagai perubahan. Demikian
juga bangsa Indonesia pada saat ini terjadi perubahan besar-besaran yang
disebabkan oleh pengaruh dari luar maupun dalam negri. Kesemuanya di
atas memerlukan kemampuan warga negara yang mempunyai bekal ilmu
pengetahuan, teknologi, seni yang berlandaskan pada nilai-nilai budaya
bangsa.
B. Landasan pendidikan pancasila

Tukiran taniredja, Konsensus Kebangsaan (Pancasila Dan UUD 1945), 1-5.


44

38
1. Landasan historis
Di dalam kehidupan bangsa indonesia tersebut prinsip
hidup yang tersimpul dalam pandangan hidup atau filsafat hidup
bangsa ( jati diri) yang oleh para pendiri bangsa/ negara dirumuskan
dalam rumusan sederhana namun mendalam yang meliputi lima
prinsip, yaitu pancasila.

2. Landasan kultural
Bangsa Indonesia memiliki kepribadian tersendiri yang
tercermin dalam nilai-nilai budaya yang telah lama ada. Nilai-nilai
budaya sebagai nilai dasar berkehidupan berbangsadan bernegara
dirumuskan dalam pancasila.

3. Landasan yuridis
UUD Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan
nasional, peraturan pemerintahan nomor 60 tahun 1999 tentang
pendidikan tinggi.

4. Landasan filosofi
Nilai-nilai pancasila merupakan dasar filsafat negara, maka
dalam aspek penyelenggaraannya, negara harus bersumber pada nilai-
nilai pancasila termasuk sistem perundang-undangan di
Indonesia.Dalam hal ini peran pancasila sebagai pedoman pendidikan
moral, diantaranya:

a) Mengajarkan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa


Mengambil pelajaran dari sila pertama ini mengajarkan
bahwa kita hidup tidak cukup hanya mempelajari urusan Negara,
akan tetapi juga dibutuhkan sebuah pemahaman yang baik akan
ketuhanan dan kepercayaan mereka sebagaimana yang ada pada
sila pertama pada pancasila, dengan memiliki kepercayaan dan
pemahaman akan tuhan maka akan terbentuk moral yang baik, baik

39
dalam segi urusan Negara, maupun sosialisasi dan toleransi
terhadap sesama manusia

b) Mengajarkan cara mendidik sesuai dengan keadilan dan adab yang


baik.
Sila yang kedua ini sangat berpengaruh dengan sila
pertama. Apabila rakyat Indonesia memiliki sebuah pemahaman
yang baik akan Tuhan Nya, mereka akan memiliki rasa
kemanusiaan yang baik.memiliki rasa adil , menjunjung tinggi nilai
moral pancasila,sopan santun dengan sesama,saling bahu
membahu,dan menolong sesama manusia tanpa melihat perbedaan.

c) Mengajarkan Persatuan.
Pada sila yang ketiga mengajarkan bahwa rakyat
Indonesia harus memiliki rasa kesatuan .Meskipun Indonesia
memiliki beragam budaya, bahasa, adat, suku,dan agama yang
berbeda dari ujung Sabang sampai Merauke meraka tidak
membeda-bedakan bahkan tetap bersatu untuk memperjuangkan
tanah air Indonesia.

d) Mengajarkan untuk bermusyawarah.


Pada sila yang keempat mengajarkan seluruh rakyat
Indonesia untuk bermusyawarah dengan berkumpul atau
mendiskusikan sesuatu dalam mengambil keputusan. Demikian itu
agar tidak terjadinya perselisihan, adanya persetujuan dan
kesepakatan dari seluruh pihak.

40
e) Mengajarkan keadilan
Dalam sila yang kelima tidak diperbolehkan untuk membeda-
bedakan dalam hal pendidikan. Upaya ini membutuhkan
kepemimpinan nasional yang kuat dan aktif,berkomitmen untuk
pelaksanaan pancasila sebagai warisan budaya kita dan sebagai
prinsip dasar Republik. Seorang pemimpin mampu memberi contoh
kepada semua orang tim dan pemimpin lokal. Ini akan memotivasi
orang untuk mencapai yang terbaik dalam aspek kehidupan. Berlaku
adil disini adil dalam menggerakan hukum,sosial dan hak . tidak
membedakan kaya atau miskin, pejabat atau rakyat biasa semua sama.
Maka dari itu peran pancasila sangat penting bagi aspek kehidupan
terutama dalam pendidikan moral, jika rakyat Indonesia memiliki
pedoman pada pancasila maka tidak akan pernah ada
perselisihan,sopan santun,adanya toleransi,saling membantu.karna itu
bangsa Indonesia harus memahami dengan baik arti dan makna dari
pancasila.

Pancasila merupakan aspek terpenting untuk membangun


karakter generasi bangsa. Hampir semua bangsa menjadikan
pendidikan sebagai prioritas utama dalam pembangunan Nasional,dan
akan menjadikan kunci keberhasilan suatu Negara tersebut.
Pendidikan juga menjadi peran penting untuk diri sendiri. Namun
pada kenyataan nya banyak rakyat Indonesia tidak meneruskan
jenjang pendidikannya karena terlalu mahal dan menguntungkan
pihak yang mampu menyekolahkan putra putrinya. Sebaliknya bagi
warga yang kurang mampu akan merasa kesulitan untuk
menyekolahkan anaknya minimal hanya sampai 9 tahun hingga lulus
sekolah menengah pertama. Bahkan sebagian orang tua menyuruh
anaknya untuk bekerja.

41
Pendidikan Nasional pada UU No 22 tahun 2003 tentang
sisdiknas yakni bertujuan untuk berkembangntya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan
yang maha Esa,berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Dengan ini Mentri Pendidikan Nasional Professor
Bambang Sudoyono memberikan program sekolah gratis di SD/SMP
selama 9 tahun bagi warga yang kurang mampu , agar generasi bangsa
tidak buta huruf dan agar pendidikan di Indonesia bertambah maju.

Lebih singkatnya peran pancasila sebagai pedoman bermoral dalam


setiap sila dapat kita lihat dari makna yang terkandung dalam sila-sila
tersebut, sebagai berikut:

A. Sila pertama: Ketuhanan yang maha esa.


Kata ketuhanan berasal dari kata Tuhan yang diberi imbuhan ke-
dan-an bermakna sifat Tuhan atau sifat yang berhubungan dengan Tuhan.
Jadi yang ditekankan pada sila pertama dari pancasia ini adalah sifat-sifat
luhur atau mulia, bukan Tuhannya.
Makna Sila ke-1 Pancasila:
1. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama
dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda sehingga terbangun
kerukunan hidup.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibada sesuai dengan
kepercayaan masing-masing.
4. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercyaannya kepada orang
lain
5. Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan
dalam beribadah menurut agamanya masing-masing.

42
B. Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab secara sistematis didasari
dan dijiwai oleh sila ketuhanan yang Maha Esa. Serta mendasari dan
menjiwai ketiga sila berikutnya.
Makna Sila ke-2 Pancasila:
1. Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk
Tuhan. Artinya, kemanusiaan itu universal.
2. Menjunjung tinggi Kemerdekaan sebagai hak segala
bangsa.menghargai hak setiap warga dan menolak rasialisme.
3. Mewujudkan keadilan peradaban yang tidak lemah.

C. Sila ketiga: Persatuan Indonesia.


Makna Sila ke-3 Pancasila:
1. Mengutamakan persatuan dan kerukunan bagi seluruh rakyat
Indonesia yang mempunyai perbedaan agama, suku, bahasa, dan
budaya. Yang biasa disebut Bhineka Tunggal Ika yang berarti berbeda
beda tapi tetap satu.
2. Persatuan Indonesia mengutamakan kepentingan Negara ketimbang
kepentingan pribadi dalam hal mencintai tanah air dan mengharumkan
nama bangsa.
3. Menciptakan kerukunan kepada rakyat Indonesia.
4. Memelihara ketertiban yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaian
abadi, dan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

D. Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan perwakilan.
Makna sila ke-4 Pancasila:
1. Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakar.
2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan budaya bermusyawarah dalam mengambil keputusan
Negara.

43
4. Bermusyawarah sampai mencapai consensus atau kata mufakat diliputi
dengan semangat kekeluargaan.

E. Sila kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


Makna sila ke-5 Pancasila:
1. Mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dalam
suasana kekeluargaan dan kegotong-royong.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberikan pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri
sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk suatu hal yang tidak
penting,pemborosan dan gaya hidup mewah.
8. Tidak menggunakan hak-hak milik untuk hal-hal yang bertentangan
dengan kepentingan umum.
9. Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yng bermanfaat bagi kemajuan
dan kesejahteraan bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan social.

H. Contoh dan Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari

Mendengar kata pendidikan moral ini tentunya kita sudah


mengetahui bahwa didalam proses pendidikan ini yang diajarkan adalah
mengenai moral manusia pada umumnya. Manusia yang hidup di dunia ini
harus memiliki moral. Tanpa adanya moral maka manusia yang satu dengan
lainnya tidak akan bisa berhubungan dengan baik. Memahami peran penting
pada pendidikan moral juga dapat membangun jati diri yang baik kepada

44
sesama manusia, seperti yang kita ketahui bahwa pembangunan moral
dibangun melalui proses Informal, Formal dan Non-Formal. Informal yaitu
pembangunan karakter dari lingkup keluarga, disini yang harus diutamakan
pertama kali adalah bimbingan ibadah agar anak dapat lebih memahami
ketuhanan yang mereka yakini dan bertutur kata yang baik kepada orang tua.
Seperti contoh :
a. Membiasakan anak untuk sholat lima waktu dan mengaji
b. Membiasakan anak untuk menjabat tangan kedua orang tua
c. Mengajarkan anak untuk membantu pekerjaan rumah
Sedangkan Formal adalah pembangunan karakter melalui pendidikan
disekolah, disini guru akan mengajarkan banyak hal seperti :
a. Mengajarkan siswa untuk disiplin
b. Mengajarkan siswa untuk bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas
tepat waktu
c. Belajar menjadi ketua kelas, agar anak mampu menjadi pemimpin yang
disiplin dan bertanggungjawab
d. Mengajarkan siswa untuk menjaga kebersihan lingkungan agar tetap bersih
dan terjaga
Sedangkan Unformal adalah pembnagunan moral melalui
masyarakat sekitar. Contohnya :
a. Gotong royong menciptakan rasa simpati terhadap lingkungan
b. Menegur atau mengingatkan anak-anak terutama remaja yang membuat
keonaran seperti kebut-kebutan, coret-coret tembok dan lain sebagainya.
c. Mengajak untuk bersikap jujur dan adil dalam bertindak
Contoh nilai pendidikan moral:
a. Nilai keamanahan seseorang
Seseorang yang memiliki moral yang baik umumnya merupakan orang
yang dapat dipercaya atau bisa dikatakan amanah terhadap setiap titipan
yang diembankan pada orang tersebut.

45
b. Nilai kejujuran
Orang yang memiliki moral baik tentunya sadar akan pentingnya nilai
kejujuran dalam kehidupan bermasyarakat. Karena pada masa ini nilai
kejujuran sudah sangat jarang dimiliki oleh masyarakat Indonesia.
c. Nilai kecerdasan
Setiap orang yang memiliki moral baik sudah tentu mereka menyadari
akan pentingnya belajar untuk mencari ilmu pengetahuan agar menjadi
manusia yang cerdas dan berwawasan luas.

Pancasila sebagai dasar Negara memungkinkan semua kegiatan di


setiap aspek kehidupan didasarkan pada pancasila. Hal itu Karena pancasila
mengandung banyak sekali nilai-nilai yang relevan pada setiap aspek
kehidupan. Selain itu, contoh keterbukaan ideologi pancasila membuat
pancasila mudah diterapkan pada setiap situasi di setiap masa. Hingga saat
ini, sejarah pancasila telah menempuh perjalanan yang sangat panjang.
Berbeda dengan UUD 1945 yang telah mengalami perubahan atau
amandemen sebanyak empat kali, pancasila tidak mengalami perubahan.

Berbicara mengenai penerapan pancasila dalam aspek kehidupn, ada


beberapa aspek kehidupan yang tidak bisa lepas dari nilai-nilai pancasila.
Salah satunya adalah contoh penerapan nilai-nilai pancasila dalam bidang
politik. Pancasila memang sama dari waktu ke waktu. Yang membuat berbeda
adalah seberapa banayak nilai pancasila diikutkan dalam aspek kehidupan,
termasu aspek politik. Penerapan nilai-nilai pancasila dalam bidang orde lama
mungkin berbeda dari penerapan nilai pancasila dalam politik orde lama.
Begitupun penerapan nilai-nilai pancasila dalam penyelenggaraan
pemerintahan di era pasca reformasi saat ini. 45 Berikut ini contoh-contoh
penerapan sila-sila dalam aspek politik

Https://guruppkn.com, 24 contoh penerapan Pancasila dalam aspek politik.


45

46
1. Sila pertama menandakan bahwa kegiatan politik di Indonesia harus
menjunjung tinggi moral. Seperti yang kita tahu, nilai moral tertinggi
berdasar pada nilai-nilai ketuhanan. Sedangkan moral keagamaan sendiri
bersumber pada kepercaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi,
sebagai Negara, dengan berdasar pada ketuhanan tidak membuat Indonesia
menjadi sebuah Negara agama. Indonesia adalah Negara yang memberi
kebebasan pada rakyatnya untuk memeluk beberapa agama yang diakui di
Indonesia. Karena Indonesia mengakui beberapa agama, maka kebijakan
politik di Indonesia juga tidak boleh memihak atau memberi keuntungan
pada satu agama saja. Kebijakan politik di Indonesia tetaplah berdasar
pada legitimasi hokum yang sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan. Selain
itu, penerapan nilai pancasila dalam bidang politik juga bisa diwujudkan
dari perilaku para pelaku di politik yang harus menjauhi sikap-sikap yang
tidak benar. Sebagai contoh penerapan pancasila dalam bidang poitik:
 Menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan nilai agama selama
menjalankan tugas sebagai pejabat.
 Tidak menggunakan fasilitas pemerintah untuk kepentingan sendiri.
 Pejabat di semua lapisan tidak melakukan korupsi yang merugikan
rakyat.
 Tidak menghalalkan suatu cara untuk menjatuhkan lawan politik.
 Pemrerintah Indonesia tidak mengakui adanya kebebasan untuk
tidak memeluk agama (atheis)

2. Sila kedua ini berdasarkan kebijakan politik dan nilai kemanusiaan di


Indonesia. Manusia, dalam hal ini warga Negara adalah komponen
terpenting dalam sebuah Negara. Oleh karena itu, sudah seharusnya
apabila nilai kemanusiaaan dijunjung tinggi dalam semua aspek
kehidupan, termasuk dalam bidang politik.
Beberapa contoh penerapan nilai kemanusiaaan dalam kehidupan politik
[ CITATION nov \l 1033 ][ CITATION Agu90 \l 1033 ][ CITATION Ell05 \l 1033 ]
[ CITATION Dep89 \l 1033 ][ CITATION Bam89 \l 1033 ]antara lain :

47
 Indonesia menjunjung tinggi hak asasi manusia. Hal tersebut bahkan
diatur dalam undang-undang.
 Pembentukan komisi nasional hak asasi manusia adalah salah satu
bentuk bahwa Negara melindungi dan membela hak asasi tiap warga
Negara.
 Negara Indonesia bersifat modualis, yaitu memfasilitasi peran warga
Negara sebagai individu sekaligus sebagai mahluk sosial.
 Warga mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban warga
Negara dalam bidang politik.

3. Sila ketiga dalam kehidupan politik Negara kesatuan republik Indonesia


adalah Negara yang di bentuk berdasarpada persatuan. Banyak perbedaan
yang harus di satukan untuk menjadi Indonesia. Seperti yang kita tahu,
Indonesia mempunyai beragam agama,suku dan ras di dalam nya. Oleh
karena itu tanpa adanya persatuan dari setiap elemen kehidupan tidak
akan berjalan baik.

4. Sila keempat dalam Pancasila menjadi dasar Indonesia untuk menjadi


Negara Demokrasi. Selain itu Indonesia juga sangat menghargai suara
rakyat. berikut ini merupakan contoh-contoh bahwa Indonesia
menerapkan moral Pancasila dalam dunia politik.
 Penerapan pemilihan langsung dalam sistem pemilu Indonesia.
 Adanya Dewan Perwakilan Daerah yang mewakili suara rakyat.
 Pengambilan kebijakan politik selalu diputuskan dengan sistem
musyawarah mufakat.
 Pihak oposisi menghormati dan tetap melaksanakan kebijakan yang
telah ditetapkan dalam muyswarah

48
5. Sila kelima mempunyai arti yang sangat luas. Beberapa hal yang
berkaitan dengan contoh penerapan nilai-nilai pancasila dalam bidang
Politik yang erat dengan konsep sila kelima ini adalah gotong royong,
kasih saying yang disertakan rasa adil baik dimana kehidupan poltik dan
sosial disatukan. Tidak hanya di bidang politik kita juga sebagai
Warganegara Indonesia memiliki kewajiban untuk menerapkan Pancasila
sebagai pedoman kehidupan bermoral. Terdapat banyak nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila yang dapat kita terapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Berikut ini merupakan contoh penerapan pendidikan moral
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari jika dilihat dari masing- masing
sila:
1. Penerapan Pancasila: Sila ketuhanan Yang Maha Esa.
a) Percaya dan taqwa terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan kepercayaan dan keyakinan yang timbul dari hati.
b) Memili satu agama dan menjalankan peribadatan dari agama
tersebut dan diikuti dengan ketakwaan pada Tuhan.
c) Saling menghormati antar pemeluk agama.
d) Saling tolong-menolong dalam kehidupan beragama agar tercipta
kerukunan.
e) Tidak memaksakan suatu agama pada orang lain.
f) Peran moral dalam membentuk karakter bangsa karena didorong
adanya sebuah keyakinan beragama yang dilindungi oleh bangsa.

2. Penerapan Pancasila: Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab.


a) Mengakui persamaan derajat serta hak dan kewajiban bernegara.
b) Tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan suku, agama, atau
kasta.
c) Tidak melakuka diskriminatif.
d) Tidakbertindak maupun berperilaku sewenang-wenan dan
menghindari terjadinya pelanggaran hak warga negara.

49
3. Penerapan Pancasila: Sila persatuan Indonesia.
a) Rela berkorban untuk bangsa dan negara.
b) Cinta tanah air dan menjaga nama baiknya.
c) Tidak memicu keributan maupun konflik yang tidak bermanfaat
dan dapat mengganggu persatuan bangsa Indonesia.
d) Menjunjung tinggi persatuan Indonesia.

4. Penerapan Pancasila: Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat


kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
a) Selalu mengedepankan musyawarah untuk mencapai mufakat
dalam menyelesaikan masalah
b) Tidak memaksakan kehendak pribadi
c) Mempertanggung jwabkansetiap keputusan yang diambil dari
musyawarah secara moral.
d) Ikut serta dalam pemilihan umum.
e) Menghormati hasil musyawarah sebagai pewujudan nilai moral.

5. Penerapan Pancasila: Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat


Indonesia.
a) Menjaga kesimbangan antar hak dan kewajiban dalam kehidupan
sosial.
b) Menjauhi sikap merampas hak orang lain yang dapat menyebabkan
konflik sosial dan mengakibatkan dekandensi moral.
c) Belajar berbagi agar tercipta keadilan.
d) Bersikap adil dengan membantu orang yang sedang kesulitan.
e) Besikap adil dengan tidak memaksakan kehendak.

Jika kita membiasakan dengan menjadikan Pancasila sebagai


pedoman berkehidupan sesuai dengan fungsi Pancasila sebagai ideologi
negara, maka ketertiban akan selalu terjaga dan yang namanya Dekandensi
moral lama-kelamaan akan hilang. Salah satu dari sedikit contoh penerapan

50
pancasila sebagai pedoman kehidupan bermoral diatas dapat kita terapkan
dalam kehidupan sehari-hari agar terbentuk karakter yang bermoral dan agar
salah satu misi bangsa Indonesia terwujud yakni menjadikan bangsa
Indonesia sebagai mnusia yang bermoral Pancasila.

51
RINGKASAN

Pendidikan secara etimologi berarti memperbaiki moral dan


melatih intelektual. Secara terminologi prndidikan merupakan proses
pengubahan atau pengembangan sikap dan prilaku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Pada intinya pendidikan merupakan usaha manusia dari pribadi
atau orang lain dalam rangka memperbaiki dan mengembangkan diri manusia
tersebut untuk menjadi manusia yang lebih bernilai. Moral secara etimologi
memiliki makna kebisaan,kelakuan,kesusilaan. Moral sendiri sering dikaitkan
dengan etika dan akhlak, yang mana etika adalah sesuatu yang digunakan
untuk menunjukkan baik atau buruk, sopan santun dan kesesuaiannya dengan
nilai-nilai kehidupan. Adapun akhlak dikenal dengan arti kesusilaan. Dengan
demikian moral atau kesusilaan adalah keseluruhan norma yang mengatur
tingkah laku manusia di masyarakat untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan
yang baik dan benar. Sedangkan syarat menjadi manusia bermoral yakni
adanya kebaikan yang berkesinambungan, mulai munculnya kehendak baik
sampai dengan tingkah laku dalam mencapai tujuan yang baik pula. Adapun
pendidikan moral adalah usaha sadar tentang mengajarkan nilai kebaikan
meliputi perilaku baik, sesuai sengan aturan norma dan juga tentang sikap dan
tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai makhluk
individu maupun sebagai makhluk sosial.

Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang


resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 agustus 1945. Dari segi etimologi,
pancasila berasal dari bahasa Sanskerta berarti lima sendi atau secara harfiah
disebut “dasar yang memiliki lima unsur”. Adapun dari segi terminologi,
pancasila dilihat dari sisi historisnya. Moral Pancasila adalah moral yang
didasarkan pada pancasila, yang rumusan resminya tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945. Moral Pancasila bersumber pada Pancasila, maka
perlu diketahui terlebih dahulu adanya hubungan kausalitas antara moral dan

52
Pancasila. Moral Pancasila sendiri identik dengan penghayatan dan
pengamalan pancasila sebagai pedoman bermoral.

Pendidikan Moral Pancasila merupakan Program pendidikan yang


berlangsung dalam suatu proses pendidikan pula. Karena itu Pendidikan
Moral Pancasila bukan suatu proses pengajaran yang merupakan pengalihan
pengetahuan saja, tetapi juga menyangkut usaha sadar tentang pembentukan
kepribadian, pembentukan sikap/mental dan mengarah kepada tingkah laku
perbuatan dari seseorang warga negara Indonesia yang berdasar pada
Pancasila. Tujuan Pendidikan Moral Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan
tujuan nasional diantaranya meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian serta mempertebal semangat kebangsaan. Pendidikan moral
pancasila ini sangat penting dilaksanakan dan diterapkan dikalangan remaja
supaya generasi muda bisa bermoral dan beretika baik sesuai dengan nilai-
nilai yang terkandung didalam Pancasila sebagai ideologi Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Pendidikan moral pancasila memiliki beberapa manfaat yang kita


butuhkan dalam bernegara,antara lain:
1. Menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila.
2. Membantu memahami arti sesbenarnya dari Pancasila.
3. Membantu individu mencintai Negara Indonesia.
4. Agar individu dapat berperilaku sesuai dengan isi dari butir-butir
Pancasila.
5. Individu dapat mengamalkan Pancasila disegala situasi.
6. Sebagai pedoman menjadi warga Negara yang baik.
7. Untuk memahami ideologi bangsa Indonesia.
8. Membangun karakter warga negara yang bermartabat.
9. Mewujudkan kehidupan bermoral dalam kehidupan.

Bagi masyarakat Indonesia pendidikan moral pancasila berasalkan


religi, adat-istiadat dan kebudayaan Indonesia sejak berabad-abad lamanya.
Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara menjadi dasar penentu

53
pendidikan moral bagi masyarakat Indonesia. Untuk kepentingan tersebut
haruslah ada proses internalisai nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
kepada rakyat Indonesia sebagai pendukung Pancasila. Proses internalisasi
nilai itu dapat dilakukan dengan pendidikan, imitasi, latihan dan suri tauladan.
Pendidikan Moral Pancasila sebagai pembelajaran, mempunyai kedudukan
strategis dalam membina sikap dan tingkah laku warga negara sehingga
sesuai dengan Pancasila atau dengan kata lain bermoral Pancasila. Dalam
mengampu Pendidikan Moral Pancasila perlu diperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut:

1. Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup Bangsa Indonesia,


sila-silanya yang dirumuskan dalam pembukaan Undang Undang Dasar
1945 merupakan suatu totalitas, tersusun secara sistemis.
2. Pancasila, Pembukaan UUD dan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan
kriteria, ukuran dan syarat-syarat yang obyektif dalam mengampu
Pendidikan Moral Pancasila
3. Moral Pancasila identik dengan penghayatan dan pengamalan Pancasila
yang berjumlah tiga puluh enam butir itu, diberikan secara bulat dan utuh
pada satu jenjang sekolah deng titik berat yang berbeda pada satu atau
lebih butir, pada setiap kelas mengingat tigkat kemampuan anak didik
yang berbeda.
4. Sila-sila Pancasila merupakan tujuan kurikuler, sedangkan Tujuan
intruksional umum adalah tigapuluh enam butir Ekaprasetya Pancakarsa
(Moral Pancasila)
5. Obyek Pendidikan Moral Pancasila adalah Manusia Indonesia Seutuhnya
(anak didik/warganegara) dengan:
a. Delapan sasaran bina:
1. Manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Manusia yang cerdas, terampil dan berbudi perketi luhur.
3. Manusia yang memiliki kepribadian kuat.
4. Manusia yang tebal semangat kebangsaannya.
5. Manusia yang mampu membangun diriya sendiri.
6. Manusia yang bertanggung awab atas pembangunan bangsanya.

54
b. Sasaran akhir, bahwa anak didik/manusia Indonesia menghayati dan
mengamalkan Pancasila, sehingga tingkah lakunya sesuai dan layak dengan
sila-sila Pancasila (bermoral Pancasila). Dengan tingkah laku yang sesuai dan
layak dengan sila-sila Pancasila, Manusia Indonesia mempunyai sikap hidup
Manusia Pancasila. Sikap hidup Manusia Pancasila adalah:

a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


b. Kepentingan pribadinya diletakkan dalam kerangka kesadaran
kewajibannya sebagai makhluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
c. Kewajibannya terhadap masyarakat dirasakan lebih besar dari
kepentingan pribadinya.

6. Materi utama Pendidikan Moral Pancasila adalah Undang Undang Dasar


1945. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila serta Garis-Garis
Besar Haluan Negara. Materi ini didalam kelas merupakan suatu
kebulatan dalam bentuk sub pokok bahasan yang dijabarkan dari Tujuan
Kurikuler, Tujuan Instruksional Umum dan Pokok Bahasan.

7. Aspek moral, aspek yuridis konstitusional dan aspek sejarah perjuangan


bagsa merupakan aspek yang utama dalam Pendidikan Moral Pancasila.
adalah aspek utama dalam Pendidikan Moral Pancasila

8. Pendidikan Moral Pancasila adalah pendidikan nilai-nilai. Sehingga


Kegiatan kurikuler di sekolah dan kegiatan Pendidikan Lingkungan
merupakan media untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila
sebagaimana yang dirumuskan dalam Ketetapan MPR. No. II/MPR/1978.

Demikian konsep dan dasar Pendidikan Moral Pancasila dengan Pancasila


sebagai pandangan hidup dan dasar negara sebagai dasar penentu pendidikan
moral Pancasila. Pendidikan moral pancasila sudah ada sejak berabad-abad
lamanya. Berikut adalah bentuk pendidikan moral pancasila dari masa ke masa:

55
A. Pendidikan Moral Pancasila pada Zaman Kerajaan.

1. Zaman Kerajaan Kutai Kartanegara. Pada masa itu telah terdapat


beberapa sistem seperti Pancasila misalnya, kita telah mengenal dan
menemukan nilai-nilai seperti nilai sosial politik, dan ketuhanan dalam
bentuk kerajaan, kenduri dan sedekah kepada para Brahmana.

2. Zaman Kerajaan Tarumanegara


Sekitar tahun 400-500 kerajaan tersebut sudah membuktikan bahwa
nilai-nilai Pancasila sudah ada di masa kerajaan meskipun belum resmi
dinamai dicetus sebagai Pancasila.

3. Zaman Kerajaan Sriwijaya juga telah mengenalkan nilai-nilai maupun


pandangan-pandangan tentang dasar kesatuan, yakni kerajaan. Nilai-
nilai ini mengeksplisitkan serta memberi bahan-bahan material
terhadap nilai-nilai pancasila, seperti nilai persatuan yang tidak
terpisahkan dengan nilai ke-Tuhanan. Zaman Sebelum kerajaan
Majapahit muncul sebagai suatu kerajaan yang memancangkan nilai-
nilai nasionalisme, telah muncul kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan
Jawa Timur secara silih berganti. Beberapa Kerajaan mengadakan
pembangunan candi-candi yang secara tidak langsung menunjukkan
fakta bahwa dahulu bangsa Indonesia telah mengembangkan toleransi
beragama dan sikap humanisme dalam pergaulan antar manusia hingga
sampai pada India. Selain Kerajaan di Jawa Tengah, di Jawa Timur
juga muncul Kerajaan Isana (pada abad ke IX), Darmawangsa (abad ke
X), demikian juga Kerajaan Airlangga (abad ke XI), Raja Airlangga
membuat bangunan keagamaan dan asrama, dan raja ini memiliki
sikap toleransi dalam kehidupan beragama. Agama yang diakui oleh
kerajaan adalah agama Budha, agama Wisnu dan agama Syiwa yang
hidup berdampingan secara damai.Bahkan pada zaman Airlangga,

56
lambang Negara Indonesia yang makna didalamnya juga
melambangkan sila-sila Pancasila, digambarkan dengan Burung
Garuda dan seloka Bhinneka Tunggal Ika.

4. Zaman Kerajaan Majapahit

Semboyan dan istilah-istilah seperti Bhinneka Tunggal Ika, Nusantara


dan Pancasila sudah ada pada periode ini. Semboyan Bangsa kita
Bhinneka Tunggal Ika sebenarnya juga telah ada di kitab
Nagarakertagama yang berbunyi Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana
Dharma Mangrua yang berarti “meskipun agama-agama itu kelihatan
berbeda bentuk, namun pada hakekatnya satu jua”. Dari zaman
Majapahit ini kita bisa memetik nilai-nilai seperti persatuan dalam
keberbedaan. Ia juga telah memberi contoh bagaimana Indonesia
mengusahakan keadilan sosial bagi masyarakat, yakni menuju keadaan
negara berdaulat, bersatu dan berwilayah nusantara, mencapai
kehidupan yang “gemah ripah loh jinawi, tata tentrem, kerta raharja”.46

Secara keseluruhan pengamalan sila-sila Pancasila pada masa kerajaan


Hindu Budha antara lain:

a) Pengamalan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa telah terbukti dari


rukunnya umat agam hindu dan Budha yang hidup secara
berdampingan. Empu Tantular mnulis buku yang didalmnya
terdapat sloka persatuan nasional “Bhineka Tunggal Ika Tan Hana
Mangrua” yang artinya walaupun berbeda-beda namun tetap satu
jua dan tidak ada agam yang memiliki tujuan yang berbeda.

b). Pengamalan Sila Kemanusiaan telah terbuktidari hubungan raja


Hayam Wuruk dengan kerajaan asing.

c) Pengamalan sila Persatuan Indonesia terbukti dari keutuhan


suatu kerajaan. Sumpah Palapa merupakan contohnya. Gajah Mada
menuturkan pada siding Ratu dan Menteri pada tahun 1331 yang
bertujuan mempersatukan seluruh nusantara.

46

57
5. Sila Kerakyatan dapat dilihat dari sistem kerajaan Majapahit. Menurut
prasasti Brumbung dalam kerajaan Majapahit “Gotong royong pada
masyarakat menumbuhkan adat musyawarah untuk mufakat untuk
menyelesaikan masalah.

6. Sila Keadilan social terlihat dari adanya kesejahteraan dan kemakmuran


pada rakyat-rakyat di setiap kerajaan. Setelah itu muncul kerajaan-kerajaan
Islam antara lain: Kerajaan Samudera Pasai, Demak, Pajang Aceh,
Mataram, Cirebon, Banten, Gowa-Tallo, Ternate dan Tidore Pada masa
kerajaan islam, islam telah memberi daya dorong terbentuknya masyarakat
religius baru dengan penekanan pada nilai-nilai kesamaan yang merupakan
hak yang melekat pada diri manusia. Konsep kesatuan ummah juga telah
menyorongkan konsep baru bernama persatuan. Kerajaan islam juga telah
mengajarkan dan memperkaya paham keyakinan dan kepercayaan akan
adanya Tuhan yang Maha Esa, Jadi pada dasarnya nilai-nilai luhur
Pancasila telah melekat di jiwa bangsa Indonesia sejak masa kerajaan.

A. Pendidikan moral Pancasila pada masa penjajahan

Pada masa penjajahan Jepang, Jepang akan menyatakan bahwa Hindia


timur akan diberi kemerdekaan setelah tercapainya kemenangan dalam perang
Asia Timur Raya. Dan Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dengan diketuai olehDR. K.R.T. Radjiman
Widyeodiningrat yag beranggotalkan 60 orang. Pada masa inilah Pancasila
mulai terbentuk melalui beberapa pendapat mengenai asas-sas dalam
Pancasila hiingga terumusnya Pancasila yang pada saat itu telah ditetapkan
sebagai lima dasar Negara Indonesia.

58
B. Pendidikan moral Pancasila pada era Orde Lama

Pendidikan moral pancasila pada masa orde lama sudah cukup baik
karena Ir. Soekarno ingin pendidikan moral yang berbasis nilai nilai dari
Pancasila itu dilakukan oleh rakyat Indonesia. Maka dari itu presiden
soekarno bercita cita mengembangkan pendidikan moral Pancasila sebagai
suatu pelajaran yang bisa membuat rakyat Indonesia pada khususnya bisa
mempunyai ajaran moral baik dan etika yang baik supaya rakyat Indonesia
menjadi masyarakat yang bermoral dan beretika Pancasila sebagaimana
cita-cita bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang besar dan
bermartabat.  Nilai Pancasila yang digali dari bumi Indonesia sendiri
merupakan pandangan hidup/panutan hidaup bangsa Indonesia. Kemudian,
ditingkatkan kembali menjadi Dasar Negara yang secara yuridis formal
ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945, yaitu sehari setelah Indonesia
merdeka. Secara spesifik, nilai Pancasila telah tercermin dalam norma
seprti norma agama, kesusilaan, kesopanan, kebiasaan, serta norma
hukum. Dengan demikian, nilai Pancasila secara individu hendaknya
dimaknai sebagai cermin perilaku hidup sehari-hari yang terwujud dalam
cara bersikap dan dalam cara bertindak. 

C. Pendidikan Moral Pancasila pada masa Orde Baru.

Selama periode Orde baru, pendidikan sebagai instrumen


pembentukan Karakter warga negara nampak wujudnya dalam standar-
standartisasi karakter warganegara. Standartisasi yang menrcerminkan
kebajikan-kebajikan (warga negara) yang disalurkan dalam mata pelajaran
PMP ( Pendidikan Moral Pancasila). Akibat dari model pendidikan
kewararganegaraan yang menonjolkan kepentingan rezim malah mata
pelajaran PMP  menjadi sangat tidak menarik, fomalistik, dan proses

59
pembelajaran tidak banyak melahirkan kemampuan siswa untuk berpikir
kritis terhadap sistem politik pemerintahnya.

D. Pendidikan Moral Pancasila di Era Reformasi.

Keadaan pendidikan moral Pancasila pada masa reformasi lebih


ditekankan pada nilai moral yang mengacu pada nilai nilai yang
terkandung didalam pancasila, sebagaimana pendidikan moral itu berguna
bagi bangsa dan negara. Jadi pendidikan moral pada masa reformasi lebih
ditekankan pada nilai moralnya, sehingga masyarakat bisa lebih
memahami  etika bermoral yang baik dan beasaskan sesuai dengan nilai
nilai yang terkandung dalam pancasila. Pada masa reformasi, Pendidikan
Moral Pancasila memang cukup berkembang seperti halnya pada masa
orde baru. Namun dikarenakan perbedaan prinsip yang diterapkan,
menimbulkan banyak persimpangan-persimpangan yang terjadi pada masa
itu.

E. Pendidikan Moral Pancasila di Era Pasca Reformasi

Di era ini terdapat banyak keprihatinan yang dirasakan tentang


makna Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia. Salah satunya
Pancasila sebagai pedoman moral menjadi tersisihkan. Dalam pidato-
pidato resmi, para pejabat menjadi phobia dan malu untuk mengucapkan
Pancasila. Anak-anak sekolah tidak lagi mengenal bunyi dan urutan
Pancasila, apalagi nilai-nilai moral yang terkandung dalam Pancasila.
Bahkan kampus-kampus yang notabene mengacu pada para cendekiawan
pun berkembang kecenderungan untuk menafikkan Pancasila.
Pendidikan pancasila mempunyai peran penting dalam membentuk
masyarakat yang berkualitas serta mewujudkan masyarakat yang taat akan
nilai dan norma.

F. Dasar pemikiran pendidikan pancasila

60
Era globalisasi menuntut adanya berbagai perubahan. Demikian juga
bangsa Indonesia pada saat ini terjadi perubahan besar-besaran yang
disebabkan oleh pengaruh dari luar maupun dalam negri. Kesemuanya di atas
memerlukan kemampuan warga negara yang mempunyai bekal ilmu
pengetahuan, teknologi, seni yang berlandaskan pada nilai-nilai budaya
bangsa.

G. Landasan pendidikan pancasila


1. Landasan historis

Di dalam kehidupan bangsa indonesia terdapat prinsip hidup yang


tersimpul dalam pandangan hidup atau filsafat hidup bangsa yang oleh
para pendiri bangsa/ negara dirumuskan dalam rumusan sederhana
namun mendalam yang meliputi lima prinsip, yaitu pancasila.

2. Landasan kultural

Bangsa Indonesia memiliki kepribadian tersendiri yang tercermin


dalam nilai-nilai budaya yang telah lama ada. Nilai-nilai budaya
sebagai nilai dasar berkehidupan berbangsa dan bernegara dirumuskan
dalam pancasila.

3. Landasan yuridis

UUD Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional,


peraturan pemerintahan nomor 60 tahun 1999 tentang pendidikan
tinggi.

4. Landasan filosofi

Nilai-nilai pancasila merupakan dasar filsafat negara, maka dalam


aspek penyelenggaraannya, negara harus bersumber pada nilai-nilai
pancasila termasuk sistem perundang-undangan di Indonesia.

Dalam hal ini peran pancasila sebagai pedoman pendidikan moral,


diantaranya:

61
1. Mengajarkan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa

Mengambil pelajaran dari sila pertama ini mengajarkan bahwa kita


hidup tidak cukup hanya mempelajari urusan Negara, akan tetapi juga
dibutuhkan sebuah pemahaman yang baik akan ketuhanan dan
kepercayaan sebagaimana yang ada pada sila pertama pada pancasila.

2. Mengajarkan cara mendidik sesuai dengan keadilan dan adab yang


baik.

Sila yang kedua ini sangat berpengaruh dengan sila pertama.


Apabila rakyat Indonesia memiliki sebuah pemahaman yang baik akan
Tuhan Nya, mereka akan memiliki rasa kemanusiaan yang baik.memiliki
rasa adil , menjunjung tinggi nilai moral pancasila,sopan santun dengan
sesama,saling bahu membahu,dan menolong sesama manusia tanpa
melihat perbedaan.

3. Mengajarkan Persatuan.

Pada sila yang ketiga mengajarkan bahwa rakyat Indonesia harus


memiliki rasa kesatuan. Meskipun Indonesia memiliki beragam budaya,
bahasa, adat, suku,dan agama yang berbeda dari ujung Sabang sampai
Merauke meraka tidak membeda-bedakan bahkan tetap bersatu untuk
memperjuangkan tanah air Indonesia.

4. Mengajarkan untuk bermusyawarah.

Pada sila yang keempat mengajarkan seluruh rakyat Indonesia


untuk bermusyawarah dengan berkumpul atau mendiskusikan sesuatu
dalam mengambil keputusan. Demikian itu agar tidak terjadinya
perselisihan, adanya persetujuan dan kesepakatan dari seluruh pihak.

5. Mengajarkan keadilan

Dalam sila yang kelima tidak diperbolehkan untuk membeda-


bedakan dalam hal pendidikan. Upaya ini membutuhkan kepemimpinan
nasional yang kuat dan aktif, serta berkomitmen untuk pelaksanaan
pancasila sebagai warisan budaya kita dan sebagai prinsip dasar Republik.

62
Maka dari itu peran pancasila sangat penting bagi aspek kehidupan
terutama dalam pendidikan moral, jika rakyat Indonesia memiliki
pedoman pada pancasila maka tidak akan pernah ada perselisihan,sopan
santun,adanya toleransi,saling membantu. Karna itu bangsa Indonesia
harus memahami dengan baik arti dan makna dari pancasila. Peran
pancasila sebagai pedoman bermoral dalam setiap sila dapat kita lihat dari
makna yang terkandung dalam sila-sila tersebut, sebagai berikut:

 Makna Sila ke-1 Pancasila:


1. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab.
2. Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda sehingga terbangun
kerukunan hidup.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibada sesuai dengan
kepercayaan masing-masing.
4. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercyaannya kepada orang lain
5. Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam
beribadah menurut agamanya masing-masing.

 Makna Sila ke-2 Pancasila:


1. Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk
Tuhan. Artinya, kemanusiaan itu universal.
2. Menjunjung tinggi Kemerdekaan sebagai hak segala
bangsa.menghargai hak setiap warga dan menolak rasialisme.
3. Mewujudkan keadilan peradaban yang tidak lemah.

 Makna Sila ke-3 Pancasila:


1. Mengutamakan persatuan dan kerukunan bagi seluruh rakyat Indonesia
yang mempunyai perbedaan agama, suku, bahasa, dan budaya. Yang
biasa disebut Bhineka Tunggal Ika yang berarti berbeda beda tapi tetap
satu.

63
2. Persatuan Indonesia mengutamakan kepentingan Negara ketimbang
kepentingan pribadi dalam hal mencintai tanah air dan mengharumkan
nama bangsa.
3. Menciptakan kerukunan kepada rakyat Indonesia.
4. Memelihara ketertiban yang berdasarkan kemerdekaan,perdamaian
abadi, dan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

 Makna sila ke-4 Pancasila:


1. Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakar.
2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan budaya bermusyawarah dalam mengambil keputusan
Negara.
4. Bermusyawarah sampai mencapai consensus atau kata mufakat diliputi
dengan semangat kekeluargaan.

 Makna sila ke-5 Pancasila:


1. Mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dalam
suasana kekeluargaan dan kegotong-royong.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberikan pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri
sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk suatu hal yang tidak
penting,pemborosan dan gaya hidup mewah.
8. Tidak menggunakan hak-hak milik untuk hal-hal yang bertentangan
dengan kepentingan umum.
9. Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yng bermanfaat bagi kemajuan
dan kesejahteraan bersama.

64
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan social.

Memahami peran penting pada pendidikan moral juga dapat


membangun jati diri yang baik kepada sesama manusia, seperti yang kita
ketahui bahwa pembangunan moral dibangun melalui proses Informal,
Formal dan Non-Formal. Informal yaitu pembangunan karakter dari
lingkup keluarga, disini yang harus diutamakan pertama kali adalah
bimbingan ibadah agar anak dapat lebih memahami ketuhanan yang
mereka yakini dan bertutur kata yang baik kepada orang tua. Seperti
contoh :

a. Membiasakan anak untuk sholat lima waktu dan mengaji


b. Membiasakan anak untuk menjabat tangan kedua orang tua
c. Mengajarkan anak untuk membantu pekerjaan rumah

Sedangkan Formal adalah pembangunan karakter melalui pendidikan


disekolah, disini guru akan mengajarkan banyak hal seperti :

a. Mengajarkan siswa untuk disiplin


b. Mengajarkan siswa untuk bertanggungjawab dalam mengerjakan
tugas tepat waktu
c. Belajar menjadi ketua kelas, agar anak mampu menjadi pemimpin
yang disiplin dan bertanggungjawab
d. Mengajarkan siswa untuk menjaga kebersihan lingkungan agar
tetap bersih dan terjaga

Sedangkan Unformal adalah pembnagunan moral melalui masyarakat


sekitar. Contohnya :

a. Gotong royong menciptakan rasa simpati terhadap lingkungan


b. Menegur atau mengingatkan anak-anak terutama remaja yang
membuat keonaran seperti kebut-kebutan, coret-coret tembok
dan lain sebagainya.
c. Mengajak untuk bersikap jujur dan adil dalam bertindak

65
Contoh nilai yang didapat dalam pendidikan moral:

1. Nilai keamanahan seseorang.


2. Nilai kejujuran
3. Nilai kecerdasan.

Pancasila sebagai dasar Negara memungkinkan semua kegiatan di


setiap aspek kehidupan didasarkan pada pancasila. Hal itu karena pancasila
mengandung banyak sekali nilai-nilai yang relevan pada setiap aspek
kehidupan. Berbicara mengenai penerapan pancasila dalam aspek
kehidupn, ada beberapa aspek kehidupan yang tidak bisa lepas dari nilai-
nilai pancasila. Salah satunya adalah contoh penerapan nilai-nilai pancasila
dalam bidang politik.

Berikut ini contoh-contoh penerapan sila-sila dalam aspek politik:

1. Sila pertama menandakan bahwa kegiatan politik di Indonesia harus


menjunjung tinggi moral. Seperti yang kita tahu, nilai moral tertinggi
berdasar pada nilai-nilai ketuhanan. Sedangkan moral keagamaan
sendiri bersumber pada kepercaya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Akan tetapi, sebagai Negara, dengan berdasar pada ketuhanan tidak
membuat Indonesia menjadi sebuah Negara agama. Sebagai contoh
penerapan pancasila dalam bidang poitik:

 Menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan nilai agama selama


menjalankan tugas sebagai pejabat.

 Tidak menggunakan fasilitas pemerintah untuk kepentingan


sendiri.

 Pejabat di semua lapisan tidak melakukan korupsi yang


merugikan rakyat.

 Tidak menghalalkan suatu cara untuk menjatuhkan lawan politik.

 Pemrerintah Indonesia tidak mengakui adanya kebebasan untuk


tidak memeluk agama (atheis)

66
2. Sila kedua ini berdasarkan kebijakan politik dan nilai kemanusiaan di
Indonesia. Manusia, dalam hal ini warga Negara adalah komponen
terpenting dalam sebuah Negara. Oleh karena itu, sudah seharusnya
apabila nilai kemanusiaaan dijunjung tinggi dalam semua aspek
kehidupan, termasuk dalam bidang politik. Beberapa contoh penerapan
nilai kemanusiaaan dalam kehidupan politik antara lain :

 Indonesia menjunjung tinggi hak asasi manusia. Hal tersebut


bahkan diatur dalam undang-undang.

 Pembentukan komisi nasional hak asasi manusia adalah salah


satu bentuk bahwa Negara melindungi dan membela hak asasi
tiap warga Negara.

 Negara Indonesia bersifat modualis, yaitu memfasilitasi peran


warga Negara sebagai individu sekaligus sebagai mahluk sosial.

 Warga mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban warga


Negara dalam bidang politik.

3. Sila ketiga dalam kehidupan politik Negara kesatuan Republik Indonesia


adalah Negara yang di bentuk berdasarpada persatuan. Banyak perbedaan
yang harus disatukan untuk menjadi Indonesia.
4. Sila keempat dalam Pancasila menjadi dasar Indonesia untuk menjadi
Negara Demokrasi. Selain itu Indonesia juga sangat menghargai suara
rakyat. Berikut ini merupakan contoh-contoh bahwa Indonesia
menerapkan moral Pancasila dalam dunia politik:

 Penerapan pemilihan langsung dalam sistem pemilu Indonesia.

 Adanya Dewan Perwakilan Daerah yang mewakili suara rakyat.

 Pengambilan kebijakan politik selalu diputuskan dengan sistem


musyawarah mufakat.

 Pihak oposisi menghormati dan tetap melaksanakan kebijakan yang telah


ditetapkan dalam muyswarah

67
5. Sila kelima mempunyai arti yang sangat luas. Beberapa hal yang
berkaitan dengan contoh penerapan nilai-nilai pancasila dalam bidang
Politik yang erat dengan konsep sila kelima ini adalah gotong royong,
kasih saying yang disertakan rasa adil baik dimana kehidupan poltik dan
sosial disatukan.

Tidak hanya di bidang politik kita juga sebagai Warga negara Indonesia
memiliki kewajiban untuk menerapkan Pancasila sebagai pedoman kehidupan
bermoral. Berikut ini merupakan contoh penerapan pendidikan moral Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari jika dilihat dari masing- masing sila:

1. Penerapan Pancasila: Sila ketuhanan Yang Maha Esa.


a) Percaya dan taqwa terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan yang timbul dari
hati.
b) Memili satu agama dan menjalankan peribadatan dari agama
tersebut dan diikuti dengan ketakwaan pada Tuhan.
c) Saling menghormati antar pemeluk agama.
d) Saling tolong-menolong dalam kehidupan beragama agar
tercipta kerukunan.
e) Tidak memaksakan suatu agama pada orang lain.
f) Peran moral dalam membentuk karakter bangsa karena
didorong adanya sebuah keyakinan beragama yang
dilindungi oleh bangsa.

2. Penerapan Pancasila: Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab.


a) Mengakui persamaan derajat serta hak dan kewajiban
bernegara.
b) Tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan suku, agama,
atau kasta.
c) Tidak melakuka diskriminatif.
d) Tidakbertindak maupun berperilaku sewenang-wenan dan
menghindari terjadinya pelanggaran hak warga negara.

68
3. Penerapan Pancasila: Sila persatuan Indonesia.
a) Rela berkorban untuk bangsa dan negara.
b) Cinta tanah air dan menjaga nama baiknya.
c) Tidak memicu keributan maupun konflik yang tidak
bermanfaat dan dapat mengganggu persatuan bangsa
Indonesia.
d) Menjunjung tinggi persatuan Indonesia.

4. Penerapan Pancasila: Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat


kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
a) Selalu mengedepankan musyawarah untuk mencapai
mufakat dalam menyelesaikan masalah
b) Tidak memaksakan kehendak pribadi
c) Mempertanggung jwabkansetiap keputusan yang diambil
dari musyawarah secara moral.
d) Ikut serta dalam pemilihan umum.
e) Menghormati hasil musyawarah sebagai pewujudan nilai
moral.

5. Penerapan Pancasila: Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat


Indonesia.
a) Menjaga kesimbangan antar hak dan kewajiban dalam
kehidupan sosial.
b) Menjauhi sikap merampas hak orang lain yang dapat
menyebabkan konflik sosial dan mengakibatkan dekandensi
moral.
c) Belajar berbagi agar tercipta keadilan.
d) Bersikap adil dengan membantu orang yang sedang
kesulitan.
e) Besikap adil dengan tidak memaksakan kehendak.

69
Jika kita membiasakan dengan menjadikan Pancasila sebagai
pedoman berkehidupan sesuai dengan fungsi Pancasila sebagai ideologi
negara, maka ketertiban akan selalu terjaga dan yang namanya Dekandensi
moral lama-kelamaan akan hilang. Salah satu contoh penerapan pancasila
sebagai pedoman kehidupan bermoral diatas dapat kita terapkan dalam
kehidupan sehari-hari agar terbentuk karakter yang bermoral dan agar salah
satu misi bangsa Indonesia terwujud yakni menjadikan bangsa Indonesia
sebagai manusia yang bermoral Pancasila.

70
DAFTAR PUSTAKA

Perbakawatja, s. (1981). Ensiklopedia Pendidikan. jakarta: gunung agung.


Tirtarahaja, u. S. (2005). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
24 contoh penerapan pancasila dalam aspek politik. (n.d.). Retrieved oktober 24,
2020, from https://guruppkn.com.
Darmohadiharjo. (1978). orientasi singkat pancasila. Jakarta: PT. Gita Karya.
Daroeso, B. (1989). Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang:
CV.Aneka Ilmu.
Daroeso, b. (n.d.). Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. semarang: CV.
Aneka Ilmu.
Depdikbud. (1989). Kamus Besar Bahasa INdonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Fauzi, A. (1983). Pancasila Ditinjau Dari Segi Yuridis Konstisusional dan Segi
Filosofis. Malang: Lembaga penerbitan UB.
Ishmaun. (19775). Problematika pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia.
Bandung: CV.Yulianti.
Kaelan. (2014). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Naiggolan, Z. (1997). Pandangan Cendwkiawan Muslim tentang moral pancasila,
moral barat, dan moral islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Nugroho, n. (n.d.). Prndidikan moral menurut john locke ke perspektif pendidikan
agama islam.
Poerbakawatja, s. (1981). Ensiklopedia Pendidikan. jakarta: gunung agung.
Setiadi, E. M. (2005). pendidikan pancasila untuk perguruan tinggi. Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Setiarji, A. g. (1990). Dialektika Hukum dan Moral Dalam Membangun
Masyarakat Indonesia. Yogyakarta: Kanius.
Suwarno. (1993). pancasila budaya bangsa indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Taniredja, T. (n.d.). Konsensus Kebangsaan pancasila dan UUD.
Tirtarahaja, u. S. (2005). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Toyibin. (1997). Pendidikan Pancasila. Jakarta: Rineka Cipta.
Warsono, w. t. (2017). pendidikan pancasila. Surabaya: Unesa University Press.

71
72
73

Anda mungkin juga menyukai