Anda di halaman 1dari 40

TUGAS BESAR MIKROBIOLOGI FARMASI

Senyawa Antikanker Diphtheriae Toxin dari Corynebacterium


diphtheriae

Kelompok : 6
Disusun Oleh :
Nethanya Cantigi Sekar Kinasih 10719023
Muhtadi Ihsan Nugraha 10719037
Adinda Mutiara 10719044
Muhammad Dzaki Naufal Ramadhan 10719066
Stevanie 10719068
Trifena Gabriele 10719078
Marcella Adriana Aridewo 10719085
Ditri Arita 10719104
Chelzsya Athaayaa Nurman 10719108

SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI


SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
ABSTRAK

Corynebacterium diphtheriae merupakan bakteri patogen gram positif penyebab


difteri. Media yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri Corynebacterium diphtheriae,
yaitu media selektif cystine tellurite blood agar (CTBA). Pada metode identifikasi
Corynebacterium diphtheriae secara kovensional, digunakan media selektif CTBA, lalu
dilanjutkan dengan Elek Test menggunakan prinsip imunopresipitasi untuk mengidentifikasi
toksigenitas Corynebacterium diphtheriae. Metode identifikasi molekuler yang digunakan,
yaitu metode PCR dengan menggunakan primer gen tox/dtx dan gen dtxR, mastermix PCR,
dan agar elektroforesis. Corynebacterium diphtheriae menghasilkan senyawa Diphtheria
toxin (DT) ketika diinfeksi oleh bakteriofag B. DT merupakan molekul dengan bentuk Y
yang terdiri dari fragmen A dan B. Mekanisme apoptosis sel kanker diawali oleh pengikatan
receptor-binding domain pada fragmen B dengan HBEGFR, lalu domain transmembran pada
fragmen B akan memfasilitasi translokasi domain katalis. Domain katalis pada fragmen A
akan mengikat NAD dan mentransfer ADPR ke faktor elongasi 2 (EF-2), kemudian EF-2
menjadi nonaktif dan sintesis protein sel kanker terhambat, sehingga memicu kematian sel.
Diphtheria toxin sebagai imunotoksin juga dapat menginhibisi angiogenesis tumor oleh
aktivitas DT385. Denileukin diftitox (DAB389IL-2) merupakan suatu protein fusi yang pada
domain R dari DT berikatan dengan molekul Interleukin-2 (IL-2) untuk mentarget reseptor
IL-2 (IL-2R), dan telah melewati uji klinik fase III yang disetujui oleh FDA pada tahun 2008
untuk pengobatan CTCL. Tagraxofusp (SL-401) merupakan protein rekombinan, terdiri dari
DT tanpa domain pengikat terminal-C yang berikatan dengan Interleukin-3 (IL-3), mentarget
sel tumor pengekspres CD123, dan telah melewati uji klinik fase II yang disetujui oleh FDA
pada Desember 2018 untuk pengobatan BPDCN. Corynebacterium diphtheriae dapat
menghasilkan senyawa Diphtheria toxin yang mempunyai aktivitas antikanker spesifik
terhadap sel target.

Kata kunci : toksin, difteri, Corynebacterium diphtheriae, sel, kanker.

1
1. PENGGOLONGAN MIKROBA

Corynebacterium dhypteriae merupakan bakteri patogen penyebab difteri yang


ditemukan pertama kali oleh Edwin Klebs dan Friedrich Loffler. Secara umum, bakteri ini
tergolong bakteri gram positif anaerob fakultatif, ditandai dengan tidak berspora, tidak
berkapsul, bergranula, dan tidak bergerak. Bakteri patogen ini berdiameter 0,5-1 μm dengan
panjang 1-8 μm. Pada agar darah, koloni yang terlihat berbentuk kecil, granular, dan
berwarna abu-abu dengan tepi tidak beraturan. Selain itu, pada suatu kultur, koloni bakteri ini
akan berhubungan satu sama lain membentuk suatu susunan sejajar, paralel, palisade, atau
seperti huruf Cina dengan letak bakteri seperti huruf L, V, W, atau tangan dengan jari
terbuka.

Gambar 1.1 Sel bakteri Corynebacterium dhypteriae dengan pewarnaan polikromatik


granula (Todar, 2002)

Ciri khas dari bakteri Corynebacterium dhypteriae adalah bentuk pembengkakan


tidak teratur pada salah satu ujung batang atau dikenal dengan bentuk “gada”. Di dalam
batang tersebut tersebar granula-granula, umumnya di ujung kutub, yang dapat diwarnai
dengan jelas dengan zat warna anilin. Granula merupakan bahan cadangan sumber karbon
yang disimpan dalam bentuk polimer netral dengan osmotik lambat yang suatu saat dapat
diubah menjadi polimer glukosa dan glikogen. Granula tersebut digunakan sebagai sumber
karbon ketika sintesis asam nukleat dan protein dimulai kembali. Pada pewarnaan Neisser,
pewarnaan untuk melihat granula metakromatik pada Corynebacterium diphtheriae, tubuh
bakteri berwarna kuning atau coklat muda sedangkan granulanya berwarna biru violet.

2
Bakteri ini bersifat anaerob fakultatif, tetapi pertumbuhan maksimal diperoleh pada bakteri
dengan suasana aerob. Hal ini disebabkan bakteri akan lebih tahan terhadap pengaruh cahaya,
pengeringan dan pembekuan. Namun, bakteri suasana aerob dapat dengan mudah dimatikan
oleh desinfektan.
Terdapat tiga biotipe C. diphtheriae yang dapat dibedakan oleh tingkat keparahan
penyakit pada manusia, yaitu:
a. Gravis
Bakteri agak kasar, berbentuk rata, berwarna abu-abu sampai hitam, ukuran paling
besar dibanding jenis lainnya, bentuk pemukul dan bentuk halter, granula
metakromatik sedikit.
b. Mitis
Berukuran lebih kecil dari jenis bakteri gravis, koloni licin, berbentuk cembung dan
berwarna hitam. Bentuk bakteri batang pleomorfik dengan sejumlah granula
metakromatik
c. Intermedius
Koloni berukuran kecil dan licin dengan pusat berwarna hitam, batang pendek,
terwarnai dengan selang-seling pita biru terang dan gelap, serta tidak terdapat granula
metakromatik.

Ketiga tipe diatas sedikit berbeda dalam morfologi koloni dan sifat-sifat biokimia,
seperti kemampuan metabolisme nutrisi tertentu. Perbedaan virulensi dari tiga tipe dapat
dikaitkan dengan kemampuan relatif mereka untuk memproduksi toksin difteri, strain
toksigenik atau nontoksigenik, dan tingkat pertumbuhan masing-masing. Waktu regenerasi
secara in vitro pada umumnya adalah 60 menit, sedangkan biotipe intermedius memiliki
waktu generasi sekitar 100 menit dan mitis memiliki waktu generasi dari sekitar 180 menit.
Dalam tenggorokan (in vivo), tingkat pertumbuhan yang tinggi memungkinkan bakteri untuk
lebih cepat dalam menyerang jaringan.
Habitat Corynebacterium dhypteriae banyak ditemukan pada saluran pernapasan
(selaput mukosa) dan kulit yang terluka. Corynebacterium dhypteriae banyak menginfeksi
manusia dan hewan tidak mudah terkena penyakit yang disebabkan oleh Corynebacterium
dhypteriae, yaitu penyakit difteri. Bakteri ini juga tersebar luas di lingkungan dan dapat
diisolasi dari tanah, air, bahan tumbuhan dan hewan. 
Tipe difteri berdasarkan lokasi anatomi nya adalah nasal diphtheria, tonsillar
[faucial] diphtheria, pharyngeal diphtheria, laryngeal atau laryngotracheal diphtheria, dan

3
non-respiratory diphtheria. Serta, Corynebacterium diphtheriae non-toksik sering dijumpai
pada nasofaring, telinga & kotoran mata.
2. MEDIA PERTUMBUHAN MIKROBA PENGHASIL
Media pertumbuhan yang cocok untuk Corynebacterium diphtheriae adalah medium
selektif cystine tellurite blood agar (CTBA). Selektivitas media terletak pada tellurite yang
dapat menghambat pertumbuhan bakteri lainnya. Menurut WHO, media yang cocok untuk
pertumbuhan Corynebacterium diphtheriae adalah CTBA dan medium hoyle. 
Media CTBA mengandung agar base darah (oxoid), kalium tellurite dan sistin. Agar
base darah mengandung 36 g media agar darah dalam 900 air suling. Kalium tellurite yang
digunakan adalah 0,3 g dan dilarutkan dalam 100 mL air suling. Sistin yang digunakan
sebanyak 22 mg dan dilarutkan pada 2 tetes asam klorida 5% . Pencampuran media dan
reagen dilakukan dengan cara media agar base darah yang telah disterilkan dan berada pada
suhu 45-50oC ditambahkan 50 mL darah domba , kemudian ditambahkan sistin yang telah
terlarut dan tambahkan juga 75 mL kalium tellurite,  lalu dihomogenkan dengan cara dikocok
secara perlahan kemudian dituang ke dalam cawan petri sebanyak 15-20 mL. 
Bakteri Corynebacterium dapat tumbuh karena kemampuan dari bakteri tersebut
untuk mereduksi tellurite menjadi tellurium yang menyebabkan koloni pada medium CTBA
berwarna hitam atau keabuan. Campuran tellurite dalam konsentrasi 0,3%-0,8% yang ada
pada medium CTBA berfungsi untuk menghambat bakteri lain. Akan tetapi, tellurite dapat
bersifat toksik bila konsentrasinya terlalu tinggi sehingga perlu diperhatikan penambahan
tellurite pada pembuatan media untuk menghindari kemungkinan jumlah bakteri
C.diphtheriae yang dikultur dalam jumlah sedikit yang berpengaruh terhadap hasi menjadi
negatif palsu.
(Khariri, Sariadji, Sunarno, & dkk., 2015)
Medium lain yang disarankan WHO untuk menumbuhkan Corynebacterium
diphtheriae adalah medium Hoyle. Komposisi medium hoyle adalah ekstrak daging, peptone,
natrium klorida, kalium tellurit, darah kuda yang telah didefibrinasi, agar. [ CITATION leg \l
1033 ] Selain itu, dapat juga digunakan Loeffler agar, Mueller-Miller tellurite agar, atau
Tinsdale tellurite agar.

4
Gambar 2.1. Komposisi CTBA (Remel, 2008)

3. METODE IDENTIFIKASI

3.1. Metode Konvensional


Metode identifikasi Corynebacterium diphteriae dapat dilakukan secara konvensional
dengan menggunakan metode media selektif dan dilanjutkan dengan metode
immunopresipitasi (Elek Test). Pengujian pada media selektif belum dapat membedakan C.
diphteriae yang toksigenik dan nontoksigenik sehingga dilakukan pengujian lanjutan
menggunakan prinsip immunopresipitasi untuk membedakan kedua jenis C. diphteriae.

3.1.1. Media Selektif


Pengujian ini dilakukan pada media CTBA (crystine tellurite blood agar).
Senyawa yang berperan sebagai senyawa selektif dalam komposisi CTBA adalah
tellurite sebanyak. Dengan senyawa ini, CTBA dapat menginhibisi pertumbuhan
hampir sebagian besar bakteri gram positif dan gram negatif kecuali Corynebacterium
diphteriae karena bakteri ini bersifat resisten terhadap tellurite. Prosedur pengujian
adalah sebagai berikut.

Larutan stok Isolat CTBA diinkubasi


berisi isolat diinokulasikan ke pada suhu 37°C
bakteri dibuat medium CTBA selama 24-48 jam

Koloni yang terbentuk pada media agar adalah warna hitam atau keabuan. Hal
ini disebabkan karena Corynebacterium memiliki kemampuan untuk mereduksi
tellurite menjadi tellurium. Namun pengujian media selektif ini masih kurang spesifik
karena adanya beberapa bakteri yang dapat tumbuh dalam medium CTBA seperti
Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Enterobacter sakazakii,

5
Klebsiella pneumoniae dan Candida albicans. . Selain itu, metode media selektif
belum dapat membedakan C. diphteriae yang toksigenik dan nontoksigenik. Berikut
adalah contoh interpretasi pertumbuhan C. diphteriae pada media CTBA.

Gambar 3.1. Hasil Interpretasi Media Selektif (Sariadji, 2015)

3.1.2. Elek Test


Elek Test merupakan salah satu metode konvensional yang dapat digunakan
dalam mengidentifikasi toksin difteri yang dihasilkan oleh Corynebacterium
diphtheriae. Biasanya pengujian ini dilakukan setelah melakukan metode media
selektif untuk bakteri difteri. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, C. diphteriae
terbagi menjadi dua yaitu toksigenik (memproduksi toksin) dan nontoksigenik (tidak
dapat memproduksi toksin). Elek Test bertujuan untuk membedakan kedua sifat
bakteri difteri ini.
Elek Test menggunakan prinsip imunopresipitasi yang merupakan sebuah
teknik untuk mengendapkan antigen protein dari larutan menggunakan antibodi yang
mengikat protein tersebut secara spesifik. Antibodi yang digunakan adalah ADS
(serum antidifteri) yang nantinya akan bereaksi dengan antigen berupa toksin difteri.
Bila bakteri bersifat toksigenik maka akan terjadi ikatan antigen-antibodi yang
membentuk presipitasi. Metode pengujiannya adalah sebagai berikut.

Isolat bakteri Disk antitoksin Isolat bakteri Cawan petri


ditumbuhkan dan (25 IU ADS) diinokulasikan diinkubasi
diinkubasi selama diletakkan di pada bagian tepi pada suhu
24-48 jam pada tengah cawan dengan jarak 1 cm 37°C selama
suhu 37°C petri dari antitoksin 24-48 jam.

Setelah diinkubasi, akan didapatkan hasil berupa garis presipitasi di sekitar


disk antitoksin bila bakteri bersifat toksigenik. Jika tidak terdapat garis presipitasi

6
maka bakteri bersifat nontoksigenik. Berikut adalah contoh hasil interpretasi
pengujian Elek Test.

Gambar 3.2. Hasil Interpretasi Elek Test (Sariadji, 2017)

Pengujian menggunakan metode elek test memiliki beberapa kelemahan yaitu


membutuhkan waktu yang cukup lama dan keterbatasan reagen standard di beberapa
negara, termasuk Indonesia.

3.2. Metode Molekuler (PCR)


Metode PCR merupakan metode molekuler yang bertujuan untuk
mengidentifikasi C. diphteriae yang toksigenik dan nontoksigenik. Metode PCR
Multipleks ini memiliki target gen berupa gen tox/dtx yang menyebabkan sifat
toksigenik (139 bp) dan gen dtxR yang berupa gen nontoksigenik (182 bp). Dalam
metode PCR, diperlukan beberapa senyawa seperti primer DNA, mastermix PCR, dan
agar elektroforesis. Berikut adalah komposisi dari senyawa-senyawa tersebut.

Tabel 3.1. Desain Primer

Nama gen Urutan Basa Jum- Persen Melting Panjang


(primer) lah jumlah Temperatu produk
BP basa G & C -re (TM)

Gen tox/dtx AACTATGCGGC 20 60.00% 67.61°C 139 bp


(Forward) GTGGGCAGT

7
Gen tox/dtx GGTGAACGGCA 21 61.90% 68.52°C 139 bp
(Reverse) CCGTCTGCAA

Gen dtxR TGCCCGTATGG 20 65.00% 68.00°C 182 bp


(Forward) AGCGCGATG

Gen dtxR GTTCCCAGCGG 20 65.00% 68.17°C 182 bp


(Reverse) CAGGCTTCA

Tabel 3.2. Komposisi Mastermix

Nama bahan Volume

DNA Primer 5 µl

Molecular water 3 µl

DNA Template 4.5 µl

TOTAL 12.5 µl

Komposisi Agar Elektroforesis : 1.5% Agarose, 1X TBE buffer (sebagai pelarut


agarose), Ethidium bromide (EtBr) (sebagai pewarna)

Langkah metode pengujian PCR adalah sebagai berikut.

Primer Master Denaturasi Amplifikasi Amplifikasi


didesain dan -mix 95°C, 95°C, 67°C,
diuji coba dibuat 2 menit 30 detik 30 detik

Elektroforesis Ekstensi Amplifikasi


100 V, 1 jam 72°C, 72°C,
10 menit 1 menit

Hasil interpretasi PCR adalah adanya penampakan pita DNA pada titik marker
DNA yang sesuai, yaitu 139 bp untuk gen dtx dan 182 bp untuk gen dtxR. C.
diphteriae bersifat toksigenik bila pada kedua marker DNA (139 bp dan 182 bp)
terdapat pita. Sedangkan bila pita DNA hanya terdapat pada 182 bp dapat
disimpulkan bahwa C. diphteriae bersifat nontoksigenik. Bila tidak ada penampakan
pita DNA pada kedua marker maka dapat disimpulkan bahwa bakteri bukan
merupakan C. diphteriae. Berikut adalah contoh hasil interpretasi uji PCR.

8
Gambar 3.3. Hasil Interpretasi PCR dan Elektroforesis (Sunarno, 2013)

4. SENYAWA ANTIKANKER
Menurut WHO, kanker adalah istilah dari kelompok penyakit yang bisa
mempengaruhi bagian tubuh. Istilah lainnya menyebutkan bahwa kanker adalah tumor ganas.
Salah satu ciri yang sangat umum adalah adanya pertumbuhan sel abnormal yang cepat dan
diluar batasan yang mampu mempengaruhi bagian tubuh lain didekatnya. Senyawa sitotoksik
adalah senyawa atau proses yang memiliki kemampuan menghancurkan atau membunuh sel.
Istilah ini biasa digunakan untuk obat kemoterapi yang membunuh sel kanker, namun bisa
juga untuk mendeskripsikan racun seperti bisa. Salah satu golongan senyawa yang dapat
berfungsi sebagai antikanker adalah golongan toksin. Senyawa yang termasuk ke dalam
golongan ini adalah toksin difteri yang dihasilkan oleh Corynebacterium diphtheriae.
Diphtheria toxin (62 kDa protein dengan 535 asam amino) adalah eksotoksin dengan
rantai tunggal yang dihasilkan oleh Corynebacterium diphtheriae ketika diinfeksi oleh
bakteriofag B. Produksi senyawa toksik ini dipicu oleh represor yang diaktifkan oleh Fe2+
dan DtxR yang dikodekan oleh genom C difteri. Ekspresi toksik bergantung pada keadaan
fisiologis C difteri. Ketika kondisi Fe2+ menjadi substrat pembatas laju pertumbuhan, Fe2+
berdisosiasi dari DtxR membuat gen toksik tidak tertekan dan toksin difteri disintesis ke
dalam media kultur dengan kecepatan maksimal. Diphtheria toxin sendiri merupakan
molekul dengan bentuk Y yang terdiri dari 2 daerah fungsional berbeda, yaitu A dan B.
Fragmen A yang berlokasi di N-terminus, terdiri juga dari domain katalis (domain C) mampu
menghentikan sintesis protein sel inang dengan menonaktifkan faktor elongasi-2 (EF-2)
sehingga dapat mencegah sintesis protein sel dalam sel eukariotik yang kemudian dapat

9
mengakibatkan kematian sel. Fragmen B memiliki 2 daerah/domain, yaitu receptor-binding
domain (domain R) dan domain transmembran (domain T).

Gambar 4.1. Representasi Skematis Gambar 4.2. Struktur Pita dari

Diphtheria toxin (Shafie, dkk.,2019) Diphtheria toxin (Baron,1996)

Diphtheria toxin dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan imunotoksin rekombinan


untuk melawan kanker yang telah diuji aktivitas antikankernya baik di model eksperimental
dan manusia. Domain T dalam Diphtheria toxin (pada fragmen B) akan membantu
translokasi domain katalis dari endosome ke sitosol, sementara domain R akan mengikat
epidermal growth factor receptor (HBEGFR) pada permukaan sel yang rentan. Di dalam
sitoplasma sel yang rentan, domain katalis pertama-tama akan berikatan dengan nicotinamide
dinucleotide (NAD) dan mentransfer adenosin difosfat ribosil (ADPR) ke faktor elongasi 2
(protein pengikat GTP yang memediasi translokasi peptidyl-tRNA dari situs A ke situs P di
ribosom), yang kemudian akan menghambat sintesis protein. Hal ini merupakan mekanisme
yang memicu kematian sel apoptosis (kematian sel terprogram). Oleh karena itu,
pemanfaatan Diphtheria toxin sebagai imunotoksin berkaitan dengan kemampuan
menstimulasi apoptosis sel yang disebabkan karena ikatan antara receptor-binding domain
(domain R) dengan sitokin, cancer-specific CPP, faktor pertumbuhan (epidermal growth
factor receptor (HBEGFR)), dan ligan spesifik untuk antigen (zat yang merangsang respon
imun untuk menghasilkan antibodi) sel kanker sehingga menghasilkan protein fusi.

10
Gambar 4.3. Mekanisme Internalisasi Diphtheria toxin (Shafie,dkk.,2019)

Pertumbuhan tumor dan metastasis memerlukan banyak pembuluh darah untuk


memenuhi kebutuhan nutrisi dan oksigen sel kanker yang sangat banyak (akibat pertumbuhan
sel abnormal yang tidak terkendali di dalam tubuh ). Oleh karena itu pertumbuhan dan
metastasis tumor bergantung pada angiogenesis. Sel tumor akan mensekresi VEGF (Vascular
Endothelial Growth Factor) yang menstimulasi sel endotelial membentuk pembuluh darah
baru. Selain menyebabkan kematian sel apoptosis, Diphtheria toxin sebagai imunotoksin juga
dapat menginhibisi angiogenesis. CAM ( chick chorioallantoic membrane assay) digunakan
sebagai model in vivo untuk menguji efek toksin pada angiogenesis, dan melalui uji tersebut
diketahui bahwa Diphtheria toxin dapat menghambat pertumbuhan pembuluh darah yang
diinduksi oleh HEp3. Gambar di bawah ini menunjukkan 24 jam setelah injeksi terakhir
Diphtheria toxin dengan konsentrasi awal sekitar 20 nM menunjukkan penurunan massa
tumor sebanyak 41% (gambar 4B) dan hilangnya 66% volume tumor (gambar 4C). Hal ini
menunjukkan aktivitas sebagai antiangiogenesis, yaitu DT385 dapat menghambat
angiogenesis tumor dan selanjutnya mengurangi pertumbuhan tumor.

11
Gambar 4.4. DT385 Menginhibisi Angiogenesis & Mengurangi Tumor
(Zhang,dkk.,2010)

Beberapa studi mempelajari permukaan-permukaan sel reseptor atau antigen yang


menjadi target pembentukan imunotoksin dari Diphtheria toxin yang ditunjukkan pada tabel
berikut.

Gambar 4.5. Tabel Reseptor Permukaan Sel yang Menjadi Target Diphtheria toxin dan
Keberadaannya dalam Sel Normal dan Sel Ganas (Shafie,dkk.,2019)

Beberapa produk pemanfaatan Diphtheria toxin sebagai imunotoksin :

A. Denileukin diftitox (DD / Ontak)

12
Denileukin diftitox (DD / Ontak) atau DAB389IL-2 adalah suatu protein fusi yang
pada bagian receptor-binding domain (domain R) pada Diphtheria toxin berikatan dengan
molekul Interleukin-2. Karena domain IL-2 yang spesifik, memungkinkan Diphtheria toxin
memediasi aktivitas sitotoksik pada sel-sel yang mengekspresikan reseptor IL-2 (IL-2R).
Reseptor IL-2 secara selektif diekspresikan pada sel T-limfosit, sel B, dan natural killer cell
(NK). Sekitar 50% kasus CTCL (Cutaneous T-cell lymphomas) mengekspresikan IL-2R
(dibuktikan berdasarkan pewarnaan imunohistokimia). IL-2 reseptor dapat dibagi menjadi 3
subtipe berdasarkan afinitas. Setiap subtipe merupakan kombinasi dari subunit : alpha (CD25,
p 55), beta (CD122, p75), dan gamma (CD132, p 64). Reseptor dengan afinitas rendah terdiri
dari subunit IL-2R-α/γ (CD25, CD132) subunit yang berikatan dengan IL-2, tetapi tidak
menyebabkan adanya aktivitas internalisasi atau aktivasi. Reseptor dengan afinitas sedang
dan tinggi tersusun dari subunit IL-2R-β/γ (CD122, CD132) and Il-2R-α/β/γ (CD25, CD122,
CD133) subunit, keduanya menyebabkan aktivitas internalisasi dan memberi sinyal
transduksi. Adanya subunit beta dan gamma sangat penting untuk sensitivitas dan
internalisasi dari toksin fusi (Diphtheria toxin). Adapun mekanisme aksi dari Diphtheria
toxin adalah Diphtheria toxin akan terikat pada reseptor IL-2 kemudian masuk ke dalam sel
melalui proses endositosis. Setelah diinternalisasi, terjadi pengasaman ;hal ini penting untuk
translokasi fragmen A dari Diphtheria toxin ke dalam sitoplasma. Fragmen A yang
diinternalisasi akan mengkatalisis pembelahan nicotinamide adenine dinucleotide (NAD)
menjadi nicotinamide yang mengakibatkan transfer ADP ke faktor elongasi 2 (EF-2). Hal ini
mengakibatkan penghambatan perpanjangan mRNA dan pada akhirnya akan menghambat
sintesis protein. Hal ini memicu kematian sel secara apoptosis (kematian sel terprogram).
Bentuk pertama dari protein fusi Diphtheria toxin adalah DAB486-IL-2, yang dilakukan uji
kliniknya pertama kali pada awal tahun 1990 melalui pengujian terhadap 18 pasien penderita
keganasan hematologis (termasuk CTCL). Setelah pengobatan, ditemukan antibodi terhadap
DAB486-IL-2, Diphtheria toxin, dan IL-2 pada banyak pasien. Terlepas dari temuan ini,
konklusinya adalah belum ditunjukkannya efek anti tumor dari DAB486-IL-2. Hesketh dan
rekan kerjanya kemudian mengeksplorasi fungsi DAB486-IL-2 pada cutaneous T-cell
lymphoma. Sama seperti temuan sebelumnya, ditemukan adanya antibodi terhadap DAB484-
IL-2, DT, atau IL-2 namun tidak mempengaruhi respon dalam pengobatan. Pengamatan in
vitro sebelumnya juga menemukan hubungan antara sitotoksisitas dari DAB486-IL-2 dengan
durasi interaksi ligand-reseptor. Lalu dilakukan uji terhadap 23 pasien dengan waktu infusi
90 menit, kemudian dilanjutkan studi dengan uji terhadap 20 pasien dengan waktu infusi 60
menit. Namun keduanya belum dapat menentukan konklusi spesifik efek terhadap antibodi.

13
Sebuah studi fase 2 melibatkan 14 pasien CTCL sekali lagi membuktikan efikasi dari obat
ini. Namun seperti pada penelitian-penelitian sebelumnya, keberadaan antibodi anti DT tidak
berpengaruh dalam pengobatan. DAB389-IL-2 merupakan modifikasi dari DAB486-IL-2
dengan pengurangan 97 asam amino dari domain pengikat reseptor dan menghasilkan protein
fusi dengan afinitas 5 kali lipat lebih besar pada sel target. Modifikasi ini juga mengakibatkan
peningkatan 10 kali lipat potensi dari molekul dan meningkatkan paruh hidupnya. Toksin fusi
DAB389-IL-2 ini kemudian dikenal dengan Denileukin difitox (DD). Uji klinik fase I/II
dilakukan oleh saleh dan rekan kerjanya terhadap 35 pasien penderita CTCL untuk
mengevaluasi keefektivitas formulasi DAB389-IL-2. Uji klinik ini mendapat tingkat respon
34% pada berbagai rentang dosis. Banyak pasien melaporkan adanya gejala CTCL yang
dialami berkurang namun pasien-pasien tersebut juga umumnya mengalami beberapa efek
samping, yaitu demam, menggigil, dan mual. Beberapa fase I dan fase II juga dilakukan
setelahnya dan kesimpulan dari uji-uji tersebut adalah tidak ditemukannya hubungan antara
adanya IL-2Rα terhadap respon klinis, namun yang terpenting adalah pasien melaporkan
adanya pengurangan gejala yang dialami dan peningkatan kualitas hidup. Uji klinik fase III
dilakukan oleh Olsen dan rekan kerjanya. Berdasarkan uji yang mereka lakukan, disimpulkan
dari 71 pasien, dengan 68% pasien penderita penyakit stadium IIB atau lebih lanjut, terdapat
tingkat respon sekitar 30% , perbedaan kelompok dosis yang dilakukan tidak menunjukkan
hasil yang jauh berbeda, namun adanya kemanjuran dosis tinggi pada pasien dengan penyakit
stadium BII atau lanjut, sekitar 68% pasien mengalami perbaikan klinis terhadap pruritus
yang dialami. Hasil dari uji klinik fase III ini kemudian membawa persetujuan dari FDA
untuk pengobatan CTCL dengan nama denileukin diftitox (ONTAK) pada tahun 2008.

B. Tagraxofusp

Tagraxofusp (atau SL-401) adalah protein rekombinan yang terdiri dari toksin difteri
(DT) tanpa domain pengikat terminal-C yang menyatu dengan interleukin-3 (IL-3). Bagian
terakhir protein ini mengikat CD123 di permukaan sel tumor. Akibatnya, toksin difteri
diinternalisasi di dalam sel tumor pengekspres CD123. Ini merusak sintesis protein dan
memicu kematian sel, terutama oleh penghambatan Faktor Elongasi 2 (EF2 ).

CD123 pertama kali dilaporkan menjadi target potensial dalam penyakit hematologi
oleh Jordan dan rekan pada tahun 2000. Mereka menunjukkan bahwa rantai alfa reseptor
interleukin-3 diekspresikan dalam sel punca leukemia CD34 + / CD38 di LMA, sedangkan
tidak ada di permukaan sel induk sel CD34 + / CD38- turunan sumsum tulang normal. Selain

14
itu, tingkat ekspresi CD123 yang tinggi telah terbukti terlibat dalam peningkatan proliferasi
dan hasil yang lebih buruk pada beberapa neoplasma hematologi. Oleh karena itu, CD123
adalah salah satu target terapeutik utama di Perkembangan terapi baru saat ini pada
keganasan myeloid.

Interleukin-3 (IL-3) adalah sitokin yang menginisiasi diferensiasi hematopoietik stem


cell menjadi common myeloid progenitor dalam proses hematopoiesis. IL-3R tersusun dari 2
subunit (α dan β). Ligan dipasang ke subunit IL-3R α (CD123), hal ini memicu endositosis
yang dimediasi reseptor ke dalam vesikel yang akan mengantarkan toksin difteri ke endosom
yang kemudian akan dibelah oleh furin untuk menghasilkan fragmen A dan B dari toksin.
Lingkungan asam endosom akan membuka ketiga domain toksin untuk memfasilitasi
pelepasan fragmen A yang berisi domain katalis ke dalam sitosol. Domain katalis akan
menyebabkan pengikatan ADP-ribosilasi pada faktor elongasi 2 sehingga menyebabkan
penghambatan sintesis protein. Hal ini memicu kematian sel secara apoptosis (kematian sel
terprogram).

Gambar 4.6. Struktur dan Mekanisme Aksi SL-401 (Alkharabsheh,2019)

Uji praklinik dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menggabungkan potongan


Diphtheria toxin dengan GM-CSF (Granulocyte Colony-Stimulating Factor), namun karena
efek samping pada hati dan toksisitas, mereka memutuskan untuk menggunakan faktor
pertumbuhan yang lain. Testa dan rekan kerjanya menganalisis level yang lebih tinggi dari
rantai α pada reseptor IL-3 pada sel induk leukemia (LSC) dan ekspresi yang rendah pada sel
hematopoietik normal, hal ini dijadikan sebagai dasar penanda untuk LSC yang kemudian
dimanfaatkan dalam target pengobatan. Adapun mekanisme aksinya sama seperti yang

15
ditunjukkan sebelumnya. Selain itu juga dilakukan beberapa penelitian pada hewan untuk
menguji efikasi dari toksin difteri yang direkayasa dan untuk mengetahui dosis yang tepat
dan kesiapannya untuk uji pada manusia. Setelah itu dilakukan juga studi oleh peneliti dari
Mayo Clinic mengenai fungsi Diphtheria toxin pada sel-sel turunan myeloid progenitor yang
berbeda dan ditemukannya potensi pada beberapa gangguan myeloid (mastositosis sistemik,
eosinofilia klonal, myelofibrosis) dan sel induk leukemia (menyebabkan leukemia myeloid
akut). Pengujian lain juga dilakukan oleh Institut Faber Cancer dan memperoleh kesimpulan
SL-401 ini menginduksi apoptosis dari pDC (sel dendritik plasmasitoid), yang digunakan
untuk mengatasi resistensi pengobatan pada multiple myeloma.

Uji klinik pada manusia pertama dilakukan oleh American Society of Clinical
Oncology (ASCO) dengan melibatkan 31 pasien. Uji ini dilakukan untuk mengetahui potensi
SL-401 pada beberapa penyakit neoplasma hematologi. Adapun temuannya yaitu
menunjukkan adanya toksisitas ringan dan aktivitas biologis menjanjikan dan ditemukan juga
efek samping utama yang dilaporkan yaitu demam, menggigil, hipotensi, dan
hipoalbuminemia. Data uji klinik fase 1 pertama kali diterbitkan pada tahun 2008. Beberapa
poin yang dapat diperhatikan yaitu yang pertama, dosis toleransi maksimum, yaitu 12,5
μg/kg/hari, yang bisa di infus selama 15 menit, dua kali sehari sehari dengan total enam dosis
dalam satu siklus. Kedua, toksisitas dan efek samping dapat diatasi. Selain itu, uji ini juga
menunjukkan untuk pasien dengan penyakit yang sulit disembuhkan dan pasien dengan AML
yang belum pernah diobati sebelumnya tidak menunjukkan adanya respon terhadap
eksperimen pengobatan ini. Tingkat ekspresi IL-3R yang tinggi pada BPDCN menjadi dasar
penelitian aktivitas SL-40. Uji coba prospektif pertama dilakukan pada tahun 2014 pada 11
pasien penderita BPDCN, dan 78% pasien memberi respon yang positif, namun adanya efek
samping seperti edema dan hipoalbuminemia. Uji klinik fase II dilakukan oleh American
Society of Hematology pada Desember 2017. Hasil uji coba menunjukkan tidak ada efek
samping yang serius, tidak seperti bentuk imunoterapi lainnya, dan aktivitas klinis yang
terjadi pada berbagai keganasan hematologi, paling efektif di BPDCN.

Kesimpulannya kombinasi dari Diphtheria toxin dengan IL-3 ini dinamakan SL-401
(tagraxofusp) dan telah melewati uji klinik fase 2 dengan aktivitas yang sangat kuat pada
blastic plasmacytoid dendritic cell neoplasm (BPDCN) dan hematologi ganas lainnya. Obat
ini telah disetujui oleh FDA pada Desember 2018 untuk BPDCN dewasa dan anak-anak.

5. KESIMPULAN

16
Corynebacterium diphtheriae merupakan bakteri patogen penyebab difteri. Bakteri ini
memiliki dua jenis yaitu toxigenic dan nontoxigenic. Toxigenic Corynebacterium diphtheriae
menyerang nasal, tonsillar, pharyngeal, laryngeal. Sedangkan Nontoxigenic sering dijumpai
juga pada nasofaring, telinga, dan kotoran mata. Media selektif yang digunakan untuk
mendeteksi bakteri ini adalah Cystine tellurite blood agar (CTBA), media ini mengandung
agar base darah (oxoid), kalium tellurite, dan sistin. Metode identifikasinya dapat dilakukan
secara konvensional dan molekular. Metode konvensional yaitu dengan cara menggunakan
metode media selektif (CTBA) dan dilanjutkan dengan metode immunopreipitasi (Elek Test).
Metode Molekular yaitu dengan cara PCR. Senyawa antikanker yang dihasilkan oleh bakteri
ini adalah Diphtheriae toxin. Produk hasil pemanfaatannya dapat digunakan sebagai
immunotoksin, yaitu denileukin diftitox untuk pengobatan CTCL dan tagraxofusp untul
pengobatan BPDCN.

6. DAFTAR PUSTAKA

Alkharabsheh, O., & Frankel, A. E. (2019). Clinical Activity and Tolerability of SL-401
(Tagraxofusp): Recombinant Diphtheria Toxin and Interleukin-3 in Hematologic
Malignancies. Biomedicines, 7(1), 6. Retrified 10 November, from
https://doi.org/10.3390/biomedicines7010006

Beziat, G., & Ysebaert, L. (2020). Tagraxofusp for the Treatment of Blastic Plasmacytoid
Dendritic Cell Neoplasm (BPDCN): A Brief Report on Emerging Data. OncoTargets
and therapy, 13, 5199–5205. Retrified 10 November, from
https://doi.org/10.2147/OTT.S228342

Budiman, W. (2013). Karakterisasi Molekul Protein Fimbria Corynebacterium diphtheria


sebagai Kandidat Bahan Diagnostik (Universitas Airlangga). Retrieved from
https://adoc.pub/bab-2-tinjauan-pustaka-corynebacterium-diphtheriae-adalah-ba.html

Eldridge, Lynne.(2020).Cytotoxic Actions and Precautions. Retrieved 10 November, from


https://www.verywellhealth.com/cytotoxic-definition-and-examples-2249082

17
Kaminetzky, D., & Hymes, K. B. (2008). Denileukin diftitox for the treatment of cutaneous
T-cell lymphoma. Biologics : targets & therapy, 2(4), 717–724. Retrified 10
November, from https://doi.org/10.2147/btt.s3084

Murphy, J. (1996, January 01). Corynebacterium Diphtheriae. Retrieved November 15, 2020,
from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK7971/

Remel. (2008). Cystine Tellurite Blood Agar. Retrieved November 14, 2020, from
http://tools.thermofisher.com/content/sfs/manuals/IFU1348.pdf

Sariadji, K., Khairiri, Sunarno, Puspandari, N., Muna, F., & Rukminiati, Y. (2015).
Selektivitas Medium Cystine Tellurite Blood Agar (CTBA) terhadap Beberapa Isolat
Bakteri. Jurnal Kefarmasian Indonesia, 5(1), 19-24. Retrieved November 14, 2020,
from
https://www.researchgate.net/publication/313124173_Selektivitas_Medium_Cystine_
Tellurite_Blood_Agar_CTBA_terhadap_Beberapa_Isolat_Bakteri.

Sariadji, K., & Sunarno. (2017). Toksigenitas Corynebacterium diphtheriae Pada Sampel
Kejadian Luar Biasa Difteri Tahun 2010 – 2015 Menggunakan Elektes. Jurnal
Kesehatan Andalas, 6(1), 208-212. Retrieved November 14, 2020, from
https://www.researchgate.net/publication/339879179_Toksigenitas_Corynebacterium
_diphtheriae_Pada_Sampel_Kejadian_Luar_Biasa_Difteri_Tahun_2010_-
_2015_Menggunakan_Elektes.

Shafiee, F., Aucoin, M. G., & Jahanian-Najafabadi, A. (2019). Targeted Diphtheria Toxin-
Based Therapy: A Review Article. Frontiers in microbiology, 10, 2340. Retrified 10
November, from https://doi.org/10.3389/fmicb.2019.02340

Sunarno, Sariadji, K., & Wibowo, H. A. (2013). Potensi Gen dtx dan dtxR Sebagai Marker
untuk Deteksi dan Pemeriksaan Toksigenitas Corynebacterium diphtheriae. Buletin
Penelitian Kesehatan, 41(1), 1-10. Retrieved November 14, 2020, from
http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.php/BPK/article/viewFile/3053/3022

Vinante, F., & Rigo, A. (2013). Heparin-binding epidermal growth factor-like growth
factor/diphtheria toxin receptor in normal and neoplastic hematopoiesis. Toxins, 5(6),
1180–1201. Retrified 10 November, from https://doi.org/10.3390/toxins5061180

18
World Health Organization.(2018).Cancer. Retrieved 9 November, from
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/cancer

Zhang, Y., Schulte, W., Pink, D., Phipps, K., Zijlstra, A., Lewis, J. D., & Waisman, D. M.
(2010). Sensitivity of cancer cells to truncated diphtheria toxin. PloS one, 5(5),
e10498. Retrified 10 November, from https://doi.org/10.1371/journal.pone.0010498

(n.d.). Retrieved November 13, 2020, from legacy.bd.com :


https://legacy.bd.com/europe/regulatory/Assets/IFU/HB/CE/PA/PA-256044.pdf

LAMPIRAN
19
BORANG PEMANTAUAN DISKUSI KELOMPOK

KELOMPOK :6
MATA KULIAH : FA2113 Mikrobiologi Farmasi
TANGGAL : 15 November 2020
JUDUL TUGAS : Senyawa Antikanker Diphtheria Toxin dari Corynebacterium diphtheriae
SUPERVISOR : Nur Azizah Fitria FREKUENSI KONSULTASI : 1x
NAMA DAN NIM ANGGOTA KELOMPOK :

N NAMA NIM NO NAMA NIM


O
1 Nethanya Cantigi S.K. 1071902 6 Trifena Gabriele  10719078
3
2 Muhtadi Ihsan Nugraha  1071903 7 Marcella Adriana Aridewo  10719085 
7
3 Adinda Mutiara  1071904 8 Ditri Arita  10719104
4
4 Muhammad Dzaki N.R. 1071906 9 Chelzsya Athaayaa Nurman  10719108
6

5 Stevanie  1071906
8

Penilaian kelompok :

20
Nilailah kinerja kelompok Anda dengan penulisan angka yang sesuai.
1 – tidak ada 2 – kurang sekali 3 – cukup 4 – baik 5 – baik sekali

 Pengaturan diskusi : (5)


 Perimbangan kesempatan bicara : (5)
 Kekompakan dan saling menghargai : (5)
 Mendengarkan untuk memahami : (5)
 Menilai suatu gagasan/ide : (5)

Pembagian pengerjaan tugas

BAGIAN NAMA NIM


Abstrak Muhtadi Ihsan Nugraha 10719037
Penggolongan mikroba, morfologi, habitat asli mikroba Adinda Mutiara 10719044
penghasil Chelzsya Athaayaa Nurman 10719108
Muhammad Dzaki Naufal R 10719066
Media pertumbuhan mikroba penghasil Stevanie 10719068
Marcella Adriana Aridewo 10719085
Metode identifikasi mikroba penghasil Muhammad Dzaki Naufal R 10719066
Senyawa antikanker yang dihasilkan Nethanya Cantigi Sekar K 10719023
Trifena Gabriele 10719078
Ditri Arita 10719104
Muhammad Dzaki Naufal R 10719066
Kesimpulan Muhammad Dzaki Naufal R 10719066
Daftar Pustaka Semua anggota kelompok

Bagian yang belum dimengerti dengan jelas dan rinci: habitat Apa yang dilakukan oleh kelompok ?
asli bakteri, komposisi media CTBA, interpretasi hasil uji Mencari sumber-sumber informasi ilmiah
media selektif, Elek Test, dan PCR, spesifikasi desain primer dan mencoba memahaminya, melakukan
dan komposisi mastermix, target spesifik toksin difteri, asistensi dengan Bu Azizah, berdiskusi
mekanisme aksi toksin difteri, produksi toksin difteri dalam kelompok.

BORANG PENILAIAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK

KELOMPOK       : 6
JUDUL TUGAS   : Senyawa Antikanker Diphtheria Toxin dari Corynebacterium
diphtheriae 

YANG MENILAI :  NAMA : Ditri Arita NIM : 10719104


YANG DINILAI   :  NAMA : Marcella Adriana A NIM : 10719085
1 = kurang sekali 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

1 2 3 4

Selalu datang tepat waktu sesuai perjanjian pertemuan kelompok v

Mengerjakan materi yang ditugaskan dengan baik v

Menjelaskan materi yang ditugaskan ke anggota lain di kelompok dengan v

21
baik (Aktif di kelompok)

Memberikan sumber informasi rujukan untuk tugas yang diemban v

Mendengar dan menerima pendapat anggota lain v

Mengkritisi pendapat anggota lain dengan santun v

Mau menerima kritik/saran dari anggota lain v

Aktif memberikan pendapat atau pemecahan masalah anggota lain v

Hal positif yang dimiliki : Aktif dan terbuka dengan segala kritik yang diberikan

Hal negatif yang harus diubah :-

BORANG PENILAIAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK

KELOMPOK       : 6
JUDUL TUGAS   : Senyawa Antikanker Diphtheria Toxin dari Corynebacterium
diphtheriae 

YANG MENILAI :  NAMA : Ditri Arita NIM : 10719104


YANG DINILAI   :  NAMA : Chelzsya Athaayaa N NIM : 10719108
1 = kurang sekali 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

1 2 3 4

Selalu datang tepat waktu sesuai perjanjian pertemuan kelompok v

Mengerjakan materi yang ditugaskan dengan baik v

22
Menjelaskan materi yang ditugaskan ke anggota lain di kelompok dengan v
baik (Aktif di kelompok)

Memberikan sumber informasi rujukan untuk tugas yang diemban v

Mendengar dan menerima pendapat anggota lain v

Mengkritisi pendapat anggota lain dengan santun v

Mau menerima kritik/saran dari anggota lain v

Aktif memberikan pendapat atau pemecahan masalah anggota lain v

Hal positif yang dimiliki : Teliti dan kritis terhadap pekerjaan yang dilakukan

Hal negatif yang harus diubah :-

BORANG PENILAIAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK

KELOMPOK       : 6
JUDUL TUGAS   : Senyawa Antikanker Diphtheria Toxin dari Corynebacterium
diphtheriae 

YANG MENILAI : NAMA : Trifena Gabriele NIM : 10719078


YANG DINILAI   : NAMA : Stevanie NIM : 10719068
1 = kurang sekali 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

1 2 3 4

Selalu datang tepat waktu sesuai perjanjian pertemuan kelompok v

23
Mengerjakan materi yang ditugaskan dengan baik v

Menjelaskan materi yang ditugaskan ke anggota lain di kelompok dengan v


baik (Aktif di kelompok)

Memberikan sumber informasi rujukan untuk tugas yang diemban v

Mendengar dan menerima pendapat anggota lain v

Mengkritisi pendapat anggota lain dengan santun v

Mau menerima kritik/saran dari anggota lain v

Aktif memberikan pendapat atau pemecahan masalah anggota lain v

Hal positif yang dimiliki : aktif di kelompok, mengerjakan tugas lengkap & tepat waktu

Hal negatif yang harus diubah :-

BORANG PENILAIAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK

KELOMPOK       : 6
JUDUL TUGAS   : Senyawa Antikanker Diphtheria Toxin dari Corynebacterium
diphtheriae 

YANG MENILAI : NAMA : Trifena Gabriele NIM : 10719078


YANG DINILAI   : NAMA : Marcella Adriana Aridewo NIM :  10719085
1 = kurang sekali 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

1 2 3 4

24
Selalu datang tepat waktu sesuai perjanjian pertemuan kelompok v

Mengerjakan materi yang ditugaskan dengan baik v

Menjelaskan materi yang ditugaskan ke anggota lain di kelompok dengan v


baik (Aktif di kelompok)

Memberikan sumber informasi rujukan untuk tugas yang diemban v

Mendengar dan menerima pendapat anggota lain v

Mengkritisi pendapat anggota lain dengan santun v

Mau menerima kritik/saran dari anggota lain v

Aktif memberikan pendapat atau pemecahan masalah anggota lain v

Hal positif yang dimiliki : aktif di kelompok dan mau saling membantu

Hal negatif yang harus diubah :-

BORANG PENILAIAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK

KELOMPOK       : 6
JUDUL TUGAS   : Senyawa Antikanker Diphtheria Toxin dari Corynebacterium
diphtheriae 

YANG MENILAI : NAMA : Nethanya Cantigi S.K. NIM : 10719023


YANG DINILAI   : NAMA : Chelzsya Athaayaa N.NIM : 10719108
1 = kurang sekali 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

25
1 2 3 4

Selalu datang tepat waktu sesuai perjanjian pertemuan kelompok v

Mengerjakan materi yang ditugaskan dengan baik v

Menjelaskan materi yang ditugaskan ke anggota lain di kelompok dengan v


baik (Aktif di kelompok)

Memberikan sumber informasi rujukan untuk tugas yang diemban v

Mendengar dan menerima pendapat anggota lain v

Mengkritisi pendapat anggota lain dengan santun v

Mau menerima kritik/saran dari anggota lain v

Aktif memberikan pendapat atau pemecahan masalah anggota lain v

Hal positif yang dimiliki : mengerjakan semua tugas tepat waktu 

Hal negatif yang harus diubah :

BORANG PENILAIAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK

KELOMPOK       : 6
JUDUL TUGAS   : Senyawa Antikanker Diphtheria Toxin dari Corynebacterium
diphtheriae 

YANG MENILAI : NAMA : Nethanya Cantigi S. K. NIM : 10719023


YANG DINILAI   : NAMA : Muhtadi Ihsan Nugraha NIM : 10719037
1 = kurang sekali 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

26
1 2 3 4

Selalu datang tepat waktu sesuai perjanjian pertemuan kelompok v

Mengerjakan materi yang ditugaskan dengan baik v

Menjelaskan materi yang ditugaskan ke anggota lain di kelompok dengan v


baik (Aktif di kelompok)

Memberikan sumber informasi rujukan untuk tugas yang diemban v

Mendengar dan menerima pendapat anggota lain v

Mengkritisi pendapat anggota lain dengan santun v

Mau menerima kritik/saran dari anggota lain v

Aktif memberikan pendapat atau pemecahan masalah anggota lain v

Hal positif yang dimiliki : mengerjakan tugas tepat waktu 

Hal negatif yang harus diubah : -

BORANG PENILAIAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK

KELOMPOK       : 6
JUDUL TUGAS   : Senyawa Antikanker Diphtheria Toxin dari Corynebacterium
diphtheriae 

YANG MENILAI : NAMA : Chelzsya Athaayaa N. NIM : 10719108


YANG DINILAI   : NAMA : Nethanya Cantigi S.K. NIM : 10719023

27
1 = kurang sekali 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

1 2 3 4

Selalu datang tepat waktu sesuai perjanjian pertemuan kelompok v

Mengerjakan materi yang ditugaskan dengan baik v

Menjelaskan materi yang ditugaskan ke anggota lain di kelompok dengan v


baik (Aktif di kelompok)

Memberikan sumber informasi rujukan untuk tugas yang diemban v

Mendengar dan menerima pendapat anggota lain v

Mengkritisi pendapat anggota lain dengan santun v

Mau menerima kritik/saran dari anggota lain v

Aktif memberikan pendapat atau pemecahan masalah anggota lain v

Hal positif yang dimiliki : Aktif di kelompok, mampu menjelaskan materi dengan baik, dan
menyelesaikan tugas tepat waktu

Hal negatif yang harus diubah : -

BORANG PENILAIAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK

KELOMPOK       : 6
JUDUL TUGAS   : Senyawa Antikanker Diphtheria Toxin dari Corynebacterium
diphtheriae 

YANG MENILAI : NAMA : Chelzsya Athaayaa N. NIM : 10719108


YANG DINILAI   : NAMA : Ditri Arita NIM : 10719104
1 = kurang sekali 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

28
1 2 3 4

Selalu datang tepat waktu sesuai perjanjian pertemuan kelompok v

Mengerjakan materi yang ditugaskan dengan baik v

Menjelaskan materi yang ditugaskan ke anggota lain di kelompok dengan v


baik (Aktif di kelompok)

Memberikan sumber informasi rujukan untuk tugas yang diemban v

Mendengar dan menerima pendapat anggota lain v

Mengkritisi pendapat anggota lain dengan santun v

Mau menerima kritik/saran dari anggota lain v

Aktif memberikan pendapat atau pemecahan masalah anggota lain v

Hal positif yang dimiliki : Menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu serta teliti
terhadap pekerjaan yang dilakukan

Hal negatif yang harus diubah : -

BORANG PENILAIAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK

KELOMPOK       : 6
JUDUL TUGAS   : Senyawa Antikanker Diphtheria Toxin dari Corynebacterium
diphtheriae 

YANG MENILAI : NAMA : Adinda Mutiara NIM : 10719044


YANG DINILAI   : NAMA : Muhtadi Ihsan N NIM : 10719037
1 = kurang sekali 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

29
1 2 3 4

Selalu datang tepat waktu sesuai perjanjian pertemuan kelompok v

Mengerjakan materi yang ditugaskan dengan baik v

Menjelaskan materi yang ditugaskan ke anggota lain di kelompok dengan v


baik (Aktif di kelompok)

Memberikan sumber informasi rujukan untuk tugas yang diemban v

Mendengar dan menerima pendapat anggota lain v

Mengkritisi pendapat anggota lain dengan santun v

Mau menerima kritik/saran dari anggota lain v

Aktif memberikan pendapat atau pemecahan masalah anggota lain v

Hal positif yang dimiliki : Materi yang dikerjakan dengan baik dan tepat waktu

Hal negatif yang harus diubah : 

BORANG PENILAIAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK

KELOMPOK       : 6
JUDUL TUGAS   : Senyawa Antikanker Diphtheria Toxin dari Corynebacterium
diphtheriae 

YANG MENILAI : NAMA : Adinda Mutiara NIM : 10719044


YANG DINILAI   : NAMA : M Dzaki Naufal R NIM : 10719066
1 = kurang sekali 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

30
1 2 3 4

Selalu datang tepat waktu sesuai perjanjian pertemuan kelompok v

Mengerjakan materi yang ditugaskan dengan baik v

Menjelaskan materi yang ditugaskan ke anggota lain di kelompok dengan v


baik (Aktif di kelompok)

Memberikan sumber informasi rujukan untuk tugas yang diemban v

Mendengar dan menerima pendapat anggota lain v

Mengkritisi pendapat anggota lain dengan santun v

Mau menerima kritik/saran dari anggota lain v

Aktif memberikan pendapat atau pemecahan masalah anggota lain v

Hal positif yang dimiliki : Aktif berpendapat dan membantu sesama anggota saat
pengerjaan tugas

Hal negatif yang harus diubah : 

BORANG PENILAIAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK

KELOMPOK       : 6
JUDUL TUGAS   : Senyawa Antikanker Diphtheria Toxin dari Corynebacterium
diphtheriae 

YANG MENILAI : NAMA : Marcella Adriana A. NIM : 10719085


YANG DINILAI   : NAMA : Trifena Gabriele NIM : 10719078
1 = kurang sekali 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

31
1 2 3 4

Selalu datang tepat waktu sesuai perjanjian pertemuan kelompok v

Mengerjakan materi yang ditugaskan dengan baik v

Menjelaskan materi yang ditugaskan ke anggota lain di kelompok dengan v


baik (Aktif di kelompok)

Memberikan sumber informasi rujukan untuk tugas yang diemban v

Mendengar dan menerima pendapat anggota lain v

Mengkritisi pendapat anggota lain dengan santun v

Mau menerima kritik/saran dari anggota lain v

Aktif memberikan pendapat atau pemecahan masalah anggota lain v

Hal positif yang dimiliki : berinisiatif membantu, bertanggung jawab dengan tugasnya

Hal negatif yang harus diubah : -

BORANG PENILAIAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK

KELOMPOK       : 6
JUDUL TUGAS   : Senyawa Antikanker Diphtheria Toxin dari Corynebacterium
diphtheriae 

YANG MENILAI : NAMA : Marcella Adriana A. NIM : 10719085


YANG DINILAI   : NAMA : Ditri Arita NIM : 10719104
1 = kurang sekali 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

32
1 2 3 4

Selalu datang tepat waktu sesuai perjanjian pertemuan kelompok v

Mengerjakan materi yang ditugaskan dengan baik v

Menjelaskan materi yang ditugaskan ke anggota lain di kelompok dengan v


baik (Aktif di kelompok)

Memberikan sumber informasi rujukan untuk tugas yang diemban v

Mendengar dan menerima pendapat anggota lain v

Mengkritisi pendapat anggota lain dengan santun v

Mau menerima kritik/saran dari anggota lain v

Aktif memberikan pendapat atau pemecahan masalah anggota lain v

Hal positif yang dimiliki : berinisiatif membantu, bertanggung jawab dengan tugasnya

Hal negatif yang harus diubah : -

BORANG PENILAIAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK

KELOMPOK       : 6
JUDUL TUGAS   : Senyawa Antikanker Diphtheria Toxin dari Corynebacterium
diphtheriae 

YANG MENILAI : NAMA : Stevanie NIM : 10719068


YANG DINILAI   : NAMA : Trifena Gabriele NIM : 10719078 

33
1 = kurang sekali 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

1 2 3 4

Selalu datang tepat waktu sesuai perjanjian pertemuan kelompok v

Mengerjakan materi yang ditugaskan dengan baik v

Menjelaskan materi yang ditugaskan ke anggota lain di kelompok dengan v


baik (Aktif di kelompok)

Memberikan sumber informasi rujukan untuk tugas yang diemban v

Mendengar dan menerima pendapat anggota lain v

Mengkritisi pendapat anggota lain dengan santun v

Mau menerima kritik/saran dari anggota lain v

Aktif memberikan pendapat atau pemecahan masalah anggota lain v

Hal positif yang dimiliki : aktif berpendapat dan mengerjakan tugas dengan baik dan tepat
waktu 

Hal negatif yang harus diubah : -

BORANG PENILAIAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK

KELOMPOK       : 6
JUDUL TUGAS   : Senyawa Antikanker Diphtheria Toxin dari Corynebacterium
diphtheriae 

YANG MENILAI : NAMA : Stevanie NIM : 10719068


YANG DINILAI   : NAMA : M Dzaki Naufal R NIM : 10719066
1 = kurang sekali 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

34
1 2 3 4

Selalu datang tepat waktu sesuai perjanjian pertemuan kelompok v

Mengerjakan materi yang ditugaskan dengan baik v

Menjelaskan materi yang ditugaskan ke anggota lain di kelompok dengan v


baik (Aktif di kelompok)

Memberikan sumber informasi rujukan untuk tugas yang diemban v

Mendengar dan menerima pendapat anggota lain v

Mengkritisi pendapat anggota lain dengan santun v

Mau menerima kritik/saran dari anggota lain v

Aktif memberikan pendapat atau pemecahan masalah anggota lain v

Hal positif yang dimiliki : aktif dalam kelompok dan mengerjakan tugas tepat waktu 

Hal negatif yang harus diubah : -

BORANG PENILAIAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK

KELOMPOK       : 6
JUDUL TUGAS   : Senyawa Antikanker Diphtheria Toxin dari Corynebacterium
diphtheriae 

YANG MENILAI : NAMA : Muhtadi Ihsan Nugraha NIM : 10719037


YANG DINILAI   : NAMA :  Adinda Mutiara NIM : 10719044
1 = kurang sekali 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

35
1 2 3 4

Selalu datang tepat waktu sesuai perjanjian pertemuan kelompok v

Mengerjakan materi yang ditugaskan dengan baik v

Menjelaskan materi yang ditugaskan ke anggota lain di kelompok dengan v


baik (Aktif di kelompok)

Memberikan sumber informasi rujukan untuk tugas yang diemban v

Mendengar dan menerima pendapat anggota lain v

Mengkritisi pendapat anggota lain dengan santun v

Mau menerima kritik/saran dari anggota lain v

Aktif memberikan pendapat atau pemecahan masalah anggota lain v

Hal positif yang dimiliki : inisiatif untuk membagi tugas anggota, aktif berdiskusi dan
mengingatkan tugas kelompok

Hal negatif yang harus diubah : -

BORANG PENILAIAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK

KELOMPOK       : 6
JUDUL TUGAS   : Senyawa Antikanker Diphtheria Toxin dari Corynebacterium
diphtheriae 

YANG MENILAI : NAMA : Muhtadi Ihsan Nugraha NIM : 10719037


YANG DINILAI   : NAMA : Nethanya Cantigi S. K. NIM : 10719023

36
1 = kurang sekali 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

1 2 3 4

Selalu datang tepat waktu sesuai perjanjian pertemuan kelompok v

Mengerjakan materi yang ditugaskan dengan baik v

Menjelaskan materi yang ditugaskan ke anggota lain di kelompok dengan v


baik (Aktif di kelompok)

Memberikan sumber informasi rujukan untuk tugas yang diemban v

Mendengar dan menerima pendapat anggota lain v

Mengkritisi pendapat anggota lain dengan santun v

Mau menerima kritik/saran dari anggota lain v

Aktif memberikan pendapat atau pemecahan masalah anggota lain v

Hal positif yang dimiliki : aktif berdiskusi dan mengingatkan tugas anggota kelompok

Hal negatif yang harus diubah : -

BORANG PENILAIAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK

KELOMPOK       : 6
JUDUL TUGAS   : Senyawa Antikanker Diphtheria Toxin dari Corynebacterium
diphtheriae 

YANG MENILAI : NAMA : M. Dzaki Naufal R NIM : 10719066


YANG DINILAI   : NAMA : Stevanie NIM : 10719068
1 = kurang sekali 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

37
1 2 3 4

Selalu datang tepat waktu sesuai perjanjian pertemuan kelompok v

Mengerjakan materi yang ditugaskan dengan baik v

Menjelaskan materi yang ditugaskan ke anggota lain di kelompok dengan v


baik (Aktif di kelompok)

Memberikan sumber informasi rujukan untuk tugas yang diemban v

Mendengar dan menerima pendapat anggota lain v

Mengkritisi pendapat anggota lain dengan santun v

Mau menerima kritik/saran dari anggota lain v

Aktif memberikan pendapat atau pemecahan masalah anggota lain v

Hal positif yang dimiliki : mengerjakan tugas dengan tepat waktu dan baik

Hal negatif yang harus diubah : keaktifan kurang

BORANG PENILAIAN PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK

KELOMPOK       : 6
JUDUL TUGAS   : Senyawa Antikanker Diphtheria Toxin dari Corynebacterium
diphtheriae 

YANG MENILAI : NAMA : M. Dzaki Naufal R NIM : 10719066


YANG DINILAI   : NAMA : Adinda Mutiara NIM : 10719044
1 = kurang sekali 2 = cukup 3 = baik 4 = baik sekali

38
1 2 3 4

Selalu datang tepat waktu sesuai perjanjian pertemuan kelompok v

Mengerjakan materi yang ditugaskan dengan baik v

Menjelaskan materi yang ditugaskan ke anggota lain di kelompok dengan v


baik (Aktif di kelompok)

Memberikan sumber informasi rujukan untuk tugas yang diemban v

Mendengar dan menerima pendapat anggota lain v

Mengkritisi pendapat anggota lain dengan santun v

Mau menerima kritik/saran dari anggota lain v

Aktif memberikan pendapat atau pemecahan masalah anggota lain v

Hal positif yang dimiliki : mengerjakan dengan baik dan mengingkatkan tugas kepada
anggota lain dan aktif berpendapat

Hal negatif yang harus diubah : -

39

Anda mungkin juga menyukai