Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MEDIAN DAN MODUS

Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Statistik Dasar

Dosen Pengampu : Yulian Surya Pratama, M.Pd.

Disusun oleh : Kelompok 5

Agung Prasetyo : 1901011006

Aris Kurniawati : 1901010010

Muhammad Yufi Adlan : 1901011112

Muzayin : 1901012026

KELAS G

JURURAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO

Tahun 2020/2021
Kata Pengantar

Segala puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
ini dengan baik dan tepat waktu.
Adapun maksut dan tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai
tugas mata kuliah Statistik Dasar. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan dalam
menyusun makalah ini.
2. Bapak Yulian Surya Pratama, M.Pd selaku dosen mata kuliah
Administrasi Pendidikan.
3. Kedua orang tua yang telah mendukung dan memberi semangat untuk
menyelesaikan makalah ini.
4. Serta teman-teman yang telah memberikan dukungan dan semangat untuk
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun dari dosen dan rekan-rekan mahasiswa/i, penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Atas kritik dan saran yang telah di berikan kepada penulis, di ucapkan
terimakasih. Harapan saya semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat.

Metro, 01 November 2020


Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................... 1


2.1 Rumusan Masalah................................................................................. 1
3.1 Tujuan................................................................................................... 1
4.1 Manfaat Penelitian................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2

2.1 Median.................................................................................................... 2
2.2Modus...................................................................................................... 12

BAB III PENUTUP......................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan............................................................................................. 17
3.2 Saran....................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Median, modus dan quartil sama-sama merupakan ukuran
pemusatan dara yang termasuk kedalam analisis statiska deskriptif.
Namun ketiganya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing
dalammenerangkan suatu ukuran pemusatan data. Untuk tahu
kegunaannya mamsing-masing dan kapan kita mempergunakannya, perlu
diketahui terlebih dahulu pengertian analisis statistika deskriptif dan
ukuran pemusatan data. Analisis statistika deskriptif merupakan metode
yang berkaitan dengan penyajian data sehingga memberikan informasi
yang berguna. Upaya penyajian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan
informasi penting yang terdapat dalam data ke dalam bentuk yang lebih
ringkas dan sederhana yang pada akhirnya mengarah pada keperluan
adanya penjelasan dan penafsiran.
Deskrisi data yang dilakukan meliputi ukuran pemusatan data dan
penyebaran data. Ukuran pemusatan data meliputi nilai rata-rata
(median), modus, median dan quartil.
2.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian median dan bagaimana cara mencari median?
2. Apa pengertian modus dan bagaimana cara mencari modus?
3. Apa pengertian quartil dan bagaimana cara mencari quartil?
3.1 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas maka diperoleh tujuan
penelitian, yaitu sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian dan cara mencari median.
2. Untuk mengetahui pengertian dan cara mencari modus.
3. Untuk mengetahui pengertian dan cara mencari quartil.
4.1 Manfaat Penelitian
Makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan tentang
median, modus dan quartil.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 MEDIAN
Median, sering dikenal dengan istilah nilai rata-rata pertengahan atau
nilai rata-rata letak, atau nilai posisi tengah, yang biasa diberi lambang
Mdn, Me, atau Mn. Yang dimaksud dengan nilai rata-rata pertengahan
atau median ialah suatu nialai atau suatu angka yang membagi suatu
distribusi data kedalam dua bagian yang sama besar. Dengan kata lain,
nilai rata-rata pertengahan atau median adalah nilai atau angka yang diatas
nilai atau angka tersebut terdapat 1/2N dan dibawahnya juga terdapat
1/2N. Itulah sebabnya nilai rata-rata ini dikenal sebagai nilai pertengahan
atau nilai posisi tengah, yaitu nilai yang menunjukkan pertengahan dari
distribusi data.
2.1.2 Cara Mencari Median
Ada beberapa cara untuk mencari median, seperti yang dapat
diikuti pada uraian berikut ini:
Cara Mencari Median Data Tunggal
Dalam mencari median data tunggal ini ada dua kemungkinan
yang kita hadapi, pertama ialah data tunggal itu seluruh sekornya
berfrekwensi 1, yang kedua ialah bahwa data tunggal itu sebagian
atau seluruh sekornya berfrekwensi lebih dari 1.
1) Mencari median untuk data tunggal yang seluruh sekornya
berfrekwensi 1
Disinipun kita akan berhadapan dengan dua kemungkinan yaitu:
(a) data tunggal yang seluruh sekornya berfrekwensi 1 itu,
Number of Cases-nya merupakan bilngan gasal (ganjil), dan (b)
data tunggal yang seluruh sekornya berfrekwensi 1 itu, Number
of Cases-nya merupakan bilangan genap (bukan bilangan gasal).
a) Data tunggal yang seluruh sekornya berfrekwensi 1 itu,
Number of Cases-nya merupakan bilngan gasal (ganjil).

2
Untuk data tunggal yang seluruh sekornya berfrekwensi
1 dan Number of Cases-nya berupa bilangan gasal (yaitu: N =
2n + 1),
Contoh: sejumlah seorang mahasiswa menempuh ujian
lisan dalam matakuliah Teknik Evaluasi Pendidikan. Nilai
mereka adalah sebagai berikut: 65 75 60 70 55 50 80 40 30.
Untuk mengetahui nilai berapakah yang merupakan nilai rata-
rata pertengahan atau median dari kumpulan nilai hasil ujian
tersebut, maka pertama-tama deretan itu kita atur mulai dari
nilai terendah sampai nilai yang tertinggi.
30 40 50 55 60 65 70 75 80
Kita lihat dalam deretan nilai diatas, bilangan ke-1
adalah 30, bilangan ke-2 = 40, bilangan ke-3 = 50, bilangan
ke-4 = 55, bilangan ke-5 = 60, bilangan ke-6 = 65, bilangan
ke-7 = 70, bilangan ke-8 = 75, bilangan ke-9 = 80
Karena N = 9, sedang rumus bilangan gasal adalah: N =
2n + 1 maka 9 = 2n + 1
Jawab:
9 = 2n + 1
9-1 = 2n
2n =8
N =4
Dengan demikian nilai yang merupakan nilai rata-rata
pertengahan atau median dari hasil ujian lisan tersebut,
adalah nilai (bilangan) yang ke-(4+1) atau bilangan ke 5,
yaitu nilai 60.
b) Data tunggal yang seluruh sekornya berfrekwensi 1 itu,
Number of Cases-nya merupakan bilangan genap (bukan
bilangan gasal).
Untuk data tunggal yang seluruh sekornya berfrekwensi 1
dan Number of Cases-nya merupakan bilangan genap (yaitu:

3
N = 2n), maka median nilai rata-rata pertengahan data yang
demikian itu terletak antara bilangan yang ke-n dan ke (n+1).
Contoh: Tinggi badan 10 orang calon yang mengikuti tes
Seleksi Penerimaan Calon Penerbang, menunjukkan angka
sebagai berikut: 168 162 169 170 164 167 161 166 163 dan
165 cm.
Cara mencari median atau nilai rata-rata pertengahan
data, sama seperti yang dikemukakan diatas, yaitu pertama-
tama deretan angka itu terlebih dahulu kita atur berderet
mulai dari angka terendah sampai dengan nilai yang tertinggi.

161 162 163 164 165 166 167 168 169 170
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Karena N = 10 (merupakan bilangan bulat) sedangkan


rumus untuk bilangan bulat adalah N = 2n, maka 10 =2n dan
n=5
Jadi median atau nilai rata-rata pertengahan dari tinggi
badan dari 10 orang peserta tes Seleksi Calon Penerangan itu,
terletak antara bilangan ke-5 dan ke-6. Dalam deretan angka-
angka diatas, bilangan ke-5 adalah 165, sedangkan bilangan
ke-6 adalah 166.
165+166
Jadi Mdn = = 165,50
2
Jika kedua data yang telah dijadikan contoh di atas kita
tuangkan dalam bentuk Tabel Distribusi Frekwensi dan
kemudian kita cari mediannya, keadaannya adalah sebagai
berikut:

4
2) Mencari median data tunggal yang sebagian atau seluruh
sekornya berfrekwensinya lebih dari satu.
Apabila data tunggal yang akan kita cari mediannya,
sebagian atau seluruh sekornya berfreksi lebih dari satu, maka
kita sebaiknya tidak menggunakan cara seperti yang telah
dikemukakan di atas, melainkan kita pergunakan rumus sebagai
berikut:

1 1
( −1 kb) ( N−fka)
Mdn = 1 + 2 N atau Mdn = u- 2
fi fi

Mdn = Median

I = Lower limit (batas bawah nyata dan sekor yang


mengandung median.

Fkb = Frekwensi komulatif yang terletak dibawah sekor yang


mengandung median.

fi = Frekwensi asli (frekwensi dari sekor yang mengandung


median).

5
N = Number of Cases.

u = Upper limit (batas atas nyata dari sekor yang


mengandung median).

fka = Frekwensi komulatif yang terletak diatas sekor yang


mengandung median.

Contoh: sekor berikut ini menunjukkan usia sejumlah 50 orang


guru Agama Islam yang bertugas pada Sekolah Dasar Negeri di
suatu Kecamatan.

25 28 27 24 31 27 25 28 26 30

29 27 26 30 25 23 31 28 26 27

31 24 27 29 27 30 28 26 29 25

23 29 27 26 28 25 27 28 30 25

24 29 31 27 26 28 27 26 27 27

Untuk mencari median dari data semacam ini, terlebih


dahulu kita siapkan tabel distribusi frekwensinya, terdiri dari
lima kolom. Kolom 1 memuat sekor usia, kolom 2 tanda atau
jari, kolom 3 frekwensi, kolom 4 frekwensi komulatif yang
dihitung dari bawah, dan kolom 5 frekwensi komularif yang
dihitung dari atas.

Setelah Tabel Distriusi Frekwensinya dapat kita selesaikan


pembuatannya, maka langkah berikutnya secara berturut-turut
adalah:

6
a) Pertama-tama data kita bagi menjadi dua bagian yang sama
besar, yaitu masing-masing sebesar 1/2N; pada pertengahan
distribusi data itulah terletak median yang kita cari.
Karena N = 50, maka 1/2N = ½ X 50 = 25 (25 orang guru
agama islam). Perhatian kita arahkan pada kolom 4 tabel III.
7. Titik pertengahan data sebesar 25 itu adalah terkandung
pada frekwensi komulatif 30. Dengan demikian kita dapat
mengatakan bahwa Nilai Pertengahan Guru Agama Islam itu
terletak pada sekor 27, atau bahwa sekor yang mengandung
median adalah sekor 27.
(1) Karena sekor yang mengandung median adalah skor 27,
maka dengan mudah dan cepat dapat diketahui:
(a) Lower limitnya yaitu: 27 - 0,50 = 26,50; jadi I = 26,50
(b) Frekwensi aslinya (fi) = 12
(c) Frekwensi komulatif yang terletak di bawah sekor
yang mengandung median (fkb) yaitu = 18
Dengan diketahuinya I, fi dan fkb maka dengan
mensubstitusikannya kedalam rumus pertama, dapat
kita peroleh mediannya:
1
( ) (25−18)
Mdn = 1 + 2 N −f k b = 26,5 +
12
fi
7
= 26,50 + = 26,50 + 0,583
12
= 27,083 (dapat dibulatkan menjadi: 27).
Selanjutnya kita pergunakan rumus yang kedua
untuk mencari median dari data yang diatas.
Perhatikan kita akan arahkan kepada kolom 5 tabel
III. 7.
1
(2) Titik pertengahan data adalah terletak pada 1/2 N yaitu
2
X 50 = 25. Dalam frekwensi komulatif yang dihitung dari

7
atas (fka), titik pertengahan data sebesar 25 itu terkandung
pada fkb sebesar 32. Dengan demikian dapat kita ketahui
sekor yang mengandung median, yaitu sekor 27.
Tabel III.7. Tabel distribusi frekwensi untuk mencari
median (nilai rata-rata pertengahan) usia dari sejumlah 50
orang guru agama islam.

Usia f fkb fka


(X)

31 4 50 = N 4
30 4 46 8
29 5 42 13
28 7 37 20
27 12 30 32
26 8 18 40
25 5 10 45
24 3 5 48
23 2 2 50 = N

Tota 50 = N − −
l

(a) Karena sekor yang mengandung median adalah 27,


maka dengan mudah dapat kita ketahui:
Batas atas nyata dari sekor yang mengandung
median, yaitu:
27 + 0,50 = 27,50; atau u = 27,50
Frekwensi komulatif yang terletak diatas sekor yang
mengandung median (fka) adalah20; jadi fka = 20
Frekwensi aslinya, atau frekwensi dari sekor yang
mengandung median adalah = 12; jadi fi = 12.

8
(b) Dengan telah diketahuinya; u, fi dan fkb, maka dengan
mensubtitusikannya kedalam rumus kedua, dapat
diperoleh mediannya:

1
( ) (25−20)
Mdn = u – 2 N −f k a = 27,50 –
12
fi
= 27,50 – 5/12 = 27,50 – 0,417
= 27,083 (dapat dibulatkan menjadi 27).

Cara mencari nilai rata-rata pertengahan untuk data


kelompokan
Cara menghitung dan jalan fikiran yang ditempuh untuk
menghitung atau mencari nilai rata-rata pertengahan dari data
kelompokkan adalah sama saja dengan apa yang telah
dikemukakan diatas. Letak perbedaannya adalah, jika pada data
tunggal kita tidak perlu menghitungkan interval class (i),
sedangkan pada data kelompokkan kelas interval (i), itu harus
ikut serta diperhitungkan, sehingga rumus diatas tadi berubah
menjadi:

Mdn = Median atau nilai rata-rata pertengahan.


I = lower limit (batas bawah nyata dari interval yang
mengandung median.
fkb = frekwensi kumulatif yang terletak dibawah
interval.
fi = frekwensi aslinya (yaitu frekwensi dari interval
yang mengandung median).
u = uper limit (batas atas nyata dari interval yang
mengandung median).

9
fka = frekuensi kumulatif yang terletak di atas interval
yang mengandung median.
N = Number of Cases

Contoh: misalkan sejumlah 100 orang siswa Madrasah


Tsanawiyah menempuh EBTA dalam bidang studi Bahasa
Arab. Distribusi frekwensi nilai mereka adalah sebagaimana
tertetara pada Tabel III.8. kolom 1 dan 2.
Jika kita ingin mencari mendiannya dengan menggunakan dua
buah rumus yang telah dikemukakan diatas, maka kita perlu
meniapkan tabel perhitungannya sebagai berikut:
Tebel III.8. Tabel perhitungan untuk mencari median Nilai
Hasil EBTA Dalam Bahasa Arab yang diikuti oleh sejumlah
100 orang siswa Madrasah Tsanawiyah.

Interval f Fkb Fka


Nilai:

65 – 69
60 – 64 6 100 = N 6
55 – 59 24 94 30
50 – 54 25 70 55
45 – 49 15 45 70
40 – 44 10 30 80
35 – 39 6 20 86
30 – 34 5 14 91
25 – 29 4 9 95
20 – 24 3 5 98
2 2 100 = N

Total 100 = N − −

10
1. Perhitungan data kelompokkan dengan rumus
Pertama:
1
Mencari letak pertengahan distribusi data, yaitu N;
2

1
karena N = 100, maka N = 50
2
Perhatikan Tabel III.8. kolom 3. Letak pertengahan data
adalah pada frekwensi komulatif sebesar 70.
Dengan demikian, internal median yang mengandung
median adalah interval nilai 55-59. Karena interval nilai
yang mengandung median ialah 55-59, maka dengan
cepat dapat kita ketahui: 1 = 54,50; fi = 25; sedangkan
fki = 45, adapun interval classnya (sebagaimana dapat

1
diamati dari tabel III.8.) adalah = 5. Karena N sudah
2
kita ketahui, demikian juga I, fi, fkb, dan i pun telah kita
ketahui maka dengan mensubstitusikannya kedalam
rumus pertama, dapat diperoleh mediannya:
1
( )
Mdn = 1 + N−f k a Xi = (50−45) x 5
25
fi
5
= 54,50 + X 5 = 54,50 + 1 = 55,50
25

2. Perhitungan median untuk data kelompokan dengan


rumus kedua.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1
Mencari letak pertengahan distribusi data, yaitu N;
2

1
karena N = 100, maka N = 50
2

11
Perhatikan tabel III.8. kolom 4. Letak pertengahan data
ialah pada frekwensi komulatif sebesar 55.
Dengan demikian, interval nilai yang mengandung
median adalah interval nilai 55-59. Karena interval nilai
yang mengandung median adalah 55-59, maka dengan
mudah dapat kita ketahui: u = 59,50; f i = 25; fka = 30,
sedangkan i = 5, kita substitusikan kedalam rumus
kedua;
1
( ) (50−30)
Mdn = N−f k a X i = 59,50 – X5
25
fi
= 59,50 – 59,50 – 4 = 55,50 (hasilnya sama).1

2.2 Modus
Modus ialah nilai dari beberapa data yang mempunyai frekuensi
tertinggi baik data tunggal maupun data yang berbentuk distribusi atau
nilai yang sering muncul dalam kelompok data. Modus merupakan suatu
pengamatan dalam distribusi frekuensi yang memiliki jumlah pengamatan
dimana jumlah frekuensiya paling besar/paling banyak. jika nilai yang
muncul itu hanya ada satu macam saja, maka modus tersebut dinamakan
unimodel. Dan jika nilai yang muncul ada dua macam, maka modus
tersebut dinamakan bimodal. Jadi dapat disimpulkan bahwa modus adalah
nilai dari beberapa data yang memiliki frekuensi tertinggi baik terbanyak
dalam pengamatan.2

1
Anas, Sudijono. Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
2003), 88-97.
2
Amral, Syamsu. Metode Statistik, jilid I dan II. (Bandung:Ganaco 1963), 44.

12
2.2.1 Modus Data Tunggal
Modus Data Tunggal adalah penjelasan tentang suatu kelompok
data dengan menggunakan nilai yang sering muncul dalam kelompok data
tersebut. Atau bisa dikatakan juga nilai yang populer (menjadi mode)
dalam sekelompok data.
Jika dalam suatu kelompok data memiliki lebih dari satu nilai data
yang sering muncul maka sekumpulan data tersebut memiliki lebih dari
satu modus. Sekelompok data yang memiliki dua modus disebut dengan
bimodal, sedangkan jika lebih dari dua modus disebut multimodal.
Jika dalam sekelompok data tidak terdapat satu pun nilai data yang
sering muncul, maka sekelompok data tersebut dianggap tidak memiliki
modus.
Modus biasanya dilambangkan dengan Mo.
Modus Data Tunggal adalah penjelasan tentang suatu kelompok
data dengan menggunakan nilai yang sering muncul dalam kelompok data
tersebut. Atau bisa dikatakan juga nilai yang populer (menjadi mode)
dalam sekelompok data.
Jika dalam suatu kelompok data memiliki lebih dari satu nilai data
yang sering muncul maka sekumpulan data tersebut memiliki lebih dari
satu modus. Sekelompok data yang memiliki dua modus disebut dengan
bimodal, sedangkan jika lebih dari dua modus disebut multimodal.
Jika dalam sekelompok data tidak terdapat satu pun nilai data yang
sering muncul, maka sekelompok data tersebut dianggap tidak memiliki
modus.
Modus biasanya dilambangkan dengan Mo.3
Contoh 1:
Sepuluh orang siswa dijadikan sebagai sampel dan diukur tinggi
badannya. Hasil pengukuran tinggi badan adalah sebagai berikut.
172, 167, 180, 170, 169, 160, 175, 165, 173, 170
Tentukan modus tinggi badan siswa!

3
Ibid hal. 45

13
Jawab:
Untuk mengetahui modus dari data di atas, kita tidak
menggunakan rumus apapun. Kita menentukan modus hanya melalui
pengamatan saja.
Dari hasil pengamatan, hanya nilai data 170 yang sering
muncul, yaitu muncul dua kali. Sedangkan nilai data lainnya hanya
muncul satu kali. Jadi modus data di atas adalah 170.
Untuk mempermudah pengamatan dalam mendapatkan modus,
kita bisa juga mengurutkan data tersebut. Hasil pengurutan data adalah
sebagai berikut.
160, 165, 167, 169, 170, 170, 172, 173, 175, 180
Dengan mudah kita peroleh modus yaitu 170.

Contoh 2:
Delapan buah mobil sedang melaju di suatu jalan raya.
Kecepatan kedelapan mobil tersebut adalah sebagai berikut.
60 , 80, 70, 50, 60, 70, 45, 75
Tentukan modus kecepatan mobil!
Jawab:
Jika data diurutkan, maka hasilnya adalah sebagai berikut.
45, 50, 60, 60, 70, 70, 75, 80
Hasil pengamatan dari pengurutan di atas bisa diketahui nilai
data 60 dan 70 adalah nilai data yang paling sering muncul (masing-
masing dua kali). Oleh karena itu modus sekelompok data di atas ada 2
adalah 60 dan 70.

Contoh 3:
Sembilan orang siswa memiliki nilai ujian sebagai berikut.
54, 76, 57, 81, 70
Tentukan modus nilai siswa!
Jawab:

14
Jika diurutkan, susunannya akan seperti berikut ini.
54, 57, 62, 70, 72, 76, 77, 81
Dari pengamatan, tidak ada satupun nilai data yang sering
muncul. Oleh karena itu, data di atas tidak memiliki modus
2.2.2 Data Kelompok
Modus Data Kelompok
Modus Data Kelompok adalah nilai yang memiliki frekuensi
terbanyak dalam seperangkat data. Modus untuk data yang disusun
dalam bentuk kelas interval (data berkelompok) bisa ditentukan
berdasarkan nilai tengah kelas interval yang memiliki frekuensi
terbanyak.
Namun nilai yang dihasilkan dari nilai tengah kelas interval
ini adalah nilai yang kasar. Nilai modus yang lebih halus bisa
diperoleh dengan menggunakan rumus di bawah ini.4

Mo = modus
B = batas bawah kelas interval dengan frekuensi terbanyak
p = panjang kelas interval
b1 = frekuensi terbanyak dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
b2 = frekuensi terbanyak dikurangi frekuensi kelas sesudahnya
Contoh:
Berikut ini adalah nilai statistik mahasiswa jurusan ekonomi
sebuah universitas.

Nilai Statistik Frekuensi

51 - 55 5

56 - 60 6

61 – 65 14

4
Amudi, Asaribu. Pengantar Statistik (Medan: Imballo 1965), 34.

15
66 - 70 27

71 - 75 21

76 - 80 5

81 - 85 3

Berapakah modus nilai statistik mahasiswa tersebut?


Jawab:
Dari tabel di atas, kita bisa mengetahui bahwa modus terletak pada
kelas interval keempat (66 – 70) karena kelas tersebut memiliki frekuensi
terbanyak yaitu 27. Sebelum menghitung menggunakan rumus modus data
berkelompok, terlebih dahulu kita harus mengetahui batas bawah kelas
adalah 65,5, frekuensi kelas sebelumnya 14, frekuensi kelas sesudahnya
21. Panjang kelas interval sama dengan 5.

Dengan begitu bisa kita menghitung modus nilai statistik mahasiswa


sebagai berikut.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nilai rata-rata pertengahan atau median adalah nilai atau angka yang diatas
nilai atau angka tersebut terdapat 1/2N dan dibawahnya juga terdapat 1/2N.
Dalam mencari median data tunggal ini ada dua kemungkinan yang kita hadapi,
pertama ialah data tunggal itu seluruh sekornya berfrekwensi 1, yang kedua ialah
bahwa data tunggal itu sebagian atau seluruh sekornya berfrekwensi lebih dari
Cara mencari Perhitungan data kelompokkan dengan :
1
( )
RumusPertama:Mdn = 1 + N−f k a Xi
fi
1
( )
Rumus kedua : Mdn = N−f k a X i
fi
Modus ialah nilai dari beberapa data yang mempunyai frekuensi tertinggi
baik data tunggal maupun data yang berbentuk distribusi atau nilai yang sering
muncul dalam kelompok data.
1. Modus data tunggal
Modus Data Tunggal adalah penjelasan tentang suatu kelompok data dengan
menggunakan nilai yang sering muncul dalam kelompok data tersebut. Atau bisa
dikatakan juga nilai yang populer (menjadi mode) dalam sekelompok data.
2. Modus data kelompok

17
Mo = modus
B = batas bawah kelas interval dengan frekuensi terbanyak
p = panjang kelas interval
b1 = frekuensi terbanyak dikurangi frekuensi kelas sebelumnya
b2 = frekuensi terbanyak dikurangi frekuensi kelas sesudahnya

3.2 Saran
Demikian makalah ini dalam mata kuliah Statistik Dasar yang tentunya
masih jauh dari kesempurnaan. Pemakalah sadar bahwa ini merupakan proses
dalam menempuh pembelajaran, untuk itu pemakalah mengharapkan kritik serta
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah kami. Harapan pemakalah
semoga makalah ini dapat dijadikan suatu ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.

18
DAFTAR PUSAKA
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003.

Amral, Syamsu.Metode Statistik, jilid I dan II. Bandung:Ganaco, 1963.

Amudi, asaribu. Pengantar Statistik. Medan:Imballo, 1965.

Dajan, Anto.Pengantar Metode Statistik Jilid 1. Jakarta :LP3ES, 2000.

Furqon.Statistika Terapan untuk Penelitian . Bandung : ALFABETA, 2004

19

Anda mungkin juga menyukai