STATUS UJIAN IKM Tavip Kharisma - 19.100 (DR - Yusias)
STATUS UJIAN IKM Tavip Kharisma - 19.100 (DR - Yusias)
Disusun Oleh:
Tavip Kharisma Putra
1965050100
Pembimbing:
Dr. Yusias Hikmat Diani, M.Kes.
STATUS UJIAN
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PERIODE 26 JULI – 4 SEPTEMBER 2021
I. Pendahuluan
Penyakit kecacingan merupakan penyakit yang diakibatkan infeksi cacing
atau helminth. Penyakit ini merupakan penyakit endemik kronik dan cenderung
tidak mematikan namun dapat menyebabkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi,
kecerdasan dan produktivitas. Penyakit kecacingan banyak menimbulkan kerugian
karena menyebabkan berkurangnya penyerapan zat gizi makronutrien seperti
karbohidrat dan protein, serta menimbulkan berkurangnya jumlah darah dalam
tubuh. Penderita penyakit kecacingan biasanya mempunyai gejala lemah, lesu,
pucat, kurang bersemangat, berat badan menurun, batuk, kurang konsentrasi
dalam belajar. Hal ini dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia karena
menyebabkan gangguan tumbuh kembang dan kognitif manusia.1
Salah satu bentuk penyakit kecacingan adalah terinfeksi oleh cacing melalui
tanah atau disebut Soil Transmitted Helminthes (STH) yang kemudian
berkembang di dalam usus. Jenis cacing yang banyak menginfeksi manusia adalah
cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenale
dan Necator americanus) dan cacing cambuk (Trichuris trichiura). 1
Penyakit kecacingan termasuk dalam 17 Neglected Tropical Disease (NTD) /
penyakit tropis terabaikan.2 Penyakit kecacingan yang terjadi di Indonesia tahun
2012 adalah 22,6% sedangan target angka kecacingan di Indonesia menurut
Kementerian Kesehatan tahun 2017 adalah < 10% di setiap daerah kabupaten/
kota.3 WHO menyatakan lebih dari separuh kesakitan penduduk di negara
berkembang termasuk Indonesia disebabkan oleh infeksi parasitik cacing
(Kemenkes, 2012).
Berdasarkan Permenkes Nomor 15 Tahun 2017 tentang pedoman
pengendalian cacingan, Indikator dalam pencapaian target program
penanggulangan cacingan berupa penurunan prevalensi cacingan sampai dengan
di bawah 10% di setiap daerah kabupaten/kota. 3 Kejadian kecacingan yang masih
air oleh telur cacing A. lumbricoides, selain itu juga dapat disebabkan oleh
buang air besar disumber air seperti sungai.
Ekonomi dapat berpengaruh pada lingkungan perumahan seperti
lingkungan padat penduduk yang mempermudah penularan dari askariasis.
Ekonomi yang kurang dapat mempengaruhi fasilitas perumahan,
penyediaan air bersih dan sanitasi yang pada dasarnya sangat berperan
terhadap timbulnya penyakit Infeksi. Hal ini juga dapat menyebabkan
keluarga tidak memiliki jamban keluarga, sehingga untuk pembuangan
tinja masih sembarangan seperti di sungai, di bawah pohon, di halaman
rumah, dan sebagainya.
Sosial budaya berpengaruh pada beberapa adat istiadat seperti adanya
kepercayaan mengubur tinja/kotoran manusia yang belum meninggal yang
diperoleh sejak zaman nenek moyang menyebabkan masyarakat Sumba
Barat khususnya Desa Taramanu kurang memperhatikan kondisi
lingkungan dan kebersihan perorangan.10
Penularan askariasis terjadi melalui fekal oral, dimana tinja yang
mengandung telur cacing dihinggapi oleh lalat yang selanjutnya hinggap
dimakanan yang tidak terlindungi dengan baik atau tidak disimpan dengan
baik.7
2. Perilaku
Perilaku atau tindakan merupakan proses lanjutan setelah pengetahuan
dan sikap dimana dimulai ketika seseorang mengetahui sesuatu kemudian
bagaimana orang itu menyikapi atau mendorongnya sehingga dia dapat
mempraktekkan apa yang dia tahu, namun tidak semua orang dapat
bertindak sesuai pengetahuan yang ia miliki karena ada faktor-faktor yang
dapat membuat dia tidak bertindak sesuai pengetahuannya.9 Hasil
3. Pelayanan Kesehatan
GENETIK
Tidak ada hubungan
JLN
PELAYANAN LINGKUNGAN
KESEHATAN N
FISIK:
Kurangnya penyuluhan Tidak tersedianya jamban
tentang askariasis
Askariasis sehat
Cara :
1) Bekerja sama dengan pemangku kepentingan atau pihak terkait untuk
pemerataan pendidikan di setiap daerah seperti pembangunan sekolah,
pembagian buku gratis, program wajib belajar 9 tahun bagi beberapa
daerah yang masih sulit dijangkau, dan bantuan beasiswa pendidikan,
sehingga dapat meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat.
2) Bekerja sama dengan pemangku kepentingan atau pihak terkait untuk
membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sesuai dengan
kemampuan atau keahliannya, sehingga dapat meningkatkan status
perekonomian sehingga dapat mencukupi kebutuhan gizi seimbang
3) Bekerja sama dengan pemangku kepentingan atau pihak terkait
mengenai budaya setempat agar dapat dilakukan promosi kesehatan
untuk mengubah tanggapan masyarakat terhadap mencuci tangan dan
buang air besar di jamban.
Lingkungan Fisik
Tujuan:
Untuk mencegah penularan askariasis melalui perbaikan sanitasi
lingkungan
Cara:
1) Bekerja sama dengan pemangku kepentingan atau pihak terkait untuk
menyediakan akses air bersih, khlorinasi, terlindungi dan terawasi atau
sumur gali dengan jarak minimal 10 m, kondisi lantai sumur kedap air,
tidak retak atau bocor serta sumur ditutup. Tidak tercemar oleh air
limbah dan kotaran.
2) Untuk air minum masyarakat membiasakan dengan memasak sampai
mendidih kurang lebih selama 10 menit.
3) Penyediaan jamban jenis leher angsa. Jamban sehat adalah tidak
mengotori permukaan tanah sekeliling jambat tersebut, tidak mengotori
air tanah sekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat,
kecoa, tidak menimbulkan bau, mudah digunakan dan diperlihara,
sederahan designnya, murah dan dapat diterima oleh pemakainya.
4) Pengelolaan air limbah, kotoran dan sampah, harus benar sehingga
tidak mencemari lingkungan. Selokan/got dan limbah lainnya jangan
sampai dicemari oleh tinja manusia.
5) Pengawasan terhadap masakan dirumah dan penyajian pada penjual
makanan seperti membersihkan alat masak dan menutup makanan.
2. Perilaku
Tujuan:
Meningkatkan pelayanan promotif dan preventif untuk mencegah infeksi
askariasis
Cara:
1) Promosi Kesehatan memberi penyuluhan mengenai definisi, gejala,
penyebab, cara penularan, pencegahan dari askariasis. Kegiatan ini
dapat membantu seseorang atau kelompok masyarakat menambah
pengetahuan dalam hal ini mengenai askariasis sehingga dapat
mengubah pola hidup individu tersebut.
2) Edukasi masyarakat untuk mengonsumsi makanan yang bergizi untuk
mempertahankan imun agar tidak mudah terkena penyakit infeksi
askariasis.
3) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan, dan
Mencuci tangan dengan sabun setelah BAB dengan menggosok sela-
sela jari hingga bersih agar bakteri penyebab penyakit hilang.
4) Mencuci bersih buah-buahan dan sayur-sayuran mentah (lalapan) yang
siap dikonsumsi dengan air bersih
5) Menggunting kuku jari tangan 1 minggu sekali agar mencegah
penularan saat sesorang makan dengan tangan
6) Panaskan kembali secara benar makanan yang sudah dimasak
7) Lindungi makanan dari serangga, binatang mengerat dan binatag
lainnya
8) Buang air besar di jamban yang sesuai dengan kriteria rumah sehat.
3. Pelayanan Kesehatan
Tujuan:
Memberikan pelayanan kesehatan untuk mencegah terjadinya askariasis.
Cara:
1) Pelaksanaan program POPM (Pemberian Obat Pencegahan Masal)
cacingan secara maksimal agar dapat mencapai target penurunan
prevalensi cacingan sampai dengan di bawah 10% di setiap daerah
kabupaten/kota. POPM Cacingan dilaksanakan dua kali dalam 1 tahun
untuk daerah kabupaten/kota dengan prevalensi tinggi dan satu kali
dalam 1 tahun untuk daerah kabupaten/kota dengan prevalensi sedang.4
Daftar Pustaka
1. World Health Organization. Soil transmitted helminthes Intestinal Worms. [Internet]
Available from: http/www.who.int/intestinal worms/en
2. Centers for Disease Control and Prevention. Which diseases are considered neglected
tropical disease. [Internet] Available from
https://www.cdc.gov/globalhealth/ntd/diseases/index.html.
3. Kemenkes RI. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia no 15 Tahun 2017
tentang Penanggulangan Cacingan. Jakarta:Kemenkes RI. 2017
4. Kemenkes RI. Pedoman pengendalian kecacingan. Jakarta : Diretorat Jendral PP dan
PL, Kemenkes, 2012.
5. Sumanto, Didik. Faktor risiko infeksi cacing tambang pada anak sekolah. [Tesis].
Semarang: Universitas Diponegoro;2010.
6. Notoatmodjo S. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. 2003.
7. Sutanto dkk. Parasitologi Kedokteran, Edisi Keempat, Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2008
8. Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan
Kesehatan Perumahan
9. Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta. 2010.
10. Suharmiaty, Rochmansyah. Mengungkap Kejadian Infeksi Kecacingan Pada Anak
Sekolah Dasar (Studi Etnografi Di Desa Taramanu Kabupaten Sumba Barat. Badan
Litbangkes-Kemenkes RI. 2018; http://dx.doi.org/10.22435/hsr.v2Ii3.420
11. Umar Zaidina. 2008. Perilaku Cuci tangan Sebelum makan dan Kecacingan pada
Murid SD di kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat, Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional, 2 (6)
12. Onggwaluyo, J.S. 2001. Parasitologi Medik 1 Helmintologi. Jakarta: EGC.
13. Manalu SM, Biran S.I, 2006. Infeksi cacing tambang. Cermin Dunia Kedokteran, 19
(4).