Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MAKALAH KELOMPOK

SENI BUDAYA BAB SENI TEATER


“ Malam Jahannam”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3
M. Shidqey Hakim Salman (23)
Nakhla Aufa Fadhilah (27)
Rizki Meilani (31)
Syamsi Ansari Winaktu (33)
Ulfaiza Primandini Auza (36)

KELAS XII MIPA 3


MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2021/2021
Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, puji dan syukur sebagai seorang hamba kita limpahkan,
kita curahkan hanya kepada Allah pencipta manusia yang memiliki kehidupan,
yang mengendalikan seluruh alam semesta, dan yang jelas akan membangkitkan
kita setelah kematian. Maka ketika Allah berbicara kepada manusia, Allah
berbicara dengan kepastian yang ada, bahwa manusia pasti mati, bahwa manusia
melihat langit tanpa tiang, bahwa manusia melihat bumi yang dihamparkan sangat
luas, lalu kemudian Allah menunjukkan apa yang Dia ciptakan itu untuk
memberikan tanda tanda bagi kita bahwa kita sebagai hamba-Nya harus banyak
banyak bersyukur kepada-Nya. Kesyukuran paling besar ketika Allah mengakui
kita sebagai hamba-Nya, karena ketika seorang hamba memiliki Tuhan yang tidak
mengakuinya maka jelas hamba itu berada dalam kesulitan. Maka kita memulai
hubungan dengan Allah dengan mengucapkan Alhamdulillah. Mudah mudahan
kita senantiasa bersyukur kepada Allah atas segala yang Allah berikan kepada kita
dan mudah mudahan kita senantisa beristigfar karena dosa dosa kita. Karena kita
dapat beristigfar kepada Allah merupakan suatu kesyukuran pula.
Sholawat dan salam semoga tercurah dan terlimpahkan kepada baginda
besar Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam, manusia mulia yang senantiasa
mendapat pujian sampai dengan akhir zaman karena kapanpun namanya
diucapkan maka puji pujian senantiasa otomatis berada di atasnya. Nama
Muhammad berasal dari hammada yang berarti puji pujian yang banyak atau
ahmad yang berarti pujian yang paling tinggi. Tidak ada satupun manusia di muka
bumi ini yang layak untuk ditiru, diteladani, diidolai melebihi Rasulullah
Muhammad Shallahu ‘alahi wa sallam. Mudah mudahan rasa cinta yang keluar
dari diri kita adalah rasa cinta yang tulus karena senang, ridho, bangga menjadi
umat Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam.

Pontianak, 14 September 2021

Kelompok 3
Malam Jahannam
Karya Mottinggo Boesie

Mengisahkan tentang Paijah, seorang perempuan yang selalu


ditinggal dan tidak diperhatikan suaminya. Suaminya, Mat Kontan, selalu
pergi sedari pagi hingga malam hanya untuk mencari burung baru untuk
dipelihara. Paijah tidak pula seorang diri, dia bersama anaknya yang masih
bayi dan juga Utai, seorang pria dengan kelatarbealakangan khusus yang
setiap hari mengunjungi rumah Paijah untuk menunggu Mat Kontan dan
meminta rokok.
Hari itu, Paijah mencurahkan keluh kesahnya pada Utai, mengapa
Mat Kontan belum pulang. Anaknya sedang sakit dan rewel. Tetapi
seharian Mat Kontan tidak terlihat batang hidungnya. Utai berkata bahwa
dia tidak tahu, dan dia juga menunggu Mat Kontan untuk meminta rokok.
Paijah kembali masuk karena anaknya kembali menangis. Tak lama,
Soleman, tetangga Paijah keluar dan duduk di depan rumahnya, sambil
mengepulkan asap rokoknya. Beberapa saat kemudian, mbah pijat lewat,
membunyikan kaleng yang berisi koin sambil berteriak ‘pijat...pijat’,
Soleman mengusir mbah pijat dengan mengatakan bahwa dia tidak boleh
berisik dilingkungan ini. Utai yang awalnya duduk di depan rumah Paijah,
mendekat perlahan kearah Soleman, dan meminta rokok. Soleman
memberikan sebatang rokok pada Utai, dengan syarat pria itu tak boleh
mengganggu Soleman. Utai mengiyakan hal itu dan meninggalkan
Soleman sendirian.
Paijah kembali keluar dari rumahnya, dan duduk di depan rumah.
Dia kembali mengatakan keluh kesahnya pada Soleman, dia berkata
anaknya sedang sakit, tapi Mat Kontan belum juga pulang. Soleman
menyarankan agar membawa anak itu ke dukun, dan Paijah malah
menjawab, bagaimana mungkin membawa anak itu ke dukun jika Mat
Kontan saja belum kembali dan malah sibuk dengan burung-burungnya.
Saat sedang mengobrol dengan Soleman, anaknya kembali menangis
membuat Paijah masuk lagi ke rumah untuk menenangkan anakya.
Soleman pun ikut masuk, untuk melihat kondisi anak itu. Pada saat itu
pula, Mat Kontan pulang dengan wajah bahagia karena mendapatkan
burung baru. Dia memanggil-manggil Soleman tapi pria itu tidak keluar
juga. Mendengar suara Mat Kontan, Soleman buru-buru keluar dari rumah
Paijah dari pintu belakang. Dan menemui Mat Kontan, seolah dia baru
muncul dari tempat lain.
Begitu melihat Soleman, Mat Kontan langsung menyombongkan
burung yang ia bawa. Soleman berkata bahwa untuk apa Mat Kontan
menyombongkan burung-burung itu jika tidak memperhatikan
keluarganya. Dia berkata bahwa anak Mat Kontan sedang sakit. Mat
Kontan berkata bahwa anak istrinya memanglah hal yang dia banggakan
tapi yang paling dia banggakan adalah burung-burung yang dia miliki.
Mereka terus bicara dan berdebat mengenai banyak hal.
Mat Kontan terus menerus membanggakan anaknya, membuat
Soleman muak dan mengalihkan pembicaraan dengan mengatakan bahwa
burung beo Mat Kontan menghilang. Mat Kontan langsung menanyakan
hal itu pada Paijah, dan Paijah berkata dia tidak tahu. Mat Kontan
langsung kalang kabut, mencari burung itu, ingin meminta bantuan
Soleman, tetapi pria itu malah menghilang. Yang ada hanya Utai, dia
bertanya apakah Utai mengatahui kemana beo itu pergi, dan dia menjawab
bahwa burung itu sudah mati dengan leher terputus. Mat Kontan menjadi
marah, dan berkata bahwa jika dia menemukan orang yang membunuh
beonya maka dia akan mencincang orang tersebut. Dengan ditemani Utai,
Soleman datang ke ahli nujum untuk mencari tahu siapa yang membunuh
beonya.
Hal lain yang tidak Mat Kontan ketahui adalah istrinya
berselingkuh dengan Soleman. Paijah sangat takut ketika mendengar
bahwa Mat Kontan akan mencari pembunuh burung itu, dia takut dituduh
dan dibunuh. Soleman berkata pada Paijah bahwa dialah yang membunuh
burung itu dan membuangnya di samping sumur. Dia sakit hati dengan
burung itu karena terus mengejeknya. Paijah sangat takut perselingkuhan
ini akan terbogkar dan mereka akan malu. Ji
Mat Kontan dan Utai kembali dengan marah-marah. Rupanya ahli
nujum itu sudah meninggal beberapa hari lalu, sehingga Mat Kontan tidak
dapat mengetahui siapa pembunuh burungnya. Dia bertanya pada Paijah,
dan dijawabnya tidak tahu. Mat Kontan terus memarahi dan menuduh
Paijah, Paijah keluar dari rumah, dan memeluk Soleman, Mat Kontan pun
meminta Soleman untuk melepaskan pelukan itu, dan masuk ke dalam
rumah. Mat Kotan kembali bertanya kepada Paijah, dan Paijah memanggil
Soleman sambil menangis, karena Soleman tidak juga menjawab,
Paijahpun berkata bahwa Soleman adalah seorang pengecut. Soleman
akhirnya keluar dari rumah dan mengatakan semua pada Mat Kontan
bahwa dialah yang membunuh beonya bahkan dialah ayah dari anak yang
selalu Mat Kontan banggakan.
Kisah itu diakhiri dengan kematian Utai yang lehernya patah ketika
mengejar Soleman bersama Mat Kontan, Mat Kontan berkata lebih baik
jika Utai mati karena dengan begitu tidak aka nada yang tahu apa
penyebab perkelahian antara dirinya dan Soleman. Bahkan di akhir kisah
itu, anak Paijah juga mati karena tidak terurus
A. Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain dihubungkan
dengan hukum sebab-akibat. Alur merupakan salah satu aspek penting
dalam drama karena alur merupakan pembentuk kerangka cerita. Alur
Malam Jahanam adalah alur maju, yaitu peristiwa yang dialami oleh tokoh
cerita tersusun menurut urutan waktu terjadinya secara berurutan. Alur ini
berlangsung secara kontinyu dan memuncak.
Diawali dengan pengenalan tokoh, kemudian konflik, klimaks dan
diakhiri dengan anti klimaks. Teater ini diakhiri dengan pengakuan
perselingkuhan antara Paijah dengan Soleman, kematian Utai yang
lehernya patah ketika mengejar Soleman bersama Mat Kontan, bahkan di
akhir kisah itu, anak Paijah juga mati karena tidak terurus. Hal ini
membuat kesan ceritanya menjadi sad ending.

B. Pencipta

Teater ini merupakan karya Mottinggo Boesje (nama lahir:


Bustami Djalid) (21 November 1937 – 18 Juni 1999). Ia adalah seorang
sastrawan, sutradara, dan pelukis Indonesia. Motinggo merupakan nama
pena yang diambil dari bahasa Minangkabau, mantiko. Kata tersebut
memiliki makna bersifat bengal, eksentrik, suka menggaduh, kocak, dan
tak tahu malu. Namun mantiko dalam diri Motinggo bukanlah berkonotasi
negatif, maka ia menambahkan kata bungo (bunga) di belakang nama
samarannya itu, sehingga lengkap tertulis Mantiko Bungo (MB). Dari
inisial MB inilah akhirnya berkembang nama Motinggo Boesje. Selain
nama pena dan nama pemberian orang tua, ia juga memilki nama gelar
adat Minangkabau yaitu Saidi Maharajo. Berikut karya dari Motinggo
Busje :
a. Puisi
 Malam Putih. Majalah Siasat, 1953.
 La Lune et La Croix. Majalah Nasional, 1955.
 Tuhan. Majalah Waktu, 1955.
 Dengan Malam. Majalah Waktu, 1957.
b. Prosa
 Berantas. Majalah Waktu, 1954.
 Bunian. Majalah Nasional, 1954.
 Jejak Sepatu Gerilya. Majalah Waktu, 1954.
c. Cerita Pendek
 Bangku Batu. Majalah Horison, 1997.
 Lonceng. Majalah Horison, 1999.
d. Novel
 Tidak Menyerah. Nusantara, 1962.
 Bibi Marsiti. Lokajaya, 1968.
 Cross Mama. Lokajaya, 1968.
e. Drama
 Malam Jahanam. Majalah Era, 1959.
 Malam Pengantin di Bukit Kera. Megabookstore, 1963.
 Nyonya dan Nyonya. Megabookstore, 1963.
f. Kritik Esai
 Hasil Seni Modern. Jurnal Sastra nomor 2 Februari 1962.
 Sebagai Pengarang… Bersedia Pikul. Kritik Mingguan
Srikandi, 1969.
g. Film
 Biarkan Musim Berganti (1971).
 Cintaku

C. Siapa yang menampilkan


Teater Malam Jahannam ini dapat ditonton pada channel
Youtubenya Teater Sativa yaitu Ruang Sativa. (https://youtu.be/z-
S6_5YgbrQ)

D. Pesan yang terkandung


Salah satu pesan moralnya yakni tentang menghargai perjuangan
yang telah dilakukan seseorang. Mat Kontan yang kurang menghargai
Paijah dan Soleman akhirnya dikhianati oleh mereka. Kita juga harus
bertanggung jawab akan semua yang telah kita lakukan walaupun akan
berdampak buruk bagi kita. Seperti halnya Paijah dan Soleman yang
mengakui kesalahan mereka dan harus bersedia menanggung akibatnya.
Korban yang lebih malang lagi adalah Mat Kotan Kecil, bayi yang lemah
dan tidak berdaya, yang meninggal akibat keteledoran dan keegoisan
orang tuanya.
Selain itu, amanat lainya tentang kesetiaan. Seorang istri
seharusnya setia kepada suaminya dan berkompromi mengenai
kekurangan mereka masing-masing dan saling mengingatkan.
Dicontohkan kurangnya penghargaan Paijah terhadap suaminya. Padahal,
Mat Kontan yang istrinya selingkuh tetap mau mencintainya. Cintailah
keluarga dan jangan hiraukan keluarga atau orang yang kau sayangi demi
hal yang tidak penting, dan selalu menyelesaikan masalah dengan kepala
dingin dan berserah diri kepada Tuhan jika ada masalah.

E. Cabang seni selain teater


 Seni Tari
Ada pada menit ke 00:18 – 03:35

 Seni Musik
Sebagai iringan pada tari, menit ke 00.15 – 03.35

Anda mungkin juga menyukai