Anda di halaman 1dari 19

II-13

BAB II
OPC, APC, STRUKTUR PRODUK, DAN BOM

2.1 Landasan Teori


Peta proses operasi adalah peta kerja yang yang mencoba
menggambarkan urutan kerja dengan jalan membagi pekerjaan
tersebut menjadi elemen-elemen operasi secara detail. Tahapan
proses operasi kerja harus diuraikan secara logis dan sistematis.
Keseluruhan operasi kerja dapat digambarkan dari awal (raw
material) sampai menjadi produk akhir (finished goods product),
sehingga analisis perbaikan dari masing-masing operasi kerja
secara individual maupun urutan-urutannya secara keseluruhan
akan dapat dilakukan. Peta operasi ini umumnya digunakan
untuk menganalisis operasi-operasi kerja yang memakan waktu
beberapa menit per siklus kerjanya (Sritomo, 1992).
Peta proses operasi memiliki beberapa kegunanaan dan
informasi-informasi yang bisa dicatat melalui peta proses operasi.
Kegunaan peta proses operasi adalah sebagai berikut
(Sutalaksana, 1979):
a. Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan
penganggarannya.
b. Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan
menghitung efisiensi di tiap operasi/pemeriksaan).
c. Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik.
d. Sebagai alat untuk menentukan perbaikan cara kerja yang
sedang dipakai.
e. Sebagai alat untuk latihan kerja.
f. Dan lain-lain.

II-1
II-2

Peta-peta kerja yang biasa digunakan pada perusahaan


dikembangkan oleh Gilberth yang dibuat untuk membuat suatu
peta kerja. Adapun lambang-lambang yang umum digunakan
adalah sebagai berikut (Sutalaksana, 1979).

OPERASI
Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja
mengalami perubahan sifat baik fisik maupun kimiawi. Kegiatan
operasi ini juga menggambarkan kegiatan mengambil informasi
maupun memberikan informasi pada suatu keadaan.

PEMERIKSAAN
Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja
atau peralatan mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas
maupun kuantitas. Lambang ini digunakan jika melakukan
pemeriksaan terhadap suatu objek atau membandingkan obyek
tertentu dengan suatu standar.

TRANSPORTASI
Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja,
pekerja, dan perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang
bukan merupakan bagian dari suatu operasi. Suatu pergerakan
yang merupakan bagian dari operasi atau disebabkan oleh pekerja
pada tempat bekerja sewaktu operasi atau pemeriksaan
berlangsung bukanlah merupakan transportasi.

MENUNGGU
Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja, dan
perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu
(biasanya sebentar). Kejadian ini menunjukan bahwa suatu objek
II-3

ditinggalkan untuk sementara tanpa pencatatan sampai


diperlukan kembali.

PENYIMPANAN
Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan
pada jangka waktu yang cukup lama. Jika benda kerja tersebut
diambil kembali, biasanya memerlukan prosedur perizinan
tertentu. Lambang ini digunakan untuk menyatakan suatu obyek
yang mengalami penyimpanan permanen.

AKTIVITAS GABUNGAN
Lambang yang satu ini menunjukkan sebuah aktivitas
gabungan. Kegiatan yang terjadi apabila antara aktivitas operasi
dan pemeriksaan dilakukan kebersamaan atau dilakukan pada
suatu tempat kerja.
Assembling Proces Chart (APC) merupakan peta yang
menggambarkan langkah-langkah proses perakitan yang akan
dialami komponen berikut pemeriksaannya dari awal sampai
produk jadi selesai. APC atau disebut juga sebagai peta proses
perakitan memiliki beberapa manfaat diantaranya adalah
menentukan kebutuhan operator, mengetahui kebutuhan tiap
komponen, alat untuk menentukan tata letak fasilitas, alat untuk
menentukan perbaikan cara kerja, dan alat untuk latihan kerja
(Scribd, 2012).
Menurut Gaspersz (2004), struktur produk atau BOM
didefinisikan sebagai cara komponen-komponen itu bergabung ke
dalam suatu produk selama proses manufakturing. Struktur
produk adalah suatu susunan hirarki dari komponen-komponen
pembentuk suatu produk akhir. Biasanya produk akhir
ditempatkan di level 0, komponen pembentuk berikutnya adalah
II-4

ditempatkan di level 1, dan seterusnya. Pada umumnya produk


akhir disebut juga induk atau parent dan komponen
pembentuknya disebut juga anak atau child. Terdapat dua teknik
yang digunakan p a d a struktur produk, yaitu seperti yang
dijelaskan di bawah ini (thesis.binus.ac.id, 2012):
1. Explosion, yaitu suatu teknik penguraian komponen struktur
produk yang urutan dimulai dari induk sampai komponen pada
level paling bawah.
2. Implosion, yaitu suatu teknik penguraian komponen struktur
produk yang urutan dimulai dari komponen sampai induk
atau level atas.
Struktur produk akan menunjukkan bahan baku yang
dikonversi ke dalam komponen-komponen fabrikasi kemudian
komponen-komponen itu bergabung secara bersama untuk
membuat sub assemblies, kemudian sub assemblies bergabung
bersama membuat assemblies dan seterusnya sampai produk
akhir. Manfaat struktur produk adalah sebagai berikut (thesis:
binus, 2012).
1. Mengetahui berapa jumlah item penyusunan suatu produk
akhir.
2. Memberikan rincian mengenai komponen apa saja yang
dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk.
Bill of Material (BOM) merupakan rangkaian struktur semua
komponen yang digunakan untuk memproduksi barang jadi
sesuai dengan master production scheduling. Bill Of Material
(BOM) adalah daftar (list) dari material atau komponen yang
dibutuhkan untuk dirakit, dicampur, dan dibuat produk akhir.
Ada beberapa format dari Bill of Material (BOM), yaitu (thesis:
binus, 2012):
II-5

1. Single-Level BOM, merupakan BOM yang menggambarkan


hubungan sebuah induk dengan satu level komponen-
komponen pembentuknya.
2. Multi-Level BOM, merupakan BOM yang menggambarkan
struktur produk lengkap dari level 0 sampai level paling
bawah.
3. Indented BOM, adalah BOM yang dilengkapi dengan informasi
level setiap komponen.
4. Summarized BOM, merupakan BOM yang dilengkapi dengan
jumlah total tiap komponen yang dibutuhkan

2.2 Pembahasan
Pembahasan ini berisi suatu pengolahan data tentang OPC,
APC, struktur produk, dan BOM. Akan tetapi sebelum melakukan
proses pengolahan data tersebut harus terlebih dahulu melakukan
pembuatan produk lemari tas. Pembuatan lemari tas ini bertujuan
untuk mendapatkan atau mengumpulkan data yang diperlukan
pada modul OPC, APC, struktur produk, dan BOM. Pembuatan
lemari tas memerlukan beberapa kebutuhan seperti bahan-bahan
dan peralatan. Kebutuhan tersebut dapat diketahui pada tabel
2.1, tabel 2.2, tabel 2.3, tabel 2.4 tentang komponen utama
beserta perhitungan harga per komponen yang dibutuhkan dalam
pembuatan lemari tas.

Tabel 2.1 Komponen Utama


Ukuran Ukuran Terima Berat/ Harga/
No. Nama Komp.
Tipe Pakai (cm) (cm) komp. unit
Komp. Komponen Assy
(pxlxt) (pxlxt) (kg) (Rp)
Papan Papan
002 1 44,8 x 52 x 1,5 120 x 52 x 1,5 2,4 11200
Bawah kayu
Papan Papan
003 2 37,5 x 52 x 1,5 120 x 52 x 1,5 2,2 9375
samping kayu
II-6

Tabel 2.1 Komponen Utama (Lanjutan)


Ukuran Ukuran Terima Berat/ Harga/
No. Nama Komp.
Tipe Pakai (cm) (cm) komp. unit
Komp. Komponen Assy
(pxlxt) (pxlxt) (kg) (Rp)
Papan Papan
004 1 52 x 42 x 1,5 79 x 65 x 1,5 1,8 8506
Tengah kayu
Papan Papan
005 1 44,8 x 52 x 1,5 120 x 52 x 1,5 1,8 11200
Atas kayu
Papan Papan
006 1 45 x 40 x 1,5 55 x 40x 1,5 1,2 12273
belakang kayu
Pintu Papan
007 1 44,8 x 20 x 1,5 120 x 52 x 1,5 0,9 4308
bawah kayu
Pintu Papan
008 1 44,8 x 20 x 1,5 79 x 65 x 1,5 0,8 3490
atas kayu

Ukuran Pakai
Harga per komponen = × Harga Beli
Ukuran Diterima
44,8 x 52 x 1,5
Harga Komponen papan bawah = 120 x 52 x 1,5 × Rp 30000

= Rp 11200
52 x 42 x 1,5
Harga Komponen papan tengah = × Rp 20000
79 x 65 x 1,5

= Rp 8506
45 x 40 x 1,5
Harga komponen papan belakang = × Rp 15000
55 x 40 x 1,5

= Rp 12273

Tabel 2.2 Komponen Tambahan


Ukuran
No Nama Vol. Ukuran Berat/komp Harga/unit
Tipe Kemasan
Komp. Komponen Assy tersedia (kg) (Rp)
(cm)
009 Sekrup 3 cm 28/36 Besi 100 36 0,56 300
010 Sekrup 2 cm 20/20 Besi 100 20 0,5 200
011 Engsel sendok 4/4 Besi 12 4 1 6000
012 Handle pintu 2/2 Besi 20 2 0,7 5000
II-7

Tabel 2.3 Data-Data Komponen (Utama dan Tambahan)

No.Komp. Nama Komponen Simbol Kuantitas


001 Lemari Tas LT 1
002 Papan Bawah PH 1
003 Papan Samping PS 2
004 Papan Tengah PT 1
005 Papan Atas PA 1
006 Papan Belakang PG 1
007 Pintu Bawah PPB 1
008 Pintu Atas PPA 1
009 Sekrup 3 cm SK 3 28
010 Sekrup 2 cm SK 2 20
011 Engsel Pintu EP 4
012 Handle Pintu HND 2

Tabel 2.4 Data Pencatatan Waktu Perakitan (Menit)

Perakitan (Menit)
Nama Komponen Kuantitas Rata-rata
No I II III
1 Komp. PH dan komp. PS (Assy. 1) 5,48 5,23 5,25 1 5,32
2 Komp. PT dan Assy. 1 (Assy. 2) 6,30 6,10 6,00 1 6,13
3 Komp. PA dan Assy. 2 (Assy. 3) 7,10 6,10 6,06 1 6,42
4 Komp. PG dan Assy. 3 (Assy. 4) 2,40 2,33 2,30 1 2,34
5 Komp. PPB dan Assy. 4 (Assy. 5) 2,50 2,02 2,05 1 2,19
6 Komp. PPA dan Assy. 5 3,00 2,10 2,01 1 2,37
Total 26,78 23,88 23,67 6 24,76

Berdasarkan dari data tabel 2.4 yaitu, data pencatatan


waktu perakitan maka dapat diketahui waktu siklus, waktu
normal, serta waktu baku dari proses perakitan komponen lemari
tas. Waktu siklus merupakan waktu penyelesaiaan satu satuan
II-8

produksi mulai dari bahan baku atau mulai diproses di tempat


kerja yang bersangkutan.
Waktu normal merupakan waktu penyelesaiaan suatu
pekerjaan yang diselesaikan oleh pekerja dalam kondisi wajar dan
kemampuan rata-rata. Waktu baku merupakan waktu yang
dibutuhkan sewajarnya oleh pekerja normal untuk menyelesaikan
pekerjaan yang dikerjakan dalam sistem kerja yang terbaik pada
saat itu.

Waktu Siklus (Ws)


Ws Perakitan 1 = 5,48 + 6,30 + 7,10 + 2,40 + 2,50 + 3,00
= 26,78 menit
Ws Perakitan 2 = 23,88 menit
Ws perakitan 3 = 23,67 menit
26,78+23,88+23,67
Sehingga, Ws = = 24,7 menit
3

Waktu Normal
Wn = Ws ×
Wn = 24,7 × 1 = 24,7 menit

Kelonggaran pada perakitan lemari tas, yaitu untuk


kebutuhan pribadi (tenaga yang cukup besar yang dikeluarkan
pada proses perakitan, gerakan yang terbatas, dan sikap badan
yang berdiri tegak saat perakitan) sebesar 13%. Kelonggaran
untuk menghilangkan rasa fatique ialah 1% dan kelonggaran
untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan yang harus
diberikan untuk operator ialah 1%. Maka kelonggaran total yang
harus diberikan bagi operator adalah (13 + 1 + 1)% = 15%.
II-9

Waktu Baku (Wb)


Wb = Wn × (1 + l)
Wb = 24, 7 × (1 + 0,15 ) = 28,4 menit

Scrap merupakan sebuah sisa bahan baku berupa serbuk


yang dilakukan ketika melakukan proses produksi. Scrap tersebut
dapat diketahui berdasarkan perhitungan dimana sesuai dengan
komponen yang dibuat. Perhitungan scrap dilakukan untuk
mengetahui bahwa proses yang dilakukan agar pembuatan
masing-masing komponen lemari tas tidak terbuang berlebihan,
sehingga kerugian akan didapat.

Tabel 2.5 Perhitungan Scrap


Nama Sebelum Proses
Operasi Setelah Proses (Ukuran Dipakai) %Scrap
Komp. (Ukuran Diterima)
Mengukur 50 x 52 x 1,5 50 x 52 x 1,5 0
Papan Memotong 50 x 52 x 1,5 44,9 x 52 x 1,5 0,2
Bawah Meratakan 44,9 x 52 x 1,5 44,8 x 52 x 1,5 0,2
Melubangi 44,8 x 52 x 1,5 (44,8 x 52 x 1,5) – (0,3768 x 8) 0,086
Mengukur 37,7 x 52 x 1,5 37,7 x 52 x 1,5 0
Papan Memotong 37,7 x 52 x 1,5 37,6 x 52 x 1,5 0,2
Samping Meratakan 37,6 x 52 x 1,5 37,5 x 52 x 1,5 0,2
Melubangi 37,5 x 52 x 1,5 (37,5 x 52 x 1,5) – (0,3768 x 8) 0,103
Mengukur 52,2 x 42 x 1,5 52,2 x 42 x 1,5 0
Papan Memotong 52,2 x 42 x 1,5 52,1 x 42 x 1,5 0,2
Tengah Meratakan 52,1 x 42 x 1,5 52 x 42 x 1,5 0,2
Melubangi 52 x 42 x 1,5 (52 x 42 x 1,5) – (0,3768 x 8) 0,092
Mengukur 50 x 52 x 1,5 50 x 52 x 1,5 0
Memotong 50 x 52 x 1,5 44,9 x 52 x 1,5 0,2
Papan Atas
Meratakan 44,9 x 52 x 1,5 44,8 x 52 x 1,5 0,2
Melubangi 44,8 x 52 x 1,5 (44,8 x 52 x 1,5) – (0,3768 x 8) 0,086
Mengukur 45,2 x 40 x 1,5 45,2 x 40 x 1,5 0
Papan Memotong 45,2 x 40 x 1,5 45,1 x 40 x 1,5 0,2
Belakang Meratakan 45,1 x 40 x 1,5 45 x 40 x 1,5 0,2
Melubangi 45 x 40 x 1,5 (45 x 40 x 1,5) – (0,3768 x4) 0,056
Mengukur 45 x 20 x 1,5 45 x 20 x 1,5 0
Pintu Memotong 45 x 20 x 1,5 44,9 x 20 x 1,5 0,2
Bawah Meratakan 44,9 x 20 x 1,5 44,8 x 20 x 1,5 0,2
Melubangi 44,8 x 20 x 1,5 (44,8 x 20 x 1,5) – (0,1413 x10) 0,052
Mengukur 45 x 20 x 1,5 45 x 20 x 1,5 0
Memotong 45 x 20 x 1,5 44,9 x 20 x 1,5 0,2
Pintu Atas
Meratakan 44,9 x 20 x 1,5 44,8 x 20 x 1,5 0,2
Melubangi 44,8 x 20 x 1,5 (44,8 x 20 x 1,5) – (0,1413 x10) 0,052
II-10

Contoh perhitungan scrap pada komponen papan bawah:


ukuran dipakai
% scrap hasil memotong = 1- ×100%
ukuran diterima

44,9 ×52 ×1,5


= 1- × 100% = 0,2 %
50 ×52 ×1,5

44,8 ×52 ×1,5


% scrap hasil meratakan = 1- × 100% = 0,2 %
44,9×52 ×1,5

% scrap pada hasil melubangi dengan mesin bor, yaitu


1 2
Volume lubang sekrup 3 cm = πd t
4
1 2
= 4 ×3,14 × 0,4 × 3 = 0,3768

Apabila jumlah lubang yang dibuat 8 buah yaitu 0,3768 × 8


= 3,0144
ukuran diterima-volume scrap
Sehingga % scrap = 1- ×100%
ukuran diterima

( , × × , ) ,
= 1- ×100% = 0,086%
, × × ,

Peta kerja merupakan alat sistematis dan jelas yang


menggambarkan seluruh kegiatan proses operasi dari pembuatan
sebuah produk. Peta kerja memiliki beberapa macam seperti peta
proses operasi dan peta proses perakitan. Peta proses operasi
merupakan peta yang menggambarkan proses operasi secara
keseluruhan baik dari proses pembuatan sampai dengan proses
perakitan. Namun untuk peta proses perakitan merupakan peta
yang menggambarkan kegiatan atau aktivitas proses perakitan
dari komponen satu dengan komponen lainnya sampai menjadi
komponen yang utuh atau produk jadi. Peta proses operasi dan
peta proses perakitan dalam pembuatan lemari tas dapat dilihat
pada gambar 2.1 dan 2.2.
II-11 II-11

Gambar 2.1 Peta Proses Operasi (Operation Process Chart)


II-12 II-12

Gambar 2.2 Peta Proses Perakitan (Assembly Procces Chart)


II-13

Explotion merupakan BOM dengan urutan dimulai dari


induk sampai komponen pada level paling bawah. Pembuatan
lemari tas dibuat explotion dengan tujuan menunjukkan
komponen-komponen yang membentuk suatu induk dari level
paling atas sampai level terbawah. Struktur produk explotion
dapat dilihat pada gambar 2.3.

Level 0

Level 1

Level 2

Level 3

Level 4

Level 5

Level 6

Gambar 2.3 Struktur Produk Explotion


II-14

Proses pembuatan struktur produk explotion tersebut telah


dilakukan, maka selanjutnya ialah membuat BOM (Bill of
Material). BOM ini dibuat dengan tujuan mengetahui komponen-
komponen itu bergabung ke dalam suatu produk selama proses
manufakturing yang dibutuhkan dalam pembuatan produk lemari
tas serta mengetahui urutan level yang telah dijelaskan pada
struktur produk explotion. BOM explotion dapat dilihat pada tabel
2.6.
Struktur produk lemari tas tidak hanya dibuat dalam
bentuk explotion, tetapi terdapat dalam bentuk metode implotion.
Struktur produk implotion dapat dilihat pada gambar 2.4.
Proses pembuatan struktur produk implotion telah
dilakukan maka selanjutnya membuat BOM (Bill of Material). Tabel
BOM (Bill of Material) implotion dapat dilihat pada tabel 2.7.

Tabel 2.6 Bill of Material (BOM) Explotion


No. Level Kode Deskripsi Kuantitas
1 0 LT Lemari Tas 1
2 1 PPA Pintu Atas 1
3 2 PPB Pintu Bawah 1
4 3 PG Papan Belakang 1
5 4 PA Papan Atas 1
6 5 PT Papan Tengah 1
7 6 PSA Papan Samping 2
8 6 PH Papan Bawah 1
9 1, 2 EP Engsel Pintu 4
10 1, 2 HND Handle Pintu 2
11 3, 4 ,5 ,6 SK3 Sekrup 3 cm 28
12 1, 2 SK2 Sekrup 2 cm 20
II-15

Level 0

Level 1

Level 2

Level 3

Level 4

Level 5

Level 6

Gambar 2.4 Struktur Produk Implotion

Tabel 2.7 Bill of Material (BOM) Implotion


No. Level Kode Deskripsi Kuantitas
1 0 PH Papan Bawah 1
2 0 PSA Papan Samping 2
3 1 PT Papan Tengah 1
4 2 PA Papan Atas 1
II-16

Tabel 2.7 Bill of Material (BOM) Implotion (Lanjutan)

No. Level Kode Deskripsi Kuantitas


5 3 PG Papan Belakang 1
6 4 PPB Pintu Bawah 1
7 5 PPA Pintu Atas 1
8 6 LT Lemari Tas 1
9 4, 5 EP Engsel 4
10 4, 5 HND Handle 2
11 0, 1, 2, 3 SK3 Sekrup 3 cm 28
12 4, 5 SK2 Sekrup 2 cm 20

Berdasarkan pembahasan dan pengolahan data pada OPC,


APC, struktur produk, dan BOM maka dapat diketahui suatu
proses dan sistem produksi lemari tas. Proses pembuatan tersebut
berupa pengukuran, pemotongan, pemerataan, dan pengeboran.
Pembuatan lemari tas terdiri dari beberapa komponen yang
dibutuhkan untuk bisa menjadikan suatu produk yang utuh,
maka pada proses pengerjaan ini dibuatlah suatu peta OPC dan
APC. Peta OPC ini berisi seluruh operasi dari bahan mentah
sampai produk jadi, sedangkan untuk peta APC ini hanya berupa
serangkaian suatu aktivitas perakitan. Perakitan ini dimana
mengabungkan komponen satu dengan komponen yang lain
seperti assembly komponen satu dengan komponen dua maka
akan terbentuk perakitan 1, selanjutnya dilakukan perakitan
kembali dengan komponen 3, dan seterusnya sampai menjadi
produk lemari tas. Struktur produk atau BOM menunjukkan
bahan baku yang dikonversi ke dalam komponen-komponen dari
lemari tas kemudian komponen-komponen itu digabung menjadi
satu.
II-17

2.3 Analisis OPC, APC, Struktur Produk, dan BOM


Komponen yang dibutuhkan dalam pembuatan lemari tas
terdiri dari delapan komponen, akan tetapi terdapat beberapa
komponen yang sama seperti komponen papan atas dan bawah
serta papan samping. Berdasarkan jenis operasi yang dilakukan
dalam pembuatan lemari tas ini, yaitu pengukuran, pemotongan,
perataan, pengeboran sampai dengan perakitan produk. Waktu
yang didapat 165,25 menit, dimana waktu tersebut didapat
berdasarkan proses keseluruhan dari peta proses operasi.
Perakitan dalam APC, yaitu terdiri dari 6 dimana terdiri dari
komponen, papan bawah, papan atas, papan samping ada 2,
papan tengah, pintu atas, dan pintu bawah. Waktu yang didapat
dalam APC, yaitu untuk waktu siklus 5,32 menit, 6,13 menit, 6,42
menit, 2,34 menit, 2,19 menit, dan 2,37 menit.
Proses perakitan lemari tas ini diawali dengan menyiapkan
komponen-komponen yang telah dibentuk, yaitu papan bawah,
dua buah papan samping, papan tengah, papan atas, papan
belakang, pintu bawah, dan pintu atas, serta beberapa peralatan
yang digunakan. Perakitan diawali dengan merakit papan bawah
dan dua buah papan samping menjadi satu. Kemudian papan
tengah dirakit dengan hasil rakitan sebelumnya yang kemudian
diikuti dengan komponen papan atas dan papan belakang secara
berurutan. Pemasangan pintu bawah membutuhkan dua buah
engsel sendok dan sebuah handle. Perakitan pintu atas juga
membutuhkan dua buah engsel sendok dan sebuah handle.
Struktur produk explotion dan implotion tersebut terdiri dari
6 level. Namun struktur produk explotion ini hanya berupa
perakitan struktur produk dari level 0 sampai produk jadi
sedangkan implotion ini merupakan pelepasan komponen dimana
dari produk jadi sampai menjadi level 0. Struktur produk explotion
II-18

dalam BOM ini berguna untuk mengetahui daftar produk yang


digunakan dalam perakitan dimana berupa level yang ditentukan
explotion serta dijelaskan pada gambar 2.3, sedangkan struktur
produk implotion ini merupakan daftar pelepasan komponen
dimana telah dijelaskan pada gambar 2.4. Perbedaan untuk
keduanya, yaitu dapat dilihat pada tabel 2.6 dan tabel 2.7, karena
dengan tabel itu dapat diketahui secara keseluruhan ketika
melakukan proses perakitan atau pelepasan berdasarkan level
struktur produk.
Waktu siklus perakitan lemari tas, yaitu 24,7 menit yang
merupakan waktu penyelesaian perakitan lemari tas yang
didapatkan dari rata-rata tiga kali perakitan. Waktu normal
perakitan lemari tas, yaitu 24,7 menit yang merupakan waktu
penyelesaian perakitan lemari tas yang ditambahkan penyesuaian
guna menormalkan waktu kerja yang diperoleh. Waktu baku pada
perakitan lemari tas, yaitu 28,4 menit yang merupakan waktu
yang dibutuhkan oleh operator untuk menghasilkan satu buah
produk lemari tas. Waktu baku didapatkan dengan menambahkan
waktu kelonggaran bagi operator. Kelonggaran pada perakitan
lemari tas, yaitu untuk kebutuhan pribadi (tenaga yang cukup
besar yang dikeluarkan pada proses perakitan, gerakan yang
terbatas, dan sikap badan yang berdiri tegak saat perakitan)
sebesar 13%. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique ialah
1% dan kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan
yang harus diberikan untuk operator ialah 1%. Maka kelonggaran
total yang harus diberikan bagi operator adalah (13 + 1 + 1)% =
15%
Kendala pada pengukuran yaitu terjadi pembuangan scrap
saat melakukan proses pemotongan dan penghalusan, sehingga
pada perhitungannya didapat bahwa scrap yang terbuang ialah
II-19

0,2%. Perakitan produk lemari tas berdasarkan struktur produk


explotion dan implotion dibagi menjadi 6 level dan dapat dilihat
pada gambar 2.3 dan gambar 2.4.

Anda mungkin juga menyukai