Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang lebih di kenal dengan sebutan


Telkom merupakan perusahaan informasi dan komunikasi (InfoCom) Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang berstatus perseroan terbuka serta penyedia
jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and network
provider) yang terbesar di Indonesia. Pemegang saham mayoritas Perseroan terdiri
dari Pemerintah Republik Indonesia sebesar 52,55% dan 47,45% dimiliki oleh
publik. Saham Perseroan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan
kode TLKM dan di New York Stock Exchange (NYSE) dengan kode TLK.
Keberadaan Telkom sebagai suatu entitas bisnis dipengaruhi oleh berbagai
faktor risiko yang dapat berdampak negatif terhadap bisnis, kondisi keuangan,
kegiatan operasional maupun prospek usaha. Dalam pelaksanaannya Telkom
menghadapi banyak sekali risiko-risiko yang akan mengganggu, analisis
ditunjukan untuk mengidentifikasi dan menilai besarnya dampak dan
kemungkinan dari risiko-risiko yang terjadi di Telkom. Telkom akan menghadapi
banyak sekali risiko-risiko yang akan mengganggu, baik itu risiko internal
maupun risiko eksternal. Hal ini dikarenakan Telkom berkedudukan di Indonesia
yang sebagian besar operasi, aset dan pelanggannya berada di Indonesia.
Akibatnya, kondisi politik, ekonomi, hukum dan sosial di Indonesia di masa
mendatang, serta tindakan dan kebijakan tertentu yang diambil atau tidak diambil
oleh Pemerintah secara material dapat berdampak negatif terhadap usaha, kondisi
keuangan dan hasil operasi Telkom. Pengelolaan risiko Telkom didasarkan pada
pengelolaan risiko COSO Enterprise Risk Management Framework, yang sesuai
dengan pengawasan internal yang telah diterapkan Telkom.
Berdasarkan hasil analisa risiko Telkom yang teridentifkasi dari penelitian
itu terdiri atas beberapa risiko, dan yang paling tinggi dampak dan kemungkinan
terjadinya yaitu risiko yang terkait dengan Indonesia maupun risiko-risiko yang
terkait dengan bisnis telkom itu sendiri. Dan solusi yang diberikan sebagai
alternatif tindakan yang dapat dilakukan oleh Telkom untuk menangani risiko-
risiko tersebut adalah dengan mengurangi risiko.
BAB II

1 Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


PEMBAHASAN

2.1 Bisnis PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom)


Telkom Group adalah satu-satunya BUMN telekomunikasi serta
penyelenggara layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia.
Pemegang saham mayoritas Perseroan terdiri dari Pemerintah Republik Indonesia
sebesar 52,55% dan 47,45% dimiliki oleh publik. Saham Perseroan
diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode TLKM dan di New
York Stock Exchange (NYSE) dengan kode TLK.
Telkom Group melayani jutaan pelanggan di seluruh Indonesia dengan
rangkaian lengkap layanan telekomunikasi yang mencakup sambungan telepon
kabel tidak bergerak dan telepon nirkabel tidak bergerak, komunikasi seluler,
layanan jaringan dan interkoneksi serta layanan internet dan komunikasi data.
Telkom Group juga menyediakan berbagai layanan di bidang informasi, media
dan edutainment, termasuk cloud-based and server-based managed services,
layanan e-Payment dan IT enabler, e-Commerce dan layanan portal lainnya.
Portofolio bisnis Telkom:

 Telecommunication
Telekomunikasi merupakan bagian bisnis legacy Telkom. Sebagai ikon bisnis
perusahaan, Telkom melayani sambungan telepon kabel tidak bergerak Plain
Ordinary Telephone Service (”POTS”), telepon nirkabel tidak bergerak, layanan
komunikasi data, broadband, satelit, penyewaan jaringan dan interkoneksi, serta
telepon seluler yang dilayani oleh Anak Perusahaan Telkomsel. Layanan
telekomunikasi Telkom telah menjangkau beragam segmen pasar mulai dari
pelanggan individu sampai dengan Usaha Kecil dan Menengah (“UKM”) serta
korporasi.

 Information
Layanan informasi merupakan model bisnis yang dikembangkan Telkom dalam
ranah New Economy Business (“NEB”). Layanan ini memiliki karakteristik
sebagai layanan terintegrasi bagi kemudahan proses kerja dan transaksi yang

2 Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


mencakup Value Added Services (“VAS”) dan Managed Application/IT
Outsourcing (“ITO”), e-Payment dan IT enabler Services (“ITeS”).

 Media
Media merupakan salah satu model bisnis Telkom yang dikembangkan sebagai
bagian dari NEB. Layanan media ini menawarkan Free To Air (“FTA”) dan Pay
TV untuk gaya hidup digital yang modern.

 Edutainment
Edutainment menjadi salah satu layanan andalan dalam model bisnis NEB
Telkom dengan menargetkan segmen pasar anak muda. Telkom menawarkan
beragam layanan di antaranya Ring Back Tone (“RBT”), SMS Content, portal dan
lain-lain.

 Services
Services menjadi salah satu model bisnis Telkom yang berorientasi kepada
pelanggan. Ini sejalan dengan Customer Portfolio Telkom kepada pelanggan
Personal, Consumer/Home, SME, Enterprise, Wholesale, dan Internasional.
Sebagai perusahaan telekomunikasi, Telkom Group terus mengupayakan inovasi
di sektor-sektor selain telekomunikasi, serta membangun sinergi di antara seluruh
produk, layanan dan solusi, dari bisnis legacy sampai New Wave Business. Untuk
meningkatkan business value, pada tahun 2012 Telkom Group mengubah
portofolio bisnisnya menjadi TIMES (Telecommunication, Information, Media
Edutainment & Service). Untuk menjalankan portofolio bisnisnya, Telkom Group
memiliki hampir 30 anak perusahaan, diantaranya PT. Telekomunikasi Indonesia
Selular (Telkomsel), PT. Telekomunikasi Indonesia International (Telin), PT.
Telkom Metra, PT. Daya Mitra Telekomunikasi (Mitratel), dan perusahaan
lainnya yang kebanyakan bergerak di bidang telekomunikasi, informasi dan
teknologi serta ada juga perusahaan di bidang properti.

2.1.1 Manajemen Risiko di PT Telkom

3 Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


Manajemen Risiko merupakan hal yang penting dalam bisnis komunikasi
dikarenakan bisnis ini memiliki cakupan area yang luas dan memerlukan investasi
yang besar dengan tingkat kompetisi yang tinggi. Pelaksanaan sistem manajemen
risiko ini diperkuat dengan Peraturan Menteri BUMN No.1 Tahun 2011 yang
mengharuskan Telkom sebagai BUMN untuk menerapkan manajemen risiko.
Dalam implementasinya, pengelolaan manajemen risiko dilakukan secara
sistematis, terstruktur dan diterapkan di seluruh bagian Perusahaan. Manajemen
risiko ditujukan untuk meminimalkan segala kemungkinan terjadinya risiko-risiko
yang dapat berakibat negatif terhadap pencapaian sasaran Perseroan.
a. Tujuan :
1. Memastikan seluruh risiko yang dapat mengganggu pencapaian tujuan
sebelumnya serta mendapatkan peluang-peluang baru yang dapat
mendukung tercapainya objective Perusahaan.
2. Membuat Standardkerangka penerapan Manajemen Risiko Perusahaan
agar pengelolaan lebih terkoordinasi dan terintegrasi.
b. Ruang lingkup :
i. Manajemen Risiko Perusahaan diimplementasikan di seluruh level
organisasi melingkupi:
ii. Tingkat Korporasi.
iii. Unit kerja di Kantor Perusahaan.
iv. Unit Bisnis (Divisi/Center).
v. Entitas Anak.
Kerangka utama yang digunakan dalam implementasi manajemen risiko di
Telkom (COSO ERM Framework) meliputi tiga komponen utama :
1) Penerapan manajemen risiko perusahaan harus dapat mendukung tujuan
perusahaan dari aspek-aspek: strategic, operational, reportingdan
compliance.
2) Manajemen risiko perusahaan diterapkan pada semua tingkatan organisasi
dalam perusahaan meliputi: Enterprise level, Divisi, Business unitdan
Subsidiary.
3) Penerapan manajemen risiko perusahaan terdiri dari 8 komponen proses
yaitu :

4 Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


a. Proses pengembangan lingkungan internal.
b. Proses penetapan tujuan (objective setting).
c. Proses identifikasi kejadian (event identification).
d. Proses penilaian risiko (risk assessment).
e. Proses penanganan risiko (risk response).
f. Proses aktivitas pengendalian (control activities).
g. Proses informasi dan komunikasi (information / communication).
h. Proses pemantauan (monitoring).
Namun dalam implementasinya, Telkom juga memperhatikan dan memadukan
frameworktersebut dengan referensi dan pedoman lain yang relevan antara lain :
1. ISO 31000 - Enterprise Risk Management sebagai pembanding dan
pelengkap implementasi.
2. ISO 27001 - Information Security Management System (ISMS) sebagai
referensi dalam pengembangan manajemen risiko untuk menjamin
Keamanan Informasi dalam hal Confidentiality, Integritydan Availibility.
3. ISO 22301 - Business Continuity Management System (BCMS) sebagai
referensi dalam upaya menjamin kelangsungan bisnis.
4. ISO 20000 - Information Technology Service Management(ITSM) sebagai
referensi dalam menjamin layanan IT.
5. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berbasis pada
Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012 tentang penerapan SMK3.
6. ISO 18001 - Occupational Health and Safety Assessment System (OHSAS)
sebagai referensi untuk mendukung implementasi SMK3

2.2 Risiko – Risiko yang Dihadapi PT Telkom


A. Risiko–Risiko Yang Terkait Dengan Indonesia
1. Risiko politik dan sosial
Peristiwa sosial dan politik terkini di Indonesia bisa berdampak negatif pada
bisnis Perseroan. Tidak ada jaminan bahwa gangguan sosial dan sipil tidak terjadi
di masa depan pada skala yang lebih luas. Gangguan tersebut secara langsung atau
tidak langsung, akan berpengaruh negative pada bisnis, kondisi keuangan, hasil
usaha dan prospek Perseroan.

5 Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


Gangguan pada stabilitas keamanan di Indonesia dapat berasal dari gerakan
terorisme yang akan mempengaruhi kondisi keuangan dan hasil produksi, dan
harga pasar surat berharga Perseroan.
2. Risiko Makro ekonomi
Perubahan aktivitas ekonomi global, regional ataupun di Indonesia dapat
berpengaruh negatif pada bisnis Perseroan.
 Fluktuasi nilai tukar Rupiah dapat berdampak material dan merugikan
bisnis Perseroan.
Mata uang fungsional yang kami gunakan di Indonesia adalah Rupiah.
Salah satu dampak terpenting dari krisis ekonomi Asia adalah depresiasi
Rupiah terhadap mata uang lain, seperti Dolar AS. Dari 2011 hingga 2015,
nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS sekitar Rp8.460 per Dollar AS ke
Rp14.728 per Dollar AS. Akibatnya, Perseroan mencatat kerugian sebesar
Rp189 miliar pada 2013, Rp249 miliar pada 2014 dan Rp46 miliar pada
2015. Pada 31 Desember 2015, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS
berada pada level Rp13.795 per Dollar AS dibandingkan dengan Rp12.440
per Dollar AS pada 31 Desember 2014. Sejauh nilai tukar Rupiah
Indonesia melemah dari per Desember 2014, maka kewajiban Perseroan
dalam Dolar AS seperti utang usaha, utang pembelian (procurements
payable), serta pembayaran pinjaman dan obligasi dalam mata uang asing,
meningkat dalam Rupiah. Depresiasi Rupiah juga
meningkatkan biaya belanja modal Perseroan karena sebagian besar harga
belanja modal mengacu pada mata uang asing terutama Dolar AS dan
Euro. Hal ini menambah beban Perseroan, karena sebagian besar
pendapatan Perseroan dalam Rupiah. Depresiasi mata uang Rupiah juga
mengakibatkan kerugian dalam transaksi mata uang asing, menambah
secara signifikan biaya usaha, sehingga menurunkan laba bersih Perseroan.
Perseroan tidak dapat menjamin mampu mengelola risiko nilai tukar
dengan baik di masa depan ataupun mencegah dampak risiko nilai tukar
mata uang terhadap usaha Perseroan.
 Penurunan peringkat kredit pemerintah atau Perusahaan dapat
mempengaruhi bisnis Perseroan

6 Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


Pada tanggal Laporan Tahunan, utang jangka panjang berdenominasi mata
uang asing Indonesia memperoleh peringkat “Baa3” oleh Moody’s, “BB+”
oleh Standard & Poor’s dan “BBB-” oleh Fitch Ratings. Sedangkan, utang
jangka pendek berdenominasi mata uang asing dinilai “B” oleh Standard
& Poor’s dan “F3” oleh Fitch Rating. 261
PT Telkom Indonesia (Persero) TbkPerseroan tidak memiliki jaminan
bahwa Moody’s, Standard & Poor’s atau, Fitch Rating tidak akan
mengubah atau menurunkan peringkat kredit Indonesia. Setiap penurunan
peringkat dapat
berdampak negatif terhadap likuiditas pasar keuangan Indonesia,
kemampuan Pemerintah dan perusahaan di Indonesia, termasuk kami,
untuk menggalang tambahan dana saat terjadi kenaikan tingkat suku bunga
dan kondisi komersial lain. Suku bunga atas utang berdenominasi Rupiah
kami dengan tingkat bunga mengambang juga mungkin akan meningkat.
Hal ini jika terjadi dapat berdampak material dan merugikan terhadap
bisnis, kondisi keuangan, hasil operasi dan prospek usaha Perseroan
3. Risiko-Risiko Bencana
Indonesia rentan terhadap bencana alam dan berbagai peristiwa yang ada di luar
kendali Perseroan, yang berpengaruh negatif pada bisnis dan hasil usaha
Perseroan Beberapa daerah di Indonesia, termasuk daerah di mana Perseroan
beroperasi, rentan terhadap bencana alam seperti banjir, petir, angin ribut, gempa
bumi, tsunami, letusan gunung berapi, kebakaran dan juga kekeringan,
pemadaman listrik dan peristiwa lain yang berada di luar kendali Perseroan.
Kepulauan Indonesia adalah salah satu daerah vulkanik paling aktif di dunia,
yakni berada di zona konvergensi dari tiga lempeng litosfer utama, sehingga
rawan aktivitas seismik yang menyebabkan gempa bumi, tsunami atau gelombang
pasang yang merusak. Dari waktu ke waktu, bencana alam telah menelan korban
jiwa, merugikan atau mendorong adanya pengungsi dan merusak peralatan kami.
Peristiwa-peristiwa seperti ini yang telah terjadi di masa lalu, dapat terjadi lagi di
masa depan dan mengganggu kegiatan usaha Perseroan, menyebabkan kerusakan
pada peralatan dan memberikan pengaruh buruk terhadap kinerja finansial dan
keuntungan Perseroan.

7 Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


4. Risiko–Risiko Lain
Standar keterbukaan informasi korporat Indonesia berbeda signifikan dengan yang
diterapkan di negara-negara lain termasuk Amerika Serikat.
Sebagai perusahaan yang tercatat di BEI dan NYSE, Perseroan tunduk pada
aturan tata kelola perusahaan dan pelaporan di juridiksi hukum tempat bursa
tersebut berada. Mungkin lebih sedikit informasi publik yang tersedia tentang
perusahaan publik Indonesia, termasuk Perseroan, dibanding apa yang diungkap
di Negara dengan bursa efek yang lebih mapan. Akibatnya, investor mungkin
tidak memiliki tingkat dan tipe informasi yang sama yang tersedia di negara-
negara lain, dan perbandingan dengan perusahaan lain di beberapa negara
mungkin tidak dapat dilakukan dalam segala hal.
 Laporan keuangan yang disampaikan kepada OJK (dahulu Bapepam-LK)
sesuai dengan SAK Indonesia, yang berbeda dalam beberapa aspek dengan
IFRS, dan Perseroan membagikan dividen berdasarkan laba tahun berjalan
yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk serta laba per
saham sebagaimana ketentuan dalam SAK Indonesia.
 Perseroan didirikan di Indonesia, dan tidak mungkin bagi investor untuk
mempengaruhi proses atau melaksanakan keputusan, perusahaan di
wilayah AS, atau melaksanakan keputusan pengadilan asing terhadap kami
di Indonesia.
Kami adalah perseroan terbatas yang didirikan di Indonesia, beroperasi di
bawah undang-undang Indonesia yang terkait dengan perseroan terbatas di
Indonesia, dan aset utama Perseroan berlokasi di Indonesia. Selain itu,
anggota Komisaris dan Direksi bertempat tinggal di Indonesia sedangkan
sebagian besar aset mereka berada di luar AS. Akibatnya, akan sulit bagi
investor untuk mempengaruhi pelayanan proses, atau melaksanakan
keputusan atas diri kami atau orang-orang tersebut di AS, keputusan yang
diperoleh di pengadilan AS.
 Kepentingan pemegang saham pengendali Perseroan dapat berbeda
dengan kepentingan dari pemegang saham lain
Pemerintah menguasai 52,55% dari Saham Biasa yang diterbitkan dan
beredar serta kemampuan menentukan hasil dari seluruh aksi yang

8 Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


membutuhkan persetujuan para pemegang saham. Pemerintah juga
memiliki satu saham Dwiwarna, yang memberinya hak suara khusus dan
hak veto atas hal-hal tertentu, termasuk pemilihan dan pemberhentian dari
anggota Direksi maupun Komisaris perusahaan. Sebagai pemegang saham
mayoritas atau pemegang saham Dwiwarna mereka juga dapat
menggunakan kekuasaannya untuk menerbitkan saham baru, dan
mengubah Anggaran Dasar Perusahaan atau mendorong aksi merger atau
membubarkan perusahaan, menaikkan atau menurunkan modal disetor
atau mengurangi modal yang dikeluarkan, atau mengajukan veto atas
langkah tersebut. Satu atau lebih langkah ini dapat berakibat pada
penarikan saham yang didaftarkan dari bursa efek tertentu. Kemudian,
melalui Menkominfo, Pemerintah dapat menggunakan posisinya sebagai
regulator atas industri telekomunikasi Indonesia.

B. Risiko-Risiko Terkait Bisnis Perseroan


1. Risiko Operasional
 Kegagalan dalam keberlanjutan operasi jaringan, sistem utama, gateways
pada jaringan kami atau jaringan operator lain, dapat berdampak negatif
terhadap bisnis, kondisi keuangan, hasil operasi dan prospek usaha
Perseroan.
Perseroan sangat bergantung pada operasi jaringan yang tidak terputus dalam
memberikan layanan. Misalnya, Perseroan tergantung pada akses terhadap
sambungan telepon tidak bergerak kabel (“PSTN”) untuk operasional
panggilan telepon tidak bergerak dan sebagian dari lalu lintas panggilan
seluler dan panggilan jarak jauh internasional yang rutenya melalui PSTN
porsinya cukup signifikan. Perseroan juga bergantung pada akses ke jaringan
internet dan broadband serta jaringan seluler. Jaringan terintegrasi kami
termasuk jaringan akses kabel tembaga, jaringan akses serat optik, BTS,
perangkat switching, perangkat transmisi optik dan radio, jaringan IP core,
satelit dan server aplikasi. Disamping itu, Perseroan juga bertumpu pada
interkoneksi ke jaringan operator telekomunikasi lain untuk melayani
panggilan dan data yang dikirimkan pelanggan kami kepada pelanggan

9 Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


operator di Indonesia dan luar negeri. Perseroan juga bergantung pada
manajemen sistem informasi yang canggih secara teknologi dan sistem lain,
seperti sistem tagihan yang memungkinkan kami melakukan kegiatan
operasional. Jaringan kami, termasuk sistem informasi, TI dan infrastruktur
serta jaringan operator lain dengan siapa pelanggan kami melakukan
interkoneksi, sangat rentan terhadap kerusakan atau gangguan dalam
operasinya akibat berbagai hal seperti gempa bumi, kebakaran, banjir,
pemadaman listrik, kerusakan perangkat, kesalahan perangkat lunak jaringan,
gangguan kabel transmisi atau peristiwa serupa lain. Meskipun Perseroan
memiliki rencana kelanjutan bisnis dan rencana pemulihan bencana yang
komprehensif, yang kita uji dan tingkatkan, Perseroan tidak dapat menjamin
bahwa rencana tersebut akan berhasil sebagian atau sepenuhnya jika bagian
dari jaringan tersebut mengalami kerusakan atau gangguan parah. Kerusakan
apapun yang berujung pada gangguan operasi atau penyediaan layanan kami,
baik yang berasal dari gangguan operasional, bencana alam atau sebaliknya,
dapat berdampak negatif bagi bisnis, kondisi keuangan, hasil operasi dan
prospek usaha Perseroan.
 Kebocoran pendapatan dapat terjadi akibat kelemahan internal atau faktor
eksternal dan jika terjadi, hal ini dapat berdampak negatif pada hasil usaha
Perseroan
Kebocoran pendapatan adalah risiko umum bagi semua operator
telekomunikasi. Perseroan berpotensi mengalami kebocoran pendapatan,
atau kesulitan menagih pendapatan yang merupakan hak kami, akibat
kelemahan pada transaksi, penundaan proses transaksi, pelanggan yang
tidak jujur atau faktor lain.Perseroan telah mengambil langkah preventif
untuk mengatasi potensi kebocoran pendapatan dengan meningkatkan
fungsi pengendalian terhadap seluruh proses bisnis yang ada, menerapkan
metode penjaminan pendapatan, memberlakukan kebijakan dan prosedur
yang tepat serta menerapkan aplikasi sistem informasi guna menekan
kebocoran pendapatan. Meskipun demikian, tidak ada jaminan bahwa
tidak akan terjadi kebocoran pendapatan di masa depan atau bahwa
kebocoran itu tidak akan berdampak negatif pada hasil usaha Perseroan.

Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


10
 Teknologi baru dapat berdampak negatif pada daya saing kami
Industri telekomunikasi dicirikan oleh perubahan cepat dan signifikan di
sisi teknologi. Persaingan kami terus meningkat akibat perkembangan
teknologi saat ini atau di masa depan. Pengembangan atau aplikasi
teknologi, layanan atau standar baru atau alternatif di masa depan
mensyaratkan perubahan model bisnis, pengembangan produk, penyediaan
layanan tambahan dan investasi baru. Produk dan layanan baru mungkin
mahal untuk dikembangkan dan mendorong masuknya pesaing baru di
pasar. Perseroan tidak dapat secara akurat memperkirakan bagaimana
perkembangan perubahan teknologi di masa depan akan mempengaruhi
operasi atau daya saing layanan kami. Selanjutnya, Perseroan juga tidak
dapat menjamin untuk dapat mengintegrasikan teknologi baru ke dalam
model bisnis yang ada saat ini secara efektif.
 Satelit kami memiliki masa operasi yang terbatas dan dapat rusak atau
hancur selama masa operasi orbit atau mengalami penundaan atau
kegagalan peluncuran. Kehilangan atau kinerja yang berkurang dari satelit
kami, baik dikarenakan kerusakan perangkat atau dicabutnya lisensi, dapat
merugikan kondisi keuangan, hasil operasi dan kemampuan untuk
memberikan layanan
C. Risiko-Risiko Keuangan
 Perseroan menghadapi risiko suku bunga
Utang Perseroan termasuk pinjaman bank untuk mendanai operasi. Jika
mungkin, kami akan mengurangi risiko suku bunga dengan melakukan
kontrak swap suku bunga dari suku bunga mengambang menjadi suku
bunga tetap atas tenor pinjaman tertentu. Namun kebijakan lindung nilai
(hedging) ini mungkin tidak cukup mengatasi risiko fluktuasi suku bunga
dan hal ini berdampak pada beban suku bunga yang besar dan berakibat
buruk pada bisnis, kondisi keuangan dan hasil operasi Perseroan.
Perubahan situasi ekonomi di Amerika Serikat, termasuk perbaikan atau
harapan membaiknya ekonomi AS, juga dapat berdampak pada Asia
Tenggara dan Indonesia.

Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


11
 Perseroan mungkin tidak berhasil mengelola risiko nilai tukar mata uang
asing
Perubahan nilai tukar berpengaruh dan akan terus mempengaruhi kondisi
keuangan dan hasil operasi Perseroan. Sebagian besar utang Perseroan
berdenominasi Rupiah dan sebagian besar belanja modal Perseroan dalam
Dolar AS. Sebagian besar pendapatan Perseroan peroleh dalam Rupiah
dan hanya sebagian kecil dalam Dolar AS (antara lain dari layanan
internasional). Perseroan juga dapat menambah utang jangka panjang kami
dalam mata uang lain selain Rupiah, termasuk dalam Dolar AS, untuk
mendanai kebutuhan belanja modal.Kurs rupiah terhadap Dollar AS sangat
berfluktuatif dari waktu ke waktu di masa lalu. Meskipun Perseroan
mempunyai kebijakan tertulis untuk manajemen risiko mata uang asing
terutama melalui penempatan deposito berjangka dan lindung nilai untuk
menutup risiko fluktuasi mata uang asingdalam jangka waktu tiga sampai
dengan 12 bulan. Perseroan tidak dapat menjamin bahwa kami akan
berhasil dalam mengelola risiko nilai tukar tersebut, kondisi keuangan atau
hasil operasi Perseroan tidak akan terpengaruh negatif akibat risiko nilai
tukar.
 Perseroan mungkin tidak mampu membiayai belanja modal yang
dibutuhkan bagi kami untuk tetap kompetitif di industri telekomunikasi di
Indonesia
Industri layanan telekomunikasi adalah padat modal. Agar kompetitif,
Perseroan harus terusmenerus mengembangkan, memodernisasi dan
memperbaharui teknologi infrastruktur telekomunikasi, yang mencakup
investasi modal yang substansial.

D. Risiko – Risiko Regulasi


 Perseroan beroperasi di lingkungan hukum dan undang-undang yang
sedang berubah. Perubahannya dapat berujung pada meningkatkan
kompetisi, sehingga antara lain dapat menurunkan margin dan pendapatan
operasional Perseroan. Perubahan tersebut juga dapat secaralangsung
menurunkan margin Perseroan atau mengurangi biaya para kompetitor

Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


12
kami. Perubahan regulasi yang tidak menguntungkan tersebut dapat
berpengaruh negatif pada kami.
 Masuknya operator telekomunikasi baru ke Indonesia sebagai penyedia
layanan sambungan langsung internasional dapat mengurangi marjin
usaha, pangsa pasar dan hasil operasi layanan telekomunikasi internasional
kami.
E. Risiko Terkait Dengan Bisnis Telekomunikasi Tetap Dan Seluler
 Perseroan bisa kehilangan pelanggan sambungan telepon kabel dan
pendapatan dari layanan suara telepon kabel, sehingga dapat berpengaruh
negatif secara material terhadap hasil operasional, kondisi keuangan dan
prospek usaha PerseroanPendapatan dari layanan suara telepon kabel terus
menurun selama beberapa tahun terakhir akibat meningkatnya popularitas
layanan suara bergerak dan komunikasi alternatif lain.
 Layanan data dan internet kami menghadapi peningkatan persaingan, dan
Perseroan dapat mengalami penurunan marjin dari layanan tersebut akibat
tingginya persaingan.
Layanan data dan internet kami menghadapi persaingan semakin ketat dari
operator data dan internet lain serta operator bergerak. Jumlah
broadbandbergerak dan pelanggan telah meningkat dengan makin
populernya smartphone di Indonesia, yang secara negative mempengaruhi
pangsa pasar kami dan pendapatan dari layanan dana dan internet tidak
bergerak kami.Selain itu, dengan semakin meningkatnya popularitas
smartphonedi Indonesia, Perseroan berharap bahwa layanan 4G / Long
Term Evolution(“LTE”) akan semakin menjadi area kompetisi yang intens
untuk layanan data dan internet, serta layanan seluler.
 Kompetisi dari penyelenggara layanan seluler yang ada dan para pemain
baru bisa berdampak negatif pada bisnis layanan seluler kami.
Bisnis komunikasi seluler di Indonesia sudah sangat kompetitif.
Persaingan antar penyedia layanan seluler di Indonesia terjadi dalam
berbagai aspek, termasuk harga, kualitas jaringan dan jangkauan, ragam
layanan, fitur yang ditawarkan serta layanan konsumen. Dengan
meningkatnya popularitas smartphone di Indonesia Perseroan percaya

Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


13
bahwa kualitas jaringan dan cakupan data, termasuk cakupan 4G/LTE
akan semakin meningkatkan intensitas persaingan.
 risiko-risiko terkait dengan pengembangan bisnis baru
Perseroan meyakini bahwa upaya untuk mengembangkan bisnis baru -
selain bisnis telekomunikasi serta ekspansi internasional – diperlukan
untuk dapat terus bertumbuh. Ini dilakukan melalui anak perusahaan kami,
terutama Metra dan Telin. Beberapa tantangan atau risiko terkait dengan
pengembangan bisnis baru ini adalah: kompetisi dari current big player,
kesesuaian bisnis model, perlunya expertise baru, serta risiko terkait media
online (hak cipta, perlindungan konsumen dan kerahasiaan data
pelanggan).
Berfokus pada ekspansi internasional adalah salah satu inisiatif strategi
bisnis Perseroan. Secara khusus, Perseroan telah memulai ekspansi di
bidang telekomunikasi dan data ke sejumlah negara.

F. Pengungkapan Kuantitaif Dan Kualitatif Atas Risiko Pasar


Perseroan menghadapi risiko pasar yang muncul akibat perubahan nilai tukar,
suku bunga, risiko kredit dan risiko likuiditas yang tentunya akan berdampak pada
Perseroan. Perseroan tidak secara umum melakukan lindung nilai atas kewajiban
jangka panjang dalam mata uang asing tetapi pada kewajiban tahun berjalan
Perseroan. Pada tahun berjalan. Sejak tanggal 31 Desember 2015. aset Perseroan
dalam mata uang asing mencapai 8.64% terhadap kewajiban dalam mata uang
asing. Potensi terhadap risiko suku bunga dikelola melalui kombinasi kewajiban
dan aset tetap dan tidak tetap. termasuk aset dengan suku bunga tetap jangka
pendek. Potensi risiko pasar tersebut berfluktuasi selama tahun 2013, 2014, dan
2015 seiring dengan ekonomi Indonesia yang terpengaruh oleh perubahan pada
nilai tukar Dolar AS terhadap Rupiah dan suku bunga itu sendiri. Perseroan tidak
dapat memperkirakan apakah kondisi itu akan berlanjut di 2016 atau seterusnya.
Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasian dinyatakan dalam Rupiah.
Pencantuman konversi Rupiah ke dalam Dolar AS semata-mata demi kemudahan
bagi pembaca dan menggunakan kurs rata-rata beli dan jual Rp13.785 per Dolar
AS seperti yang dipublikasikan oleh Reuters pada tanggal 31 Desember 2015

Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


14
2.3 Penerapan Manajemen Risiko
1. Dukungan dari senior manajemen
Mengembangkan filosofi dan kesadaran pengorganisasian manajemen risiko pada
tingkat senior manajemen. Hal ini mungkin dapat difasilitasi dengan pelatihan,
pendidikan, dan keterangan singkat dari eksekutif manajemen.
 Dukungan aktif yang berkesinambungan dari Pimpinan Eksekutif suatu
organisasi sangatlah penting.
 Seorang senior eksekutif manajer perlu memberikan dukungan kepada
para pekerja untuk berinisiatif melaksanakan manajemen risiko.
 Semua senior eksekutif sebaiknya memberikan dukungan penuh.
2. Pengembangan kebijakan organisasi
Pengembangan dan dokumentasi kebijakan perusahaan serta kerangka berfikir
untuk mengelola risiko, berisi informasi-informasi seperti:
 Obyektifitas kebijakan dan dasar berfikir untuk mengelola risiko;
 Hubungan antara kebijakan dan strategi organisasi/ rencana perusahaan;
 Batasan atau jangkauan dari isu-isu yang ada didalam sebuah kebijakan;
 Pimpinan diharapkan dapat menjadi teladan;
 Pembagian tanggungjawab dalam pengelolaan risiko;
3. Komunikasi Peraturan
Tujuan:
 Meningkatkan kesadaran akan manajemen risiko.
 Mengkomunikasikan sampai tingkat terendah diorganisasi tentang
manajemen risiko dan peraturan organisasi.
 Merekrut ahli manajemen risiko, contohnya konsultan.
 Mengembangkan keahlian sampai staf terendah dengan pendidikan dan
pelatihan.
 Menjamin terciptanya pelaksanaan sistem penghargaan dan sangsi.
4. Manajemen Risiko Pada Tingkat Organisasi
Pengaturan pada level organisasi terendah dalam mengaplikasikan sistem
manajemen risiko. Proses manajemen risiko akan berintegrasi dengan strategi

Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


15
perencanaan dan proses manajemen organisasi secara keseluruhan. Ini akan
melibatkan tehnik pendokumentasian sbb:
 Organisasi dan konteks manajemen risiko.
 Identifikasi risiko untuk organisasi.
 Analisis dan Evaluasi risiko yang ada.
 Pengendalian risiko.
 Mekanisme pemantauan dan telaah ulang program.
 Strategi peningkatan kesadaran dengan metode pelatihan dan pendidikan.
5. Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko melalui rencana kegiatan program dan tingkatan tim. Pada
tahap ini perlu dilakukan pengembangan sebuah program untuk pengendalian
risiko di masing-masing bagian maupun area organisasi.
6. Monitoring dan Telaah Ulang
Pengembangan dan pelaksanaan setiap tahapan manajemen risiko perlu dipantau
untuk menjamin terciptanya optimalisasi manajemen risiko. Kegiatan ini juga
bertujuan untuk menjamin bahwa implementasi manajemen risiko tetap sejalan
dengan kebijakan perusahaan. Perlu juga dipahami bahwa risiko adalah sesuatu
yang dapat berubah setiap waktu (dinamis tidak statis) dan telaah ulang langkah-
langkah yang diambil merupakan hal yang penting. Pada intinya kegiatan
pemantauan dan telaah ulang ini akan menjamin efektifitas dan efisiensi
pelaksanaan manajemen risiko agar berjalan optimal.

2.4 Analisis dan Matriks Risiko PT Telekomunikaasi Indonesia


Langkah awal dalam perspektif manajemen risiko adalah melakukan identifikasi
risiko. Sebagai dasar dalam proses identifikasi risiko harus dipahami terlebih
dahulu apa yang menyebabkan timbulnya risiko-risiko tersebut, baik itu berupa
pengaruh lingkungan internal maupun eksternal perusahaan.
Proses identifikasi risiko-risiko yang terkait dilakukan dengan melakukan
pemahaman mengenai proses bisnis yang dilakukan oleh TELKOM, khususnya
dalam kegiatan operasionalnya. Identifikasi risiko juga dilakukan melalui studi
literatur yaitu dengan melihat risiko-risiko bisnis yang biasa terjadi terutama

Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


16
risiko operasional bisnis TELKOM. Menurut Carl Olsson, langkah-langkah
identifikasi risiko adalah :
1. Memahami kerangka kerja (framework) bisnis perusahaan yang terkait
dengan berbagai risiko.
2. Menyusun daftar-daftar risiko yang dihadapi, berdasarkan kerangka kerja
(framework) bisnis tersebut.
3. Melakukan kategori risiko.
4. Mengetahui keterkaitan antara satu risiko dengan risiko lainnya.

2.4.1 Identifikasi Risiko Operasional TELKOM :


N Jenis Risiko Risiko
O
Risiko Operasional
1 Product  Strategi pengembangan produk yang tidak efektif
Development sehingga tidak dapat memenuhi
Risk  kebutuhan konsumen
 Ketidakmampuan untuk memaksimalkan penggunaan
data dan alat untuk analisis
 Penelitian atau pengetesan produk yang tidak tepat
 Tarif yang tidak kompetitif
 Kurang optimalnya pendukung produk yang
diluncurkan
2 IT Network  Kurangnya koordinasi bisnis antar Unit Bisnis
Infrastructure  Kurang mendukung organisasi dan pelatihan pegawai
Risk  Kurang baiknya manajemen operasional aplikasi,
jaringan, dan sistem database
 Kurang baiknya kualitas jaringan atau teknologi
usang
 Adanya orang yang tidak punya otoritas masuk ke
jaringan
 Proses kode akses/password yang tidak efektif
 Kebocoran Informasi

Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


17
 Keterbatasan kapasitas dan spektrum di masa datang
(bisnis seluler)
 Jangka waktu operasi satelit yang terbatas
3 Business  Putusnya layanan telekomunikasi
Interuption  Kehilangan satelit atau komponen jaringan lainnya
Risk
4 Technological  Kurangnya visi mengenai trend teknologi masa depan
Inovasion Risk  Investasi pada teknologi yang tidak tepat
 Kehilangan peluang untuk meng-upgrade teknologi
 Munculnya teknologi yang akan membunuh
teknologi yang telah dimiliki
5 Competition  Pergerakan competitor
Risk  Perebutan pasar yang tepat dengan aturan yang sudah
ditentukan
 Perang tarif
 Tekanan dari kebutuhan pengembangan usaha
 Konsolidasi bisnis dari operator yang telah ada
 Produk atau layanan baru dari kompetitor
6 Risiko  Terhambatnya dana belanja modal
Keuangan:  Keterbatasan kapasitas untuk memenuhi investasi
Capital tambahan
Availibity Risk  Mahalnya biaya modal
7 Legal/  Rendahnya entry barriers sehingga meningkatkan dan
Regulacy/ kompetisi
Policy Risk  Batas-batasan dalam industri yang menimbulkan
kehilangan pendapatan atau peluang
 Perubahan regulasi
 Ketentuan registrasi pelanggan prabayar
 Kompensasi bertahap dari terminasi dini hak eksklusf
TELKOM
 Regulasi yang mengambang
 Kehilangan lisensi

Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


18
 Sengketa dalam memenuhi kontrak
8 Sosial dan  Stabilitas sosial, politik dan ekonomi Indonesia yang
Politik Risiko tidak menentu
 Fluktuasi nilai tukar valuta asing
 Kelalaian negara dalam membayar hutang
9 Bencana Alam  Bencana alam (gempa bumi, gunung meletus, dll)
 Bencana akibat kelalaian manusia (kebakaran, banjir,
dll)
 Terorisme

2.4.2 Penilaian Risiko


Langkah selanjutnya dalam manajemen risiko setelah melakukan identifikasi
risiko adalah mengolah data yang diperoleh untuk mendapatkan profil risiko dan
melakukan penilaian terhadap eksposur risiko tersebut. Penilaian risiko pada
dasarnya mengacu pada dua faktor, yaitu: kuantitas risiko dan kualitas risiko.
Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak nilai, atau dampak, yang rentan
terhadap risiko. Sedangkan kualitas risiko terkait dengan kemungkinan suatu
risiko muncul. Tujuan penilaian risiko adalah untuk mendapatkan daftar risiko
yang telah dinilai tingkat dampak dan kemungkinan terjadinya, kemudian
diurutkan berdasarkan tingkat risiko secara overall sehingga diperoleh risiko yang
perlu diprioritaskan penanganannya.
Pada proses penilaian risiko ini dilakukan penilaian terhadap risiko-risiko yang
ada dalam Perusahaan, mencakup penilaian terhadap dampak (impact) apabila
suatu risiko terjadi, serta kemungkinan kejadiannya (likelihood) suatu risiko
dengan menggunakan kuesioner dengan melihat dari sisi para ahli atau pakar
dalam penelitian ini yaitu para pimpinan dan karyawan senior dari TELKOM.
Kemudian dilakukan analisa deskriptif (frekuensi) terhadap penilaian risiko
tersebut baik dampak maupun kemungkinan untuk memperoleh nilai dari dampak
dan kemungkinan suatu risiko. Pertimbangan yang digunakan adalah dari
distribusi frekuensi atau kategori penilaian dampak atau kemungkinan yang paling
banyak dipilih oleh responden atau dalam bahasa statistik lebih dikenal dengan
nilai modus. Hasil penilaian risiko dari nilai modus tersebut kemudian dipetakan

Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


19
menggunakan untuk mengetahui risiko-risiko utama yang harus menjadi menjadi
prioritas TELKOM untuk ditangani.
Pemetaan risiko adalah kelanjutan dari tahap penilaian risiko, dimana risiko
disusun berdasarkan kelompok tertentu sehingga manajemen dapat
mengidentifikasi karakter dari masing-masing risiko dan menetapkan tindakan
yang sesuai terhadap masing-masing risiko. Teknik pemetaan yang digunakan
pada penelitian ini adalah pemetaan dua dimensi, yaitu kemungkinan terjadinya
risiko dan dampak bila
risiko terjadi. Dimensi pertama, kemungkinan, menyatakan tingkat kemungkinan
suatu risiko akan terjadi. Semakin tinggi kemungkinan suatu risiko terjadi,
semakin perlu mendapat perhatian. Sebaliknya, semakin rendah kemungkinan
suatu risiko terjadi, semakin rendah pula kepentingan dari pihak manajemen untuk
memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Pada penelitian ini dimensi
kemungkinan dibagi ke dalam lima kategori, yaitu almost never, unlikely,
possible, likely, dan almost certain
Level dan Deskripsi Dimensi Kemungkinan Terjadi Risiko

Level dan Deskripsi Dampak Risiko

Dari kedua dimensi tersebut kemudian dibuat suatu matriks dampak dan
kemungkinan, seperti terlihat pada Gambar dibawah ini, dimana matriks tersebut
kemudian dibagi ke dalam lima kuadran sesuai dengan tingkat keutamaan atau
level prioritas penanganan dari risiko-risiko operasional yang dihadapi oleh
TELKOM.

Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


20
1. Product Development Risk
Risiko ini akan timbul apabila perusahaan mengembangkan dan meluncurkan
produk-produk yang tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan,
harganya melebihi kemampuan pelanggan dan terlambat dalam memasuki pasar.
Risiko-risiko yang termasuk dalam risiko pengembangan produkini terdiri atas :
No Risiko Dampak Kemungkinan Matriks
1 Strategi pengembangan produk Major Possible High
yang tidak efektif sehingga
tidak dapat memenuhi
kebutuhan konsumen
Ketidakmampuan untuk Major Possible High
2 memaksimalkan penggunaan
data dan alat untuk analisis
3 Penelitian atau pengetesan Major Possible High
produk yang tidak tepat Major
Possible
4 Tarif yang tidak kompetitif Worst Case Possible High
Worst Case Possible
5 Kurang optimalnya pendukung Major Possible High
produk yang diluncurkan

2. IT Infrastructure Risk
Risiko ini akan muncul akibat sistem dan teknologi informasi (hardware,
software, network, orang dan proses) tidak efektif untuk mendukung kebutuhan
informasi saat ini dan yang akan datang secara efisien, cost effective dan dapat
dikendalikan dengan baik.

No Risiko Dampak Kemungkinan Matriks


1 Kurangnya koordinasi bisnis antar Major Possible High
Unit Bisnis

Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


21
Kurang mendukung organisasi dan Severe Unlikely Medium
2 pelatihan pegawai
3 Kurang baiknya manajemen Major Possible High
operasional aplikasi, jaringan, dan
sistem Database
4 Kurang baiknya kualitas jaringan Worst Case Possible High
atau teknologi usang
5 Kebocoran Informasi Worst Case Likely Extreme

3. Business Interruption Risk


Risiko ini dapat muncul karena adanya kegagalan dalam menyediakan jasa
komunikasi dan layanan pendukungnya akibat dari kecelakaan, cuaca, sabotase,
dan akibat pelanggan yang tidak puas dan menurunnya penjualan, laba, dan posisi
bersaing perusahaan sehingga dapat berakibat pada ketidakpuasan pelanggan dan
kerugian finansial.
No Risiko Dampak Kemungkinan Matriks
1 Putusnya layanan telekomunikasi Worst Case Unlikely High
Kehilangan satelut atau komponen Worst Case Almost Never Medium
2 jaringan launnya

4. Technological Inovasion Risk


Risiko ini akan muncul apabila perusahaan tidak dapat mengadop (melakukan
investasi untuk) teknologi yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, sehingga
perusahaan akan kesulitan untuk memberikan kualitas layanan dan produk yang
terbaik, serta harga yang kompetitif.
No Risiko Dampak Kemungkinan Matriks
1 Kurangnya visi mengenai trend Major Unlikely Medium
teknologi masa depan
Investasi pada teknologi yang Worst Case Unlikely High
2 tidak tepat
3 Kehilangan peluang untuk meng- Major Unlikely Medium
upgrade teknologi
4 Munculnya teknologi yang akan Worst Case Possible High
membunuh teknologi yang telah
dimiliki

5. Competion Risk

Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


22
Risiko ini dapat muncul karena meningkatnya kegiatan yang dilakukan
kompetitor eksisting maupun perusahaan lain yang potensial masuk ke bisnis
telekomunikasi yang dapat mempengaruhi competitive advantage dan
kemampuan perusahaan untuk bertahan.
No Risiko Dampak Kemungkinan Matriks
1 Pergerakan kompetitor Major Unlikely Medium
Perebutan pasar yang tepat dengan Major Unlikely Medium
2 aturan yang sudah ditentukan
3 Perang tarif Major Possible High
4 Tekanan dari kebutuhan Major Unlikely Medium
pengembangan usaha
5 Produk atau layanan baru dari Major Possible High
kompetitor

6. Capital Availibity Risk


Risiko ini dapat terjadi akibat dari kurangnya ketersediaan modal
perusahaan karena perusahaan tidak memiliki akses yang cukup ke sumber
modal yang dibutuhkan untuk mengembangkan bisnis, menjalankan
strategi bisnis, dan membangun sumber pendapatan masa depan, sehingga
dapat mengganggu kemampuan perusahaan untuk berkembang.

No Risiko Dampak Kemungkinan Matriks


1 Terhambatnya dana belanja modal Major Unlikely Medium
Keterbatasan kapasitas untuk Major Unlikely Medium
2 memenuhi investasi tambahan
3 Mahalnya biaya modal Major Major Possible High
Possible
4 Keterbatasan sumber dana dalam Severe Unlikely Medium
negeri
5 Terhambatnya dana belanja modal Major Unlikely Medium

7. Legal/ Regulacy/ Policy Risk


Risiko ini dapat terjadi karena adanya perubahan regulasi atau hukum dari
regulator atau pemerintah yang dapat mengancam posisi kompetitif dan
kemampuan perusahaan untuk menjalankan bisnis secara efisien, demikian
juga dengan kebijakan internal perusahaan yang tidak dijalankan dengan
benar. Termasuk di dalamnya ketidakpatuhan dengan standar industri.

Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


23
No Risiko Dampak Kemungkinan Matriks
1 Batas-batasan dalam industri Major Unlikely Medium
yang menimbulkan kehilangan
pendapatan dan peluang
Perubahan regulasi Major Major Unlikely Medium
2 Unlikely
3 Ketentuan registrasi pelanggan Severe Unlikely Medium
prabayar Severe Unlikely
4 Kehilangan lisensi Worst case Almost never Medium
5 Sengketa dalam memenuhi Major Unlikely Medium
kontrak

8. Risiko Bencana Alam


Risiko ini dapat terjadi tatkala sumberdaya atau kapasitas yang tersedia
sangat tidak memadai dalam mengatasi ancaman (hazard) yang
menyebabkan kerugian dan kehilangan nyawa, materi dan lingkungan.
Risiko Bencana adalah sesuatu resiko (risk) yang tidak tertangani
unmanaged/ mismanaged oleh manusia dalam segala dimensi sosial
kelembagaannya karenanya ada dimensi manusia di dalamnya. Bencana
selalu berakar pada faktor manusia, entah pribadi, sosial, maupun
lembaga.
No Risiko Dampak Kemungkinan Matriks
1 Bencana alam (gempa bumi, Worst Case Unlikely High
gunung meletus dll)
Bencana akibat kelalaian manusia Worst Case Unlikely High
2 (kebakara, banjir dll)
3 Terorisme Worst Case Unlikely High

2.4.3 Penanganan Risiko


Pada proses ini dilakukan pemilihan alternatif untuk menangani risiko,
menilai pilihan-pilihan penanganannya, mempersiapkan rencana penanganan
risiko dan mengimplementasikannya. Tahapan ini melibatkan Direksi Perusahaan
untuk risiko-risiko yang berdampak signifikan terhadap perusahaan, di mana hal
ini terkait dengan pengalokasian sumber daya untuk penanganan risiko. Pada
dasarnya penanganan risiko adalah usaha untuk mengurangi dampak risiko
(impact) dan mengurangi kemungkinan terjadinya risiko (likelihood).
Pemilihan penanganan risiko dilakukan dengan memperhatikan prinsip
cost dan benefit bagi perusahaan, dampaknya pada kemungkinan terjadinya risiko

Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


24
(likelihood) dan dampak risiko (impact), kemungkinan munculnya peluang, serta
perlu juga mempertimbangkan pengaruhnya terhadap risiko yang lain.
Dalam melakukan penanganan terhadap risiko operasionalnya terdapat empat
alternatif tindakan yang dapat dilakukan oleh TELKOM, yaitu:
a. Menerima Risiko, adalah tindakan perusahaan untuk menerima suatu risiko
dengan tidak melakukan tindakan berarti yang memerlukan sumber daya yang
besar. Tindakan ini biasanya diterapkan pada risiko-risiko yang tingkat risiko
overall-nya rendah (tidak signifikan) bagi perusahaan, sehingga apabila dilakukan
penanganan residual risk menimbulkan biaya yang tidak sebanding dengan
benefit-nya.
b. Menghindari Risiko, adalah tindakan perusahaan untuk tidak melakukan bisnis
atau kegiatan tertentu yang mengandung risiko yang tidak diinginkan. Tindakan
ini biasanya diterapkan pada risiko-risiko yang tingkat risiko overall-nya tidak
dapat diterima oleh perusahaan atau berdampak sangat tinggi bagi perusahaan,
dimana penanganannya akan menimbulkan biaya yang sangat tinggi dan tidak
efisien.
c. Mengurangi Risiko, adalah tindakan perusahaan dengan semua sumber daya
yang dimilikinya berusaha agar dapat meminimalkan risiko seoptimal mungkin
tanpa menghilangkan peluang perusahaan untuk meraih keuntungan (return).
Tindakan ini dapat dilakukan terhadap paling tidak salah satu dari kedua faktor,
yaitu:
1. Mengurangi kemungkinan terjadinya risiko, biasanya dengan melakukan
proses perubahan desain dan engineering, prosedur quality assurance atau
audit secara periodik.
2. Mengurangi dampak akibat terjadinya suatu risiko, biasanya diterapkan
pada risiko yang berdampak tinggi dan kemungkinannya rendah, antara lain
dengan membuat rencana kontinjensi atau rencana evakuasi.
d. Membagi Risiko, adalah tindakan perusahaan untuk memindahkan risiko dari
perusahaan kepada pihak ketiga yang dapat mengelola risiko tersebut antara lain
melalui asuransi atau pembuatan kontrak.
BAB III
KESIMPULAN

Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


25
Setiap perusahaan menghadapi risiko yang menjadi kendala bagi mereka dalam
usaha mencapai tujuan. Penerapan manajemen risiko yang efektif pada
perusahaan merupakan salah satu alat penting bagi manajemen untuk menciptakan
tata kelola perusahaan yang baik. Dalam pelaksanaannya Telkom menghadapi
banyak sekali risiko-risiko yang akan mengganggu, adapun Risiko-Risiko Yang
Terkait Dengan Bisnis Telkom dan Risiko Yang Terkait dengan Indonesia
diantaranya Risiko-Risiko Politik dan Sosial, Risiko Makro Ekonomi, Risiko-
Risiko Bencana, Risiko-Risiko Lain, Risiko Operasional, Risiko-Risiko
Keuangan, Risiko-Risiko Hukum dan Kepatuhan, Risiko-Risiko Regulasi, dan
risiko lainnya.
Risiko inherent yang melekat pada suatu perusahaan, sehingga harus paham betul
kegiatan operasional dan bisnis perusahaan dan risiko yang dihadapi oleh
perusahaan tersebut. Cukup berat dalam melakukan audit di PT Telkom karena
cakupan bisnis yang besar dan luas.
Sehingga perlu dengan benar dalam merencanakan proses audit sehingga dalam
implementasi auditnya akan efektif dan tidak melawatkan hal material sehingga
hasil audit yang diberikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.telkom.co.id/en

Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


26
Chapman, R.J. (2006), Simple Tools and Techniques for Enterprise Risk
Management, Wiley, New York.
Crouhy M., Galai, D. dan Mark, R. (2006), The Essentials of Risk
Management, McGraw Hill.
Hanafi, Mamduh M, 2009, Manajemen Risiko, UPP STIM YKPN,
Yogyakarta.

Analisa Risiko PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk


27

Anda mungkin juga menyukai