atau dikenal juga di Indonesia sebagai uji Kai Kuadrat, adalah salah
satu cara yang digunakan untuk menyampaikan atau menunjukkan keberadaan
hubungan (ada atau tidaknya) antara variabel yang diteliti.
Misalkan kita sebagai peneliti hendak melakukan uji terhadap perilaku mahasiswa.
Karakter yang akan diuji adalah perilaku mahasiswa yang dikategorikan menjadi dua
kategori. Kategori tersebut adalah mahasiswa yang mendukung program kampus dan
acuh terhadap program kampus.
Uji Chi Square sangat cocok digunakan untuk menganalisis data seperti kasus diatas.
Secara umum, uji Chi square dapat digunakan untuk menguji:
1. Uji Ⅹ² untuk ada tidaknya hubungan antara dua variabel (Independency test).
2. Uji Ⅹ² untuk homogenitas antar- sub kelompok (Homogenity test).
3. Uji Ⅹ² untuk Bentuk Distribusi (Goodness of Fit)
Syarat yang perlu dipahami sebelum melakukan uji Chi square adalah sampel yang
digunakan harus berukuran besar dan memenuhi ketentuan berikut:
1. Tidak ada cell dengan nilai frekuensi amatan atau observasi bernilai 0 (Nol).
2. Apabila bentuk tabel kontingensinya adalah 2 X 2, maka tidak boleh ada 1
cell pun dari frekuensi harapan yang bernilai kurang dari 5.
3. Apabila bentuk tabel lebih dari 2 x 2, misalkan 2 x 3, maka jumlah cell
frekuensi harapan yang bernilai kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20% dari
keseluruhan cell.
Apabila jumlah sampel yang digunakan terlalu kecil, hal ini akan mengakibatkan
fekuensi harapan yang tercipta pun menjadi kecil. Padahal dalam uji Pearson Chi
Square disyaratkan bahwa frekuensi harapan yang tercipta harus minimal 5 atau
lebih.
Dalam melakukan uji chi square, terdapat beberapa syarat sampel lainnya yang wajib
dipenuhi yaitu:
( Oi−Ei ) 2
χ2=∑
Ei
atau dalam text book yang lain, formula chi square dapat dirumuskan sebagai berikut:
2 ( F O −Fe ) 2
X C =∑
Fe
Keterangan:
Daerah Penolakan χ2
Dalam Uji Chi square pengambilan keputusan didasarkan kepada Chi square hitung
dan Chi square tabel. Chi square tabel dalam buku statistik non parametrik disebut
juga tabel C.
1. Untuk tabel satu arah, maka nilai derajat kebebasan sama dengan r-1.
2. Untuk tabel dua arah, maka nilai derajat kebebasan sama dengan (r-1)(c-1)
Berikut contoh cara menentukan nilai acuan dari tabel χ2. Misalkan kita diminta
menentukan nilai tabel χ2 dengan α=0.05 (95%) dengan df=3.
1. Pengumpulan Data
Contoh soal
Pada suatu penelitian yang melibatkan antara hobi dengan jenis kelamin, para peneliti
ingin melihat ada tidaknya hubungan yang terbentuk antara kegemaran berolahraga
dengan jenis kelamin. Berikut data yang tersedia:
2. Perumusan Hipotesis
Pada langkah pengujian yang pertama, penulis harus merumuskan nilai hipotesis Ha
dan Ho. Apabila χ = 0, maka tidak ada hubungan yang kuat antara kegemaran dengan
jenis kelamin. Sementara jika χ tidak sama dengan 0, maka itu artinya ada hubungan
yang kuat antara kegemaran dengan jenis kelamin.
3. Buat Tabel Kontingensi
Setiap kotak di dalam tabel kontingensi disebut dengan istilah sel. Di dalam setiap
kolom dan barisnya memiliki sebuah subvariabel. Berikut tabel kontingensi yang
dibuat:
Hobi Total
Jenis Kelamin
Berkebun Komputer Olahraga Belanja
Pria 37 27 29 35 128
Wanita 17 27 15 29 88
TOTAL 54 54 44 64 216
k ( Fo −F e ) 2
X 2 = ∑i =1
Fe
x2 = 5,47
Dari tabel kontingensi diatas, kita dapat menghitung nilai df/kb dengan perhitungan
berikut ini:
df = (r-1)(c-1)
df = (2-1)(4-1)
df = 1 x 3
df = 3
2
Dari table X (df ;∝) X 2(3 ;0.05) diperoleh = 7,815
Dengan menggunakan rumus Area penolakan, maka:
X 2Hitung : X 2Tabel
5,47 : 7,815
X 2Hitung ¿ X 2Tabel
Dengan kata lain, dapat disimpulkan dengan hasil uji chi square, tidak ada
hubungan antara jenis kelamin dengan hobi masing-masing orang yang diikuti
dalam survei diatas.
Akhir kata, Uji Chi Square tidak dapat digunakan untuk memberi informasi terkait
tingkat kekuatan hubungan yang tercipta antara variabel yang diteliti. Untuk lebih
memahami konsep uji Chi Square atau Kai Kuadrat, maka Anda harus lebih sering
melakukan penghitungan data sebagaimana contoh diatas, semoga berhasil!