Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Agroteknologi 2019

Jurusan Agroteknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

POTENSI BELALANG KAYU (Melanoplus cinereus) SEBAGAI PANGAN BERPROTEIN


TINGGI

GRAYISH SAGEBRUSH GRASSHOPPER (Melanoplus cinereus) AS POTENTIAL FOOD

Septariawulan Kusumasari dan Vega Yoesepa Pamela

Program Studi Teknologi Pangan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Kampus Untirta
Pakupatan Serang 42124 Indonesia

Korespondensi : septariawulan@untirta.ac.id

ABSTRAK

Laporan kinerja Badan Ketahanan Pangan tahun 2017 menyatakan bahwa kualitas
konsumsi pangan masyarakat Indonesia belum mencapai target yang diharapkan. Hal ini
dikarenakan masih rendahnya daya beli masyarakat. Sehingga, diperlukan alternatif pangan
murah dengan kandungan gizi yang baik. Serangga diketahui memiliki protein lebih besar
dibandingkan dengan protein sapi dan ayam, memiliki kadar lemak yang sangat rendah serta
mudah dibudidayakan karena tidak memerlukan lahan luas dan tidak butuh banyak air.
Belalang kayu (Milenoplus cinereus) merupakan salah satu jenis serangga yang potensial
sebagai sumber protein non-konvensional dan belum banyak dikonsumsi oleh masyarakat.
Belalang kayu mentah mengandung 26,8% protein dalam 100 gram bagian yang dapat
dimakan, sedangkan belalang yang sudah kering mengandung 62,2% protein. Kandungan
protein yang tinggi pada belalang kayu dapat digunakan sebagai pemenuhan nutrisi baik pada
anak-anak maupun orang dewasa dan juga dapat memenuhi 25-30 persen kebutuhan vitamin
A. Sayangnya sampai saat ini, belalang kayu hanya dikonsumsi dengan cara digoreng dan
belum banyak variasi makanan yang dapat dibuat dari belalang kayu. Kadar protein pada
tepung belalang kayu adalah 17,922% lebih tinggi dibandingkan dengan tepung udang windu
yang hanya 9,846%. Tepung belalang kayu dapat dimanfaatkan sebagai subtitusi bahan dasar
produk makanan seperti beras analog, mie, brownies, dan kukis.

Kata kunci: Belalang kayu, Diversifikasi, Protein, Serangga

ABSTRACT

The performance report of Indonesian Food Security Agency in 2017 states that the quality
of food consumption for Indonesian people has not reached the target. This is due to the
people’s purchasing ability was low. A cheap food with good nutritional content is needed.
Insects are known to have greater protein than cow and chicken, it has low fat content and
easily cultivated because they do not require large areas and much water. Grayish Sagebrush
Grashhopper/Woodhopper (Milenoplus cinereus) is one type of insect that has potential to be
a source of protein and has not been widely consumed by the community. Raw woodhoppers
contain 26.8% protein in 100 grams of edible parts, while dried contain 62.2% protein. High
protein content in woodhopper can be used as a fulfillment of nutrition in both children and
adults and can also meet 25-30 percents of vitamin A. Unfortunately, woodhoppers are only

Bandung, 2 Maret 2019 514


Prosiding Seminar Nasional Agroteknologi 2019
Jurusan Agroteknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

consumed by frying and there are not many variations of food can be made from it. Protein
content in wood grasshopper flour is 17.922% higher than tiger shrimp flour which is only
9.846%. Woodhopper flour can be used as a substitute for food such as artificial rice, noodles,
brownies, and cookies.

Key words: Diversification, Insects, Protein, Woodhopper

PENDAHULUAN mengkonsumsi belalang sebagai lauk-pauk


makan sehari-hari. Di dunia, tercatat bahwa
Laporan kinerja Badan Ketahanan jenis serangga yang paling banyak
Pangan tahun 2017 menyatakan bahwa dikonsumsi yaitu belalang dan jangkrik.
kualitas konsumsi pangan masyarakat Sehingga, pemanfaatan belalang sebagai
Indonesia belum mencapai target yang pangan di Indonesia dapat diusahakan.
diharapkan. Terutama angka PER yang Selama ini belalang hanya dimanfaatkan
masih rendah. Hal ini dikarenakan masih sebagai makanan khas yang cara
rendahnya daya beli masyarakat. Sehingga mengkonumsinya hanya dengan digoreng,
perlu dicari alternatif pangan murah dan belum dimanfaatkan menjadi produk
berprotein tinggi. pangan lokal yang bernilai ekonomi lebih
Protein mempunyai peranan yang sangat tinggi. Untuk menghindari bentuk pangan
penting dalam kelangsungan hidup yang tidak disukai masyarakat, belalang
manusia. Kekurangan protein dalam waktu diubah bentuknya menjadi tepung. Tepung
lama dapat mengganggu berbagai proses belalang ini yang akan difortifikasi ke dalam
dalam tubuh dan menurunkan daya tahan produk olahan pangan seperti beras
tubuh sehingga tubuh lebih rentan terhadap artifisial, mi, brownis, dan kue. Dengan
penyakit. Serangga merupakan sumber pemanfaatan belalang seperti ini
protein hewani yang potensial diharapkan dapat meningkatkan konsumsi
dikembangkan karena memiliki efisiensi belalang.
konversi pakan ke protein yang tinggi Di negara tropis, peningkatan konsumsi
(Premalatha et al., 2011; Looy et al., 2013; serangga akan mengakibatkan peningkatan
Paul et al., 2016). Serangga merupakan penangkapan serangga di alam. Agar suplai
komoditas pangan yang kaya akan protein serangga sebagai bahan pangan dapat
dan lemak. Serangga juga mengandung berkelanjutan perlu dibangun peternakan
asam amino esensial yang baik untuk tubuh serangga yang sehat sehingga serangga
(Osimani et al., 2016). yang dihasilkan lebih seragam dan bebas
Serangga memiliki potensi yang baik pestisida (Van Huis & Oonincx, 2017). Agar
sebagai pangan murah berprotein tinggi. pemanfaatan belalang sebagai pangan
Namun, banyak kendala dalam memasarkan optimal diperlukan pengetahuan beternak
serangga sebagai pangan. Persepsi belalang yang baik dan pengolahan belalang
masyarakat Indonesia tentang serangga menjadi berbagai bentuk pangan olahan
masih dipandang sebagai hama dan yang bervariasi/difersifikasi.
menjijikkan. Praktik makan serangga di
Indonesia sebenarnya tidak asing lagi. Salah
satu contohnya yaitu warga di Gunung kidul
Yogyakarta telah mengenal dan

Bandung, 2 Maret 2019 515


Prosiding Seminar Nasional Agroteknologi 2019
Jurusan Agroteknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

HASIL DAN PEMBAHASAN mengolahnya menjadi tepung sebagai


bahan kue karena rasanya yang mirip
Belalang kayu dengan udang. Bahkan bagi banyak warga di
Belalang kayu (Melanoplus cinereus) negara Afrika, belalang termasuk serangga
adalah serangga berwarna hijau atau coklat yang penting sebagai sumber protein (Van
berkaki belakang lebih panjang yang dipakai Huis, 2015).
untuk loncat yang termasuk ordo
Orthoptera. Menurut Entomological Society Peternakan Belalang
of America, belalang merupakan sumber Sebagian besar peternakan tradisional,
protein yang lebih baik dibandingkan sapi, mencakup ternak sapi dan unggas,
ayam, ataupun babi. Dan yang tidak kalah memproduksi gas rumah kaca atau emisi
pentingnya belalang mempunyai kadar karbon dioksida yang cukup tinggi.
kolesterol dan lemak yang sangat rendah. Diperkirakan mencapai 14% dari total emisi
Melanoplus yang berada di Meksiko dapat global. Sebaliknya, peternakan serangga nir-
mengandung protein hingga 77.13% dari emisi (tanpa emisi karbon dioksida).
total bobotnya. Melanoplus mengandung Serangga dikenal lebih ramah lingkungan
asam amino esensial seperti histidin, dibandingkan hewan ternak lainnya. Ternak
isoleusin, lisin, leusin, metionin, sistein, besar dan kecil biasanya mengonsumsi 2.99
fenilalanin, dan tirosin. Di Meksiko, galon air, 25 pound pakan ternak, dan lahan
Melanoplus juga digunakan sebagai obat yang luas untuk sekedar menghasilkan 1
tradisional yaitu dengan menghaluskan pound daging. Sedangkan untuk
kakinya kemudian dilarutkan dalam air memproduksi berat yang sama, serangga
dapat dijadikan obat diuretik dan mampu hanya memerlukan 1 galon air dan 2 pound
memperbaiki kerja usus halus (Paul et al., pakan dengan luas lahan yang sempit
2016). (Nijdam et al., 2012; Winarno 2018).
Belalang mengandung nutrisi yang baik, Berdasarkan laporan FAO (2010),
yaitu 62,20 g/100g protein, 15,80 g/100g serangga sangat efisisen dalam mengubah
karbohidrat, 10,40 g/100g lemak, 30,48 pakan menjadi protein, yakni memerlukan
mg/100 g vitamin E, 61,98 mg/100 g 12 kali lebih sedikit dibandingkan ternak
tembaga, 0,71 mg/100 g zink, 217,72 besar dan separuh pakan yang diperlukan
mg/100g sodium, 169,65 mg/100g babi dan unggas untuk memproduksi
potasium, 719,940 mg/100g magnesium, jumlah protein yang sama (kg/kg). Belalang
1841 mg/100g kalsium, 21,56 mg/100g mengandung 21 gram protein per 100 gram
mangan and 154,430 mg/100g zat besi (Ali belalang, dibandingkan daging sapi giling
et al., 2010; Blásquez et al., 2012). yang mengandung 26 gram protein per 100
Belalang adalah binatang serangga yang gram daging (Van Zanten et al., 2016).
bagi banyak orang lebih sering di cap Untuk mengembangbiakkan belalang
sebagai hama dan bukan bahan makanan tidaklah sulit. Sepasang induk belalang
bergizi. Bahkan di beberapa daerah, dapat bertelur sebanyak 70-100 butir telur,
mengkonsumsi belalang identik dengan yang ditanam didalam pasir dengan
kemiskinan. Di beberapa negara, seperti kedalaman 5-7 cm. Telur-telur tersebut
Zimbabwe dan Etiopia belalang sudah kemudian akan menetas selama 5-8 hari.
menjadi makanan rakyat dengan

Bandung, 2 Maret 2019 516


Prosiding Seminar Nasional Agroteknologi 2019
Jurusan Agroteknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Lama pemeliharaan belalang dari wujud yang dihasilkan melalui proses penggilingan.
telur hingga siap dipanen sekitar 75 hari Selain itu penepungan dilakukan untuk
Media yang digunakan untuk beternak memperpanjang umur simpan karena kadar
belalang sangat sederhana, hanya butuh airnya menurun, mempermudah
wadah kaca/kayu/plastik dengan lubang pengemasan, dan meningkatkan distribusi.
udara kecil serta bertutup yang telah diisi Berdasarkan pengalaman warga di
pasir lembap dengan ketinggian sekitar 7 Kabupaten Gunungkidul, belalang
cm. Diatas pasir lembap tersebut ditaruh mempunyai rasa yang mirip dengan udang,
makanan belalang (berupa pakan ayam, sehingga sangat mungkin dilakukan
potongan sayuran hijau, wortel, dan pembuatan tepung belalang sebagai bahan
rumput). Setelah media siap, sepasang baku pembuatan makanan olahan yang
belalang dimasukkan kedalamnya. Untuk berprotein tinggi.
menentukan jenis kelamin belalang, diamati Proses penepungan belalang hampir
bagian paling belakang (posterior) dari sama dengan proses penepungan pada
tubuh belalang. Pada belalang betina, umumnya. Proses penepungan diawali
bagian belakang ini akan terlihat bercabang dengan pencucian dengan air panas
dan ukuran tubuhnya cenderung lebih besar kemudian pembersihan sayap dan kaki
daripada belalang jantan. Pada belalang belalang kemudian dilanjutkan dengan
jantan, bagian belakang tubuhnya berujung proses pengeringan, pengeringan bertujuan
tunggal. untuk mengurangi kadar air sehingga daya
Yang harus diperhatikan dalam beternak simpan produk dapat meningkat. Proses
belalang yaitu suhu ruangan, mutu pakan pengeringan dapat dilakukan dengan
belalang dan sanitasi serta kebersihan penyangraian dan penjemuran dibawah
kandang untuk melindungi belalang agar sinar matahari. Selanjutnya belalang yang
tidak terserang penyakit. Suhu ruang yang telah kering dilanjutkan dengan proses
bagus untuk kehidupan belalang adalah 30- penggilingan sehingga dihasilkan tepung
370C. Bila suhu lebih dingin, dapat dibantu belalang dan dilakukan proses pengayakan
dengan lampu di sekitar kandang. untuk mendapatkan hasil tepung yang
Pembersihan kandang dilakukan secara homogen (Asthami et al., 2016).
berkala setiap 2-3 hari sekali dengan cara
membuang sisa pakan yang tidak habis dan Diversifikasi Pangan Berbasis Tepung
membersihkan kandang dari kotoran Belalang
belalang. Sisa pakan yang membusuk di Beberapa Negara di Dunia telah
kandang dapat menjadi tempat bakteri banyak memanfaatkan serangga untuk
patogen tumbuh yang dapat menyebabkan diolah menjadi sebuah produk komersil
penyakit pada belalang (Van Huis & ataupun menjadi lauk-pauk makan
Oonincx, 2017).
sehari-hari. Misalnya Vietnam, Thailand,
Belanda bahkan dengan sengaja
Tepung Belalang
membuat peternakan belalang pada
Penepungan dilakukan untuk
mempermudah pencampuran belalang daerah-daerah miskin, dengan tujuan
dalam adonan berbagai pangan olahan. agar asupan gizi terutama protein bisa
Tepung merupakan bentuk pengolahan terpenuhi pada masyarakat menengah

Bandung, 2 Maret 2019 517


Prosiding Seminar Nasional Agroteknologi 2019
Jurusan Agroteknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

kebawah. Belalang tersebut dibuat dijadikan beras artifisial. Karena konsumsi


menjadi tepung dan diolah menjadi beras masyarakat Indonesia yang tinggi,
berbagai macam makanan. Kemudian di diharapkan dengan adanya fortifikasi
Ethiopia, belalang diolah menjadi tepung belalang ke dalam beras artifisial
dapat meningkatkan PER Indonesia.
produk cake dengan cara ditumbuk dan
Beras artifisial atau beras analog adalah
direbus dengan susu atau dikeringkan
suatu produk pangan yang dibentuk
menjadi tepung, kemudian tepung menyerupai bulir beras. Beras artifisial
belalang dicampur dengan minyak sayur
dapat dibuat dari beras menir yang
dan dipanggang (Koswara, 2002)
dibentuk ulang agar menyerupai beras utuh
Di Indonesia, daerah yang sudah
atau dibuat dari bahan-bahan bukan beras.
mengenal dan mengkonsumsi
Bahan bukan beras seperti tepung jagung,
serangga/belalang sebagai lauk-pauk makan
sorgum, sagu, kentang, tapioka, mocaf, dan
sehari-hari adalah Gunungkidul, Daerah
sebagainya (Noviasari et al., 2017; Sadek et
Istimewa Yogyakarta. Pada awalnya
al., 2016)
belalang identik dengan lauk-pauk orang
Menurut penelitian Asthami et al.,
miskin, akan tetapi seiring berjalannya
(2016) tepung belalang kayu dapat
waktu, beberapa masyarakat sudah
ditambahkan dalam formulasi mie instan
mengetahui gizi yang terkandung
karena produk mie instan belalang yang
didalamnya, yakni lebih baik dari daging
dihasilkan memiliki nilai kuantitas dan
sapi dan daging ayam, akan tetapi masih
kualitas protein yang lebih tinggi
enggan untuk mencoba dikarenakan
dibandingkan dengan mie instan komersial.
penampakannya yang tidak seperti
Kandungan protein yang cukup tinggi pada
makanan pada umumnya. Olahan pangan
mie instan belalang diharapkan dapat
dari belalang di Gunungkidul masih sedikit,
memiliki potensi sebagai sumber protein
hanya digoreng kemudian diberi garam
non-konvensional. Mie instan adalah
sebagai teman makan nasi, belum
sebuah produk yang dibuat dari tepung
dimanfaatkan menjadi produk pangan lokal
gandum ataupun tepung beras sebagai
yang dapat meningkatkan nilai gizi dan nilai
bahan utamanya dengan atau tanpa
ekonomi. Sehingga perlu dilakukan
penambahan bahan lainnya.
diversifikasi agar konsumsi pangan belalang
Proses pembuatan mie instan dilakukan
lebih variasi, produk yang dihasilkan lebih
dengan proses pencampuran tepung terigu
beragam dan meningkatkan minat
dan tepung belalang dengan proporsi yang
masyarakat luas untuk mencoba makanan
telah ditentukan kemudian dilakukan
yang dianggap tidak wajar ini. Berbagai
penambahan tepung tapioka, telur, dan
produk olahan pangan dari bahan baku
garam dapur. Air alkali atau Na
belalang adalah kerupuk, lemper, opak,
ditambahkan dalam bentuk larutan yang
pangsit, dan abon (Meilin dan Nasamsir,
sebelumnya dilarutkan dalam air.
2016)
Penambahan air dilakukan hingga
Kebudayaan dan kebiasaan makan suatu
membentuk adonan yang kalis dan mudah
masyarakat sulit untuk diubah. Kebiasaan
untuk dicetak. Proses pengadukan
masyarakat Indonesia makan nasi sudah
dilakukan selama 15 menit hingga
sangat mengakar. Oleh karena itu,
membentuk adonan yang mudah untuk
pemanfaatan tepung belalang dapat

Bandung, 2 Maret 2019 518


Prosiding Seminar Nasional Agroteknologi 2019
Jurusan Agroteknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

dibentuk. Setelah itu dilakukan proses Proses pembuatan rempeyek antara lain:
pengepresan dengan empat tahap, setiap pembersihan bahan baku, persiapan bumbu
tahapnya memiliki ketebalan yang semakin dan bahan pengisi (dalam hal ini kacang
kecil hingga didapat lembaran mie dengan hijau), pencampuran (mixing) dan
tebal 0.2 cm. Proses pengepresan bertujuan penggorengan (Liza, 2016)
untuk meratakan adonan sehingga proses
gelatinisasi akan berjalan secara
bersamaan. Kemudian lembaran mie
dicetak sehingga didapat bentuk mie yang
sesuai dengan keinginan. Selanjutnya mie
dikukus dengan suhu ± 95o2C selama 15
menit, proses pengukusan bertujuan untuk
mengoptimalkan proses gelatinisasi pada
mie. Setelah itu mie digoreng dengan suhu
150oC hingga matang dan berwarna
kecoklatan. Proses penggorengan bertujuan
untuk mengurangi kadar air mie, Gambar 1. Rempeyek kacang hijau dengan
memantapkan gelatinisasi dan menyerap penambahan tepung belalang
minyak sehingga mie menjadi matang. kayu (Liza, 2016).
Tahapan terakhir adalah proses peniriskan
dan pendinginan sehingga didapat produk Berdasarkan hasil penelitian Liza (2016)
mie instan belalang. tentang uji daya terima dan kandungan gizi
Tepung belalang juga dapat diolah rempeyek kacang hijau yang ditambahkan
menjadi sosis. Berdasarkan penelitian tepung belalang kayu, rempeyek yang
Hardiana (2015) mengenai pembuatan sosis paling disukai berdasarkan uji organoleptik
belalang dengan substitusi tepung labu terhadap warna, aroma dan rasa adalah
kuning pada tepung tapioka menunjukkan campuran tepung belalang kayu 20% dan
bahwa sosis yang dihasilkan memiliki kadar tapioka 20%. Sedangkan untuk tekstur yang
protein dan beta karoten yang tinggi dan paling disukai adalah rempeyek dengan
berkadar lemak rendah. campuran tepung belalang kayu 30% dan
Selain mie instan dan sosis, tepung tepung tapioka 10%. Hasil analisis
belalang kayu dapat dimanfaatkan untuk kandungan gizi rempeyek menunjukkan
pembuatan rempeyek. Rempeyek atau kandungan protein paling tinggi sebesar
peyek merupakan salah satu cemilan yang 19,00% (tepung belalang 30%), lemak
pada umumnya disukai masyarakat 29,80% (tepung belalang 20%, karbohidrat
Indonesia. Rempeyek adalh gorengan 41,70% (tepung belalang 25%).
berbahan dasar tepung beras yang Kebiasaan makan masyarakat ikut
dicampur dengan air hingga membentuk berubah seiring dengan kemajuan zaman.
adonan kental, diberi bumbu (garam dan Saat ini, produk olahan tepung seperti
bawang putih), kemudian diberi bahan brownis dan kukis sangat disukai terutama
pengisi yang khas dan beragam, misalnya oleh kelompok muda. Oleh karena itu,
bici kacang tanah, kedelai atau kacang hijau pemanfaatan tepung belalang dapat
(Ulya dan Rusman, 2012).

Bandung, 2 Maret 2019 519


Prosiding Seminar Nasional Agroteknologi 2019
Jurusan Agroteknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

difortifikasi pada produk pangan kekinian Hardiana., dan Eka, B. (2015). Kualitas sosis
untuk menambah nilai gizinya. belalang (Valanga nigricornis) dengan
substitusi Tepung Labu Kuning
(Cucurbita moschata D.) Universitas
Atmajaya Yogyakarta. http://e-
KESIMPULAN journal.uajy.ac.id/7916/

1. Belalang kayu memiliki potensi yang Koswara, S. (2002). Serangga sebagai bahan
sangat besar sebagai alternatif pangan makanan. FATETA IPB Bogor.
berprotein tinggi. Liza, M.N., Jumirah, Fitri, A. (2016). Uji daya
2. Pengolahan bentuk belalang menjadi terima rempeyek kacang hijau yang
tepung diharapkan mampu dimodifikasi dengan tepung belalang
meningkatkan penerimaan masyarakat kayu. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
terhadap pangan berbasis belalang. Universitas Sumatera Utara. Medan.
[skripsi].
3. Dengan upaya diversifikasi pangan
berbasis belalang ini diharapkan Looy, H., Dunkel, F.V., & Wood, J.R. (2013).
masyarakat Indonesia dapat memenuhi How then shall we eat? Insecteating
attitudes and sustainable foodways.
kecukupan protein hariannya.
Agric Hum Values, 31, 131–141.
https://doi.org/10.1007/s10460-013-
9450-x
DAFTAR PUSTAKA
Meilina, A., Nasamsir. (2016). Serangga dan
peranannya dalam bidang pertanian
Ali, A., Mohamadou, B.A., Saidou, C.,
dan kehidupan. Jurnal Media
Aoudou, Y., & Tchiegang, C. (2010).
Pertanian, 1(1), 18-28.
Physico-chemical properties and
http://jagro.unbari.ac.id/index.php/a
safety of grasshoppers, important
gro/article/view/12
contributors to food security in the
far north region of cameroon. Nasution, L.M. (2016). Uji daya terima dan
Research Journal of Animal Science, kandungan gizi rempeyek Kacang
4(5), 108-111. Hijau yang dimodifikasi dengan
tepung Belalang Kayu (Melanoplus
Asthami, N., Estiasih T., & Maligan J.M.
cinereus). Universitas Sumatera
(2016). Mie instan belalang kayu
Utara, Medan
(Melanoplus cinereus): kajian
http://repository.usu.ac.id/handle/12
pustaka. Jurnal Pangan dan
3456789/60335
Agroindustri, 4(1), 238-244. ISSN
2354-7936 Nijdam, D., Rood, T., & Westhoek, H. (2012).
The price of protein: review of land
Blásquez, J.R.E., Moreno, J.M.P., &
use and carbon footprints from life
Camacho, V.H.M. (2012). Could
cycle assessments of animal food
grasshoppers be a nutritive meal?.
products and their substitutes. Food
Food and Nutrition Sciences, 3(1),
Policy, 37(6), 760–770.
164-175.
https://doi.org/10.1016/j.foodpol.20
http://dx.doi.org/10.4236/fns.2012.3
12.08.002
2025
Noviasari, S., F. Kusnandar, A. Setiyono, S.
FAO. 2010. Forest Insect as Food: Human
Budijanto. (2015). Analogue Rice as
Bite Back!. New York: RAP
Functional Food with Low Glycemic
Publication.

Bandung, 2 Maret 2019 520


Prosiding Seminar Nasional Agroteknologi 2019
Jurusan Agroteknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Index. Jurnal Gizi dan Pangan, 10(3), livestock systems. Int J Life Cycle
225-232. Assess, 21(1), 747–758.
https://doi.org/10.1007/s11367-015-
Osimani, A., Garofalo, C., Milanovic, V. et al.
0944-1
(2016). Insight into the proximate
composition and microbial diversity Winarno, F.G. (2018). Serangga layak
of edible insects marketed in the santap. Jakarta: Gramedia.
European Union. Eur Food Res
Technol, published online,
https://doi.org/10.1007/s00217-016-
2828-4
Paul, A., Frederich, M., Megido, R.C. et al.
(2016). Grasshopper as food source?
a review. Biotechnology, Agronomy,
Society, and Environment, 20(1), 337-
352.
Premalatha, M., Abbasi, T., & Abbasi, S.A.
(2011). Energy-efficient food
production to reduce global warming
and ecodegradation: the use of edible
insects. Renew Sust Energ Rev, 15,
4357–4360.
https://doi.org/10.1016/j.rser.2011.0
7.115
Sadek, N.F., Yuliana, N.D., Budijanto, S.,
Prangdimurti, E., Priosoeryanto, B.P.
(2016). Potency of Analogue Rice as
Alternative Staple Food to Prevent
Degenerative Diseases. Pangan, 25,
61-70.
Van Huis, A. & Oonincx, D.G.A.B. (2017). The
environmental sustainability of
insects as food and feed. A Review.
Agron. Sustain. Dev., 37(43), 40-54.
https://doi.org/10.1007/s13593-017-
0452-8
Van Huis, A. (2015). Edible insects
contributing to food security?. Agric
Food Sec, 4(20), 1-9.
https://doi.org/10.1186/s40066-015-
0041-5
Van Zanten, H.H.E., Mollenhorst H.,
Klootwijk C.W., Van Middelaar C.E.,
De Boer I.J.M. (2016). Global food
supply: land use efficiency of

Bandung, 2 Maret 2019 521

Anda mungkin juga menyukai