sering terjadi variasi bentukan dan penggunaan yang tidak konsisten. Ada
perlu terjadi jika pemakai bahasa tetap berpegang teguh kepada kaidah
baku dapat berupa ragam baku lisan dan ragam baku tulis. Dengan
12
antara benar dan salah dalam pemakaian bahasa Indonesia akibat variasi-
Indonesia dengan pemilihan kosa kata yang baku dan penggunaan kaidah
tata bahasa yang baku pula. Penggunaan kosa kata “ngapain” misalnya,
merupakan pemilihan kosa kata yang tidak tepat jika digunakan pada situasi
resmi sebab untuk ragam baku terdapat kosa kata ”mengapa.” Penggunaan
dalam rumah tangga” juga merupakan penggunaan struktur yang tidak tepat
tersebut merupakan kata sifat yang bermakna jamak. Oleh karena itu, kata
“banyak” tidak perlu diikuti kata “para” yang bermakna jamak pula.
masih dapat digunakan jika bentuk itu digunakan sebagai contoh atau
hanya sebagai selingan. Selingan dengan logat-logat dan atau kosa kata
tidak baku sering digunakan dalam ragam lisan resmi sebab hal itu untuk
13
C. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Indonesia yang sesuai dengan situasi dan kondisi pemakaian. Situasi yang
resmi perlu menggunakan bahasa ragam resmi (baku). Situasi yang tidak
bahasa Indonesia baku itu dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1988 tentang
bahasa yang baik dan benar. Putusan tersebut sebenarnya cukup beralasan
tinggi, atasan, dan senior. Oleh karena itu, diharapkan para tokoh
14
masyarakat, pembesar, dan para pejabat dapat menjadi anutan masyarakat
ejaannya salah, kata-kata yang betul sering dibaca dengan lafal yang salah.
Salah eja dan salah ucap dalam bahasa Indonesia harus dihindari
dilaksanakan. Salah eja dan salah ucap sebagian terjadi karena bahasa
daerah. Beberapa contoh bentuk kata-kata yang baku dan tidak baku dapat
Kuatir Khawatir
Mbesuk Besok
Nomer Nomor
Senen Senin
Rebo Rabu
Kemis Kamis
Pebruari Februari
Nopember November
Memungkinken Memungkinkan
Menyataken Menyatakan
Semangkin Semakin
Tindak-an Tindakan
Tanjak-an Tanjakan
tetapi dalam ejaan tidak dibedakan. Kata teras „serambi‟ sering dilafalkan
teras (dengan pepet), kata peka „sensitif‟ yang seharusnya di baca péka
berasal dari bahasa asing. Beberapa contoh kesalahan dalam ejaan adalah
sebagai berikut.
Aktifitas Aktivitas
Analisa Analisis
Apotik Apotek
Hakekat Hakikat
Identivikasi Identifikasi
Kaedah Kaidah
Katagori Kategori
Kongkrit Konkret
Kwalitas Kualitas
Jadual Jadwal
16
Kwitansi Kuitansi
Metoda Metode
Managemen Manajemen
Produktifitas Produktivitas
Resiko Risiko
Sintesa Sintesis
Sistim Sistem
Tehnik Teknik
Teoritis Teoretis
Thesis Tesis
Tilpun Telepon
Varitas Varietas
huruf besar dan huruf kecil. Ada kata-kata huruf awal seharusnya ditulis
dengan huruf besar atau kapital, tetapi kadang-kadang ditulis dengan huruf
ada kalanya ditulis dengan huruf kapital dan adakalanya ditulis dengan
huruf kecil. Contoh: Saudara, adik, kakak, ibu, bapak, dsb. Kata-kata
Contoh:
Huruf awal kata-kata “saudara, bapak, kakak, adik,” dsb. harus ditulis
dengan huruf besar apabila di pakai sebagai kata sapaan, yaitu apabila
Contoh:
Contoh:
(7) Sebagai seorang ibu yang bijaksana, sebaiknya Ibu jangan lekas
rektor, dsb. tidak harus diawali dengan huruf kapital. Perhatikan cintoh-
Ketentuan tersebut berlaku juga untuk nama wilayah, nama tempat, dan
jurusan, dsb. Dalam pengertian umum (tidak diikuti nama lembaga atau
nama diri) kata-kata tersebut tidak perlu diawali dengan huruf kapital.
18
Contoh:
mengenai kata-kata yang ditulis serangkai dan kata-kata yang harus ditulis
mengikutnya.
Contoh:
Contoh:
Contoh:
bertanda tangan
beri tahukan
sebar luaskan
Jika gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk kata
Contoh:
Menghancurleburkan mempertanggungjawabkan
Kesimpangsiuran pemberitahuan
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
Contoh:
antarkota antikomunis
caturtunggal dasawarsa
ekstrakurikuler infrastruktur
kontrarevolusi multilateral
nonteknis saptakrida
semiprofesional subseksi
20
3. Penulisan unsur Pra-, Pasca-, dan Purna-
Indonesia dari bahasa Sansekerta melalui bahasa Jawa Kuno. Pra- masih
misalnya:
pasca bukan paska. Bentuk ini masih ada hubunganya dengan post- dalam
ada purnajual. Apabila yang dimaksud „sesudah‟, maka bentuk yang betul
tingkat „sesudah sarjana‟, yaitu program pendidikan strata dua dan strata
tiga (S-2 dan S-3), sedangkan purnasarjana adalah sarjana yang sempurna,
diketahui bahwa kata depan dari dan daripada sering digunakan secara
tidak tepat.
Contoh:
Kesalahan pertama yaitu cara menulis kata dari pada yang seharusnya
diungkapkan dengan memakai bentuk lebih ….dari atau lebih ….. daripada
Contoh:
tanya. Bentuk di mana dipakai untuk menanyakan „tempat,‟ dan bentuk yang
mana dipakaii untuk menanyakan „pilihan,‟ Kalimat (16) dan (17) sebaiknya
pemakaian bentuk bahasa, baik berupa kata, frasa, maupun yang lain yang
hendak disampaikan.
Contoh:
(18) Pemeliharaan kebersihan dan keindahan kota adalah merupakan
tanggung jawab bersama.
(21) Di daerah ini sangat banyak sekali ditemukan industri kecil yang
mampu untuk dikembangkan.
karena kata adalah artinya sama atau hampir sama dengan kata merupakan
pada kalimat (19) juga tergolong mubazir karena sama sekali tidak
diperlukan, oleh karena itu, dihilangkan saja. Bentuk-bentuk lain yang sama
sekali tidak diperlukan lebih baik dihilangkan saja. Bentuk-bentuk lain yang
sejak dari
lalu kemudian
saling tolong-menolong
semua barang-barang
(24) Abad kedua puluh ini dikenal juga sebagai abad teknologi.
atau ke-XX, dan ke dua puluh termasuk penulisan yang tidak baku (salah).
angka dapat diikuti dengan penulisan huruf, dan selain hal itu tidak perlu.
(26) Di perpustakaan itu terdapat 235 (dua ratus tiga puluh lima) buku.
24
8. Penanggalan Unsur Pembentukan Kata
Hal ini disebabkan oleh adanya usaha „ekonomi kata‟ dalam bahasa
jurnalistik. Dalam penggunaan kata, kita memang harus hemat akan tetapi
bahasa, predikat kalimat aktif transitif wajib berawalan meN-. Jadi, kata-
kata yang digaris bawah pada kalimat di atas harus berawalan meN-,
Sesuai dengan kaidah yang berlaku, apabila bentuk kata dasar diawali
fonem /c/ dan memperoleh awalan meng-, fonem /c/ tersebut tidak luluh.
karena fonem /c/ pada kata dasar tidak luluh. Kata-kata lain yang sejenis
c. Fonem /k/, /p/, /t/ dan /s/ pada Awal Kata Dasar
Menurut kaidah bahasa Indonesia, fonem /k/, /p/, /t/ dan /s/ pada awal
kata dasar jika memperoleh awalan meng- atau peng- lebur menjadi
sengau, yaitu /k/ menjadi /ng/; /p/ menjadi /m/; /t/ menjadi /n/; /s/ menjadi
diperhatikan yaitu:
menterjemehkan menerjemahkan
memparkir memarkir
26
kait-mengkait kait-mengait
mensejajarkan menyejajarkan
mempopulerkan memopulerkan
mempelopori memelopori
memproklamasikan mengritik
memroklamasikan
d. Masalah akhiran – ir
Dalam bahasa Indonesia baku, akhiran yang tepat untuk padanan –ir
yang berasal dari bahasa arab adalah –asi atau –isasi. Bentuk-bentuk
proclamation (Ing.)
mengkoordinir mengkoordinasi
memproklamirkan memproklamasikan
didramatisir didramatisasi
mendominir mendomonisasi
atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal
kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Kesalahan umum
singkatannya.
2) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda
titik.
3) Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf, setiap hurufnya diikuti
dengan titik.
28
4) Akronim nama diri dan berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata diawali huruf kapital.
Sespa Sepeda
5) Akronim yang bukan nama diri dan berupa gabungan huruf, suku kata,
atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata, seluruhnya ditulis
rudal tilang
monitor pantau
ranking peringkat
input masukan
29
b. Penggunaan Ungkapan Idiomatik
karena itu di dalam pemakaian ungkapan tersebut tidak boleh diubah. Yang
ringkas, sesuai dengan kaidah bahasa, dan mudah dipahami. Unsur subjek
hubungan antara alinea pembuka, alinea isi, dan alinea penutup hendaknya
salah satu kata sapaan harus disesuaikan. Kalimat tersebut dapat diubah
menjadi:
---000---
31