Anda di halaman 1dari 2

NAMA : TITA RAHMADINI

NIM : 17042086

MATKUL : POLITIK KEBIJAKAN PUBLIK

ESSAY OLIGARKI

Internasional Encyclopedia of Social Sciences mendefinisikan oligarki menjadi


bentuk pemerintahan dimana kekuasaan politik berada pada tangan minoritas mini. Istilah
tadi asal menurut bahasa Yunani oligarkhia (pemerintahan sang yg sedikit), yg terdiri atas
istilah oligoi yaitu sedikit & arkhein (memerintah). Menurut Winters, oligarki nir hanya
sebatas sekelompok elit yg berkuasa atau minoritas yg menguasai mayoritas. Oligarki tidak
selaras menggunakan minoritas lainnya lantaran dasar kekuasaan mereka merupakan
kekayaan material yg sukar buat dipecah & diseimbangkan. Kekuasaan oligarki sulit dipecah
& jangkauan sistemik walaupun berposisi minoritas pada suatu komunitas.

Menurut winters, pemahaman atas oligarki bermula menurut adanya informasi bahwa
ketidaksetaraan material yg ekstrem membentuk ketidaksetaraan politik yg ekstrem.
Meskipun pada demokrasi memandang kesetaraan kedudukan & akses terhadap proses,
kenyataannya kekayaan yg sangat akbar pada tangan minoritas mini membangun kelebihan
kekuasaan yg signifikan pada ranah termasuk pada demokrasi. Semakin nir seimbang
distribusi kekayaan material, semakin akbar dampak orang kaya pada motif & tujuan
politiknya. Dengan demikian, ketidaksetaraan yg akbar pada kekayaan membentuk
ketidaksetaraan pada kekuasaan & dampak politik. Klaim tadi didasarkan dalam interaksi yg
erat antara uang (kekayaan) & kekuasaan yg menyejarah pada sistem politik manusia.

Berdasarkan informasi tadi, Winters mulai mengungkapkan tentang Oligarki menurut


pendefinisian oligark terlebih dahulu. Oligark merupakan pelaku yg menguasai &
mengendalikan konsentrasi akbar asal daya material yg mampu dipakai buat
mempertahankan atau mempertinggi kekayaan langsung & posisi sosial eksklusifnya,
sedangkan oligarki merujuk dalam politik pertahanan kekayaan sang pelaku yg mempunyai
kekayaan material (Oligark).

Perkembangan teori oligarki pada Indonesia poly merujuk dalam studi yg dilakukan
sang Richard Robison & Vedi R. Hadiz, dan Jeffrey A. Winters (Robison & Hadiz 2004;
Hadiz 2010; Winters 2011). Secara garis akbar keduanya melihat bahwa perubahan politik
pasca Orde Baru menjadi bagian menurut proses demokratisasi nir menyingkirkan kekuasaan
oligarki yg sudah dibangun semenjak tumbuhnya rezim Soeharto (Ford & Pepinsky 2014, 5).
Meskipun demikian, masih ada disparitas pada antara keduanya pada melihat oligarki.
Perbedaan itu setidaknya masih ada dalam definisi & unit analisis. Robison-Hadiz serius
dalam sistem rekanan kekuasaan yg memungkinkan konsentrasi kekayaan & menguatnya
interaksi antara negara & kaum borjuis yg ditandai sang formasi akumulasi kekayaan &
kekuasaan politik semenjak periode Orde Baru. Sedangkan, Winters melihat oligarki menjadi
politik pertahanan kekayaan antar aktor yg mempunyai asal daya material berlimpah. Winters
menitikberatkan analisisnya dalam sejumlah individu yg terkadang bertindak kolektif, namun
acapkalikali kali pula nir bertindak kolektif pada upayanya mempertahankan kekayaan (Ford
& Pepinsky 2014, 1-9). Posisi artikel ini serius buat menilik rekanan kekuasaan yg bekerja
pada politik lokal & kaitannya menggunakan perampasan tanah. Oleh lantaran itu, artikel ini
merujuk dalam teori yg dipakai sang Richard Robison & Vedi R. Hadiz pada memeriksa
oligarki pada Indonesia. Oligarki secara gampang bisa dianggap menjadi rekanan kekuasaan
pada antara sekelompok orang yg menguasai asal daya ekonomi & politik buat kepentingan
dirinya sendiri (Robison & Hadiz 2004, 4). Robison & Hadiz mendeskripsikan oligarki
menjadi “sistem rekanan kekuasaan yg memungkinkan konsentrasi kekayaan & otoritas dan
pertahanan kolektif atas konsentrasi kekayaan” (Robison & Hadiz 2014, 37). Hal yg krusial
menurut pengertian tadi, oligarki dipahami pada bentuk rekanan kekuasaan menurut koalisi
politico-business yg cair pada Indonesia yg memperkaya diri menggunakan mengeruk asal
daya publik.

Politik oligarki pada Indonesia waktu ini dikatakan sangan “rawan” sebagaimana yg
kita ketahui banyaknya kaum minoritas yg mempunyai materaial berlebih yg mayoritas
terhadap mayoritas. Kaum minoritas memakai materinya buat menerima kekusaan. Ketika
sudah menerima kekuasaannya kaum minorotas akan bisa menjalankan kekuasaanyya buat
kepentingan langsung mereka. Dan pula berkaitan menggunakan partai politik dimana
terdapat beberapai partai elite politik yg nir menaruh kesempatan pada kader mereka buat
memimpin & malahan partai dikelola misalnya perusahaan keluarga. Dimana yg akan
melanjutkan kepemimpinan adalah anak-anak menurut yg sedang memimpin. Disini bisa kita
lihat oligarki ini adalah benalu bagi demokrasi yg seharusnya dibuang menurut tubuh parpol
supaya demokrasi berjalan menggunakan lancar, misalnya menggunakan melahirkan
regenarasi kader-kader terbaik & membukan jalan bagi kader-kader tadi buat menahkodai
partai politik.

Anda mungkin juga menyukai