Anda di halaman 1dari 78

PEMODELAN SYSTEM DYNAMICS UNTUK ANALISIS

DINAMIKA PRODUKSI, KONSUMSI DAN CADANGAN


MINYAK INDONESIA

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh:
Ahmad Sofyan Sauri
101316096

FAKULTAS TEKNIK EKSPLORASI DAN PRODUKSI


PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
UNIVERSITAS PERTAMINA
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tugas Akhir : Pemodelan System Dynamics Untuk


Analisis Dinamika Produksi, Konsumsi
Dan Cadangan Minyak Indonesia

Nama Mahasiswa : Ahmad Sofyan Sauri

Nomor Induk Mahasiswa : 101316096

Program Studi : Teknik Peminyakan

Fakultas : Teknologi Eksplorasi dan Produksi

Tanggal Lulus Sidang Tugas Akhir :

Jakarta, __________________________

MENGESAHKAN

Pembimbing II: Pembimbing II :

Ir. Agus Rudiyono, S.T, M.T, MBA, IPM Iwan Setya Budi,
M.T

116110 116258

Pembimbing II : Nama : -

NI

Universitas Pertamina -i
MENGETAHUI,

Ketua Program Studi

Dr. Astra Agus Pramana DN

NIP. 116111

Universitas Pertamina -ii


LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir berjudul Pemodelan System Dynamics
Untuk Analisis Dinamika Produksi, Konsumsi Dan Cadangan Minyak Indonesia ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan tidak mengandung materi yang
ditulis oleh orang lain kecuali telah dikutip sebagai referensi yang sumbernya telah dituliskan
secara jelas sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam karya ini, saya bersedia
menerima sanksi dari Universitas Pertamina sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Pertamina hak bebas royalti noneksklusif (non-exclusive royalty-free right) atas
Tugas Akhir ini beserta perangkat yang ada. Dengan hak bebas royalti noneksklusif ini
Universitas Pertamina berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam
bentuk pangkatan data (database), merawat, dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta,……………………..

Yang membuat pernyataan,

Ahmad Sofyan Sauri

Universitas Pertamina -ii


ABSTRAK

Ahmad Sofyan Sauri. 101316096. Pemodelan System Dynamics Untuk Analisis Dinamika
Produksi, Konsumsi Dan Cadangan Minyak Indonesia.

Penelitian ini tentang bagaimana prediksi cadangan minyak indonesia yang dimodelkan dalam
model system dynamics. Prediksi cadangan dilakukan dengan identifikasi variabel-variabel
yang mempengaruhi cadangan minyak seperti produksi, cadangan saat ini, tambahan cadangan
eksplorasi dan POFD. Prediksi cadangan yang dilakukan adalah scenario BAU (Business As
Usual), Skenario Intervensi Low, Intervensi Base dan Intervensi High berdasarkan
kemungkinan eksekusi dan keberhasilan penambahan cadangan dari eksplorasi baru, POFD
dan EOR (Enhanced Oil Recovery). Model system dynamics dapat memprediksikan produksi
mendatang, import minyak, profil cadangan, RRR (Reserves Replacement Ratio) dan R/P
(Reserves to Production) di masa mendatang. Hasil simulasi skenario Business as usual
BAU menunjukkan bahwa pada tahun 2012 cadangan minyak indonesia mencapai 3.7 miliyar
bbl dan pada tahun 2041 hanya tersisa 0.9 Miliar bbl. untuk meningkatkan cadangan minyak,
pemerintah harus melakukan intervensi kebijakan sehingga akan menarik industri minyak
untuk meningkatkan cadangan eksplorasi, melaksanakan POFD dan eksekusi EOR. Hasil
simulasi untuk skenario intervensi berdasarkan perbaikan kebijakan yang berimplikasi low,
base dan high menunjukkan cadangan minyak indonesia pada tahun 2041 berturut-turut
menjadi 1.6 Miliar bbl, 2.5 Miliar bbl, 11 Miliar bbl.

Kata kunci : Prediksi cadangan; system dynamics, BAU, skenario intervensi

Universitas Pertamina -iii


ABSTRACT

Ahmad Sofyan Sauri. 101316096. System dynamics modelling for analysis of Indonesia oil
production, consumption and reserves.

This research is about Indonesia oil reserves prediction using system dynamics modelling.
Reserves prediction is perform by identifying variables that affect oil reserves such as
production, current reserves, additional exploration reserves and POFD (Plan of Further
Development). The reserve prediction model is consist of BAU (Business As Usual) scenario,
Low Intervention, Base Intervention and High Intervention scenario that influenced by
possibility of execution and the results in adding reserves coming from new exploration,
POFD and EOR (Enhanced Oil Recovery). The system dynamics model can predict the future
of production, oil import portion, RRR and future R / P future profile. The Business As Usual
(BAU) simulation results suggest that Indonesia's oil reserves in 2012 reached 3.7 billion bbl
and only will be 0.9 billion bbl remaining in 2041. To increase oil reserves, the government
must intervene in policies so that it will attract the oil industry to increase exploration
reserves, implement POFD and execute EOR. The simulation results for the intervention
scenario based on policy improvements for low, base and high impact scenario show that the
Indonesia's oil reserves in 2041 will be 1.6 billion, 2.5 billion, 2.5 billion, 11 billion
respectively.

Keywords: Reserves prediction; system dynamics, BAU, intervention scenarios.

Universitas Pertamina-iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan kehendaknyalah
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Pemodelan System Dynamics Untuk
Analisis Dinamika Produksi, Konsumsi Dan Cadangan Minyak Indonesia” tanpa ada halangan
yang begitu berarti..

Tugas Akhir ini merupakan salah satu mata kuliah wajib untuk seluruh mahasiswa Program
Studi Teknik Perminyakan, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Selain
untuk memenuhi kewajiban dari Program Studi, penulis merasakan bahwa Tugas Akhir ini
sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan akademik.

Dalam proses penyelesaian Tugas Akhir, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin berterima kasih kepada:

1. Orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungan pada penulis, selama proses
pengerjaan Tugas Akhir.
2. Bapak Prof. Akhmaloka Ph.D selaku Rektor Universitas Pertamina.
3. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Awali Priyono selaku Dekan Fakultas Teknologi Eksplorasi
dan Produksi.
4. Bapak Dr. Astra Agus Pramana DN selaku Ketua Program Studi Teknik
Perminyakan Universitas Pertamina.
5. Bapak Ir. Agus Rudiyono ST, MT, MBA, IPM selaku pembimbing Tugas Akhir.
6. Teman – teman kost Airy room yang selalu saling membantu selama perkuliahan,
juga selama proses pengerjaan Tugas Akhir.
7. Tak lupa, penulis ucapkan banyak terimakasih kepada pihak lain yang telah
membantu dalam proses pengerjaan Tugas Akhir yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu.

Penulis akui bahwa dalam laporan Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh
sebab itu penulis meminta maaf apabila terdapat kesalahan dan sangat mengharapkan kritik
beserta saran.

Akhir kata, penulis berharap laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat.

Jakarta, Juni 2020

Universitas Pertamina-v
Ahmad Sofyan Sauri

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................................................ii
ABSTRAK.............................................................................................................................................iii
ABSTRACT...........................................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..................................................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................................................4
1.4.1 Manfaat Teoritik......................................................................................................................4
1.4.2 Manfaat Praktis........................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................5
2.1 Energi Dan Pertumbuhan Ekonomi.................................................................................5
2.2 Ketahanan Energi............................................................................................................6
2.3 Bauran energi dan Posisi Energi minyak indonesia.........................................................8
2.4 RUEN (Rencana Umum Energi Nasional)....................................................................10
2.5 Dinamika Industri Hulu Minyak...................................................................................12
2.6 Minyak Bumi Sebagai Bahan Bakar.............................................................................13
2.7 Minyak Bumi Sebagai Faktor Produksi.........................................................................14
2.8 Investasi Hulu Minyak..................................................................................................15
2.9 Cadangan Minyak.........................................................................................................16
2.9.1. Konsep Cadangan Minyak.............................................................................................16
2.9.2. RRR (Reserve Replacement Ratio)................................................................................17
2.9.3. Reserve to Production Ratio (R/P).................................................................................18

Universitas Pertamina-vi
2.10 Metode Perkiraan Cadangan Minyak............................................................................18
2.10.1 Metode Analogi.............................................................................................................18
2.10.2 Metode Volumetrik........................................................................................................19
2.10.3 Metode Decline Curves.................................................................................................19
2.10.4 Metode Material Balance...............................................................................................20
2.10.5 Metode Simulasi Reservoir............................................................................................20
2.11 Sistem Rantai Bisnis Hulu dan Hilir Minyak................................................................20
2.12 System Thinking............................................................................................................21
2.13 System Dynamics...........................................................................................................23
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................................................26
3.1 Bentuk Penelitian........................................................................................................................26
3.2 Metode Pengumpulan Data.........................................................................................................26
3.3 Metode Analisis Data..................................................................................................................26
3.3.1 Konseptualisasi (From Story To Structure)...................................................................26
3.3.2 Penyusunan Stock Flow Diagram (From Structure To Behavior)..................................27
3.3.3 Penggunaan Perangkat Lunak Powersim Studio Untuk Model System Dynamics.........28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................................................31
4.1 Cadangan dan Produksi Minyak Indonesia...................................................................31
4.2 Penyediaan Kebutuhan Minyak Bumi...........................................................................33
4.3 Impor Minyak Bumi......................................................................................................34
4.4 Case Business as Usual (BAU).....................................................................................35
4.4.1 Causal Loop Diagram (CLD)........................................................................................35
4.4.2 Stock Flow Diagram (SFD)...........................................................................................35
4.4.3 Validasi Model Secara Visual dan Uji AME.................................................................37
4.4.4 Prediksi Business As Usual (BAU).................................................................................40
4.5 Case Intervensi Kebijakan 1 (Low Case)......................................................................43
4.5.1 Causal Loop Diagram ( CLD).......................................................................................43
4.5.2 Stock Flow Diagram (SFD)...........................................................................................43
4.5.3 Prediksi Skenario Intervensi -1 (Impact Low)................................................................45
4.6 Case Intervensi Kebijakan 2.........................................................................................49
4.6.1 Causal Loop Diagram...................................................................................................49
4.6.2 Stock Flow Diagram......................................................................................................49
4.6.3 Forecasting....................................................................................................................51

Universitas Pertamina-vii
4.7 Case Intervensi Kebijakan 3.........................................................................................55
4.7.1 Causal Loop Diagram (CLD)........................................................................................55
4.7.2 Stock Flow Diagram (SFD)...........................................................................................55
4.7.3 Prediksi Skenario Intervensi 3.......................................................................................57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................62
5.1 Kesimpulan...................................................................................................................62
5.2 Saran.............................................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................63

Universitas Pertamina-viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Metode Penentuan Cadangan................................................................20


Tabel 4.1 Cadangan dan produksi minyak Indonesia............................................................................31
Tabel 4.2 Kebutuhan Energi perKapita, Jumlah Penduduk, dan Kebutuhan.........................................33
Tabel 4.3 Impor Minyak periode 2012-2018.........................................................................................34
Tabel 4.4 Validasi Hasil Simulasi Cadangan, Produksi dan Impor Minyak..........................................39
Tabel 4.5 Validasi Referensi Cadanngan, Produksi dan Impor Minyak................................................39
Tabel 4.6 Tabel Hasi Perhitungan AME................................................................................................39
Tabel 4.7 Prediksi cadangan, konsumsi, produksi, dan Impor minyak BAU........................................40
Tabel 4.8 Prediksi cadangan, konsumsi, produksi, dan impor minyak skenario intervensi 1................45
Tabel 4.9 Prediksi cadangan, konsumsi, produksi, dan impor minyak skenario intervensi 2................51
Tabel 4.10 Prediksi cadangan, konsumsi, produksi, dan impor minyak skenario intervensi 3..............57
Tabel 4.11 Impact skenario intervensi 1, 2 dan 3.................................................................................61

Universitas Pertamina-ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Asumsi – Asumsi dan Analisis Dalam Perencanaan Energi.................................................1


Gambar 1.2 Isu Permasalahan Ketahanan Energi di Indonesia................................................................2
Gambar 1.3 Profil Produksi, dan Rasio Ketergantungan Impor Minyak Periode 2009-2018..................3
Gambar 2.1 Konsep Ketahanan Energi...................................................................................................8
Gambar 2.2 Perkembangan Bauran Energi Primer Skenario BAU..........................................................8
Gambar 2.3 Perbandingan Bauran Energi Primer Skenario PB...............................................................9
Gambar 2.4 Perbandingan Bauran Energi Primer Skenario RK..............................................................9
Gambar 2.5 Rasio PDB Indonesia dan berbagai negara........................................................................10
Gambar 2.6 Ilustrasi Arus Kebutuhan Pasokan Minyak Bumi..............................................................11
Gambar 2.7 Skenario RUEN untuk Industri Hulu Minyak....................................................................12
Gambar 2.8 Dinamika Industri Hulu Minyak........................................................................................13
Gambar 2.9 Target dan Realisasi Investasi Hulu Migas Periode 2010-2017.........................................16
Gambar 2.10 Kosnep cadangan, sumber daya kontinjen dan prospek menurut PRMS..........................17
Gambar 2.11 Gambar Rantai Bisnis Eksplorasi Dan Eksploitasi Energi Minyak..................................21
Gambar 2.12 Metode Kerja System Dynamics......................................................................................24
Gambar 2.13 Casual Loop diagram (CLD) untuk analisis cadangan minyak........................................25
Gambar 2.14 Stock and Flow diagram (SFD) untuk analisis cadangan minyak....................................25
Gambar 3.1 Kerangka Teori..................................................................................................................30
Gambar 4.1 Dinamika Cadangan Minyak Indonesia periode 2012-2018..............................................31
Gambar 4.2 Dinamika produksi minyak Indonesia periode 2012-2018.................................................32
Gambar 4.3 Laju ekstraksi minyak Indonesia periode 2012-2018.........................................................32
Gambar 4.4 Laju produksi dan kebutuhan minyak mumi periode 2012-2018.......................................33
Gambar 4.5 Produksi, Kebutuhan dan Impor Minyak 2012 - 2018.......................................................34
Gambar 4.6 Model Causal Loop Diagram BAU....................................................................................35
Gambar 4.7 Stock Flow Diagram untuk case BAU...............................................................................36
Gambar 4.8 Validasi visual produksi minyak........................................................................................37
Gambar 4.9 Validasi visual cadangan minyak.......................................................................................38
Gambar 4.10 validasi visual import minyak..........................................................................................38
Gambar 4.11 Grafik Simulasi Cadangan Minyak Pada Skenario BAU.................................................41
Gambar 4.12 Grafik Simulasi Konsumsi, Produksi dan Import Pada Skenario BAU............................41
Gambar 4.13 Grafik Reserve Replacement Ratio (BAU)......................................................................42
Gambar 4.14 Grafik R/P vs Time (BAU)..............................................................................................42

Universitas Pertamina-x
Gambar 4.15 Causal Loop Diagram Intervensi 1..................................................................................43
Gambar 4.16 Stock FLow Diagram Intervensi 1...................................................................................44
Gambar 4.17 Grafik Simulasi Perbandingan cadangan Minyak Intervensi 1 dan BAU.........................46
Gambar 4.18 Grafik Simulasi Perbandingan Produksi BBM Intervensi 1 dan BAU.............................46
Gambar 4.19 Grafik Simulasi Impor BBM Intervensi 1 dan BAU........................................................47
Gambar 4.20 Grafik Reserve Replacement Ratio Intervensi 1..............................................................48
Gambar 4.21 Grafik Reserve to Production(R/P) Ratio Intervensi 1.....................................................48
Gambar 4.22 Causal Loop Diagram Intervensi 2..................................................................................49
Gambar 4.23 Stock Flow Diagram Intervensi 2....................................................................................50
Gambar 4.24 Perbandingan Cadangan Minyak Hasil Simulasi Skenario Intervensi 2 dan BAU...........52
Gambar 4.25 Perbandingan Produksi BBM Hasil Simulasi Skenario Intervensi 2 dan BAU ...............52
Gambar 4.26 Perbandingan Import BBM Hasil Simulasi Skenario Intervensi 2 dan BAU...................53
Gambar 4.27 Reserves Replacement Ratio untuk Skenario Intervensi 2................................................54
Gambar 4.28 R/P terhadap waktu untuk skenairo intervensi 2..............................................................54
Gambar 4.29 Causal Loop Diagram untuk Skenario Intervensi 3.........................................................55
Gambar 4.30 Stock Flow Diagram skenario intervensi 3......................................................................56
Gambar 4.31 Grafik Perbandingan Hasil Simulasi Cadangan Minyak BAU dan Intervensi 3..............58
Gambar 4.32 Grafik Perbandingan Hasil Simulasi Produksi Minyak BAU dan Intervensi 3................58
Gambar 4.33 Grafik Perbandinga Hasil Simulasi Impor BBM Skenario BAU dan Intervensi 3...........59
Gambar 4.34 Reserve Replacement Ratio untuk skenario Intervensi 3..................................................60
Gambar 4.35 R/P terhadap waktu untuk skenario Intervensi 3.............................................................60

Universitas Pertamina-xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam perencanaan energi nasional hal mendasar yang harus dilakukan adalah prediksi
pasokan (supply) dan kebutuhan (demand). Untuk membuat prediksi pasokan dan kebutuhan energi
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa perangkat analisis yang didasarkan pada
aspek populasi penduduk, pertumbuhan ekonomi, aspek sosial, aspek teknologi, cadangan dan
produksi sumber energi yang ada. Untuk keperluan perencanaan energi di masa depan diperlukan data
dasar (baseline) dari tahun referensi, sebagai contoh tahun 2018 sebagai data dasar untuk prediksi
energi nasional pada tahun 2019 sampai 2050 (untuk kasus skenario Long Range) atau 2019 sampai
2024 (untuk kasus skenario short range). Untuk keperluan analisis prediksi energi jangka panjang
dapat dilakukan menggunakan model LEAP (Long-range Energy Alternatives Planning System) dan
BALMOREL. LEAP dan BALMOREL merupakan perangkat pemodelan untuk analisis permintaan
dan pasokan energi secara terintegrasi yang digunakan dalam perencanaan energi. Pada prinsipnya
dalam pemodelan tersebut mengunakan asumsi – asumsi dan analisis yang dideskripsikan dalam

Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Asumsi – Asumsi dan Analisis Dalam Perencanaan Energi

Sumber: Kementrian ESDM (2016)

Gambar 1.1 menunjukkan asumsi yang digunakan dalam perencanaan energi adalah aspek ekonomi
makro, demografi, indikator energi, kebijakan dan regulasi yang terkait, kebutuhan energi persektor,
sumber energi yang ada, transformasi energi dan pertimbangan penurunan emisi gas rumah kaca.

Universitas Pertamina-1
Bentuk rencana umum energi nasional di indonesia dinyatakan dalam dokumen RUEN (Rencana
Umum Energi Nasional) PP No 22 Tahun 2017. RUEN merupakan kebijakan pemerintah mengenai
rencana pengolahan energi nasional dalam bentuk penjabaran dan rencana pelaksanaan kebijakan
energi nasional. Selanjutnya kebijakan energi nasional (KEN) merupakan kebijakan pengelolaan energi
yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya
kemandirian energi dan ketahanan energi nasional. Isu permasalahan ketahanan energi di Indonesia
saat ini terkait dengan aspek ketersediaan (availability), keterjangkauan (accessibility), kemampuan
membayar (affordability), penerimaan masyarakat (acceptability), dan keberlanjutannya
(sustainability). Isu permasalahan masing – masing aspek dideskripsikan dalam Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Isu Permasalahan Ketahanan Energi di Indonesia


(Sumber: Bappenas,2014)

Salah satu isu ketahanan energi di Indonesia adalah ketersediaan (availability) energi diantaranya
adalah produksi minyak terus menurun, rasio penemuan cadangan / produksi rendah, dan
ketergantungan impor minyak bumi membesar.

Sebagai sumber energi yang bersifat non renewable jika tidak ditemukan cadangan baru maka
permintaan produksi yang semakin tinggi akan menyebabkan cadangan akan semakin
menyusut. Selama 10 tahun terakhir, produksi minyak bumi menunjukkan trend penurunan sekitar 3-
5%/tahun. Penurunan produksi tersebut disebabkan oleh kondisi penemuan cadangan baru yang
sangat terbatas, performa sumur produksi minyak pada lapangan tua yang semakin menurun dan

Universitas Pertamina-2
pengembangan sumur baru melalui POFD (Plan of Further Development) terbatas. Untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri, Indonesia mengimpor minyak bumi sehingga ketergantungan impor Indonesia
mencapai 35%.

Gambar 1.3 Profil Produksi, dan Rasio Ketergantungan Impor Minyak Periode 2009-2018

Sumber : Kementrian ESDM, diolah oleh setjen DEN (2019)

Salah satu isu penting industri migas Indonesia adalah menurunnya investasi migas untuk eksplorasi
dan POFD pengembangan sumur baru pasca penurunan harga minyak yang terjadi pada tahun 2015-
2016 sehingga menyebabkan tingkat discovery dari eksplorasi juga menurun. Untuk meningkatkan
daya tarik investor dalam berinvestasi di sektor industri hulu migas, pemerintah melakukan revisi PP
No. 79 tahun 2010 menjadi PP No. 27 Tahun 2017 mengenai Biaya Operasi yang termasuk dalam
lingkup biaya yang dapat dikembalikan (cost recovery) dan Perlakuan Pajak di Bidang Usaha Hulu
Migas. Hal pokok dari revisi PP No 27 Tahun 2017 adalah berupa fasilitas pengurangan perpajakan
pada masa eksplorasi dan ekploitasi seperti pembebasan PPN, bea masuk dan PPh 22.

Selain itu, pemerintah juga telah mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM No.8 Tahun 2017 tentang
kontrak bagi hasil gross split, yang merupakan skema baru dalam kontrak hulu migas. Melalui skema
baru ini, modal dan resiko kegiatan pada hulu migas sepenuhnya ditanggung oleh kontraktor. Pada
awal tahun 2019 sudah ada 40 kontraktor baru yang menggunakan skema gross split. Kebijakan gross
split juga didukung dengan adanya PP No. 53 Tahun 2017 tentang Perpajakan PSC gross split yang
menghilangkan pengenaan pajak pada tahap eksplorasi hingga produksi tahun pertama.

Angka prediksi dan scenario mengenai produksi dan cadangan di masa depan sampai 2050 telah
digambarkan di dalam RUEN. Kajian mengenai profil produksi, konsumsi dan cadangan yang lebih
realistis perlu dikaji untuk mengetahui gambaran yang akan terjadi di masa depan jika scenario RUEN
tersebut tingkat terjadinya adalah low, base dan high. Analisis sederhana mengenai profil produksi,
konsumsi, perkiraan impor, cadangan, dan parameter dinamika cadangan dan produksi seperti RRR

Universitas Pertamina-3
(Reserves Replacement Ratio) dan R/P (Reserves to Production) dapat dilakukan pemodelan dengan
menggunakan System Dynamics.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi konsumsi, produksi dan dinamika cadangan minyak
Indonesia?
2. Bagaimana model System Dinamics untuk cadangan minyak Indonesia ?
3. Bagaimana cadangan minyak Indonesia menurut Business as Usual (BAU) ?
4. Skenario apa yang diperlukan untuk meningkatkan cadangan dalam rangka memenuhi
kebutuhan energi minyak bumi dimasa yang akan datang

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus yang dijabarkan sebagai
berikut:

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk memahami faktor apa saja yang mempengaruhi cadangan
minyak Indonesia yang akan dimodelkan dalam system dynamics, sehingga didapatkan prediksi
skenario dengan tingkat realistisnya untuk masa yang akan datang.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis apa saja faktor yang mempengaruhi konsumsi, produksi dan cadangan minyak
Indonesia
2. Menganalisis model System Dynamics untuk cadangan minyak Indonesia
3. Menganalisis cadangan minyak Indonesia menurut Business as Usual (BAU)
4. Menganalisi skenario untuk meningkatkan cadangan dalam rangka memenuhi kebutuhan
minyak dimasa yang akan datang

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini mencakup manfaat praktis dan keilmuan yang dirinnci sebagi berikut.

1.4.1 Manfaat Teoritik


Penelitian ini akan memberikan kontribusi teoritis dalam pemodelan system dynamics untuk
prediksi cadangan minyak di Indonesia.

1.4.2 Manfaat Praktis


Memberikan informasi mengenai kajian dinamika cadangan minyak indonesia dan prediksinya
untuk keperluan masukan kebijakan.

Universitas Pertamina-4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Studi literatur atau pustaka mengenai bahasan pemodelan system dynamics untuk analisis dinamika
produksi, konsumsi dan cadangan minyak Indonesia, berkaitan dengan kajian makro mengenai energi
dan pertumbuhan ekonomi, konsep ketahanan energi, kebijakan umum energi nasional dan yang
terkait dengan produksi dan cadangan minyak, dinamika industri minyak, konsep cadangan. Selain itu
akan dikaji mengenai system thinking dan system dynamics yang merupakan pendekatan metode
analisis yang dipakai dalam tugas akhir ini. Kajian pustaka tersebut diharapkan mampu memberikan
pijakan teori dalam melakukan pengolahan dan analisis tugas akhir ini sehingga output kajian yang
berkaitan dengan prediksi, konsumsi, cadangan, RRR, R/P dan intervensi skenario cukup
komprehensif.

2.1 Energi Dan Pertumbuhan Ekonomi

Energi merupakan driver (pendorong) penting yang dibutuhkan oleh sektor energi dalam proses
produksi barang dan jasa. Energi fosil dalam hal ini minyak bumi merupakan jenis energi yang paling
banyak digunakan dalam proses produksi dalam hal sebagai sumber energi, bahan dasar dan bahan
pendukung. Transportasi, mobilisasi dan pembangkit listrik adalah proses dan aktivitas yang
memerlukan penggerak utama berupa BBM dan gas bumi. Energi yang bersumber dari SDA minyak
dan gas bumi (energi fosil) mempunyai jumlah yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui (non
renewable energy) harus dipertimbangkan dalam proses transformasi dan produksi (Spreng, 2003).

Output perekonomian total merupakan agregat dari output dari seluruh sektor. Sektor migas
mempengaruhi sektor-sektor tersebut maka sektor migas berpengaruh terhadap perekonomian.
Penjelasan mengenai bagaimana sektor migas mempengaruhi perekonomian dijelaskan melalui teori
pertumbuhan yang dikembangkan oleh Solow (1956). Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi adalah kapital (tanah dan peralatan), manusia (tenaga kerja) dan teknologi (Solow,1956).
Energi berkaitan erat dengan variabel teknologi. Energi dibutuhkan sebagian besar teknologi agar bisa
dipergunakan dan dimanfaatkan. Energi yang siap pakai tergantung pada bahan dan faktor pembentuk
energi yang saat ini porsi besarnya berasal dari sumber daya alam yang tidak terbarukan yaitu migas.

Menurut Stern (2003) faktor produksi yang fundamental dalam proses produksi adalah energi.
Energi dibutuhkan dalam tahapan-tahapan proses transformasi dalam semua proses produksi. Energi
merupakan masukan yang penting dalam pengembangan dan kemajuan teknologi yang peranannya
sangat penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi melibatkan sarana produksi,
barang modal dan tenaga kerjanya yang merupakan bagian integral, dalam prosesnya membutuhkan
energi. Pada proses tersebut energi yang dibutuhkan merupakan energi yang dikonsumsi selama proses.
Sehingga konsumsi energi dapat dipandang sebagai salah satu pendorong atau sebab dari pertumbuhan
ekonomi (Stern, 2003).

Universitas Pertamina-5
Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan kemampuan suatu negara dalam
memproduksikan barang dan jasa dari tahun referensi ke tahun selanjutnya. Pertumbuhan ekonomi
didasarkan oleh perhitungan peningkatan Produksi Domestik Bruto (PDB) suatu negara. Data PDB
yang digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi adalah data PDB atas dasar harga
konstan. Dengan menggunakan data PDB atas dasar harga konstan, maka pertumbuhan PDB dapat
mencerminkan pertumbuhan secara nyata nilai tambah yang dihasilkan perkonomian dalam periode
tertentu dengan referensi tahun tertentu.

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, konsumsi energi juga meningkat. Peningkatan konsumsi di
Indonesia didominasi oleh energi fosil terutama BBM. Konsumsi energi terdiri dari berbagi sektor
yaitu, sektor industri, rumah tangga, transportasi, komersial dan lainnya. Konsumsi energi Indonesia
meningkat dari 2,51 pada tahun 2000 menjadi 3,90 pada tahun 2014. Peningkatan ini dipengaruhi oleh
meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Energi di Indonesia terbukti memiliki peran yang sangat
penting dalam pembangunan nasional. Peranan energi, terutama migas, dapat dilihat dalam neraca
perdagangan dan APBN. Migas memberi sumbangan sangat berarti dalam penerimaan rutin. Ketika
terjadi oil boom tahun 1970-an, 60-80% penerimaan pemerintah dari total pendapatan pajak langsung
didominasi oleh komponen pajak migas. Dominasi ini berlangsung sampai sekitar 1980-an, setelah itu
mengalami penurunan. Demikian juga halnya dengan proporsi penerimaan pemerintah dari ekspor
migas mencapai angka tertinggi tahun 1981-1982, yaitu sekitar 80% dari total penerimaan ekspor
nasional. Karena itu peran energi di Indonesia layak disebut engine of growth (Yusgiantoro,2000).

Proses transformasi panas dan transformasi energi lainnya digerakkan oleh energi yang berasal dari
sumber daya energi (Fauzi, 2006). Berdasarkan ketersediannya sumber energi dibagi menjadi sumber
energi yang dapat diperbaharui (renewable energy) dan sumber daya energi yang tidak dapat
diperbaharui (non renewable energy). Energi yang dapat diperbaharui adalah tenaga air, panas bumi
(geothermal), tenaga surya, angin dan lain sebagainya. Energi tidak dapat diperbaharui contohnya
adalah energi fosil dan nuklir seperti minyak bumi, batubara, gas bumi, uranium dan lain sebagainya.
Pembagian jenis energi dari aspek komersial, sumber energi dikelompokkan menjadi energi komersial,
non-koemrsial, dan energi baru. Energi yang dapat dipakai dan ekonomis jika diperdagangkan
merupakan energi komersial sedangkan jika dapat dipakai tetapi belum ekonomis merupakan energi
non-komersial. Energi baru adalah energi yang sudah dipakai tetapi ketersediaannya sangat terbatas
dan sedang dalam tahap pengembangan. Energi ini belum dapat diperdagangkan karena belum
mencapai skala ekonomis, misalnya tenaga samudera dan biomassa.

2.2 Ketahanan Energi

Internasional Energy Agency (IEA) menjelaskan ketahanan energi sebagai sumber energi yang
ketersediaannya tidak terputus dengan harga yang terjangkau. Sebagai ukuran yang dipakai untuk

Universitas Pertamina-6
menilai suatu negara akan dikatakan memiliki ketahanan energi apa bila suatu negara memiliki
pasokan energi untuk 90 hari kebutuhan impor setara minyak. Ketahanan energi dianggap menjadi
sebuah hal yang penting karena energi merupakan suatu komponen penting dalam produksi barang dan
jasa. Semua bentuk gangguan yang dapat menghentikan atau menghambat ketersediaan pasokan energi
dalam bentuk bahan bakar primer (BBM, gas dan batu bara) maupun kelistrikan dapat mengakibatkan
turunnya produktivitas ekonomi suatu wilaya dan jika magnitude gangguan sampai pada tingkat
nasioal dapat membuat target pertumbuhan ekonomi meleset dari yang diterapkan.

Menurut Yergin (2006) ketahanan energi menjadi isu global saat Arab Saudi menghentikan
pengiriman minyak mentahnya ke negara-negara industri pada awal dekade 70-an. Pada era tersebut,
minyak merupakan sumber energi yang paling vital bagi negara-negaera Amerika Serikat dan Eropa
barat. Sedangan Arab Saudi merupakan eksportir utama. Pemberhentian ekspor secara sepihak ini
sangat mengganggu aktivitas perekonomian dari negara-negara importir minyak tersebut, yang pada
saat itu hanya bergantung pada minyak Saudi Arabia. Dari kejadian tersebut dunia internasional
akhirnya sadar terhadap seberapa pentingnya menjaga pasokan agar tidak hanya bergantung pada satu
jenis sumber energi dan satu produsen energi.

International energy agency (IEA), suatu negara memiliki ketahanan energi yang mempunyai suatu
akses terhadap energi yang memadai, terjangkau dan dapat diandalkan, termasuk ketersediaan sumber
daya energi, dengan tersedianya energi makan ketergantungan impor dapat dikurangi. Selain itu
gangguan terhadap lingkungan juga menjadi suatu konsep ketahanan negara.

Untuk melihat ketahanan energi suatu negara ada 4 hal yang dapat diukur atau biasanya dikenal dengan
4A, yaitu :

1) Availability, dapat menyediakan energi dari domestik maupun luar negeri.


2) Accessibility, kemampuang untuk mengakses sumber energi yang ada, dengan infrastruktur
yang dimliki, serta mampu mengatasi tantangan geografik dan geopolitik.
3) Affordability, cost dari sebuah investasi di bidang energi, dari mulai cost saat eksplorasi,
produksi dan distribusi, dan cost yang diterima oleh konsumen
4) Acceptability, pengolahan suatu energi yang memiliki keperdulian terhadap lingkungan.

Berikut adalah gambar dari konsep ketahan energi yang memiliki unsur 4a (Availability, Accessibility,
Affordability, Acceptability) :

Universitas Pertamina-7
Gambar 2.4 Konsep Ketahanan Energi

Sumber : Rentra KESDM 2015 - 2019

2.3 Bauran energi dan Posisi Energi minyak indonesia

Peningkatan permintaan minyak pada tahun 2050 akan semakin meningkat menjadi 147 MTOE.
Semakin tingginya permintaan minyak ini disebabkan oleh semakin tingginya permintaan minyak
disektor transportasi yaitu berupa BBM yang diguanakan sebagai bahan campuran biodiesel dan
bioetanlon maupun BBM murni (bensin,solar dan avtur). Pada tahun 2050 permintaan EBT akan
mencapai 275 MTOE sehingga membuat pangsa EBT meningkat menjadi 29%. Penyediaan EBT yang
meningkatkan dikarenakan pengaruh dari optimalisasi pemanfaatan solar cell, biomasa, panas bumi,
dan air untuk pembangkit listrik serta substitusi BBM dengan BBN terutama pada sektor transportasi.
Perkembangan bauran energi selama periode proyeksi dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.5
Perkembangan Bauran Energi Primer Skenario BAU

Sumber: ESDM, Content outlook energi indonesia (2019)

Pada skenario PB (Perkembangan Bauran), penyediaan energi primernya lebih kecil dibandingkan
dengan skenario Bau yaitu 828 MTOE pada tahun 2050. EBT pada bauran energi primer pada skenario
PB lebih besar dibandingkan skenario BaU, yaitu 23% pada tahun 2025 dan 32% pada tahun 2050.
Angka ini sesuai dengan target yang suda tercantum dalam KEN maupun REUN. Perbandingan bauran
energi primer skenario PB pada tahun 2025 dan 2050 dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Universitas Pertamina-8
Gambar 2.6 Perbandingan Bauran Energi Primer Skenario PB

Sumber: ESDM, Content outlook energi Indonesia 2019

Pada skenario RK, bauran energi primer yang khususnya adalah EBT akan mengalami peningkatan
yang cukup signifikan yaitu sebesar 36% pada tahun 2025 dan 58% pada tahun 2050. Salah satu
penyebab tingginya share EBT pada skenario RK adalah penerapan campuran BBN yang tinggi (E85
dan B100). Pada tahun 2050 diprediksikan akan menggunakan B100, yang memungkinkan tersedianya
teknologi yang dapat memproduksi POME dengan luas terbatas dan tingkat produksi tinggi.

Gambar 2.7 Perbandingan Bauran Energi Primer Skenario RK

Sumber: ESDM, Content outlook energi indonesia 2019

Pada Gambar 2.4 dapat dilihat perbandingan bauran energi primer dari skenario RK pada tahun 2025
dan 2050. Kenaikan konsumsi minyak atau BBM sebenarnya tidak akan menimbulkan permasalahan,
jika kenaikan itu dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan membuat masyarakat menjadi
sejahtera.

Universitas Pertamina-9
Pada Gambar 2.5 mengenai PDB berbagai negara terlihat seberapa maksimal konsumsi tersebut dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Rasio PDB ini dengan konsumsi
energi ($/Kg setara minyak). Posisi indonesia masih di bawah dari negara – negara tetangganya.

Gambar 2.8 Rasio PDB Indonesia dan berbagai negara


Sumber : World Bank (2013)

2.4 RUEN (Rencana Umum Energi Nasional)

Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) merupakan amanat Undang-Undang (UU) Nomor 30
Tahun 2007 tentang Energi. Berdasarkan amanat Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang tersebut,
pemerintah menyusun rancangan RUEN berdasarkan Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan Pasal 12
ayat (2) huruf b mengamanatkan Dewan Energi Nasional (DEN) bertugas untuk menetapkan RUEN.

Berdasarkan PP Nomor 79 Tahun 2014 tetang KEN, cadangan energi nasional terdiri dari cadangan
operasional, CPE dan cadangan strategis. Menurut UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang minyak dan gas
bumi, cadangan operasional yang mencakup cadangan BBM nasional disediakan oleh badan usaha.
Hingga saat ini ketersediaan cadangan operasional BBM masih bersifat sukarela (voluntary) oleh
Pertamina yaitu hanya sekitar 21-23 hari konsumsi BBM dan belum pernah ditetapkan oleh pemerintah
menjadi keharusan kepada badan usaha sejak diamanatkan UU nomor 22 Tahun 2001 tentang minyak
dan gas bumi.

Pasokan energi primer untuk pemenuhan kebutuhan minyak bumi dalam negeri terdiri dari minyak
mentah serta impor BBM. Minyak mentah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sebagian
diperoleh dari produksi minyak dalam negeri dan impor. Minyak mentah tersebut diolah untuk di
jadikan BBM dan produksi lainnya. BBM ini akan dimanfaatkan untuk bahan bakar pembangkit listrik

Universitas Pertamina-10
dan sektor pengguna lainnya. Ilustrasi arus kebutuhan pasokan minyak bumi dapat dilihat pada gambar
berikut.

Gambar 2.9 Ilustrasi Arus Kebutuhan Pasokan Minyak Bumi

Sumber : ESDM, Content Rencana Umum Energi Nasional

Dari hasil pemodelan pasokan energi primer minyak bumi dalam bauran energi primer tahun 2025
adalah sebesar 24,7% (98,7 MTOE) dan pada tahun 2050 sebesar 19,5% (197,7 MTOE). Dalam KEN
target energi primer minyak bumi yaitu kurang dari 25% pada tahun 2025 dan kurang dari 20% pada
tahun 2050, porsi bauran energi primer minyak bumi sudah sesuai dengan target energi primer. Pada
tabel dibawah ini dapat dilihat proyeksi pasokan minyak bumi hingga tahun 2050.

Tabel 2. 1 Tabel Hasil Pemodelan Pasokan Energi Primer Minyak Bumi Tahun 2015-2050

Energi
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2025 2030 2040 2050
Primer
Minyak
75,7 76,4 77,7 79,3 81,4 82,8 98,7 112,9 150,9 197,7
Bumi

Sumber : ESDM, Content Rencana Umum Energi Nasional

Terkait dengan prediksi produksi minyak yang terdapat dalam RUEN dideskripsikan dalam Gambar
2.8. Skenario yang diprediksikan adalah perlunya peningkatan produksi yang berasal dari eksplorasi
dan kegiatan EOR (Enhanced Oil Recovery).

Universitas Pertamina-11
Gambar 2.10 Skenario RUEN untuk Industri Hulu Minyak

Sumber: RUEN (2017)

Kegiatan EOR dan potensi tambahan produksi dan eksplorasi diprediksikan sudah mulai pada tahun
2020. Tetapi secara actual kegiatan EOR baru yang bukan pilot project belum dilaksanakan dan target
tambahan eksplorasi sepertinya juga belum sesuai rencana tersebut. Target tersebut perlu dianalisis
kembali apakah bisa tercapai sesuai target dan bagaimana tingkat realisasinya.

2.5 Dinamika Industri Hulu Minyak

Dinamika industri migas merupakan gambaran hubungan antara variabel-variabel yang saling
mempengaruhi dalam pengusahaan migas yang mencakup variabel utama berupa produksi, konsumsi,
cadangan, investasi, biaya, teknologi dan juga lingkungan. Sebagai contoh investasi akan berpotensi
meningkatkan penemuan dan IOR (Improved Oil Recovery). Penemuan dan IOR berpotensi
meningkatkan cadangan tebukti yang akan berpengaruh kepada peningkatan rasio cadangan (RRR dan
R/P). Peningkatan permintaan akan berpengaruh kepada peningkatan produksi dan akan
mempengaruhi pengurangan cadangan terbukti. Selanjutnya untuk merubah cadangan belum terbukti
menjadi terbukti diperlukan biaya dan teknologi. Biaya dan aspek menjaga kelestarian lingkungan akan
mempengaruhi keuntungan investor. Deskripsi menegnai dinamika industri hulu minyak ini dijelaskan
oleh Gambar 2.8.

Universitas Pertamina-12
Gambar 2.11 Dinamika Industri Hulu Minyak

Sumber: Partowidagdo (2009)

2.6 Minyak Bumi Sebagai Bahan Bakar

Minyak bumi merupakan sumber daya alam yang berasal dari dalam bumi yang berbentuk cairan
yang dapat digunakan sebagai bahan baku industri dan sebagi bahan bakar. Minyak bumi memliki
senyawa yang kompleks dengan unsur utama atan Hidrogen (H) dan karbon (C), sehingga disebut juga
senyawa hidrokarbon (CxHy). Satuan berat dari minyak dinyatakan dengan oAPI. Semakin besar oAPI
makan minyak akan semakin ringan. Dari nilai oAPI dapat diketahui beberapa kategori minyak antara
lain yaitu, minyak ringan, minyak berat, atau kondensat (gas).

Untuk mengangkat minyak bumi yang ada di bawah permukaan perlu dilakukan proses
pengeboran terlebi dahulu. Setelah pengeboran sumur eksplorasi menemukan minyak bumi, maka
selanjutnya dibuat sumur di beberapa tempat di sekitarnya ntuk memastikan apakah minyak bumi yang
ada nilainya ekonomis untuk dilakukan pengembangan. Jika dinilai ekonomis maka dilakukan
pengeboran sumur pengembangan (development well) untuk mengambil minyak bumi sebanyak
mungkin. Minyak mentah merupakan campuran yang tersusun dari berbagai senyawa hidrokarbon.
Pada prosesnya minyak mentah akan mengalami sejumlah proses yang akan memisahkan komponen
hidrokarbon yang akan mengubah struktur dan komposisinya sehingga diperoleh produk yang
bermanfaat untuk bahan bakar minyak, bahan baku indsustri, dan macam – macam produk lainnya.
Kilang minyak merupakan fasilitas industri dengan berbagai jenis peralatan proses dan fasilitas
pendukungnya. Tahapan yang paling umum untuk memisahkan minyak bumi menjadi bermacam –
macam komponen (fraksi) dilakukan dengan pemanasan dalam tangki bertingkat, lalu disetiap tingkat

Universitas Pertamina-13
uap – uap minyak mengembun dan menjadi produk mintak sesuai dengan tingkatanya. Proses
pemisahan ini didasari dari perbedaan titik didih masing – masing komponen. Setelah keluar minyak
dari masing – masing tingkatan, proses selanjutnya adalah mencampur dengan bahan aditif sesuai
dengan yang diinginkan (Sa’adah dkk, 2017).

Menurut Sa’adah dkk (2017), minyak mentah dapat sebagai bahan bakar setelah melalui proses
penyulingan dan pengolahan yang disebut dengan refinery, yaitu proses rekayasa kimia yang sangat
kompleks. Proses dara pengilangan minyak adalah distalasi (penyulingan) dan cracking (pemecahan).
Produk – produk yang dapat dihasilkan dari kilang minyak bumi antara lain:

 Petroleum Gas (LPG) yang biasanya digunakan untuk pemanasan dan memasak,
 Naphtha, sebagai bahan intermediet lajut untuk pembuatan bensin
 Bensin (gasoline), digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor. Nilai mutu jenis BBM
dihitung berdasarkan nilai RON (Randon Octane Number).
 Avgas, digunakan untuk bahan bakar pesawat terbang mesin propeler.
 Avtur, digunakan untuk bahan bakar pesawat terbang mesin turbin.
 Minyak tanah (kerosin), digunakan untuk membuat avtur bahan bakar pesawat (jet), bahan
bakar traktor, dan memasak.
 Minyak diesel (gas oil), digunakan untuk bahan bakar pada industri.
 Minya pelumas, digunakan untuk minyak pelumas mesin, gemuk, dan minyak pelumas
lainnya.
 Residu dari minyak juga bisa dimanfaatkan untuk digunakan sebagai aspal, tar, coke dan lilin.

2.7 Minyak Bumi Sebagai Faktor Produksi

Produksi adalah suatu proses dalam menghasilkan suatu output, dimana output tersebut
didapatkan dari proses mengubah input menjadi output yang membuat nilai dari barang tersebut
bertambah. Input adalah suatu barang atau jasa yang diperlukan dalam proses produksi. Dalam suatu
ilmu ekonomi terdapat fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang dapat menunjukkan keterkaitan antara
hasil produksi fisik dengan faktor – faktor produksi. Fungsi produksi menunjukkan sifat hubungan
diantara faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan. Faktor produksi memiliki suatu istilah
yang disebut input dan jumlah produksi disebut output (Sukirno 2010: 195).

Menurut Partowidagdo (2009) produksi adalah output dari pengusahaan migas. Untuk
mengetahui keuntungan memerlukan data produksi tiap tahun. Produksi tergantung inputnya, sehingga
dapat fungsi produksi selalu dinyatakan dengan bentuk rumus sebagai berikut :

Q=f ( K , L , R , T )

Keterangan :

Q = Jumlah Produksi yang dihasilkan

K = Jumlah modal

L = Tenaga Kerja

Universitas Pertamina-14
R = Kekayaan Alam

K, L, R, T adalah besaran-besaran yang mempengaruhi comparative advantage (keunggulan


komparatif) suatu daerah atau negara.

Karena migas diproduksikan dari prospeknya maka jumlah produksi maksimal migas
tergantung pada cadangan terbukti (sumber daya alam). Migas diproduksikan melalui sumur maka
besarnya produksi tergantung jumlah sumur. Biaya sumur adalah biaya terbesar dari pengusahaan
migas. Disamping sumur juga dibutuhkan peralatan-peralatan untuk produksi dan transportasi migas
serta biaya pengelolaan. Untuk itu dibutuhkan kapital yang besar serta sumber daya manusia yang
profesional. Industri migas adalah industri yang membutuhkan teknologi tinggi. Terobosan teknologi
dibidang perminyakan adalah dibidang lepas pantai (offshore) yang menyebabkan biaya lebih murah
serta EOR (Enhanced Oil Recovery) dan pemboran horizontal yang keduanya bisa memproduksikan
minyak lebih banyak, pemboran miring yang menghemat lahan serta seismik 3D yang lebih teliti
(Partowidagdo, 2009).

2.8 Investasi Hulu Minyak

Investasi dapat diartikan sebegai pengeluaran atau penanaman modal untuk membeli suatu
barang – barang modal dan kelengkapan produksi untuk menambah kemampuan produksi barang dan
jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 2010: 121). Investasi dalam perspektif makro adalah
tindakan dari sektor perusahaan dalam membeli barang – barang modal. Penanaman modal atau
investasi dalam teori ekonomi adalah pengeluaran untuk membeli barang modal dan peralatan produksi
dengan tuhuan untuk mengganti atau untuk menambah barang modal dalam perekonomian yang akan
datang. Dengan kata lain investasi adalah upaya untuk mengingkatkan kapasitas produksi dalam suatu
perkonomian.

Kegiatan investasi hulu migas, merupakan jenis investasi yang “unik”. Secara garis besar
industri hulu migas memiliki empat karakter utama, yaitu terdiri atas: Pendapatan baru diterima setelah
bertahun-tahun pengeluaran direalisasikan; Industri ini memiliki risiko dan ketidakpastian tinggi serta
melibatkan teknologi cangih, industri hulu migas memerlukan investasi yang sangat besar, serta
menjanjikan keutungan yang sangat besar (Iskandar dkk, 2016).

Menurut Iskandar dkk (2016) untuk dapat meningkatkan ketahanan energi dan penerimaan
negara dari migas, maka operasi hulu migas sangat mendesak untuk ditingkatkan. Namun dengan
kondisi keuangan negara, dan dengan memperhatikan risiko investasi dari operasi hulu migas serta
kemampuan teknologi yang belum sepenuhnya dikuasai dalam negeri, maka saat ini negara masih
membutuhkan suatu investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/ FDI) untuk meningkatkan
operasi hulu migas di Indonesia. Pemerintah dalam hal ini perlu membuat suatu kebijakan yang dapat
menarik FDI pada industri hulu migas.

Dalam kurun waktu 2010-2017 realisasi investasi minyak selalu dibawah target. Penurunan
investasi terjadi sejak tahun 2014 yang diantaranya diakibatkan oleh penurunan harga minyak mentah
dunia yang menyebabkan investor enggan untuk berinvestasi.

Universitas Pertamina-15
Gambar 2.12 Target dan Realisasi Investasi Hulu Migas Periode 2010-2017
Sumber: KESDM (2018)

Gambar 2.9 menunjukkan realisasi investasi hulu migas yang di bawah target selama 2010-2017.
Kondisi ini perlu menjadi perhatian mengenai kemungkinan realisasi produksi minyak dan peningkatan
cadangan ke depan yang dinyatakan dalam RUEN apakah realistis dan bagaimana jika tercapai 25%,
50% dan 75%.

2.9 Cadangan Minyak

2.9.1. Konsep Cadangan Minyak

Konsep cadangan minyak secara umum telah didefinisikan dalam PRMS (Petroleum Resources
Management System). Konsep cadangan untuk setiap proyek diklasifikasikan menjadi tiga kelas utama
yaitu Cadangan (Reserves), Sumber Daya Kontingen (Contingent Resources) dan Sumber Daya
Prospek (Prospective Resources). Cadangan dikelompokkan menjadi 3 yaitu cadangan terbukti
(Proven), Probable dan Possible. Cadangan harus memenuhi kriteria sudah discovery dan komersial.
Sedangkan contingent sudah discovery tetapi masih sub komersial sedangkan prospek belum
discovery. Gambaran mengenai cadangan, sumber daya kontinjen dan prospek menurut PRMS
dinyatakan dalam Gambar 2.10.

Universitas Pertamina-16
Gambar 2.13 Kosnep cadangan, sumber daya kontinjen dan prospek menurut PRMS

Sumber: PRMS (2011)

Cadangan adalah cadangan minyak yang jumlahnya sudah dapat dibuktikan dengan derajat
kepastian yang tinggi atas dasar sebagai berikut :

1. Hasil analisis kuantitatif sumur yang dapat dipercaya.


2. Penelitian dan pengujian kandungan lapisan yang berhasil.
3. Kandungan hidrokarbon dari reservoir yang sudah menghasilkan pada tingkat produksi
komersial.
4. Dapat diperkirakan berada di dalam radius pengurasan sumur yang memproduksikannya.

Cadangan terbukti dibagi menjadi dua, yakni cadangan terbukti pada lapangan yang sudah
berproduksi dan cadangan terbukti pada lapangan yang belum berproduksi.

2.9.2. RRR (Reserve Replacement Ratio)

Rasio yang digunakan pemangku kepentingan untuk menganalisis kinerja operasi perusahaan dalam
industri eksplorasi dan produksi minyak. RRR adalah fungsi dari jumlah minyak yang ditambahkan ke
cadangan terbukti perusahaan dibandingkan dengan jumlah total minyak yang diproduksi perusahaan
selama tahun itu. Dengan asumsi permintaan stabil, jika rasio ini jatuh di bawah 1: 1 maka perusahaan
memanfaatkan cadangannya dan pada akhirnya akan kehabisan minyak.
Pertambahanreserve pada suatutahun
RRR=
Volume produksi pada satutahun

Universitas Pertamina-17
2.9.3. Reserve to Production Ratio (R/P)

Dengan melakukan perbandingan antar reserve dengan produksi, maka akan didapatkan umur dari
cadangan minyak yang ada. Dengan ini pemerintah dapat melakukan estimasi terhadap umur cadangan
yang ada.
Reserve pada suatu tahun
R/ P=
Volume produksi per tahunn

2.10 Metode Perkiraan Cadangan Minyak

Cadangan, terutama yang terbukti, adalah sangat penting untuk pengusahaan migas karena
cadangan terbukti adalah stock perusahaan. Apabila telah terjadi produksi, maka cadangan terbukti
sering disebut estimated remaining reserves atau cadangan terbukti yang tertinggal. Jumlah produksi
dan cadangan terbukti yang tertinggal disebut estimated ultimate recovery atau cadangan ultimate.
Jumlah total minyak didalam tanah disebut original oil in place (OOIP). Hanya sebagian dari OOIP
yang bisa diproduksikan, sehingga menjadi cadangan terbukti.

EUR = CUM + ERR

EUR = Estimated Ultimate Recovery = Cadangan Ultimate

CUM = Produksi Kumulatif

ERR = Estimated Remaining Reserves (Cadangan terbukti yang tertingal)

OOIP = N = Original Oil in Place (minyak awal di tempat)

Recovery Factor (RF) adalah presentase dari OOIP yang dapat diproduksikan.

Terdapat beberapa metode perhitungan cadangan yang pemilihannya tergantung pada berapa banyak
data, waktu, dan dana yang kita miliki, yaitu: Analogi, Volumetrik , Decline Curves , Material
Balance dan Simulasi Reservoir. (Partowidagdo, 2009)

2.10.1 Metode Analogi

Analogi dilakukan apabila data minim (misal sebelum eksplorasi). Perlu diingat bahwa
seminimum apapun datanya, pembuat keputusan memerlukan angka cadangan dan keekonomian
dengan menggunakan Barrels per Acre Foot (BAF).

 (1 - Swi)RF
BAF  7758
Boi

Universitas Pertamina-18
Keterangan :

BAF = Barrel acre foot

Ø = porositas batuan, fraksi

Swi = saturasi air formasi mula-mula, fraksi

Boi = faktor volume formasi minyak mula-mula, bbl/STB

7758 = faktor konversi, bbl/acre-feet

RF = Recovery Factor, Fraksi

2.10.2 Metode Volumetrik

Perhitungan cadangan secara volumetric didasarkan pada perhitungan OOIP (Original Oil in
Place) dan angka Rceovery factor (RF). Cadangan yang mungkin terambil disebut EUR (Economic
Ultimate Rceovery). Gabungan antara rumus OOIP dan RF untuk menghirung EUR dinyatakan sebagai
berikut.

Keterangan :

A = Area luasan dari reservoir, Acre

h = ketebalan reservoir, feet

Ø = porositas batuan, fraksi

Swi = saturasi air formasi mula-mula, fraksi

Boi = faktor volume formasi minyak mula-mula, bbl/STB

7758 = faktor konversi, bbl/acre-feet

RF = Recovery Factor, Fraksi

2.10.3 Metode Decline Curves


Merupakan plot dari produksi terhadap waktu (statistik).

Universitas Pertamina-19
2.10.4 Metode Material Balance

Dasar teorinya :

Volume yang diproduksi = Volume awal ditempat – Volume tertinggal

Untuk melakukannya dibutuhkan pengetahuan teknik reservoir.

2.10.5 Metode Simulasi Reservoir

Terdiri dari membuat atau memilih model, mengumpulkan dan memasukan data ke model,
history matching dan peramalan. Untuk melakukannya dibutuhkan pengetahuan teknik reservoir dan
teknik komputer.

Perbandingan metode perhitungan cadangan terkait data yang dibutuhkan, kelebihan dan
kekurangannya diperlihatkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Metode Penentuan Cadangan

Sumber: Partowidagdo (2009)

2.11 Sistem Rantai Bisnis Hulu dan Hilir Minyak


Secara umum, terdapat lima tahapan dalam kegiatan industri migas, yaitu eksplorasi, produksi,
pengolahan, transportasi, dan pemasaran. Dari semua kegiatan pokok ini terbagi lagi menjadi dua
kegiatan, yaitu kegiatan hulu (upstream) dan kegiatan hilir (downstream). Kegiatan hulu migas

Universitas Pertamina-20
meliputi dua kegiatan utama, yaitu eksplorasi dan produksi. Dan pada aktivitas hilir mencakup
pengolahan, transportasi, dan pemasaran.

Gambar 2.14 Gambar Rantai Bisnis Eksplorasi Dan Eksploitasi Energi Minyak

Sumber : Detik.com

Kegiatan hulu migas ini memegang peran yang sangat penting karena merupakan awal dari rantai
panjang bisnis migas. Studi geologi, studi geofisika, survei seismik, dan pengeboran eksplorasi
merupakan tahap yang paling awal dari kegiatan hulu migas. Dengan kegiatan ini akan di dapatkan
cadangan migas baru. Setelah cadangan migas dinilai ekonomis maka akan dilanjutkan pada tahap
produksi dan yang terakhir akan di distribusikan pada konsumen.

2.12 System Thinking

Sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan unsur yang saling berhubungan, bergantungan,
dan berinteraksi untuk melakukan suatu fungsi. Sistem terdiri atas beberapa subsistem (unsur,
komponen), sistem akan menjadi subsistem dari suatu sistem yang lebih besar. Karakteristik sistem
bersifat menyeluruh, yang hanya muncul apabila sistem tersebut bekerja. Karakteristik sistem tidak
dimiliki oleh subsistem- subsistem yang membangun sistem. Semua subsistem mempunyai keterkaitan
dan pengaruh pada sistem yang dibangunnya. Keterkaitan mengakibatkan kompleksitas (Detail

Universitas Pertamina-21
Complexity dan Dynamic Complexity). Detail Complexity adalah besarnya jumlah subsistem yang
membangun sistem. Dynamic Complexity adalah besarnya jumlah keterkaitan antar subsistem yang
membangun sebuah sistem. Sistem mempunyai umpan balik (feedback). Sistem mempunyai
pengungkit (leverage), yaitu unsur yang sensitif dalam sistem, yang dengan upaya perubahan yang
kecil saja dapat menyebabkan respon (perubahan) yang besar pada perilaku sistem (Soesilo, 2019).
Berfikir sistemik merupakan cara pandang terhadap suatu kejadian dengan memikirkan seluruh
interaksi antar unsur (variabel) dalam batas lingkungan tertentu. Sudut pandang yang menyeluruh
dikenal dengan Systemic dan cara berfikir yang digunakan adalah System Thinking (Capra &
Luisi,2014).

Suatu sistem selalu memiliki sub sistem dan setiap sub sistem atau unsur – unsur yang
dimililiki saling berkaitan, berhubungan dan berinteraksi untuk menjalanan kinerja atau fungsi utama
sistem. Sistem adalah bagian dari dunia nyata yang terdiri dari unsur – unsur yang saling berhubungan
untuk mencapai tujuan tertentu. Sebuah fenomena yang terdiri atas banyak elemen yang diorganisir
dalam struktur yang berjenjang penyusun tersebut biasanya sering dipahami dengan sistem yang
kompleks. Setiap sistem memiliki karakteristik utama yaitu :

1. Untuk mencapai tujuan secara optimum semua unsur atau sub sistem penyusun sistem harus
ada.
2. Untuk mencapai tujuannya semua unsur atau sub sistem penyusun sistem diatur secara
tertentu.
3. Sebuah sistem memiliki tujuan tertentu di dalam sistem yang lebih besar
4. Sistem mampu mengola keseimbangannya dengan penyesuaian dan fraktuasi
5. Sistem memiliki feedback.

Analisis adalah mengurai sistem menjadi subsistem dengan tujuan memahami karakter masing-
masing subsistem. Sintesis adalah membangun subsistem-subsistem menjadi sistem dengan tujuan
memahami karakter sistem. Tujuan dari analisis sistem adalah memahami (to understand), Optimisasi
(to optimize), dan Peramalan (to predict).

Systems thinking adalah cara memandang masalah sebagai sebuah sistem; yaitu memandang
masalah secara menyeluruh (whole-ness) dan adanya keterkaitan antar bagian sistem (connectedness).
Paradigma systems thinking terdiri dari Dynamic thinking: memahami bahwa dunia tidak statis, semua
selalu berubah; Operational thinking: memahami perubahan fisik (nyata) dan bagaimana hal itu
terjadi dan Closed-loop thinking: memahami bahwa sebab dan akibat itu tidak selalu linier, dan akibat
(effect) dapat menjadi sebab (cause)baru yang mempengaruhi sebab awal (Richmond, 1997 dalam
Maani & Cavana, 2000).

System thinking terkait dengan ketahanan energi minyak bumi akan terkait dengan paradigma
Systems thinking yaitu memahami cadangan yang ada, dinamika peningkatan cadangan, kebutuhan dan
dinamikanya, tingkat kemampuan produksi, dan impor minyak yang dibutuhkan. Kebutuhan minyak
bumi terkait dengan kebutuhan minyak per kapita dan jumlah populasi penduduk. Perubahan cadangan
terkait dengan adanya pertambahan dari discovery eksplorasi maupun inkremental cadangan dari
POFD (Plan of Further Development) dan teknologi EOR (Enhanced Oil Recovery). Kemampuan
produksi dipengaruhi oleh behavior dari kemampuan reservoir seiring dengan penurunan produksi dan

Universitas Pertamina-22
peningkatan fraksi air, teknologi produksi dan penambahan sumur baru. Sementara discovery
eksplorasi dan peningkatan EOR dipengaruhi oleh investasi, perkembangan teknologi eksplorasi dan
eksplotasi dan regulasi di suatu negara. Terkait dengan paradigma system thinking maka faktor –
faktor yang terkait dengani unsur – unsur sistem perlu dikaji secara terintegrasi termasuk pengaruh
dan keterkaitan antar unsur sistem tersebut.

System Thinking digunakan untuk meninjau beberapa jenis sistem dan perspektif yang sama,
sehingga membentuk sebuah diagram Causal Loop yang sama pula. Cara Systems Thinking ini
biasanya diikuti dengan pembentukan dan pengujian model dengan menggunakan simulasi serta
pengujian alternatif kebijakan atau rekomendasi model. Proses inilah yang disebut System Dynamics.

2.13 System Dynamics

Pendekatan System Dynamics dapat digunakan untuk menginterpretasikan hubungan yang


kompleks antara aksi manusia dan hubungan sosial-biologi-fisika. Sistem dynamics merupakan metode
yang sudah establish yang dapat diterapkan untuk studi suatu sistem pada berbagai bidang. Contohnya
seperti bidang menejemen, analisis kebijakan, ekonomi, energi, dan perubahan iklim.

System dynamics adalah sebuah pendekatan yang menyuluruh dan terpadu, yang mampu
menyederhanakan masalah yang rumit tanpa kehilangan esensi atau unsur utama dari obyek yang
menjadi perhatian. Sytem Dynamics adalah suatu perspektif dan seperangkat instrumen konseptual
(conceptual tools) yang membantu kita untuk memahami sebuah struktur dan dinamika dari suatu
sistem kompleks. Menurut soesilo dan Karnusia, System Dynamics digunakan untuk mempelajari
sebuah sistem dengan tiga tujuan, yaitu memahami sistem, mengoptimasi kinerja sistem, dan
memprediksikan kinerja sistem.

Sebuah sistem yang kompleks akan terdiri dari berbagai komponen dan lapisan sub sistem
dengan interkonektivitas yang nonlinier. Hal ini akan mempersulit proses pengenalan, pengolahan
serta prediksi yang harus dilakukan. Selain itu, sistem yang kompleks melibatkan orang, organisasi,
masalah serta kebijakan yang mempengaruhi keutuhan suatu sistem. Karakter dan komponen sistem
yang kompleks tersebut akan menyebabkan tingginya tingkat ketidakpastian dan akan perlu dilakukan
pendekatan System Dynamics. Kesuksesan dalam memecahkan masalah yang kompleks melalui
pendekatan Sytem Dynamics akan sangat bergantung dengan pelaksananya, bagaimana mental model
dan kebiasaan dalam mengelola kompleksitas yang saling berhubungan tersebut. Desain yang efektif
dan efisien tidak bisa dicapai tanpa adanya pemahaman yang komprehensif terhadap seluruh
komponen system.

Metode System Dynamics adalah salah satu alat analisi yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi dampak jangka pendek dan jangka panjang dari suatu kebijakan. Menggunakan System
Dynamics dapat membantu untuk memahami perilaku sistem yang kompleks sehingga dapat
meningkatkan efektivitas perencanaan kebijakan dan pemecahan masalah System Dynamics
menggunakan Feedbcak Loop. Stock dan Flow membantu menggambarkan bagaimana sebuah sistem
dihubungkan oleh Feedback Loop yang menyebabkan kenonlinieran yang sering ditemukan pada
kehidupan sehari – hari. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan model

Universitas Pertamina-23
System Dynamics, yaitiu model harus dapat menggambarkan dunia nyata dan spesifik untu
penyelesaian masalah tertentu.

Menurut Soesilo (2019) ciri dari system dynamics adalah berubah sejalan dengan perubahan
waktu (dynamics), masalah yang kompleks (complexity):detail complexity, dan dynamic complexity,
Non-linier (nonlinearity) dan adanya umpan balik (feedback). Dalam pemecahan masalah dan
analisisnya, metode system dynamics menggunakan cara kerja yang dideskripsikan oleh Gambar 2.11
(Soesilo, 2019).

Gambar 2.15 Metode Kerja System Dynamics

Sumber : Soesilo (2019)

Problem structuring merupakan penelaahan story dari permasalahan yang selanjutnya akan
dimodelkan dalam CLD (Causal Loop Diagram). Proses ini merupakan tahap dari Story to Structure.
Selanjutnya dari causal loop model akan diubah menjadi SFD (Stock Flow Diagram), Proses ini
merupakan tahap dari Structure to Behavior.

Kajian mengenai penerapan System Dynamics untuk analisis dinamika cadangan minyak telah
dilakukan untuk kasus di luar negeri seperti China ( Zhang et al, 2010). Penerapan System Dynamics
dalam bentuk CLD dan SFD untuk keperluan prediksi dideskripsikan oleh Gambar 2.12 dan Gambar
2.13.

Universitas Pertamina-24
Gambar 2.16 Casual Loop diagram (CLD) untuk analisis cadangan minyak

Sumber : Zhang et al (2010)

Gambar 2.17 Stock and Flow diagram (SFD) untuk analisis cadangan minyak
Sumber : Zhang et al.(2010)

Universitas Pertamina-25
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif dengan menggunakan metode kuantitatif.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari data variabel penelitian dalam
system dynamics yaitu data populasi penduduk, data kebutuhan minyak, data produksi minyak, data
impor minyak, data cadangan minyak, data tambahan dan cadangan per tahun pada kurun waktu 2008
-2018. Data tersebut diperoleh dari Kementrian ESDM, Badan Pusat Statistik dan data – data dari
sumber lainnya yang mendukung penelitian ini. Dalam melakukan pengolahan data, penulis melakukan
pendekatan sistem dinamik.

Pengambilan data untuk melakukan penelitian diambil dari internet, pada situs yang terpercaya
seperti SKK Migas, Badan Pusat Statistik, Kementrian ESDM, dan lain lain.

3.3 Metode Analisis Data

Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis data dengan menggunakan model system
dynamics, dimana analisis ini dilakukan dengan beberapa proses yaitu sebagai berikut :

3.3.1 Konseptualisasi (From Story To Structure)

1. Deskripsi Singkat
Deskripsi singkat ini dimaksudkan untuk menjelaskan substansi dan ruang lingkung masing-
masing subtopik pelatihan pada topik konseptualisasi.

2. Memahami Fungsi dan Kinerja Sistem


Sebelum menyusun model, sistem yang sebenarnya perlu dipelajari terlebi dahulu untuk
memahami fungsi sistem dan kinerja sistem. Kinerja sistem diketahui berdasarkan data
referensi yang menunjukkan dinamika indikator kinerja sistem atau dinamika State of the
system. Berdasarkan pemahaman sistem yang diamati, disusun deskripsi sistem atau story.

3. Mengidentifikasi Permasalahan Sistem


Setelah memahami fungsi dan kinerja sistem, selanjutnya permasalahan sistem diidentifkasi
dengan membandingkan data referensi dan kinerja sistem yang ideal atau diharapkan. Kinerja
sistem bermasalah apabila terdapat kesenjangan antara kinerja sistem hasil observasi dengan
kinerja sistem yang diharapkan. Permasalahan sistem adalah bagian dari deskripsi atau story.

4. Menetapkan Tujuan Pemodelan


Berdasarkan pemahaman fungsi dan kinerja sistem, serta permasalahan sistem, pemodel
menetapkan tujuan permodelan.

Universitas Pertamina-26
5. Menentukan Batas dan Unsur-Unsur Sistem
Tujuan permodelan selanjutnya digunakan sebagai pedoman penetapan batas sistem (System
Boundary) dan penetapan unsur-unsur yang menjadi komponen model, agar model tidak terlalu
sederhana atau tidak terlalu kompleks

6. Penyusunan Kerangka Konsep dan Causal Loop Diagram (CLD)


Komponen-kompenen model yang telah teridentifikasi disusun berdasarkan hubungan dan sifat
hubungan sebab-akibat menghasilkan kerangka konsep Systema Dynamics yang kemudian
digambarkan dalam Casual Loop Diagram (CLD).

3.3.2 Penyusunan Stock Flow Diagram (From Structure To Behavior)

1. Deskripsi singkat
Deskripsi singkat dimaksudkan untuk menjelaskan substansi dan ruang lingkup masing-
masing subtopik pelatihan pada topik penyusunan Stock Flow Diagram (SFD).

2. Penetapan Stock
Pada tahap awal penyusunan SFD, pemodel perlu menetapkan variabel stock terlebih dahulu.
Stock adalah variabel yang bersifat akumulatif, memiliti initial state dan menginformasikan
state of the system yang menjadi konsep dasar Stock Flow Diagram. Tidak semua variabel
dalam CLD adalah variabel stock. Penetapan stock dilakukan dengan mengidentifikasi
variabel-variabel dalam CLD.

3. Penetapan Flow
Setelah menetapkan stock, kemudian pemodel menetapkan variabel flow. Flow adalah laju
perubahan stock terhadap waktu, sehingga selalu memiliki satuan unit stock/satuan waktu.
Flow terdiri atas inflow, yaitu flow yang menambah stock, dan outflow, yaitu flow yang
mengurangi stock.

4. Penetapan Konstanta
Variabel lain yang perlu ditetapkan pemodel adalah konstanta, berdasarkan deskripsi atau
story sistem yang disusun. Sesuaidengan namanya, konstanta dicirikan dengan nilainya yang
constant.

5. Penetapan Auxiliary
Auxiliary adalah variabel dalam SFD yang nilainya ditentukan oleh sistem itu sendiri, jadi
tidak mempunyai initial state. Variabel auxiliary berisi formula matematis dan merupakan
fungsi dari seluruh variabel yang mempengaruhinya. Formulasi matematis ditentukan oleh
pemodel berdasarkan rasionalitas sistem dan landasan ilmiah.

6. Membangun Struktur SFD


Setelah ditetapkan variabel stock, inflow, outflow, konstanta dan auxiliary, selanjutnya disusun
hubungan antar variabel untuk medapatkan struktur SFD. Struktur SFD didasarkan pada
struktur yang telah disusun dalam CLD.

Universitas Pertamina-27
7. Simulasi Model
Setelah semua data dimasukkan ke masing-masing variabel dan fungsi penting, formulasi
matematis telah disusun dalam variabel-variabel auxiliary, selanjutnya model akan
disimulasikan dengan periode waktu yang telah sesuai dengan data referensi.

8. Validasi Model
Hasil simulasi model dengan periode waktu sesusai dengan data referensi yang digunakan
untuk validasi visual dan validasi statistik, agar diperoleh model yang valid.Validasi visual
menggunakan pola referensi yang telah diperoleh dari data referensi dan grafik hasil simulasi,
sedangkan validasi statistik menggunakan data referensi dan data hasil simulasi.

9. Proyeksi Model Bussines as Usual (BAU)


Setelah model dinyatakn valid, pemodel dapat melakukan simulasi proyeksi sesuai dengan
periode waktu yang telah ditetapkan sebelumnya, untuk mengetahui perilaku sistem dan untuk
keperluan analisis sistem.

10. Analisis Sensitivitas Variabel


Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui sensitivitas kinerja sistem terhadap
perubahan variabel dan akan memperoleh variabel yang paling sensitif dalam memberikan
pengaruh kepada kinerja sistem atau biasanya disebut leverage.

11. Penyusunan Skenario Intervensi


Permodelan dengan tujuan optimasi sistem membutuhkan skenario intervensi, baik intervensi
fungsional maupun intervensi struktural. Selanjutnya model intervensi disimulasikan untuk
mendapatkan skenario intervensi terbaik yaitu skenario yang menghasilkan kinerja sistem yang
optimal.

12. Menyusun Model Intervensi


Hasil skenario intervensi yang disusun digunakan untuk membuat model intervensi, baik
intervensi fungsional maupun intervensi yang struktural. Selanjutnya model intervensi akan
disimulasikan untuk memperoleh skenario intervensi terbaik yaitu skenario yang menghasilkan
kinerja sistem yang optimal.

13. Fungsi Penting dalam SFD


Fungsi penting dalam SFD adalah operasi matematis yang dimanfaatkan untuk lebih
mengeksplisitkan model dalam menirukan sistem yang sebenarnya. Fungsi-fungsi penting
dalam metode sistem dinamik telah disiapkan dalam perangkat lunak sistem dinamik.

3.3.3 Penggunaan Perangkat Lunak Powersim Studio Untuk Model System Dynamics

Universitas Pertamina-28
Untuk melakukan pemodelan, dan perhitungan system dynamics dalam tugas akhir ini akan
menggunakan software Powersim Studio 10 versi Trial. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
pemodelan system dynamics menggunakan Powersim Studio 10 adalah sebagai berikut.

1. Deskripsi Singkat
Deskripsi singkat ini dimaksudkan untuk menjelaskan substansi dan ruang lingkup masing-
masing subtopik pelatihan pada topik pengenalan dan penggunaan perangkat lunak Powersim
Studio untuk model System Dynamics.

2. Pengenalan Opening Screen Powersim Studio


Untuk tahap awal pengenalan perangkat lunak Powersim Studio, peserta mempelajari opening
screen dengan command bar dan tool bar penting untuk memulai membuat CLD maupun
SFD.

3. Memulai Project Baru


Sebelum membuat model, terlebih dahulu perlu melakukan project setting dengan
menggunakan salah satu command bar, yaitu project. Di dalam biasanya terdapat toolbar
project setting untuk melakukan setting awal model yang akan dibuat.

4. Membuat CLD
Pembuatan CLD yang menggunakann perangkat lunak Powersim Studio perlu mempelajari
bagaimana penggunaan toolbar-nya, yang khususnya activate tool for creating a frame dan
activates tools for creating an open free form. Selain itu juga dipelajari pengoperasian fitur-
fitur dalam variabel properties dan link properties.

5. Membuat SFD
Toolbar yang perlu dipelajari penggunaannya untuk membuat sebuah SFD antara lain activate
tool for creating level, activate tool for creating auxilliary, juga untuk constant, link, serta
activate tools for creating a flow with rate. Pada tahap ini juga dipelajari pengoperasian fitur-
fitur dalam variabel properties dan link properties.

6. Membuat Tampilan Tabel


Setelah menyusun SFD dengan benar, selanjutnya dibuat tabel untuk menampilkan nilai
kuantitatif variabel. Pada pembuatan tabel perlu dipelajari active tool for creating a time table,
dan kemudian juga perlu mempelajaei pengoperasian time table control properties box.

7. Membuat Tampilan Grafik


Grafik dibuat untuk mempilkan perilaku model. Pada tahap ini perlu dipelajari active tool for
creating a time graph beserta pengoperasian time graph control properties box, untuk
menghasilkan tampilan grafik.

8. Melakukan Simulasi SFD

Universitas Pertamina-29
Setelah mampu menyusun SFD, serta mempersiapkan tampilan tabel, dan grafik, pembelajaran
dilanjutkan dengan melakukan SFD. Selain mempelajari toggle play, peserta juga mempelajari
pengoperasian simulation setting box.

9. Menggunakan Fungsi Penting dalam SFD


Fungsi penting dalam SFD adalah operasi yang matematis yang dimanfaatkan untuk lebih
mengeksplisitkan model dalam menirukan sistem sebenarnya. Fungsi-fungsi penting yang
dipelajari pengoperasiannya, yaitu fungsi IF, STEP, PULSE, GRAPH, dan DELAY.

Gambar 3.18 Kerangka Teori

Universitas Pertamina-30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Cadangan dan Produksi Minyak Indonesia

Cadangan minyak Indonesia karena didominasi dari Lapangan minyak yang sudah mature dan
penemuan eksplorasi yang juga semakin menurun menyebabkan kecenderungan yang semakin
menurun yaitu rata-rata 2.53% per tahun dalam periode 2012-2018. Pada tahun 2012 cadangan minyak
Indonesia mencapai 3741 juta BBL dan pada tahun 2018 mengalami penurunan menjadi 3200 juta
BBL.

Tabel 4.2 Cadangan dan produksi minyak Indonesia


Rasio Produksi
Cadangan Minyak Penurunan Cadangan Produksi Minyak Penurunan Produksi
Tahun terhadap cadangan
(Juta BBL) (Persen) (Juta bbl) (Persen)
(Persen)
2012 3,741 314.67 8.41%
2013 3,692 1.31% 301.19 4.28% 8.16%
2014 3,624 1.84% 287.90 4.41% 7.94%
2015 3,602 0.61% 286.81 0.38% 7.96%
2016 3,306 8.22% 290.50 -1.29% 8.79%
2017 3,250 1.69% 292.37 -0.64% 9.00%
2018 3,200 1.54% 281.83 3.61% 8.81%
Rata-Rata 2.53% 1.79% 8.44%

Dinamika penurunan cadangan minyak di Indonesia ditunjukkann oleh Gambar 4.1.

Universitas Pertamina-31
Gambar 4.19 Dinamika Cadangan Minyak Indonesia periode 2012-2018

Seiring dengan penurunan cadangan yang ada, produksi minyak tiap tahun juga mengalami tren
penurunan. Pada tahun 2012 produksi minyak mencapai 314,67 juta BBL dan pada tahun 2018
produksi minyak menurun menjadi 281,83 juta BBL. Rata-rata penurunan produksi per tahun adalah
sekitar 2%. Gambar 4.2 merupakan grafik dinamika produksi minyak Indonesia pada priode 2012 –
2018.

Gambar 4.20 Dinamika produksi minyak Indonesia periode 2012-2018

Untuk memprediksikan dinamika produksi dan cadangan Indonesia di masa mendatang dilakukan
analisis laju ektraksi minyak yang dihitung sebagai rasio produksi dan cadangan tahunan. Laju ektraksi
minyak di Indonesia adalah sekitar 8.44% per tahun. Gambar 4.3 menunjukkan dinamika laju ektraksi
minyak di Indonesia periode 2012-2018.

Universitas Pertamina-32
Gambar 4.21 Laju ekstraksi minyak Indonesia periode 2012-2018

Produksi minyak semakin lama menurun diantaranya dikarenakan sumur-sumur utama penghasil
produksi sudah mulai tua dan selain itu penemuan – penemuan sumur baru relatif terbatas. Untuk
memenuhi kebutuhan energi dalam negeri indonesia melakukan impor yang mencapai 343,6 juta bbl
pada tahun 2018.

4.2 Penyediaan Kebutuhan Minyak Bumi

Konsumsi BBM dalam beberapa tahun terakhir lebih tinggi apabila dibandingkan dengan produksi
minyak bumi, hal ini membuat pemerintah melakukan impor minyak dan BBM dari luar negeri untuk
menutupi kekurangan kebutuhan dalam negeri.

Tabel 4.3 Kebutuhan Energi perKapita, Jumlah Penduduk, dan Kebutuhan

2012 2,44
2013 2,41
2014 2,43
2015 2,33
2016 2,36
2017 2,36
2018 2,36

Produksi Minyak vs Kebutuhan 2012 - 2018


700

600

500

400

300

200

100

0 Produksi Minyak (Juta bbl) Kebutuhan (Juta bbl)


2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Universitas Pertamina-33
Gambar 4.22 Laju produksi dan kebutuhan minyak mumi periode 2012-2018

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk setiap tahunnya semakin meningkat ini
membuat kebutuhan energi dalam negeri menjadi meningkat. Peningkatan kebutuhan tidak diikuti
dengan peningkatan jumlah produksi pertahunnya, ini mengakibatkan pemerintah harus melakukan
impor untuk memenuhi kebutuhan

4.3 Impor Minyak Bumi

Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri Indonesia harus melakukan impor dari negara lain, dari
tahun ke tahun impor Indonesia semakin meningkat, karena cadangan dan produksi Indonesia yang
semakin lama semakin menurun.

Tabel 4.4 Impor Minyak periode 2012-2018

2012 285
2013 298,5
2014 323,8
2015 307,4
2016 320
2017 325,7
2018 343,6

Universitas Pertamina-34
Gambar 4.23 Produksi, Kebutuhan dan Impor Minyak 2012 - 2018

4.4 Case Business as Usual (BAU)

Berdasarkan parameter yang suda ada maka struktur CLD model penyediaan energi minyak bumi
di Indonesia dapat dimodelkan sebagai berikut:

4.4.1 Causal Loop Diagram (CLD)

Gambar 4.24 Model Causal Loop Diagram BAU

Pada Causual Loop Diagram tersebut terdapat anak panah yang menghubungkan variabel dan
variabel yang lainnya. Pada anak panah tersebut terdapat tanda plus (+) maka variabel ini mempunyai
hubungan yang searah (positif). Sebaliknya jika hubungan panah ini terdapat tanda negatif (-)
menunjukkan variabel ini bersifat berlawanan.

4.4.2 Stock Flow Diagram (SFD)

Untuk melakukan simulasi dengan menggunakan program aplikasi simulasi yaitu Powersim, maka
model yang bentuknya masih dalam model struktur umpan balik atau Casual Loop Diagram harus di

Universitas Pertamina-35
ubah bentuknya ke dalam bentuk diagram alir model atau Stock Flow Diagram. Berikut adalah hasil
pemodelan dalam bentuk Stock Flow Diagram.

Gambar 4.25 Stock Flow Diagram untuk case BAU

Dalam memodelkan model dari Stock Flow Diagram ini digunakan beberapa rumus agar model ini
dapat di simulasikan. Berikut adalah rumus yang digunakan:

 Tambahan Cadangan BAU


Tambahan Cadangan BAU = Laju inkremental eksplorasi BAU + POFD
 Cadangan Minyak BAU
Cadangan Minyak BAU = Cadangan pada tahun awal saat simulasi dilakukan
 Produksi Minyak BAU
Produksi Minyak BAU = Laju Ekstrasi * Cadangan Minyak BAU
 Produksi BBM BAU
Produksi BBM BAU = Produksi Minyak BAU
 Stock Minyak BAU
Stock Minyak BAU = Stock minyak indonesia dalam 1 hari
 Konsumsi BBM BAU
Konsumsi BBM BAU = Konsumsi BBM perKapita BAU x Populasi

Universitas Pertamina-36
 Deskrepansi BAU
Deskrepansi BAU = Konsumsi BBM BAU – Produksi BBM BAU
 Import BBM BAU
Import BBM BAU = Deskrepansi BAU

4.4.3 Validasi Model Secara Visual dan Uji AME

Validasi model dilakukan dengan tujuan untuk memvalidasi suatu model yang dibentuk dapat
mendekati atau menirukan model yang sesungguhnya. Validasi model ini dilakukan dengan cara
membandingkan model data refensi pada kenyataan dengan model data hasil simulasi dalam bentuk
visual dan perhitungan AME (Absolute Mean Error). Validuasi visual dilakukan dengan cara
membandingkan kecenderungan antara data referensi dan simulasi. Validasi dengan menggunakan
AME adalah membandingkan rataan antara referensi dan simualsi dengan menggunakan rumus AME.
Jika AME <0.3 maka dianggap model simulasi sudah dianggap valid. Data referensi dan simulasi yang
diperbandingkan adalah produksi minyak, cadangan minyak dan import minyak yang disajikan dalam
Gambar 4.8, Gambar 4.9 dan Gambar 4.10 berikut ini.

Gambar 4.26 Validasi visual produksi minyak

Universitas Pertamina-37
Gambar 4.27 Validasi visual cadangan minyak

Gambar 4.28 validasi visual import minyak

Universitas Pertamina-38
Menurut Soesilo (2019) model dikatakan valid jika hasil perhitungan Absolute Mean Error kurang dari
30%. Untuk melakukan validasi AME dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Ds−De
AME = x 100 %
De
Keterangan :
Ds = Hasil Simulasi
De = Hasil Empiris

Tabel 4.5 Validasi Hasil Simulasi Cadangan, Produksi dan Impor Minyak
Simulasi

Tahun

2012 314,244 3741 263,956


2013 294,284 3588 293,498
2014 268,117 3394 329,203
2015 265,266 3316 341,85
2016 290,917 3306 326,156
2017 287,27 3197 339,482
2018 268,377 3050 369,103
Rata - Rata 284,07 3370,29 323,32

Tabel 4.6 Validasi Referensi Cadanngan, Produksi dan Impor Minyak


Referensi

Tahun

2012 314,67 3741 285


2013 301,19 3692 298,5
2014 287,9 3624 323,8
2015 286,81 3602 307,4
2016 290,5 3306 320
2017 292,37 3250 325,7
2018 281,83 3200 343,6
Rata – Rata 293,61 3487,86 314,86
Tabel 4.7 Tabel Hasi Perhitungan
AME
Produksi Cadangan Impor
AME 0,03 0,03 0,03

Universitas Pertamina-39
Dari hasil AME yang telah dilakukan Kesimpulan Validasi Secara Visual menunjukkan kesamaan
Trend dan secara AME untuk ketiga variabel (Produksi, Import dan cadangan) menunjukkan nilai <0.3.
Sehingga menunjukkan model ini Valid dan bisa dilanjutkan ke dalam tahap prediksi.

4.4.4 Prediksi Business As Usual (BAU)

Pada skenario ini digunakan data aktual tanpa intervensi kebijakan apapun atau pengurangan
komponen, dimana pada skenario ini sistem berjalan sesuai dengan kondisi yang berlangsung saat ini.
Berikut adalah hasil simulasi pada skenario BAU :

Tabel 4.8 Prediksi cadangan, konsumsi, produksi, dan Impor minyak BAU

(Bbl)
year Import BBM_BAU Produksi Minyak - BAU Cadangan Minyak - BAU Konsumsi BBM BAU
1 263,956,000.00 314,244,000.00 3,741,000,000.00 578,200,000.00 5
2 293,497,722.00 294,184,758.00 3,587,619,000.00 587,682,480.00
Bbl
3 329,203,354.33 268,117,118.35 3,393,887,574.00 597,320,472.67
4 341,850,275.64 265,266,252.78 3,315,828,159.80 607,116,528.42
5 326,155,740.06 290,917,499.43 3,305,880,675.32 617,073,239.49
3,000,000,000
6 339,482,445.44 287,710,795.17 3,196,786,613.03 627,193,240.62
7 369,102,580.03 268,376,629.74 3,049,734,428.83 637,479,209.76
8 393,512,823.81 254,421,044.99 2,891,148,238.53 647,933,868.80
2,000,000,000
9 417,368,833.60 241,191,150.65 2,740,808,530.13 658,559,984.25
10 440,711,157.18 228,649,210.82 2,598,286,486.56 669,360,367.99
11 463,578,426.17 216,759,451.86 2,463,175,589.26 680,337,878.03
12 1,000,000,000
486,007,458.87 205,487,960.36 2,335,090,458.62 691,495,419.23
13 508,033,357.68 194,802,586.42 2,213,665,754.77 702,835,944.10
14 529,689,601.66 184,672,851.93 2,098,555,135.52 714,362,453.59
15 0
551,008,134.20 175,069,863.63 1,989,430,268.48 726,077,997.83
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829
16 572,019,446.27 165,966,230.72 1,885,979,894.52 737,985,676.99
17 592,752,655.37 157,335,986.72 1,787,908,940.00 750,088,642.09
18 613,235,580.41 149,154,515.41 1,694,937,675.12 762,390,095.82
19 633,494,812.79 141,398,480.61 1,606,800,916.01 774,893,293.40
20 653,555,783.79 134,045,759.62 1,523,247,268.38 787,601,543.41
21 673,442,828.60 127,075,380.12 1,444,038,410.43 800,518,208.72
22 693,179,246.99 120,467,460.35 1,368,948,413.08 813,646,707.34
23 712,787,360.93 114,203,152.41 1,297,763,095.60 826,990,513.34
24 732,288,569.27 108,264,588.49 1,230,279,414.63 840,553,157.76
25 751,703,399.66 102,634,829.89 1,166,304,885.07 854,338,229.55
26 771,051,557.78 97,297,818.73 1,105,657,031.05 868,349,376.51
27 790,351,974.13 92,238,332.16 1,048,162,865.43 882,590,306.29
28 809,622,848.42 87,441,938.89 993,658,396.43 897,064,787.31
29 828,881,691.76 82,894,958.06 941,988,159.82 911,776,649.82
30 848,145,366.64 78,584,420.24 893,004,775.51 926,729,786.88 6

Gambar 4.29 Grafik Simulasi Cadangan Minyak Pada Skenario BAU

Universitas Pertamina-40
Bbl

800,000,000

600,000,000

400,000,000

200,000,000

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829

Ko nsum si BBM BAU P roduk si BBM - BAU Im po rt BBM_BAU

Gambar 4.30 Grafik Simulasi Konsumsi, Produksi dan Import Pada Skenario BAU

Hasil simulasi dari tahun 2012 hingga tahun 2035, Cadangan minyak bumi mengalami penurunan yang
awalnya pada tahun 2012 tersedia sebesar 3.7 Miliyar bbl dan pada tahun 2035 hanya tersisa 0.9
Miliyar bbl. Sedangan konsumsi BBM terus meningkat dari tahun ke tahun. Kenaikan konsumsi ini
tidak diikuti dengan peningkatan produksi BBM sehingga pemerintah harus melakukan impor untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pada tahun ke 19 (tahun 2030) produksi bbm hanya sebesar 134
juta bbl sementara konsumsi BBM mencapai 788 juta bbl dan impor mencapai 654 juta bbl.

Dari hasil data simulasi dapat juga lakukan plot grafik RRR (Reserve Replacement Ratio), dari
grafik ini dapat diliat seberapa besar rasio penggantian cadangan minyak. Gamnbar 4.13 adalah grafik
RRR pada skenario BAU.

Universitas Pertamina-41
Gambar 4.31 Grafik Reserve Replacement Ratio (BAU)

Selain plot RRR, dapat juga dilakukan plot R/P untuk mengetahui berapa tahun lagi cadangan minyak
akan habis. Jika tidak dilakukan peningkatan eksplorasi, POFD, dan EOR. Gambar 4.14 adalah plot
dari R/P dari simulasi BAU :

Gambar 4.32 Grafik R/P vs Time (BAU)

4.5 Case Intervensi Kebijakan 1 (Low Case)

Berdasarkan variabel yang ada model Causal Loop Diagram dan Stock Flow Diagram untuk case
intervensi kebijakan dengan dampak Low case (Intervensi 1) digambarkan sebagai sebagai berikut:

Universitas Pertamina-42
4.5.1 Causal Loop Diagram ( CLD)

Universitas Pertamina-43
Gambar 4.33 Causal Loop Diagram Intervensi 1

4.5.2 Stock Flow Diagram (SFD)

Selain pemodelan Stock Flow Diagram BAU pada penelitian ini dibuat pemodelan Stock Flow
Diagram (SFD) Intervensi 1, 2 dan 3. Berikut adalah bentuk dari model Stock Flow Diagram (SFD)
intervensi 1, 2 dan 3 :

Gambar 4.34 Stock FLow Diagram Intervensi 1

Universitas Pertamina-44
Berikut adalah rumus yang digunakan dalam pemodelan Stock Flow Diagram Intervensi 1 :

 Tambahan Cadangan Intervensi 1


Tambahan Cadangan Intervevnsi 1 = Laju inkremental eksplorasi intervensi 1 + POFD
intervensi 1 + EOR low case
 Cadangan Minyak Intervensi 1
Cadangan Minyak Intervensi 1 = Cadangan pada tahun awal saat simulasi dilakukan
 Produksi Minyak Intervensi 1
Produksi Minyak Intervensi 1 = Laju Ekstrasi Intervensi 1 * Cadangan Minyak Intervensi 1
 Produksi BBM Intervensi 1
Produksi BBM Intervensi 1 = Produksi Minyak Intervensi 1
 Stock Minyak Intervensi 1
Stock Minyak Intervensi 1 = Stock minyak indonesia dalam 1 hari
 Konsumsi BBM Intervensi 1
Konsumsi BBM Intervensi 1 = Konsumsi BBM perKapita Intervensi 1 * Populasi
 Deskrepansi Intervensi 1
Deskrepansi Intervensi 1 = Konsumsi BBM Intervensi 1 – Produksi BBM Intervensi 1
 Import BBM Intervensi 1 :
Import BBM Intervensi 1 = Deskrepansi Intervensi 1

Pada model Stock Flow Diagram Intervensi 1 memiliki perbedaan dengan pemodelan BAU dan
Intervensi 2 dan 3. Perbedaan ini terletak pada pertambahan cadangan. Pada pemodelan intervensi 1
pertambahan cadangan ditambahkan dengan EOR dan EOR yang digunakan disini Low Case. Pada
model ini laju pertambahan cadangan eksplorasi, produksi dan laju ekstrasi yang digunakan sesuai
dengan data yang ada tanpa tambahan intervensi kebijakan.

4.5.3 Prediksi Skenario Intervensi -1 (Impact Low)

Pada skenario ini dilakukan intervensi kebijakan 1 untuk meningkatkan cadangan dan laju produksi,
sehingga mengurangi ketergantungan terhadap impor. Intervensi kebijakan ini dilakukan dengan
menambah insentif eksplorasi, Fiscal regime yang semakin menarik dan juga proses persetujuan dan
insentif pengembangan lapangan dan EOR yang lebih menarik. Intervensi kebijakan ini membuat laju
pertambahan eksplorasi yang awalnya 0.9% menjadi 1% , laju pertambahan POFD 2.7% menjadi 3%,
laju ekstrasi 8.8% menjadi 9.5% dan EOR (Low Case) dilakukan hingga 3.9%, EOR yang digunakan
dapat berupa thermal EOR maupun chemical flooding. Tabel 4.8 adalah hasil simulasi dari skenario
intervensi kebijakan yang berdampak low (Intervensi 1)

Universitas Pertamina-45
Tabel 4.9 Prediksi cadangan, konsumsi, produksi, dan impor minyak skenario intervensi 1

Bb l
(Bbl)
year Import BBM_Intervensi Produksi Minyak - Intervensi Cadangan Minyak - Intervensi Konsumsi BBM Intervensi
1 263,956,000.00 314,244,000.00 3,741,000,000.00 578,200,000.00 5
2 292,270,674.00 295,411,806.00 3,602,583,000.00 587,682,480.00
3 ,0 0 0 ,0 0 0 ,0 00
3 327,231,222.58 270,089,250.09 3,418,851,267.00 597,320,472.67
4 338,258,064.79 268,858,463.64 3,360,730,795.46 607,116,528.42
5 319,554,463.63 297,518,775.86 3,380,895,180.23 617,073,239.49
6 331,128,249.68 296,064,990.93 3,289,611,010.37 627,193,240.62
2 ,0 0 0 ,0 0 0 ,0 00
7 353,552,883.46 283,926,326.30 3,154,736,958.94 637,479,209.76
8 378,203,858.81 269,730,009.99 2,997,000,111.00 647,933,868.80
9 402,316,474.76 256,243,509.49 2,847,150,105.45 658,559,984.25
10 425,929,033.98 243,431,334.02 2,704,792,600.17 669,360,367.99
1 ,0 0 0 ,0 0 0 ,0 00
11 449,078,110.71 231,259,767.31 2,569,552,970.16 680,337,878.03
12 471,798,640.28 219,696,778.95 2,441,075,321.66 691,495,419.23
13 494,124,004.10 208,711,940.00 2,319,021,555.57 702,835,944.10
14 512,538,007.61 201,824,445.98 2,242,493,844.24 714,362,453.59
0
15 530,510,109.67
1 2 3
195,567,888.16 2,172,976,535.07
4 5 6 7 8 9 10111 21 31 415161 7181 9202 12223242 52 6272829
726,077,997.83
16 548,284,825.48M in ya k
Ca danga n
189,700,851.51
- I nte rve n s i
2,107,787,239.02
C ada nga n Minya k - BAU
737,985,676.99
17 565,699,414.42 184,389,227.67 2,048,769,196.32 750,088,642.09
18 582,979,377.30 179,410,718.52 1,993,452,428.02 762,390,095.82
19 600,147,253.55 174,746,039.84 1,941,622,664.89 774,893,293.40
20 617,049,408.52 170,552,134.88 1,895,023,720.94 787,601,543.41
21 633,718,220.80 166,799,987.92 1,853,333,199.08 800,518,208.72
22 650,182,719.18 163,463,988.16 1,816,266,535.09 813,646,707.34
23 666,468,876.97 160,521,636.37 1,783,573,737.46 826,990,513.34
24 682,439,345.93 158,113,811.83 1,756,820,131.40 840,553,157.76
25 697,963,669.65 156,374,559.90 1,737,495,109.96 854,338,229.55
26 713,694,936.78 154,654,439.74 1,718,382,663.75 868,349,376.51
27 729,637,065.39 152,953,240.90 1,699,480,454.44 882,590,306.29
28 745,794,032.06 151,270,755.25 1,680,786,169.45 897,064,787.31
29 762,169,872.88 149,606,776.94 1,662,297,521.58 911,776,649.82
30 778,768,684.48 147,961,102.40 1,644,012,248.84 926,729,786.88 6

Gambar 4.35 Grafik Simulasi Perbandingan cadangan Minyak Intervensi 1 dan BAU

Bbl/year

300,000,000

200,000,000

100,000,000

Universitas Pertamina-46

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Produksi BBM - Inte rvensi Produksi BBM - BAU
Gambar 4.36 Grafik Simulasi Perbandingan Produksi BBM Intervensi 1 dan BAU

Bbl

800,000,000

700,000,000

600,000,000

500,000,000

400,000,000

300,000,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29

Im port BBM_Inte rvensi Im port BBM_BAU

Gambar 4.37 Grafik Simulasi Impor BBM Intervensi 1 dan BAU

Setelah dilakukan simulasi dengan skenario intervensi kebijakan 1 , terjadi penigkatan angka cadangan
pada tahun ke 19 (tahun 2030) setelah dilakukan skenario intervensi kebijakan 1, angka cadangannya
mencapai 1.94 Miliyar bbl. Pada tahun ke 19 (tahun 2030) pada skenario BAU cadangannya hanya
1.61 Miliyar. Terjadi peningkatan sekitar 0.34 Miliyar bbl. Dengan adanya peningkatan cadangan pada
skenario intervensi kebijakan 1 ini membuat produksi BBM meningkat dan kebutuhan impor menjadi
menurun. Pada tahun ke 19 (tahun 2030) skenario BAU produksi BBM hanya mencapai 141 juta bbl
dan pada skenario intervensi kebijakan 1 produksi meningkat menjadi 175 juta bbl. Kebutuhan impor
skenario BAU pada tahun ke 19 (2030) mencapai 633 juta bbl dan kebutuhan impor menjadi turun
setelah dilakukan skenario intervensi kebijakan 1 menjadi 600 juta bbl.

Dari hasil data simulasi dapat juga lakukan plot grafik RRR (Reserve Replacement Ratio), dari
grafik ini dapat diliat seberapa besar rasio penggantian cadangan minyak. Gambar 4.20 adalah grafik
RRR pada skenario intervensi 1.

Universitas Pertamina-47
Gambar 4.38 Grafik Reserve Replacement Ratio Intervensi 1

Selain plot RRR, dapat juga dilakukan plot R/P untuk mengetahui berapa tahun lagi cadangan minyak
akan habis. Jika tidak dilakukan peningkatan eksplorasi, POFD, dan EOR. Berikut adalah plot dari R/P
dari simulisi BAU :

Universitas Pertamina-48
Gambar 4.39 Grafik Reserve to Production(R/P) Ratio Intervensi 1

4.6 Case Intervensi Kebijakan 2

Berdasarkan parameter yang suda ada, dapat dimodelkan Causal Loop Diagram dan Stock Flow
Diagram sebagai berikut:

4.6.1 Causal Loop Diagram

Gambar 4.40 Causal Loop Diagram Intervensi 2

4.6.2 Stock Flow Diagram

Pada model Stock Flow Diagram 2 ini mempunya perbedaan dengan model Stock Flow Diagram
BAU, intervensi 1 dan 3. Perbedaan ini terletak pada EOR yang digunakan. EOR yang digunakan
adalah Base Case. Selain EOR terdapat juga perbedaan pada pemodelan ini, perbedaannya terletak

Universitas Pertamina-49
pada laju pertambahan cadangan eksplorasi, POFD dan Laju ekstrasi yang lebih meningkat dari
skenario BAU.

Gambar 4.41 Stock Flow Diagram Intervensi 2

Berikut adalah rumus yang digunakan dalam pemodelan Stock Flow Diagram Intervensi 2 :

 Tambahan Cadangan Intervensi 2


Tambahan Cadangan Intervevnsi 2 = Laju inkremental eksplorasi intervensi 2 + POFD
intervensi 2
 Cadangan Minyak Intervensi 2
Cadangan Minyak Intervensi 2 = Cadangan pada tahun awal saat simulasi dilakukan
 Produksi Minyak Intervensi 2
Produksi Minyak Intervensi 2 = Laju Ekstrasi Intervensi 2 * Cadangan Minyak Intervensi 2
 Produksi BBM Intervensi 2
Produksi BBM Intervensi 2 = Produksi Minyak Intervensi 2
 Stock Minyak Intervensi 2
Stock Minyak Intervensi 2 = Stock minyak indonesia dalam 1 hari

Universitas Pertamina-50
 Konsumsi BBM Intervensi 2
Konsumsi BBM Intervensi 2 = Konsumsi BBM perKapita Intervensi 2 * Populasi
 Deskrepansi Intervensi 2
Deskrepansi Intervensi 2 = Konsumsi BBM Intervensi 2 – Produksi BBM Intervensi 2
 Import BBM Intervensi 2
Import BBM Intervensi 2 = Deskrepansi Intervensi 2

4.6.3 Forecasting

Pada skenario Intervensi kebijakan 2 ini memiliki tujuan yang sama seperti skenario intervensi
kebijakan 1 yaitu untuk meningkatkan cadangan, produksi BBM dan membuat ketergantungan
terhadap impor menjadi turun. Cara yang dilakukan pada intervensi kebijkan 2 masih cenderung sama
dengan skenario intervensi kebijakan 1 hanya saja pada skenario intervensi kebijakan 2 laju
pertambahan eksplorasi, POFD dan laju ekstrasi menjadi lebih besar. Dan EOR yang digunakan adalah
EOR (base case). Intervensi kebijakan 2 membuat laju pertambahan eksplorasi yang awalnya 0.9 %
meningkat menjadi 1.1 %, Laju pertambahan POFD 2.7% menjadi 3.1%, laju ekstrasi 8.8 % menjadi
9.5 % Dan EOR (Low Case) yang awalnya hanya 3.9% pada skenario intervensi kebijakan 2 ini
menjadi EOR (Base Case) 7.4%, EOR yang digunakan dapat berupa thermal EOR maupun chemical
flooding. Tabel 4.9 adalah hasil simulasi dari skenario intervensi kebijakan yang berdampak medium
(Intervensi 2)

Tabel 4.10 Prediksi cadangan, konsumsi, produksi, dan impor minyak skenario intervensi 2
(Bbl)
year Import BBM_Intervensi 2 Produksi Minyak - Intervensi 2 Cadangan Minyak - Intervensi 2
1 263,956,000.00 314,244,000.00 3,741,000,000.00 5
2 291,350,388.00 296,332,092.00 3,613,806,000.00
3 325,818,841.70 271,501,630.97 3,436,729,506.00
4 335,752,366.63 271,364,161.79 3,392,052,022.42
5 315,289,155.16 301,784,084.33 3,429,364,594.67
6 325,957,854.62 301,235,386.00 3,347,059,844.40
7 331,591,410.58 305,887,799.18 3,219,871,570.31
8 358,258,122.98 289,675,745.82 3,049,218,377.08
9 384,237,052.96 274,322,931.29 2,887,609,803.10
10 409,576,552.06 259,783,815.94 2,734,566,483.53
11 434,322,604.34 246,015,273.69 2,589,634,459.91
12 458,518,955.04 232,976,464.19 2,452,383,833.53
13 482,207,232.52 220,628,711.58 2,322,407,490.35
14 497,925,687.52 216,436,766.06 2,278,281,748.04
15 513,104,220.02 212,973,777.81 2,241,829,240.07
16 527,780,558.30 210,205,118.70 2,212,685,459.95
17 541,985,574.59 208,103,067.51 2,190,558,605.35
18 555,951,852.86 206,438,242.97 2,173,034,136.51
19 569,487,241.64 205,406,051.75 2,162,168,965.82
20 582,811,709.81 204,789,833.60 2,155,682,458.93
21 595,318,795.45 205,199,413.27 2,159,993,823.84
22 607,421,297.01 206,225,410.33 2,170,793,792.96
23 618,909,074.32 208,081,439.02 2,190,330,937.10
24 629,350,497.15 211,202,660.61 2,223,185,901.16
25 638,700,313.07 215,637,916.48 2,269,872,805.08
Gambar
26 4. 26 Hasil Simulasi Cadangan,
648,183,063.78 Produksi dan Impor 2,317,540,133.99
220,166,312.73 Intervensi
Universitas 2 Pertamina-51
27 657,800,500.99 224,789,805.30 2,366,208,476.80
28 667,554,396.10 229,510,391.21 2,415,898,854.81
29 677,446,540.40 234,330,109.42 2,466,632,730.76
30 687,478,745.16 239,251,041.72 2,518,432,018.11 6
Gambar 4.42 Perbandingan Cadangan Minyak Hasil Simulasi Skenario Intervensi 2 dan BAU

Bbl/ye a r

300,000,000

200,000,000

100,000,000

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12 1314 15 1617 1819 20 2122 23 2425 2627 28 29
P ro duk si Minya k - Inte rve nsi 2 P ro duk s i BBM - BAU

Gambar 4.43 Perbandingan Produksi BBM Hasil Simulasi Skenario Intervensi 2 dan BAU

Universitas Pertamina-52
Bbl

800,000,000

700,000,000

600,000,000

500,000,000

400,000,000

300,000,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Gam
bar Im po rt BBM_Inte rve nsi 2 Im po rt BBM_BAU 4.44

Perbandingan Import BBM Hasil Simulasi Skenario Intervensi 2 dan BAU

Setelah dilakukan simulasi dengan skenario intervensi kebijakan 2 cadangan minyak meningkat. Pada
tahun ke 19 (tahun 2030) cadangan minyak pada skenario BAU hanya mencapai 1.6 Miliyar sementara
setelah dilakukan skenario intervensi kebijakan 2 jumlah cadangan minyak menjadi 2.2 Miliyar.
Kenaikan cadangan ini membuat laju produksi juga menjadi ikut naik dan kebutan impor menjadi
berkurang. Bisa dilihat dari gambar grafik berbandingan di atas. Pada tahun ke 19 (tahun 2030) volume
produksi pada skenario BAU hanya mencapai 141 Juta bbl dan pada skenario kebijkan intervensi 2
volume produksi meningkat menjadi 205 juta bbl. Peningkatan volume produksi ini membuat
kebutuhan impor menjadi menurun yang awalnya pada skenario BAU kebutuhan impor mencapai 633
juta bbl dan pada saat skenario intervensi kebijakan 2 kebutuhan impor menjadi 569 juta bbl.

Dari hasil data simulasi dapat juga lakukan plot grafik RRR (Reserve Replacement Ratio), dari
grafik ini dapat diliat seberapa besar rasio penggantian cadangan minyak. Gambar 4.27 adalah grafik
RRR pada skenario intervensi 2.

Universitas Pertamina-53
Gambar 4.45 Reserves Replacement Ratio untuk Skenario Intervensi 2

Selain plot RRR, dapat juga dilakukan plot R/P untuk mengetahui berapa tahun lagi cadangan minyak
akan habis. Jika tidak dilakukan peningkatan eksplorasi, POFD, dan EOR. Gambar 4.28 adalah plot
dari R/P dari simulasi intervensi 2.

Gambar 4.46 R/P terhadap waktu untuk skenairo intervensi 2

Universitas Pertamina-54
4.7 Case Intervensi Kebijakan 3

Berdasarkan parameter yang suda ada, dapat dimodelkan Causal Loop Diagram dan Stock Flow
Diagram sebagai berikut:

4.7.1 Causal Loop Diagram (CLD)

Universitas Pertamina-55
Gambar 4.47 Causal Loop Diagram untuk Skenario Intervensi 3

4.7.2 Stock Flow Diagram (SFD)

Pada model Stock Flow Diagram 3 ini terdapat perbedaan dengan model Stock Flow Diagram
BAU, Intervensi 1 dan 2. Perbedaannya terletak pada EOR yang digunakan. EOR yang digunakan pada
model ini adalah EOR Optimistic. Perbedaan dari pemodelan Stock Flow Diagram ini juga terletak
pada laju pertambahan cadangan eksplorasi, POFD dan Pada laju ekstrasi yang lebih meningkat dari
skenario BAU dan Intervensi 1.

Gambar 4.48 Stock Flow Diagram skenario intervensi 3

Universitas Pertamina-56
Berikut adalah rumus yang digunakan dalam pemodelan Stock Flow Diagram Intervensi 3 :

 Tambahan Cadangan Intervensi 3


Tambahan Cadangan Intervevnsi 3 = Laju inkremental eksplorasi intervensi 3 + POFD
intervensi 3
 Cadangan Minyak Intervensi 3
Cadangan Minyak Intervensi 3 = Cadangan pada tahun awal saat simulasi dilakukan
 Produksi Minyak Intervensi 3
Produksi Minyak Intervensi 3 = Laju Ekstrasi Intervensi 3 * Cadangan Minyak Intervensi 3
 Produksi BBM Intervensi 3
Produksi BBM Intervensi 3 = Produksi Minyak Intervensi 3
 Stock Minyak Intervensi 3
Stock Minyak Intervensi 3 = Stock minyak indonesia dalam 1 hari
 Konsumsi BBM Intervensi 3
Konsumsi BBM Intervensi 3 = Konsumsi BBM perKapita Intervensi 3 x Populasi
 Deskrepansi Intervensi 3
Deskrepansi Intervensi 3 = Konsumsi BBM Intervensi 3 – Produksi BBM Intervensi 3
 Import BBM Intervensi 3
Import BBM Intervensi 3 = Deskrepansi Intervensi 3

4.7.3 Prediksi Skenario Intervensi 3

Masih sama dengan skenario – skenario sebelumnya, pada skenario ini juga dilakukan insentif
eksplorasi, Fiscal regime yang semakin menarik dan juga proses persetujuan dan insentif
pengembangan lapangan dan EOR yang lebih menerik. Intervensi kebijakan 3 ini akan berpengaruh
terhadap laju pertambahan cadangan eksplorasi meningakat dari 0.9% menjadi 1.4% , pertambahan
cadangan POFD naik dari 2.7 % menjadi 3.3 %, dan EOR (optimistic) berkontribusi sebesar 11 %,
EOR yang digunakan dapat berupa thermal EOR maupun chemical flooding. Laju ekstrasi menjadi
meningkat seiring dengan tambahan cadangan yaitu menjadi 10 %. Tabel 4.10 adalah hasil dari
simulasi pada skenario intervensi dengan kebijakan dengan berdampak high (Intervensi 3)

Tabel 4.11 Prediksi cadangan, konsumsi, produksi, dan impor minyak skenario intervensi 3

Universitas Pertamina-57
(Bbl)
year Import BBM_Intervensi Produksi Minyak - Intervensi Cadangan Minyak - Intervensi
1 263,956,000.00 314,244,000.00 3,741,000,000.00 5
2 278,466,384.00 309,216,096.00 3,770,928,000.00
3 305,673,130.22 291,647,342.45 3,691,738,512.00
4 298,782,527.90 308,334,000.52 3,854,175,006.53
5 247,719,940.26 369,353,299.23 4,197,196,582.11
6 237,735,369.76 389,457,870.85 4,327,309,676.15
7 202,151,856.34 435,327,353.42 4,353,273,534.21
8 221,313,062.45 426,620,806.35 4,266,208,063.53
9 240,471,594.03 418,088,390.23 4,180,883,902.26
10 259,633,745.57 409,726,622.42 4,097,266,224.21
11 278,805,788.06 401,532,089.97 4,015,320,899.73
12 297,993,971.06 393,501,448.17 3,935,014,481.73
13 317,204,524.89 385,631,419.21 3,856,314,192.10
14 317,162,091.80 397,200,361.79 3,972,003,617.86
15 315,372,823.74 410,705,174.09 4,107,051,740.87
16 311,673,706.29 426,311,970.70 4,263,119,707.02
17 305,445,256.65 444,643,385.44 4,446,433,854.42
18 296,848,471.27 465,541,624.56 4,655,416,245.58
19 286,074,587.61 488,818,705.79 4,888,187,057.86
20 272,386,627.51 515,214,915.90 5,152,149,158.98
21 254,390,397.87 546,127,810.85 5,461,278,108.52
22 232,020,588.78 581,626,118.56 5,816,261,185.58
23 204,650,566.49 622,339,946.86 6,223,399,468.57
24 169,048,355.10 671,504,802.66 6,715,048,026.58
25 122,397,994.65 731,940,234.90 7,319,402,348.98
26 70,534,520.47 797,814,856.04 7,978,148,560.39
27 12,972,113.21 869,618,193.08 8,696,181,930.82
28 -50,819,043.15 947,883,830.46 9,478,838,304.59
29 -121,416,725.38 1,033,193,375.20 10,331,933,752.01
30 -199,450,992.09 1,126,180,778.97 11,261,807,789.69 6

Universitas Pertamina-58
Gambar 4.49 Grafik Perbandingan Hasil Simulasi Cadangan Minyak BAU dan Intervensi 3

Bbl/ye a r

1,000,000,000

500,000,000

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1314 15 1617 1819 2021 22 2324 2526 2728 29

Gambar 4.50 Grafik Perbandingan Hasil Simulasi Produksi Minyak BAU dan Intervensi 3

Bbl

500,000,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Im port BBM_Intervensi Im port BBM_BAU

Universitas Pertamina-59
Gambar 4.51 Grafik Perbandinga Hasil Simulasi Impor BBM Skenario BAU dan Intervensi 3

Setelah dilakukan simulasi pada skenario intervensi kebijakan 3 cadangan minyak menjadi meningkat
pada skenario BAU cadangan minyak pada tahun ke 30 (2041) hanya tersisa 0.9 Miliyar bbl dan pada
skenario intervensi kebijkan 3 pada tahun ke 30 (2041) cadangan minyak indonesia masih mencapai 11
Miliyar. Dan pada skenario ini laju produksi menjadi meningkat tiap tahunnya, pada tahun ke 28
( 2039) volume produksi mencapai 948 juta bbl. Tingginya laju produksi pada skenario intervensi
kebijakan 3 ini membuat indonesia tidak membutuhkan impor lagi, kebutuhan impor berhenti sampai
di tahun ke 28 (2039).

Dari hasil data simulasi dapat juga lakukan plot grafik RRR (Reserve Replacement Ratio), dari
grafik ini dapat diliat seberapa besar rasio penggantian cadangan minyak. Berikut adalah grafik RRR
pada skenario intervensi 3.

Universitas Pertamina-60
Gambar 4.52 Reserve Replacement Ratio untuk skenario Intervensi 3

Selain plot RRR, dapat juga dilakukan plot R/P untuk mengetahui berapa tahun lagi cadangan minyak
akan habis. Jika tidak dilakukan peningkatan eksplorasi, POFD, dan EOR. Gambar 4.35 adalah plot
dari R/P dari simulasi skenario intervensi 3.

Gambar 4.53 R/P terhadap waktu untuk skenario Intervensi 3

Tabel 4.12 Impact skenario intervensi 1, 2 dan 3

Skenario Result

Investor kurang menarik. Sehingga laju


Intervensi 1 /
pertambahan cadangan eksplorasi,
Low Impact
POFD dan EOR peningkatannya rendah

Investor mulai tertarik. Tetapi investasi


Intervensi 2 / masih 50% dari target. pertambahan
Medium cadangan eksplorasi, POFD dan EOR
Impact mengalami peningkatan yang cukup
besar.

Investor tertarik. Investasi 75% dari


Intervensi 3 /
taget, pertambahan cadangan eksplorasi,
High Impact
POFD dan EOR meningkat besar.
Universitas Pertamina-61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Model sistem dinamik cadangan minyak Indonesia telah dilakukan simulasi dengan beberapa
skenario, dengan adanya model ini dapat di prediksi bagaimana cadangan minyak indonesia di masa
yang akan datang. Dari berbagai skenario terlihat beberapa faktor yang mempengaruhi cadangan
minyak indonesia diantaranya adalah produksi BBM, laju pertambahan cadangan eksplorasi, laju
pertambahan cadangan POFD, Dan laju ekstrasi. Selain itu kesuksesan dalam menjalankan project
EOR juga akan mempengaruhi cadangan minyak indonesia di masa yang akan datang. Dari hasil
simulasi ini juga dapat disimpulkan bahwa cadangan minyak indonesia pada skenario BAU akan terus
mengalami penurunan yang pada tahun 2012 mencapai 3.7 Milyar bbl akan menurun hingga menjadi
0.9 Milyar bbl.
Beberapa skenario yang dilakukan pada model ini yaitu skenario BAU, skenario intervensi
kebijakan 1, skenario intervensi kebijakan 2 dan yang terakhir adalah skenario intervensi kebijakan 3.
Dari skenario intervensi ini akan berpengaruh pada peningkatan laju pertambahan eksplorasi, POFD
dan laju ekstrasi. Selain itu EOR juga dilakukan pada skenario intervensi ini. Dari ke 4 skenario ini
pada skenario intervensi kebijakan 3 cadangan indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dan
dapat memenuhi cadangan minyak indonesia, lebih tepatnya pada tahun ke 28 (tahun 2039).
Untuk mengatasi konsumsi BBM yang cenderung meningkat di masa yang akan datang. Beberapa
skenario intervensi pada pertambahan cadangan dan EOR harus dilakukan. Karena dengan adanya
intervensi ini akan menambah umur cadangan minyak indonesia dan akan membuat ketergantungan
terhadap impor menjadi berkurang.

5.2 Saran

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah agar cadangan minyak indoneseia mampu
untuk mengimbangi laju konsumsi yang akan semakin meningkat dimasa yang akan datang. Yang
perlu dilakukan adalah melakukan intervensi intervensi kebijakan yang akan meningkatkan laju
pertambahan eksploras, POFD dan laju ekstraksi, serta EOR. EOR yang digunakan bisa berupa
thermal EOR ataupun chemical flooding. Karena dengan adanya kebijakan intervensi ini akan
membuat cadangan minyak indonesia menjadi bertambah dan bisa digunakan untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri tanpa harus bergantung dengan impor.

Universitas Pertamina-62
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, V & Johnson, L. (1997). System thinking basic: from conceptual to causal loople.
Massachusetts: Pegasus Communication Inc.

Bappenas (2014). Memperbaiki Ketahanan Energi Indonesia: Rekomendasi Strategi dan Analisis.
Makalah Bappenas

Capra, F., & Luisi, P. . (2014). The systems view of life. Cambridge, UK: Cambridge University Press.

Forrester, J. W. (1998). Road Maps: A guide to learning system. System Dynamics Education Project.
Massachusetts: System Dynamics Groups, Sloan School of Management, MIT.

Iskandar, Y, Juanda, B, & Jihan,S (2016). Determinan FDI Industri Hulu Migas di Indonesia serta
Dampaknya Periode tahun 2003–2013. Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen Vol 2 No 1
Januari 2016.

KESDM. (2019). Indonesia Energi Outlook 2019. Jakarta: Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (KESDM). Diaksesdari https://www.esdm.go.id/assets/media/content/content-outlook-
energi-indonesia-2019-bahasa-indonesia.pdf

KESDM. (2018). Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia. Jakarta: Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mneral (KESDM). Diaksesdari
https://www.esdm.go.id/assets/media/cont ent/content-handbook-of-energy-and-economic-
statistics-of-indonesia-2018-final-edition.pdf

KESDM. (2018). Indonesia Energi Outlook 2018. Jakarta: Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (KESDM). Diaksesdari https://www.esdm.go.id/assets/media/content/content-outlook-
energi-indonesia-2018-bahasa-indonesia.pdf

KESDM. (2017). Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia. Jakarta: Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mneral (KESDM). Diaksesdari
https://www.esdm.go.id/assets/media/content /content-handbook-of-energy-economic-statistics-
of-indonesia-2017--1.pdf

KESDM. (2016). Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia. Jakarta: Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mneral (KESDM).Diaksesdari
https://www.esdm.go.id/assets/media/content/ content-handbook-of-energy-economic-statistics-
of-indonesia-2016-lvekpnc.pdf

KESDM. (2016). Indonesia Energi Outlook 2016. Jakarta: Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mneral (KESDM). Diaksesdari https://www.esdm.go.id/assets/media/content/content-outlook-
energi-indonesia-2016-bahasa-indonesia.pdf

KESDM (2015): Renstra KESDM 2015–2019. Jakarta: Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (KESDM). Diakses dari https://www.esdm.go.id/assets/media/content/content-renstra-
sekretariat-jenderal-kesdm-tahun-2015-2019.pdf

Universitas Pertamina-63
KESDM. (2015b). Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia. Jakarta: Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mneral (KESDM). Diaksesdari
https://www.esdm.go.id/assets/media/content /content-handbook-of-energy-economic-statistics
ofindonesia-2015-uwe2cqn.pdf

Kljajiae, M., Skraba, A., & Bernik, I. (1999). System Dynamic and Decision Support in Complex
System. Slovenia: University of Mabiror.

Lubiantara, B ( 2012). Ekonomi Migas Tinjuan Aspek Komersial Kontrak Migas. Jakarta: Garsindo.

Muhammadi, Amminullah, E., & Soesilo, B. (2001). Analisis sistem dinamis: lingkungan hidup,
sosial, ekonomi, manajemen. Jakarta: UMJ.

Partowidagdo, W (2009). Migas dan Energi Di Indonesia: Permasalahan dan Analisis Kebijakan.
Jakarta: Development Studies Foundation
Rencana Umum Enegi Nasional (RUEN) (2019). Jakarta: Kementrian Energi dan Sumber Daya
Mineral (KESDM). Diakses dari https://www.esdm.go.id/assets/media/content/content-rencana-
umum-energi-nasional-ruen.pdf
Sa’adah, A. F., Fauzi, A., & Juanda, B. (2017). Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar
Minyak Indonesia dengan Model Sistem Dinamik. Jurnal Ekonomi Dan Pembangunan
Indonesia, 118 – 136

Soesilo, B (2019). Kuliah Umum Systems Thinking dan System Dynamics. Jakarta: Sekolah Ilmu
Lingkungan Universitas Indonesia

Soesilo, B., & Karuniasa, M. (2016). Modul Pelatihan System Dynamic. Jakarta: Sekolah Ilmu
Lingkungan Universitas Indonesia

Soesilo, B., & Karuniasa, M. (2014). Permodelan System Dynamics untuk Berbagai Bidang Ilmu
Pengetahuan, Kebijakan Pemerintah dan Bisnis. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia

Tang, X, Zhang, B, Höök, M & Feng, L. ”Forecast of oil reserves and production in Daqing oilfield of
China” Energy, (2010): Energy, 10-11.

Ukauku Ikwan, (2018): System Dynamic Modelling for Forecasting Crude Oil Reserves and
Production Capacity: A Case Study of Nigeria, Society of Petroleum Engineers,3-7,19.
World Bank (2013).Data. Diakses dari http://data.worldbank.org/indicator/EG.GDP.PUSE.KO.PP.KD

Universitas Pertamina-64
Universitas Pertamina-65

Anda mungkin juga menyukai