Anda di halaman 1dari 56

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

MATA PELAJARAN : ANTROPOLOGI


KELAS /SEMESTER : X/2
RUMPUN : BAHASA DAN BUDAYA
MATERI POKOK : PENGGOLONGAN SOSIAL
PENYUSUN : SUHARIYANTI, S.Sos

SMA NEGERI 1 BATU


DINAS PENDIDIKAN KOTA BATU
2015
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMA Negeri 1 Batu


Mata pelajaran : Antropologi
Kelas/Semester : X/2
Materi Pokok : Penggolongan sosial dalam masyarakat Indonesia
Alokasi Waktu : 27 x 45 menit

A. Kompetensi Inti
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual adalah “Menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial adalah “Menghayati dan
mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai
dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan
alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan internasional”.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif,
produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah konkret dan
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu
menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar Indikator

3.2 Mendeskripsikan 3.2.1 Menjelaskan penggolongan sosial dalam


penggolongan sosial dalam masyarakat
masyarakat Indonesia 3.2.2 Memberikan contoh penggolongan sosial
berdasarkan kriteria dalam masyarakat
tertentu (misalnya: agama, 3.2.3 Menjelaskan penggolongan sosial secara
etnik, gender, pekerjaan, horizontal/diferensiasi sosial
3.2.4 Menunjukkan diferensiasi sosial
desa-kota) dalam rangka
berdasarkan kriteria tertentu (Agama,
menyadari bahwa
etnik, gender, pekerjaan,desa-kota)
masyarakat Indonesia 3.2.5 Menjelaskan konsep agama
beraneka ragam 3.2.6 Memberi contoh agama di Indonesia
3.2.7 Menunjukkan perbedaan agama di
Indonesia
3.2.8 Menjelaskan konsep etnik
3.2.9 Memberi contoh etnik di Indonesia
3.2.10 Menunjukkan perbedaan etnik di
Indonesia
3.2.11 Menjelaskan konsep gender
3.2.12 Memberi contoh gender di masyarakat
3.2.13 Menunjukkan perbedaan gender di
masyarakat
3.2.14 Menjelaskan konsep pekerjaan
3.2.15 Memberi contoh pekerjaan di masyarakat
3.2.16 Menunjukkan perbedaan pekerjaan di
masyarakat

1
Kompetensi Dasar Indikator

3.2.17 Menjelaskan konsep desa dan kota


3.2.18 Memberi contoh desa dan kota
3.2.19 Menunjukkan perbedaan desa dan kota
3.2.20 Menjelaskan konsep ras
3.2.21 Memberi contoh ras di Indonesia
3.2.22 Menunjukkan perbedaan ras di Indonesia
4.2 Melakukan kajian lapangan, 4.2.1 Melakukan kajian literatur tentang
kajian literatur, dan penggolongan sosial
berdiskusi untuk 4.2.2 Melakukan kajian literatur tentang
mendeskripsikan diferensiasi sosial
penggolongan sosial dalam 4.2.3 Melakukan diskusi tentang penggolongan
masyarakat Indonesia sosial
4.2.4 Mempresentasikan hasil diskusi tentang
berdasarkan kriteria
penggolongan sosial
tertentu (misalnya: agama,
4.2.5 Melakukan kajian literatur tentang konsep
etnik, gender, pekerjaan, agama
desa-kota) dalam rangka 4.2.6 Melakukan diskusi tentang konsep agama
menyadari bahwa 4.2.7 Mempresentasikan hasil diskusi tentang
masyarakat Indonesia konsep agama
beraneka ragam 4.2.8 Melakukan kajian literatur tentang konsep
etnik
4.2.9 Melakukan kajian lapangan tentang etnik di
masyarakat sekitar
4.2.10 Melakukan diskusi tentang konsep etnik
4.2.11 Mempresentasikan hasil diskusi tentang
konsep etnik
4.2.12 Melakukan kajian literatur tentang konsep
gender
4.2.13 Melakukan diskusi tentang konsep gender
4.2.14 Mempresentasikan hasil diskusi tentang
konsep gender
4.2.15 Melakukan kajian literatur tentang konsep
pekerjaan
4.2.16 Melakukan diskusi tentang konsep pekerjaan
4.2.17 Mempresentasikan hasil diskusi tentang
konsep pekerjaan
4.2.18 Melakukan kajian literatur tentang konsep
desa-kota
4.2.19 Melakukan kajian lapangan tentang desa-
kota
4.2.20 Melakukan diskusi tentang desa-kota
4.2.21 Mempresentasikan hasil diskusi tentang
desa-kota
4.2.22 Melakukan kajian literatur tentang konsep
ras
4.2.23 Melakukan diskusi tentang ras di Indonesia
4.2.24 Mempresentasikan hasil diskusi tentang ras

C. Tujuan Pembelajaran
Melalui pendekatan saintifik, peserta didik dapat mendeskripsikan penggolongan sosial
dalam masyarakat Indonesia berdasarkan kriteria tertentu (misalnya: agama, etnik, gender,
pekerjaan, desa-kota) dalam rangka menyadari bahwa masyarakat Indonesia beraneka

2
ragam, melalui kajian lapangan, kajian literatur, dan berdiskusi, dengan rasa ingin tahu,
disiplin, tanggung jawab, toleran, santun, dan pro-aktif selama proses pembelajaran.

D. Materi Pembelajaran
1. Konsep penggolongan sosial
2. Penggolongan sosial secara horizontal/diferensiasi sosial
3. Konsep agama
4. Agama di Indonesia
5. konsep etnik
6. Etnik di Indonesia
7. Konsep gender
8. Peranan gender di masyarakat Indonesia
9. Konsep pekerjaan
10. Jenis pekerjaan
11. Konsep desa dan kota
12. Perbedaan desa dan kota
13. Konsep Ras
14. Ras di Indonesia

E. Model dan Metode Pembelajaran


Model : Discovery Learning
Metode : Ceramah, tanya jawab, diskusi, group investigation

F. Media Pembelajaran
Media/Alat : Papan tulis, spidol, LCD Proyektor, gambar, LKPD

G. Sumber Belajar
1. Buku Antropologi X untuk SMA/MA Edisi K13 Revisi Mediatama
2. Internet
3. Buku/ sumber lain yang relevan.

H. Langkah-langkah Pembelajaran

Pertemuan ke-1 (3 ×45 menit)


Indikator Pencapaian Kompetensi :
3.2.1 Menjelaskan penggolongan sosial dalam masyarakat
3.2.2 Memberikan contoh penggolongan sosial dalam masyarakat
3.2.3 Menjelaskan penggolongan sosial secara horizontal/diferensiasi sosial
3.2.4 Menunjukkan diferensiasi sosial berdasarkan kriteria tertentu (Agama, etnik, gender,
pekerjaan,desa-kota)
4.2.1 Melakukan kajian literatur tentang penggolongan sosial
4.2.2 Melakukan kajian literatur tentang diferensiasi sosial
4.2.3 Melakukan diskusi tentang penggolongan sosial
4.2.4 Mempresentasikan hasil diskusi tentang penggolongan sosial

Pendahuluan
1. Memberi salam
2. Menanyakan kehadiran peserta didik
3. Mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan
4. Mengingatkan materi yang telah dipelajari pada semester ganjil tentang konsep
antropologi
5. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-
hari

3
6. Menyampaikan garis besar cakupan materi penggolongan sosial dalam masyarakat di
Indonesia berdasarkan kriteria tertentu
7. Menyampaikan teknik penilaian yang akan digunakan

Kegiatan Inti
1. Guru mengacak tempat duduk peserta didik menggunakan undian. Posisi tempat duduk
menentukan kelompok kerja yang terdiri dari 4-5 orang. Setiap pembelajaran
antropologi maka peserta duduk menempati posisi sesuai undian.
Sintaks 1 : Memberikan Stimulus
1. Guru meminta dua orang peserta didik laki-laki dan perempuan maju ke depan kelas.
Guru meminta peserta didik di kelas untuk mengidentifikasi perbedaan dari kedua
peserta didik yang ada di depan kelas
2. Guru menyampaikan mengenai keberagaman dalam masyarakat yang tediri dari
banyak perbedaan-perbedaan. Guru melakukan tanya jawab dengan peserta didik
mengenai perbedaan-perbedaan yang ada di sekitar mereka dan di Indonesia
Sintaks 2 : Mengidentifikasi Masalah
3. Guru memberikan Lembar Kerja Peserta Didik
4. Peserta didik secara berkelompok mencermati pertanyaan yang ada di LKPD
Sintaks 3 : Mengumpulkan Data
5. Peserta didik mengumpulkan informasi melalui berbagai literatur (buku atau internet)
tentang penggolongan sosial dan diferensiasi sosial
Sintaks 4 : Mengolah Data
6. Peserta didik berdiskusi untuk menjawab pertanyaan yang ada di LKPD
Sintaks 5 : Memverifikasi
7. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Setiap
kelompok membandingkan hasil kerja antar kelompok dan saling menanggapi dengan
santun.
Sintaks 6 : Menyimpulkan
8. Beberapa perwakilan peserta didik memberikan kesimpulan tentang materi yang telah
didiskusikan yaitu penggolongan sosial dan diferensiasi sosial di masyarakat

Penutup
1. Guru memberikan kesempatan kepada beberapa peserta didik untuk mengungkapkan
pengalaman belajarnya
2. Guru memberikan apresiasi atas pengalaman belajar peserta didik
3. Guru memberikan penguatan materi tentang penggolongan sosial dan diferensiasi
sosial
4. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya yaitu
konsep agama. Peserta didik diminta untuk membaca dan mencari informasi di
buku/internet tentang agama yang ada di Indonesia
5. Memberi salam.

Pertemuan ke-2 (3 ×45 menit)


Indikator Pencapaian Kompetensi :
3.2.5 Menjelaskan konsep agama
3.2.6 Memberi contoh agama di Indonesia
3.2.7 Menunjukkan perbedaan agama di Indonesia
4.2.5 Melakukan kajian literatur tentang konsep agama
4.2.6 Melakukan diskusi tentang konsep agama
4.2.7 Mempresentasikan hasil diskusi tentang konsep agama

Pendahuluan
1. Memberi salam
2. Menanyakan kehadiran peserta didik
4
3. Mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan
4. Mengingatkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya tentang
pengolongan sosial dan diferensiasi sosial
5. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-
hari
6. Menyampaikan garis besar cakupan materi yang akan dipelajari tentang konsep agama
7. Menyampaikan teknik penilaian yang akan digunakan

Kegiatan Inti
1. Guru mengelompokkan peserta didik berdasarkan tempat duduk yang sudah diacak
pada awal semester. Kelompok kerja terdiri dari 4-5 orang.
Sintaks 1 : Memberikan Stimulus
2. Guru menanyangkan beberapa gambar keberagaman agama di Indonesia
3. Peserta didik memberikan tanggapan dan pertanyaan yang berkaitan dengan gambar
keberagaman agama
Sintaks 2 : Mengidentifikasi Masalah
4. Guru memberikan Lembar Kerja Peserta Didik
5. Peserta didik secara berkelompok mencermati pertanyaan yang ada di LKPD
Sintaks 3 : Mengumpulkan Data
6. Peserta didik mengumpulkan informasi melalui berbagai literatur (buku atau internet)
tentang agama di Indonesia
Sintaks 4 : Mengolah Data
7. Peserta didik berdiskusi untuk menjawab pertanyaan yang ada di LKPD
Sintaks 5 : Memverifikasi
8. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Setiap
kelompok membandingkan hasil kerja antar kelompok dan saling menanggapi dengan
santun.
Sintaks 6 : Menyimpulkan
9. Beberapa perwakilan peserta didik memberikan kesimpulan tentang materi yang telah
didiskusikan yaitu agama di Indonesia

Penutup
1. Guru memberikan kesempatan kepada beberapa peserta didik untuk mengungkapkan
pengalaman belajarnya
2. Guru memberikan apresiasi atas pengalaman belajar peserta didik
3. Guru memberikan penguatan materi tentang konsep agama
4. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya yaitu
konsep etnik. Peserta didik diminta untuk membaca dan mencari informasi di
buku/internet tentang etnik yang ada di Indonesia
5. Memberi salam.

Pertemuan ke-3 (3 ×45 menit)


Indikator Pencapaian Kompetensi :
3.2.8 Menjelaskan konsep etnik
3.2.9 Memberi contoh etnik di Indonesia
4.2.8 Melakukan kajian literatur tentang konsep etnik
4.2.10 Melakukan diskusi tentang konsep etnik
4.2.11 Mempresentasikan hasil diskusi tentang konsep etnik

Pendahuluan
1. Memberi salam
2. Menanyakan kehadiran peserta didik

5
3. Mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan
4. Mengingatkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya tentang konsep
agama
5. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-
hari
6. Menyampaikan garis besar cakupan materi yang akan dipelajari tentang konsep etnik
7. Menyampaikan teknik penilaian yang akan digunakan

Kegiatan Inti
1. Guru mengelompokkan peserta didik berdasarkan tempat duduk yang sudah diacak
pada awal semester. Kelompok kerja terdiri dari 4-5 orang.
Sintaks 1 : Memberikan Stimulus
2. Guru menayangkan beberapa gambar keberagaman etnik di Indonesia
3. Peserta didik memberikan tanggapan dan pertanyaan yang berkaitan dengan gambar
keberagaman etnik
Sintaks 2 : Mengidentifikasi Masalah
4. Guru memberikan Lembar Kerja Peserta Didik
5. Peserta didik secara berkelompok mencermati pertanyaan yang ada di LKPD
Sintaks 3 : Mengumpulkan Data
6. Peserta didik mengumpulkan informasi melalui berbagai literatur (buku atau internet)
tentang etnik di Indonesia
Sintaks 4 : Mengolah Data
7. Peserta didik berdiskusi untuk menjawab pertanyaan yang ada di LKPD
Sintaks 5 : Memverifikasi
8. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Setiap
kelompok membandingkan hasil kerja antar kelompok dan saling menanggapi dengan
santun.
Sintaks 6 : Menyimpulkan
9. Beberapa perwakilan peserta didik memberikan kesimpulan tentang materi yang telah
didiskusikan yaitu etnik di Indonesia

Penutup
1. Guru memberikan kesempatan kepada beberapa peserta didik untuk mengungkapkan
pengalaman belajarnya
2. Guru memberikan apresiasi atas pengalaman belajar peserta didik
3. Guru memberikan penguatan materi tentang konsep etnik
4. Guru memberikan tugas kelompok untuk melakukan penelitian lapangan tentang etnik
yang ada di lingkungan sekitar mereka dengan memberikan lembar penelitian
lapangan. Hasil penelitian lapangan akan dibahas pada pertemuan selanjutnya
5. Memberi salam.

Pertemuan ke-4 (3 ×45 menit)


Indikator Pencapaian Kompetensi :
3.2.10 Menunjukkan perbedaan etnik di Indonesia
4.2.9 Melakukan kajian lapangan tentang etnik di masyarakat sekitar
4.2.11 Mempresentasikan hasil diskusi tentang konsep etnik

Pendahuluan
1. Memberi salam
2. Menanyakan kehadiran peserta didik
3. Mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan
4. Mengingatkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya tentang konsep
etnik

6
5. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-
hari
6. Menyampaikan garis besar cakupan materi yang akan dibahas yaitu keberagaman etnik
yang ada di Pasuruan
7. Menyampaikan teknik penilaian yang akan digunakan

Kegiatan Inti
1. Guru meminta peserta didik duduk sesuai dengan kelompok
2. Guru menceritakan pengalaman berinteraksi dengan etnik yang berbeda dan
melakukan tanya jawab dengan peserta didik
3. Peserta didik saling menceritakan pengalaman ketika melakukan penelitian lapangan
tentang keberagaman etnik yang ada di kota Pasuruan
4. Peserta didik mempersiapkan lembar hasil penelitian lapangan
5. Peserta didik mempresentasikan hasil penelitian lapangan tentang keberagaman etnik
di Pasuruan di depan kelas. Setiap kelompok membandingkan hasil kerja antar
kelompok dan saling menanggapi dengan santun.
6. Beberapa perwakilan peserta didik memberikan kesimpulan tentang materi yang telah
dipresentasikan yaitu keberagaman etnik

Penutup
1. Guru memberikan kesempatan kepada beberapa peserta didik untuk mengungkapkan
pengalaman belajarnya
2. Guru memberikan apresiasi atas pengalaman belajar peserta didik
3. Guru memberikan penguatan materi tentang keberagaman etnik
4. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya yaitu
konsep gender. Peserta didik diminta untuk membaca dan mencari informasi di
buku/internet tentang konsep gender
5. Memberi salam.

Pertemuan ke-5 (3 ×45 menit)


Indikator Pencapaian Kompetensi :
3.2.11 Menjelaskan konsep gender
3.2.12 Memberi contoh gender di masyarakat
3.2.13 Menunjukkan perbedaan gender di masyarakat
4.2.12 Melakukan kajian literatur tentang konsep gender
4.2.13 Melakukan diskusi tentang konsep gender
4.2.14 Mempresentasikan hasil diskusi tentang konsep gender

Pendahuluan
1. Memberi salam
2. Menanyakan kehadiran peserta didik
3. Mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan
4. Mengingatkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya tentang konsep
etnik
5. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-
hari
6. Menyampaikan garis besar cakupan materi yang akan dipelajari tentang konsep gender
7. Menyampaikan teknik penilaian yang akan digunakan

Kegiatan Inti
1. Guru mengelompokkan peserta didik berdasarkan tempat duduk yang sudah diacak
pada awal semester. Kelompok kerja terdiri dari 4-5 orang.
Sintaks 1 : Memberikan Stimulus

7
2. Guru menayangkan video tentang peranan antara laki-laki dan perempuan pada suku
bangsa Korowai di Papua
3. Peserta didik memberikan tanggapan dan pertanyaan yang berkaitan dengan video
Sintaks 2 : Mengidentifikasi Masalah
4. Guru memberikan Lembar Kerja Peserta Didik
5. Peserta didik secara berkelompok mencermati pertanyaan yang ada di LKPD

Sintaks 3 : Mengumpulkan Data


6. Peserta didik mengumpulkan informasi melalui berbagai literatur (buku atau internet)
tentang konsep gender
Sintaks 4 : Mengolah Data
7. Peserta didik berdiskusi untuk menjawab pertanyaan yang ada di LKPD
Sintaks 5 : Memverifikasi
8. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Setiap
kelompok membandingkan hasil kerja antar kelompok dan saling menanggapi dengan
santun.
Sintaks 6 : Menyimpulkan
9. Beberapa perwakilan peserta didik memberikan kesimpulan tentang materi yang telah
didiskusikan yaitu konsep gender dan peranan gender pada masyarakat

Penutup
1. Guru memberikan kesempatan kepada beberapa peserta didik untuk mengungkapkan
pengalaman belajarnya
2. Guru memberikan apresiasi atas pengalaman belajar peserta didik
3. Guru memberikan penguatan materi tentang konsep gender
4. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya yaitu
konsep pekerjaan. Peserta didik diminta untuk membaca dan mencari informasi di
buku/internet tentang konsep pekerjaan
5. Memberi salam.

Pertemuan ke-6 (3 ×45 menit)


Indikator Pencapaian Kompetensi :
3.2.14 Menjelaskan konsep pekerjaan
3.2.15 Memberi contoh pekerjaan di masyarakat
3.2.16 Menunjukkan perbedaan pekerjaan di masyarakat
4.2.15 Melakukan kajian literatur tentang konsep pekerjaan
4.2.16 Melakukan diskusi tentang konsep pekerjaan
4.2.17 Mempresentasikan hasil diskusi tentang konsep pekerjaan

Pendahuluan
1. Memberi salam
2. Menanyakan kehadiran peserta didik
3. Mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan
4. Mengingatkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya tentang konsep
gender
5. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-
hari
6. Menyampaikan garis besar cakupan materi yang akan dipelajari tentang konsep
pekerjaan
7. Menyampaikan teknik penilaian yang akan digunakan

Kegiatan Inti

8
1. Guru mengelompokkan peserta didik berdasarkan tempat duduk yang sudah diacak
pada awal semester. Kelompok kerja terdiri dari 4-5 orang.
Sintaks 1 : Memberikan Stimulus
2. Guru menceritakan tentang berbagai macam pekerjaan yang ada di masyarakat
3. Peserta didik mengidentifikasi beragam pekerjaan yang ada di kota Pasuruan
Sintaks 2 : Mengidentifikasi Masalah
4. Guru memberikan Lembar Kerja Peserta Didik
5. Peserta didik secara berkelompok mencermati pertanyaan yang ada di LKPD
Sintaks 3 : Mengumpulkan Data
6. Peserta didik mengumpulkan informasi melalui berbagai literatur (buku atau internet)
tentang konsep pekerjaan
Sintaks 4 : Mengolah Data
7. Peserta didik berdiskusi untuk menjawab pertanyaan yang ada di LKPD
Sintaks 5 : Memverifikasi
8. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Setiap
kelompok membandingkan hasil kerja antar kelompok dan saling menanggapi dengan
santun.
Sintaks 6 : Menyimpulkan
9. Beberapa perwakilan peserta didik memberikan kesimpulan tentang materi yang telah
didiskusikan yaitu konsep pekerjaan

Penutup
1. Guru memberikan kesempatan kepada beberapa peserta didik untuk mengungkapkan
pengalaman belajarnya
2. Guru memberikan apresiasi atas pengalaman belajar peserta didik
3. Guru memberikan penguatan materi tentang konsep pekerjaan
4. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya yaitu
konsep desa-kota. Peserta didik diminta untuk secara berkelompok melakukan
observasi lapangan tentang perbedaan masyarakat di desa dan kota di daerah
Pasuruan
5. Memberi salam.

Pertemuan ke-7 (3 ×45 menit)


Indikator Pencapaian Kompetensi :
3.2.17 Menjelaskan konsep desa dan kota
3.2.18 Memberi contoh desa dan kota
3.2.19 Menunjukkan perbedaan desa dan kota
4.2.18 Melakukan kajian literatur tentang konsep desa-kota
4.2.19 Melakukan kajian lapangan tentang desa-kota
4.2.20 Melakukan diskusi tentang desa-kota
4.2.21 Mempresentasikan hasil diskusi tentang desa-kota

Pendahuluan
1. Memberi salam
2. Menanyakan kehadiran peserta didik
3. Mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan
4. Mengingatkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya tentang konsep
pekerjaan
5. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-
hari
6. Menyampaikan garis besar cakupan materi yang akan dipelajari tentang konsep desa
kota
7. Menyampaikan teknik penilaian yang akan digunakan

9
Kegiatan Inti
1. Guru mengelompokkan peserta didik berdasarkan tempat duduk yang sudah diacak
pada awal semester. Kelompok kerja terdiri dari 4-5 orang.

Sintaks 1 : Memberikan Stimulus


2. Guru menayangkan gambar tentang desa dan kota
3. Peserta didik menceritakan pengalaman melakukan observasi lapangan tentang desa
dan kota

Sintaks 2 : Mengidentifikasi Masalah


4. Guru memberikan Lembar Kerja Peserta Didik
5. Peserta didik secara berkelompok mencermati pertanyaan yang ada di LKPD
Sintaks 3 : Mengumpulkan Data
6. Peserta didik mengumpulkan informasi melalui berbagai literatur (buku atau internet)
tentang konsep desa dan kota. Peserta didik juga menambahkan informasi dari hasil
observasi lapangan
Sintaks 4 : Mengolah Data
7. Peserta didik berdiskusi untuk menjawab pertanyaan yang ada di LKPD
Sintaks 5 : Memverifikasi
8. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Setiap
kelompok membandingkan hasil kerja antar kelompok dan saling menanggapi dengan
santun.
Sintaks 6 : Menyimpulkan
9. Beberapa perwakilan peserta didik memberikan kesimpulan tentang materi yang telah
didiskusikan yaitu konsep desa-kota

Penutup
1. Guru memberikan kesempatan kepada beberapa peserta didik untuk mengungkapkan
pengalaman belajarnya
2. Guru memberikan apresiasi atas pengalaman belajar peserta didik
3. Guru memberikan penguatan materi tentang konsep pekerjaan
4. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya yaitu
konsep ras. Peserta didik diminta untuk membaca materi tentang ras di buku/internet
5. Memberi salam.

Pertemuan ke-8 (3 ×45 menit)


Indikator Pencapaian Kompetensi :
3.2.20 Menjelaskan konsep ras
3.2.21 Memberi contoh ras di Indonesia
3.2.22 Menunjukkan perbedaan ras di Indonesia
4.2.22 Melakukan kajian literatur tentang konsep ras
4.2.23 Melakukan diskusi tentang ras di Indonesia
4.2.24 Mempresentasikan hasil diskusi tentang ras

Pendahuluan
1. Memberi salam
2. Menanyakan kehadiran peserta didik
3. Mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan
4. Mengingatkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya tentang konsep
desa dan kota
5. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-
hari
10
6. Menyampaikan garis besar cakupan materi yang akan dipelajari tentang konsep ras
7. Menyampaikan teknik penilaian yang akan digunakan

Kegiatan Inti
1. Guru mengelompokkan peserta didik berdasarkan tempat duduk yang sudah diacak
pada awal semester. Kelompok kerja terdiri dari 4-5 orang.
Sintaks 1 : Memberikan Stimulus
2. Guru menayangkan gambar tentang beragam ras yang ada di dunia
3. Guru menceritakan sejarah perkembangan antropologi pada fase pertama yang
berkaitan dengan perbedaaan ras
4. Peserta didik menanggapi dan memberikan pertanyaan berkaitan dengan ras
5. Guru menayangkan powerpoint tentang keberagaman ras di dunia dan di Indonesia
Sintaks 2 : Mengidentifikasi Masalah
6. Guru memberikan Lembar Kerja Peserta Didik
7. Peserta didik secara berkelompok mencermati pertanyaan yang ada di LKPD
Sintaks 3 : Mengumpulkan Data
8. Peserta didik mengumpulkan informasi melalui berbagai literatur (buku atau internet)
tentang konsep ras
Sintaks 4 : Mengolah Data
9. Peserta didik berdiskusi untuk menjawab pertanyaan yang ada di LKPD
Sintaks 5 : Memverifikasi
10. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Setiap
kelompok membandingkan hasil kerja antar kelompok dan saling menanggapi dengan
santun.
Sintaks 6 : Menyimpulkan
11. Beberapa perwakilan peserta didik memberikan kesimpulan tentang materi yang telah
didiskusikan yaitu konsep ras

Penutup
1. Guru memberikan kesempatan kepada beberapa peserta didik untuk mengungkapkan
pengalaman belajarnya
2. Guru memberikan apresiasi atas pengalaman belajar peserta didik
3. Guru memberikan penguatan materi tentang konsep ras
4. Guru menjelaskan bahwa pertemuan berikutnya akan dilakukan ulangan harian
tentang materi yang telah dipelajari
5. Memberi salam.

Pertemuan ke-9 (2 ×45 menit)


Indikator Pencapaian Kompetensi :
3.2.1 Menjelaskan penggolongan sosial dalam masyarakat
3.2.2 Memberikan contoh penggolongan sosial dalam masyarakat
3.2.3 Menjelaskan penggolongan sosial secara horizontal/diferensiasi sosial
3.2.4 Menunjukkan diferensiasi sosial berdasarkan kriteria tertentu (Agama, etnik,
gender, pekerjaan,desa-kota)
3.2.5 Menjelaskan konsep agama
3.2.6 Memberi contoh agama di Indonesia
3.2.7 Menunjukkan perbedaan agama di Indonesia
3.2.8 Menjelaskan konsep etnik
3.2.9 Memberi contoh etnik di Indonesia
3.2.10 Menunjukkan perbedaan etnik di Indonesia
3.2.11 Menjelaskan konsep gender
3.2.12 Memberi contoh gender di masyarakat
3.2.13 Menunjukkan perbedaan gender di masyarakat
3.2.14 Menjelaskan konsep pekerjaan
11
3.2.15 Memberi contoh pekerjaan di masyarakat
3.2.16 Menunjukkan perbedaan pekerjaan di masyarakat
3.2.17 Menjelaskan konsep desa dan kota
3.2.18 Memberi contoh desa dan kota
3.2.19 Menunjukkan perbedaan desa dan kota
3.2.20 Menjelaskan konsep ras
3.2.21 Memberi contoh ras di Indonesia
3.2.22 Menunjukkan perbedaan ras di Indonesia

Pendahuluan
1. Memberi salam
2. Menanyakan kehadiran peserta didik
3. Mengkondisikan suasana belajar untuk siap melaksanakan ulangan harian
4. Menyampaikan aturan dalam ulangan harian
5. Menyampaikan skor dalam ulangan harian

Kegiatan Inti
1. Peserta didik duduk sesuai dengan tempat masing-masing
2. Guru membagikan soal ulangan harian
3. Peserta didik mengerjakan soal ulangan harian
4. Peserta didik mengumpulkan soal dan lembar jawaban ulangan harian

Penutup
1. Guru memberikan apresiasi atas kejujuran peserta didik dalam mengerjakan ulangan
harian
2. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya yaitu
stratifikasi sosial. Setiap peserta didik diminta untuk membaca atau mencari informasi
tentang stratifikasi sosial
3. Memberi salam.
I. Penilaian Hasil Belajar
1. Teknik Penilaian :
a. Penilaian Sikap : Observasi
b. Penilaian Pengetahuan : Penugasan, tes tertulis
c. Penilaian Keterampilan : Unjuk Kerja
2. Instrumen Penilaian (terlampir)

Guru Pembimbing, Guru Mata Pelajaran,

Dra. Nurhidayati, SH Suhariyanti, S.Sos


NIP. 19650918 198803 2 007 NIP. 19741109 201412 2 001

Mengetahui
Kepala SMAN 1 Batu Waka Kurikulum

Drs. Suprantiyo, M.M. Amantho, S. Pd


12
NIP. 19590923 198703 1 009 NIP. 19620315 198511 1 002

LAMPIRAN
MATERI PEMBELAJARAN

13
Penggolongan Sosial

Penggolongan sosial terbagi menjadi dua, yaitu penggolongan sosial secara horizontal atau
diferensiasi sosial dan penggolongan sosial secara vertikal atau stratifikasi sosial.
Diferensiasi sosial adalah klasifikasi atau penggolongan terhadap perbedaan-perbedaan tertentu
yang biasanya sama atau sejenis. Pengertian sama disini menunjuk pada klasifikasi masyarakat
secara horizontal, mendatar atau sejajar. Maksudnya adalah tidak ada golongan dari pembagian
tersebut yang lebih tinggi daripada golongan lainnya. Yang termasuk ke dalam kriteria
diferensiasi sosial antara lain perbedaan suku bangsa, ras, gender, profesi, desa-kota.

Munculnya Diferensiasi Sosial


 Ciri Fisik

Ciri fisik yang mendorong lahirnya diferensiasi sosial dapat terlihat dengan adanya perbedaan
ras, yaitu penggolongan manusia ke dalam golongan tertentu berdasarkan perbedaan fisik yang
tampak dari luar (fenotype), seperti warna dan bentuk rambut, warna mata, bentuk bibir,
bentuk hidung, bentuk wajah, warna kulit, tinggi badan, dan sebagainya.

 Ciri Sosial

Ciri sosial terlihat dengan adanya organisasi-organisasi eksklusif yang membatasi


keanggotaannya hanya pada level-level tertentu dalam masyarakat. Di sini tersirat sebuah
makna bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota melakukan fungsi atau tugas
untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan umum.

 Ciri Budaya

Dalam ciri budaya, individu cenderung membedakan antara masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain. Hal ini terlihat dengan adanya anggapan bahwa kebudayaan atau gelar
kesarjanaan luar negeri berbeda dengan kebudayaan atau gelar kesarjanaan dalam negeri,
ataupun pembagian masyarakat ke dalam suku-suku yang ada.

14
Pada dasarnya diferensiasi menunjukkan adanya keragaman. Bangsa Indonesia memiliki
keragaman yang luar biasa yang merupakan potensi tersendiri bagi pembangunan, baik ditinjau
dari suku, adat istiadat, bahasa, ras, budaya, agama, dan lain sebagainya. Keragaman seperti ini
menunjukkan adanya diferensiasi sosial pada masyarakat Indonesia. Konsep diferensiasi sosial
tidak harus diartikan sebagai suatu diferensiasi derajat dan martabat manusia. Konsep
diferensiasi sosial menunjukkan adanya diferensiasi yang terdapat pada masyarakat tanpa
memandang kelas-kelas sosial yang bersifat hierarkis. Dengan demikian, konsep diferensiasi
sosial lebih diartikan sebagai keragaman yang bersifat horisontal, bukan pembedaan kelas yang
bersifat vertikal.
Diferensiasi Sosial
1. Pengertian Diferensiasi Sosial
Di dalam kehidupan masyarakat selalu ditemukan kesamaan dan beberapa
perbedaan atau ketidaksamaan. Pada masyarakat yang homogen atau serba sama
sekalipun perbedaan atau ketidaksamaan itu seialu ditemukan.Kalau kite
memperhatikan masyarakat di sekiiar kita, ada banyak sekali perbedaan-perbedaan
yang kita jumpai. Perbedaan-perbedaan itu antara lain dalam agama, ras, etnis, clan
(klen), pekerjaan, budaya, maupun jenis kelamin.
Perbedaan-perbedaan itu tidak dapat diklasifikasikan secara bertingkat/vertical
seperti halnya pada tingkatan dalam lapisan ekonomi, yaitu lapisan tinggi, lapisan
menengah dan lapisan rendah. Perbedaan itu hanya secara horisontai. Perbedaan seperti
ini dalam sosiologi dikenal dengan istilah diferensiasi sosial. Diferensiasi adalah
klasifikasi terhadap perbedaan-perbedaan yang biasanya sama. Pengertian sama disini
menunjukkan pada penggotongan atau klasirikasi masyarakat secara horisontai,
mendatar, atau sejajar. Asumsinya adalah tidak ada golongan dari pembagian tersebut
yang lebih tinggi daripada golongan lainnya.
Pengelompokan horisontai yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis (suku
bangsa). kien dan agama disebut kemajemukan sosial, sedangkan pengelompokan
berasarkan perbedaan profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial.
Keadaan ketidaksamaan itu dapat terjadi karena beberapa faktor pembeda dalam
dimensi horizontal seperti adanya kaidah-kaidah sosial yang tidak sama dan adanya
kelompok-kelompok sosial. Adapun faktor pembeda dalam dimensi vertikal adalah
adanya orang kaya dan miskin dan orang yang berpendidikan tinggi dan rendah. Adapun
faktor pembeda dalam dimensi mobilitas adalah adanya orang yang sering berpindah
tempat tinggal dan yang tidak pernah pindah, orang yang sering berganti pekerjaan dan
tidak, orang yang cepat kaya dan iambat, dan orang yang cepat menyelesaikan studi dan
yang Iambat.
Berkenaan dengan adanya faktor-faktor pembeda maka di dalam kehidupan
masyarakat terjadi aneka ragam bentuk pengelompokan sosial, klasifikasi sosial, dan
spesialisasi sosial. Pembedaan yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat disebut
dengan istilah diferensiasi sosial atau social differentiation. Menurut Soerjono Soekanto,
diferensiasi sosial adalah variasi pekerjaan, prestise, dan kekuasaan kelompok dalam
masyarakat, yang dikaitkan dengan interaksi atau akiba: umiim dari proses interaksi
sosial yang lain. Perwujudan penggolongan masyarakat atas dasar perbedaan pada
kriteria-kriteria yang tidak menimbulkan tingkatan-tingkatan antara lain ras, agama,
jenis kelamin, profesi, klan, suku bangsa, dan seba-gainya.
Diferensiasi sosialdapat didasarkan padabeberapafaktor,seperti faktor ras, etnik,
agama, dan gender serta beberapa faktor stratifikasi sosial. Dalam penjelasan awal, telah
disinggung bahwa perbedaan-perbedaan yang bersifat horizontal dinamakan
15
diferensiasi sosial. Sementara itu, perbedaan masyarakat yang bersifat vertikal lazim
disebut pelapisan sosial atau stratifikasi sosial. Diferensiasi yang bersifat horizontal ini
bukan didasarkan pada banyak sedikitnya sesuatu berharga yang dihargai dan dimiliki
masyarakat. Akan tetapi, didasarkan pada kenyataan-kenyataan sosial yang secara fisik
dan psikologis memang berbeda. Untuk itu, diferensiasi yang bersifat horizontal tidak
menyebabkan adanya perbedaan kedudukan seseorang dalam masyarakat. Diferensiasi
berarti suatu proses di mana orang perorangan memperoleh hak dan kewajiban yang
berbeda dengan orang lain dalam masyarakat atas dasar perbedaan usia, seks, dan
pekerjaan.
2. Ciri-ciri Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial ditandai dengan adanya perbedaan berdasarkan ciri-ciri sebagai
berikul.
a. Ciri Fisik
Diferensiasi ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu. Misalnya, warna kulit,
bentuk mata, rambut, hidung, muka, dan sebagainya.
b. Ciri Sosial
Diferensiasi sosial ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan cara
pandang dan pola perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk didalam kategori
ini adalah perbedaan peranan, prestise dan kekuasaan. Contohnya pola perilaku
seorang perawat akan berbeda dengan seorang karyawan kantor.
c. Ciri Budaya
Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat
menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan, sistern
kekeluargaan, keuletan dan ketangguhan (etos). Hasil dari nilai-nilai yang dianut
suatu masyarakat dapat kita lihat dari bahasa, kesenian, arsitektur, pakaian adat,
agama, dan sebagainya.

3. Perbedaan Diferensiasi Sosial dengan Stratifikasi Sosial


Sebelum kita mempelajari stratifikasi sosial secara khusus pada modul inendatang.
dengan melihat tabel di bawah ini secara tegas dapat kila bedakan antara diferensiasi
sosial dengan stratifikasi sosial.
No. Diferensiasi Sosial Stratifikasi Sosial
1. Pengetompokan secara horizontal Pengelompokan secara vertikal
Berdasarkan posisi, status, kelebihan
2. Berdasarkan ciri dan fungsi
yang di-miliki, sesuatu yang dihargai.
3. Distribusi kelompok Distribusi hak dan wewenang
4. Genotipe Stereotipe
Kriteria ekonomi, pendidikan,
5. Kriteria biologis/fisik sosiokultural
kekuasaan, kehormatan

4. Jenis-Jenis Diferensiasi Sosial


a. Diferensiasi Sosial Berdasar Ras
Istilah ras scring menjadi istilah yang paling kontroversial dalam iimu sosial.
Istilah ini sering digunakan sebagai acuan untuk menekankan ideologi atau daiam
karya ilmiah sering digunakan untuk menunjuk pada warna kulit, bentuk wajah, dan
tipe rambut. Di dalam kenyataannya banyak dijumpai kesulitan untuk
mengidentirlkasi jenis ras di suatu tempat. Misalnya, antara kelompok Melayu dan
Cina di Malaysia. Jika ditelusuri lebih jauh, kedua kelompok etnik tersebut masih
termasuk dalam ras Mongoloid. Oleh karena itu, disepakati untuk
mengklasifikasikan Malaysia sebagai masyarakat yang multietnik.

16
Apa pun dasar diferensiasi yang digunakan pada perkem-bangan lebih lanjut,
namun sampai saat ini masih dijumpai bahwafaktorrastetap masih dijadikan sebagai
dasar diferensiasi sosial.
b. Diferensiasi Sosial Berdasar Etnik
Salah satu faktor penentu diferensiasi sosial adalah faktor etnik. Bangsa
Indonesia yang dinyatakan sebagai bangsa yang bersifat majemuk tentu tidak !uput
dari fenomena diferensiasi sosial berdasar etnik. Meskipun tidak selalu terjadi
konflik di antara kelompok etnik yang satu dengan yang lain, namun disadari
maupun tidak setiap warga negara Indonesia akan mcnempati maupun ditempatkan
pada satu kelompok etnik tertentu. Dalam konsep struktur sosial setiap warga
negara
Indonesia akan menempati dan ditempatkan pada komposisi tertentu di
dalam slruktur masyarakat Indonesia yang terdiri atas ratusan suku bangsa atau
kelompok etnik.
Dilihat dari jenisnya, diferensiasi sosial terdiri atas diferensiasi tingkatan, diferensiasi
fungsional, dan diferensiasi adat.
a. Diferensiasi Tingkatan (Rank Diferentiation)
Pembedaan jenis ini terjadi karena ketimpangan distribusi barang atau sesuatu
yang dibutuhkan dan terbatas persedia-annya.
b. Diferensiasi Fungsional (Functional Differentiation)
Pembedaan jenis ini terjadi karena orang mempunyai pekerjaan berlainan.
c. Diferensiasi Adat (Custom Differentiation)
Pembedaan jenis ini muncul karena aturan perilaku yang tepat berbeda menurut
situasi tertentu. Dalam masyarakat Indonesia, diferensiasi sosial yang ada sangat
beraneka ragam. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor itu, antara
lain sebagai berikut.
a. Wilayah Indonesia terdiri atas ribuan pulau yang terbentang dengan luas
1.906.240 km3 serta terietak dalam posisi di antara dua samudra dan dua
benua. Kondisi ini menyebab-kan masing-masing pulau mempunyai
keragaman alam dan kebudayaan tersendiri.
b. Letak dan keadaan geografis masing-masing pulau atau daerah berbeda-beda.
Ada yang di tepi pantai, lembah, pedalaman, perkotaan, atau pedesaan.
c. Perkembangan serta kemampuan masing-masing daerah tidak sama.
d. Perbedaan dalam menyerap unsur-unsur budaya asing yang masuk ke dalam
kehidupan masyarakat.
e. Perbedaan sistem religi yang dianut masyarakat satu dengan lainnya.
f. Asal-usul warga masyarakat yang berlainan.
c. Diferensiasi Sosial Berdasar Agama
Faktor agama memiliki kedudukan yang kuat di dalam mendasari terjadinya
diferensiasi sosial di setiap negara dan bangsa. Bahkan, tidak sekadar terjadi
diferensiasi, akan tetapi juga terjadi konflik berkenaan dengan keragaman agama
yang ada di dalam suatu negara. Misalnya, konflik antara Irlandia Utara dengan
lnggris yang disebabkan oleh perbedaan agama. Namun, afiliasi keagamaan yang
sama tidak mengurangi efek-efek distabilitas yang menghasilkan perpecahan.
Demikian juga dengan bangsa Indonesia yang sekalipun terpilah dalam banyak
agama yang dianut warganya, namun tetap terjaga inte-grasinya.
d. Diferensiasi Sosial Berdasar Gender
Diferensiasi berdasar gender biasanya lebih banyak terjadi pada fenomena
pembagian kerja atau kesempatan mendapat pekerjaan. Dalam buku Sociology yang
ditulis oleh Perrucci dan Knudsen diuraikan bahwa seks dan gender merupakan
sumber diferensiasi di dalam kehidupan masyarakat,
Diferensiasi berdasar gender ini sering terasa dampaknya, tenltama pada
perbedaan peran antara pria dan wanita dalam kesempatan memperoleh pekerjaan,
pendidikan, pendapatan, dan politik.
e. Diferensiasi Sosial Berdasar Strata
17
Diferensiasi sosial yang didasarkan pada faktor stratifikasi ini sangat banyak
contohnya. Misalnya, diferensiasi berdasar tingkat pendidikan, pendapatan,
kekayaan, jenis pekerjaan, kasta, dan marga.
Disadari atau tidak dan atas kemauan sendiri ataii atas sikap dari perilaku
orang lain, seseorang atau sekelompok orang kadang digolongkan pada komposisi
tertentu di dalam masyarakat berdasarkan faktor-faktor diferensiasi strata tersebut.
Penggolongan tersebut bisa bersifat objektif jika sesuai dengan kenyataan.
Misalnya, orang kaya ditempatkan sebagai orang kaya dan orang pandai
ditempatkan pada golongan atau kelompok orang pandai. Penggolongan itu terjadi
secara subjektif atau tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Misalnya,
orang yang sebenamya mislrin digolongkan ke dalam kelompok orang kaya atau
orang kaya digolongkan ke dalam kelompok orang miskin. Selanjutnya, ketika
pemerintah akan memberikan sumbangan atau subsidi terhadap orang miskin,
terayata sering salah sasaran. Orang yang sebenarnya tidak miskin termasuk dalam
daftar penduduk yang akan menerima subsidi. Sebaliknya, orang yang benar-benar
miskin malanan tidak mendapatkan subsidi seperti subsidi kompensasi kenaikan
harga BBM yang ternyata banyak yang salah sasaran.
Kesalahan penggolongan itu bisa terjadi secara disengaja atau tidak disengaja
karena salah menginterpretasi situasi dan kondisi terhadap anggota masyarakat
yang bersangkutan.

Diferensiasi Ras
Diferensiasi ras merupakan pembedaan manusia berdasarkan ciri-ciri fisiknya.
Adapun ciri-ciri fisik itu, antara lain warna kulit, bentuk rambut, warna rambut, tinggi
badan dan warna mata. Banyak ahli memiliki definisi sendiri tentang ras. Mereka juga
membedakan manusia berdasarkan penggolongan ciri fisik tersebut.
1. Pengertian Ras
Ilmu yang mempelajari ras-ras manusia dinamakan somatologi. Para ahli antropoiogi
fisik umumnya membedakan ras berdasarkan lokasi geografis serta ciri-ciri fisik,
seperti warna mata, warna kulit, warna rambut, bentuk kepala, dan bentuk wajah.
Beberapa definisi ras dari para ahli adalah sebagai berikut.
a. Horton dan Hunt
Ras adalah kelompok manusia yang berbeda dengan kelompok-kelompok lainnya
dari segi ciri-ciri fisik bawaan ataupun pengertian yang digunakan masyarakat.
b. Grosse
Ras adalah segolongan manusia yang merupakan satu kesatuan karena kesamaan
sifat jasmani dan rohani yang ditumnkan sehingga dapat dibedakan dengan
kesatuan lain.
c. Kohlbrugge
Ras adalah segolongan manusia yang memiliki kesamaan ciri-ciri jasmani karena
diturunkan, sedangkan sifat-sifat kerohani-annyadiabaikan.
d. Koentjaraningrat
Ras adalah golongan manusia yang secara umum rnemiliki ciri-ciri tubuh tertentu.
e. Dunn dan Dobshansky
Ras adalah populasi yang dibedakan oleh persamaan gen atau kategori individu
yang secara turun temurun memiliki ciri-ciri fisik dan biologis tertentu. Ras
mengandung pengertian secara biologis dan fisik serta tidak termasuk sifat-sifat
budayanya.
2. Pembagian Ras
Menurut Robertson, ras merupakan pengelompokan manusia berdasarkan ciri-
ciri warna kulit dan fisik tubuh tertentu yang diturunkan secara turun-temurun. Ras
adalah segolongan orang yang memiliki ciri-ciri lahiriah yang sama atau sangat mirip
sehingga dapat dibedakan dengan golongan lain. Perbedaan ras tidak hanya meliputi
waraa kulit saja melainkan meliputi juga perbedaan bentuk tubuh, bentuk muka,

18
bentuk dan warna rambut, bentuk hidung, dan volume otak, Ciri-ciri fisik sebagai dasar
pembagian ras meliputi
a. ciri-ciri kualitas, yaitu warna kulit, bentuk rambut, bentuk lipatan mata, dan
bentuk bibir;
b. ciri-ciri kuantitas, yaitu bentuk badan, berat badan, dan indeks kepala.
Perbedaan fisik tersebut merupakan hasil interaksi individu dengan lingkungan
hidup khusus mereka. Berdasarkan jenisnya, ras manusia terbagi menjadi tiga, yaitu
ras Kaukasoid, Mongoloid, dan Negroid. Ciri ras Kaukasoid adalah berkulit putih
dengan rambut lurus atau berombak. Ciri ras Mongoloid adalah berkulit kuning atau
coklat dengan mata yang sipit. Ras Negroid ditandai dengan ciri kulit hitam dan
berambut kriting. Bangsa yang termasuk ras Kaukasoid adalah bangsa Eropa dan
Amerika Serikat. Ras Mongoloid adalah bangsa Asia, termasuk Indonesia. Ras Negroid
banyak ditemukan di benua Afrika.
Menurut A L Kroeber. penggolongan ras yang terpentmg dan hubungan satu
sama Iain adalah antaia lain sebagai benkut.
a. Ras Kaukasoid yang terdiri atas
1) Ras Nordik (Eropa utara sekitar Laut Baltik);
2) Ras Alpin (Eropa Tengah dan Eropa Timur);
3) Ras Mediteranean (sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arabia dan
lrania).
b. Ras Mongoloid yang terdiri atas
1) Ras Asiatik-Mongoloid (Asia Ulara, Asia Tengah dan Asia Timur);
2) Ras Melayu Mongoloid (Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia dan Filipina);
3) Ras Amerika Mongoloid (Eskimo di Amerika Utara sampai Terradel Fuego di
sekitar Amerika Selatan).
c. Ras Negroid yang terdiri atas
1) Ras African Negroid (Benua Afrika);
2) Ras Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Melayu, dan sebagian Filipina);
3) Ras Melanesian (Irian dan Melanesian).
d. Ras-ras khusus, adafah ras yang tidak termasuk ras induk (Kaukasoid, Mongoloid.
Negroid). Ras ini diklasifikasikan ke-dalam empat rumpun, yaitu sebagai berikut.
1) Bushman, memiliki ukuran tubuh sedang, warna kutit cokclat, rambut hitam
keriting, mata lebar. Mereka terdapat di daerah gurun Kalahari (Afrika
Selatan).
2) Veddoid, ciri-cirinya hampir sama dengan Negrito, ukuran tubuh lebih pendek
mendekati kerdil. Mereka lerdapal di daerah pedalaman Srilanka dan Sulawesi
Utara.
3) Polinesoid, ukuran tubuh sedang, warna kulit cokelat, mata lebar, rambut
hitam berombak. Mereka terdapat di Kepulauan Mikronesia dan Polinesia.
4) Ainu, memiliki warna kulit dan rambut ras Kaukasoid, tetapi bentuk muka ras
Mongoloid. Mereka terdapat di Pulau Hokaido dan Karafuko (Jepang Utara).
Menurut Ralph Linton, penggolongan ras yang terpenting dan hubungan satu
sama lain adalah antara lain sebagai berikut.
a. Mongoloid, dengan ciri-ciri kulit kuning sampai sawo ma-lang, rambut lurus, bulu
badan sedikit, mata sipit (terutama Asia Mongoloid). Ras Mongoloid dibagi
menjadi dua, yaitu Mongoloid Asia dan Indian. Mongoloid Asia terdiri dari Sub Ras
Tionghoa (terdiri dari Jepang, Taiwan, Vietnam) dan Sub Ras Melayu. Sub Ras
Melayu terdiri dari Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Mongoloid Indian terdiri dari
orangorang Indian di Anierika.
b. Kaukasoid, memiliki ciri fisik hidung mancung, kulit putih, rambut pirang sampai
cokelat kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus. Ras ini terdiri dari Sub Ras
Nordic, Alpin, Mediteran, Armenoid dan India.
c. Negroid, dengan ciri fisik rambut keriting, kulit hitam, bibir tebal dan kelopak mata
lurus. Ras ini dibagi menjadi Sub Ras Negrito, Nilitz, Negro Rimba, Negro Oseanis
dan Hotentot-Boy sesman.
19
Bagaimanakah persebaran ras-ras di Indonesia? Pada kenyataannya masyarakat
Indonesia terdiri atas berbagai ras baik penduduk asli maupun pendatang. Mereka
tinggal tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Beberapa ras yang ada di Indonesia,
antara lain sebagai berikut.
a. Ras Malayan Mongoloid.
Ras Malayan Mongoloid memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) warna kulit sawo matang;
2) mata hitam;
3) rambut hitam lurus dan berombak;
4) hidung dan bibir sedang;
5) tinggi badan rata-rata 150-165 cm.
Penyebaran ras ini meliputi wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat,
Kalimantan, dan Sulawesi.
b. Ras Melanesoid
Ras Melanesoid memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) warna kulit hitam;
2) rambut hitam dan keriting;
3) bibir agak tebal;
4) badan tegap;
5) hidung lebar cenderung pcsek;
6) tinggi badan rata-rata 160-170 cm.
Penyebaran ras Melanesoid meliputi wilayah Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara
Timur.
c. Ras Asiatic-Mongoloid
Ras ini kebanyakan adiilah kaum pendatang dan biasanya mereka berdiam di kola-
kola besar. Masyarakat yang termasuk ras ini di antaranya, orang Cina, Jepang, dan
Korea. Secara umum, ciri-ciri ras Asiatic-Mongoloid adalah
1) warna kulit kuning;
2) mata sipit;
3) bibirtipis;
4) rambut hitam dan cenderung lurus;
5) tinggi badan rata-rata 155-165 cm.
d. Ras Kaukasoid
Ras ini pun kebanyakan nicrupakan kaum pendatang yang biasanya juga berdiam
di kota-kota besar. Masyarakai yang termasuk ras Kaukasoid di antaranya orang
India. Ti tnur Tengah, Australia. Eropa, dan Amerika. Ciri-ciri ras Kaukasoid adalah
1) warna kulit untuk orang India agak kuning, sedangkan orang Timur Tengah,
Auslralia, Eropa, dan Amerika adalah putih;
2) rambut hitam atau pirang;
3) hidung mancung;
4) bibir lipis;
5) tinggi badan rata-rata 165-180 cm.
Beragamnya ras yang ada di Indonesia tentu saja akan menambah keragaman
budaya bangsa. Tiap-liap ras tersebut biasanya mempunyai sistein niiai budaya yang
berbeda satu dengan lainnya.
Begitu pula dengan sejarah perkembangan bangsa Indonesia yang mendapat
pengaruh dari kaum pendatang baik dari India, Cina, Timur Tengah, maupun Eropa
serta pengaruh kebudayaan Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen.
Dengan adanya migrasi dari daratan Asia ke Indonesia maka pada zaman
praaksara Kepulauan Indonesia sudah dihuni oleh berbagai bangsa yang terdiri dari,
antara lain sebagai berikut.
a. Bangsa Melanesia {Melanesia Mongoloid) yang memiliki ciri-ciri kulit kehitam-
hitaman, badan kekar, rambut keriting, mulut lebar dan hidung mancung. Bangsa
ini sampai sekarang masih terdapat sisa-sisa keturunannya seperti suku Sakai di

20
Riau, suku-suku bangsa Papua Melanesoid yang mendiami Pulau Papua dan pulau-
pulau, Melanesia.
b. Bangsa Melayu Tua {Proto Melayu) yang merupakan ras Melayu Mongoloid
memiliki ciri-ciri kulit sawo matang, rambut lurus, badan tinggi ramping, bentuk
mulut dan hidung sedang. Yang termasuk keturunan bangsa ini adalah suku Toraja
(Sulawesi Selatari), suku Sasak (Pulau Lombok), suku Dayak (Kalimantan Tengah),
suku Nias (Pantai barat Sumatra), suku Batak (Sumatra Utara), dan suku Kubu
(Sumatra Selatan).
c. Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu) yang merupakan ras Melayu Mongoloid
sama dengan bangsa Melayu Tua sehingga memiiiki ciri-ciri yang sama. Bangsa ini
berkembang menjadi suku Aceh, suku Minangkabau (Sumatra Barat), suku Jawa,
suku Bali, suku Bugis, dan suku Makasar di Sulawesi.

Diferensiasi Etnis (Suku Bangsa)


Diferensiasi masyarakat Indonesia juga ditandai dengan bera-gamnya suku bangsa
atau etnis. Suku bangsa merupakan gabungan sosial yang dibedakan dari golongan-
golongan sosial lainnya karena mempunyai ciri-ciri paling mendasar dan umum berkaitan
dengan asal usul dan tempat asal serta kebudayaannya.
1. Pengertian Suku Bangsa
Suku bangsa adalah sebuah pengorganisasian sosial mengenai jati diri yang
askriptif dimana anggota suku bangsa mengaku sebagai anggota suatu suku bangsa
karena dilahirkan oleh orang tua dari suku bangsa tertentu atau dilahirkan dari daerah
tertentu. Menurut Koentjaraningrat, suku bangsa adalah kelompok manusia yang
terikat oleh kesadaran dan identitas kesatuan kebudayaan sedangkan kesadaran dan
identitas tadi seringkali dikuatkan oleh ke-satuan bahasa.
Menurut Hassan Shadily, suku bangsa atau etnis adalah sego-longan rakyat yang
masih dianggap mempunyai hubungan biologis. Diferensiasi suku bangsa merupakan
penggologan manusia berda-sarkan ciri-ciri biologis yang sama, seperti ras. Namun
suku bangsa memiliki ciri-ciri paling mendasar yang lain, yaitu adanya kesamaan
budaya.
Kesamaan kebudayaan, bahasa, adat istiadat, dan nenek moyang merupakan ciri-
ciri suatu suku bangsa. Jika ras lebih dilihat dari perbedaanbudaya dalam arti luas.
Suatu ras bisa terdiri atas berbagai niacam suku bangsa yang berbeda. Suku bangsa
mendiami berbagai pulau yang tersebar di seluruh Nusantara. Menurut
Koentjaraningrat, suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh
kesadaran akan kesatuan kebudayaan, scdangkan kesadaran dan identitas sering
dikuatkan oleh kesatuan bahasa. Dengan pengertian tersebut, dapat kita lihat tiap-tiap
anggota suku bangsa tentu akan menggunakan identitas suku bangsanya dan tetap
menjunjung tinggi kebudayaannya walaupun mereka berada di tempat yang jauh dari
daerah asal. Hal itu terjadi karena kesatuan kebudayaan bukanlah suatu hal yang
ditentukan orang luar, melainkan oleh warga pemilik kebudayaan yang bersangkutan.
Ciri-ciri mendasar yang membedakan suku bangsa satu dengan lainnya, antara lain
bahasa daerah, adat istiadat, sistem kekerabatan, kesenian daerah, dan tempat asal-
usul.
Ketika seseorang yang menjadi bagian dari suku bangsa tertentu mengadakan
interaksi maka akan tampak adanya simbol-simbol atau karakter khusus yang
digunakan untuk mengekspresikan perilakunya sesuai dengan karakteristik suku
bangsanya. Misalnya, ciri-ciri fisik atau rasial, gerakan-gerakan tubuh atau muka,
ungkapan-ungkapan kebudayaan, nilai-nilai budaya serta keyakinan keagamaan. Sese-
orang yang dilahirkan dalam keluarga suatu suku bangsa maka sejak dilahirkannya
mau tidak mau harus hidup dengan berpedoman pada kebudayaan suku bangsanya
sebagaimana yang digunakan oleh orangtua dan keluarganya dalam merawat dan
mendidiknya sehingga menjadi manusia sesuai dengan konsepsi kebudayaannya
tersebut.
2. Ciri-Ciri Suku Bangsa
21
Suku bangsaadalah golongan sosial yang dibedakan dari golongan sosial lainnya
karena mempunyai ciri-ciri paling mendasar dan umum berkaitan dengan asal-usul dan
tempat asal serta kebudayaan. Adapun ciri-ciri suku bangsa, antara lain sebagai
berikut.
a. Memiliki nilai-nilai dasar yang terwujud dan lercermin dalam kebudayaan.
b. Mewujudkan arena komunikasi dan interaksi dalam kebudayaan.
c. Mempunyai anggota yang mengenal dirinya serta dikenal oleh orang lain sebagai
bagian dari satu kategori yang dibedakan dengan anggota kelompok sosial yang
lain.
Suku bangsa lahir atau diawali dari suatu kelompok kekerabatan. Kelompok
kekerabatan adalah suatu kesatuan individu yang terikat oleh ciri-ciri sebagai berikut.
a. Memiliki perangkat norma yang mengatur perilaku anggota kelompok.
b. Memiliki suatu rasa kepribadian kelompok yang disadari oleh semua anggotanya.
c. Memiliki suatu aktivitas berkumpul anggotanya yang dilakukan secara berulang-
ulang.
d. Memiliki suatu sistem hak dan kewajiban yang mengatur interaksi antaranggota
kelompok.
e. Memiliki pemimpin atau pengurus yang mengorganisasi akti-vitas-aktivitas
kelompok.
f. Memiliki suatu sistem hak dan kewajiban bagi anggotanya terhadap sejumlah
harta produktif, harta konsumtif, atau harta pusaka tertentu.
Suku bangsa di dunia jumlahnya sangat banyak, mulai dari suku bangsa yang
hanya memiliki anggola ralusan orang sampai dengan yang jumlah anggotanya jutaan
orang. Para ahli sosiologi dan antropologi berusaha menentukan batas-batas suku
bangsa secara konkret. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam menentukan batas-batas
suatu masyarakat atau suku bangsa adalah sebagai berikut.
a. Kesatuan manusia yang dibatasi oleh kesamaan ras atau ciri-ciri jasmaniah.
b. Kesatuan masyarakat yang bertempat tinggal pada suatu desa atau lebih.
c. Kesatuan masyarakat yang mengucapkan suatu bahasa atau satu logat bahasa.
d. Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh suatu daerah politik
administrasi.
e. Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh rasa identitas penduduknya
sendiri.
f. Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh suatu wilayah geografis.
g. Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh kesatuan ekologis.
h. Kesatuan masyarakat yang memiliki pengalaman sejarah yang sama.
i. Kesatuan masyarakat yang anggota-anggotanya melakukan interaksi dengan
frekuensi tinggi dan merata.
j. Kesatuan masyarakat dengan susunan sosial seragam.
3. Contoh Keanekaragaman Suku Bangsa di Indonesia
Di Indonesia, terdapat beraneka ragam kelompok kesukuan dipandang
berdasarkan perbedaan etnik dan ras. Misalnya, antara orang Jawa dengan orang
Papua dan orang Maluku yang dibedakan berdasarkan ras dan etnik. Namun, ada
anggota kelompok kesukuan yang dibedakan atas dasar etnik, seperti antara orang
Batak dengan orang Bali dan orang Jawa yang dibedakan atas dasar bahasa, budaya,
dan agama yang mereka anut.
Ketika seseorang yang menjadi bagian dari suku bangsa tertentu mengadakan
interaksi sosial maka akan tampak adanya simbol-simbol atau karakter khusus yang
digunakan untuk mengekspresikan perilakunya sesuai dengan karakteristik suku
bangsanya. Misalnya, ciri-ciri fisik atau ras, gerakan-gerakan tubuh atau muka, simbol
kebudayaan, nilai-nilai budaya serta keyakinan keagamaan.
Seseorang yang dilahirkan sebagai anggota suatu suku bangsa sejak dilahirkan
hams hidup dengan berpedoman pada kebudayaan suku bangsanya yang diwariskan
oleh orang tua dan keluarganya secara turun-temurun sesuai dengan konsepsi
kebudayaan suku bangsa tersebut.
22
Berdasarkan penelitian antropolog J.M. Melalatoa, di Indonesia terdapat kurang
lebih 500 suku bangsa. Menurut Zulyani Hidayah, di Indonesia terdapat kurang lebih
656 suku bangsa. Di antara suku-suku bangsa tersebut suku bangsa Jawa merupakan
suku bangsa terbesar dengan jumlah penduduk sebesar 90 juta jiwa. Namun, terdapat
pula suku bangsa yang terdiri atas 981 jiwa, yaitu suku bangsa Bgu di pantai utara
Provinsi Papua.
Budaya dan. adat istiadat suku-suku bangsa di Indonesia tersebut mempunyai
berbagai perbedaan. Suku-suku bangsa yang sudah banyak bergaul dengan masyarakat
luar dan bersentuhan dengan budaya modern seperti suku Jawa, Mingkabau, Batak,
Aceh, dan Bugis memiliki budaya lokal yang berbeda dengan suku-suku bangsa yang
masih tertutup atau terisolir seperti suku Dayak di pedalaman Kalimantan dan suku
Wana di Sulawesi Tengah.
Sebelum mempelajari lebih banyak tentang keanekaragaman bangsa Indonesia,
perhatikan suku-suku berikut ini.
Tabel3.1 Keragaman Suku Bangsa di Indonesia
No. Provinsi Nama Suku
1. Nanggroe Aceh Darusalam Aceh, Gayo, Tamiang
2. Sumatra Utara Batak Toba, Batak Karo, Nias
3. Sumatra Barat Minangkabau, Mentawai
4. Riau Sakai, Talang Mamak, Melayu
5. Jambi Kerinci, Melayu
6. Bengkulu Enggano, Serawi, Rejang Lebong
7. Sumatra Selatan Pasemah, Ranaui, Kisam, Ogan
8- Bangka Beliturig , Bangka, Mendanai, Tionghoa
9. Lampung Rawas, Semendo, Pubian
10. Banten Baduy
11. Jawa Barat Sunda
12. DKI Jakarta Betawi, Cina, Arab, Jawa
13. Jawa Tengah Jawa, Samin, Karimun
14. Yogyakarta Jawa, Cina, Arab
15. Jawa Timur Madura, Jawa, Osing, Tengger
16. Kalimantan Barat Dayak, Ngaju, Apo Kayan, Murut, Puanam, Ot
Danun
17. Kalimantan Timur Bulangan.Tidung, Kenyah, Kayan
18. Kalimantan Selatan Banjar Hulu, Banjar Kuala
19. Kalimantan Tengah Lawang, Dusun, Bukupai, Ngaju
20. Sulawesi Utara Sangir Talaud, Minahasa, Bantik
21. Gorontalo Gorontalo
.22. Sulawesi Tengah Kaali, Kuwali, Panuma, Mori
23. Sulawesi Tenggara Wolia, Laki, Muna, Buron, Baltar
24. Sulawesi Selatan Makassar, Bugis, Toraja, Mandar, Bone
25. Bali Bali Aga, Bali Majapahit
26. Nusa Tenggara Barat Sasak, Sumbawa, Bima, Dompu, Dongo
27. Nusa Tenggara Timur Timor, Rote, Sabu, Flores, Sumba
28. Maluku Ambon, Alifuru, Togite, Faru, Aru
29. Maluku Utara Ternate, Obi
30. Papua Asmat, Dani, Tobati, Sentani, Kaure

23
Sumber: Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap

4. Sejarah Penyebaran Suku Bangsa di Indonesia


Masyarakat awal pada zaman praaksara yang datang pertama kali di Kepulauan
Indonesia adalah ras Austroloid sekitar 20.000 tahun yang lalu. Selanjutnya, disusul
kedatangan ras Melanosoid Negroid sekitar 10.000 tahun lalu. Ras yang datang terakhir
ke Indonesia adalah ras Melayu Mongoloid sekitar 2500 tahun SM pada zaman
Neolithikum dan Logam. Ras Austroloid kemudian bermigrasike Australia dan sisanya
hidup di diNusaTenggaraTimur dan Papua. Ras Melanesia Mongoloid berkembang di
Maluku clan Papua, sedangkan ras Melayu Mongoloid menyebar di Indonesia bagian
barat. Ras-ras tersebut tersebar dan membentuk berbagai suku bangsa di Indonesia.
Proses kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia ke Kepulauan Nusantara itu
berlangsung secara bergelombang. Ciri-ciri perpindahan gelombang pertama adalah
kebudayaan Neolithikum (batu muda), dan menggunakan jenis perahu bercadik satu.
Migrasi gelombang kedua menggunakan perahu bercadik dua. Sebenarnya bangsa yang
datang ke Indonesia dan menjadi nenek moyang bangsa Indonesia itu merupakan ras
campuran antara bangsa Mongol dan Melayu. Dari hasil pencampuran ras tersebut,
lahirlah bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) dan Deutro Melayu (Melayu Muda). Ras
Melayu Tua datang pada gelombang pertama dan menjadi suku-suku bangsa yang
tinggal di daerah pedalaman, seperti suku Batak di Sumatra, suku Dayak di Kalimantan,
dan suku Toraja di Sulawesi. Se-mentara ras Melayu Muda datang pada gelombang
kedua dan menjadi cikal bakal suku-suku Jawa. Sunda, Bali, dan suku-suku yang
mendiami wilayah pesisir di pulau-pulau tersebut.
Pada saat nenek moyang bangsa Indonesia datang secara bergelombang dari
daerah Cina Selatan sekitar 2000 tahun sebelum Masehi, keadaan geografis Indonesia
yang luas tersebut telah memaksa nenek moyang bangsa Indonesia untuk menetap di
daerah yang ter-pisah satu sama lain. Isolasi geograris tersebut mengakibatkan pen-
duduk yang menempati setiap pulau di Nusantara tumbuh menjadi kesatuan suku
bangsa yang hidup terisolasi dari suku bangsa lainnya. Setiap suku bangsa tersebut
tumbuh menjadi kelompok masyarakat yang disatukan oleh ikatan-ikatan emosional
serta memandang diri mereka sebagai suatu kelompok masyarakat tersendiri.
Selanjutnya, kelompok suku bangsa tersebut mengembangkan kepercayaan bah-wa
mereka memiliki asal-usul keturunan yang sama, didukung oleh suatu kepercayaan
yang berbentuk mitos-mitos yang hidup di dalam masyarakat.
Kemajemukan budaya bangsa lndoensia tercermin dari keragaman budaya dan
adat istiadat dalam masyarakat. Suku bangsa di Indonesia seperti suku Jawa, Sunda,
Batak, Minang, Timor, Bali, Sasak, Papua, dan Maluku memiliki adat istiadat dan bahasa
yang berbeda-beda. Suku-suku bangsa tersebut merapakan sumber dari lahirnya
keanekaragaman kebudayaan Indonesia. Bentuk-bentuk keanekaragaman kebudayaan
Indonesia tidaklah menjadi faktor pemisah, tetapi merupakan landasan penting
lahirnya kebudayaan nasional yang Bhinneka Tunggai Ika.
Ciri-ciri yang bersifat mendasar dari suku bangsa Indonesia adalah sebagai
berikut.
a. Adanya kesamaan dalam unsur babasa meskipun relatif sedikit.
b. Adanya kesamaan tempat tinggal atau wilayah, yaitu Indonesia.
c. Kesamaan dalam sistem mata pencaharian secara mendasar.
d. Suku-suku bangsa Indonesia memiliki persamaan dalam hal adat istiadat.
Setiap suku bangsa tersebut tumbuh dan berkembang sesuai de-ngan alam
lingkungannya. Keadaan geografis yang terisolir menye-babkan penduduk setiap pulau
mengembangkan pola hidup dan adat istiadat yang berbeda-beda. Misalnya, perbedaan
bahasa dan adat istiadat antara suku bangsa Gayo-Alas di pegunungan Gayo-Alas
dengan penduduk suku bangsa Aceh yang tinggal di pesisir pantai Aceh.
24
Perbedaan iklim dan geografis juga tercermin dari perbedaan ciri dua lingkungan
ekologis yang berbeda di Indonesia, yaitu ekosistem Indonesia dalam dan Indonesia
luar. Menurut Clifford Geertz, aneka ragam kebudayaan yang berkembang di Indonesia
dapat dibagi menjadi dua tipe berdasarkan ekosistemnya, antara lain sebagai berikut.
a. Kebudayaan yang berkembang di Indonesia Dalam di Pulau Jawa dan Bali.
Kebudayaan yang berkembang di wilayah Indonesia Dalam ditandai oleh tingginya
intensitas pengolahan tanah secara teratur dan telah mcnggunakan sistem
pengairan dan menghasilkati panen padi yang ditanam di sawah. Dengan
demikian, kebudayaan di Jawa yang menggunakan tenaga kerja manusia dalam
jumlah besar disertai peralatan yang relatif lebih kompleks itu merupakan
perwujudan upaya manusia untuk mengubah ekosistemnya untuk kepentingan
masyarakat.
b. Kebudayaan yang berkembang di Indonesia Luar, yaitu di luar Pulau Jawa dan Bali.
Kebudayaan di luar Pulau Jawa, kecuali di sekitar Danau Toba, dataran tinggi
Sumatra Barat dan Sulawesi Barat Daya, berkerabang atas dasar perlanian
perladangan yang ditandai dengan jarangnya penduduk yang pada umumnya baru
beralih dari kebiasaan hidup berburu ke arah hidup bertani. Oleh karena itu,
mereka cenderung untuk menyesuaikan diri mereka dengan ekosistem yang ada.
Sistem masyarakat Indonesia Luar terdiri atas kebudayaan pantai, dan
kebudayaan masyarakat serta pemburu yang masih sering berpindah tempat.
Ekosistem Indonesia Dalam yang terdapat di Pulau Jawa dan Bali berciri
pertanian sawah yang intensif, sedangkan ekosistem Indonesia luar yang terdapat di
luar Pulau Jawa seperti Kalimantan dan Sulawesi berciri pertanian ladang. Perbedaan
ekologis tersebut menimbulkan pembentukan sistem sosial, ekonomi, dan demografi
yang majemuk di Indonesia. Pola sosial ekonomi masyarakat Indonesia Dalam
didasarkan atas sektor agraris, sedangkan per-kembangan masyarakat Indonesia Luar
didasarkan pada sektor perdagangan maritim.
5. Bentuk Diferensiasi Suku Bangsa di Indonesia
Karena tiap-tiap suku bangsa memiliki dasar-dasar kesatuan kebudayaan sendiri
maka terjadi keragaman suku bangsa dan kebu-dayaan. Kcbinekaan atau
keanekaragaman suku. bangsa tersebut akan menyebabkan adanya perbedaan sosial
dalam masyarakat Indonesia. Perbedaan sosial suku-suku bangsa, antara lain bahasa,
sistem kekerabatan dan kepemilikan, serta perkawinan dan hukum adat.
e. Keanekaragaman Bahasa Daerah
Kemajemukan masyarakat. Indonesia juga lercermin dari penggunaan
bahasa di Indonesia. Menurut Clifford Geertz, di Indonesia terdapat 300 suku
bangsa yang berbicara dalam 250 bahasa. Di Jawa, suku bangsa Sunda berbicara
dengan bahasa Sunda, suku bangsa Jawa di Jawa Tengah dan Jawa Timur
mengunakan bahasa Jawa, dan suku bangsa Madura yang tinggal di Pulau Madura
berbicara dengan menggunakan bahasa Madura. Di Sumatra setiap etnik
berkomunikasi dengan bahasa daerahnya masing-masing. Suku bangsa Melayu
yang terdiri atas suku bangsa Aceh, Batak, dan Melayu, berbicara memakai bahasa
daerahnya masing-masing. Di Provinsi Aceh, terdapat empat macam bahasa, yaitu
Gayo-Alas, Aneuk Jamee, Tamiang, dan bahasa Aceh yang masing-masing
penuturnya tidak dapat memahami penutur bahasa setempat lainnya.
Kemajemukan bahasa di Indonesia juga tercermin dari penggunaan ragam
bahasa khusus yang dipakai beberapa suku-suku pedalaman di Indonesia. Menurut
Raymond Gordon, di Provinsi Papua terdapat 271 buah bahasa. Bahasa terbesar
yang dipakai di Papua adalah bahasa Biak Numfor yang dipakai oleh 280.000
orang, sedangkan jumlah pemakai bahasa terkecil adalah bahasa Woria yang
hanya dipakai oleh 5 orang anggota suku Woria. Selain itu, keragaman bahasa juga
terdapat di berbagai daerah di Pulau Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan
Maluku.
f. Perbedaan Berdasar Budaya dan Adat Istiadat

25
Menurut para ahli antropologi, masyarakat Indonesia dike-lompokkan
menjadi 27 suku bangsa yang memiliki sistem budaya dan adat yang berbeda-
beda. Berdasarkan penelitian antropolog J.M. Melalatoa, di Indonesia terdapat
kurang le-bih 500 suku bangsa. Menurut Zulyani Hidayah, di Indonesia terdapat
kurang lebih 656 suku bangsa. Di antara suku-suku bangsa tersebut suku bangsa
Jawa mempakan suku bangsa ter-besar dengan jumlah penduduk sebesar 90 juta
jiwa. Namun, terdapat pula suku bangsa yang terdiri atas 981 jiwa, yaitu suku
bangsa Bgu di pantai utara Provinsi Papua.
Budaya dan adat istiadat suku-suku bangsa di Indonesia tersebut
mempunyai berbagai perbedaan. Suku-suku bangsa yang sudah banyak bergaul
dengan masyarakat luar dan bersen-tuhan dengan budaya modern seperti suku
Jawa, Mingkabau, Batak, Aceh, dan Bugis memiliki budaya lokal yang berbeda
dengan suku-suku bangsa yang masih tertutup atau terisolir seperti suku Dayak di
pedalaman Kalimantan dan suku Wana di Sulawesi Tengah.
Indonesia memiliki keragaman budaya dan adat istiadat. Unsur itu tneliputi
upacara perkawinan, upacara kematian, pakaian adat, upacara adat, dan
kebiasaan. Misalnya, perbedaan upacara kematian. Upacara kematian penduduk
Bali disebut Ngaben. Ngaben adaiah upacara membakar jenazah. Tujuan-nya
menghormati orang yang meninggal tersebut. Upacara itu berbeda dengan di
masyarakat Toraja. Masyarakat Toraja me-nyimpan jenazah orang meninggal di
gua. Keragaman budaya dan adat istiadat Indonesia nampak pada rumah adat,
pakaian adat, dan kesenian daerah.
1) Rumah Adat
Tiap suku bangsa di Indonesia memiliki ciri bentuk bangunan rumah yang
khas. Bentuk rumah adat tersebut mencerminkan iden-litas suatu suku
bangsa tertentu. Misalnya, rumah adat Jawa bernama joglo, rumah adat
Minangkabau bernama rumah gadang, rumah adat Batak disebut jabu,
rumah adat Toraja disebut tongkonan, rumah adat Men-tawai disebut uma,
dan rumah adat Dayak disebut betang.
2) Pakaian Adat
Setiap daerah memiliki pakaian adat. Pakaian ini digunakan saat tertentu.
Misalnya, perkawinan atau upacara adat lainnya. Indonesia kaya pakaian
adat. Setiap daerah pakaian adatnya berbeda-beda. Misalnya, Pakaian adat
pria Jawa disebut beskap. Pakaian adat wanita Bugis disebut baju Bodo.
Masih banyak pakaian adat suku di Indonesia.

g. Keanekaragaman Kesenian Daerah


Keanekaragaman kesenian daerah, antara lain meliputi seni tari, seni lukis,
dan seni pahat. Seperti halnya di Bali kesenian yang sangat menonjol adalah seni
tari, misalnya tari Kecak dan Barong. Sementara ttu, di Surakarta dan Yogyakarta
kesenian yang terkenal adalah seni membatik. Walaupun di daerah lain seni batik
juga ada, namun masing-masing daerah mempunyai corak yang sangat khas.
Kesenian daerah meliputi beberapa un-sur. Misalnya, seni tari, seni suara, seni
musik, seni pertunjuk-an, seni sastra, dan seni kriya (kerajinan rakyat).
1) Seni Tari
Tiap daerah mempunyai tarian tradisional. Tari daerah mempunyai makna
yang berbeda-beda. Misalnya, Tari saman bermakna menghormati tamu; tari
piring bermak-na kegotong-royongan. Jenis larian daerah adalah tari
pakarena dan pajoge dari Makassar dan Bone; tari ma-badong, pagellu,
inanirnbong, dan madondi dari Toraja; tari maengket dan dana-dana dari
Minahasa; tari serimpi, gambyong, golek, menak, topeng, kencaran, dan
merak dari Jawa Tengah; tari payung, lilin, dan piring dari Minangkabau; tari
saman dan seudati dari Aceh; tari jaipong dan doger dari Sunda; tari pendet,
legong, janger, kecak, keralon, dan Ramayana dari Bali; tari tor-tor dan
sigale-gale dari Batak; tari cakalele dari Maluku; tari gale dan yosin dari
26
Papua; dan tari ngremo, jaran kepang, dan gandmng Banyuwangi dari Jawa
Timur.

2) Seni Suara
Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki beraneka ragam lagu-lagu daerah.
Misalnya, Burung Tantina dari Maluku; Apuse dari Papua: Kicir-Kicir dari
Betawi; Bungnng Jeum-pa dari Aceh; Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan
Se-latan; Ilir-ilir dari Jawa Tengah; Bubuy Bulan dari Sunda; dan Anging
Mamiri dari Makassar.
3) Seni Musik
Setiap suku bangsa di Indonesia mempunyai jenis musik daerah. Misalnya,
gamelan dari Jawa Tengah; angklung dari Sunda; saluang dari Minangkabau;
kulintang dari Mi-nahasa; tita dari Maluku; dan sasando dari NTT.
4) Seni Pertunjukan
Bangsa Indonesia kaya seni pertunjukan tradisional. Teatcr tradisional
dipentaskan dalam upacara adat. Contoh seni pertunjukan tradisional,
sebagai berikut.
a) Tarling, yaitu pentas sandiwara di Cirebon mengguna-kan gitar dan
seruling.
b) Rudat, yaitu seni tari dan nyanyian di Jawa Barat dii-ringi rebana. Lagu-
Iagunya berisi ajaran Islam.
c) Wayang golek, yaitu pertunjukan wayang kayu dari Jawa Barat.
d) Wayang kulit, yaitu pertunjukan wayang kulit dari Jawa Tengah.
Ceritanya berisi kisah Ramayana dan Mahabarata.
e) Longser, yaitu pertunjukan lawak dan cerita rakyat dari Kalimantan
f) Ludruk, yaitu pertunjukan drama rakyat dari Jawa Timur. Ceritanya
mengambil kehidupan tokoh-tokoh tertentu.
g) Ketoprak, yaitu pertunjukan drama rakyat dari Jawa Tengah. Isi ce-
ritanya kisah Kerajaan Majapa-hit, Mataram, dan legenda rakyat Jawa.
h) Didong, yaitu pertunjukan tradisional suku Gayo di Aceh. Pertunjukan
ini diringi lagu dan tari.
5) Seni Sastra
Seni sastra tradisional yang berkembang di Indonesia berasal dari cerita
rakyat, kesusastraan zaman Hindu-Buddha, dan kesusastraan zaman Islam.
Misalnya, legenda Matin Kundang (Minangkabau); Sangkuriang (Sunda);
cerita Low Jonggrang (Jawa Tengah), dan Putri Cendana (NTT). Sedangkan
seni sastra zaman Hindu-Buddha adalah kisah Arjunawiwaha, Ramayana,
dan Mahabarata. Karya sastra Islam, ditulis oleh para sastra-wan, seperti
Hamzah Fansyuri, Nuruddin ar Raniri, dan Abdul Rauf Si'ngkel. Para
pujangga masa Islam telah menghasilkan berbagai karya. Misalnya, Babad
Tanah Jawi, Babad Cirebon, Sejarah Melayu, Bustanussalatin, dan Gurindam
Dua Belas.
6) Seni Kriya
Seni kriya dibagi atas seni ukir dan seni pahat. Seni pahat berkembang pada
bangunan candi. Misalnya, patung atau pahatan candi. Pahatan Candi
Prambanan berisi cerita Ramayana dan Mahabharata.
Seni ukir digunakan menghias rumah adat. Misalnya, rumah adat joglo,
rumah adat belong, rumah adat tongkonon, dan rumah gadang. Selain itu,
untuk menghias benda-ben-da upacara adat. Misalnya, ukiran patung Wow
Ipits suku Asmat.
h. Keanekaragaman Sistem Kekerabatan
Unsur budaya bcrupa sistem kekerabatan dan organisasi sosial merupakan
usaha antropologi untuk memahami bagai-mana manusia membentuk masyarakat
melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Kocntjaraningrat tiap kelompok
masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai
27
berbagai macam kesatuan di dalam h'ngkungan di mana dia hidup dan bergaul dari
hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu
keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan
digolongkan ke dalam tingkatan-tingkatan lokalitas geografis untuk membentuk
organisasi sosial dalam kehidupannya.
Kekerabatan yaitu suatu unit sosial yang tiap-tiap individu mempunyai
hubungan keturunan atau hubungan darah (genous) baik melalui ayah maupun
ibu. Dengan demiMan sistem kekerabataan biasanya menyangkut keluarga baik
kecil maupun besar. Sistem kekerabatan ini pada umumnya diperlukan untuk
menyelesaikan berbagai masalah di keluarga.
Kelompok kerabat tersebut merupakan seperangkat hubungan berdasarkan
keturunan dan perkawinan (hubungan darah). Dalam istilah penyebutan
seseorang dalam kelompok kekerabataan kita mengenal kata ibu, ayah, bibi, dan
sebagainya. Seiain itu kita mengenal beberapa sistem kekerabataan, di antaranya
bilateral atau parental atau cognatic descent dan susunan keluarga kekerabatan
unilateral (unilineal)
Kekerabatanberkaitandenganpengertiantentang perkawinan dalam suatu
masyarakat karena perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu
komunitas atau organisasi sosial. Dalam sistem kekerabatan dapat dibagi atas dua
macam, yaitu bilateral dan uniteral.
1) Kekerabatan Bilateral
Sistem kekerabatan bilateral merupakan sistem yang paling umum dan
banyak dipakai oleh masyarakat di Indonesia. Sistem kekerabatan bilateral
merupakan sistem kekerabatan yang menarik garis keturunan melalui garis
ayah dan ibu. Kekerabatan bilateral disebut juga kekerabatan parental
(berasal dari parent - orang tua). Dengan demikian, seseorang memiliki dua
nenek dan dua kakek, yaitu dari pihak ayah dan ibu. Dalam susunan
kekerabatan bilateral, semua kerabat baik dari ayah maupun pihak ibu
termasuk dalam lingkungan kekerabalan.
2) Kekerabatan Unilateral
Kekerabatan unilateral merupakan sistem kekerabatan apabila seseorang
menarik garis keturunan melalui satu. garis saja, yaitu garis laki-laki saja
(ayah) ataupun garis perempuan (ibu) saja. Sistem kekerabatan unilateral
terbagi atas patrilineal dan matrilineal.
Kekerabatan dalam masyarakat Indonesia sangat beragam namun yang
perlu diketahui adalah kekerabataan patrilineal, matrilineal, dan bilateral.
1) Sistem Kekerabatan Patrilineal
Patrinieal berasal dari k atau pater yang berarti ayah atau agnatic discent,
yaitu susunan keluarga yang hanya mengikuti garis laki-laki ( ayah). Dalam
suatu sistem kekerabataan yang menggunakan sistem patrineal, anak laki-laki
jauh lebuh penting baik kedudukan maupun fungsinya dalam keluarga,
dibandingkan anak perempuan. Anak laki-laki dalam sistem ini dianggap yang
bertanggung jawab atas kelestarian kelompoknya. Misalnya, dalam
masyarakat Batak, Toba, Tapanuli, dan Karo orang yang semarga secara adat
dianggap bersaudara. Jadi, gadis dan pemuda yang semarga tidak dibolehkan
menikah, walaupun keduanya secara bertalian darah tidak bersaudara atau
mungkin sudah sangat jauh.
2) Kekerabatan Matrineal
Matrineal adalah kekerabatan yang menghu-bungkan kekerabataan raelalui
pihak ibu saja. Misalnya, dalarn masyarakat suku bangsa Minangkabau di
Sumatra Barat, salah satu kelompok kekerabataan di lingkungan mereka yang
terkenal ialah suku. Orang yang sesuku etara adat dianggap bersaudara. Suku
bangsa Minagkabau dapat memperhitungkan dua generasi di atas ego laki-laki
dan satu generasi di ata ego laki laki dan satu generasi di bawahnya.
3) Kekerabatan Bilateral
28
Bilateral adalah kekerabatan yang menghubung-kan kekerabatan melaui
pihak ayah dan pihak ibu, Kekerabatan ini biasa disebut juga kekerabataan
parental. Dalam sususnan kekerabataan bilateral semua kerabat baik dari
pihak ayah maupun dari pihak ibu, termasuk ke dalam lingkungan kerabat
seseorang. Susunan kekerabatan bilateral umumnya terdapat dalam
masyarakat kita. Misalnya, orang suku bangsa Sunda. Sistem kekerabatan
suku bangsa Sunda . adalah bilateral, yaitu garis keturunan yang
memperhitungkan hubungan kekerabataan melalui pihak laki-laki maupun
perempuan.

Diferensiasi Agama
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang religius, tetapi pluralistis. Hal ini
terjadi karena terdapat kelompok-kelompok masyarakat yang didasarkan atas agama yang
dianut oleh masing-masing kelompok tersebut. Indonesia secara yuridis mengakui adanya
lima agama, yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, dan : Buddha.
Berdasarkan hipotesis religi yang diuraikah oleh N. Soderblom, Koentjaraningrat
dalam mengamati religi menjabarkan alat analisis metode penelitian antropologi untuk
meneliti konsep religi menjadi lima bagian, yaitu emosi keagamaan, sistem keyakinan,
sistem, ritus dan upacara, peralatan ritus dan upacara agama. Menurut Koentjaraningrat
komponen emosi keagamaan merupakan komponen utama religi yang membedakan sistem
religi suatu masyarakat.
Sistem keyakinan suatu religi berwujud pikiran dan gagasan manusia yang
menyangkut keyakinaii dan konsepsi manusia tentang .. sifat-sifat Tulian, wujud dari alam
gaib, proses terjadinya alam dan dunia, zaman akhirat, wujud dan ciri-ciri kekuatan sakti,
roh . nenek moyang, roh aiam, dan dewa-dewa. Unsur-unsur ini biasanya terkandung dalam
kesusastraan suci, baik lisan maupun tertulis berisi dokrin dan tafsir dongeng-dongeng suci
yang menceritakan dewa dan makliluk halus lainnya.
1. Perbedaan Sistem Keagamaan
Dalam ritus religi, biasanya dipergunakan bermacam-macam sarana daii peralatan,
seperti patung dewa, patung orang suci, alat musik suci, dan para pelaku ritual yang
menggunakan pakaian yang dianggap suci.
a. Emosi Keagamaan
Emosi keagamaan adalah semua aktivitas manusia yang bersangkutan
dengan religi berdasarkan atas suatu getaran jiwa. Emosi keagamaan mendorong
manusia untuk melakukan tindakan yang bersifat religi. Emosi keagamaan
menyebabkan suatu benda, tundakan atau gagasan mendapat nilai keramat. Suatu
sistem religi dalam suatu kebudayaan selalu mempunyai ciri-ciri untiik sedapat
mungkin memelihara emosi keagamaan di antara pengikut-pengikutnya. Adanya
respons yang bersifat emosional dari manusia, baik dalam bentuk perasaan takut
maupun perasaan cinta diwujudkan dalam bentuk pemujaan atau penyembahan
dan tata cara hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan.
b. Sistem Keyakinan
Sistem keyakinan mernbahas tcntang konsepsi tentang dewa-dewa; roh
leluhur;konsepsi tentang dewa tertinggi dan pencipta alam; masalah terciptanya
dunia dan alam (kosmo-goni); masalah mengenai bentuk dan sifat-sifat dunia dan
alam (kosmologi);konsepsi tentang hidup dan maut; konsepsi tentang dunia dan
akhirat. Kesemuanya itu biasanya dihimpun dalam kesusastraan suci.
c. Sistem Upacara Keagamaan
Sistem upacara leagamaan mengandung empat aspek seba-gai berikut.
1) Tempat pelaksanaan upacara keagamaan. Misalnya, ma-kam, candi, pura kuil,
gereja, surau, masjid, dan Iain-lain.
2) Waktu pelaksanaan upacara keagamaan. Misalnya, waktu pelaksanaan ibadah,
hari-hari suci, hari-hari besar agama, dan Iain-lain.

29
3) Benda-benda dan alat-alat upacara. Misalnya, patung-patung yang
melambangkan dea, alat-alat musik upacara, seperti seruling suci, genta, suci,
dan genderang suci.
4) Pemimpin dan umat pelaku upacara. Misalnya, pendeta, biksu, syaman, dukun,
dan Iain-lain.
d. Umat Beragama
Unsur ini mengatur umat dan religi yang dianutnya, seperti hubungan
antarumat, hubungan umat dengan pemimpin agama, organisasi umat beragama,
dan hak-hak serta kewajiban umat beragama.
Colhoun, Light, dan Keller memberikan rambu-rambu tentang agama
sehingga berbeda dengan kepercayaan, yairu sebagai berikut.
a. Kepercayaan agama dilandasi oleh getaran jiwa (emosi keagamaan) yang
menyebabkan manusia memercayai atau menganut suatu agama atau
kepercayaan. Dalam hal ini manusia mulai memercayai hal-hal gaib, seperti
Tuhan, Dewa, makhluk halus, dan kekuatan sakti. Misalnya, umat Islam
percaya kepada Allah Yang Maha Esa dan malaikat-malaikatnya. Umat Nasrani
percaya kepada Tuhan Yesus, li Surga, Bunda Maria, dan Roh Kudus.
b. Simbol agama yaitu lambang-lambang dalam keagamaan sehingga
menunjukkan identitas suatu agama. Simbol tersebut biasanya berwujud
tempat peribadatan, pakaian, benda-benda lain yang berhubungan dengan
agamanya. Misalnya, wanita muslim mengenakan jilbab dalam berpakaian.
c. Praktik keagamaan yang dilakukan menurut tata kelakuan baku disebut
beribadat atau upacara keagamaan atau ritual. Setiap praktik keagamaan
ditunjang oleh empat komponen, yaitu sebagai berikut.
1) Sesuai dengan agama dan kepercayaannya, tempat beribadat keagamaan
terdiri atas berbagai bentuk, seperti bangunan, pohon, batu, tempat-
tempat keramat, dan sebagainya. Lokasinya bisa di dalam rumah atau
bagian tertentu dari rumah, di sekitar rumah atau jauh dari pemukiman,
seperti di gunung, pantai, goa, dan sebagainya. Contohnya, umat Tslam
melakukan ibadah salat di masjid, umat Nasrani di gereja, umat Hindu di
pura, umat Buddha di vihara, dan sebagainya.
2) Waktu praktik terdiri atas ibadah rutin (waktunya ditentukan atau
dilaksanakan secara berkala, seperti harian, mingguan, tahunan).
Contohnya, umat Islam melaksanakan salat wajib lima kah dalam sehari,
umat Nasrani beribadat di gereja setiap hari Minggu, umat Buddha
sembahyang waktu pagi dan sore hari. Ibadah insidental (dilaksanakan
apabila dianggap perlu), contohnya umat Islam melakukan salat Istisqo
pada waktu kemarau panjang.
3) Sarana atau prasarana keagamaan ialah segalabentuk peralatan yang
digunakan dalam praktik keagamaan dengan tujuan demi lancarnya
pelaksanaan ibadah.
4) Umat beragama atau komunitas beragama merupakan pengelompokan
pada komunitas agama yang pada umumnya didasari oleh ideologi atau
paham keagamaan setiap penganutnya.
d. Kitab suci merupakan doktrin agama yang berisi ajaran-aj aran pokok yang
bersumber dari Tuhan yang di sampaikan kepada umat manusia melalui
utusannya. Misalnya, kitab suci Al-Quran dan hadist bagi umat Islam, umat
Kristiani dalam Alkitab atau Injil bagi umat Kristiani, Tnpitaka bagi umat
Buddha, Weda bagi umat Hindu, dan sebagainya. Setiap
manusiadalammemeluk agama dan kepercayaannya masing-masing
didasarkan pada beberapa alasan, seperti:
1) sarana meditasi agar mendapatkan ketenangan hidup;
2) mengakui adanya sesuatu yang lebih tinggi dari dirinya;
3) doktrin orangtua, yang menginginkan agar agama yang dianutnya dapat
pula oleh anak dan keturunannya;
30
4) pengaruh lingkungan, baik di keluarga maupun masyarakat.
e. Kebutuhan batin
Primordial dapat berarti mula-mula, pokok, pertama, kesetiaan
terhadap unsur-unsur yang diperoleh dalam sosiali-sasi sejak diiahirkan.
Primordialisme merupakan pengelompokan manusia yang dilandasi dengan
kesetiaan terhadap unsur-unsur yang diperoleh dalam sosialisasi sejak lahir,
berupa unsurunsur pokok dalam kehidupan manusia. Dalam masyarakat yang
menunjukkan primordialisme agama, misalnya adanya sejumlah orang yang
saling berhubungan secara teratur dalam kehidupan keagamaan.
Primordialisme dalam masyarakat umumnya dilandasi oleh beberapa faktor,
seperti keyakinan ideologi, adanya kepentingan pribadi atau golongan,
keturunan darah, dan kesamaan daerah.

2. Contoh Diferensiasi Berdasarkan Agama di Indonesia


Setiap agama di Indonesia mempunyai ajaran dan tuntunan yang berbeda-beda.
Ajaran dan tuntunan agama tersebut dilaksanakan para pemeluknya dalam berbagai
bentuk. Oleh karena itu, muncul kebudayaan yang beraapaskan agama Islam, Kristen,
Hindu, Buddha-, Katolik, dan Konghucu. Hal itu terlihat dalam setiap perayaan hari
besar keagamaan. Coba amatilah berbagai kegiatan keagamaan di sekitar tempat
tinggalmu! Hal-hal khusus apakah yang dilaksanakan para pemeluknya? Misalnya.
umat Islam merayakan hari raya • Idulfltri, umat Kristen dan Katolik merayakan hari
raya Natal, umat Hindu merayakan hari raya Nyepi, umat Buddha merayakan hari raya
Waisak, dan umat Konghucu merayakan hari raya Imlek. Dengan demikian, berbagai
bentuk kegiatan kepercayaan dan keagamaan tersebut sangat beragam dan merupakan
kekayaan kebuadayaan nasional kita.
Struktur sosial masyarakat Indonesia ditandai oleh keragaman di bidang agama
yang dianut oleh suku-suku bangsa tertentu. Suku bangsa Aceh yang tinggal di Sumatra
mayoritas meraeluk agama Islam, sedangkan suku bangsa Batak yang tinggal di
Provinsi Sumatra Utara mayoritas beragama Kristen. Di lain pihak, suku bangsa Jawa,
Sunda, dan Betawi yang tinggal di Pulau Jawa mayoritas penduduknya memeluk agama
Islam. Sebagian besar penduduk Bali memeluk agama Hindu, sedangkan mayoritas
penduduk Pulau Lombok yang berbatasan dengan Bali memeluk agama Islam.
Keragaman agama dan kepercayaan di Indonesia juga tercer-min dari praktik
religi dan kepercayaan yang dianut oleh suku-suku pedalaman di Indonesia. Misalnya,
suku bangsa Dayak di Kalimantan yang masih mempraktikkan ritual-ritual animisme
dan dinamisme warisan nenek moyang. Beberapa tradisi kepercayaan setempat,
seperti kepercayaan Kaharingan di kalangan orang Dayak di Kalimantan, diakui sebagai
salah satu bentuk ajaran agama Hindu. Kegiatan keagamaan warga keturunan Tionghoa
dikategorikan sebagai bagian dari agama Buddha yang telah menyatu dengan unsur-
unsur tradisi budaya Cina. Selain itu, pemerintah juga mengakui tradisi kepercayaan
setempat sebagai bentuk agama bumi yang telah dipraktikkan berbagai suku bangsa di
Indonesia.
Kegiatan keagamaan yang dipraktikkan berbagai suku-suku bangsa dalam
bentuk upacara adat seperti pemujaan roh leluhur dianggap sebagai aliran
kepercayaan. Tradisi kepercayaan masya-rakat setempat tersebut adalah kepercayaan
kebatinan dalam masyarakat Jawa (kejawen) tradisi kepercayaan megalitik masyarakat
Ntt, tradisi kepercayaan masyarakat Siberut, tradisi kepercayaan masyarakat Badui,
tradisi kepercayaan masyarakat Tengger, tradisi kepercayaan Islam Watu Telu
masyarakat Sasak, tradisi kepercayaan masyarakat Sakdan Toraja, tradisi kepercayaan
masyarakat suku Wana, tradisi kepercayaan Marapu masyarakat Sumba, dan tradisi
kepercayaan masyarakat Asmat di Papua.
3. Sejarah Terbentuknya Diferensiasi Berdasarkan Agama di Indonesia
Kedatangan bangsa asing ke Indonesia didorong melimpahnya kekayaan alam
Indonesia sehingga banyak bangsa lain datang ke Indonesia untuk membeli berbagai
hasil kekayaan alam Indonesia dan berdagang.
31
a. Sejarah Masuknya Pengaruh Agama Hindu-Buddha
Diperkirakan hubungan dagang antara Indonesia dengan bangsa India dan
Cina telah berlangsung pada awal tarikh Masehi. Selanjutnya, para pedagang dari
India dan Cina tersebut melakukan aktivitas dagang dengan berbagai daerah di
Indonesia. Selain berdagang, mereka juga membawa misi penyebaran agama
Hindu-Buddha.
Orang India diperkirakan telah mengenal Indonesia sejak sebelum tarikh
Masehi. Ha! itu dibuktikan dalam kitab Ramayana terdapat aam&Jawadwipa (jaw a
berarti jawawut atau beras dan dwipa berarti pulau). Kontak budaya India dengan
Indonesia berlanjut ketika pada abad ke-2, India kekurangan persediaan emas
karena berkurangnya tambang-tambang emas yang ada di India serta
terganggunya jalur darat yang membawa emas dari Asia Tengah. Bangsa Yunani
dan Romawi membayar rempah-rempah serta barang-barang lainnya dari India
dengan emas dan perak. Hubungan India-Indonesia makin lama makin ramai
sehingga melahirkan pusat perdagangan dan pelabuhan di berbagai daerah pantai
di Nusantara. Selanjutnya, pada abad ke-5 berkembang pusat perdagangan di
Sumatra bagian tengah, Sriwijaya, Gresik, Tuban, dan Jepara.
Masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha dari India ke Indonesia
berpengaruh besar terhadap perkembangan kebudayaan Indonesia. Unsur-unsur
kebudayaan Hindu-Buddha dari India tersebut tidak ditiru sebagaimana adanya,
tetapi sudah dipadukan dengan unsur kebudayaan asli Indonesia sehingga
terbentuklah unsur kebudayaan baru yang jauh lebih sempurna. Hasil akulturasi
kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Hindu-Buddha adalah dalam bentuk
seni bangunan, seni rupa, aksara, dan sastra, sistem pemerintahan, sistem
kalender, serta sistem kepercayaan dan fllsafat. Pada saat ini, sisa-sisa kebudayaan
Hindu masih dipertahankan di kalangan masyarakat Hindu yang tinggal di
Pegunungan Tengger nungan Tengger di Jawa Timur dan Pulau Bali.
Pengaruh Hindu sangat tcrasa dalam susunan negara dan pemerintahan
terutarna mcngenai kedudukan raja-raja pada za-man dahulu yang dianggap
sebagai ketu-runan dewa yang bersifat turun-lemurun. Masuknya Hindu
menyebabkan kila da-pat belajar membaca dan menulis, yaitu dcngan mengenal
huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Tulisan Palawa akhirnya berkembang
menjadi tulisan Jawa Kuno dan bahasa Sanskerta menjadi bahasa Jawa Kuno.
Akibat pengaruh Hindu dan Buddha maka seni bangunan candi berkembang pesat
dengan berdirirtya Candi Borobudur, Prambanan, dan Mendut.
b. Sejarah Masuknya Pengaruh Agama Islam
Selain menerima pengaruh agama Hindu-Buddha, Indonesia juga menerima
pengaruh agama Islam. Sejak abad ketujuh, Selat Malaka telah dilalui oleh
pedagang Islam dari India, Persia, dan Arab dalam pelayarannya menuju negara-
negara di Asia Tenggara dan Cina. Melalui hubungan perdagangan tersebut, agama
dan kebudayaan Islam masuk ke wilayah Indonesia. Pada abad kesembilan, orang-
orang Islam mulai mendirikan perkampungan Islam di Malaka, Aceh, dan
Palembang. Menurut Lance Castle, para pedagang muslim selain berdagang juga
menyebarkan agama dan kebudayaan Islam di kerajaan-kerajaan pantai utara
Sumatra, Jawa, hingga Maluku.
Hal itu terlihat dari perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Aceh, Banten,
Gowa, dan Ternate. Pada masa penyebaran agama Islam di Jawa terjadi akulturasi
budaya Hindu-Jawa dengan budaya Islam yang menghasilkan akulturasi budaya
Hindu-Jawa dan Islam. Misalnya, di Kerajaan Mataram, raja masih menerapkan
praktik ritual budaya Hindu-Jawa seperti upacara persembahan sesaji meskipun
secara formal raja sudah memeluk agama Islam. Penyebaran agama Islam ke
Indonesia menyebabkan munculnya kelompok masyarakat yang mayoritas
beragama Islam seperti penduduk Pulau Sumatra, Jawa, Madura, dan Sulawesi.
c. Sejarah Masuknya Pengaruh Agama Kristen

32
Setelah kedatangan bangsa Eropa padaab adke-15 Indonesia mulai
menerima pengaruh kebudayaan barat. Kedatangan bangsa Eropa, selain untuk
berdagang juga bertujuan untuk menyebarkan agama Kristen dan Katolik. Bangsa
Eropa yang datang pertama kali di Indonesia adalah bangsa Portugis yang datang
ke Maluku pada tahun 1512 untuk berdagang rempah-rempah. Selanjutnya,
bangsa Eropa yang datang ke Indonesia adalah bangsa Belanda, Inggris, dan
Prancis. Pengaruh bangsa barat yang terbesar di Indonesia adalah pengaruh
bangsa Belanda. Bangsa Belanda menanamkan pengaruhnya di Indonesia melalui
penjajahan sejak tahun 1602 hingga tahun 1942. Pengaruh kebudayaan barat di
Indonesia terlihat dari pengenalan ilmu pengetahuan dan teknologi, budaya, mode
pakaian, sistem politik, dan ekonomi. Penyebaran agama Kristen ke Indonesia
menyebabkan munculnya kelompok masyarakat yang beragama Kristen dan
Katolik seperti di daerah Pulau Timor dan Flores, Sumatra Utara, Sulawesi Utara,
Toraja, dan Maluku.
Pengaruh penyebaran agama di Indonesia terlihat pada pluralitas agama
masyarakat Indonesia. Di luar Jawa, golongan Islam modernis tumbuh di daerah
perdagangan yang strategis, sedangkan kelompok Islam tradisional tinggal
dipedalaman. Di lain pihak, golongan penduduk beragama Kristen dan Katolik
tinggal di daerah Maluku, NTT, Sulut, Tapanuli, dan Kalteng, sedangkan penduduk
beragama Hindu tinggal di Bali. Di Pulau Jawa, terdapat golongan modemis Islam
di daerah pantai utara Jawa dan sebagian besar Jawa Barat. Golongan Islam
tradisional dan Islam nominal atau abangan tinggal di sebagian besar daerah Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Di sisi lain, golongan minoritas di Pulau Jawa Kristen
hidup tersebar di setiap daerah perkotaan di Jawa.
Menurut pasal UUD 1945, negara Indonesia berdasarkan Ketu-hanan Yang
Maha Esa. Indonesia bukan negara sekuler atau negara agama sehingga persoalan
agama diserahkan kepada pemeluK agama dan kepercayaan pada Tuhan Yang
Maha Esa. Pemerintah hanya berkewajiban mendorong dan membina kehidupan
keaga-maan yang sehat. Negara tidak memaksakan suatu agama sebab agama itu
berdasarkan keyaKinan pribadi. Setiap umat beragama hendaknya tidak
memaksakan agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang
dianutnya terhadap orang lain. Bagaimana pendapat Anda terhadap pernyataan di
atas? Apakah nilai-nilai tersebut merupakan perwujudan toleransi beragama?
Diskusikan permasalahan tersebut dengan teman sekelompok Anda yang berasal
dari berbagai latar belakang dan gender. Tulis kesimpuian hasil diskusi Anda
untuk dikumpulkan pada guru.

Diferensiasi Gender
Sampai saat ini masih terjadi kesalahpahaman dan pencampur-adukan antara arti
jenis kelamin dan gender. Masyarakat pada umumnya menyamaartikan kedua kata itu. Jenis
kelamin sama dengan gender atau sebaliknya, gender sama dengan jenis kelamin. Kata
gender dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris. Dalam kamus sendiri tidak
secara jelas membedakan antara pengertian jenis kelamin (seks) dan gender.
Untuk memahami konsep gender hams mampu membedakan kata gender dengan
jenis kelamin (seks). Antara gender dan jenis kelamin (seks) memiliki arti yang berbeda.
Jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian jenis kelamin manusia yang
ditentukan secara biologis dan melekat pada jenis kelamin tertentu. Ciri-ciri biologis akan
dengan mudah dapat dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Organ-organ tubuh yang
juga menjadi ciri laki-laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan satu sama lain. Secara
permanen, alat-alat tersebut tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau kodrat
dari Tuhan.
Gender adalah suatu sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang tersusun
secara sosial dan kitltural. Misalnya. perempuan itu secara umum dikenal lemah lembut,
cantik, emosional, atau keibuan. Sementara itu, laki-laki dianggap memiliki sifat kuat,
rasional, jantan, dan perkasa. Walaupun begitu, banyak juga perempuan yang memiliki sifat
33
kuat, rasional, dan perkasa. Sementara itu, banyak pula laki-laki yang emosional dan lemah
lembut. Jadi, ciri dari sifat gender tersebut dapat dipertukarkan antara laki-laki dan
perempuan atau sebaliknya.
Jadi, pada prinsipnya, jenis kelamin merupakan diferensiasi sosial yang diperoleh
manusia sejak lahir. Jenis kelamin adalah pembeda yang paling terlihat dalam kehidupan
masyarakat. Secara kodrati, manusia di seluruh dunia hanya terdiri atas dua jenis, yakni
laki-laki dan perempuan. Adanya kasus satu atau dua orang yang mengubah jenis
kelaminnya dengan alasan tertentu bukan termasuk diferensiasi berdasar jenis kelamin.
Perbedaan jenis kelamin itu membawa konsekuensi yang berbeda. Konsekuensi dari
perbedaan jenis kelamin, di antaranya sebagai berikut.
1. Tugas-Tugas Sosial Keseharian
Tugas seorang ibu mengurus rumah tangga. Sedangkan, tugas seseorang ayah
adalah mencari nafkah untuk keluarga.
Pada umumnya tugas-tugas sosial keseharian waru'ta berperan mengurus tugas-
tugas domestik. Tugas domestik merupakan tugas yang berhubungan dengan rumah
tangga misalnya, memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Sementara itu, tugas
mencari nafkah diperankan oleh laki-laki selaku kepala keluarga. Namun, pada zaman
sekarang ini pembagian tugas-tugas antara laki-laki dan perempuan sangat tipis. Hal ini
disebabkan perempuan juga berperan mencari nafkah untuk keluarga. Jadi, tugas-tugas
domestik pun mulai dikerjakan laki-laki dan perempuan.
Sebagai kepala keluarga, seorang laki-laki berkewajiban mencari naflcah untuk
keluarganya, mencintai anak istrinya, serta bertanggung jawab atas pendidikan
anakanaknya. Sementara itu seorang perempuan sebagai ibu rumah tangga
berkewajiban untuk membantu suami dan mengasuh anak-anaknya, serta
mempersiapkan kebutuhan keluarga.
Di samping itu, perbedaan penilaian antara laki-laki dan perempuan dapat
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.
a. Secara biologis, fisik pria relatif lebih kuat dibandingkan dengan fisik perempuan.
Hal ini berkaitan dengan produktivitas fisik, terutama dalam hal pekerjaan.
b. Secara psikologis, mendidik dan membesarkan anak perempuan relatif lebih sulit
dan berat dibandingkan dengan anak laki-laki. Mendidik anak perempuan apabila
terlalu protektif, anak akan menjadi tertekan, namun apabila terlalu longgar, si
anak akan Batak.
2. Psikologis Keluarga
Secara psikologis scorang anak selalu lebih dekat dengan ibunya hal ini karena
adanya ikatan batin yang mendalam. Di saat sakit dan mengalaini keadaan sedih anak
cenderung mencari ibunya.
3. Fungsi Anatomi
Dalam hal ini sangat jelas bahwa secara kodrati perempuan. memang telah
dipersiapkan untuk melahirkan serta menyusui. Sementara itu, seorang laki-laki
dengan badan yang kuat dipersiapkan untuk menjadi pelindung keluarga.
Dalam masyarakat Indonesia sering kita jumpai kaum laki-laki merasa lebih
berkuasa daripada perempuan. Bahkan, tidak jarang mereka inelakukan tindakan
kriminal, yakni penganiayaan terhadap perempuan termasuk pada istrinya. Ironisnya,
banyak perempuan tanpa daya menghadapi hal itu.
Kaum laki-laki tidak seharusnya berbuat demikian karena perempuan
mempunyai arti dan peran yang sangat vital dalam rumah tangga. Istri merupakan
partner dalam mengurus rumah tangga. Untuk itu, tidak ada alasan bagi laki-laki untuk
mendeskreditkan kedudukan dan peran perempuan dalam masyarakat.

Diferensiasi Profesi
Kehidupan manusia, terutama yang telah memiliki pekerjaan dan menjalankan
tugasnya sehari-hari, tidak lepas dari profesi atau kedudukan. Kedudukan yang dimiliki
seseorang dilatarbelakangi peran yang berfungsi melaksanakan hak dan kewajiban dalam
kegiatan sehari-hari. Profesi akan berdampingan dengan kedudukan.
34
Walaupun seliap orang dapat saja memiliki kedudukan yang sama dengan orang lain,
profesi dapat berbeda. Misalnya, dua orang memiliki kedudukan yang berada pada lapisan
menengah, tetapi mereka memiliki profesi yang berbeda. Bapak R profesinya sebagai
dokter, sedangkan bapakT seorang psikiater, dankeduanya memiliki kedudukan terhonnat
dalam masyarakat walaupun berbeda profesi.
Setiap orang memiliki profesi yang umumnya didapat dan disesuaikan dengan latar
belakang pendidikan, keterampilan, dan keahlian. Perbedaan profesi akan berhubungan
dengan perbedaan sumber dan besarnya pendapatan, sebagai hak yang harus diterima
seseorang. Misalnya sebagai berikut.
1. Seorang penarik becak menjalankan kewaj ibannyadengancaramengantarkan
keinginan penumpang ke tempat tujuan, kemudian memperoleh hak berupa
pembayaran jasa yang disepakati.
2. Seorang pengemudi angkutan kota menjalankan kewajibannya membawa penumpang
pada jalur (rule) yang telah ditentukan, begitu pula halnya dengan pembayaran jasa
penumpang. Jalur dan besarnya pembayaran jasa angkutan kota ditentukan oleh Dinas
Pendapatan Daerah (Dispenda) dan Dinas Angkutan Lalu Lintas Jalan Raya (DLLAJR).

Diferensiasi Klan
Klan berhubungan dengan lalar belakang keturunan yang lergabung dalam keluarga
luas, baik berdasarkan garis keturunan wanita (matrilineal) maupun laki-laki (patrileneal)
atau keduanya. Klan merupakan suatu organisasi sosial yang khusus menghimpun
anggotanya berasal dari satu keturunan yang sama sehingga klan akan memiliki sliuktui
sosial tersendiri yang secara khusus untuk memperkokoh ikatan kekerabatan di antara
mereka. Orang-orang yang terhimpun dalam suatu klan dapat diketahui dari nama belakang
(nama keluarga) yang mereka pakai seperti yang dimiliki oleh masyarakat Batak, tetapi
lerdapat juga anggota sebuah klan yang dapat dikenali dari lambang-lambang yang
dipasang di rumah atau perilaku khusus yang hanya berlaku bagi suatu klan. Klan di
Indonesia merupakan warisan budaya yang diturunkan oleh pendahulu mereka.
Tidak semua orang Indonesia memiliki klan karena di antara mereka banyak yang
tidak memperhitungkan latar belakang atau asal keturunan. Adanya perkawinan antarsuku
bangsa dapat memperlemah kedudukan seseorang dalam keanggotaan sualu klan, dan yang
bersangkutan dapat saja membentuk suatu struktur sosial baru yang berbeda dari klan.

Pengaruh Diferensiasi Sosial


Diferensiasi sosiai dapat memberi pengaruh negatif dan positif bagi kehidupan
anggota masyarakat, khususnya dalam penjalinan hubungan-hubungan atau interseksi
sosial di antara anggota masyarakat.
Anggota masyarakat yang terpilah di dalam kelompok-kelom-pok tertentu pada
umumnya tidak mudah menjalin hubungan atau interaksi dengan kelompok-kelompok yang
lain. Dalam ilmu sosial pada umumnya dan sosiologi pada khususnya dikenal suatu teori
yang bernama teori segregasi sosial, yaitu suatu teori yang menjelaskan bahwa anggota
masyarakat memiliki kecenderungan untuk berkumpul dan berinteraksi dengan anggota
masyarakat lain yang dirasa memiliki kondisi yang relatif sama, baik dalam kondisi sosial,
ekonomi, budaya, politik, dan geografis.
Pada setiap acara rapat, pesta ulang tahun, dan pesta pernikahan seseorang berusaha
bersama atau berkumpul dengan orang yang dianggapnya satu kelompok sehingga kadang
tidak mudah diatur tempat duduknya oleh panitia.
Selain itu, dalam pergaulan sehari-hari ketika seseorang atau kelompok lain diajak
bergaul dengan orang atau pihak lain, mereka menolak dengan mengatakan bukan
kelompoknya. Demikian pula dengan sekelompok pelajar yang memilih teman unluk
membentuk kelompok dalam rangka mengerjakan tugas oleh guru akan memilih teman-
teman yang dirasa memiliki banyak kesamaan.
Pemilihan terhadap teman atau anggota masyarakat yang sama ituwajar, akan tetapi
bisa juga terjadi hal-halyang tidak diinginkan, antara lain sebagai berikut.

35
1. Memunculkan sifat atau sikap fanatik, yaitu suatu sikap yang tidak mau memilih yang
lain.
2. Memunculkan sikap grupsentris, yaitu menganggap bahwa kelompoknya adalah yang
terbaik.
3. Memunculkan sikap etnosentris, yaitu sikap yang menganggap bahwa budaya atau
sukunya adalah yang terbaik.
4. Memunculkan sikap tertutup.
Keadaan di atas apabila dibiarkan berkembang akan dapat mela-hirkan ketegangan,
perpecahan, kesalahpahaman, dan konflik di antara anggota masyarakat yang memiliki
keadaan yang berbeda.
Pengelolaan lerhadap perbedaan-perbedaan ini sangat penting untuk dilakukan
karena dengan adanya perbedaan di dalam kehidupan masyarakal maka kebutuhan untuk
saling mengisi dan saling menutup kekurangan anggota masing-masing menjadi sangat pen-
ting untuk dilakukan.
Sehubungan dengan potensi untuk saling memberi fungsi atau saling menutup
kekurangan dan saiing membantu yang ada di dalam kehidupan masyarakat maka
masyarakat perlu memikirkan suatu pengelolaan ke arah yang positif agar dampak negatif
dari kondisi ketidaksamaan yang ada di dalam masyarakat tidak menjadi penyebab
perpecahan dan dapat dijadikan sumber persatuan atau integrasi.

LAMPIRAN
INSTRUMEN PENILAIAN

36
INTRUMEN PENILAIAN SIKAP
OBSERVASI

Nama Satuan pendidikan : SMA Negeri 1 Batu


Tahun pelajaran : 2016/2017
Kelas/Semester : X Bahasa dan Budaya / Semester Genap
Mata Pelajaran : Antropologi

KEJADIAN/ BUTIR POS/


NO WAKTU NAMA TINDAK LANJUT
PERILAKU SIKAP NEG
1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

37
KEJADIAN/ BUTIR POS/
NO WAKTU NAMA TINDAK LANJUT
PERILAKU SIKAP NEG
10.

11.

12.

13.

14.

15.

INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN


UNJUK KERJA

No Nama INDIKATOR PENILAIAN Jumla Nilai


Siswa h Skor
KerjaSama Komunikasi KerjaKeras Disiplin Kreativitas

38
RUBRIK PENILAIAN

Kriteria Skor Indikator


Kerja Sama 2 Mampu bekerja sama dengan baik dalam kelompok
1 Kurang mampu bekerja sama dalam kelompok
Komunikasi 2 Mampu berkomunikasi dengan baik dan sopan di dalam kelompok
maupun antar kelompok
1 Kurang mampu berkomunikasi dengan baik dan sopan di dalam
kelompok maupun antar kelompok
Kerja Keras 2 Mau bekerja keras dalam menyelesaikan tugas
1 Kurang mau bekerja keras dalam menyelesaikan tugas
Disiplin 2 Mampu menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditentukan
1 Tidak mampu menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditentukan
Kreativitas 2 Sangat kreatif dan inovatif dalam menyusun galeri kerja
1 Kurang kreatif dan inovatif dalam menyusun galeri kerja

Keterangan:
Skor maksimal = (banyaknya kriteria) x (skor tertinggi setiap kriteria)

Nilai tugas = Jumlah skor perolehan x 100


Jumlah skor maksimal

39
INSTRUMEN PENUGASAN

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Batu


Mata Pelajaran : Antropologi
Kelas/Semester : X/Genap
Kompetensi Dasar : 3.2 Mendeskripsikan penggolongan sosial dalam masyarakat
Indonesia berdasarkan kriteria tertentu (misalnya: agama, etnik,
gender, pekerjaan, desa-kota) dalam rangka menyadari bahwa
masyarakat Indonesia beraneka ragam
Indikator : 3.2.1 Menjelaskan penggolongan sosial dalam masyarakat
3.2.2 Memberikan contoh penggolongan sosial dalam masyarakat
3.2.3 Menjelaskan penggolongan sosial secara
horizontal/diferensiasi sosial
3.2.4 Menunjukkan diferensiasi sosial berdasarkan kriteria tertentu
(Agama, etnik, gender, pekerjaan,desa-kota)

SOAL
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan benar!
1. Jelaskan apa yang dimaksud penggolongan sosial!
2. Berikan contoh penggolongan sosial yang ada di masyarakat!
3. Jelaskan apa yang dimaksud diferensiasi sosial!
4. Berikan pendapatmu bagaimana pengaruh diferensiasi terhadap kehidupan masyarakat!
Berikan contoh!
5. Perhatikan gambar di bawah ini! Tempelkan gambar sesuai dengan kriteria dalam
diferensiasi sosial! Berikan penjelasan mengenai gambar tersebut!

Kriteria Gambar Penjelasan


Agama

Etnik

Gender

Pekerjaan

Desa-Kota

Ras

40
GAMBAR

INSTRUMEN PENILAIAN PENGETAHUAN

No Nama Peserta SKOR Jumlah Nilai


Didik Skor
1 2 3 4 5

41
Keterangan:
Skor maksimal = (banyaknya kriteria) x (skor tertinggi setiap kriteria)

Nilai tugas = Jumlah skor perolehan x 100


Jumlah skor maksimal

RUBRIK PENILAIAN
Kriteria Skor Indikator
NO.1 2 Menjelaskan penggolongan sosial dengan tepat
1 Menjelaskan penggolongan dengan kurang tepat
NO.2 2 Memberikan contoh penggolongan sosial dengan tepat
1 Memberikan contoh penggolongan sosial dengan kurang tepat
NO.3 2 Menjelaskan diferensiasi sosial dengan tepat
1 Menjelaskan diferensiasi sosial dengan kurang tepat
NO.4 2 Menjelaskan pengaruh diferensiasi sosial dengan tepat
1 Menjelaskan pengaruh diferensiasi dengan kurang tepat
NO.5 2 Menunjukkan kriteria diferensiasi sosial dengan tepat
1 Menunjukkan kriteria diferensiasi sosial dengan kurang tepat

42
INSTRUMEN PENUGASAN

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Batu


Mata Pelajaran : Antropologi
Kelas/Semester : X/Genap
Kompetensi Dasar : 3.2 Mendeskripsikan penggolongan sosial dalam masyarakat
Indonesia berdasarkan kriteria tertentu (misalnya: agama, etnik,
gender, pekerjaan, desa-kota) dalam rangka menyadari bahwa
masyarakat Indonesia beraneka ragam
Indikator : 3.2.5 Menjelaskan konsep agama
3.2.6 Memberi contoh agama di Indonesia
3.2.7 Menunjukkan perbedaan agama di Indonesia

SOAL
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan benar!
1. Jelaskan yang dimaksud dengan agama!
2. Jelaskan yang dimaksud dengan kepercayaan!
3. Berikan contoh agama yang ada di Indonesia dan jelaskan!

No. Agama Penjelasan

4. Jelaskan yang dimaksud kepercayaan di bawah ini!

No. Kepercayaan Penjelasan


1. Animisme
2. Dinamisme
3. Totemisme
4. Politeisme

5. Jelaskan bagaimana dampak adanya keberagaman agama di Indonesia. Berikan contoh!

43
INSTRUMEN PENUGASAN

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Batu


Mata Pelajaran : Antropologi
Kelas/Semester : X/Genap
Kompetensi Dasar : 3.2 Mendeskripsikan penggolongan sosial dalam masyarakat
Indonesia berdasarkan kriteria tertentu (misalnya: agama, etnik,
gender, pekerjaan, desa-kota) dalam rangka menyadari bahwa
masyarakat Indonesia beraneka ragam
Indikator : 3.2.8 Menjelaskan konsep etnik
3.2.9 Memberi contoh etnik di Indonesia
3.2.10 Menunjukkan perbedaan etnik di Indonesia

SOAL
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan benar!
1. Jelaskan yang dimaksud dengan etnik!
2. Berikan 10 etnik yang ada di Indonesia!
3. Jelaskan apa yang menyebabkan adanya keberagaman etnik di Indonesia!
4. Lakukan penelitian lapangan di daerah sekitar anda! Amatilah keberagaman etnik yang ada
di daerah tersebut kemudian identifikasikan perbedaannya! Masukkan data yang anda
dapatkan ke dalam tabel di bawah ini!

No. Nama Etnik Ciri-ciri

5. Bagaimana interaksi yang terjadi antara etnik yang berbeda di daerah anda? Jelaskan!

44
INSTRUMEN PENUGASAN

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Batu


Mata Pelajaran : Antropologi
Kelas/Semester : X/Genap
Kompetensi Dasar : 3.2 Mendeskripsikan penggolongan sosial dalam masyarakat
Indonesia berdasarkan kriteria tertentu (misalnya: agama, etnik,
gender, pekerjaan, desa-kota) dalam rangka menyadari bahwa
masyarakat Indonesia beraneka ragam
Indikator : 3.2.11 Menjelaskan konsep gender
3.2.12 Memberi contoh gender di masyarakat
3.2.13 Menunjukkan perbedaan gender di masyarakat

SOAL
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan benar!
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan gender!
2. Jelaskan perbedaan antara gender dengan jenis kelamin!
3. Berikan contoh peranan gender yang ada di masyarakat sekitar anda!
4. Berikan contoh peranan gender pada dua etnik yang berbeda di Indonesia!
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kesetaraan gender? Berikan pendapatmu mengenai
kesetaraan gender di Indonesia!

45
INSTRUMEN PENUGASAN

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Batu


Mata Pelajaran : Antropologi
Kelas/Semester : X/Genap
Kompetensi Dasar : 3.2 Mendeskripsikan penggolongan sosial dalam masyarakat
Indonesia berdasarkan kriteria tertentu (misalnya: agama, etnik,
gender, pekerjaan, desa-kota) dalam rangka menyadari bahwa
masyarakat Indonesia beraneka ragam
Indikator : 3.2.14 Menjelaskan konsep pekerjaan
3.2.15 Memberi contoh pekerjaan di masyarakat
3.2.16 Menunjukkan perbedaan pekerjaan di masyarakat

SOAL
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan benar!
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pekerjaan!
2. Jelaskan perbedaan antara pekerjaan dengan profesi!
3. Berikan contoh pekerjaan yang ada di masyarakat sekitar anda!
4. Jelaskan bagaimana dampak keberagaman pekerjaan di masyarakat!
5. Berikan pendapatmu mengenai keberagaman pekerjaan di masyarakat dan bagaimana
menyikapi keberagaman tersebut!

46
INSTRUMEN PENUGASAN

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Batu


Mata Pelajaran : Antropologi
Kelas/Semester : X/Genap
Kompetensi Dasar : 3.2 Mendeskripsikan penggolongan sosial dalam masyarakat
Indonesia berdasarkan kriteria tertentu (misalnya: agama, etnik,
gender, pekerjaan, desa-kota) dalam rangka menyadari bahwa
masyarakat Indonesia beraneka ragam
Indikator : 3.2.17 Menjelaskan konsep desa dan kota
3.2.18 Memberi contoh desa dan kota
3.2.19 Menunjukkan perbedaan desa dan kota

SOAL
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan benar!
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan desa!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kota!
3. Jelaskan ciri-ciri desa dan kota!
4. Lakukan penelitian lapangan di daerah Pasuruan! Amatilah desa dan kota yang ada di
daerah Pasuruan kemudian identifikasikan perbedaannya! Masukkan data yang anda
dapatkan ke dalam tabel di bawah ini!

Perbedaan antara desa dan kota

No. Desa Kota

5. Bagaimana interaksi yang terjadi antara masyarakat yang tinggal di desa dan kota? Jelaskan!

47
INSTRUMEN PENUGASAN

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Batu


Mata Pelajaran : Antropologi
Kelas/Semester : X/Genap
Kompetensi Dasar : 3.2 Mendeskripsikan penggolongan sosial dalam masyarakat
Indonesia berdasarkan kriteria tertentu (misalnya: agama, etnik,
gender, pekerjaan, desa-kota) dalam rangka menyadari bahwa
masyarakat Indonesia beraneka ragam
Indikator : 3.2.20 Menjelaskan konsep ras
3.2.21 Memberi contoh ras di Indonesia
3.2.22 Menunjukkan perbedaan ras di Indonesia

SOAL
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan benar!
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ras!
2. Jelaskan perbedaan antara ras mongoloid, kaukasoid dan negroid!
3. Berikan contoh keberagaman ras yang ada di Indonesia!
4. Berikan contoh sikap yang membeda-bedakan seseorang berdasarkan ras! Jelaskan dampak
dari sikap tersebut!
5. Seringkali perbedaan warna kulit atau fisik seseorang menjadi bahan ejekan di antara pelajar.
Meskipun dianggap hanya bercanda tetapi hal tersebut menunjukkan bahwa ada sikap rasis.
Berikan pendapatmu tentang fenomena tersebut!

48
SOAL ULANGAN HARIAN

Beberapa gejala kemajemukan budaya!


(1) Melakukan upacara Rambu Solo
(2) Mengadakan upacara Potong Gigi
(3) Melakukan upacara Ngaben
(4) Mengadakan upacara Ruwatan
Yang termasuk wujud budaya kesatuan aktivitas masyarakat Bali adalah.....
A. 1 dan 2
B. 1 dan 3
C. 2 dan 3
D. 2 dan 4
E. 3 dan 4
ANSWER : C

Indonesia memiliki budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam. Contohnya, kepercayaan
Totemisme yang memahami bahwa manusia dengan alam, termasuk di dalamnya tumbuhan dan
hewan memiliki hubungan. Contoh praktik Totemisme adalah pembuatan patung Mbis yang
menjadi simbol arwah nenek moyang, yang dimiliki oleh etnik....
A. Dayak di Kalimantan
B. Toraja di Sulawesi Selatan
C. Asmat di Papua
D. Sasak di Nusa Tenggara Barat
E. Batak di Sumatera Utara
ANSWER : C

Timbulnya keragaman budaya di Indonesia dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif.
Salah satu dampak negatifnya adalah....
A. Terciptanya sikap untuk mengutamakan budaya sendiri
B. Berlangsungnya kerjasama antarbudaya di Indonesia
C. Menjadi salah satu faktor penguat terciptanya integrasi
D. Menambah daya tarik untuk mengembangkan warisan budaya
E. Terjadi dialog antar budaya untuk menghapus sikap etnosentrisme
ANSWER : A

49
Gambar rumah tradisional berikut yang merupakan budaya lokal dari daerah Kalimantan adalah
....
A.

B.

C.

D.

E.

ANSWER : D

Totemisme merupakan kepercayaan dari kelompok manusia yang mempunyai hubungan mistik
dengan gejala-gejala alam yang ada. Berikut ini yang merupakan contoh praktik kepercayaan
tersebut adalah ....
A. Mempercayai adanya kekuatan gaib pada semua benda
B. Konsep yang mempercayai bahwa Tuhan itu Esa
C. Segala sesuatu merupakan perwujudan Tuhan
D. Konsep yang percaya pada kekuatan roh halus
E. Penggunaan patung Mbis sebagai simbol arwah nenek moyang
50
JAWAB : E

Kehidupan masyarakat Indonesia yang mengakui keberadaan enam agama : Islam, Kristen
Protestan, Katholik, Hindu, Buddha dan Kong Hu Chu, sesuai falsafah Pancasila mengakui
keberadaan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ilustrasi tersebut menunjukkan dampak positif perilaku
keagamaan bagi kehidupan masyarakat adalah ....
A. Berusaha memperluas ajaran keagamaan yang dianutnya
B. Menciptakan keharmonisan hidup dan solidaritas yang tinggi
C. Meningkatkan kegiatan ritual-ritual tiap-tiap agama
D. Berusaha mengagung-agungkan agama yang dianutnya
E. Menyatukan ajaran agama yang ada di Indonesia
JAWAB : B

Gambar senjata tradisional berikut merupakan budaya lokal yang dimiliki etnik....

A. Aceh
B. Sunda
C. Dayak
D. Minangkabau
E. Toraja
ANSWER : C

Semua orang Indonesia meyakini salah satu agama atau kepercayaan yang ada di Indonesia.
Berikut ini yang merupakan sikap toleransi terhadap keberagaman agama yang ada di Indonesia
adalah .....
A. Tidak memaksakan keyakinan agama kita kepada orang lain
B. Fanatisme terhadap ajaran agama yang dianutnya
C. Memandang ajaran agamanya lebih hebat dibanding agama lain
D. Ikut mempelajari ajaran dipeluk oleh agama lain
E. Merasa bangga terhadap ajaran agamanya
ANSWER : A

Perhatikan gambar di bawah ini!

Gambar tersebut menunjukkan kepercayaan sebagian orang


terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib, sehingga benda-benda tersebut
harus mendapatkan perlakuan khusus pula dengan melakukan penyucian. Kegiatan tersebut
berkaitan dengan kepercayaan.......
A. Animisme
B. Totemisme
C. Dinamisme
D. Pantheisme
E. Sinkretisme
51
ANSWER : C

Berikut ini penggolongan sosial yang termasuk diferensiasi sosial adalah....


A. Kekuasaan, jenis kelamin, dan agama
B. Suku bangsa, agama, dan profesi
C. Kekayaan, suku bangsa, dan klan
D. Agama, jenis kelamin, dan pendidikan
E. Pendidikan, profesi, dan suku bangsa
ANSWER : B

Penduduk Indonesia terdiri dari beberapa kelompok meliputi Asiatik Mongoloid, Malayan
Mongoloid dan Melanesoid. Kelompok ini merupakan kelompok horizontal yang didasarkan
pada kriteria ....
A. Fisiologis
B. Ekonomi
C. Kebudayaan
D. Perilaku
E. Wilayah
ANSWER : A

Perbedaan kebudayaan antar etnik akan semakin berkurang, apabila .....


A. Identitas kelompok etnik semakin kuat
B. Stratifikasi sosial semakin diperluas
C. Perubahan sosial budaya dibatasi
D. Saling bertoleransi antarkelompok etnik
E. Adanya etnosentrisme dalam kelompok
ANSWER : D

Perhatikan gejala sosial di bawah ini!


(1) Warga Pasuruan terdiri dari etnik Jawa dan Madura
(2) Pak Mahdi dialih tugas dari guru menjadi kepala sekolah di daerah
(3) Siswa SMA Negeri 2 ada yang memeluk agama Islam, Kristen dan Katholik
(4) Pegawai Negeri terdiri dari berbagai pangkat dan golongan gaji
Yang menunjukkan penggolongan sosial secara horizontal adalah....
A. (1) dan (2)
B. (1) dan (3)
C. (2) dan (3)
D. (2) dan (4)
E. (3) dan (4)
ANSWER : B

Salah satu ciri-ciri etnik dalam masyarakat adalah ciri budaya yang berkembang dalam
kehidupan masyarakat. Contohnya seperti gambar di bawah ini yang menunjukkan tradisi dari
masyarakat....

A. Jawa
B. Sunda
C. Betawi
52
D. Batak
E. Minangkabau
ANSWER : A

Jika dilihat dari warna kulitnya penduduk Indonesia dapat diperinci ke dalam beberapa bagian
lagi, yaitu Papua Melanosoid, Negroid, Weddoid, dan Melayu Mongoloid. Penduduk Indonesia
yang masuk ke dalam kelas Negroid adalah....
A. Suku Sakai
B. Suku Jawa
C. Suku Batak
D. Suku Dayak
E. Suku Semang
ANSWER : E

Gerakan tarian Tor-Tor seirama dengan iringan musik (magondangi) yang dimainkan
menggunakan alat-alat musik tradisional seperti gondang, suling, terompet tradisional, dan lain-
lain. Tarian yang dimaksud adalah tarian khas suku bangsa....
A. Bali
B. Betawi
C. Asmat
D. Batak
E. Dayak Kenyah
ANSWER : D

Ciri fisik berhubungan dengan perbedaan ciri-ciri tertentu yang dilihat secara fisik, seperti
bentuk dan warna rambut, warna kulit, postur tubuh, bentuk dan warna mata, dan lain
sebagainya. Perbedaan tersebut merupakan diferensiasi....
A. Klan
B. Gender
C. Agama
D. Etnik
E. Ras
ANSWER : E

Masyarakat Indonesia pada umumnya terasuk dalam ras....


A. Kaukasoid Mediterania
B. Asiatic Mongoloid
C. Malayan Mongoloid
D. Indoaustronesia
E. Malayan Melanesia
ANSWER : C

Berikut ini yang tidak termasuk kriteria suku bangsa adalah kesamaan....
A. Bahasa
B. Kebudayaan
C. Kesenian
D. Adat istiadat
E. Agama
ANSWER : E

Gambar di bawah ini menunjukkan salah satu komponen dalam sistem religi menurut
Koentjaraningrat yaitu....

53
A. Emosi keagamaan
B. Sistem keyakinan
C. Sistem ritus
D. Peralatan ritus
E. Umat beragama
ANSWER : D

Beberapa budaya lokal suku bangsa.


(1)Memiliki kain Ulos
(2)Memiliki tarian Tor-tor
(3)Melakukan upacara Ngaben
(4)Menganut sistem kekerabatan Matrilineal
Yang termasuk wujud budaya etnik Batak adalah....
A. 1 dan 2
B. 1 dan 3
C. 2 dan 3
D. 2 dan 4
E. 3 dan 4
ANSWER : A

Beberapa budaya lokal suku bangsa.


(1)Memiliki rumah Gadang
(2)Melakukan upacara Bakar Batu
(3)Menganut sistem kekerabatan Matrilineal
(4)Memiliki senjata tradisional Mandau
Yang termasuk wujud budaya etnik Minangkabau adalah....
A. 1 dan 2
B. 1 dan 3
C. 2 dan 3
D. 2 dan 4
E. 3 dan 4
ANSWER : B

Contoh wujud budaya lokal berupa hasil karya rumah adat pada masyarakat Toraja adalah....
A. Tongkonan
B. Limasan
C. Gadang
D. Honai
E. Bale Bengong
ANSWER : A

Masalah keragaman budaya dapat menimbulkan konflik antardaerah dan suku bangsa. Usaha
yang dapat dilakukan untuk penyelesaian konflik dalam menghadapi keragaman budaya
adalah....
A. saling menghargai budaya masing-masing individu
B. membatasi budaya etnik agar tidak timbul etnosentrisme
C. mempertebal sikap etnosentrisme sebagai identitas diri
D. menanamkan sikap antipati terhadap budaya lain
E. mengembangkan kegiatan sosial yang bersifat sentralisme
ANSWER : A

54
Perhatikan pernyataan berikut!
(1) menghargai perbedaan budaya yang ada
(2) menyamakan segala bentuk perbedaan budaya
(3) menjamin adanya kesamaan derajat di masyarakat
(4) melonggarkan segala batas suku bangsa
(5) menumbuh kembangkan sikap empati
Upaya yang dilakukan dalam menghadapi keberagaman budaya adalah....
A. (1), (2), dan (3)
B. (1), (3), dan (5)
C. (2), (3), dan (5)
D. (2), (4), dan (5)
E. (3), (4), dan (5)
ANSWER : B

55

Anda mungkin juga menyukai