Anda di halaman 1dari 11

NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.

1/JUNI/2017

Pengaruh Kebisingan Kereta Api Terhadap Kualitas Hidup

The Impact of Railway Noise Upon the Quality of Life

Michael Sophian Putra, Ratna Kusumawati, R. Prihandjojo Andri Putranto


Faculty of Medicine, Sebelas Maret University

ABSTRAKS

Pendahuluan: Kebisingan kereta api merupakan suara yang tidak dikehendaki yang
ditimbulkan baik dari mesin kereta api maupun gesekan roda dengan rel kereta api.
Kebisingan yang berlangsung jangka panjang dapat berpengaruh negatif pada kondisi
psikologis, fungsi mental, serta kualitas hidup seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh kebisingan kereta api terhadap kualitas hidup
masyarakat yang tinggal di bantaran rel kereta api Nusukan, Surakarta.

Metode: Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross


sectional. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari, Kota
Surakarta pada bulan Oktober hingga November 2015. Subjek penelitian adalah
masyarakat yang tinggal minimal 1 tahun di bantaran rel kereta api Nusukan, berjenis
kelamin pria, dan berusia 20-59 tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 60 orang yang terdiri dari 30
responden terpapar kebisingan > 55dB dan 30 responden terpapar kebisingan kereta
api ≤ 55dB. Pengukuran kebisingan dilakukan dengan alat sound level meter. Penilaian
kualitas hidup menggunakan kuesioner Nottingham Health Profile (NHP). Data
dianalisis dengan uji t tidak berpasangan (α = 0.05).

Hasil: Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan rerata skor kualitas hidup responden
yang terpapar bising kereta api > 55dB lebih rendah secara bermakna dibandingkan
responden yang terpapar bising kereta api ≤ 55dB dengan p = 0.000 (p < 0,05).

Kesimpulan: Responden yang terpapar bising kereta api kurang dari atau sama dengan
nilai ambang batas (≤ 55dB) memiliki rerata kualitas hidup lebih baik daripada
responden yang terpapar bising kereta api lebih dari nilai ambang batas (> 55dB).

Kata Kunci: Kualitas hidup, kebisingan kereta api, Nottingham Health Profile (NHP)

1
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.1/JUNI/2017

ABSTRACT

Introduction: Railway noise is an unexpected noise caused by either the machine of the
trains or the friction between the wheels and the railroads. Long lasting noise has a
negative impact upon psychological condition, mental function, and the quality of one’s
life. The aim of this study was to know whether there was an impact of the railway noise
upon the quality of life of the society living at the banks of railroads in Nusukan,
Surakarta.

Methods: This was an observational analytic research with a cross sectional study. This
research was done in Nusukan neighborhood, Banjarsari subregency, Surakarta town,
from October to November 2015. The subject of the research was the society living at
the banks of the railroads in Nusukan for the minimum of 1 year, men, and between 20-
59 years of age. The sample taking was done by using purposive sampling technique as
many as 60 people consisting of 30 respondents exposed by the railway noise of > 55dB
and 30 respondents exposed by the railway noise of ≤ 55dB. The measurement of the
noise was done by using a sound level meter device. The measurement upon the quality
of life was made by using questionnaire of Nottingham Health Profile (NHP). The data
were analyzed with unpaired t test (α = 0.05).

Result: The result of the unpaired t test showed the average score of the quality of life
of the respondents exposed by the railway noise of > 55dB was significant lower than
that of the respondents exposed by the railway noise of ≤ 55dB, with p = 0.000 (P <
0.05).

Conclusion: Respondents exposed by the railway noise of less than or as much as the
threshold value (≤ 55dB) had better average quality of life than the respondent exposed
by the railway noise which was higher than the threshold value (> 55dB).

Keywords: Quality of life, railway noise, Nottingham Health Profile (NHP)

2
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.1/JUNI/2017

PENDAHULUAN dengan rel kereta api. Kebisingan kereta


Kualitas hidup merupakan suatu api sangat tergantung dari kecepatan laju
konsep multidimensi yang luas yang kereta api, tipe mesin, gerbong, roda, serta
biasanya mengandung evaluasi subjektif rel kereta.(6)
dari aspek kehidupan baik positif maupun Kebisingan kereta api dapat
negatif.(1) Tingkat kualitas hidup dapat memacu respon stres pada tubuh. Saat
ditentukan oleh kondisi fisik, intelektual, terpapar stres tubuh akan berusaha untuk
emosional maupun sosial.(2) Salah satu melakukan mekanisme homeostasis, yang
penyebab penurunan kualitas hidup adalah disebut juga dengan General Adaptation
adanya paparan stresor yang berpengaruh Syndrome (GAS). Namun ketika terpapar
negatif pada kondisi fisik seseorang. stresor yang tinggi dan berkepanjangan
Stresor dapat berupa fisik (suhu, tubuh dapat gagal dalam melakukan
kebisingan, getaran, radiasi), kimia, mekanisme homeostasis tersebut. (7) Hal
mikrobiologi (bakteri, virus, fungi, ini berdampak negatif terhadap kesehatan
parasit), psikologi, mekanis, atau apapun seseorang dan menyebabkan penurunan
yang memacu respon stres pada tubuh kualitas hidup. Telah banyak penelitian
manusia. (3) yang membuktikan dampak kebisingan
Kebisingan dapat diartikan sebagai terhadap pendengaran, kualitas tidur,
suara yang tidak dikehendaki atau konsentrasi dan daya ingat, kognitif,
kombinasi dari suara yang dapat maupun kardiovaskuler.(5) Sebuah
menyebabkan efek samping pada penelitian tentang kebisingan akibat suara
kesehatan.(4) Respon seseorang terhadap pesawat yang dilakukan di bandara Adi
kebisingan dapat bervariasi, hal ini di Sumarmo Boyolali juga membuktikan
tentukan oleh intensitas, frekuensi, dampak kebisingan terhadap sistem imun
kekompleksan suara, durasi, dan makna seseorang, yakni terdapat peningkatan
dari kebisingan tersebut.(5) Kebisingan kadar kortisol darah, jumlah sel Natural
dapat ditimbulkan oleh berbagai macam Killer (NK), dan aktivitas sel NK.(8)
sumber, seperti pesawat, lalu lintas, kereta Selain itu, kebisingan juga berpengaruh
api, tempat kerja, dan lingkungan sekitar. negatif pada psikologis, fungsi mental,
Kebisingan kereta api merupakan serta kualitas hidup seseorang.(9)
kebisingan yang ditimbulkan baik dari Walaupun kebisingan dapat menjadi
mesin kereta api maupun gesekan roda ancaman bagi kualitas hidup manusia

3
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.1/JUNI/2017

namun upaya penanganan akibat SUBJEK DAN METODE


kebisingan masih sangat kurang.(10) Penelitian ini merupakan
Nusukan merupakan kelurahan penelitian observasional analitik.
yang berada di wilayah Kecamatan Penelitian dilakukan pada bulan Oktober
Banjarsari, Kota Surakarta. Di Kelurahan hingga November 2015 di bantaran rel
Nusukan terdapat penduduk yang tinggal kereta api Kelurahan Nusukan,
di sekitar rel kereta api sehingga Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta.
menerima paparan bising dengan Sampel penelitian adalah masyarakat yang
intensitas yang tinggi. Tingkat kebisingan tinggal di bantaran rel kereta api Nusukan
kereta api pada jarak 20m dapat mencapai dengan ketentuan pria, berusia 20-59
85.91 dB, sedangkan nilai ambang batas tahun, tidak merokok, tinggal di bantaran
(NAB) kebisingan pada area pemukiman rel kereta api selama minimal 1 tahun,
adalah 55 dB.(11,12) Hal ini tidak hanya tidak sedang menderita penyakit yang
mengganggu kenyamanan penduduk berat atau kronis, dan tidak memiliki
namun juga dapat berdampak pada permasalahan keluarga. Jumlah sampel
kualitas hidup warga yang bermukim di adalah 60 orang yang terdiri dari 30
sekitar rel kereta api. Namun di Indonesia responden yang terpapar kebisingan kereta
penelitian mengenai dampak stresor fisik api > 55dB dan 30 responden yang
berupa kebisingan kereta api terhadap terpapar kebisingan kereta api ≤ 55dB.
kualitas hidup masih belum banyak Pengambilan sampel dilakukan dengan
dilakukan. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.
bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kualitas hidup dinilai dengan
kebisingan terhadap kualitas hidup menggunakan kuesioner kualitas hidup
masyarakat yang tinggal di bantaran rel yang dibuat oleh Hunt (1980), yakni
kereta api di Kelurahan Nusukan, kuesioner Nottingham Health Profile yang
Surakarta. Penelitian ini diharapkan dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
memberikan informasi ilmiah bagi dan dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
pemerintah, PT. Kereta Api Indonesia, Dari uji validitas yang dilakukan
dan masyarakat, khususnya yang tinggal keseluruhan pertanyaan (38 pertanyaan)
di bantaran rel kereta api mengenai dinyatakan valid dan uji reliabilitas yang
dampak kebisingan kereta api terhadap dilakukan menghasilkan nilai Alpha
kualitas hidup.

4
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.1/JUNI/2017

Cronbach 0,922 yang berarti kuesioner Jumlah 30 30

tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi. Sumber: Data Primer, 2015

Paparan kebisingan kereta api Tabel 1 menunjukkan bahwa


merupakan kebisingan yang bersumber responden pada kelompok yang terpapar
dari aktivitas kereta api yang melintas bising ≤ 55dB paling banyak memiliki
disepanjang rel kereta api Nusukan. tingkat pendidikan terakhir SMA/SMK,
Tingkat kebisingan kereta api diukur yakni sebanyak 11 responden. Sedangkan
dengan menggunakan alat sound level pada kelompok yang terpapar bising >
meter. Pengukuran dilakukan dirumah 55dB tingkat pendidikan terakhir
warga dengan mengamati dan mencatat terbanyak adalah SMP sebanyak 17
angka yang muncul pada layar sound level responden.
meter. Pengukuran ini dilakukan pada Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan
pekerjaan
setiap kebisingan yang ditimbulkan oleh Terpapar Terpapar
kereta api dalam waktu 24 jam. No. Pekerjaan bising ≤ bising >

Data yang didapatkan selanjutnya 55dB 55dB


1. PNS 0 1
dianalisis dengan menggunakan uji t tidak
2. Penjahit 1 0
berpasangan dengan derajat kemaknaan
3. Karyawan 2 8
(α=0,05). 4. Swasta 20 16
HASIL 5. Pedagang 3 2

Penelitian mengenai dampak 6. Sopir 1 3


7. Polri 1 0
kebisingan kereta api terhadap kualitas
8. Banker 1 0
hidup telah dilakukan di Kelurahan
9. Perawat 1 0
Nusukan pada bulan Oktober hingga Jumlah 30 30
November 2015 dan didapatkan hasil Sumber: Data Primer, 2015

sebagai berikut: Dari tabel 2 diketahui bahwa


Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan tingkat pekerjaan responden pada penelitian ini
pendidikan
Terpapar Terpapar baik pada kelompok yang terpapar bising
Pendidikan
No. bising ≤ bising > ≤ 55dB maupun pada kelompok yang
terakhir
55dB 55dB
terpapar bising > 55dB adalah pekerja
1. SD 5 10
swasta.
2. SMP 10 17
3. SMA/SMK 11 3
4. Sarjana S1 4 0

5
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.1/JUNI/2017

Tabel 3. Hasil pegukuran bising dengan sound dibandingkan responden yang terpapar
level meter
Paparan Minimal Maksimal Mean ± SD bising kereta api ≤ 55dB.

kebisingan (dB) (dB) (dB) PEMBAHASAN


Tabel 1 menunjukkan bahwa pada
≤ NAB 52,2 55 51,04 ± 0,98
kelompok yang terpapar bising ≤ 55dB
> NAB 80,9 90,6 85,25 ± 2,89
tingkat pendidikan terakhir terbanyak
Sumber: Data Primer, 2015
adalah SMA/SMK. Hal ini sesuai dengan
Tabel 3 menunjukkan bahwa rerata
data survei Badan Pusat Statistik Kota
intensitas bising pada kelompok yang
Surakarta tahun 2014 (13) yang
terpapar bising kereta api ≤ NAB adalah
menyatakan bahwa Kelurahan Nusukan
51,04 ± 0,98dB dengan nilai minimal 52,2
didominasi oleh penduduk dengan
dB dan nilai maksimal 55dB. Sedangkan
pendidikan terakhir SMA/SMK, yakni
rerata intensitas bising pada kelompok
sebanyak 9.004 jiwa. Namun responden
yang terpapar bising kereta api > NAB
pada kelompok yang terpapar bising >
adalah 85,25 ± 2,89 dB dengan nilai
55dB paling banyak memiliki tingkat
minimal 80,9 dB dan nilai maksimal 90,6
pendidikan terakhir SMP. Hal ini dapat
dB.
terjadi karena data penelitian pada
Tabel 4. Hasil Uji t Tidak Berpasangan
kelompok yang terpapar bising > 55dB
Mean
Analisis Uji t diambil dari warga yang tinggal di
Skor
Data Tidak
Kualitas bantaran rel kereta api Kelurahan
Berpasangan
Hidup Nusukan. Warga yang tinggal di
Terpapar bising
pemukiman kumuh seperti pada bantaran
kereta api ≤ 55dB 35,37
p = 0,000
rel kereta api memiliki tingkat pendidikan
Terpapar bising yang rendah.(14)
31,60
kereta api > 55dB
Tabel 2 menunjukkan bahwa
Sumber: Data Primer, 2015
pekerjaan responden pada penelitian ini
Tabel 4 menunjukkan bahwa
baik pada kelompok yang terpapar bising
setelah dilakukan uji t tidak berpasangan,
≤ 55dB maupun pada kelompok yang
diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05). Dari
terpapar bising >55 dB adalah pekerja
hasil analisis tersebut dapat disimpulkan
swasta. Data pekerjaan responden ini
bahwa rerata skor kualitas hidup
berlainan dengan data kependudukan
responden yang terpapar bising kereta api
Kelurahan Nusukan yang menunjukan
> 55dB lebih rendah secara bermakna

6
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.1/JUNI/2017

bahwa mata pencaharian penduduk di bahwa varians data pada kedua kelompok
Kelurahan Nusukan didominasi oleh sama (p > 0,05). Selanjutnya data
buruh bangunan.(13) dianalisa dengan menggunakan uji t tidak
Tabel 3 menunjukkan bahwa rerata berpasangan dan diperoleh nilai p = 0,000
intensitas bising pada kelompok yang (p < 0,05). Dari hasil uji t tidak
terpapar bising kereta api ≤ NAB adalah berpasangan (Tabel 4) dapat disimpulkan
51,04 ± 0,98 dB. Tingkat kebisingan ini bahwa rerata skor kualitas hidup
berada dibawah nilai ambang batas yang responden yang terpapar bising kereta api
ditentukan, yakni 55 dB untuk daerah > 55dB lebih rendah secara bermakna
pemukiman.(12) Sedangkan rerata dibandingkan responden yang terpapar
intensitas bising pada kelompok yang bising kereta api ≤ 55dB. Hal ini sesuai
terpapar bising kereta api > NAB adalah dengan pernyataan WHO bahwa paparan
85,25 ± 2,89 dB. Tingkat kebisingan ini kebisingan dapat menurunkan kualitas
melebihi baku tingkat kebisingan yang hidup.(6,16) Penelitian yang dilakukan
sudah ditetapkan. Penelitian yang oleh Shepherd (17) membuktikan bahwa
dilakukan oleh Munzet (15) membuktikan warga yang tinggal di daerah yang sunyi
bahwa kebisingan yang melebihi 55 dB memiliki kualitas hidup yang lebih baik
dapat menyebabkan gangguan tidur. daripada warga yang tinggal di dekat
Analisa data dilakukan dengan keramaian. Beberapa penelitian lain juga
menggunakan uji t tidak berpasangan. membuktikan bahwa kebisingan dapat
Sebelum itu dilakukan uji normalitas menurunkan kualitas hidup.(4,9,18,19,
dengan Kolmogorov-Smirnov dan 20,21) Hal ini dapat terjadi karena
didapatkan hasil p = 0,200 pada kelompok kebisingan dapat menyebabkan gangguan
yang terpapapar bising kereta api > 55dB tidur serta ketergangguan.(22) Bahkan
dan p = 0,114 pada kelompok yang kebisingan yang tidak mengganggu pola
terpapar bising kereta api ≤ 55dB. Hal ini tidur seseorang akan tetap memacu sistem
menunjukkan bahwa data pada kedua saraf otonom dan sekresi kortisol yang
kelompok memiliki distribusi normal (p > berdampak buruk bagi kesehatan. Hal ini
0,05). Uji varians data juga dilakukan menunjukkan bahwa dampak dari
dengan menggunakan uji Levene’s test kebisingan akan tetap ada meskipun
dan mendapatkan hasil signifikansi seseorang telah terbiasa terhadap paparan
sebesar 0,090. Hal ini menunjukkan bising.(23)

7
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.1/JUNI/2017

Menurut teori General Adaptation thyrotropin-releasing hormone (TRH).


Syndrome ada tiga tahapan adaptasi Pada tahapan ini proses adaptasi
terhadap stres, yakni alarm reaction, stage berlangsung secara optimal, dan kadar
of resistance, dan stage of exhaustion. kortisol mulai menurun tetapi masih jauh
Tahapan alarm reaction terjadi melalui di atas angka normal.(7,8)
sistem saraf otonom yang diperantarai Ketika terpapar stress secara
oleh hipotalamus yang akhirnya akan berkepanjangan tubuh akan masuk dalam
memacu medula adrenal untuk tahapan ketiga, yakni stage of exhaustion.
mensekresikan epinefrin dan norepinefrin. Dalam tahapan ini terjadi peningkatan
Hormon tersebut akan menyebabkan kadar kortisol dalam jangka waktu yang
dilatasi pembuluh darah di otak, otot lama.(7,8) Hal ini dapat menyebabkan
rangka, dan jantung. Hal ini bertujuan berbagai macam penyakit kronis dan
untuk meningkatkan pasokan glukosa dan gangguan metabolik seperti hipertensi,
oksigen pada organ-organ yang berperan dislipidemia, dan imunosupresi.
penting dalam melawan stres. Sebaliknya, Peningkatan kadar kortisol secara kronis
akan terjadi konstriksi pembuluh darah ini juga dapat merusak sistem saraf pusat,
pada organ yang tidak berperan penting khususnya hipocampus, amigdala, dan
dalam perlawanan terhadap stres seperti lobus frontalis sehingga menurunkan
reproduksi, pencernaan, dan saluran fungsi kognitif. Hal ini disebabkan oleh
kemih. Menurunnya suplai darah pada sifat kortisol yang dapat melewati sawar
ginjal akan meningkatkan sekresi renin darah otak sehingga mengganggu fungsi
dan aldosteron yang menyebabkan retensi serta maturasi neuron.(24) Penelitian yang
Na+, air, dan peningkatan tekanan dilakukan oleh Teixeira (25)
darah.(7) Pada tahapan ini terjadi membuktikan bahwa peningkatan kadar
peningkatan kadar kortisol dan kortisol secara kronis dapat menyebabkan
katekolamin yang tinggi, diikuti dengan hiperaktivasi Hypothalamic-Pituitary-
peningkatan jumlah sel T CD8.(8) Pada Adrenal (HPA) axis sehingga terjadi
tahapan kedua, yakni stage of resistance hiporeaktivitas dari sistem saraf otonom
hipotalamus akan merespon dengan ketika seseorang terpapar oleh stress akut.
mengeluarkan hormon corticotropin- Dalam penelitian ini dipilih responden
releasing hormone (CRH), growth yang sudah tinggal di bantaran rel kereta
hormone-releasing hormone (GHRH), dan api selama minimal 1 tahun. Hal ini

8
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.1/JUNI/2017

memungkinkan responden berada pada terpapar bising kereta api lebih dari nilai
tahapan stage of exhaustion yang dapat ambang batas (> 55dB).
mempengaruhi kualitas hidup responden. SARAN
Penulis menyadari bahwa dalam Dapat dilakukan penelitian lebih
penelitian ini terdapat beberapa lanjut mengenai dampak kebisingan kereta
kelemahan, diantaranya: 1) tidak dapat api terhadap kualitas hidup dengan jumlah
mengendalikan faktor ekonomi sebagai sampel yang lebih besar dan
variabel perancu; 2) pengukuran mempertimbangkan faktor-faktor lain
kebisingan kereta api dengan alat sound yang memengaruhi kualitas hidup, seperti
level meter tidak dilakukan pada tiap kondisi sosial ekonomi. Perlu dilakukan
rumah responden dikarenakan penelitian dengan desain studi
keterbatasan peneliti; 3) sensitivitas longitudinal agar dapat mengetahui lebih
terhadap kebisingan yang berbeda pada lanjut mengenai dampak kebisingan
tiap individu; 4) tidak mengendalikan terhadap kesehatan.
variabel perancu berupa mekanisme UCAPAN TERIMA KASIH
adaptasi terhadap stress. Desain penelitian
Penulis mengucapkan terima kasih
yang digunakan dalam penelitian ini
kepada Ratna Kusumawati dr., M.Biomed
adalah cross sectional, hal ini tidak
dan R. Prihandjojo Andri Putranto, dr.,
memungkinkan penulis untuk mengambil
M.Si yang telah memberikan kritik dan
kesimpulan bahwa kebisingan dapat
saran yang membantu proses penelitian
menurunkan kualitas hidup. Oleh karena
ini.
itu sangat disarankan bagi peneliti
selanjutnya untuk melakukan penelitian DAFTAR PUSTAKA
1. CDC. Health-related quality of life
dengan desain studi longitudinal agar [Serial Online] 2011. Diunggah dari:
dapat mengetahui lebih lanjut mengenai URL:http://www.cdc.gov/hrqol/conce
pt.htm
dampak kebisingan terhadap kesehatan.
SIMPULAN 2. Llywodraeth Cymru Welsh
Government. Factors affecting quality
Responden yang terpapar bising of life [Serial Online] 2015. Diunggah
kereta api kurang dari nilai ambang batas dari:URL:http://resources.hwb.wales.
gov.uk/VTC/201112/vocational/healt
(≤ 55dB) memiliki rerata kualitas hidup handsocialcare/tinopolis/deploy_unit_
lebih baik daripada responden yang 1/swf/main/index.html.

9
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.1/JUNI/2017

3. World Health Organization (WHO). Sepuluh Nopember; 2010.


Occupational health: a manual for
primary health care workers. Cairo. 12. Kementerian Lingkungan Hidup
2001. (KLH). Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor: Kep-
4. Seidman MD, Standring RT. Noise 48/MENLH/11/1996 Tentang Baku
and quality of life. Int J Environ Res Tingkat Kebisingan. Jakarta. 1996.
Public Health. 2010;7(10):3730–
3738. 13. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota
Surakarta. Kecamatan Banjarsari
5. Stansfeld SA, Matheson MP. Noise dalam angka tahun 2013/2014.
pollution: Non-auditory effects on Surakarta: BPS Surakarta; 2014.
health. British Medical Bulletin.
2003;68:243–257. 14. Pudjiastuti W. Strategi mengatasi
masalah kesehatan dan lingkungan
6. World Health Organization (WHO). hidup di pemukiman kumuh lewat
Guidelines for community noise. program pemasaran sosial. Makara
Geneva. 1999. Sosial Humaniora. 2002;6(2):76-80.

7. Tortora GJ, Derrickson B. Principles 15. Muzet A. Environmental noise, sleep


of anatomy & physiology. Edisi 13. and health. Sleep Med Rev.
United States of America: John Wiley 2007;11(2):135-142.
and Sons; 2011.
16. World Health Organization (WHO).
8. Hartono. Perbedaan kadar sel T CD8 Night noise guidelines for Europe.
pada wanita yang mengalami stress Copenhagen; 2009.
bising pesawat udara di sekitar
Bandara Adi Soemarmo Boyolali. 17. Shepherd D, Welch D, Diks KN,
Jurnal EKOSAINS. 2014;6(2):76-84. McBride D. Do quiet areas afford
greater health-related quality of life
9. Roswall N, Hogh V, Envold-Bidstrup than noisy areas. Int J Environ Res
P, Raaschou-Nielsen O, Ketzel M, Public Health. 2013;10:1284-1303.
Overvad K, Olsen A, dkk. Residential
Exposure to Traffic Noise and Health- 18. Dirks K, Shepherd D, Welch D,
Related Quality of Life — A McBride D. Aviation-related noise-
Population-Based Study. Plos One. induce annoyance and health-related
2015;10(3):1-13. quality of life. Inter-noise 2014
Melbourne Australia 2014.
10. Singh N, Davar SC. Noise pollution-
sources, effects and control. J Hum 19. Schreckenberg D, Meis M, Kahl C,
Ecol. 2004;16(3):181-187. Peschel C, Eikmann T. Aircraft noise
and quality of life around frankfurt
11. Mayangsari AP. Perancagan barrier airport. Int J Environ Res Public
untuk menurunkan tingkat kebisingan Health. 2010;7:3382-3405.
pada jalur rel kereta api di jalan
ambengan Surabaya dengan 20. Shepherd D, Welch D, Dirks KN,
menggunakan metode nomograph Mathews R. Exploring the
[Tesis]. Surabaya: Institut Teknologi relationship between noise sensitivity,

10
NEXUS KEDOKTERAN KOMUNITAS VOL.6/NO.1/JUNI/2017

annoyance and health-related quality


of life in a sample of adults exposed
to environmental noise. Int J Environ
Res Public Health. 2010;7:3579-
3594.

21. Shepherd D, McBride D, Dirks KN,


Welch D. Annoyance and health-
related quality of life: A cross-
sectional study involving two noise
sources. J Environ Prot. 2014;5:400-
407.

22. Heritier H, Vienneau D, Frei P, Eze


IC, Brink M, Probst-Hensch N,
Roosli M. The association between
road traffic noise exposure,
annoyance and health-related quality
of life (HRQOL). Int J Environ Res
Public Health. 2014;11:12652-12667.

23. Giones L, Hagler L. Noise pollution:


a modern plague. South Med J.
2007;100(3):287-294.

24. Lara VP, Caramelli P, Teixeira A,


Barbosa MT, Carmona KC, Carvalho
MG, Fernandes AP, dkk. High
cortisol levels are associated with
cognitive impairment no-dementia
(CIND) and dementia. Elsevier.
2013;424:18-22.

25. Teixeira RR, Diaz MM, Santos TVS,


Bernandes JTM, Peixoto LG,
Bocanegra OL, Neto MB, dkk.
Chronic stress induces a
hyporeactivity of the autonomic
nervous system in response to acute
mental stressor and impairs cognitive
performance in business executives.
Plos one. 2015;10(3):1-14.

11

Anda mungkin juga menyukai