Anda di halaman 1dari 3

EROSI ALUR TAHAP AWAL

Erosi tanah adalah hilangnya atau terkikisnya lapisan tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu
tempat oleh media alami yang bergerak seperti, air, angin, gelombang laut atau gletser, ke tempat
lain.
 Erosi Alur (rill erosion)
Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman yang kurang dari 30 cm
dan lebar kurang dari 50 cm. Sering terjadi pada tanah-tanah yang baru saja diolah.
 Erosi alur adalah proses pengikisan yang terjadi pada permukaan tanah (terain) yang
disebabkan oleh hasil kerja air berbentuk alur-alur dengan ukuran berkisar antara
beberapa milimeter hingga beberapa centimeter. Pada dasarnya erosi alur merupakan
tahap awal dari hasil erosi air yang mengikis permukaan tanah (terrain) membentuk alur-
alur sebagai tempat mengalirnya air. Pada perkembangannya erosi alur akan berkembang
menjadi erosi ravine.
 Erosi alur adalah pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan partikel-partikel tanah
oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-saluran air. Erosi alur terjadi
ketika air larian masuk ke dalam cekungan permukaan tanah, kecepatan air larian
meningkat dan akhirnya terjadilah transportasi sedimen.
 Riil Erosion: erosi oleh air yang mengalir di permukaan tanah dengan membentuk alur-
alur kecil dengan kedalaman beberapa senti meter    . Erosi ini terjadi pada permukaan
tanah yang landai dan memiliki daya tahan yang seragam terhadap erosi.
Seperti yang kita ketahui bahwa ada enam jenis erosi,
yaitu: erosi percikan (splash erosion), erosi permukaan
(sheet erosion), erosi alur (riil erosion), erosi parit (gully
erosion), erosi tebing sungai (stream bank erosion), dan
erosi air terjun (water fall erosion). Bentukan yang tertera
pada gambar ini merupakan wujud adanya erosi alur tahap
awal. Erosi ini terjadi pada suatu lereng terjal si gunung
kapur yang bagian puncaknya sudah nyaris tak berhutan.
Pada lereng terjal tersebut kemudian dimanfaatkan untuk
lahan pertanian tumpangsari bersama tanaman jati yang
masih tersisa. Karena lahan di puncak sudah hampir tidak
berhutan, maka ketika hujan turun, airnya mengalir sedemikian bebas tanpa penahan meluncur
menuruni lereng terjal. Air mengalir yang menuruni lereng terjal itu berkecepatan cukup besar,
sehingga lapisan tanah yang dilaluinya ikut tererosi. Erosi tanah bertambah besar ketika melalui
lahan yang tanahnya telah digemburkan untuk tanaman tumpangsari. Mengingat daerah yang
dilalui air permukaan tersebut berupa lereng terjal, maka pengikisan tanahnya berlangsung relatif
cepat, hingga yang tersisa atau yang nampak tinggal batuan induknya dan membentuk alur tahap
awal. Perlu diketahui, solum tanah pada lahan tersebut hanya tipis saja. Solum tanah yang tipis
itu langsung berimpit dengan batuan induknya, batuan kapur. Jika dibuat profil tanahnya adalah
horison O, horison A, kemudian langsung batuan induk (bedrock/parentrock). Dengan demikian
profil tanahnya tidak mengenal adanya horison B dan horison C. Tanah yang tererosi kemudian
diendapkan di kaki lereng tersebut (lihat latar depan gambar yang deposit tanahnya sebagian
tertutup rumput).

Erosi alur tahap awal tersebut dalamnya masih beberapa sentimeter saja. Namun jika hal ini terus
dibiarkan maka erosinya akan berkembang menjadi erosi parit (gully erosion) dan lahan yang
tersisa berupa pegunungan berbatu. Tidak tertutup kemungkinan pegunungan tersebut menjadi
lahan kritis/tandus.

Agar keadaan seperti tersebut di atas terjadi, maka seharusnya diupayakan langkah-langkah:
1. Menghutankan kembali puncak pegunungan tersebut.
2. Meniadakan pengusahaan lahan dengan usaha pertanian tanaman tumpangsari.
3. Melakukan monitoring terhadap lahan tersebut oleh pihak-pihak terkait.
Daftar Pustaka

www.nuansamasel.blogspot.com
smart-pustaka.blogspot.com
dony.blog.uns.ac.id

Anda mungkin juga menyukai