Anda di halaman 1dari 24

SUMBER DATA

KEPENDUDUKAN
REGISTRASI
Data kependudukan diperoleh melalui :
• Sensus
• Survei (sampel)
• Registrasi
Registrasi
• Karakteristik:
• Pencatatan terus-menerus/rutin
• Penduduk bersifat aktif  melapor

• Di Indonesia, peristiwa-peristiwa vital dilakukan


oleh badan yang berbeda-beda
• Kelahiran  catatan sipil & kelurahan
• Perkawinan & perceraian  Depag & catatan sipil
• Migrasi  Kementerian Hukum dan Ham
• Kematian  Kementerian kesehatan dan instansi
terkait
4

Registrasi Vital
• Diawali tahun 1532 ketika ordonansi
Inggris di London menggunakan
registrasi kematian mingguan yaitu
Bill of Mortality.

• Tahun 1538 : UU yang mewajibkan


pencatatan peristiwa perkawinan,
kelahiran dan kematian
5

Registrasi Vital

United Nations (UN) dalam Handbook of Vital


Statistic Methods :
Registrasi Vital sebagai suatu kegiatan
pencatatan mengenai kelahiran hidup,
kelahiran mati, kematian, perkawinan,
perceraian, adopsi, termasuk pengakuan
pengesahan, pembatalan dan perpisahan
yang dilakukan terus menerus dan
berkesinambungan.
6

Registrasi Vital

Istilah Registrasi Vital digunakan karena


registrasi ini berfokus pada kejadian sejak
seseorang lahir dan menjadi anggota suatu
komunitas, sampai meninggal, serta semua
perubahan status yang dialami, misalnya
menikah dan bercerai.
7

Faktor Penentu Keberhasilan Registrasi Vital

1. Ada aturan yang memaksa untuk melapor


(Compulsary of Registrastion)  peraturan
pemerintah
2. Ada sanksi hukum bagi penduduk yang lalai dan
melanggar pendaftaran
3. Dilaksanakan oleh badan pemerintah agar dapat
disajikan secara konsisten dan berkesinambungan.
8

Faktor Penentu Keberhasilan Registrasi Vital

4. Ada petugas yang melaksanakan pendaftaran


5. Keterangan yang dilaporkan : nama,
tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, dsb
6. Kelahiran & Kematian : memperhatikan tanggal
kejadian dan tanggal pelaporan, tempat kejadian,
serta tempat pelaporan
7. Proses tabulasi dan penyajian data
9

Registrasi Vital di Indonesia

• Diawali ketika Raffles berkuasa di


Indonesia (1785)
• Dilakukan melalui kepala desa.
• Merupakan dasar penetapan sistem
pajak tanah
10

Registrasi Vital di Indonesia


• Dilanjutkan oleh Gubernur Jenderal
Hindia Belanda Jan Jacob
Rochussen (1850)
• Hanya berlaku bagi penduduk Eropa
dan mereka yang terhadapnya
berlaku Burgerlijk dan Handelsrecht
untuk bangsa Eropa.
11

Registrasi Vital di Indonesia

• Hasil pencatatan (diterbitkan 1870):


 Sebelum 1846 tidak ada data penduduk
di tingkat kabupaten
 Mulai 1845 mulai ada instruksi bagi
kabupaten untuk mencatat luas wilayah
dalam mil geografis persegi, untuk
menghitung kepadatan penduduk Jawa
yaitu 112 jiwa/km2
12

Registrasi Vital di Indonesia


• Tahun 1919 oleh Gubernur Jenderal
Hindia Belanda Johan Paul van
Limburg Stirum cakupannya diperluas
bagi penduduk Cina di Indonesia 
sekitar 1 juta orang Cina.
• Tahun 1937 oleh Gubernur Jenderal
Hindia Belanda Tjarda van
Starkenborgh ditambah dengan
mencatat penduduk beragama Kristen
13

Registrasi Vital di Indonesia


• Masa pendudukan Jepang (1942-1945)
diganti dengan sistem registrasi yang
menyangkut kelahiran, kematian,
kematian janin, abortus, perkawinan
dan perceraian.
• Sistem registrasi memiliki ketepatan
yang cukup.

Hitoshi Imamura
Gub. Militer Jawa (1932)
14

Registrasi Vital di Indonesia


• Masa kemerdekaan : sistem kartu mingguan diubah
menjadi laporan mingguan tingkat kecamatan yaitu
ketika kepala desa berkumpul di kecamatan
menyerahkan data perubahan penduduk.
• Tahun 1977 dilakukan registrasi penduduk yang luas
berdasarkan Kepres No. 52 th. 1977.
• Kewenangan dan tanggung jawab registrasi
dilimpahkan kepada Departemen Dalam Negeri yang
kemudian menugaskan kepala desa/lutah untuk
melaksanakan pencatatan.
15

Registrasi Vital di Indonesia


Tahun 2003 diadakan penataan administasi
kependudukan, yang dilakukan dengan :
a. Menghimpun biodata penduduk sebagai
basis kependudukan
b. Pembuatan KTP dan KK berdasarkan data
basis. Muncul Nomor Induk Kependudukan.
c. Data basis dimutakhirkan dengan registrasi
vital.
d. Pendataan penduduk yang rentan dan
bermasalah dalam adminsitrasi sebagai
upaya khusus
SENSUS PENDUDUK
VS REGISTRASI VITAL
17

Sensus Penduduk vs Registrasi Vital

1. Waktu pencatatan
• SP : periodik (5 atau 10 tahun sekali)
• RV : Terus menerus dan
berkesinambungan
18

Sensus Penduduk vs Registrasi Vital


2. Cara pencacahan
a) Sensus Penduduk
• Yang dicatat adalah Individu.
• Pencacah mendatangi responden
b) Registrasi Vital :
• Yang dicatat adalah Kejadiannya
• Masyarakat yang mendatangi petugas
19

Sensus Penduduk vs Registrasi Vital

3. Informasi Catatan
a) Sensus Penduduk : Bersifat data dasar
penduduk, yaitu penduduk menurut ciri
demografi (umur dan jenis kelamin) dan ciri
sosial serta ekonomi (pendidikan, pekerjaan,
tempat tinggal dan pendapatan)
20

Sensus Penduduk vs Registrasi Vital

3. Informasi Catatan
b) Registrasi Vital : Sangat singkat dan
umumnya hal-hal pokok yang berhuungan
dengan sifatnya untuk keperluan
legal/hukum :
i. Nama, umur, nama suami/istri dan jenis
kelamin
ii. Tanggal kejadian, tanggal pelaporan,
tempat tinggal
21

Sensus Penduduk vs Registrasi Vital


SENSUS PENDUDUK
a) Keunggulan :
• Cakupan luas sehingga ralatif terhindar
kesalahan sampling
• Kombinasi de jure dan de facto
• Dipublikasi secara luas
22

Sensus Penduduk vs Registrasi Vital


SENSUS PENDUDUK
b) Kelemahan :
• Biaya besar
• Tersedia hanya dalam periode tertentu
• Umumnya tidak mempublikasikan data pada
tingkat terendah, misalnya suatu
kabupaten/kecamatan secara terperinci.
23

Sensus Penduduk vs Registrasi Vital


REGISTRASI VITAL
a) Keunggulan :
• Bila dilakukan secara kontinyu, konsisten
dan sistem yang sempurna maka akan
menjadi sumber data yang terbaik
24

Sensus Penduduk vs Registrasi Vital


REGISTRASI VITAL
b) Kelemahan :
• Umumnya hanya secara de jure saja sehingga
dapat terjadi kekurangan cacah.
• Sifatnya legal sehingga hanya sedikit informasi
yang terkumpul.
• Tergantung pada kesadaran masyarakat untuk
melapor
• Bila Tidak konsisten maka data akan terganggu.

Anda mungkin juga menyukai