Anda di halaman 1dari 2

Kuantisasi energi Planck

Planck berpikir bahwa energi yang dimiliki sebuah osilator harmonik terbatas pada nilai tertentu secara
diskret (terkuantisasi). Tidak semua energi diijinkan untuk dimiliki oleh osilator harmonik, hanya energi
yang memilki nilai hasil perkalian dengan bilangan bulat.

Dalam gagasan Planck, energi dari osilator harmonik dirumuskan sebagai perkalian dari bilangan bulat
dengan satuan energi terkecil, E = n h \nu. Dengan n adalah bilangan bulat dari 0, 1, 2, 3, ... sampai tak
berhingga. h adalah bilangan yang sangat kecil setara dengan nilai 6,626 \times 10^{-34} J.s (Joule-
sekon), dikenal sebagai konstanta Planck, dan \nu adalah frekuensi dari gelombang elektromagnetik.
Rumus energi ini kemudian digunakan oleh Planck untuk menggantikan energi yang sama dalam hukum
Rayleigh-Jeans. Hasilnya adalah kurva dengan bentuk yang dapat menyerupai data hasil eksperimen
radiasi benda hitam, membentuk sebuah gunung seperti gambar dibawah:

Untuk memahami perbedaan konsep kuantisasi energi Planck dengan konsep energi yang datang
sebelum Planck, perhatikan Gambar berikut

Gambar 2 Distribusi energi dari sebuah osilator harmonik. A, klasik. B, kuantum.

Energi yang dimiliki oleh sebuah sistem, dalam pembahasan kita sistem yang dimaksud adalah osilator
harmonik, terdistribusi mengikuti hukum distribusi Boltzmann. Dalam hukum distribusi ini, energi yang
lebih rendah memiliki kemungkinan/probabilitas yang lebih besar untuk dimiliki oleh sebuah osilator
harmonik, dan probabilitasnya menurun mengikuti fungsi eksponensial seiring dengan peningkatan
energi. Dengan kata lain sebuah sistem memilki kecenderungan untuk berada pada keadaan dengan
energi yang lebih rendah. Sebelum Planck muncul dengan gagasannya, sebuah sistem dipercaya dapat
memiliki energi berapapun, tidak ada batasan (Gambar 1 A). Dalam konsep kuantisasi energi Planck
sebuah sistem hanya boleh memiliki energi dengan nilai tertentu saja, hasil perkalian dengan bilangan
bulat. Dalam Gambar 2 B ditandai dengan E1, E2, E3, E4, dan E5. Sistem tersebut tidak memiliki energi di
antara E1 dan E2 atau di antara E2 dan E3 dan seterusnya.

Dalam Gambar 1 Juga terlihat bahwa puncak kurva berada pada frekuensi yang berbeda pada
temperatur yang berbeda. Semakin tinggi temperatur puncak kurva semakin bergeser ke arah kanan,
yaitu frekuensi tinggi. Pergeseran kurva ini dinamakan dengan hukum pergesaran Wien.

Nilai konstanta Planck yang sangat kecil memiliki arti penting tersendiri. Jika frekuensi sangat kecil maka
satuan energi menjadi sangat kecil sehingga efek kuantisasi menjadi dapat terabaikan. Sebagai contoh
gelombang pada tali yang salah satu ujungnya digetarkan dengan frekuensi 1 Hz (Hertz) akan memiliki
satuan energi terkecil sebesar 6,626 \times 10^{-34} J. Namun, apabila frekuensi sangat besar, unit
energinya menjadi cukup besar sehingga efek kuantisasi tidak lagi dapat diabaikan (dapat teramati).
Cahaya dari sinar laser warna hijau misalnya memiliki frekuensi 600 \times 10^{12} Hz, sehingga satuan
energi terkecilnya adalah sebesar 4 \times 10^{-19} J. Jauh lebih besar dari energi gelombang tali. Inilah
mengapa kita tidak dapat mengamati efek kuantisasi energi pada benda-benda besar atau gelombang
dengan frekuensi yang sangat rendah.

Pemikiran bahwa energi yang dimiliki oleh osilator harmonik adalah sesuatu yang sama sekali baru.
Kuantisasi energi Planck mengubah cara pandang manusia terhadap dunia mikroskopis dan menjadi
tonggak lahirnya cabang keilmuan baru dalam fisika yaitu fisika kuantum. Fisikawan-fisikawan setelah ini
mulai menggunakan ide yang sama untuk menjelsakan fenomena-fenomena mikroskopis. Kuantisasi
energi ini berlaku bagi materi apapun yang berosilasi (bergerak bolak-balik di sekitar sebuah titik), mulai
dari atom-atom yang bergetar di dalam sebuah material, gelombang suara, hingga gelombang
elektromagnetik atau cahaya.

Anda mungkin juga menyukai